PENGARUH KEPEMIMPINAN BERBASIS NILAI DAN SERTIFIKASI GURU TERHADAP KOMPETENSI GURU MADRASAH ALIYAH SWASTA DI PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2017-2018

  

PENGARUH KEPEMIMPINAN BERBASIS NILAI

DAN SERTIFIKASI GURU

TERHADAP KOMPETENSI GURU

MADRASAH ALIYAH SWASTA DI PONOROGO

TAHUN PELAJARAN 2017-2018

  

TESIS

  Oleh: Norma Etika Ulinnuha

  NIM: 212214010

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PONOROGO

PASCASARJANA

JULI 2018

  

ABSTRAK

  Ulinnuha, Norma Etika. 2018. Pengaruh Kepemimpinan Berbasis

  Nilai dan Sertifikasi Guru Terhadap Kompetensi Guru Madrasah Aliyah Swasta di Ponorogo Tahun Pelajaran 2017- 2018. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan Islam,

  Program Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing: Dr. Umi Rohmah, M.Pd.I

  

Kata Kunci: Kepemimpinan Berbasis Nilai, Sertifikasi Guru,

Kompetensi Guru.

  Kompetensi guru menuntut dirinya sebagai seorang guru agar mampu menganalisis, mendiagnosis, dan memprognosis situasi pendidikan. Di lapangan terlihat banyak guru yang belum memenuhi standar kompetensi sebagaimana yang diharapkan. Diantaranya guru tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan mengelola peserta didik, kepribadian guru masih labil, kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat masih rendah, dan penguasaan guru terhadap materi pembelajaran masih dangkal. Kompetensi guru dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu lingkungan sekolah yang dipimpian oleh kepala madrasah dan keahlian yang dimiliki, yang dibuktikan dengan pemberian sertifikat pendidik melalui sertifikasi guru.

  Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis pengaruh kepemimpinan berbasis nilai terhadap Kompetensi Guru Madrasah Aliyah Swasta di Ponorogo tahun pelajaran 2017-2018, (2) menganalisis pengaruh sertifikasi guru terhadap Kompetensi Guru Madrasah Aliyah Swasta di Ponorogo tahun pelajaran 2017-2018, dan (3) menganalisis pengaruh kepemimpinan berbasis nilai dan sertifikasi guru terhadap Kompetensi Guru Madrasah Aliyah Swasta di Ponorogo tahun pelajaran 2017-2018.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier sederhana dan regresi linier berganda.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kepemimpinan berbasis nilai tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kompetensi guru Madrasah Aliyah Swasta di Ponorogo. Hal ini dibuktikan dari analisa bahwa dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh t hitung sebesar 1,512 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,645 sehingga dapat disimpulkan Ha ditolak, artinya kepemimpinan berbasis nilai tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kompetensi guru Madrasah Aliyah Swasta di Ponorogo Tahun Pelajaran 2017-2018, (2) sertifikasi guru tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kompetensi guru Madrasah Aliyah Swasta di Ponorogo. Hal ini dibuktikan dari analisa bahwa dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh t hitung sebesar 1,422 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,645. Sehingga dapat disimpulkan Ha ditolak, berarti sertifikasi guru tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kompetensi guru Madrasah Aliyah Swasta di Ponorogo Tahun Pelajaran 2017-2018, (3) kepemimpinan berbasis nilai dan sertifikasi guru tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kompetensi guru Madrasah Aliyah Swasta di Ponorogo. Hal ini dibuktikan dari analisa bahwa dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh F hitung sebesar 2,230 lebih kecil dari F tabel sebesar 3,042. Sehingga dapat disimpulkan Ho diterima, berarti tidak ada pengaruh secara bersama-sama yang signifikan kepemimpinan berbasis nilai dan sertifikasi guru terhadap kompetensi guru Madrasah Aliyah Swasta di Ponorogo Tahun Pelajaran 2017-2018.

  

ABSTRACT

  Ulinnuha, Norma Etika. 2018. The Influence of Value Based

  Leadership and Teacher Certification on Teacher ’s Competence of Private Islamic Senior High School in Ponorogo On Education Year 2017-2018. Thesis, Study

  Program of Islamic Education Management, Post Graduate Program, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Advisor: Dr.Umi Rohmah, M.Pd.I

  Keyword: Value Based Leadership, Teacher Certification, Teacher ’s

  Competence Teacher

  ’s competence is demanding themselves as a teacher to be able to analyze, diagnose, and prognose educational situation. In the field seen many teachers who have not fulfill the standards of competence as expected. Among teachers do not have the knowledge and skills to manage learners, teacher's personality is still unstable, the ability of educators as part of society is still low, and the mastery of teachers on learning materials is still shallow. Teacher competence can be influenced by several factors, such as the school environment that the headmaster of the islamic school and the expertise possessed, as evidenced by the provision of educator certificates through teacher certification.

  This study aims to: (1) analyze the influence of value-based leadership on teacher ’s competence of Private Islamic Senior High

  School in Ponorogo on On Education Year 2017-2018, (2) to analyze the influence of teacher certification on teacher ’s competence of

  Private Islamic Senior High School in Ponorogo on On Education Year 2017-2018, and (3) to analyze the influence of value-based leadership and teacher certification on teacher

  ’s competence of Private Islamic Senior High School in Ponorogo on On Education Year 2017- 2018.

