Tugas ILMU ALAMIAH DASAR CATATAN KULIAH
Tugas
ILMU ALAMIAH DASAR
CATATAN KULIAH
Nama Kelompok I /(BP) :
1. ILHAM KURNIA HADI /
(0810512083)
2. M.FAUZAN AZIMA /
(1310511029)
3. RIZA KURNA PUTRA /
(1310511031)
4. WINDI AGUS SAPUTRA /
(1310511032)
5. FARID HADIATAMA /
(1310511034)
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2014
BAB 1
PENDAHULUAN
Ilmu alamiah dasar (IA) sering disebut Ilmu alamiah Pengetahuan Alam (IPA) dan
akhir-akhir ini ada juga yang menyebutkan Ilmu Kealaman yang dalam bahasa inggris
disebut Natural Science atau disingkat Science dan dalam bahasa Indonesia sudah lazim
digunakan istilah Sains.
I.A merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji gejala-gejala dalam alam semesta,
termasuk bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Ilmu Alamiah Dasar (Basic
Natural Science) hanya mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang esensial saja.
A. Manusia yang Bersifat Unik
Manusia sebagai makhluk hidup umumnya mempunyai ciri-ciri: (1) organ tubuhnya
kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya, (2) mengadakan metabolisme atau
penyusunan dan pembongkaran zat, yakni ada zat yang masuk dan keluar, (3) memberikan
tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar, (4) memiliki potensi untuk berkembang,
(5) tumbuh dan berkembang, (6) berinteraksi dengan lingkungannya, dan (7) bergerak.
Bila kita dibandingkan tubuh manusia dengan tubuh hewan tingkat tinggi lainnya, maka
tubuh manusia lemah. Misalnya: gajah, harimau, burung, dan buaya. Gajah dapat mengangkat
balok yang berat, harimau dapat berjalan cepat. Burung dapat terbang, dan buaya dapat
berenang cepat.
Namun, rohani manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dengan kedua alat itu, manusia dapat mengangkat barang puluhan ton, berlari
dengan mobil lebih cepat, bergerak lebih cepat dengan kapal terbang dengan pesawat terbang
supersonik, dan sebagainya. Dengan kedua alat itu, manusia dapat mengusai dan
mengungguli makhluk lain. Akal budi dan kemauan kerasnya adalah sifat unuk dari manusia,
di samping dapat belajar dan mengajar anakanya.
B. Kurioritas atau Rasa Ingin Tahu dan Akal-Budi
Telah disebutkan di atas bahwa semua makhluk hidup, termasuk manusia, memberikan
tanggapan terhadap rangsangan dari lingkungan. Misalnya tumbuhan yang berhijau daun
memberikan reaksi terhadap sinar matahari. Cabang dan daun tumbuhan itu berusaha untuk
memperoleh sinar matahari karena perlu untuk mengadakan fotosintesis (pembuatan zat
makanan). Hewan tingkat memberikan reaksi terhadap lingkungan dengan mengadakan
pernjelajahan, ingin tahu daerah lain, misalnya harimau atau burung ingin tahu tempat lain
untuk memperoleh makanan dan sebagainya. Rasa ingin tahu atau kuriositas pada hewan itu
didorong oleh naluri (instinct) dan oleh asimov (1972) disebut idle curiosity. Naluri itu
bertitik pusat pada mempertahankan kelestarian hidup dan sifatnya tetap sepanjang zaman.
Manusia mempunyai naluri seperti tumbuhan dan hewan. Tetapi juga mempunyai akalbudi sehingga rasa ingin tahu itu tidak tetap sepanjang zaman. Manusia mempunyai rasa
ingin tahu yang berkembang. Rasa ingin tahu manusia tidak pernah dapat dipuaskan. Apabila
suatu masalah dapat dipecahkan, akan timbul masalah lain yang menunggu pemecahannya.
Manusia bertanya terus setelah tahu apa, maka ingin tahu bagaimana dan mengapa. Manusia
mampu menggunakan pengetahuan yang telah lama diperoleh untuk dikombinasikan dengan
pengetahuan yang baru menjadi pengetahuan yang lebih baru lagi. Hal yang demikian
berlangsung beradad-adad sehingga terjadi akumulasi pengetahuan. Manusia purba hidup
gua-gua, tetapi berkat pengetahuan yang bertambah terus, manusia modern bertempat tinggal
dalam gedung-gedung yang kokoh dan indah seperti saat ini. Kecuali untuk memenuhi
kepuasan manusia, Ilmu pengetahuan juga berkembang untuk keperluan praktis agar
hidupnya lebih mudah dan menyenangkan.
C. Perkembangan Alam Pikiran Manusia
Sebagaimana ten lah dikemukalan, manusia mempunyai rasa ingin tahu terhadap rahasia
alam dengan menggunakan pengamatan dan penggunaan rahasia alam dengan menggunakan
pengamatan dan penggunaan pengalaman, tetapi sering tidak dapat menjawab masalah dan
tidak memuaskan. Pada manusia kuno, untuk memuaskan diri, mereka mencoba membuat
jawaban sendiri. Misalnya, apakah pelangi itu ? mereka tidak dapat menjawabnya. Maka,
mereka tidak dapat menjawabnya. Maka, mereka mencoba menjawabnya dengan mengatakan
bahwa pelangi adalah selendang bidadari. Lalu timbullah pengetahuan baru, yaitu bidadari.
Selanjutnya, tentang mengapa gunung meletus, mereka juga mencoba menjawabnya dengan
mengatakan bahwa Yang berkuasa marah. Dengan menggunakan logika, muncullah
pengetahuan yang berkuasa pada lautan, hutan, dan seterusnya. Pengetahuan baru yang
merupakan kombinasi antara pengalaman-pengalaman dan kepercayaan disebut mitos.
Cerita-cerita mitos itu disebut legenda. Mitos dapat diterima orang pada saat itu karena
keterbatasan pengindraan dan penalaran serta hasrat ingin tahu yang perlu segera dipenuhi.
Sehubungan dengan kemajuan zaman, lahirlah ilmu pengetahuan dan metode pemecahan
masalah secara ilmiah yang selanjutnya terkenal dengan metode ilmiah (Scientific method).
Puncak pemikiran mitos adalah pada zaman Babilonia, yaitu kira-kira 700-600 SM. Orang
Babiolonia berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai ruang setengah bola dengan bumi
yang datar sebagai lantainya dan langit dengan bintang-bintang sebagai atapnya. Namun,
yang menakjubkan adalah mereka telah mengenal bidang ekletika sebagai bidang edar
matahari dan menetapkan perhitungan satu tahun, yaitu 365,25 hari. Pengetahuan
perbintangan pada zaman itu pada zaman itu memang berkembang dan muncul pengtahuan
tentang rasi-rasi kelompok bintang, yaitu rasi scorpio, virgo, pisces, leo, dan sebagainya. Rasi
bintang yang kita kenal pada saat ini berasal dari zaman babilonia tersebut setengahnya
merupakan dugaan, imajinasi, kepercayaan, atau mitos. Pengetahuan semacam itu dapat
disebut pseudo science (sains palsu), artinya mirip sains, tetapi bukan sains sebenarnya. Sains
palsu itu juga terkadang masih terdapat pada pola pikir orang Yunani kuno (700-600 SM).
Misalnya, Thales (624-548 SM) seorang filosof, astronom, ahli matematika, dan ahli teknik,
berpendapat bahwa bintang-bintang mengeluarkan sinar sendiri, sedangkan bulan hanya
memantulkan sinar dari matahari. Dia juga berpendapat bahwa bumi merupakan suatu piring
yang datar terapung diatas air. Dia yang pertama kali mempertanyakan asal-usul semua benda
di alam semesta ini. Thales berpendapat bahwa keanekaragaman benda alam ini merupakan
gejala alam saja, sedangkan dasarnya amat sederhana, yaitu air. Bahan dasar itu melalui
proses membentuk keanekaragaman benda, jadi tidak terbentuk begitu saja. Pendapat ini
merupakan pendapat yang sungguh besar dalam alam pikiran manusia pada zaman itu, karena
sebelumnya masih banyak orang berpendapat bahwa benda yang beranekaragam itu
diciptakan oleh dewa-dewa seperti adanya itu. Selanjutanya, Thales berpendapat bahwa
semua kehidupan itu berasal dari air.
Kemudian, berdasarkan kemampuan berpikir manusia yang semakin maju dan
perlengkapan pengamatan yang semakin sempurna, maka mitos dengan berbagai legenda
makin di tinggalkan orang dan cenderung menggunakan akal sehat atau rasio.
Berikut ini tokoh-tokoh Yunani dan lainnya yang telah memberikan sumbangan perubahan
berpikir pada saat itu.
Gambar 1
Thales (624-549), seorang filosof dan ahli astronomi, berpendapat bahwa semua
kehidupan berasal dari air
a. Aniximander, seorang kontemporer pada masa Thales. Ia berpendapat bahwa langit
yang kita sebenarnya bahwa langit yang kita lihat sebenarnya hanya setengah. Langit
dan segala isinya itu beredar mengelilingi bumi dan pendapat itu dapat bertahan
sampai abat pertengahan. Ia juga yang mengajarkan membuat jam matahari, yaitu
tongkat yang tegak lurus di permukaan bumi. Bayangan tongakat yang tebentuk oleh
sinar matahari dijadikan petunjuk waktu.
