Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Auditor, Spesialisasi Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)
Teori Agensi pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Mecking pada tahun
1976.Teori itu menjelaskan tentang hubungan kontraktual antara pemilik/
pemegang saham dengan agen/manajer.Agen harus bekerja sesuai delegasi
wewenang dari pemilik/pemegang saham sesuai dengan kontrak.Namun,
karena ada motivasi kepentingan pribadi (selfinterest) yang dalam
kenyataannya manajer tidak selalu bertindak sesuai keinginan pemilik.Salah
satu penyebabnya adalah moral hazard (keinginan manajer bertindak untuk
kepentingan pribadi).Hal ini dapat terjadi karena adanya asimetri informasi
antara manajer dan pemilik. Oleh karena itu, dibutuhkan pihak ketiga yang
independen sebagai mediator yaitu eksternal auditor yang akan memberikan
opini atas kewajaran laporan keuangan yang dibuat manajer. Penggunaan
auditor eksternal yang independen diharapkandapat mengurangi agency cost
(Fitriany, 2015).
Secara


garis

besar

teori

agensi

dikelompokkan

menjadi

dua

(Eisenhardt,1989), yaitu positive agency research dan principal agent
research.Positve agent research memfokuskan pada identifikasi situasi
dimana agen dan prinsipal mempunyai tujuan yang bertentangan dan
mekanisme pengendalian yang terbatas hanya menjaga perilaku self serving


Universitas Sumatera Utara

agen.Secara ekslusif, kelompok ini hanya memperhatikan konflik tujuan
antara pemilik (stockholder) dengan manajer.Sementara itu principal agent
research memfokuskan pada kontrak optimal antara perilaku dan hasilnya,
secara garis besar penekanan pada hubungan principal dan agent.Principalagent research mengungkapkan bahwa hubungan agent-principal dapat
diaplikasikan secara lebih luas, misalnya untuk menggambarkan hubungan
pekerja dan pemberi kerja, lawyer dengan kliennya, auditor dengan auditee.
2.1.2 Kualitas Audit
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan
auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditingdan standar
pengendalian

mutu.

Langkah-langkah

yang

dapat


dilakukan

untuk

meningkatkan Kualitas Audit adalah:
1. Meningkatkan pendidikan profesionalnya,
2. Mempertahankan Independensi dalam sikap mental,
3. Dalam melaksanakan pekerjaan audit, menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama,
4. Melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan baik,
5. Memahami struktur pengendalian intern klien dengan baik,
6. Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten,
7. Membuat laporan audit yang sesuai dengan kondisi klien atau sesuai
dengan hasil temuan.

Universitas Sumatera Utara

Kualitas audit merupakan adanya kecenderungan auditor akan mendeteksi
adanya fraud yang terdapat dalam laporan keuangan klien. (Ni Made & I

Made, 2014). Kualitas audit tidak dapat terlepas dari standar umum audit
yang tercantum dalam Pernyataan Standar Auditing (Mulyadi, 2002:39), yaitu
keahlian dan pelatihan teknis yang memadai, independensi dalam sikap
mental, dan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama.
Menurut Taylor, 2005 dalam Jackson et.al., 2008, kualitas audit terdiri atas
Actual Quality (kualitas sebenarnya) dan Perceived Quality (kualitas yang
dirasakan). Actual Quality merupakan tingkat dimana risiko dari pelaporan
salah saji material dalam rekening keuangan berkurang.Perceived Quality
adalah seberapa efektif pengguna laporan keuangan percaya bahwa auditor
telah mengurangi salah saji material.
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 316
menyatakan bahwa tanggung jawab auditor adalah untuk mendeteksi
kekeliruan dan ketidakberesan dalam audit atas laporan keuangan.Dimana
auditor dituntut dapat menemukan salah saji dalam laporan keuangan yang
bisa saja merupakan salah satu kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan
klien. Oleh karena itu, auditor memiliki peran yang penting dalam
mengungkap kecurangan tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas audit.
2.1.3 Audit Tenure
Audit tenure adalah lamanya masa perikatan Kantor Akuntan Publik (KAP)
dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Di Indonesia, ketentuan


