BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Model Kontekstual a. Hakikat Model Kontekstual - IMPLEMENTASI PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PPKN KD MENJELASKAN HAKIKAT DEMOKRASI PESERTA DIDIK KELAS VIII E SMP N

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Model Kontekstual a. Hakikat Model Kontekstual Pembelajaran model kontekstual sebagai konsep belajar yang

  membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

  Menurut Nurhadi dalam Rahmat (2013:68) Pendekatan kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

  Glasersfeld (Komalasari 2010:15) Pembelajaran kontekstual mendasarkan pada filosofi konstuktivisme. Konstriktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri.

  Depdiknas (La Iru 2012:74) Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme

  

(constructivism) , bertanya (questioning), menyelidiki/menemukan sendiri (

inquiri) , masyarakat belajar ( learning community), pemodelan (modeling),

  dan penilaian sebenarnya (authentic assesment).

  Jadi pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mengaitkan materi dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme

  

(constructivism) , bertanya (questioning), menyelidiki/menemukan sendiri (

inquiri), masyarakat belajar ( learning community), pemodelan (modeling),

  dan penilaian sebenarnya (authentic assesment).

  Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program ini, tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran,langkah-langkah pembelajaran dan authentic assessment-nya.

2. Pendekatan Inkuiri

a. Pengertian Pendekatan

  Menurut Rahmat, dkk (2013:55) Pendekatan (approach) dapat di pandang sebagai suatu rangkaian tindakan yang terpola atau terorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu (misalnya dasar filosofis, prinsip psikologis, prinsip didaktis, atau prinsip ekologis), yang terarah secara sistematis pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian pola tindakan tersebut dibangun diatas prinsip-prinsip yang telah terbukti kebenarannya sehingga tindakan-tindakan yang diorganisir dapat berjalan secara konsisten ke arah tercapainya tujuan atau teratasinya suatu masalah.

  ( La Iru dan La Ode 2dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Pendekatan adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa

  (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

  Menurut Depdikbud (1990: 180) pendekatan dapat diartikan, “sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu”.

  Berdasarkan pengertian di atas, pendekatan mengandung sejumlah komponen atau unsur, yaitu tujuan, pola tindakan, metode atau teknik, sumber-sumber yang digunakan, dan prinsip-prinsip. Jadi pendekatan adalah suatu rangkaian tindakan yang terpola atau terorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu (misalnya dasarr filosofis, prinsip psikologis, prinsip dikdaktis, atau prinsip ekologis) yang terarah secara sistematis pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai.

b. Pengertian Inkuiri

  Kegiatan inkuiri dapat dilakukan secara perorangan, kelompok ataupun seluruh kelas (klasikal), baik dilakukan di dalam kelas ataupun di luar kelas. Inkuiri dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti diskusi antar siswa, tanya jawab antar guru dengan murid, dan sebagainya. Pelaksanaan metode inkuiri dapat dimaksudkan untuk mencari jawaban tertentu yang sudah pasti ataupun kemungkinan pilihan (alternatif) jawaban atas masalah tertentu.

  Inkuiri adalah suatu proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses-proses inkuiri mengandung proses-proses mental yang lebih tingkatanya dan bersifat student centered.

  Menurut Sumantri M. dan Johar Permana (2000:142) adalah cara penyajian pelajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode Inkuiri memungkinkan para peserta didik menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya, karena Metode Inkuiri melibatkan peserta didik dalam proses-proses mental untuk penemuan suatu konsep berdasarkan informasi-informasi yang diberikan guru.

  Inkuiri menurut Wina Sanjaya (2009:196) merupakan kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dan masalah yang dipertanyakan.

  La iru & La Ode (2012:14) inkuiri adalah suatu proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses-proses inkuiri mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya dan bersifat student centered. Misalnya merumuskan masalah, merancang eksperiman, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan.

  Jadi inkuiri adalah merupakan kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dan masalah yang dipertanyakan.

  Menurut Nana Sudjana (1996:74) ada lima tahapan dalam melaksanakan pendekatan inquiry atau discovery , yakni (a) merumuska masalah untuk dipecahkan oleh siswa, (b) menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis, (c) siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis, (d) menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi, dan (e) mengaplikasikan kesimpulan atau generalisai dalam situasi baru.

  Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan inkuiri adalah sebagai pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi peserta didik untuk berpikir secara kritis, analitis serta melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawaban atas pertanyaan yang mereka buat.

c. Langkah-langkah Inkuiri

  Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan inkuiri menurut Ibrahim dan Nur, (2000: 13), antara lain sebagai berikut: 1) Orientasi siswa pada masalah

  Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yangdibutuhkan dan memotivasi siswa terliibat pada aktivitas pemecahan masalah. 2) Mengorganisasikan siswa dalam belajar

  Guru membantu siswa adalam mengidentifikasi dan mengorganisasikan tugas tugas yang berkaitan dengan masaklah serta menyediakan alat. 3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

  Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen yang berkaitan dengan pemecahan masalah

  4) Menyajikan atau mempresentasikan hasil kegiatan Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan model yang membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

  5) Mengevaluasi kegiatan Guru membantu sisa untuk merefleksi pada penyelidikan dan proses penemuan yang digunakan.

  Menurut Rahmat (2013:73) Langkah-langkah yang perlu ditempuh guru dalam menggunakan Inkuiri ini sebagai berikut: 1) Menyajikan situasi dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan inkuiri 2) Merencanakan investigasi (penelitian) 3) Melaksanakan investigasi 4) Menyajikan temuan-temuan 5) Mengevaluasi investigasi

  Langkah yang digunakan dalam inkuiri dimulai dengan mengajarkan beberapa pertanyaan dengan memberikan beberapa informasi secara singkat, diluruskan agar tidak tersesat. Berdasarkan bahan yang ada siswa didorong untuk berfikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum. Seberapa jauh guru dalam membimbing siswa tergantung pada kemampuan siswa dan materi yang dipelajari.

  Metode inkuiri memberi kesempatan siswa menyelidiki dan menarik kesimpulan.

d. Tujuan Inkuiri

  Adapun tujuan dari inkuiri adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya.

  2) Mengurangi ketergantungan siswa pada guru untuk mendapatkan pelajarannya. Melatih peserta didik dalam menggali dan memanfaatkan lingkungan asebagai sumber belajar yang tidakada habisnya

  3) Memberi pengalaman belajar seumur hidup. 4) Meningkatkan ketrlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya.

  5) Mengurangi ketergantungn peserta didik pada guru untuk menda patkan pengalaman belajarnya.

  6) Melatih peserta didik menggali dan memanfatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya. 7) Memberi pengalaman belajar seumur hidup e.

   Kebaikan Inkuiri

  Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2000:143) kebaikan inkuiri adalah: 1) Siswa ikut berpartisipasi secara aktif didalam kegiatan belajarnya, sebab metode inkuiri menekankan pada proses pengolahan infpormasi pada peserta didik Siswa benar-benar dapat memahami suatu konsep dan rumus, sebab siswa mengalami sendiri proses untuk mendapatkan konsep atau rumus tersebut. 2) Metode ini memungkinkan sikap ilmiah dan menimbulakan semangat ingin tahu para siswa. 3) Dengan menemukan sendiri siswa merasa sangat puas dengan demikian kepuasan mental sebagai nilai intrinsik siswa terpenuhi. 4) Guru tetap memiliki kontak pribadi. 5) Penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikan yang sangat sulit dilupakan. 6) Memberikan kesempatan pada siswa untuk maju berkelanjutan sesuai dengan kemampuan sendiri. 7) Memungkinkan bagi siswa untuk memperbaiki dan memperluas kemampuan intelektual secara mandiri.

f. Kelemahan Inkuiri

  Kelemahan inkuiri adalah : 1) Kurang berhasil bila jumlah siswa dalam jumlah yang banyak dalam satu kelas.

  2) Sulit menerapkan metode ini karena guru dan siswa sudah terbiasa dengan metode ceramah dan tanya jawab 3) Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri lebih menekankan pada penguasaan kognitif dan mengabaikan aspek keterampilan, nilai dan sikap. 4) Kebebasan yang diberikan kepada siswa tidak selamanya dapat dimanfaatkan secara optimal dan sering terjadi siswa kebingungan.

