Materi Ujian Komprehensif Manajemen Pema

Materi Ujian Komprehensif
Manajemen Pemasaran Islam
by. Dr. Andi Mardiana, M.Si.

A. Etika Bisnis dan Etika Pemasaran
Menurut Drs. O.P Simorangkir etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. Menurut Magnis Suseno, etika adalah
sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran yang memberi kita norma tentang bagaiman kita
harus hidup adalah moralitas.1
Menurut ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau
jasa kepada konsumen untuk mendapatkan laba atau keuntungan. Menurut sejarahnya
bisnis berasal dari bahasa Inggris bussines yang berasal dari kata dasar busy yang berarti
sibuk dalam konteks individu, komunitas, organisasi ataupun masyarakat. Sibuk dalam
hal ini dapat diartikan sebagai kegiatan atau melakukan aktivitas kerja untuk
mendapatkan keuntungan.
Pengertian bisnis menurut Pandji Anoraga adalah pertukaran barang, jasa, atau
uang yang saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Sedangkan menurut arti
dasarnya, bisnis memilki makna sebagai “ the buying and selling of goods and service”.2
Bisnis juga difahami sebagai suatu kegiatan usaha individu ( privat) yang
terorganisasi atau melembaga, untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna
mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.3

Pengertian etika bisnis adalah studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar
dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam
kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. ( Velasquez, 2005)
Jadi menurut pengertian di atas etika bisnis dapat diartikan sebagai kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh suatu organisasi atau individu dalam melakukan
aktivitas penjualan barang dan jasa dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dengan
1

Franz Magnis Suseno, Etika Dasar : Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta :
Kanisius, 1987, hlm 14
2
Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis,( Jakarta :Rineka Cipta dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
(STIE) Bank BPD Jateng, 1997), hlm 2. Muhammad, Etika Bisnis Islami, Yogyakarta: Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN, 2004, hlm37
3
Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis: Membangun Wacana Integrasi Perundangan Nasional
dengan Syariah, Yogyakarta : PT LKIS Printing Cemerlang, 2009. Hlm 25. Muhammad Djakfar, Etika
Bisnis Islami: Tataran Teoritis dan Praktis, Malang : UIN Malang Press, 2008.

menggunakan prinsip keadilan dan kejujuran.

Pemasaran menurut Khotler dan AB Susanto adalah suatu proses sosial dan
manajerial di manaindividu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan
mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama
lain.4
Khotler memberikan definisi bahwa manajemen pemasaran adalah sebagai suatu
seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mandapatkan, menjaga, dan menumbuhkan
pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan
yang unggul.5
Definisi pemasaran menurut Nur Rianto Al Arif adalah suatu proses sosial yang
merancang dan menawarkan sesuatu yang menjadi kebutuhan dan keinginan dari
pelanggan dalam rangka memberikan kepuasan yang optimal kepada pelanggan.6
Pengertian pemasaran menurut Khasmir adalah suatu usaha untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan para nasabahnya terhadap produk dan jasa.7
Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan pemasaran adalah sebuah
kegiatan

yang

dilakukan


dalam

rangka

merencanakan,

mengorganisasikan,

mempromosikan, dan untuk mewujudkan tujuan perusahaan.
Menurut pengertian di atas dapat pula disimpulkan bahwa pengertian etika
pemasaran adalah sebuah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dalam
merencanakan, mengorganisasikan, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan
jasa yang dilakukan sebuah perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dengan
menggunakan prinsip keadilan dan kejujuran.
Untuk memahami lebih jauh bagaimana penerapan etika bisnis dan etika
pemasaran dalam syariah kita harus memahami beberapa hal terlebih dahulu.kita perlu
mengetahui bahwa etika bisnis merupakan bagian dari etika profesi.
Pengertian profesi adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup
dengan mengandalkn keahlian dan ketrampilan yang tinggi dan dengan melibatkan


4

Philip Khotler dan AB Susanto, Manajemen Pemasaran di Indonesia, Jakarta : Salemba
Empat.2000 hal 7
5
Philip Khotler, Marketing Manajemen, New Jersey: Prentice Hall, 2000, hlm 8
6
Nur Rianto Al Arif, Dasar- Dasar Pemasaran Bank Syariah, Bandung : Alfabeta, 2010, hlm 6
7
Khasmir, Pemasaran Bank, Jakarta: Kencana, 2010, hlm 53

komitmen pribadi yang mendalam.8
Seseorang yang memilki profesi disebut profesional. Dalam dunia bisnis seorang
yang dikatakan profesional biasanya memilki ciri- ciri sebagai berikut :
1. Dalam menjalankan sebuah profesi seseorang harus mempunyai keahlian dan
ketrampilan khusus dalam menjalankan sebuah pekerjaan. Keahlian dan
ketrampilan ini dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan, atau pengalaman
yang diperoleh dalam bidang usaha tertentu.
2. Selain memiliki keahlian dalam menjalankan sebuah profesi seseorang
dituntut untuk memilki komitmen moral yang tinggi. Komitmen ini harus