  This study uses a quantitative approach. Data collection technique is using questionnaire, while data analysis used are simple linear regression analysis techniques and multiple linear regression analysis techniques.

  The results of study shows that: (1) Value-based leadership has no significant influence on the teacher’s competence of private

  Islamic Senior High School in Ponorogo. This is evidenced from the analysis that with a significance level of 5%, obtained t count of 1.512 smaller than t table of 1.645 so it can be concluded Ha rejected, meaning value-based leadership has no significant influence on the teacher’s competence of private Islamic Senior High School in Ponorogo on

  Education Year 2017-2018. (2) Teacher certification has no significant effect on the teacher’s competence of private Islamic Senior High

  School in Ponorogo. This is evidenced from the analysis that with a significance level of 5%, obtained t count of 1.422 smaller than t table of 1.645. So it can be concluded Ha rejected, means that teacher certification does not significantly influence on the teacher’s competence of private Islamic Senior High School in Ponorogo on

  Education Year 2017-2018. (3) Value-based leadership and teacher certification have no significant influence on the teacher’s competence of private Islamic Senior High School in Ponorogo. This is evidenced

  count

  from the analysis that with a significance level of 5%, obtained F of 2.230 smaller than F table of 3,042. So it can be concluded that Ho is accepted, there is no significant influence of value-based leadership leadership and teacher certification on the teacher’s competence of private Islamic Senior High School in Ponorogo on Education Year

  2017-2018.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujudnya

  penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip profesionalisme untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap peserta didik dalam

  1

  memperoleh pendidikan yang bermutu. Guru merupakan seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif, sehingga siswa dapat belajar secara menyenangkan dan dapat berpikir secara aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengeksplorasi serta mengelaborasi kemampuannya. Pembelajaran yang kondusif tentunya dipengaruhi oleh guru profesional yang mampu melaksanakan

  2 pendidikan yang berkualitas.

  Menurut UU RI No. 14/2005 Pasal 1 ayat 4, profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Profesional menunjuk

  1 Donni Juni Priansa, Kinerja dan Kompetensi Guru: Fokus pada Peningkatan

Kualitas Pendidikan, Madrasah, dan Pembelajaran (Bandung: CV. Alfabeta, 2014),

108.

  2 Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Kompetensi Guru (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), 19. pada dua hal, yaitu 1) penampilan seseorang sesuai dengan tuntutan yang seharusnya; dan 2) kinerja yang dituntut sesuai standar yang telah ditetapkan. Jadi, guru profesional adalah seseorang yang melakukan tugas profesi keguruan dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi

  3 tinggi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

  Guru yang profesional sangat erat kaitannya dengan kompetensi guru, karena dapat menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang

  4

  membentuk kompetensi standar profesi guru. Siswa sering menjadikan guru sebagai contoh, dan lebih dari itu yaitu sebagai tokoh identifikasi diri. Seorang guru hendaknya memiliki perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara

  5

  utuh. Guru memegang peranan strategis dalam membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang

  6

  diinginkan. Seorang guru memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menumbuhkembangkan kreativitas dan keterampilan peserta didik yang dimiliki untuk dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki kemampuan profesional sehingga

  3 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional: Pedoman Kerja, Kualifikasi, dan Kompetensi Guru (Jogjakarta: ar-Ruzz Media, 2013), 50-51.

  4 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru: melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 27.

  5 Rusman, Model-model Pembelajaran, 70-71.

  6 Ali Mudlofir, Pendidik Profesional (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), 62.

  7

  mendukung pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku peserta didik, untuk itu seorang guru harus dapat menjadi suri tauladan bagi peserta

  8 didik.

  Di kota besar di Indonesia terdapat kasus kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik. Selanjutnya, terdapat juga kekerasan yang dilakukan sesama peserta didik. Pada tahun 2008, di Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta, kekerasan yang dilakukan guru tercatat 67,9% di tingkat SMA dan 66,1% di tingkat SMP. Kekerasan yang dilakukan sesama peserta didik tercatat 41,2% di tingkat SMP

  9 dan 43,7% di tingkat SMA.

  Guru profesional adalah guru yang memiliki seperangkat kompetensi yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan keprofesionalannya. Kompetensi yang harus dimiliki berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab IV Pasal 10 Ayat 91 ada empat yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,

  10 dan kompetensi profesional.

  7 Muhammad Takdir Ilahi, Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral (Jogjakarta: ar- Ruzz Media, 2012), 122.

  8 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), 17.