  g. Manfaat inkuiri bagi peserta didik

  Menurut Mukminan dalam La Iru (2012:17) Menyebutkan manfaat inkuiri bagi peserta didik sebagai berikut : 1) Mengembangkan keterampilan siswa untuk mampu memecahkan permasalahan serta mengambil keputusan secara obyektif dan mandiri. 2) Mengembangkan kemampuan berpikir siswa atau meningkatkan potensi intelektualnya. 3) Membina sikap penasaran (rasa ingin tahu) dan cara berpikir obyektif, mandiri, kritis, logis, dan analitis baik secara individual maupun kelompok. 4) Meningkatkan kemampuan untuk melacak kembali (heuristik) dari

  discovery , di mana discovery akan merupakan cara berpikir dan cara hidup dalam menghadapi segala permasalan kehidupan sehari-hari.

  h. Peran guru dalam inkuiri

  Peran guru dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai fasilitator. Menurut La Iru (2012:16) Peran-peran tersebut dijabarkan sebagai berikut: 1) Menyiapkan sekenario pembelajaran. 2) Menyiapkan tugas/masalah yang akan dipecahkan oleh siswa. 3) Memberikan klarifikasi terhadap maslah-masalah. 4) Menyiapkan alat-alat dan fasilitas belajar yang diperlukan. 5) Memberikan kesempatan untuk menemukan dan melakukan penyelidikan. 6) Sebagai sumber informan, jika diperlukan oleh siswa. 7) Membantu siswa untuk merumuskan kesimpulan scara mandiri.

i. Peran peserta didik dalam inkuiri

  Dalam inkuiri peserta didik sebagai pengambil inisiatif atau prakarsa dalam menentukan sesuatu. Peserta didik aktif menggunakan cara belajar mereka sendiri, dengan demikian mereka diharapkan mempunyai keberanian untuk mengajukan pertanyaan, merespon masalah, dan berpikir untuk memecahkan masalah atau menemukan jawabannya melalui penyelidikan. Peserta didik bebas melakukan eksplorasi dan diberi kesempatan untuk melakukan pemilihan alternatif pemecahannya. Oleh karena proses penemuan itu dialami oleh peserta didik sendiri maka diharapkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat cepat dewasa ini, peserta didik dalam mendekati masalah atau situasi baru dengan berpikir secara ilmiah pula.

  Dengan melalui inkuiri, peserta didik akan belajar bagaimana belajar. Melalui pembelajaran inkuiri, peserta didik dapat dikondisikan aktif belajar, ikut menentukan tujuan, isi, dan cara belajar, misalnya peserta didik aktif mencari dan menemukan informasi, berdiskusi, dan memecahkan masalah. Bahan pelajaran lebih banyak bersifat pemikiran dan penerapan prinsip dan generalisasi agar dapat mengembangkan dinamika dan kreativitas peserta didik. Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator dan motivator. Ditinjau dari segi peserta didik, dengan inkuiri terjadi proses mental yang tinggi, sebab dengan aktivitas ini siswa mengasimilasi konsep dan prinsip, melakukan self learning

  activities , dan melatih tanggung jawab sendiri(B. Suryobroto.1986 :44) 3.

   Hasil Belajar a. Hasil Belajar

  Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3).

  Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.

  Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah apa yang diperoleh siswa setelah dilakukan aktivitas belajar.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

  Menurut Ahmadi (1997:103) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut : 1) Faktor raw input (yakni faktor murid/anak itu sendiri) di mana tiap anak memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam: a) Kondisi fisiologis.

  b) Kondisi psikologis. 2) Faktor envoronmental input (yakni faktor lingkungan), baik itu lingkungan alami ataupun lingkungan sosial.

  3) Faktor instrumental input, yang didalamnya antara lain terdiri dari: a) Kurikulum

  b) Program/bahan pengajaran

  c) Sarana dan Fasilitas

  d) Guru (tenaga pengajar)

4. Pembelajaran PPKn a. Pengertian Pembelajaran

  Pembelajaran mempunyai arti yang mirip dengan pengajaran, meskipun memiliki konotasi yang tidak sama. Pada konteks pendidikan, seorang guru mengajar agar murid bisa belajar dan menguasai isi pelajaran sehingga memperoleh sesuatu obyektif yang ditentukan atau aspek kognitif, serta bisa mempengaruhi perubahan sikap atau aspek afektif, dan keterampilan atau aspek psikomotor seseorang murid.

  Halminto & Elizabeth (dalam La Iru dan La Ode 2012:3) mendefinisikan pembelajaran sebagai

  “ Learning is relatively permanent

change in an individuals knowledge or behavior that results from

previouns exprience”. Definisi ini ini mengandung pengertian bahwa

  pembelajaran merupakan perubahan dalam pengetahuan atau perilaku, perubahan yang ditimbulkan oleh pembelajaran relatif permanen, dan pembelajaran timbul dari pengalaman sebelumnya.