dimilki oleh seorang yang profesional dalam menjalankan profesinya,
biasanya komitmen ini berupa sebuah aturan yang dijadikan pedoman dan
disebut dengan kode etik. Kode etik ini menentukan perilaku seorang
profesional dalam menjalankan profesinya, selain itu dengan adanya kode
etik dalam sebuah profesi diharapkan dapat melindungi masyarakat dari
kerugian yang disebabkan oleh kaum profesional dan juga dapat melindungi
keluhuran sebuah profesional dari orang- orang yang tidak kompeten.
3. Seseorang dikatakan profesional adalah orang yang hidup dari profesinya.
Ciri yang ketiga ini dapat memilki arti bahwa orang yang profesional
memperoleh gaji dari profesi yang dia jalani dan dapat mencukupi kebutuhan
hidupnya dari profesi tersebut. Selain iti dapt diartikan juga bahwa profesi
tersebut telah membentuk identitas orang tersebut, dimana seseorang yang
dikatakan profesional tidak dapat dipisahkan dari profesinya.
4. Pengabdian terhadap masyarakat, seseorang yang menjalankan profesi
tertentu, misalnya profes seorang dokter, guru, dosen, hakim, dan lain- lain
telah memilki komitmen atau kode etik untuk mengabdikan hidupnya untuk
kepentingan masyarakat atau orang banyak.
5. Dalam menjalankan sebuah profesi tertentu, seorang profesional memilki izin
khusus yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari profesionalisme
kerja dari seorang profesional.

6. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu organisasi profesi.
8

Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Yogyakarta: Kanisius, 1998, hlm 35

Misalnya profesi dokter disebut dengan IDI ( Ikatan Dokter Indonesia), IAI
( Ikatan Akuntan Indonesia), dan sebagainya.tujuan dari organisasi profesi ini
adalah untuk melindungi dan menjaga standar keahlian dan ketrampilan agar
tidak terjadi pelanggaran, untuk mengantisipasi pelanggaran kode etik dan
melindungi masyarakat dari pelanggaran pelaksanaan sebuah profesi tertentu.
Dalam menjalankan sebuah etika bisnis ada beberapa prinsip yang harus dimilki
seorang profesional, di antaranya :
1. Prinsip tangung jawab. Prinsip tanggung jawab dalam hal ini meliputi
tanggungjawab seorang profesional terhadap profesi yang dijalaninya dan
tanggungjawab terhadap masyarakat yang merasakan dampak dari profesi
yang dilakukannya.
2. Prinsip keadilan. Prinsip ini menuntut seorang profesional untuk bersikap adil
dalam menjalankan profesinya agar masyarakat dapat merasakan manfaat dari
profesi yang dijalankan dan tidak merasa dirugikan serta dapat memperoleh
hak- haknya.

3. Prinsip otonomi merupakan hak yang dimiliki kaum profesional untuk
menjalankan profesinya secara bebas. Otonomi di sini membatasi kaum
profesional untuk selalu menjalankan profesinya dengan tanggungjawab dan
bersikap profesional.
4. Prinsip integritas moral, seorang profesional hendaknya memilki integritas
moral yang tinggi dalam menjalankan profesinya. Prinsip integritas moral ini
menuntut seorang profesional untuk menjaga nama baiknya, menjaga
keluhuran profesinya dan menjaga kepentingan masyarakat.

B. Perbedaan Bisnis Islam dan Non Islam
Sebelum kita membahas etika bisnis secara syariah ada baiknya kita mengetahui
dan memahami terlebih dahulu perbedaan bisnis islam dan non islam berikut ini 9:

No.

Karakteristik Bisnis

9

Bisnis Islam


Bisnis non Islam

Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Kencana, 2013, hlm 13-15

1.

Asas

Akidah Islam ( nilai- nilai Sekulerisme ( niali- niali
transendental)

materialisme)
Dunia

2.

Motivasi

Dunia akhirat


3.

Orientasi

Profit, zakat, dan benefit Profit, pertumbuhan, dan
(non materi),pertumbuhan, keberlangsungan
keberlangsungan,

dan

keberkahan
4.

Etos Kerja

Tinggi,

bisnis


adalah Tinggi

bagian dari ibadah
5.

Sikap Mental

Maju

dan

,bisnis

adalah

kebutuhan duniawi

produktif, Maju

dan


produktif

konsekuensi keimanan dan sekaligus
manifestasi kemusliman

konsumtif,

konsekuensinya aktualisasi
diri

6.

Keahlian

Cakap

dan

bidangnya,
dari

ahli

Amanah

dan

konsekuensi bidangnya,

kewajiban

ahli

di

konsekuensi

seorang dari motivasi punishment

muslim
7.

di Cakap

dan reward

Terpercaya

dan Tergantung

kemauan

bertanggungjawab, tujuan individu ( pemilik capital),
tidak menghalalkan segala tujuan menghalalkan segala
cara

cara
Halal dan haram

8.

Modal

Halal

9.

Sumber Daya Manusia

Sesuai

dengan

kerjanya

akad Sesuai

dengan

akad

kerjanya atau sesuai dengan
keinginan pemilik modal

10.

Sumber Daya

Halal

11.

Manajemen Strategic

Visi dan misi organisasi Visi dan misi organisasi
terkait erat dengan misi ditetapkan
penciptaan
dunia

manusia

berdasarkan

di pada kepentingan material
belaka

12.

Manajemen

Jaminan halal dari setiap Tidak ada jaminan halal

Operasional

masukan,

proses

dan bagi

setaip

masukan

,

dan

keluaran

,

keluaran, mengedepankan proses,
produktivitas

dalam mengedepankan

koridor syariah

produktivitas dalam koridor
manfaat

13.

Manajemen Keuangan

Jaminan halal bagi setiap Tudak ada jaminan halal
masukan,

proses,

dan bagi setiap masukan, proses

keluaran

keuangan, dan

mekanisme

keuangan mekanisme

dengan bagi hasil
14.