Gambar 2
Ptolomeus
(127-151 SM) ahli astronomi
mesir-yunani, penyusun sistem
tatasurya geosentris yang
b. Anaximenes
(560-520),
bertahan samapai abat
Arkhimedes
Aristoteles
(187-212 SM) seorang ahli
(384-322 SM ) seorang filosofi dan ahli
matematika dan ahli
ilmu ilmia, perangkum ajaran ahli-ahli
astronomi, penemu hukum
lain: orang pertama yang berusaha
hidrostatisyang
dalam makanika
hewan berdasarkan
seorang
berpendapatmengklasifikasikan
bahwa unsur-unsur
dasar
anatomi dan pembedahan langsung
pembentukan
semua benda itu adalah air, seperti pendapat Thales. Air merupakan
pertengahan
salah satu bentuk benda. Jika merenggang menjadi api, dan jika memadat menjadi
tanah. Ini merupakan pendapat pertama tentang transmutasi unsur-unsur.
c. Herakleitos (560-470 SM), seorang pengkoreksi pendapat Anaximenes bahwa justru
apilah yang menyebabkan adanya transmutasi itu. Tanpa api, benda-benda akan tetap
seperti adanya.
d. Pythagoras (500 SM), seorang yang berpendapat bahwa unsur dasar semua benda
sebenarnya adalah empat, yaitu tanah, api, udara dan air, sebagaimana yang
diungkapkan orang-orang sebelumnya. Pythagoras juga terkenal sebagai ahli
matematika dan penemu dalil: kuardrat sisi miring suatu segitiga siku-siku sama
dengan jumlah kuardrat kedua sisi-sikunya (c2 = a2 + b2). Dalil ini terkenal sebagai
Dalil Pythagoras.
Gambar 3
A
Kecuali
b
itu,
Phytagoras
terkenal
dengan
pernyataannya bahwa jumlah sudut suatu segitiga
c
adalah 1800 (lihat gambar). Sehubungan dengan
alam semesta, ia berpendapat bahwa bumi adalah
bulat dan berputar, karena itu benda-benda alam
lainnya termasuk matahari seolah-olah mengelilingi
C
B
bumi.
e. Demokritos (460-370), seorang yang berpendapat tentang unsur-unsur dasar benda.
Bila suatu benda dibagi terus-meneru, suatu saat akan sampai pada bagian yang
terkecil yang tidak dapat dibagi lagi. Bagian yang terkecil itu disebut atomos atau atom
dan karena kecilnya, atom tidak tampak oleh mata. Istilah atom sampai saat ini masih
dipakai dengan perubahan konsep, tidak lagi seperti konsep Demokritos.
f. Empedokles (480-430 SM), merupakan orang yang menyempurnakan ajaran
Pythagoras tentang empat unsur dasar yaitu tanah, air, udara, dan api. Ia
memperkenalkan tentang tenaga penyekat atau daya tarik-menarik dan daya tolakmenolak. Kedua tenaga tersebut dapat mempersatukan unsur-unsur itu.
g. Plato (480-345 SM), seorang yang mempunyai titik tolak berpikir yang berbeda
dengan orang-orang sebelumnya sebagai seorang sastrawan tidak berpikir seperti
Demokritos
dan
empedokles
yang terlalu
materialistik.
Menurutnya
Plato,
keanekaragaman yang tampak ini sebenarnya hanya suatu duplikat dari semua yang
kekal dan immaterial misalnya, serangga terdiri atas macam-macam jenis yang
bentuknya berbeda dan beranekaragam, hanya merupakan kopi atau duplikat belaka
yang tidak sempurna. Yang benar adalah idea serangga.
h. Aristoteles (384-322 SM), merupakan seorang ahli pikir pada zamannya. Ia yang
membuat intisari ajaran orang-orang sebelumnya. Dalam memikirkan suatu masalah,
ia membuang hal-hal yang tidak masuk akal dan memasukkan pendapatnya sendiri.
Bukunya yang berhubungan dengan unsur dasar alam ini menyebutkan adanya zat
tunggal yang disebut Hule. Zat tungal itu tergantung kepada kondisinya sehingga dapat
berwujud tanah, air, udara, atau api. Terjadinya transmutasi itu disebabkan oleh
kondisi: dingin, lembab, panas, dan kering. Dalam kondisi lembab dan panas, hule
akan berwujud sebagai api, sedangkan dalam kondisi kering dan dingin berwujud
sebagai tanah. Aristoteles berpendapat bahwa tidak ada ruang yang hampa. Maka, bila
suatu ruang tidak terisi oleh suatu benda, akan diisi oleh suatu yang imaaterial yaitu
ether. Ajaran Aristoteles yang penting adalah pola berpikir berdasarkan logika untuk
mencari kebenaran. Ia juga orang pertama yang menyusun klasifikasi hewan yang ada
di muka bumi ini. Di samping itu, ahli pikir ini juga memiliki pandangan tentang awal
kehidupan, yaitu tentang paham abiogenesis (generatio spontanea).
i. Plotomeus (127-151), seorang tokoh besar setelah Aristoteles. Buah pikirannya yang
penting tentang bumi adalah bumi sebagai pusat sistem tatasurya (geosentris),
berbentuk bulat, dan diam seimbang tanpa tiang penyangga.
j. Avicenna (Ibna-Shina, abat 11), seorang ahli ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang
ilmu kedokteran, filosof. Kecuali Avicenna, perlu dikemukakan ahli lainnya dari dunia
Islam, yaitu: Al-Biruni, seorang ahli ilmu pengetahuan yang asli dan kontemporer
(abad 11), Al-Khawirizzini, Al-Farghani, Al-Batani (abad 9), Al-Kindi, Al-Farabi
(filosof abad 10), Al-Gazali (filosof abad 11), dan Averoes (ibn-Rushd). Pada abad 911, semua ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani diterjemahkan dan dikembangkan
dalam bahasa Arab. Setelah itu, secara bertahap diterjemahkan dalam bahasa latin dan
sedikit dalam bahasa Ibrani. Pada waktu itulah ilmu pengetahuan dan kebudayaan
Arab merupakan kebudayaan internasional yang tersebar jauh ke Barat, yaitu ke
Maroko dan Spanyol, yang terkenal dengan Pusat Perpustakaan dan Masjid AlHambra, Cordoba (Spanyol).
D. Lahirnya Ilmu Alamiah
Sebagaimana telah diterangkan di muka bahwa manusia sebagai makhluk hidup
melalui pancainderanya memberikan tanggapan terahadap semua rangsangan, termasuk
gejala di alam semesta ini. Tanggapan terhadap gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa
merupakan suatu pengalaman.
Pengalaman tersebut dari zaman ke zaman akan berakumulasi karena manusia
mempunyai rasa ingin tahu atau kuriositas terhadap segalanya di alam semesta ini.
Pengalaman merupakan salah satu cara terbuntuknya pengetahuan, yakni kumpulan faktafakta. Pengalaman itu akan bertambah terus selama menusia ada dimuka bumi ini dan
mewariskan pengetahuan itu kepada generasi berikutnya. Pertambhan pengetahuan
(kwoledge) seperti yang telah dikemukakan didorong oleh: (1) dorongan untuk memuaskan
diri yang bersifat nonpraktis atau teoritis guna memenuhi kurioritas dan memahami hakikat
alam semesta dan isisnya serta (2) dorongan praktis, yang memanfaatkan pengetahuan itu
untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih tinggi. Kedua dorongan itu menumbuhkan
kemajuan ilmu pengetahuan. Dorongan pertama menuju ilmu pengetahuan murni (PureScience), sedangkan dorongan kedua menuju ilmu pengetahuan terapan (Applied Science).
Ilmu alamiah merupakan kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis. Artinya,
kegiatan manusia yang tiada hentinya dari hasil percobaan akan menghasilkan konsep,
selanjutnya konsep tersebut mendorong dilakukannya percobaan berikutnya dan seterusnya.
E. Kriteria Ilmiah
Kriteria atau patokan merupakan suatu rambu-rambu untuk menentukan benar atau
tidak besarnya suatu untuk masuk satatus tertentu. Pengetahuan termasuk kategori ilmu
pengetahuan jika kriteria berikut dipenuhi, yakni : teratur, sistematis, berobjek, bermetode,
dan berlaku secara universal.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa Ilmu Alamiah memperlajari segala sesuatu di
alam ini sehingga alam semesta menjadi objek. Tujuan Ilmu Alamiah menurut beberapa ahli
adalah mencari kebenaran tentang objekny, dan kebenaran itu bersifat relatif. Alam semesta
sebagai objek penyelidikan mempunyai ospek yang sangat luas, misalnya aspek fisis, aspek
kimiawi, aspek biologis, aspek ekonomis, dan sebagainya. Oelh karena itu, tidak mungkin
ilmu alamiah dapat mencapai seluruh kebenaran mengenai objeknya. Kebenaran yang dapat
di capai oleh ilmu alamiah hanya satu atau beberapa aspek saja sehingga aspek lain belum
diketahui. Meskipun demikian, yang penting adalah sesuai dengan tujuan Ilmiah Alamiah,
yakni mencapai kebenaran yang sesuai dengan objeknya. Secara umum, dapat dikatakan
bahwa ilmu pengetahuan harus objektif.