Universitas Sumatera Utara

mengenai audit tenure telah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 yaitu masa jabatan
untuk KAP paling lama 5 tahun berturut – turut.
Keputusan Menteri tersebut juga membatasi masa kerja auditor paling
lama 3 tahun berturut – turut untuk klien yang sama. Pada tahun 2008,
dikeluarkan peraturan terbaru yaitu Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 yaitu tentang pemberian jasa audit
umum atas laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh KAP
paling lama 6 tahun berturut - turut dan untuk auditor paling lama 3 tahun
berturut – turut. Keputusan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
kecurangan karena kedekatan antara auditor dengan klien.Hal ini juga
memungkinkan auditor kehilangan independensinya. Masa penugasan/tenur
auditor didefiniskan sebagai jumlah tahun auditor dipertahankan oleh
perusahaan (Myers et.al., 2003).
Carey dan Simnett (2006) berpendapat ada dua faktor utama yang
menimbulkan timbulnya hubungan yang negatif antara hubungan auditorklien dan kualitas audit yaitu pengikisan independensi yang mungkin muncul
seiring dengan berkembangnya hubungan pribadi antara auditor dan klien

mereka dan berkurangnya kapasitas auditor untuk memberikan penilaian
kritikal. Hubungan yang lama antara perusahaan dengan kantor akuntan dapat
mengarahkan pada kedekatan antara kantor akuntan dengan manajemen
perusahaan sehingga membuat sikap independen menjadi sulit untuk
diterapkan oleh kantor akuntan (Dao et al.,2008).

Universitas Sumatera Utara

Giri (2010) mengungkapkan masalah tentang kecurangan Enron di US
yang melibatkan Kantor Akuntan Publik (KAP) International Arthur
Anderson (AA), dimana auditor sebagai pihak yang paling bertanggung
jawab dan independensi auditor sebagai faktor yang memicu timbulnya
masalah ini.AA yang telah melakukan tugas pengauditan keuangan Enron
hampir selama 20 tahun, tetapi AA tidak dapat mengungkapkan permasalahan
yang dihadapi oleh Enron. Kondisi ini memunculkan dugaan bahwa tugas
audit yang terlalu lama dilakukan oleh auditor dapat menurunkan
independensi auditor.
2.1.4 Reputasi Auditor
Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang
digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti

yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah
memeriksa bukti itu. Elfarini (2007:24) mendefinisikan kompetensi sebagai
keahlian yang cukup yang secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan
audit secara objektif.
Menurut Afify (2009) dalam Shukeri dan Islam (2012) KAP besar
memiliki motivasi yang lebih besar untuk menyelesaikan pekerjaan audit
mereka tepat waktu untuk mempertahankan reputasi dan nama KAP. KAP
besar biasanya memiliki tim audit yang lebih efisien karena mereka memiliki
sumber daya yang lebih banyak untuk melakukan pelatihan bagi staf mereka,
dan menggunakan teknologi audit yang lebih baik sehingga semakin sedikit

Universitas Sumatera Utara

waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan audit (Owunsu Ansah and
Leventis, 2006).
2.1.5 Spesialisasi Audit
Auditor spesialis artinya auditor tersebut memiliki pengalaman yang
banyak dalam mengaudit klien dalam industri yang sama. Pengalaman ini
berdampak pada meningkatnya pemahaman auditior tentang risiko audit
spesifik pada industri tersebut. Spesialisasi ini dapat meningkatkan efisiensi

dan efektivitas dalam penentuan kehandalan laporan keuangan klien dan
estimasiestimasinya

sehingga

auditor

akan

mempunyai

kemampuan

mendeteksi kesalahan atau ketidaknormalan pada industri yang diauditnya,
sehingga biasanya lebih sedikit melakukan kesalahan dibandingkan dengan
auditor yang bukan spesialis (Solomon et al. 1999).
Krishnan (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang diaudit oleh auditor
spesialis akan menghasilkan nilai akrual diskresioner yang lebih rendah
dibandingkan dengan auditor yang non spesialis. Hal ini konsisten dengan
penelitian Mehdi Safari (dalam Yuyetta dan Kono, 2013) yang menyatakan

bahwa akrual diskresioner klien auditor spesialisasi industri lebih rendah dari
akrual diskresioner klien non spesialisasi industri klien.
Auditor yang spesialis dalam industri tertentu akan lebih percaya diri
dalam menentukan inherent risk, memiliki kemampuan yang lebih tinggi
dalam mendeteksi error dan financial fraud. Oleh karena itu perusahaan yang
diaudit oleh auditor yang spesialis akan menghasilkan kualitas laba yang

Universitas Sumatera Utara

lebih baik karena nilai akrual diskrisioner yang lebih rendah dan earnings
response coefficients yang lebih besar (Balsam 2003).