Manajemen Pemasaran

Manajemen SDM

Pemasaran dalam koridor Pemasaran

SDM

profesional

keuangan,
keuangan

dengan bunga

jaminan halal
15.

keluaran

menghalalkan

segala cara
dan SDM

profesional,

SDM

berkribadian islam, SDM adalah aktor produksi, SDM
adalah pengelola bisnis, bertanggung
SDM

jawab

pada

bertanggungjawab diri dan pimpinan

pada diri, pemimpin, dan
Allah

C. Etika Bisnis Secara Syariah
Dalam menjalankan etika bisnis kita harus mengetahui prinsip
mendasarinya.

yang

Menurut islam, harus kita fahami bahwa pada dasarnya Allah telah

menyuruh manusia untuk bekerja. Manusia dianjurkan untuk melakukan kegiatan bekerja
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, salah satu pekerjaan adalah melakukan kegiatan
bisnis. Bisnis dalam islam dijelaskan dijelaskan melalui kata tijarah yang memiliki dua
makna, yaitu pertama perniagaan secara umum yang mencakup perniagaan manusia
dengan Allah. Misalnya saja perasaan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, berjuang di
jalan Allah dengan harta dan jiwanya, melaksanakn perintah Allah, menafkahkan
hartanya di jalan Allah. Makna tijarah yang kedua adalah perniagaan secara khusus yaitu

perdagangan sesama manusia.10
Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya Allah telah menjelaskannya melalui
firmaNya dalam al Qur’an surat Al Baqarah ayat 62, yang artinya:
“Sesungguhnya orang - orang Mukmin, orang-orang Yahudi, orang –orang
Nasrani dan orang- orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benarbenar beriman kepada Allah, hari kemuadian dan beramal shaleh, mereka akan
menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka,
dan tidak ( pula) mereka bersedih hati.”( QS Al Baqarah: 62)
Selain surat di atas ada beberapa dalil Al Qur’an yang menjelaskan hal serupa,
yaitu:
QS At Taubah: 105, yang artinya:
“Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasulnya serta orangorang mu’minakan melihat pekerjaanmu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Maha Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepa da kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
QS Al Baqarah :198, yang artinya:
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia ( rezeki hasil perniagaan) dari
Tuhan- Mu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada
Allah Masy’arilharam. Dan berzikirlah ( dengan menyebut) Allah
sebagaimanayang ditunjukanNya kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum
itu benar- benar termasuk orang-orang yang sesat.”
QS An Nissa:29, yang artinya:
“Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaanyang
berlaku dengan suka sama suka antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu, sesungguhnya adalah Allah Maha Penyayang kepadamu.”
QS Faathir: 29, yang artinya:
“Sesungguhnya orang- orang yang selalu membaca kitab Allahdan mendirikan
shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada
mereka dengan diam- diam dan terang- terangan,mereka itu mengharapkan
perniagaan yang tidak merugi.”
QS Al Jumu’ah: 10-11, yang artinya:
10

Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Kencana, 2013, hlm 7-8

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak- banyaknya supaya kamu
beruntung. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka
bubar dan menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (
berkhotbah): “ Katakanlah apa yang di sisi Allah adalah lebih baik daripada
permainan dan perniagaan,” dan Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki.”
QS An Najm: 132, yang artinya:
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (
kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang
paling sempurna.”
QS Al An’am :132, yang artinya:
“Dan tiap- tiap orang memperoleh deajat- derajat (seimbang)dengan apa yang
dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”
QS As Shaf: 10-11, yang artinya:

“Hai orang- orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan
yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? ( yaitu) kamu beriamn
kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan
jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”
Dari beberapa contoh penegasan ayat Al Qur’an di atas kita dapat mengetahui
bahwa bisnis khusunya dalam hal perniagaan dianjurkan oleh Allah dengan menggunakan
prinsip sesuai dengan Al Qur’an. Selain itu dalam menjalankan bisnis seseorang harus
mengetahui tujuan bisnis yang dilakukan yaitu bahwa bisnis dalam Al Qur’an memilki
tujuan utama yaitu untuk mendapatkan dua keuntungan, keuntungan duniawi dan
ukhrawi.11
Kedua keuntungan tersebut telah dijelaskan dalam Al Qur’an. Sebagai contoh
untuk mendapatkan keuntungan duniawi seseorang yang melakukan transaksi jual beli
secara tunai hendaknya melakukan kesepakatan atau akad dengan ketentuan tidak adanya
paksaan dari salah satu fihak dan atas dasar suka sama suka, selain itu jika kedua belah
fihak melakukan transaksi jual beli secara tidak tunai hendaknya transaksi tersebut
dituliskan dalam akad dengan kesepakatan kedua belah pihak, sehingga tidak terjadi
kesalahfahaman yang menyebabkan kerugian yang akan dialami oleh salh satu fihak.
11

Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Kencana, 2013, hlm 12

Dari kedua keuntungan yang menjadi tujuan utama dalam sebuah bisnis, sangat jelas
bahwa dalam melakukan bisnis sangat diperlukan sebuah etika agar tercipta sebuah
kemaslahatan bersama.
D. Kategori Bisnis Dalam Islam
Menurut Al Qur’an sebuah bisnis dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok12,
yaitu:
1. Bisnis Yang Menguntungkan
Dalam pandangan al Qur’an bisnis yang menguntungkan mengandung tiga elemen dasar,
yaitu:
a. Mengetahui investasi modal yang paling baik
Menurut Al Qur’an tujuan dari semua aktifitas kegiatan manusia hendaknya adalah
mencari keridhaan Allah. Sehingga pada dasanya semua kegiatan bisnis, dalam hal ini
melakukan investasi terbaik dilakukan atas dasar mencari keridhoan Allah. Investasi
terbaik adalah sebuah kegiatan mempergunakan harta yang kita miliki yang dilakukan
atas dasar keikhlasan dengan mengetahui situasi dan kondisi bisnis serta menggunakan
harta yang dianugerahkan oleh Allah di jalan yang baik. Mempergunakan harta kita
dalam hal ini misalnya, menggeluarkan zakat sebagai salah satu investasi untuk
menolong sesama yang membutuhkan, selain itu kesabaran dalam menghadapi cobaan,
selalu bertawakal dan berserah diri kepada Allah dalam Al Qur’an dianggap sebagai
investasi yang menguntungkan.
Jika hal tersebut mampu dilakukan maka Allah akan melipatgandakan kekayaan
seseorang dan menjaminnya sebagai investasi yang tidak akan pernah gagal. Investasi
terbaik adalah investasi yang dilakukan tidak hanya untuk mencapai keuntungan duniawi
tetapi juga bertujuan untuk mencari keuntungan ukrawi sebagai bekal kehidupan kita di
akhirat nanti.
b. Membuat keputusan yang logis, sehat, dan masuk akal
Dalam melaksanakan sebuah bisnis seorang profesional dituntut untuk mampu
membuat keputusan yang bijaksana, hati- hati, logis, masuk akal serta tepat dan sehat.
Keputusaan yang diambil dapat mempengaruhi keuntungan yang didapat oleh sebuah

12

Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2001, hlm 38

perusahaan. Al Qur’an telah menjelaskan bahwa manusia akan memperoleh kebaikan jika
dia menanam kebaikan dan sebaliknya dia akan memperoleh keburukan jika dia
menanam keburukan, oleh karena itu kita dianjurkan mengambil keputusan yang baik
dalam bisnis dan menggunakan pedoman bisnis yang sesuai Al Qur’an agar kita
mendapatkan keuntungan yang baik pula.
c. Mengikuti perilaku yang baik
Bisnis yang baik hendaknya dilakukan dengan perilaku yang baik, Rasulullah telah
mengajarkan bahwa dalam berbisnis kita harus menerapkan prinsip kejujuran, keadilan,
tepat dalam menimbang, bebas riba, dan perilaku baik lainnya yang telah dijelaskan
dalam Al Qur’an. Untuk lebih jelasnya perilaku yang baik dalam bisnis ini akan
dijelaskan pada pembahasan selanjutnya mengenai etika bisnis ala Rasulullah. Pada
dasarnya, jika kita berperilaku baik dalam menjalankan bisnis kita maka kita akan
mendapatkan keuntungan yang baik dan berkelanjutan atau terus menerus. Selain
keuntungan dunia kita juga akan memperoleh keuntungan di akhirat dengan berperilaku
bisnis sesuai tuntunan Al Qur’an.
2. Bisnis Yang Merugi
Kegiatan bisnis dikatakatan merugi jika memiliki beberapa kriteria di bawah ini :
a. Investasi modal yang jelek
b. Keputusan yang tidak sehat
c. Perilaku jahat
Ketiga kriteria di atas merupakan kegiatan bisnis yang berorientasi pada keuntungan
dunia semata. Pada awal melakukan kegiatan bisnis, seorang pebisnis yang merugi akan
mendapatkan keuntungan yang banyak dan berlipat akan tetapi keuntungan tersebut tidak
akan berarti apa- apa karena hanya berorientasi pada kepentingan dunia semata. Jika
perbuatan tersebut dilakukan secara berkelanjutan tidak menutup kemungkinan kegiatan
bisnisnya hanyalah suatu kegiatan yang sia- sia karena tindakan yang dilakukan pada
awalnya telah salah. Bisnis yang merugi di sini tidak semata- mata kita fahami sebagai
kerugian dalam hal materi tetapi juga kerugian di akhirat karena hanya mementingkan
keuntungan dunia saja. Pada praktek bisnis ini, selain hanya mendapatkan keuntungan di
dunia saja, perilaku jahat dalam bisnis dapat merugikan atau menyakiti pihak lain.

3. Pemeliharaan Prestasi, Hadiah, dan Hukuman
Pemeliharaan prestasi dalam bisnis mengacu pada bagaimana kita menjalankan bisnis
dengan baik atau buruk di dunia. Jika kita menjalankan bisnis dengan etika bisnis yang
baik, Allah akan memberikan balasan yang baik dan sebaliknya jika melakuakan sesuatu
bisnis yang tidak baik maka Allah akan membalasnya sesuai dengan apa yang dikerjakan
seperti yang telah dijelaskan dalam Al Qur’an berikut ini :
a. QS An Fushilat: 46, yang artinya:
“ Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka ( pahalanya)untuk
dirinya sendiri dan barangsiapa yang bernuat jahat maka ( dosanya) atas dirinya
sendiri, dan sekali-kali Tuhanmu tidaklah menganiaya hamba-hambaNya”

b. QS Az Zalzalah :7-8, yang artinya:
“ Barangsiapa yang mengerjakan kebaiakan seberat zarrahpun, niscaya dia akan
melihat (balasannya). Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat

zarrah pun maka dia juga akan melihat ( balasannya).”
c. QS An Nissa :29, yang artinya:
“ Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaanyang
berlaku dengan suka sama suka antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu, sesungguhnya adalah Allah Maha Penyayang kepadamu.”