Gambar 4
G.L.L De Buffon, seorang filosof perancis (1707-1788) seorang yang menyatakan bahwa
pecobaan sama pentingnya dengan pengamatan.
Untuk mencapai kebenaran, yakni persesuaian antara pengetahuan dan objeknya,
tidaklah terjadi secara kebetulan, tetapi harus menggunakan prosedur atau metode yang tepat,
yaitu prosedur atau metode alamiah (scientific method). Dengan prosedur atau metode ilmiah
tersebut akan dicapai kebenaran yang merupakan keputusan atas objeknya, dan dirumuskan
secara tertentu. Namun, keputusan mengenai, keadaan, sifat tingkah laku, dan lain-lain
tidaklah bersifat khusus karena hal itu bukan tujuan ilmu pengetahuan yang mencari
kebenaran yang bersifat umum. Misalnya, sepotong logam jika dipanasi akan memuai.
Peristiwa itu tidak hanya berlaku untuk logam besi, tetapi berlaku untuk semua logam dan
berlaku di semua tempat di alam semesta ini. Dengan demikian, hukum itu berlaku secara
umum mengenai suatu objek, walaupun hanya mencakup salah satu aspek saja, tetapi dicapai
jangan dengan menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan, diorganisasikan, dan
diklasifikasikan, yang terbukti secara signifikan. Sekali lagi, perlu ditegaskan bahwa
pengetahuan tentang signifikan. Sama sekali, perlu ditegaskan bahwa pengetahuan tentang
suatu objek mencakup bebagai aspek lain sehingga timbul ketergantungan satu dengan
lainnya.
F. Metode Ilmiah dan Implementasinya.
Segala kebenaran yang tergantung dalam ilmu alamiah terletak pada metode ilmiah.
Kelebihan dan kekurangan I.A ditentukan oleh metode ilmiah, maka pemecahan segala
masalah yang tidak dapat diterapkan metode ilmiah, tidaklah ilmiah. Sebagaimana langkah
pemecahan atau prosedur ilmiah dapat dirinci sebagai berikut.
1. Penindraan
Pengindraan merupakan langkah pertama dari metode ilmiah dari segala sesuatu yang
tidak dapat diindre, maka tidak dapat diselidiki oleh I.A, walaupun pengindraan tidak selalu
lansung. Misalnya, mengenai magnetisme dan inti atom yang tidak dapat kita indera secara
langsung, tetapi efek-efeknya dapat ditunjukkan melalui alat-alat. Seperti halnya pikiran,
tidak dapat kita indera secara langsung, tetapi efeknya dapat ditunjukkan dalam bentuk
tingkah laku.
Agar pengindraan tepat dan benar, maka perlu pengulangan, dan pengulangan itu dapat
juga oleh orang lain. Penginderaan yang tepat adalah sulit, memerlukan waktu yang lama,
dan setelah dicoba berkali-kali sering mengalami kegagalan. Setiap orang dapat melakukan
penginderaan melalui kelima inderanya, tetapi penginderaan yang tepat sukar dilakukan
karena sering adanya prasangka yang melekat pada penginderaan melalui kelima inderanya,
tetapi penginderaan yang tepat sukar dilakukan karena sering adanya prasangka yang melekat
pada penginderaan itu. Seorang ahli hukum lebih tajam penginderaannya terhadap saksi
daripada orang umum, demikian pula ahli musik yang tepat dapat diperoleh dengan latihan
dan menggunakan alat-alat yang telah ditera.
Untuk
meminimalkan
subjektivitas
penginderaan,
sering
kali
pengamatan
menggunakan instrumen standar. Contohnya, untuk mengetahui suhu air, tidak cukup dengan
kulit/tangan, tetapi perlu dibantu dengan termometer.
2. Masalah atau problem
Setelah penginderaan dan perenungan dilakukan, langkah kedua adalah menemukan
masalah. Dengan kata lain, membuat pertanyaan: Apakah yang ditemukan melalui
penginderaan itu? Mengapa begitu? Bagaimana hal itu terjadi? Dan seterusnya. Penginderaan
yang dilakukan oleh orang umum dan ilmuwan jelas berbeda karena ilmuwan menunjukkan
kuriositas yang tinggi. Pertanyaan-pertanyaan seperti tersebut di atas hendaknya relevan dan
dapat diuji. Pengujiannya jelas memerlukan teknik yang akurat.
Secara umum, untuk menemukan masalah digunakan pertanyaan “bagaimana?” atau
“apa?”. Pertanyaan “mengapa?” menimbulkan kesukaran, dan sering diganti “bagaimana?”
atau “apa?” pertanyaan “mengapa alam ini ada?”. Termasuk kategori yang tidak dapat diuji
sehingga hal itu tidak termasuk bidang I.A.
3. Hipotesis
Pertanyaan yang tepat akan melahirkan suatu jaswaban dari jawaban itu bersifat
sementara yang merupakan suatu dugaaan. Dalam I.A, dugaan sementara itu disebut
hipotesis. Untuk membuktikan apakah dugaan itu benar atau tidak, diperlukan fakta atau data.
Bila fakta itu dapat dikumpulkan melalui survei atau eksperimen. Bila data tidak mendukung
hipotesis, harus disusun hipotesis baru.
Hipotesis, kecuali didukung oleh data, agar mudah dibuktikan harus bersifat
sederhana dan memiliki jangkauan yang jauh. Dalam membuat hipotesis, tidak asal saja,
walaupun dalam sejarah pernah terjadi, yaitu ketika kekule, seorang ahli ilmu kimia bangsa
Jerman membuat hipotesis tentang struktur zat kimia benzema. Pada suatu malam, setelah
menghadiri pesta yang banyak menghidangkan alkohol, keluke bermimpi adanya eam ekor
kera yang menyusun diri dari saling menggigit ekor sehingga terbentuk konfigurasi lingkaran
segi enam. Rumus benzema yang disusun berdasarkan hipotesis Keluke itu pada saat ini
merupkan rumus yang dapat menghasilkan 400 jenis senyawa yang banyak diproduksi dalam
industri kimia.
Keadaan yang ideal untuk memberikan kebenaran suatu hipotesis adalah melalui
pengujian dengan eksperimen.
4. Eksperimen
Eksperimen atau percobaan merupakan langkah ilmiah keempat. Pada titik ini, I.A dan
non-I.A dapat dipisahkan secara sempurna.
Sebagian besar orang mengadakan penginderaan, menyusun pernyatanyaan, dan
menduga jawabannya. Namun orang biasa akan berhenti sampai disitu saja. Sebaliknya,
seorang ilmuwan tidak akan berhenti sampai di situ, tetapi akan meneruskan pertanyaan,
“mana buktinya?” dalam sejarah, cara demikian merupakan suatu cara untuk menghilangkan
pendapat umum yang emosional, tidak didukung oleh bukti merupakan ilusi dan tidak
bijaksana. Eksperimen yang baik harus dirancang dengan seksama sehingga semua faktor
dapat dikendalikan dan hipotesis dapat diuji kebenarannya.
Sebagai ulasan, akan dikemukakan hal berikut. Pada permulaan musim hujan, kita
melihat gejala bahwa beberapa jenis lampu misalnya lampu pijar, neon atau T.L dan merkuri
pada malam hari dikerumui berbagai jenis serangga. Gejala ini membangkitkan suatu
hipotesis bahwa serangga tertarik pada sinar tertentu, tetapi tidak tertarik pada sinar yang
lain.
Untuk membuktikan hipotesis tersebut, dirancang suatu eksperimen di laboraturium
dengan menggunakan berbagai jenis serangga, misalnya : laron, lalat rumah, lalat buah,
nyamuk, belalang, dan sebagainya, sedangkan untuk sinarnya dipakai berbagai sinar,
misalnya : merah, biru, hijau, kunig, dan sebagainya. Dari hasil percobaan ternyat serangga
tertarik pada sinar biru dan tidak tertarik pada sinar lain.
5. Teori
Bukti eksperimen merupkan dasar langkah ilmiah berikutnya, yaitu teori. Apabila
suatu hipotesis telah didukung oleh bukti atau data yang menyakinkan dan bukti itu diperoleh
dari berbagai eksperimen yang dilakukan di laboraturium, dimana eksperimen itu dilakukan
oleh berbagai peneliti dan bukti-bukti menunjukkan hal yang dapat dipercaya dan valid,
walaupun dengan keterbatasan tertentu, maka disusun suatu teori.
Contoh serangga yang telah dikemukakan menunjukkan bukti kebenaran hipotesis dan
disokong oleh bukti dari berbagai pengujian, lalu disusunlah suatu teori : “serangga tertarik
pada sinar yang memiliki panjang gelombang tertentu lainnya. “ pernyataan ini lebih luas
daripada yang didasarkan eksperimen di laboraturium. Selanjutanya, teori itu berlaku
berbagai tempat dengan keterbatasannya tertentu, yakni kondisi lainnya harus sama. Bila
teori tersebut memiliki ramalan atau prediksi tinggi, kemungkinan berlakunya menjadi lebih
luas.