  9 Novan Ardy Wiyani, Save Our Children From Scholl Bulliying (Jogjakarta: ar- Ruzz Media, 2012), 18.

  10 Mudlofir, Pendidik Profesional, 75.

  Tugas dan kewajiban seorang guru selain mengajar adalah memberikan bimbingan dan arahan atas nilai-nilai positif yang harus dijunjung tinggi dalam masyarakat. Ini berarti bahwa seorang guru harus memiliki kualitas diri yang mumpuni untuk menjadi teladan bagi peserta didiknya dan juga masyarakat. Oleh karena itu, seorang guru haruslah memiliki empat kompetensi dasar sehingga proses pembelajaran berlangsung secara proporsional. Empat kemampuan dasar tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Keempat kompetensi inilah yang menentukan kualitas seorang guru. Semakin bagus penguasaan guru atas empat kompetensi ini, semakin kompeten guru tersebut dalam profesi

  11 kependidikannya.

  Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 Ayat 3 dikemukakan bahwa, kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

  12

  mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantab, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, serta

  11 Mohammad Saroni, Personal Branding Guru: Meningkatkan Kualitas dan Profesionalitas Guru (Jogjakarta: ar-Ruzz Media, 2011), 12.

  12 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT Remaja

  13

  berakhlak mulia. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul

  14 secara efektif dengan peserta didik dan masyarakat sekitar.

  Sedangkan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik untuk memenuhi standar kompetensi yang

  15 ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

  Kemerosotan kualitas proses dan hasil proses pendidikan telah menjadi semacam obsesi yang tidak juga tercapai. Berbagai kebijakan dicanangkan untuk mengangkat kualitas proses dan hasil proses pendidikan, bahkan kurikulum seringkali berganti untuk menyesuaikan proses dengan kebutuhan masyarakat. Salah satu

  16 perkiraan yang menyebabkan hal ini adalah rendahnya kualitas guru.

  Rendahnya kualitas guru ini menunjukkan minimnya kualifikasi dan kompetensi guru.

  Di lapangan terlihat banyak guru yang belum memenuhi standar kompetensi sebagaimana yang diharapkan. Pertama, guru tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan mengelola peserta didik. Misalnya, banyak kasus guru memberikan hukuman yang berlebihan terhadap peserta didik bahkan sampai melukai. Kedua, kepribadian

  13 Ibid., 117.

  14 Ibid., 173.

  15 Ibid., 135.

  16 guru masih labil. Misalnya, guru menodai peserta didiknya sendiri, sehingga guru semacam ini sulit dijadikan teladan oleh peserta didik dan masyarakat. Ketiga, kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat masih rendah. Misalnya, guru tidak mampu menulis karya ilmiah sebagai bagian komunikasi dengan masyarakat. Keempat, penguasaan guru terhadap materi pembelajaran masih dangkal. Misalnya, guru kesulitan dalam menerapkan materi yang diajarkan

  17 dengan kehidupan peserta didiknya sehari-hari.

  Kompetensi seseorang sangat besar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam (internal) maupun dari luar

  

(eksternal). Diantaranya adalah 1) bakat bawaan, 2) motivasi kerja

  yang tinggi, 3) sikap, motif, dan nilai cara pandang, 4) pengetahuan yang dimiliki baik dari pendidikan formal maupun non formal, 5) keterampilan atau keahlian yang dimiliki, dan 6) lingkungan hidup dari kehidupan mereka sehari-hari. Begitu pula bagi seorang guru maka kompetensi yang dimilikinya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu lingkungan sekolah yang dipimpin oleh kepala madrasah dan keahlian yang dimiliki, yang dibuktikan dengan

  18 pemberian sertifikat pendidik melalui sertifikasi guru.

  Kepala madrasah memiliki peran yang sangat strategis dalam menciptakan guru yang profesional. Dengan memberikan dukungan,

  17 Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, 7.

  18 Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi (Jakarta: PT kepala madrasah diharapkan mampu meningkatkan keterlibatan guru secara individu dalam rangka membangun kualitas pendidikan yang

  19 bermutu.

  Kepemimpinan pendidikan merupakan bagian esensial dari suatu organisasi pendidikan, bahkan menjadi hal yang sangat penting dalam berjalannya organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan yang

  20

  dimiliki organisasi tersebut. Kepemimpinan bisa diartikan sebagai suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau

  21 bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

  Untuk mencapai tujuan, sebuah organisasi pendidikan haruslah memiliki seorang pemimpin yang baik. Seorang pemimpin yang baik adalah yang memiliki inteligensi tinggi, kematangan sosial, motivasi, dan orientasi pada pencapaian, serta kepercayaan diri dan

  22 keterampilan berkomunikasi yang baik.

  Keberhasilan pendidikan di madrasah sangat ditentukan oleh kepala madrasah dalam mengelola dan memberdayakan seluruh warga

  23

  madrasah, yang termasuk di dalamnya guru dan staf. Pemimpin yang

  19 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Kepala Madrasah: Membangun Madrasah Bermutu (Bandung: Alfabeta, 2013), 88.

  20 Bahrudin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam: Antara Teori dan Praktik (Jogjakarta: ar-Ruzz Media, 2012), 77.

  21 Ibid., 48.

  22 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Leadership: Membangun Super

Leadership Melalui Kecerdasan Spiritual (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), 131-

132.