d. QS Al Kahfi: 30, yang artinya:
“ Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal shaleh, tentulah Kami tidak
akan menyia- nyiakan pahala orang- orang yang mengerjakan amalan (nya)

dengan baik.”
e. QS An Nissa:124, yang artinya:
“ Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal shaleh, baik laki- laki maupun
perempuan sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam

surga dan tidak dianiaya walau sedikitpun.”
Penjelasan ayat Al Qur’an di atas telah menegaskan bahwa semua perbuatan yang kita
lakukan akan mendapatkan balasannya, baik itu perbuatan baik ataupun buruk. Perbuatan
baik dalam bisnis akan mendapatkan balasan atau hadiah dari Allah yaitu berupa balasan

surga dan kenikmatan di dalamya, sedangkan perbuatan burukpun akan mendapatkan
hadiah berupa hukuman sesuai dengan tingkat keburukan yang dikerjakan.

E.

Etika Bisnis Ala Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW adalah pedagang yang sangat sukses pada masanya, dalam

menjalankan bisnis perdagangannya Rasulullah melakukan dan mengajarkan beberapa
etika dalam berbisnis, di antanya 13:
1. Kejujuran dalam menjelaskan produk
Ketika melakukan sebuah transaksi jual beli atau transaksi bisnis seorang
pedagang dianjurkan untuk bersikap jujur. Kejujuran menjadi modal utama dalam
menjalankan sebuah bisnis. Jika kejujuran digunakan sebagai dasar etika
menjalankan bisnis akan memberikan dampak yang positif bagi usaha bisnis yang
dijalankan dan memberikan keuntungan bagi bisnis tersebut. Salah satu sifat
kejujuran adalah kejujuran dalam menjelaskan sebuah produk yang ditawarkan.
Seorang pebisnis harus jujur mengenai barang dagangannya baik dalam bentuk
kualitas atau kuantitas sebuah barang. Dalam menjalankan bisnisnya Rasulllah
SAW melarang kita meletakkan barang yang busuk di bawah barang yang masih
baru. Rasulullah juga bersabda, yang artinya :
“Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan yang mempunyai aib,
kecuali ia menjelaskan aibnya.” ( HR Al Quzwani)
Dari hadis tersebut kita dapat memahami betapa pentingnya sebuah kejujuran
dimiliki oleh seseorang dalam hal apapun, karena seseorang yang selalu bersikap jujur
akan selalu mendapatkan kepercayaan dari orang lain, dan tidak menutup kemungkinan
dengan bersikap jujur mengenai produk yang kita tawarkan maka pelanggan akan terus
berdatangan dan menjalin kerjasama dengan kita. Hal tersebut tentu akan memberikan
pengaruh terhadap bisnis yang kita kelola, dan membuatnya terus berkembang dan maju.
2. Suka sama suka

Etika bisnis yang juga diajarkan oleh Rasulullah adalah adanya prinsip suka sama
suka antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi bisnis. Prinsip tidak

13

74

Malahayati, Rahasia Sukses Bisnis Rasulullah, Yogyakarta: Jogja Great! Publisher, 2010, hlm

adanya paksaan dalam melakukan sebuah transaksi dapat memberikan keuntungan
dalam mengelola sebuah bisnis. Seorang pebisnis selayaknya memahami
pentingnya etika bisnis dan mengetahui bahwa prinsip suka sama suka memilki
peran yang besar sebagai kunci sebuah kesuksesan bisnis.
3. Tidak menipu takaran, ukuran dan timbangan
Dalam melakukan kegiatan bisnis khususnya dalam bisnis perdagangan,
seseorang dianjurkan untuk tidak menipu takaran, ukuran dan timbangan.
Kegiatan bisnis yang baik adalah kegiatan yang dilakukan dengan landasan
kejujuran dalam mengukur kadar timbangan dalam berdagang.
4. Tidak menjelek- jelekkan bisnis orang lain
Salah satu hal yang dilakukan seorang pebisnis dalam memperkenalkan
produknya, salah satunya adalah dengan mengiklankan produk dagangannya.
Etika yang harus dilakukan ketika mengiklankan produk adalah tidak menjelekjelekkan produk orang lain. Untuk mendapatkan keuntungan dalam kegiatan
bisnis hendaknya etika bersikap sportif dan lebih menonjolkan keunggulan produk
yang dimilki akan lebih mendatangkan keuntungan dan keberkahan bagi sebuah
bisnis daripada menjelek- jelekkan produk orang lain.
5. Bersih dari unsur riba
Keuntungan yang diperoleh dari sebuah bisnis hendaknya tidak mengandung
unsur riba. Untuk meminimalisir unsur riba dalam usaha bisnis, hendaknya dalam
berbisnis seseorang menggunakan cara- cara yang islami yaitu tetap berpegang
teguh dengan ajaran Al Qur’an dan Sunnah. Telah dijelakan dalam Al Qura’an
bahwa riba sangat dilarang dalam islam, berikut beberapa ayat yang menegaskan
pelarangan riba :
QS Ar Ruum ayat 39, yang artinya :
“Dan sesuatu riba ( tambahan) yang kamu berikan agar dia menambahpada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan

pahala.”