Beberapa teori menunjukkan validitas yang umum sehingga memiliki rangkuman
yang tinggi, maka teori itu menjadi hukum alam. Hukum gravitasi itulah manusia dapat
meninggalkan bumi dengan rocket menuju ke benda-benda angkasa lainnya.
Dari teori hubungan sinar dengan serangga di atas dikembangkan teori-teori baru atau
memanfaatkan teori itu untuk bidang pertanian, dan kesehatan, misalnya dikembangkan
lampu pengusir serangga yang dipasang di sekitar gudang biji-bijian (padi, gandum, jagung),
lampu penangkap nyamuk, dan sebagianya.
Dari uraian diatas, I.A terdiri dari tida komponen, yaitu produk, proses, sikap. Contoh
produk adalah konsep, teori, dan hukum. Proses merupakan keterampilan untuk menemukan
produk seperti keterampilan pengamatan, eksperimen. Sementara contoh sikap adalah telitim
dan jujur.
G. Keterbatasan Ilmu Alamiah
Penginderaan, penemuan masalah, penyusunan hipotesis, eksperimen, dan teori
merupakan urutan langkah atau prosedur ilmiah yang lazim. Untuk menentukan sejauh mana
arti konteksnya, kita uji sampai dimana berlakunya metode ilmiah dan dimana metode ilmiah
tidak berlaku, serta kekhususannya.
1. Bidan Ilmu Alamiah
Yang menentukan bidan I.A adalah metode ilmiah karena bidan I.A adalah wahana di
mana ilmiah dapat diterapkan, sebaliknya, bidang non I.A adalah wahana dimana metode
ilmiah tidak dapat diterapkan. Hal tersebut dapat dipakai untuk menjelaskan masalah yang
sering dilontarkan, yaitu konsep tentang Tuhan. Apakah Tuhan itu ada? Apakah Tuhan itu
menciptakan alam ini? Dimanakah Tuhan berada? Dari pertanyaan itu dapat disususn
hipotesis “Ya” dan “Tidak”.
Dapatkah kita menyususn rancangan eksperimen tentang Tuhan? Untuk realibilitas,
kita memerlukan kelompok kontrol. Misalnya dua keadaaan yang identik, yaitu satu keadaan
dengan menguji hipotesis Tuhan itu ada didalam alam semesta ini, berarti Tuhan berada di
mana-mana. Hipotesis sejauh itu dapat benar atau salah.
Jika Tuhan benar ada, berarti Tuhan akan ada di mana saja. Ini berarti kita tidak akan
menemukan tempat dimana Tuhan tidak ada. Tetepi tempat dimana Tuhan tidak ada kita
perlukan untuk kontrol.
Jika hipotesis tersebut salah, maka Tuhan tidak ada, maka kita tidak dapat melakukan
pengujian dimana Tuhan di tempat yang Tuhan ada. Dengan demikian, kita tidak dapat
menerapkan metode ilmiah. Maka, konsep tentang Tuhan di luar bidang I.A. ada atau
tidaknya Tuhan tidak dapat dibuktikan secara ilmiah karena metode ilmiah tidak dapat
diterapkan. Namun hendaknya berhati-hati dalam hal ini sehingga tidak menimbulkan
pertanyaan I.A tidak dapat membuktikan Tuhan itu ada para ilmuwan it tidak ber-Tuhan atau
Ateis karena banyak ilmuan merupakan orang yang saleh, yang percaya kepada Tuhan.
2. Tujuan Ilmu Alamiah
Konsekuensi metode ilmiah adalah menerapkan tujuan I.A yaitu membentuk dan
menggunakan teori. Beberapa orang mengatakan bahwa tujuan I.A adalah mencari kebenaran
menemukan fakta. Dalam hal ini, hendaknya kita berhati-hati dengan perkataan “kebenaran”
yang sering digunakan dalam dua arti. Pertama, menujukkan kebenaran yang bersifat
sementara, seperti pernyataaan, “Rambut saya adalah hitam.” Kedua menunjukkan kebenaran
yang mutlak, seperti pernyataan, “Dalam bidang geometri, jumlah sudut-sudut segitiga adalah
1800”.
Pada pembahasannya permulaan mengenai metode ilmiah menunjukkan bahwa
metode ilmiah tidak dapat berhubungan dengan macam-macam kebenaran yang mutlak.
Sesuatu yang mutlak berarti telah berakhir. Metode ilmiah tidak dapat menentukan sesuatu
secara mutlak. Bila sesuatu telah diketahui mutlak, maka I.A tidak dapat diharapkan untuk
bertindak lebih lanjut. I.A hanya dapat mengemukakan bukti kebenaran sementara. Dengan
kata lain, kebenaran sementara adalah “Teori.” Kata “Benar” kurang cocok untuk kualifikasi
dalam I.A. sehingga ilmuwan cenderung tidak menggunakan lagi. Kata “Fakta” (fact) dan
“bukti” (proof) juga dapat menunjukkan yang mutlak atau sementara atau kotemporer. Jika
sesuatu bersifat sementara adalah I.A. Dalam kehidupan sehari-hari, kata teori juga terkenal
dan sering dipakai, tetapi mempunyai arti lain., yakni “hanya sekedar berbicara dan bersifat
spekulasi.
3. Ilmu Alamiah dan Nilai
Metode ilmiah tidak dapat memberikan nilai atau moral terhadap suatu keputusan.
Manusia pemakai I.A-lah yang menilai apakah hasil I.A itu baik atau sebalinya. Ilmuwan
hyang bekerja dalam penemuan energi nuklir, zat antibiotika, dan lain-lain tidak dapat
menyatakan apakah penemuannya baik atau jelek. Setiap orang harus menentukan sendiri.
Jika seorang ilmuwan berbicara tentang moral energi nuklir memiliki bobot yang lebih
daripada orang umum tertentu karena ia tahu lebih banyak akibat kerusakan yang ditimbulkan
oleh energi nuklir memiliki bobot yang lebih daripada orang umum tentu karena ia tahu lebih
banyak akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh energi nuklir jika dipakai perang. Namun,
pendapat itu adalah pendapat pribadi yang dimiliki yang bersumber dari agama atau lainnya.
Ilmu alamiah tidak dapat menilai hal lain, misalnya tentang cinta dan pengaruh cinta terhadap
manusia mungkin dapat dilakukan, tetapi tidak akan dilakukan, tetapi tidak akan temukan
bahwa cinta it indah, dan tidak dapat menilai tentang baik buruknya apa yang di lakukan
manusia. Bila dapat menilai, itu bukan merupakan penelitian ilmiah.
Selajutnya, kita juga tidak dapat mengharapkan semua kehidupan ini berifat ilmiah
karena manusia memiliki banyak segi, namun masih mungkin jika kita mengharapkan orangorang untuk berfikir secara ilmiah dalam menghadapi masalah-masalah yang empiris. Sekali
lagi, hendaknya kita yakin bahwa I.A tidak dapat memberikan pedman dalam menentukan
nilai atua moral dalam hidup ini.
H. Filsafat Ilmu Alamiah
Dampak yang penting metode ilmiah adalah menentukan filsafat yang berfungsi
sebagai dasar acuan ilmiah. Seperti telah dikemukakan dalam awal bab ini, yang menjadi
objek atau bidang I.A adalah semua materi dalam alam semesta. I.A meneliti sumber alam
yang mengaturnya dan segala sesuatu yang terjadi. Apakah yang menetukan sesuatu itu dapat
terjadi? Apakah yang mengontrol atau memandu penyebab sesuatu ke arah kesimpulan
tertentu itu?
Pertanyaan-pertanyaan seperti tersebut dia atas mendorong untuk menemukan
“penyebab pertama” dalam alam semesta ini. Petanyaan-pertanyaan tersebut sebenarnya
merupakan pertanyaan filsafat yang tidak hanya berhubungan dengan bidang I.A, tetapi
menyangkut pikiran manusia seluruhnya. Jawaban atas pertanyaan itu tergantung pada hasil
pemikiran yang diambil dari berbagai segi, dan salah satu segi adalah filsafat I.A seorang
ilmuwan juga harus menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang berhubungan dengan
alam semesta ini, kegunaan I.A, harus selalu konsisten dengan metode ilmiah.
Berbicara tentang filsafat I.A hendaknya dapat diverifikasi keseluaruhan atau bagian
demi bagian melalui analisis eksperimentaal sehingga memiliki nilai ilmiah. Filsafat yang
tidak dapat diverifikasi tidak akan memiliki nilai tambah, walaupun filsafat itu memiliki nilai
yang baik dalam segi lain dalam pikiran atau pandangan manusia.
1. Vitalisme
Dari sejarah perkembangan I.A dapat kita lihat bahwa pada awalnya I.A masih
tercampur dengan kepercayaan atau mitos. Oleh karena itu, pada awalnya di dalam
I.A terdapat filsafat vitalisme. Vitalisme merupakan suatu doktrin yang menyatakan
adanya kekuatan di luar alam. Kekuatan itu memiliki peranan yang esensial yang
mengatur segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini. Kekuatan itu disebut dengan
berbagai sebutan. Misalnya, Tuhan, Yang Maha Kuasa, atau secara sederhana sebagai
gaya vital atau elan vital. Kekuatan itu menentukan alam, membimbing tingkah laku
atom, planet, makhluk hidup, dan lain-lain. Pada makhluk hidup, elan vital itu juga
disebut sebagai jiwa atau roh, sebagian besar filsafat dalam agama termasuk dalam
filsafat vitalisme.