  Menurut undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan pendidik dan sumber belajar pada satu lingkungan belajar.

  Jadi pembelajaran adalah suatu proses terjadinya interaksi belajar mengajar dalam suatu kondisi tertentu yang melibatkan beberapa unsur, baik unsur ekstrinsik maupun intrinsik yang melekat pada diri peserta didik dan guru termasuk lingkungan.

  b. Komponen Pembelajaran

  Berbagai usaha dilakukan untuk menganalisis proses pengolahan belajar mengajar ke dalam unsur-unsur komponennya. Menurut Ahmadi (1997:34) komponen-komponen tersebut meliputi : 1) Merencanakan yaitu mempelajari masa mendatang dan menyusun rencana kerja. 2) Mengorganisasikan yakni membuat organisai usaha, manager, tenaga kerja, dan bahan. 3) Mengkoordinasikan yaitu menyatukan dan mengkorelasikan semua kegiatan. 4) Mengawasi dan memeriksa agar segala sesuatu dikerjakan sesuai dengan peraturan yang digariskan dan instruksi-instruksi yang diberikan.

  c. Proses Pembelajaran yang Baik

  Pelaksanaan Proses Pembelajaran Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SPN), pasal 19, dinyatakan bahwa: 1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. 2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. 3) Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Dipertegas dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses bahwa standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

  d. Tujuan Pembelajaran

  Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas ”mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes, (Budianingsih 2005:28).

  e. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

  Secara bahasa Civic Education oleh sebagaian pakar diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia menjadi Pendidikan Kewarganegaraan.

  (Zamroni, Soemantri dan Winataputra). Istilah Pendidikan Kewargaan pada satu sisi identik dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Namun di sisi lain, istilah Pendidikan Kewarargaan, menurut Rosyada (2003:6) secara subtantif tidak saja mendidik generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang merupakan penekanan dalam istilah Pendidikan Kewarganegaraan, melainkanjuga membangun kesiapan warga negara menjadi warga dunia ( global society). Dengan demikian, orientasi Pendidikan Kewargaan secara subtantif lebih luas cakupannya dari istilah Pendidikan Kewarganegaraan.

  Winataputra (Taniredja 2012) Pendidikan Kewarganegaraan atau disingkat PKn merupakan bidang kajian yang bersifat multifaset yang bidang keilmuannya bersifat interdisipliner, multidisipliner bahkan multidimensional. Namun, menurut seorang ahli ilmu politik yang bernama Chreshore (1886), secara filsafat keilmuan ia berasal dari ilmu politik khususnya dari konsep

  “political democracy” untuk aspek “duties

and rights of citizen”. Dari ontologi pokok inilah berkembang konsep

“Civics”, yang secara harfiah diambil dari bahasa Latin “civicus” yang

  artinya warga negara pada jaman Yunani kuno, yang kemudian diakui secara akademis sebagai embrionya

  “civic education”, yang selanjutnya di

  Indonesia diadaptasi menjadi “pendidikan kewarganegaraan” (PKn). Dari sudut pandang epistemologis, menurut Barr, Barrt, dan Shermis (1978), PKn sebagai suatu bidang keilmuan merupakan pengembangan dari salah satu dari lima tradisi

  “social studies” yakni “citizenship transmission”.

  Saat ini tradisi itu sudah berkembang pesat menjadi suatu

  “body of

knowledge” yang dikenal dan memiliki paradigma sistemik yang

  didalamnya terdapat tiga domain

  “citizenship education” yakni: domain

  akademis, domain kurikuler, dan domain sosial kultural” Menurut Soedijarto (Taniredja 2009) Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warganegara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik yang demokratis. Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Tim ICCE UIN Jakarta: Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan di mana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik sehingga yang bersangkutan memiliki political knowledge, awareness, attitude, political

  

efficacy dan political participation serta kemampuan mengambil

keputusan politik secara rasional.

  Merphin Panjaitan, Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang demokrasi dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang dialogial. Sementara Soedijarto mengartikan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik yang demokratis.

  Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran PPKn adalah proses terjadinya interaksi belajar mengajar dalam suatu kondisi tertentu yang melibatkan beberapa unsur, baik unsur ekstrinsik maupun intrinsik yang melekat pada peserta didik yang secara subtantif tidak saja mendidik generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang merupakan penekanan dalam istilah Pendidikan Kewarganegaraan, melaikan juga membangun kesiapan warga negara menjadi warga dunia.