QS Al Imran ayat 130 , yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda

dan bertaqwalah kamu kepada

Allah supaya

kamu

mendapatkan keberuntungan.”
QS Al Baqarah ayat 278, yang artinya :
“ Hai orang-orang yang beriaman,bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang- orang beriaman.”

Dari beberapa ayat tersebut telah jelas bahwa riba sangat dilarang dalam bisnis karna
hanya akan mendatangkan kerugian bagi orang yang memakan riba tersebut. Oleh karena
itu etika isnis yang baik sangat dianjurkan untuk mendatangkan keuntungan yang bersifat
duniawi dan ukhrawi.
6. Tidak menimbun barang ( Ihtikar)
Penimbunan barang dalam bisnis juga dilarang dalam islam. Hal tersebut
dikhawatirkan dapat memberikan kerugian bagi pihak lain karena akan
menimbulkan kelangkaan suatu barang tertentu yang mengakibatkan naiknya
harga barang sehingga menyebabkan orang lain mendapatkan kesulitan dalam
memperoleh barang. Praktek ikhtikar biasanya dilakukan oleh pihak tertentu
untuk mendapatkan keuntungan yang berlipatganda dan mereka yang melakukan
penimbunan barang hanya berorientasi pada keuntungan semata tanpa
memperdulikan kemaslahatan orang lain. Oleh karena itu etika bisnis yang baik
salah satunya adalah tidak melakukan penimbunan barang dan selalu memberikan
manfaat atau kemudahaan bagi orang lain sehingga tercipta kemaslahatan.
7. Tidak melakukan monopoli
Etika bisnis secara islam juga menganjurkan kepada kita untuk tidak melakukan
monopoli barang. Monopoli dalam hal ini terjadi apabila dalam suatu perusahaan
yang menjadi penjual tunggal suatu produk tanpa adanya barang subtitusi yang
mirip.14
14

Pengantar Ekonomi Mikro, Gregory Mankiw, Jakarta: salemba Empat, 2012, hlm 312

Jika monopoli terjadi dalam suatu tempat akan menyebabkan barang menjadi
sedikit karena disediakan oleh satu perusahaan saja sehingga menyebabkan harga
barang menjadi mahal, hal tersebut tentu saja akan menyebabkan orang lain
kesulitan karena tidak semua orang mampu membayar atau membeli barang
dengan harga yang mahal.
8. Mengutamakan kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan menjadi kunci yang tidak kalah penting untuk dilakukan
dalam sebuah bisnis. Kepuasan yang dirasakan oleh seorang pelanggan akan
membuat pelanggan untuk menggunakan dan membeli lagi produk atau jasa yang
kita tawarkan. Selain itu jika seorang pelanggan merasa puas dengan pelayanan
atau produk yang kita tawarkan maka pelanggan tersebut akan mengajak orang
lain untuk menggunakan produk atau jasa dari perusahaan kita sehingga jika hal
tersebut terus dilakukan akan dapat memberikan dampak yang positif dalam
perusahaan.
9. Membayar upah sebelum kering keringat karyawan
Upah atau gaji adalah balas jasa yang diterima atas apa yang telah dilakukan atas
suatu pekerjaan tertentu. Etika bisnis dalam islam mengajarkan untuk membayar
gaji karyawan sebelum keringatnya kering merupakan suatu perumpamaan bahwa
seorang pimpinan berkewajiban menyegerakan pembayaran upah seorang
karyawan segera setelah pekerjaannya selesai dilakukan. Perusahaan juga
dikategorikan perusahaan yang sehat jika mampu membyar kewajibannya kepada
karyawannya.
10. Teguh menjaga amanah
Etika profesi yang terakir adalah seorang pebisnis harus teguh dalam menjaga
amanahnya. Menjaga amanah dalam hal ini dapat berarti banyak hal misalnya saja
dalam

menjalin hubungan kerjasama bisnis dengan rekan kerja hendaknya

memilki sikap amanah atau dapat dipercaya. Ketika menjalin perjanjian bisnis
hendaknya dituliskan dengan sebuah akad yang jelas sehinggga dapat
dipertanggungjawabkan di kemudian hari. Sikap amanah dapat mempengaruhi
kepercayaan seseorang atau mitra bisnis untuk menjalin kerjasama bisnis dengan
perusahaan kita. Jika sudah memilki kepercayaan terhadap kita maka mitra

tersebut akan terus menjalin kerjasama dengan kita yang pada akhirnya akan
memberikan dampak yang baik untuk perusahaan kita. Allah SWT telah
menjelaskan dalam Al Qur’an QS an Nissa ayat 58, yang artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh manusia menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan menyuruh manusia apabila menetapkan hukum di

antara manusia agar menetapkannya dengan adil”.
Dalam ayat tersebut Allah menyuruh kita untuk menyampaikan amanah kepada yang
berhak menerimanya. Jadi amanah adalah sikap yang penting untuk kita milki dalam
menjalankan bisnis kita.
F. Perbandingan Pemasaran Syariah dan Pemasaran Konvensional
No

Pembanding

Pemasaran Syariah

Pemasaran
Konvensional

1.

Konsep dan filosofi dasar

Mendasarkan semua
aktivitas pemasaran
dengan niali- nilai
keTuhanan

Bebas nilai dan tidak
mendasarkan
keTuhanan dalam
aktivitas pemasaran

2.

Etika pemasar

Menggunakan prinsip
kejujuran, amanah, dapat
dipercaya

Bebas nilai,
menghalalkan segala
cara untuk memperoleh
keuntungan

3.