  23 E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Madrasah (Jakarta: PT Bumi baik adalah pemimpin yang mampu membangun nilai dan norma bersama anggotanya. Nilai sangatlah penting dalam suatu lembaga sebagai acuan bagi seluruh anggota lembaga untuk mencapai tujuan

  24 lembaga.

  Pemimpin yang baik memiliki rasa nyaman dengan nilai-nilai pribadi dan nilai-nilai organisasi yang berkembang. Nilai tersebut diantaranya kejujuran, kerja keras, percaya diri, kerendahan hati,

  25

  ketekunan, dan semangat dalam melakukan sesuatu. Seorang pemimpin dapat jujur kepada nilai-nilai sendiri ketika membantu anggotanya mengartikulasikan apa yang mereka hargai dan mengambil bagian sebagai suatu pendekatan langsung dengan konflik nilai-nilai dalam organisasi. Transformasi nilai yang baik dimulai

  

26

dengan kepercayaan dari anggota.

   Values-based leadership (VBL) is foundational to the practice of transformational servant leadership (TSL). VBL involves knowing one’s core values, but it also necessitates an on going process of critiquing and shaping existing values or integrating new ones based on on e’s sense of life purpose, contextual factors, community affiliations, and/or the central

  27 texts that one embraces as moral compasses in life.

  24 Minnah El Widdah dkk, Kepemimpinan Berbasis Nilai dan Pengembangan Mutu Madrasah (Bandung: Alfabeta, 2012), 7.

  25 Ibid., 73.

  26 Ibid., 75.

  27 Darrel Peregrym dan Randy Wollf, “Values Based Leadership: The Foundation of Transformational Servant Leadership

  ”, The Journal of Value Leadership, 6 (2013), Darrel Peregrym dan Randy Wollf berpendapat bahwa kepemimpinan berbasis nilai merupakan dasar untuk menjalankan kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan berbasis nilai tidak hanya melibatkan nilai inti individu tetapi juga mengharuskan proses terus menerus suatu tinjauan dan membentuk nilai-nilai yang ada atau mengintegrasikan nilai baru berdasarkan tujuan hidup, faktor kontekstual, komunitas, dan atau kalimat yang dianut seseorang

  

28

sebagai pedoman dalam kehidupan.

  “... According to Kraemer, values-based leaders practice balance by listening to the ideas of others and discerning the personal values that undergird those ideas. They seek to pool the wisdom of others and try to make the best decision for those involved and the larger organization without compromising

  29 their personal values.”

  Menurut Kraemer, kepemimpinan berbasis nilai menjalankan keserasian dengan mendengarkan beberapa pendapat dari orang lain dan membedakan nilai individu yang membentuk pendapat-pendapat tersebut. Kepemimpinan berbasis nilai mencoba menyatukan kebijaksanaan orang lain dan membuat keputusan terbaik untuk

  30 organisasi terkait tanpa menyepakati nilai-nilai individu.

  Adapun Minnah el-Widdah mengatakan bahwa kepemimpinan berbasis nilai adalah suatu pendekatan dalam penanaman norma dan

  28 Ibid.

  29 Ibid., 4

  30 nilai dalam pengembangan kelompok yang menjadi petunjuk bagi perilaku orang-orang yang terdapat dalam suatu masalah. Kepemimpinan berbasis nilai membangun nilai dalam diri setiap individu dan memastikan adanya pembagian nilai bagi seluruh anggota madrasah. Nilai sebagai bentuk perilaku kehangatan yang diperlihatkan kepala madrasah bagi semua warga madrasah sehingga muncul saling keterbukaan, rasa hormat, dan akan membina hubungan

  31

  yang baik. Oleh sebab itu sangatlah penting membagi nilai-nilai sebagai pondasi utama dalam membangun hubungan antar warga madrasah, seperti seorang guru.

  Faktor lain yang juga mempengaruhi kompetensi guru yaitu keahlian yang dimiliki guru, yang dibuktikan dengan pemberian sertifikat pendidik melalui sertifikasi guru. Untuk menunjang dan memberikan motivasi kepada pendidik, dikeluarkanlah sertifikat pendidik yang disertai dengan pemberian tunjangan oleh pemerintah. Tingkat penghasilan dapat meningkatkan prestasi kerja dan memberikan motivasi untuk meningkatkan kompetensi guru untuk

  32 menjadi lebih baik lagi.

  Sertifikasi guru merupakan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sebagai upaya peningkatan mutu guru yang disertai dengan peningkatan kesejahteraan guru, sehingga diharapkan dapat

  31 El-Widdah, Kepemimpinan Berbasis Nilai, 75.

  32 Sadili Samsudin, Manajemen Sumber Daya Manusia (Bandung: CV Pustaka meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan secara berkelanjutan. Tujuan dari sertifikasi guru adalah menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, peningkatan proses dan

  33 mutu hasil pendidikan, serta peningkatan kompetensi guru.

  Sejak tahun 2006, sedikitnya ada 200.000 guru mengikuti program sertifikasi di Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK). Dengan adanya sertifikasi guru diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Namun yang terlihat justru sebaliknya, banyak guru yang setelah lolos setifikasi tidak menunjukkan komitmen dan konsekuensi sebagai guru yang digaji lebih tinggi. Guru tidak menunjukkan peningkatan kompetensi yang dimiliki, bahkan kurang memperhatikan

  34 kualitas materi yang diberikan kepada peserta didik.