5. Hakikat Demokrasi

  Prayitno (Taniredja 2009:58) Demokrasi berasal dari bahasa yunani “demos” yang berarti rakyat, dan “kratos/kratien” yang berarti kekuasaan.

  Sehingga konsep dasar demokrasi adalah “rakyat berkuasa” (governmment of rule by the people).

  Demokrasi adalah “pemerintahan oleh rakyat, kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemerintahan bebas”. Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah governmment of the people, by the pleople, for the people, yakni suatu pemerintahan “dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”.

  Ubaedillah dkk, (2006: 131-132). Sedangkan pengertian demokrasi secara istilah atau terminology adalah seperti yang dinyatakan para ahli sebagai berikut: (a). Joseph A. Schmeter mengatakan demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik di mana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat, (b). Sidney Hook berpendapat demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.

  Dari pendapat diatas diperoleh kesimpulan bahwa hakikat demokrasi adalah sebagai suatu sistem bermayarakat dan bernegara serta pemerintahan memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan ditangan rakyat baik dalam penyelenggaraan negara maupun pemerintahan. Kekuasaan pemerintahan berada di tangan rakyat dan mengandung pengertian tiga hal yaitu pemerintah dari rakyat, pemerintahan oleh rakyat, dan pemerintahan untuk rakyat.

B. Penelitian Yang Relevan

  1. Agustanti, (2010) yang berjudul Implementasi Metode Inquiry Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi pada siswa kelas VIIE SMP N 2 Wonosobo semester 1 tahun pelajaran 2010/2011. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Implementasi Metode Inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi. Dari hasil ulangan harian pada siklus 1 terdapat perubahan perolehan nilai pada tiap- tiap siswa. Dari 34 siswa, yang mendapatkan nilai tuntas sebanyak 28 siswa (82,35%), Pada siklus 2, setelah dilakukan ulangan harian ternyata terdapat kenaikan untuk jumlah siswa yang tuntas. Dari 34 siswa yang tuntas ada 31 siswa (91,12%).

  2. Handayani, (2013) yang berjudul Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bentuk Aljabar di Kelas

  VII SMP Swasta Nur Adia Tanjung Selamat Tahun Ajaran 2012/2013 Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil analisis tes awal yang diperoleh sebelum pelaksanaan tindakan I dengan menggunakan metode inkuiri yaitu terdapat 3 orang (8,57%) yang telah tuntas secara klasikal namun masih terdapat 32 orang (91,42%) yang belum tuntas secara klasikal dengan nilai rata-rata 39,68. Berdasarkan hasil tes awal maka diberikan tindakan pada siklus I dengan tes hasil belajar I terdapat 15 orang (42,85 %) telah mencapai ketuntasan belajar dengan skor rata-rata 67,08 tetapi belum mencukupi syarat ketuntasan klasikal.(85%), maka dilanjutkan pada siklus II dan hasil analisis tes hasil belajar setelah diberikan tindakan pada siklus II yaitu terdapat 31 orang (88,57 %) telah mencapai ketuntasan belajar dengan skor rata-rata 78,37 dan telah tuntas secara klasikal.(85%) maka pembelajaran telah tuntas dan penelitian di berhentikan. Dari tindakan yang diberikan diperoleh peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II sebesar 45,72%.

  3. Dalimunthe (2014) yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Di Kelas Ix Smp Negeri 3 Medan Tahun Ajaran 2013/2014.

  Berdasrkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

  Hasil analisis data pada siklus I banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 16 dari 30 orang (53,33 %) dengan rata-rata kelas 68,00. Karena belum mencapai ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu 85% maka dilaksanakanlah siklus II. Pada siklus II ini model pembelajaran yang dilaksanakan masih sama yaitu model pembelajaran inkuiri tetapi di siklus II ini kelompok yang dibentuk lebih diperkecil dan alat bantu LAS nya dibagi 3 untuk setiap kelompok. Sedangkan untuk guru perlu memperhatikan waktu, pemberian motivasi dan penguatan bagi siswa. Hasil analisis data pada akhir siklus II dengan strategi pembelajaran yang sama, banyak siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 26 dari 30 orang (86,67%) dan rata-rata kelas 80,13. Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar klasikal yaitu minimal 85% dari jumlah siswa mempunyai daya serap ≥ 65% maka pembelajaran ini telah mencapai target ketuntasan belajarklasikal.