Pendekatan terhadap
konsumen

Konsumen dan
perusahaan perbankan
memilki hubungan mitra
kerja

Konsumen dijadikan
obyek untuk
memperoleh
keuntungan

4.

5.

Cara pandang terhadap
pesaing

Budaya kerja

Pesaing dianggap mitra
dan menggunakan
prinsip bersaing secara
sehat

Pesaing dianggap
lawan yang harus
dikalahkan

Menggunakan prinsip
Bebas nilai
kejujuran, kecerdasan,
bertanggung jawab, dan
mampu menyebarluaskan

G. Etika Pemasaran Secara Syariah
Pemasaran syariah adalah sebuah disiplin bisnis strategi yang mengarahkan
proses penciptaan, penawaran, dan perubahan value ( nilai) dari inisiator kepada stake
holdersnya yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai prinsip-prinsip muamalah dalam
islam.15
Dalam hal ini akan dijelaskan karakteristik yang ada dalam pemasaran syariah,
yaitu :
1. Ketuhanan ( Rabbaniyah)
Seorang pemasar syariah memilki karakteristik ketuhanan yang digunakan
dalam melakukan pemasaran. Hal tersebut berarti ketika melakukan kegiatan
pemasaran hendaknya menanamkan nilai- nilai kemaslahatan dan tidak hanya
mengejar keuntungan semata. Seorang pemasar syariah juga diharapkan
memilki pemahaman bahwa setiap kegiatan pemasaran yang dilakukan selalu
diketahui oleh Allah, sehingga dalam melakukan pemasaran tidak akan
melakukan hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat merugikan orang lain.
2. Etis ( akhlaqiyyah)
Seorang pemasar syariah harus memilki etika dalam menjalankan bisnisnya.
Etika hendaknya menjadi prioritas utama dalam menjalankan bisnis
perusahaan. Seorang pemasar syariah harus memilki kejujuran dan etika
dalam memasarkan produk dan jasa agar mendapatkan keuntungan sehingga
dapat mengembangkan perusahaan. Etika yang baik dalam menjalankan
sebuah bisnis dapat menimbulkan kepercayaan sesama mitra kerja sehingga
terjadi hubungan kemitraan yang baik dan sholid.
3. Realistis ( al waqi’yyah)
Pemasar syariah harus memiliki karakter pemasar yang realistis. Realistis
dalam hal ini dimaksudkan mampu bersikap fleksible dalam mengikuti
perkembangan zaman dan tehnologi. Pemasar syariah harus mampu
menguasai tehnologi untuk mampu bersaing dengan pemasar yang lain.
Selain penguasaan tehnologi terbaru juga mampu untuk tetap memasarkan
produk dengan memegang teguh prinsip pemasar syariah yaitu misalnya
15

Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, Nur Rianto Al Arif, Bandung : Alfabeta, 2010, hlm 22

berpenampilan

sopan,

rapi,

bersih

dengan

model

yang

mengikuti

perkembangan zaman.
4. Humanitis (insaniyyah)
Humanitis adalah bahwa syariah diciptakan untuk manusia agar derajatnya
terangkat, sifat kemanusiaannya terjaga dan terpelihara sesuai dengan syariah.
Marketing syariah diciptakan bersifat universal yaitu mencakup semua
kalangan dan tidak mengenal warna kulit, ras, suku, agama, status, dan
kebangsaan seseorang. Karakteristik humanistik ini bertujuan untuk
memberikan pelayanan kepada nasabah tanpa memandang status, derajat,
agama, ras,suku, bangsa sehingga dapat mencakup semua kalangan yang
membutuhkan jasa dan produk dari sebuah perusahaan.
H.

Nilai- Nilai Pemasaran Syariah
Rasulullah SAW telah mengajarkan bahwa dalam pemasaran syariah, kita harus

memahami niali-nilai yang harus kita lakukan ketika melakukan pemasaran. Berikut
beberapa ilai yang mencerminkan etika dalam melakukan pemasaran yang berbasis
syariah :
1. Shidiq, yang artinya dalam menjalankan pemasaran syariah kita harus memilki
sifat kejujuran. Kejujuran sangat penting dimiliki oleh seorang pemasar,
Rasulullah SAW adalah suri tauladan bgagi kita dalam menerapkan sikap dalam
kehidupan kita, seperti sebuah hadis yang diriwayatkan oleh HR Bukhari dan
Muslim, yang artinya16 :
“ Wajib bagi kalian berlaku jujur, sebab jujur membawa pada kebaikan, dan
kebaikan menunjukkan jalan ke surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan
memperhatikan kejujuran, ia akan termaktub di sisi Allah atas kejujurannya.
Sebaliknya , janganlah berdusta, sebab dusta mengarah pada kejahatan, dan
kejahatan membawa ke neraka. Seseorang yang berdusta dan memperhatikan

kedustaannya, ia tercatat di sisi Allah sebagai pendusta.” ( HR Bukhari
Muslimdari Ibnu Mas’ud)
2. Fathanah, artinya mengerti, memahami, dan menghayati secara mendalam segala
16

Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, Nur Rianto Al Arif, Bandung : Alfabeta, 2010, hlm 25

sesuatu yang terjadi dalam tugas dan kewajiban dalam melakukan pemasaran
syariah. Sifat fathanah berkaitan erat dengan kecerdasan dalam melakukan
pemasaran baik kecerdasan rasio maupun ilahiyyah. Sumber daya manusia dalm
perbankan harus memilki kecerdasan mengenai seluruh aspek yang berhubungan
dengan perbankan syariah sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik
dan dapat mencapai tujuan perusahaan.
3. Amanah, dalam hal ini bermakna tanggung jawab yang harus dilakukan dalam

melaksanakan setiap tugas dan kewajiban dalam sebuah perusahaan. Amanah
sangat penting dimiliki oleh seorang pemasar syariah karena dapat mempengaruhi
kepercayaan nasabah. Amanah yang diterima hendaknya dilaksanakan dengan
sebaik- baiknya, seperti dijelaskan dalam QS An Nisa ayat 58, yang artinya:
“ Seseungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan ( menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik- baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah

adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
4.