  Berdasarkan data hasil uji kompetensi guru yang diadakan oleh Kemdikbud pada tahun 2012 menunjukkan hasil Uji Kompetensi Awal (UKA) guru sebelum mendapatkan sertifikat profesional guru diperoleh gambaran bahwa nilai rata-rata nasional adalah 42,25 untuk skala nilai 0-100. Kemudian, berdasarkan nilai hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) yang dilakukan secara online terhadap guru setelah memperoleh sertifikat profesional diperoleh nilai rata-rata

  33 Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru: Apa, Mengapa dan Bagaimana? (Bandung: Yrama Widya, 2009), 12-13.

  34 Nini Subini, Awas, Jangan Jadi Guru Karbitan: Kesalahan-Kesalahan Guru nasional sebesar 45,82 untuk skala nilai 0-100. Artinya, kompetensi guru masih jauh dari angka ideal, bahkan tidak mencapai

  35 separuhnya.

  Di Ponorogo banyak terdapat lembaga pendidikan. Selain pesantren, terdapat pula pendidikan formal negeri maupun swasta baik yang berada di lingkungan Dinas Pendidikan (Diknas) ataupun Kementerian Agama (Kemenag). Madrasah aliyah sebagai madrasah tingkat menengah atas merupakan tempat dimana peserta didik mempersiapkan diri untuk melanjutkan di pendidikan tinggi. Di madrasah aliyah peserta didik dibekali dengan ilmu yang akan menuntunnya menempuh pendidikan selanjutnya, yang tentunya membutuhkan pendidik-pendidik yang profesional agar mereka benar- benar siap.

  Secara umum, banyak perbedaan antara madrasah negeri dan

  36

  madrasah swasta. Seperti biaya, fasilitas, dan tenaga pengajar. Di madrasah negeri biaya pendidikan relatif rendah, sedangkan madrasah swasta biasanya biayanya lebih mahal dan di atas rata-rata. Hal ini dikarenakan madrasah swasta memiliki visi dan misi tersendiri. Madrasah swasta memiliki standar pendidikan yang berbeda-beda

  35 Srie, diakses 3 November 2015 pukul 10.55 WIB.

  36 Nadia Azka,

diakses 28 Desember 2016 pukul bagi murid-muridnya. Madrasah swasta yang berkualitas tentu mematok harga yang cukup tinggi.

  Fasilitas di madrasah negeri dan swasta tentu juga berbeda. Dengan biaya yang tergolong standar dari pemerintah, madrasah negeri masih kalah jika dibandingkan dengan madrasah swasta yang biayanya tidaklah murah. Biaya madrasah berpengaruh cukup besar

  37 dalam pemberian fasilitas pembelajaran.

  Tenaga pengajar atau guru pada madrasah negeri maupun swasta kurang lebih sama. Rata-rata tenaga pengajar sama-sama memiliki latar belakang pendidikan minimal S1, dan sebagian ada yang sudah S2. Yang membedakan adalah perhatian para pengajar terhadap anak didiknya. Jumlah siswa berpengaruh signifikan terhadap perhatian guru. Jika dalam satu kelas madrasah negeri memiliki 40 siswa, maka

  38 madrasah swasta hanya 20-30 siswa.

  Guru-guru yang mengajar di madrasah negeri cenderung memperhatikan siswa-siswa yang menonjol. Misalnya siswa yang sangat cerdas dan siswa yang jauh di bawah rata-rata. Sementara siswa-siswa yang lainnya kurang mendapat perhatian. Sedangkan di madrasah swasta, karena jumlah murid ideal dan tidak terlalu banyak, maka guru-guru bisa lebih memperhatikan anak didiknya. Meski siswa yang cerdas dan siswa yang jauh di bawah rata-rata tetap terlihat lebih

37 Ibid.

  38 menonjol, namun guru-guru madrasah swasta masih bisa memperhatikan siswa-siswa yang lainnya, sehingga guru paham betul

  

39

karakteristik setiap anak didiknya.

  Selanjutnya, hasil UKG tahun 2015 menunjukkan adanya peningkatan kompetensi guru dari tahun sebelumnya. Rata-rata UKG nasional adalah 53,02, dimana pemerintah menargetkan rata-rata nilai di angka 55. Selain itu, rata-rata nilai profesional adalah 54,77, dan nilai rata-rata kompetensi pedagogik adalah 48,94. Hasil UKG tahun 2015 yang berhasil meraih nilai diatas rata-rata yang telah ditargetkan sebelumnya hanya 7 Provinsi saja, yaitu: Jawa Barat, Jawa Tengah,

  40 Yogyakarta, DKI Jakarta, Bali, Jawa Timur, dan Bangka Belitung.

  Hasil UKG dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 133.