2.1.6 Ukuran Perusahaan
Keputusan

Ketua

BAPEPAM

No mo r:


K e p - 11/PM/1997

tanggal 30 April 1997 ukuran perusahaan kecil dapat diukur dengan cara
melihat total aset yang kurang dari Rp. 100.000.000.000,00.
Syarat perusahaan dianggap besar adalah memiliki tot al aset lebih
dari Rp. 100.000.000.000,00.Ukuran perusahaan dinyatakan dengan
total aset, jika semakin besar total aset perusahaan maka akan semakin besar
pula ukuran perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aset besar
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut relatif lebih stabil dan mampu
menghasilkan laba yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang memiliki
total aset sedikit atau rendah. Perusahaan yang relatif besar kinerjanya akan
dilihat oleh publik sehingga perusahaan tersebut akan melaporkan kondisi
keuangannya dengan lebih berhati-hati, lebih menunjukkan keinformatifan
informasi yang terkandung di dalamnya dan lebih transparan sehingga
perusahaan akan lebih sedikit dalam melakukan manajemen laba (Suryani,
2010 dalam Warianto, 2013).
Auditor lebih sering memberikan opini audit non going concern terhadap
perusahaan yang memiliki ukuran yang besar. Hal inidikarenakan bahwa
perusahaan dengan ukuran besar akan lebih mampu untuk mengatasi kondisi

keuangan yang tidak stabil. Perusahaan yang skalanya lebih kecil akan lebih

Universitas Sumatera Utara

sering diberikan opini audit going concern karena kesangsian atas
kelangsungan usaha perusahaan (Fijrianto, 2010 dalam Siregar, 2016).

2.2

Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut adalah penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kualitas audit
yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.1
Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya

No. Peneliti

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

1.

Andrew B.

Variabel Independen:

Audit tenure berpengaruh

Jackson,

Audit Tenure

positif terhadap kualitas audit

Michael

dengan proksi pemberian

Moldrich, dan

Variabel dependen:

opini going concern dan tidak

Peter Roebuck

Kualitas audit dengan

berpengaruh terhadap kualitas

(2008)

proksi opini audit going

audit dengan proksi tingkat

concern dan tingkat

discretionary accrual

discretionary accrual

2.

Bambang

Variabel Independen:

Dari hasil uji statistik terbukti

Hartadi (2009)

Fee Audit, Rotasi Kap dan bahwa: Fee audit berpengaruh
Reputasi Auditor

signifikan terhadap kualitas

Variabel Dependen:

audit, sementara rotasi dan

Kualitas Audit

reputasi audit tidak

Universitas Sumatera Utara

berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.
3.

Daud M.T .

Variabel Independen:

Audit tenure tidak

Sinaga (2012)

Audit Tenure, Ukuran

memberikan pengaruh yang

KAP, Ukuran

signifikan terhadap kualitas

Perusahaan Klien

audit, Ukuran KAP dan
Ukuran perusahaan klien

Variabel Dependen:

memiliki pengaruh signifikan

Kualitas Audit

terhadap kualitas audit,
dimana semakin besar ukuran
KAP dan banyaknya asset
perusahaan sulit untuk
mendapatkan opini going
concern.

4.

Desak

Variabel Independen:

auditorclient tenure, ukuran

Nyoman Sri

Auditor Client Tenure,

klien, reputasi auditor dan

Werastuti

Debt Default, Reputasi

kondisi keuangan tidak

(2013)

Auditor, Ukuran Klien,

berhubungan dengan opini

dan Kondisi Keuangan

audit going concern,

Variabel Dependen :

sedangkan debt default

Kualitas Audit melalui

berhubungan dengan opini

Opini Audit Going

audit going concern.

Concern

Universitas Sumatera Utara

5.

Efraim

Variabel Independen:

Tenure KAP secara statistik

Ferdinan Giri

Tenure KAP dan Reputasi

berpengaruh negatif dan

(2010)

KAP

signifikan terhadap kualitas

Variabel Dependen:

audit yang diukur dengan

Kualitas Audit

akrual lancar. Reputasi KAP
berpengaruh signifikan ketika
diuji sebagai variabel tunggal
dan sebagai pemoderasi
hubungan
tenur dengan kualitas audit.

6.

Fitriany,

Variabel Independen:

Perbandingan sebelum dan

Sidharta

Pengaruh Tenure, Rotasi

sesudah regulasi tidak

Utama, Dwi

dan Spesialisasi Kantor

signifikan terhadap audit

Martani, Hilda

Akuntan

tenure dan rotasi KAP

Rosietta

Publik (KAP)

mempengaruhi kualitas audit.

(2015)

Sedangkan pada spesialisasi
Variabel Dependen:

KAP terdapat peningkatan

Kualitas Audit dengan

independensi dan kompetensi

Perbandingan Sebelum

auditor spesialis sehingga

dan Sesudah Regulasi

kualitas audit menjadi lebih

Rotasi KAP

berkualitas.