Tabligh, bermakna menyampaikan sesuatu kepada orang lain dengan hikmah,
kesabaran, sehingga dapat menumbuhkan hubungan sesama manusia yang sholid
dan kuat serta dapat menciptakan kemaslahatan. Seorang pemasar syariah dalam
hal ini dituntut tidak hanya bersikap menyampaikan misi sebuah perusahaan tetapi
juga menjadi juru dakwah dan menyampaikan pengembangan ekonomi syariah
kepada masyarakat. Masyarakat menjadi target utama dalam penyampaikan misi
perkembangan ekonomi syariah karena pada faktanya belum banyak masyarakat
yang mengetahui dan faham tentang ekonomi syariah.

5. Istiqamah, berarti konsisten. Seorang pemasar syariah hendaknya memilki sikap

konsisten dalam menerapkan aturan syariah, dapat dipercaya, dan teguh pendirian.
Sikap konsisten seorang pemasar syariah merupakan cerminan keseluruhan sikap
dari sebuah perusahaan.

KESIMPULAN

1. Pengertian etika bisnis adalah studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar
dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan
dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Pengertian etika pemasaran adalah
sebuah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dalam merencanakan,
mengorganisasikan, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang
dilakukan

sebuah

perusahaan

untuk

mendapatkan

keuntungan

dengan

menggunakan prinsip keadilan dan kejujuran.
2. Penerapan etika bisnis menurut syariah adalah dalam menjalankan bisnis syariah
hendaknya menjalankan etika sesuai ajaran Rasulullah SAW, di antaranya etika
kejujuran dalam menjelaskan produk, prinsip suka sama suka dalam melakukan
transaksi bisnis, tidak menipu takaran dan timbangan, tidak menjelek-jelekkan
bisnis orang lain, bersih dari unsur riba, tidak menimbun barang. Tidak
melakukan monopoli, mengutamakan kepuasan pelanggan, membayar upah
sebelum kering keringat, dan teguh menjaga amanah
Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya Allah telah menjelaskannya melalui
firmaNya dalam al Qur’an surat Al Baqarah ayat 62, yang artinya:
“Sesungguhnya orang - orang Mukmin, orang-orang Yahudi, orang –orang
Nasrani dan orang- orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benarbenar beriman kepada Allah, hari kemuadian dan beramal shaleh, mereka akan
menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka,

dan tidak ( pula) mereka bersedih hati.”( QS Al Baqarah: 62)
3. Penerapan etika pemasaran menurut syariah harus memenuhi beberapa kriteria
yaitu ketuhanan, etis, realistis, dan humanitis. Selain itu dalam melakukan
pemasaran harus memenuhi kriteria nilai – nilai etika dalam pemasaran syariah
yaitu shidiq, fatanah, amanah, tabliq, istiqamah. Pemasaran syariah adalah sebuah
disiplin bisnis strategi yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan
perubahan value ( nilai) dari inisiator kepada stake holdersnya yang dalam
keseluruhan prosesnya sesuai prinsip-prinsip muamalah dalam islam

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Mustaq. Etika Bisnis dalam Islam. 2001.Jakarta: Pustaka Al Kautsar.
Al Arif, Nur Rianto. Dasar- Dasar Pemasaran Bank Syariah.2010. Bandung : Alfabeta.
Anoraga, Pandji. Manajemen Bisnis. 1997. Jakarta :Rineka Cipta dan Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bank BPD Jateng
Djakfar, Muhammad. Hukum Bisnis: Membangun Wacana Integrasi
Perundangan Nasional dengan Syariah. 2009. Yogyakarta : PT LKIS Printing Cemerlang
Djakfar, Muhammad.. Etika Bisnis Islami: Tataran Teoritis dan Praktis . 2008.
Malang : UIN Malang Press
Fauzia, Ika Yunia. Etika Bisnis dalam Islam. 2013. Jakarta: Kencana
Keraf, Sonny. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya.1998. Yogyakarta :
Penerbit Kanisius
Khasmir. Pemasaran Bank. 2010. Jakarta: Kencana
Khotler, Philip. Marketing Manajemen. 2000. New Jersey: Prentice Hall
Khotler, Philip dan AB Susanto. Manajemen Pemasaran di Indonesia . 2000.
Jakarta : Salemba Empat
Malahayati. Rahasia Sukses Bisnis Rasulullah. 2010. Yogyakarta: Jogja Great! Publisher.
Mankiw, Gregory. Pengantar Ekonomi Mikro. 2012. Jakarta: Salemba Empat
Muhammad. Etika Bisnis Islami. 2004. Yogyakarta: Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN
Sula, Muhammad Syakir dan Hermawan Kertajaya. Syariah Marketing. 2005.
Jakarta :Mizan
Suseno, Franz Magnis. Etika Dasar : Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral.
1987. Yogyakarta : Kanisius