  Ponorogo merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan data hasil Uji Kompetensi Guru (UKG), Jawa Timur mencapai nilai di atas rata-rata yaitu 56,71. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sulton (Dosen Universitas Muhammadiyah Ponorogo) menunjukkan kompetensi pedagogik guru-guru pada sekolah unggulan memperoleh nilai rerata 3,1 (baik) dan nilai rerata 2,4 (cukup) para guru dari sekolah konvensional. Selanjutnya, kompetensi personal para guru pada sekolah unggulan mencapai rerata 3,3 (baik) dibanding para guru pada sekolah konvesional

39 Ibid.

  40

diakses tanggal 28 dengan rerata 2,8 (cukup). Selanjutnya, kompetensi sosial untuk kompetensi sosial dari para guru baik dari sekolah unggulan maupun konvensional diperoleh kategori yang sama yaitu cukup, dengan skor 2,8 dari sekolah unggulan dan 2,2 untuk sekolah konvensional. Sedangkan, kompetensi profesional guru-guru di sekolah unggulan memperoleh skor rerata 2,9 (cukup) dan 2,2

  41 (cukup) untuk guru sekolah konvensional.

  Namun berdasarkan hasil observasi awal di MA Hudatul Muna 2 pada tanggal 6 Februari 2016, banyak guru terlambat masuk kelas, guru hanya memberikan tugas kepada siswa lalu pergi ke kantor untuk berbincang-bincang atau sekedar bercanda dengan guru atau staf yang

  42

  lain . Di MA Al-Islam, masih terdapat guru yang tidak rutin membuat perencanaan pembelajaran, guru tidak memanfaatkan media pembelajaran yang ada, dan masih ada juga guru yang gaptek sehingga

  43

  tidak mengikuti perkembangan teknologi. Di MA Al-Mukarrom, masih terdapat guru yang mengajar tidak sesuai dengan ijazah yang dimiliki dan guru tidak dapat mengajar di kelas dengan baik karena

  41 Sulton Sumaji Rudianto , “Kajian Kompetensi SDM Guru dalam Rangka

Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Kabupaten Ponorogo”, Jurnal Dimensi

  Pendidikan dan Pembelajaran , 3 (2015), 28-29.

  42 Observasi pada hari Sabtu, 6 Februari 2016.

  43 Yusrin Nor Azmi, Pengaruh Efektifitas Komunikasi dan Disiplin Kerja Terhadap

Kinerja Guru di MA Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo (Tesis: STAIN Ponorogo),

  44

  kesibukannya sehari-hari. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti bermaksud menguji teori tentang kepemimpinan berbasis nilai, sertifikasi guru, dan pengaruhnya terhadap kompetensi guru.

B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh yang positif dan signifikan kepemimpinan berbasis nilai terhadap kompetensi guru madrasah aliyah swasta di Ponorogo tahun pelajaran 2017-2018? 2. Adakah pengaruh yang positif dan signifikan sertifikasi guru terhadap kompetensi guru madrasah aliyah swasta di Ponorogo tahun pelajaran 2017-2018? 3. Adakah pengaruh yang positif dan signifikan kepemimpinan berbasis nilai dan sertifikasi guru terhadap kompetensi guru madrasah aliyah swasta di Ponorogo tahun pelajaran 2017-2018?

44 Evi Nuraini Nafiah, Pembinaan Kompetensi Profesional Guru di Madrasah

  Tsanawiyah- Madrasah Aliyah Ma’arif Al-Mukarrom Kauman Ponorogo (Tesis:

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis pengaruh kepemimpinan berbasis nilai terhadap kompetensi guru madrasah aliyah swasta di Ponorogo tahun pelajaran 2017-2018.

2. Menganalisis pengaruh sertifikasi guru terhadap kompetensi guru madrasah aliyah swasta di Ponorogo tahun pelajaran 2017-2018.

  3. Menganalisis pengaruh kepemimpinan berbasis nilai dan sertifikasi guru terhadap kompetensi guru madrasah aliyah swasta di Ponorogo tahun pelajaran 2017-2018.

D. Kegunaan Penelitian 1.

  Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap khazanah pengembangan ilmu pengetahuan yang terkait dengan kepemimpinan berbasis nilai, sertifikasi guru dan kompetensi guru.

2. Manfaat Praktis a.

  Bagi lembaga pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi kepala madrasah untuk memperbaiki dan meningkatkan kompetensi guru di lembaga pendidikan yang dipimpinnya agar ke depannya pendidikan semakin menjadi lebih baik. b.

  Bagi guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi para guru seberapa jauh kompetensi yang telah dimilikinya, sehingga para guru dapat terus memperbaiki, meningkatkan, dan bahkan mengembangkan kompetensi yang dimilikinya agar tujuan pendidikan dapat dicapai.

  c.

  Bagi peneliti Penelitian ini dilakukan sebagai sarat kelulusan Pascasarjana S2. Penelitian ini merupakan wahana aktualisasi diri peneliti dalam menganalisa suatu masalah dan solusinya. Selain itu, hasil penelitian merupakan prasarana dalam bidang pendidikan.