Universitas Sumatera Utara

2.3

Perumusan Hipotesis dan Kerangka Pemikiran

2.3.1 Hubungan Audit Tenure dengan Kualitas Audit
Lama masa perikatan audit umumnya akan mempengaruhi tingkat
independensi auditor yang berakibat pada kualitas audit. Hal ini telah diatur
oleh pemerintah Indonesia bahwa jasa auditor paling lama hanya 3 tahun
berturut-turut pada klien yang sama, sedangkan Kantor Akuntan Publik(KAP)
memiliki waktu paling lama 6 tahun berturut-turut pada klien yang sama.
Peraturan ini diharapkan dapat mencegah skandal akuntansi.
Hubungan antara auditor dan klien memiliki hasil yang berbeda
dipenelitian yang dilakukan. Sejalan dengan teori Al-Thuneibat et al. (2011)
dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa hubungan yang lama antara
auditor dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka,
cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas
audit, penelitian yang dilakukan Astuti (2015), menyimpulkan bahwa Audit
Tenure berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Hubungan
antara auditor klien yang panjang akan memungkinkan auditor dan
manajemen mencapai kenyamanan dalam pekerjaan yang dapat mengancam
independensi auditor. Disisi lain hubungan auditor-klien yang panjang juga
bisa saja mempunyai dampak posistif terhadap kualitas audit, dengan
argumen bahwa auditor akan mengenali dan sangat memahamiproses bisnis
perusahaan dan perilaku manajemen.
Berdasarkan uraian diatas maka, diajukan hipotesis:
H1 :Audit tenure berpengaruh terhadap kualitas audit

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Hubungan Reputasi Auditor dengan Kualitas Audit
Ukuran

KAP

menunjukkan

kemampuan

auditor

untuk

bersikap

independen dan melaksanakan audit secara profesional, sebab KAP menjadi
kurang tergantung secara ekonomi kepada klien. Klien juga kurang
dapatmempengaruhi opini auditor.KAP besar cenderung memberikan opini
kebangkrutan perusahaan klien(Lenox, 1999 dalam Efraim, 2010).KAP
berafiliasi dengan KAP Internasional dipakai sebagai proksi reputasi KAP.
KAPbereputasi menjelaskan adanya sikap independensi auditor dalam
melaksanakan tugas audit. Auditor yangberafiliasi dengan KAP Internasional
akan berpengaruh negatif terhadap kualitas audit yang diukur denganakrual
(Becker et al. 1998 dalam Efraim, 2010).
Auditor di KAP besar membangun pengalaman belajar lebih cepat
dibanding non-KAP besar.Lebih lanjut, auditor KAP besar lebih cakap pada
awal perikatan audit karena kecepatan dan keahlian mereka yang lebih besar
dalam memperoleh pengetahuan yang diwajibkan serta mendapatkan kenalan
yang diperlukan (Chi dan Huang, 2004; Al-Thuneibat et al. 2011; Siregar,
2016).
Dibandingkan dengan KAP kecil, KAP besar mempunyai kemampuan
yang lebih baik dalam melakukan audit, sehingga mampu menghasilkan
kualitas audit yang lebih tinggi.Hal tersebut karena KAP besar mempunyai
kelebihan yaitu (i) besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani KAP; (ii)
banyaknya ragam jasa yang ditawarkan; (iii) luasnya cakupan geografis,

Universitas Sumatera Utara

termasuk adanya afiliasi international; dan (iv) banyaknya jumlah staf audit
dalam suatu KAP (Arie, 2009; Nuratama, 2011).
Uraian diatas menunjukkan bahwa KAP besar memiliki reputasi yang baik
dan kualitas audit yang tinggi. Namun apakah KAP besar benar-benar
menghasilkan kualitas audit yang tinggi. Untuk menjawabnya, disusunlah
hipotesis kedua sebagai berikut :
H2 : Reputasi Auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
2.3.3 Hubungan Spesialisasi Audit dengan Kualitas Audit
Spesialisasi industri dilakukan oleh auditor dalam melauli peningkatan
keahlian pada bidang industri tertentu, atau memilih pangsa pasar yang
terfokus pada jenis industri tertentu. Keahlian spesifik industri dan pangsa
pasar yang terkonsentrasi pada suatu bidang industri menyebabkan auditor
spesialis industri memiliki kualitas audit yang lebih baik dibandingkan
dengan auditor nonspesialis (Carcello et.al, 2004; Siregar, 2016).
Seperti penelitian dilakukan Dalimunthe (2015) dan Siahaan (2016) yang
menyimpulkan bahwa auditor industry spesializatio/spesialisasi auditor
berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor dikatakan spesialis apabila telah
menguasai pangsa pasar sebesar 10%. Berbeda dengan Siregar (2016)
menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh spesialisasi audit terhadap
kualitas audit.
Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan hipotesis:

Universitas Sumatera Utara

H3 : Spesialisasi audit berpengaruh terhadap kualitas audit
2.3.4. Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Kualitas Audit
Analisis

data Al-Thuneibat

et

al.