Ditinjau dari segi lain, vitalisme mempunyai nilai, tetapi dalam I.A tampaknya
tidak cocok karena dalam I.A segala sesuatu harus dapat dianalisis secara
eskperimental berdasarkan metode ilmiah seperti yang telah dikemukakan pada
pembahasannya ada atau tidaknya Tuhan (lihat pada pembahasan bidang I.A)
2. Mekanisme
Mekanisme merupakan suatu pandangan yang menyatakan bahwa penyebab
yang mengatur semua gerakan di alam semesta ini adalah sejumlah Hukum alam.
Berdasarkan hasil peninderaan menunjukkan bahwa semua peristiwa atau gejala di
alam semesta ini berdasarkan hukum alam, misalnya hukum fisika dan hukum
kimiawi. Dengan dasar hukum alam itu, pandangan mekanisme dianalisis
secaraeksperimental menurut metode ilmiah. Dengan demikian, pandangan ini
menganggap bahwa gejala pada makhluk hidup secara otomatis terjadi hanya berdasar
peristiwa fisika-kimia belaka. Mekanisme gambarannya tidak sesederhana seperti jam
bila pernya diputar (jam model lama) atau diberi energi listrik (model jam sekarang)
akan hidup, tetapi lebih luas. Misalnya komputer dapat belajar, menyimpan memori,
mengolah data yagn ditunjukkan melalui layar monitor, atau robot yang dapat
diprogram dan sebagainya.
Pandangan
mekanisme
menyamankan
gejala
pada
makhluk
hidup
dengangejala benda tidak hidup sehingga perbedaan hakiki tidak ada. Dengan begitu
dapat menghanyutkan manusia ke pandangan materialisme yang selanjutnya ke
ateisme.
3. Agnoteisme
Kalau kita lebih dalam, tampak perbedaan prinsip antara vitalisme dan
mekanisme, terutama tentang ada tidaknya sang perancang atau pencipta alam
semesta ini. Untuk menghindari pertentangan terdapat aliran yang melepaskan diri
atau tidak mempedulikan ada atau tidaknya Sang Pencipta, dan aliran ini disebut
agnotisme. Mereka yang mengikuti aliran ini hanya mempelajari gejala-gelala alam.
Aliran ini banyak dianut oleh ilmuwan-ilmuwan barat.
4. Filsafat Pancasila
Sebagaimana kita ketahui bahwa filsafat negara dan bangsa Indonesia adalah
Pancasila sehingga semua warga negara, termasuk ilmuwan Indonesia, adalah
penganut filsafat Pancasila yang berarti menganut Teisme.
Ilmuwan Indonesia hendaknya dapat menjembatani antara filsafat vitalisme
dengan mekanisme, misalnya dalam menjawab pertanyaan “bagaimana atau kapan
hukum alam itu terjadi di alam semesta ini?” satu-satunya jawabannya ialah “hal itu
diciptakan oleh Tuhan.” Dari titik awal mulai filsafat mekanisme, sedangkan proses
selanjutnya menurut filsafat mekanisme, yakni hukum alam. Dalam hal ini, bagi kita
hukum ala adalah sama dengan hukum Tuhan. Walaupun pada jawaban awal secara
prosedur tidak ilmiah, tetapi mekanisme yang dianggap ilmiah juga tidak dapat
menentukan kapan hukum alam itu mulai berlaku dan, kecuali itu sekali lagi kita
bernggapan bahwa hukum alam adalah juga hukum Tuhan.
Dalam masalah gejala-gejala hidup dan makhluk hidup akan kita jumpai juga
masalah –masalah semacam di atas, misalnya makhluk hidup itu mempunyai asal dan
setelah berjalan pasti akan berakhir. Penginderaan dalam ha ini akan menimbulkan
pertanyaan “bagaimana kondisi itu membawa ke arah kondisi terminal?” bagaimana
kita dapat mengetahui titik awal dan yang titik akhir terjadi?” sebagai orang yang
menganut filsafat Pancasila, maka dengan tegas kiat akan mengatakan semuanya
diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa.
I.
Bahasa Ilmu Alamiah
Ilmu alamiah sebagai kesatuan yang utuh sebagai bentuk bahasa.
Secara mendasar, I.A merupakan suatu bahasa, suatu sistem komonikasi. Agama, seni,
politik, bahasa indonesia, bahasa inggris, dan bahasa-bahasa lainnya juga sebagai sistem
komonikasi. Dengan I.A, manusia dapat menjelajah wahana-wahana baru dalam alam pikiran
dan dapat memahami, seperti memahami, negara-negara yang ada di muka bumi ini. Seperti
bahasa lainnya, I.A juga memiliki tata-bahasa, yaitu metode ilmiah: memiliki pengarang yang
para ilmuwan dan kepustakaan (karya ilmiah) dengan berbagai dialek atau bentuk ekspresi,
yaitu seperti fisika, kimia, biologi, IPBA, dan sebagainya.
I.A benar-benar merupakan bahasa yang universal, dimengerti oleh sesama orang
dimuka bumi ini. Seni dan agama juaga bersifat universal, tetapi memiliki perbedaan,
misalnya agama islam, kristen, hindu, dan budha yang masing-masing agama memiliki
relung-relung yang berbeda karena memiliki keyakinan yang berbeda. Sebaliknya, dalam I.A
terdapat ide yang dinyatakan dalam bahasa berbeda, tetapi setara. Bahasa Indonesia
menyatakan “air”, bahasa Inggris menyatakan “water” bahasa latin menyatakan “aqua”,
sedangkan dalam bahasa I.A adalah H2O, di mana seluruhnya adalah setara, tidak ada yang
paling benar daripada yang lain. Sepintas lalu tampak berbeda tetapi dalam satu ide bahasa
yang sama. Demikian juga tentang pernyataan bahwa semua makhluk termasuk manusia
diciptakan oleh Tuhan. Dalam hal ini, manusia dipandang dari I.A adalah hasil peluang reaksi
kimia dan evolusi. Pada hakikatnya, tidak ada pertentangan interpretasi ilmiah dan agama.
Agama beragumentasi segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan, termasuk para ilmuwan yang
berpikir bahwa manusia adalah hasil perluang aksi kimia yang mengkreasi manusia dengan
otaknya, termasuk otak para ulama yang berdasarkan ajaran agama dapat menyusun pendapat
bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu. Tekanan pendapat itu berbeda menurut sistem
komunikasi masing-masing dimana para ilmuwan dan ulama adalah sama benarnya.
Suatu hal yang penting adalah didunia ini tidak ada satu rumusan ide yang paling benar
yang dapat mencakup segala bahasa. Perbedaan perumusan selalu ada dan pada satu sisi
bermanfaat, lebih memuaskan, atau lebih efektif. Oleh karena itu, siapa yang ahli dalam
berbagai bahasa dapat menjelajah ke wahana-wahana yang lebih luas serta mudah merasakan
dan menyatu dengan ide.
Dalam “bahasa” ini, tampaknya kita berhadapan dengan berbagai patokan dalam
menghadapi sistem komonikasi yang berbeda yang kita gunakan. Seperti telah dinyatakan di
atas bahwa di dunia ini terdapat berbagai jalan dan warna yang memiliki patokan yang
merupakan pesona hidup.
J.
Kemampuan Memecahkan Masalah Dapat Diperlajari dengan Melakukan
Pemecahan Masalah
Tidak ada jalan yang mudah untuk belajar. Orang belajar dengan usaha, menjadi yang
terpelajar dengan belajar, menjadi cermat dengan berlaku cermat, mendapatkan pengalaman
dengan melakukan pengalaman, dan menjadi pengamat dengan melakukan pengamatan yang
tepat.
Pemecahan masalah, seperti keterampilan lain, dapat dipelajari dengan berbuat.
Namun, haruslah di ingat bahwa kita akan jauh lebih berhasil jika belajar itu mempunyai
makna (arti) bagi kita. Jenis mempelajari tentang pemecahan masalah. Jika kita memiliki
masalah yang bersangkutan denan suatu kebutuhan atau tujuan belajar, kita akan berhasil
karena pelajaran itu mempunyai arti bagi kita.
Manusia mempunyai indera yang sama dengan beberapa jenis hewan lain, tetapi ia
dibedakan oleh kecerdasannya, yang menjadikannya tidak hanya merencanakan dan
mengontrol penginderaaannya, tetapi merancang instrumen untuk membantu inderanya
sendiri. Kebiasaan bekerja tanpa menggunakan pancaindera sebaik-baiknya akan menjurus
tidak ahanya kepada hidup yang tidak menarik, tetapi juga pada hidup yang kurang cerdas.
Karena itu, penginderaaan perlu untuk melakukan pengujian terhadap generalisasi.
Sebagai diutarakan di atas bahwa penginderaan merupakan salah satu langkah ilmiah
yang penting, maka penginderaan harus dikontroll dan di cek kembali. Hal ini tidak lain
karena kemampuan indera manusia itu terbatas.