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Terhadap Hasil Penelitian Terdahulu 1. Peran Kepala Madrasah dalam Mengembangkan Profesionalitas Guru (Studi Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Madrasah di

  45 Madrasah Alam Bilingual MTs Surya Buana Malang).

  Penelitian ini dilakukan oleh Imam Wahyudi, Mahasiswa Pascasarjana UIN Malang Jurusan S2 Manajemen Pendidikan Islam. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kepala madrasah dalam mengembangkan profesionalitas guru dari segi penerapan fungsi manajemen adalah 1) planning (perencanaan), pengembangan dilakukan dalam dua bagian, yaitu a. rekrutmen guru profesional; b. pelatihan dan pengembangan (rapat, MGMP, seminar, penataran dan studi lanjut), 2) organizing (pengorganisasian), kepala madrasah melibatkan seluruh warga MTs Surya Buana, di antaranya tim pengembang dan tim sembilan (khususnya bidang ketenagaan), dan juga yayasan, 3) actuating (pelaksanaan), dalam perekrutan guru kepala madrasah sangat selektif dalam rangka mendapatkan guru baru yang profesional yaitu melalui tes dan wawancara. Sedangkan dalam

  45

http://lib.uin-malang.ac.id/?mod=th_detail&id=07920006, diakses 1 September pelatihan dan pengembangan kepala madrasah memfasilitasi para guru dan membiayai kegiatan-kegiatan tersebut, 4) controlling (pengawasan), kepala madrasah melakukan supervisi kepada para guru.

2. Manajemen Kinerja Berbasis Budaya Religius Dalam

  Meningkatkan Profesionalisme Guru (Studi Kasus di MTsN

46 Aryojeding Tulungagung).

  Penelitian ini dilakukan oleh Lia Husna Khotmawati, Mahasiswa Pascasarjana UIN Malang Jurusan S2 Manajemen Pendidikan Islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) perencanaan yang dilakukan oleh kepala MTsN Aryojeding dalam meningkatkan profesionalisme guru berbasis budaya religius meliputi: (a) perencanaan berdasarkan RENSTRA, visi, misi, tujuan madrasah, dan kebutuhan (need

  

assesment) , (b) melibatkan seluruh unsur civitas akademika madrasah,

  (c) melakukan rekrutmen guru GTT baru, 2) pembinaannya meliputi: (a) mengikutkan dalam diklat, seminar, maupun workshop, (b) studi lanjut, (c) revitalisasi MGMP, (d) membentuk forum silaturrahim antar guru, (e) penambahan fasilitas penunjang, 3) evaluasi meliputi: (a) melakukan supervisi, baik secara personal maupun kelompok, (b) teknik yang digunakan adalah secara langsung (directive) dan tidak langsung (non direcvtive), (c) aspek penilaian dalam supervisi adalah

  46

http://lib.uin-malang.ac.id/?mod=th_detail&id=07920007, diakses 1 September presensi guru, kinerja guru di madrasah, perkembangan siswa, (d) menggunakan format Daftar Penilaian Pekerjaan (DP3).

3. Kontribusi Profesionalisme Guru dan Kepemimpinan Kepala

  Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes.

47 Penelitian ini dilakukan oleh Darmansyah, mahasiswa S2

  Pascasarjana Universitas Negeri Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan profesionalisme guru dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru pada SMP Negeri di Kabupaten Brebes.

  Adapun persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Imam Wahyudi adalah sama-sama meneliti peran kepala madrasah selaku pemimpin dalam lembaga pendidikan. Adapun perbedaannya adalah dalam penelitian sebelumnya membahas tentang peran kepala madrasah dalam mengembangkan profesionalitas guru, sedangkan dalam penelitian ini membahas tentang pengaruh kepemimpinan kepala madrasah terhadap kompetensi guru. Dalam penelitian sebelumnya, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif,

47 Darmansyah, “Kontribusi Profesionalisme Guru dan Kepemimpinan Kepala

  

Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes”, (Tesis, sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif.

  2. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lia Husna Khotmawati adalah sama-sama meneliti peran kepala madrasah selaku pemimpin dalam lembaga pendidikan. Adapun perbedaannya adalah dalam penelitian sebelumnya membahas tentang upaya-upaya yang dilakukan kepala madrasah untuk meningkatkan profesionalisme guru dengan kinerja berbasis budaya religius, sedangkan penelitian ini membahas tentang pengaruh kepemimpinan kepala madrasah berbasis nilai terhadap kompetensi guru. Dalam penelitian sebelumnya, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif.

  3. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Darmansyah adalah sama-sama membahas tentang pengaruh kepemimpinan kepala madrasah. Selain itu peneliti juga menggunakan metode penelitian yang sama dengan penelitian sebelumnya yaitu metode penelitian kuantitatif. Adapun perbedaannya adalah penelitian sebelumnya membahas tentang pengaruh kepemimpinan kepala madrasah terhadap kinerja guru, sedangkan penelitian ini membahas pengaruh kepemimpinan kepala madrasah terhadap kompetensi guru.

  Selain itu dalam penelitian ini juga dibahas pengaruh sertifikasi guru terhadap kompetensi guru.