(2011) dalam

Athoi (2015)

mengungkapkan bahwa “auditor di KAP besar membangun pengalaman
belajar lebih cepat dibanding non-KAP besar”. Dengan demikian, auditor
KAP besar, akan lebih cakap pada awal perikatan audit karena kecepatan dan
keahlian mereka yang lebih besar dalam memperoleh pengetahuan yang
diwajibkan serta mendapatkan kenalan yang diperlukan. Selain oleh efek
ukuran KAP, kualitas audit juga dapat dipengaruhi olehukuran perusahaan
Klien. Auditee yang lebih besar, karena kompleksitas operasimereka dan
peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan,

sangat

memerlukan KAP yang dapat mengurangi agency cost (Watts dan
Zimmerman,1986 dalam Nasser et al., 2006) dan ancaman kepentingan
pribadi auditor (Hudaibdan Cooke, 2005 dalam Nasser et al., 2006).
Dalam penelitian yang dilakukan Evita Sari (2014) pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia(BEI) menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit. karena
semakin besar total asset yang dimiliki oleh perusahaan, maka perusahaan
dianggap memiliki ukuran yang besar sehingga mampu mempertahankan
kelangsungan usahanya. Perusahaan besar memiliki kemampuan yang lebih
baik dalam mengelola perusahaan dan menghasilkan laporan keuangan yang
lebih berkualitas. Kemudian perusahaan besar pastinya akan lebih memilih

Universitas Sumatera Utara

menggunakan jasa auditor besar yang independen dan profesional untuk
menciptakan audit yang berkualitas sehingga timbul hubungan yang positif.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Athoi (2015) yang menunjukkan
bahwa nilai koefisien regresi Ukuran Perusahaan Klien bernilai negatif
sebesar 0.000 dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0.763 > 0,05 yang berarti
bahwa variabel Ukuran Perusahaan Klien tidak berpengaruh signifikan
terhadap Kualitas Audit. Hal ini mengandung arti bahwa Ukuran Perusahaan
Klien tidak berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit, atau dengan
kata lain ditolak. Hal ini memberikan arti ketika baik perusahaan besar
maupun perusahaan kecil memperoleh tingkat kepercayaan yang sama dari
pengguna laporan keuangan bahwa laporan keuangan mereka telah bebas dari
salah saji material, bagi perusahaan kecil tingkat kepercayaan ini menjadi
lebih efektif dibandingkan perusahaan besar. Bagi perusahaan kecil,
kepercayaan

pengguna

laporan

keuangan

bukan

hanya

mampu

mempromosikan investasi perusahaan, namun tentu saja membuat perusahaan
lebih diperhatikan publik dan investor.Sedangkan, bagi perusahaan besar
yang sudah menjadi perhatian dan sorotan publik, tingkat kepercayaan ini
hanya membantu dalam mempromosikan investasi.
Berdasarkan uraian diatas maka diajukan hipotesis :
H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas audit

Universitas Sumatera Utara

H5 :Audit Tenure, Reputasi Auditor, Spesialisasi Auditor, dan
Ukuran Perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap Kualitas
Audit

Gambar 2.1
Kerangka Konsep Penelitian

Audit Tenure
(X1)
H1
Reputasi Auditor
(X2)

H2
Kualitas Audit

Spesialisasi Auditor
(X3)

H3

(Y)

H4

Ukuran Perusahaan
(X4)

H5

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Auditor, Spesialisasi Audit, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 17 88

Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, opini audit dan reputasi auditor terhadap audit delay Di perusahaan perbankan yang terdaftar Di bursa efek indonesia

0 0 10

Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, opini audit dan reputasi auditor terhadap audit delay Di perusahaan perbankan yang terdaftar Di bursa efek indonesia

0 0 2

Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, opini audit dan reputasi auditor terhadap audit delay Di perusahaan perbankan yang terdaftar Di bursa efek indonesia

0 0 9

Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Auditor, Spesialisasi Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Auditor, Spesialisasi Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Auditor, Spesialisasi Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Auditor, Spesialisasi Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Chapter III V

0 0 23

Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Auditor, Spesialisasi Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Auditor, Spesialisasi Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 7