K. Keterbatasan Indera Manusia
Berdasarkan peneliitian sederhana terhadap indera menusia yang normal, ternyat
memang kisaran (range) pencaindera manusia sangat terbatas. Hal ini akan dibahas sebagai
berikut:
1. Penglihatan
Terdapat sebagai jiening gerak yang terlalu cepat atau terlalu lambat untuk dapat
didekteksi oleh mata telanjang. Mata kita dapat memisahkan suatu pandangan lain legih
sering dari sepuluh kali dalam satu detik sehingga proyeksi dari enam belas gambar tiap detik
menimbulkan ilusi gambar hidup yang bersambungan. Kisaran penglihatan juga sangat
terbatas pada ukuran pertikel yang dapat terlihat dan terhadap jarak yang dapat terlihat.
Mata manusia normal tidak dapat memisahkan komponen-komponen warna, tetapi
menerima semua panjang gelombang mata. Jadi, cahaya putih terlihat sebagai warna putih
daripada sebagai campuran semua warna pelangi.
2. Pendengaran
Telinga manusia cukup peka (sensitif) terhadap gelombang suaru berfrekuensi antara
16 sampai 20.000 hertz per detik. Getaran (vibrasi) dibawah dan diatas frekuensi itu sangat
sukar sekali untuk di deteksi. Telinga kita hanya dapat mengenali sejumlah suara terbatas
yang timbul secara serentak (simultan).
3. Pengecapan dan Pembauan
Pengecapan dan pembauan merupakan penginderaan yang bersifat kimia, terbatas
dalam kisaran tertentu, dan tidak tergantung pada bantuan yang bersifat mekanis. Inderaindera tersebut dikatakan bersifat kimia karena dapat mendeteksi molekul-molekul zat dari
berbagai jenis yang berbeda. Manusia dapat membedakan antara rasa manis, asam, asin, dan
pahit saja. Bau-bauan seperti parfum dan semua bau-bauan yang lain dapat dibaui oleh
hidung daripada dirasakan atau dikecap oleh lidah. Indera kimia ini betul-betul sangat peka.
Sebagai misal, satu bagian vanili dapat dideteksi dalam 10.000.000 bagian udara. Indera
pembau dapat dilatih mengidentifikasi ratusan zat yang berbeda.
4. Penginderaan Kulit
Alat indera kulit manusia dapat membedakan antara panas, dingin, dan tekanan relatif
serta dapat mengukur panas hanya kasar. Indera peraba juga tidak dapat membuat membuat
observasi secara eksak. Kulit berfungsi sebagai indera peraba (terjadi kontak dengan objek)
dan indera perasa.
5. Penginderaan Dalam (Deep sensibility)
Penginderaan dalam termasuk bebeerapa indera, misalnya penginderaan otot daging
dan sendi maupun penginderaan statis dan keseimbangan. Manusia mempunyai perbedaan
yang sangat besar dalam kemampuannya untuk mengadakan perkiraan arah, jarak, bobot, dan
tekanan, atau untuk mempertahankan keseimbangannya.
Kecuali keterbatasan itu, indera manusia yang satu-berbeda kemapuannya dengan
yang lain. Perbedaan kepekaan individu berkisar antara kehilangan fungsi indera hingga
variasi yang sedikit abnormal, misalnya kebutawarnaan atau penderngaran yang tidak peka
terhadap kisaran getaran tertentu. Bau-bauan tertentu yang berbau tidak sedap bagi beberapa
orang akan berbau enak, tetapi bagi beberapa orang lain.
Sering
juga
penginderaaan
menimbulkan
kekeliruan
informasi
misalnya,
penginderaan mata: ketika kita duduk dalam sebuah gerbong kereta api yang sedang berlari
cepat, maka pohon-pohon pinggir jalan kereta api yang kita lalui itu tambak berlari menjauh
kita.
Indera lainpun juga bisa menghasilkan salah kesan dalam kondisi tertentu. Misalnya,
sebuah ruang yang terasa hangat bagi seseorang yang termasuk dari udara luar yang lebi
dingin akan terasa dingin bagi seseorang yang memasuki ruang itu dari ruang yang udaranya
lebih hangat. Banyak instrumen yang lebih peka, dapat dipercaya daripada pancaindera
manusia yang tidak tertentu karena instrumen-instrumen itu kemungkinan unsur mengadakan
observasi sepenuhnya.
6. Peningkatan Daya Penginderaan
Untuk meningkatkan daya observasi atau penginderaan hingga diperoleh kebenaran,
dapat dilakukan dengan jalan berikut:
a. Latihan
Seorang latihan, seorang dapat mempelajari untuk mengidentifikasi minuman anggur
dengan mengecapnya, mengetes minuman teh dengan meminumnya beberapa teguk,
mengetes kesegaran telur atau mutu tembakau dengan membauinya, menala alat-alat musik
dengan menggunakan telingga saja, atau menentukan kepekaan suatu cairan dengan meraba
saja.
Salah satu tujuan praktik pelajaran ilmu alamiah di laboraturium yang paling penting
adalah mengembangkan teknik, yaitu kemampuan melakukan penginderaan yang cermat
dengan menggunakan berbegai jenis instrumen yang berbeda. Walaupun demikian, perlu
diingat bahwa seperti pepatah mengatakan tiada gading yang tak retak, bagaimanapun
sempurnanya hasil penginderaan, “organ” manusia itu pasati selalu berubah.
b. Kewaspadaan perlu ditingkatkan dengan usaha yang sungguh-sungguh.
Penginderaan keilmuan bukanlah suatu pengamatan terhadap benda yang tanpa tujuan
yang “sejati”, dalam arti bahwa kegiatan itu memerlukan energi besar yang besar, yagn
menyangkut seluruh indera. Untuk di pusatkan tidak hanya terhadap benda yang sedang
diamatinya atau yang sedang di minatinya, tetapi juga terhadap benda yang ia tidak menaruh
minat sekalipun.
Beberapa orang bahkan berusaha untuk melihat suatu yang lain yang perlu di lihat
yang menarik baginya sangat terbatas. Suatu sebab para spesialis sampai pada kesimpulan
keliru adalah karena minatnya, mereka hanya memilih observasi yang sesuai dengan keahlian
mereka.
Beberapa orang memperlihatkan warna atau potongan pakaian yang dipertontonkan di
dalam etalase toko, sedangkan yang lain akan memperlihatkan susunan atau rangkaian
penyinarannya, atau bentuk bangunan gedungnya. Yang lain lagi mungkin, atau bentuk
bangunan gedungnya. Yang lain lagi mungkin, kerena terpancang oleh pikiran-pikiran sendiri,
akan lewat saja dimuka etalase itu tanpa menaruh perhatian sedikitpun. Tidak dapat disangkal
lagi, sekelompok orang tidak menyetujui uraian atau laporan dari tiap-tiap anggota kelompok
yang telah sama-sama menyaksikan suatu insiden. Sekalipun pada kenyataannya memang
demikian, ternyata tidak seorang pun dapat waspada terhadap segala yang berlangsung di
sekitarnya dan setiap orang akan terpengaruh oleh minatnya dalam melakukan pengamatan.
Bagaimana kekeliruan-kekeliruan ini yang justru disebabkan oleh sifat-sifat manusia itu dapat
dihilangkan atau setidak-tidaknya dikurangi?
c. Instrumen harus dikalibrasi
Pelaksanaan kalibrasi atau peneraan terdiri atas perbandingan instrumen dengan
standar dan menyesuaikannya sehingga instrumen itu akan memberikan hasil yang sama
seperti instrumen yang dikalibrasi dengan cara yang sama. Misalanya, termometer yang
murah mungkin memberikan pengukuran suhu yang berbeda derajat, tetapi setiap termometer
yang telah dikalibrasi secara teliti akan memberikan bacaan suhu yang sama pada kondisi
yang sama.
Adalah tidak benar jika kiata menganggap bahwa suatu instrumen akan selalu
menghasilkan hasil yang terpecaya. Mungkin orang terakhir yang menggunakan anak
timbangan yang sudah dikalibrasikan itu memegangnya dengan tangan yang bermimpi
sehingga berubah bobotnya. Pengamat (observator) yang baik sering mengecek dan
mengecek kembali ( check and recheck) instrumennya untuk menyakinkan bahwasannya
instrumen-instumen itu akan menghasilkan data yang dapat dipercaya.
Mungkin terjadi pula bahwa setiap instrumen dari jenis tertentu akan selalu
menghasilkan data yang tidak akurat karena keslahan atau keterbatasan yang inheren didalam
instrumen itu sendiri. Bagaimana kesalahan-kesalahan seperti itu dapat dihilangkan?
d. Pengecekan merupakan cara yang paling berhasil untuk menghilangkan kekeliruankekeliruan dalam pengamatan.
Pengulangan pengamatan oleh seorang pengamat akan dapat mendeteksi kekeliruan
yang telah masuk dalam suatu pengamat, tetapi tidak pada pengamatan yang lain.