B. Landasan Teori 1. Kompetensi Guru a. Profesi Guru Guru sebagai suatu profesi memiliki peranan yang penting.

  Pekerjaan guru tidak bisa dikatakan mudah. Seorang guru harus memahami karakteristik peserta didik, membaca potensinya, dan mengembangkannya secara optimal. Tanpa intervensi guru yang profesional, potensi peserta didik tidak akan muncul di permukaan.

  Oemar Hamalik menjabarkan profesi guru dalam hubungan yang luas. Pertama, peranan pendidikan harus dilihat dalam konteks pembangunan secara menyeluruh yang bertujuan untuk membentuk manusia sesuai dengan cita-cita bangsa. Tanpa keahlian yang memadai, pendidikan akan sulit untuk berhasil. Kedua, hasil pendidikan tidak bisa dirasakan dalam kurun waktu yang singkat, tetapi dalam jangka waktu yang lama dan bahkan mungkin setelah satu generasi. Sehingga proses pendidikan tidak boleh salah walau hanya sedikit saja karena dapat berakibat buruk bagi peserta didik. Dan oleh sebab itu, maka pendidikan harus dikelola oleh tenaga-tenaga profesional. Ketiga, madrasah merupakan lembaga profesional yang bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang berkepribadian, matang dan tangguh yang dapat bertanggung jawab pada dirinya sendiri dan orang lain. Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang guru harus dididik dalam profesi kependidikan agar memiliki kompetensi sehingga dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien. Keempat, pekerjaan guru merupakan pekerjaan yang penuh pengabdian pada masyarakat dan perlu ditata berdasarkan kode etik tertentu. Kelima, sebagai konsekuensi logis dari hal-hal yang disebutkan sebelumnya, maka setiap guru harus memiliki kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi

  48 kemasyarakatan.

  Sebagai sebuah profesi, hendaknya seorang guru bisa bekerja secara profesional dengan mengetahui dan menerapkan beberapa

  49

  prinsip dalam mengajar, yaitu: 1) guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik terhadap materi pelajaran yang diberikan dan dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar.

  2) guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam berpikir dan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan. 3) guru harus dapat membuat urutan dalam pemberian pelajaran dan penyesuaiannya dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta didik.

48 Barnawi dan Muhammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan (Jogjakarta: ar- Ruzz Media, 2012), 116-117.

  49

  4) guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik. 5) guru dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang sehingga tanggapan peserta didik menjadi jelas. 6) guru harus memperhatikan dan memikirkan korelasi antara mata pelajaran yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari. 7) guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar peserta didik. 8) guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial, baik di dalam maupun di luar kelas. 9) guru harus memahami karakteristik masing-masing peserta didik.

  Guru memiliki tanggung jawab yang besar untuk mengantarkan para peserta didiknya menuju kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam hal ini, guru tidak hanya berperan sebagai pengajar yang memberikan pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga sebagai pendidik yang mengajarkan sekaligus mencontohkan nilai- nilai (transfer of value) dan sekaligus sebagai pembimbing yang

  50 memberikan arahan dan tuntunan peserta didik dalam belajar.

  Sebagai seorang guru yang memiliki peran transfer of knowledge tentunya ia harus menyampaikan ilmu sesuai dengan perkembangan dan tuntutan masa depan (aspek IQ), sehingga dapat mengambil inisiatif dan peran di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, guru yang

50 Miftahul Ulum, Demitologi Profesi Guru (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press,

  memiliki peran transfer of value harus memberikan bekal mental, moral, dan spiritual kepada peserta didik (aspek EQ dan SQ) secara

  51 bersama-sama.

  b. Kompetensi Guru

  Menurut Munsyi, kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan

  52 tugas-tugas kependidikan.

  1) Kompetensi menurut Lyle M. Spencer dan Signe M. Spencer

  Lyle M. Spencer dan Signe M. Spencer mendefinisikan kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan/atau superior dalam

  53

  suatu pekerjaan atau situasi. Spencer dan Spencer membagi lima

  54 karakteristik kompetensi sebagai berikut.

  a) Motif yaitu sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan sesuatu.

  b) Sifat yaitu karakteristik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi atau informasi.

  c) Konsep diri yaitu sikap, nilai, dan image diri seseorang.

  51 Ibid., 21-22.

  52 Hamzah B. Uno, Profesi, 61.

  53 Ibid., 62.

  54 d) Pengetahuan yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu.

  e) Keterampilan yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental.

  2) Kompetensi Guru menurut Soediarto

  Kompetensi guru menurut pakar pendidikan Soediarto menuntut dirinya sebagai seorang guru agar mampu menganalisis, mendiagnosis, dan memprognosis situasi pendidikan. Guru yang memiliki kompetensi profesional perlu menguasai antara lain sebagai

  55

  berikut:

  a) Disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran

  b) Bahan ajar yang diajarkan

  c) Pengetahuan tentang karakteristik siswa

  d) Pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan

  e) Pengetahuan serta penguasaan metode dan model mengajar

  f) Penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran

  g) Pengetahuan terhadap penilaian, dan mampu merencanakan, memimpin, guna kelancaran proses pendidikan.

  55

  3) Kompetensi Guru menurut Nana Sudjana