C. Kerangka Berfikir

  Yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik yang belum maksimal dalam proses pembelajaran.

  Untuk mengatasi hal ini, perlu ditambahkan sumber belajar dari lingkungan sekitar, memberdayakan peserta didik dan penggunaan pendekatan dalam proses pembelajaran juga akan membantu peserta didik lebih aktif. Situasi kehidupan nyata dan lingkungan sekitar yang ada di sekitar peserta didik merupakan sumber belajar yang sangat penting dan dapat memberi informasi dan pengalaman belajar yang tidak terbatas bagi peserta didik. Ada banyak informasi, fakta dan pengetahuan yang dapat digali dari situasi nyata dan lingkungan sekitar guna memperkaya pemahaman serta pengalaman belajar peserta didik.

  Secara lebih konkret, kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah berawal dari permasalahan bahwa hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran PPKn masih kurang kususnya di kelas VIII E. Pada hasil belajar kelas VIII E masih ada yang belum tuntas sesuai KKM. Agar hasil belajar peserta didik meningkat, perlu ditentukan alternatif pemecahannya dengan cara melakukan penelitian tindakan kelas yakni dengan menerapkan pendekatan inkuiri dalam proses pembelajaran PPKn. Penelitian tindakan kelas ini direncanakan sebanyak dua siklus. Pelaksanaan setiap siklus diobservasi, dianalisis, dan direfleksi untuk menentukan perencanaan tindak lanjut pada siklus berikutnya.

  Gambar Kerangka Berfikir PTK

  Perencanaan Tindakan

  pengumpulan data

  II Pengamatan/

  Tindakan

  II Pelaksanaan

  Tindakan

  I Perencanaan

  Permaslahan baru hasil refleksi

  Siklus I Siklus II

  I Refleksi I

  pengumpulan data

  I Pengamatan/

  Tindakan

  I Pelaksanaan

  Permasalaha n Perencanaan Tindakan

Gambar 2.1 gambar kerangka berfikir Sumber: Buku Penelitian Tindakan Kelas

  II Refleksi II

D. Alur Kerangka Berpikir Pembelajaran

Gambar 2.2 Gambar alur berfikir

  Planning Re- Reflecting Re- Planning

  Re- Acting Acting Observing Analisis

  Simpulan Re- Observing Reflecting

E. Hipotesis

  Berdasarkan analisis teoritis dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Penggunaan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran PPKn KD Menjelaskan Hakikat Demokrasi peserta didik kelas

  VIII E SMP N 2 Sokaraja semester genap tahun pelajaran 2014/2015 ”.

Dokumen yang terkait

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori Konsep 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif - IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PAI - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 41

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Model Pembelajaran a. Definisi Model Pembelajaran - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS (MEA) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VIII MATERI PRISMA DAN LIMAS DI SMP NEGERI 2 SUMBERGEMPOL

1 1 38

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Matematika - PERBEDAAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS VIII MATERI KUBUS DAN BALOK DI MTS DARUL FALAH TAHUN AJARAN 2017/2018 - Institutiona

0 6 29

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Media Pembelajaran - BAB II KAJIAN PUSTAKA

1 28 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran a. Pengertian Model Pembelajaran - BAB II RANI

0 3 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Konsep Model Pembelajaran - MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA BAHASA INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPASI PADA SISWA KELAS V MIS WAWOTOBI KECAMATAN WAWOTOBI KABUPATEN KONAWE - Repository IAIN Kendari

0 0 26

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Pustaka 1. Implementasi Konseling Behavioral a. Pengertian Konseling - IMPLEMENTASI KONSELING BEHAVIORAL DALAM MENGATASI KETIDAKDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS XI DI MA AL-IRSYAD KECAMATAN GAJAH KABUPATEN DEMAK - STAIN Ku

0 0 39

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran IPA - BAB II FIX

0 0 38

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Pustaka 1. Model Pembelajaran DRA (Directed Reading Activity) a. Pengertian Implementasi Model Pembelajaran DRA (Directed - IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DRA (DIRECTED READING ACTIVITY) UNTUK MENINGKATKAN BERFIKIR KRIT

0 0 26

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar - PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBASIS INKUIRI SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 14 SUR

0 0 25