Pengulangan pengamatan dengan menggunakan instrumen yagn berbeda dari jenis yang sama
membantu menghilangkan kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan kalibrasi. Pengulangan
observasi dengan menggunakan instrumen yang sama sekali berbeda akan membantu
menghilangkan kekeliruan inheren dalam jenis instrumen tertentu. Pengulangan observasi
oleh pengamat yagn berbeda membantu menghilangkan kekeliruan yang justru disbebabkan
oleh perangka atau perbedaan dalam kepekaan atau kewaspadaan pengamat itu.
Kekeliruan-kekeliruan dapat dihindari dalam laboraturium, bank, rumah sakit, atau di
rumah tangga denga melakukan pengecekan ulang. Janganlah informasi yang didapatkan,
diterima sebagai suatu yang dipercaya sebelum dilakukan pengecekan. Mudah dipercaya
merupakan sifat yang tidak diteliti., bahkan kekeliruan yang besar umumnya disebabkan oleh
keteledoran dalam mengecek penginderaan dalam kehidupan sehari-hari.
e. Eksperimen adalah penginderaan dalam kondisi yang dikontrol
Banhyak masalah yang begitu kompleks sehingga masalah itu hanya dapat dipelajari
dengan mengadakan obsevasi perubahan yang dihasilkan dari pengubahan suatu faktor pada
suatu saat, sedangkan faktor-faktor yang lain dijaga agar selalu tetap (konstan).
Mungkin hal yang paling signifikan dan penting dari observasi yang terkontrol itu
ialah kegiatan itu membuat banyak yang terkontrol itu ialah bahwa kegiatan itu membuat
banyak pengamat dapat mempelajari secara tepat situasi-situasi yang sama dan mengecek,
membetulkan, atau melengkapi hasil-hasil yang diperoleh setiap pengamat.
Pengontrolan secara sederhana dilakukan dengan menyamakan variabel yang
dikontrol.
f. Penginderaan meliputi analisis dan sintesis.
Seorang belum secara nyata menghayati suatu gedung sampai ia telah mengamati
bagian-bagian (analisis) sehingga dapat mengenali dan mengukur tiap-tiap bagiannya.
Sebaliknya seorang belum secara nyata mengenali suatu gedung sampai gedung itu dibangun,
walaupun dia mungkin sudah mengenali setiap bagiannya dan juga telah mempelajari gambar
arsitekturnya. Sebuah jam tidak dapat diamati secara cukup bilamana dipreteli bagianbagiannya: jam itu harus dalam keadaan
“jalan” agar menjadikan pengamatan itu
mempunyai arti. Memadukan benda-benda menjadi satu dan mempunyai arti itulah yang
dimaksud dengan sistematis.
g. Instrumen baru memungkinkan penginderaan baru.
Penemuan instrumen baru merupkan sumbangan yang paling penting terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan. Ratusan insturmen telah ditemukan hingga manusia dapat
melakukan observasi lebih pasti teliti. Misalnya, mesin mobil modern menggunakan
penganalisis gas untuk menjadikan mobil itu dapat menyesuaikan karburator dengan lebih
baik: kriminologis menggunakan poligraf untuk mendeteksi pengakuan palsu ahli fisika
menggunakan siklotron untuk mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi dalam inti
atom.
h. Pengukuran merupakan keterampilan tersendiri
Dalam memperoleh data, para ilmuan harus menggambarkan objek atau fenomena
secermat mungkin, dan hampir dalam setiap hal( kasus) suatu uraian kuantitatif harus
dinyatakan secara matematis.
Pengukuran dengan ketepatan yang tinggi merupakan pra syarat produksi mesin
modern secara massal dengan suku cadang yang dapat saling dipertukarkan. Pengukuran
tidak hanya mutlak perlu untuk arsitektur, seni pahat patung, lukisan atau musik yang baik,
tetapi pengukuran itu merupakan pengetahuan eksakta seperti ilmu alamiah.
Teori pengukuran modern didasarkan pada asumsi bahwa hampir semua fenomena
fasis dapat diukur dalam jarak, massa, dan waktu.
Pada tahun 1790, Dewan Nasional Prancis (The French National Asembly)
mengangkat suatu komite untuk menyusun suatu standar bobot dan ukuran yang permanen.
Komite ini memilih satuan panjang satu per sepuluh juta jrak kutub utara sampai ekuator.
Satuan ini, yagn saat ini dikenal denan satu meter, diambil sebagai jarak antara dua tanda
pada batang platina
ILMU ALAMIAH DASAR
CATATAN KULIAH
Nama Kelompok I /(BP) :
1. ILHAM KURNIA HADI /
(0810512083)
2. M.FAUZAN AZIMA /
(1310511029)
3. RIZA KURNA PUTRA /
(1310511031)
4. WINDI AGUS SAPUTRA /
(1310511032)
5. FARID HADIATAMA /
(1310511034)
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2014
BAB 1
PENDAHULUAN
Ilmu alamiah dasar (IA) sering disebut Ilmu alamiah Pengetahuan Alam (IPA) dan
akhir-akhir ini ada juga yang menyebutkan Ilmu Kealaman yang dalam bahasa inggris
disebut Natural Science atau disingkat Science dan dalam bahasa Indonesia sudah lazim
digunakan istilah Sains.
I.A merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji gejala-gejala dalam alam semesta,
termasuk bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Ilmu Alamiah Dasar (Basic
Natural Science) hanya mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang esensial saja.
A. Manusia yang Bersifat Unik
Manusia sebagai makhluk hidup umumnya mempunyai ciri-ciri: (1) organ tubuhnya
kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya, (2) mengadakan metabolisme atau
penyusunan dan pembongkaran zat, yakni ada zat yang masuk dan keluar, (3) memberikan
tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar, (4) memiliki potensi untuk berkembang,
(5) tumbuh dan berkembang, (6) berinteraksi dengan lingkungannya, dan (7) bergerak.
Bila kita dibandingkan tubuh manusia dengan tubuh hewan tingkat tinggi lainnya, maka
tubuh manusia lemah. Misalnya: gajah, harimau, burung, dan buaya. Gajah dapat mengangkat
balok yang berat, harimau dapat berjalan cepat. Burung dapat terbang, dan buaya dapat
berenang cepat.
Namun, rohani manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dengan kedua alat itu, manusia dapat mengangkat barang puluhan ton, berlari
dengan mobil lebih cepat, bergerak lebih cepat dengan kapal terbang dengan pesawat terbang
supersonik, dan sebagainya. Dengan kedua alat itu, manusia dapat mengusai dan
mengungguli makhluk lain. Akal budi dan kemauan kerasnya adalah sifat unuk dari manusia,
di samping dapat belajar dan mengajar anakanya.
B. Kurioritas atau Rasa Ingin Tahu dan Akal-Budi
Telah disebutkan di atas bahwa semua makhluk hidup, termasuk manusia, memberikan
tanggapan terhadap rangsangan dari lingkungan. Misalnya tumbuhan yang berhijau daun
memberikan reaksi terhadap sinar matahari. Cabang dan daun tumbuhan itu berusaha untuk
memperoleh sinar matahari karena perlu untuk mengadakan fotosintesis (pembuatan zat
makanan). Hewan tingkat memberikan reaksi terhadap lingkungan dengan mengadakan
pernjelajahan, ingin tahu daerah lain, misalnya harimau atau burung ingin tahu tempat lain
untuk memperoleh makanan dan sebagainya. Rasa ingin tahu atau kuriositas pada hewan itu
didorong oleh naluri (instinct) dan oleh asimov (1972) disebut idle curiosity. Naluri itu
bertitik pusat pada mempertahankan kelestarian hidup dan sifatnya tetap sepanjang zaman.
Manusia mempunyai naluri seperti tumbuhan dan hewan. Tetapi juga mempunyai akalbudi sehingga rasa ingin tahu itu tidak tetap sepanjang zaman. Manusia mempunyai rasa
ingin tahu yang berkembang. Rasa ingin tahu manusia tidak pernah dapat dipuaskan. Apabila
suatu masalah dapat dipecahkan, akan timbul masalah lain yang menunggu pemecahannya.
Manusia bertanya terus setelah tahu apa, maka ingin tahu bagaimana dan mengapa. Manusia
mampu menggunakan pengetahuan yang telah lama diperoleh untuk dikombinasikan dengan
pengetahuan yang baru menjadi pengetahuan yang lebih baru lagi. Hal yang demikian
berlangsung beradad-adad sehingga terjadi akumulasi pengetahuan. Manusia purba hidup
gua-gua, tetapi berkat pengetahuan yang bertambah terus, manusia modern bertempat tinggal
dalam gedung-gedung yang kokoh dan indah seperti saat ini. Kecuali untuk memenuhi
kepuasan manusia, Ilmu pengetahuan juga berkembang untuk keperluan praktis agar
hidupnya lebih mudah dan menyenangkan.
C. Perkembangan Alam Pikiran Manusia
Sebagaimana ten lah dikemukalan, manusia mempunyai rasa ingin tahu terhadap rahasia
alam dengan menggunakan pengamatan dan penggunaan rahasia alam dengan menggunakan
pengamatan dan penggunaan pengalaman, tetapi sering tidak dapat menjawab masalah dan
tidak memuaskan. Pada manusia kuno, untuk memuaskan diri, mereka mencoba membuat
jawaban sendiri. Misalnya, apakah pelangi itu ? mereka tidak dapat menjawabnya. Maka,
mereka tidak dapat menjawabnya. Maka, mereka mencoba menjawabnya dengan mengatakan
bahwa pelangi adalah selendang bidadari. Lalu timbullah pengetahuan baru, yaitu bidadari.
Selanjutnya, tentang mengapa gunung meletus, mereka juga mencoba menjawabnya dengan
mengatakan bahwa Yang berkuasa marah. Dengan menggunakan logika, muncullah
pengetahuan yang berkuasa pada lautan, hutan, dan seterusnya. Pengetahuan baru yang
merupakan kombinasi antara pengalaman-pengalaman dan kepercayaan disebut mitos.
Cerita-cerita mitos itu disebut legenda. Mitos dapat diterima orang pada saat itu karena
keterbatasan pengindraan dan penalaran serta hasrat ingin tahu yang perlu segera dipenuhi.
Sehubungan dengan kemajuan zaman, lahirlah ilmu pengetahuan dan metode pemecahan
masalah secara ilmiah yang selanjutnya terkenal dengan metode ilmiah (Scientific method).
Puncak pemikiran mitos adalah pada zaman Babilonia, yaitu kira-kira 700-600 SM. Orang
Babiolonia berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai ruang setengah bola dengan bumi
yang datar sebagai lantainya dan langit dengan bintang-bintang sebagai atapnya. Namun,
yang menakjubkan adalah mereka telah mengenal bidang ekletika sebagai bidang edar
matahari dan menetapkan perhitungan satu tahun, yaitu 365,25 hari. Pengetahuan
perbintangan pada zaman itu pada zaman itu memang berkembang dan muncul pengtahuan
tentang rasi-rasi kelompok bintang, yaitu rasi scorpio, virgo, pisces, leo, dan sebagainya. Rasi
bintang yang kita kenal pada saat ini berasal dari zaman babilonia tersebut setengahnya
merupakan dugaan, imajinasi, kepercayaan, atau mitos. Pengetahuan semacam itu dapat
disebut pseudo science (sains palsu), artinya mirip sains, tetapi bukan sains sebenarnya. Sains
palsu itu juga terkadang masih terdapat pada pola pikir orang Yunani kuno (700-600 SM).
Misalnya, Thales (624-548 SM) seorang filosof, astronom, ahli matematika, dan ahli teknik,
berpendapat bahwa bintang-bintang mengeluarkan sinar sendiri, sedangkan bulan hanya
memantulkan sinar dari matahari. Dia juga berpendapat bahwa bumi merupakan suatu piring
yang datar terapung diatas air. Dia yang pertama kali mempertanyakan asal-usul semua benda
di alam semesta ini. Thales berpendapat bahwa keanekaragaman benda alam ini merupakan
gejala alam saja, sedangkan dasarnya amat sederhana, yaitu air. Bahan dasar itu melalui
proses membentuk keanekaragaman benda, jadi tidak terbentuk begitu saja. Pendapat ini
merupakan pendapat yang sungguh besar dalam alam pikiran manusia pada zaman itu, karena
sebelumnya masih banyak orang berpendapat bahwa benda yang beranekaragam itu
diciptakan oleh dewa-dewa seperti adanya itu. Selanjutanya, Thales berpendapat bahwa
semua kehidupan itu berasal dari air.
Kemudian, berdasarkan kemampuan berpikir manusia yang semakin maju dan
perlengkapan pengamatan yang semakin sempurna, maka mitos dengan berbagai legenda
makin di tinggalkan orang dan cenderung menggunakan akal sehat atau rasio.
Berikut ini tokoh-tokoh Yunani dan lainnya yang telah memberikan sumbangan perubahan
berpikir pada saat itu.
Gambar 1
Thales (624-549), seorang filosof dan ahli astronomi, berpendapat bahwa semua
kehidupan berasal dari air
a. Aniximander, seorang kontemporer pada masa Thales. Ia berpendapat bahwa langit
yang kita sebenarnya bahwa langit yang kita lihat sebenarnya hanya setengah. Langit
dan segala isinya itu beredar mengelilingi bumi dan pendapat itu dapat bertahan
sampai abat pertengahan. Ia juga yang mengajarkan membuat jam matahari, yaitu
tongkat yang tegak lurus di permukaan bumi. Bayangan tongakat yang tebentuk oleh
sinar matahari dijadikan petunjuk waktu.
Gambar 2
Ptolomeus
(127-151 SM) ahli astronomi
mesir-yunani, penyusun sistem
tatasurya geosentris yang
b. Anaximenes
(560-520),
bertahan samapai abat
Arkhimedes
Aristoteles
(187-212 SM) seorang ahli
(384-322 SM ) seorang filosofi dan ahli
matematika dan ahli
ilmu ilmia, perangkum ajaran ahli-ahli
astronomi, penemu hukum
lain: orang pertama yang berusaha
hidrostatisyang
dalam makanika
hewan berdasarkan
seorang
berpendapatmengklasifikasikan
bahwa unsur-unsur
dasar
anatomi dan pembedahan langsung
pembentukan
semua benda itu adalah air, seperti pendapat Thales. Air merupakan
pertengahan
salah satu bentuk benda. Jika merenggang menjadi api, dan jika memadat menjadi
tanah. Ini merupakan pendapat pertama tentang transmutasi unsur-unsur.
c. Herakleitos (560-470 SM), seorang pengkoreksi pendapat Anaximenes bahwa justru
apilah yang menyebabkan adanya transmutasi itu. Tanpa api, benda-benda akan tetap
seperti adanya.
d. Pythagoras (500 SM), seorang yang berpendapat bahwa unsur dasar semua benda
sebenarnya adalah empat, yaitu tanah, api, udara dan air, sebagaimana yang
diungkapkan orang-orang sebelumnya. Pythagoras juga terkenal sebagai ahli
matematika dan penemu dalil: kuardrat sisi miring suatu segitiga siku-siku sama
dengan jumlah kuardrat kedua sisi-sikunya (c2 = a2 + b2). Dalil ini terkenal sebagai
Dalil Pythagoras.
Gambar 3
A
Kecuali
b
itu,
Phytagoras
terkenal
dengan
pernyataannya bahwa jumlah sudut suatu segitiga
c
adalah 1800 (lihat gambar). Sehubungan dengan
alam semesta, ia berpendapat bahwa bumi adalah
bulat dan berputar, karena itu benda-benda alam
lainnya termasuk matahari seolah-olah mengelilingi
C
B
bumi.
e. Demokritos (460-370), seorang yang berpendapat tentang unsur-unsur dasar benda.
Bila suatu benda dibagi terus-meneru, suatu saat akan sampai pada bagian yang
terkecil yang tidak dapat dibagi lagi. Bagian yang terkecil itu disebut atomos atau atom
dan karena kecilnya, atom tidak tampak oleh mata. Istilah atom sampai saat ini masih
dipakai dengan perubahan konsep, tidak lagi seperti konsep Demokritos.
f. Empedokles (480-430 SM), merupakan orang yang menyempurnakan ajaran
Pythagoras tentang empat unsur dasar yaitu tanah, air, udara, dan api. Ia
memperkenalkan tentang tenaga penyekat atau daya tarik-menarik dan daya tolakmenolak. Kedua tenaga tersebut dapat mempersatukan unsur-unsur itu.
g. Plato (480-345 SM), seorang yang mempunyai titik tolak berpikir yang berbeda
dengan orang-orang sebelumnya sebagai seorang sastrawan tidak berpikir seperti
Demokritos
dan
empedokles
yang terlalu
materialistik.
Menurutnya
Plato,
keanekaragaman yang tampak ini sebenarnya hanya suatu duplikat dari semua yang
kekal dan immaterial misalnya, serangga terdiri atas macam-macam jenis yang
bentuknya berbeda dan beranekaragam, hanya merupakan kopi atau duplikat belaka
yang tidak sempurna. Yang benar adalah idea serangga.
h. Aristoteles (384-322 SM), merupakan seorang ahli pikir pada zamannya. Ia yang
membuat intisari ajaran orang-orang sebelumnya. Dalam memikirkan suatu masalah,
ia membuang hal-hal yang tidak masuk akal dan memasukkan pendapatnya sendiri.
Bukunya yang berhubungan dengan unsur dasar alam ini menyebutkan adanya zat
tunggal yang disebut Hule. Zat tungal itu tergantung kepada kondisinya sehingga dapat
berwujud tanah, air, udara, atau api. Terjadinya transmutasi itu disebabkan oleh
kondisi: dingin, lembab, panas, dan kering. Dalam kondisi lembab dan panas, hule
akan berwujud sebagai api, sedangkan dalam kondisi kering dan dingin berwujud
sebagai tanah. Aristoteles berpendapat bahwa tidak ada ruang yang hampa. Maka, bila
suatu ruang tidak terisi oleh suatu benda, akan diisi oleh suatu yang imaaterial yaitu
ether. Ajaran Aristoteles yang penting adalah pola berpikir berdasarkan logika untuk
mencari kebenaran. Ia juga orang pertama yang menyusun klasifikasi hewan yang ada
di muka bumi ini. Di samping itu, ahli pikir ini juga memiliki pandangan tentang awal
kehidupan, yaitu tentang paham abiogenesis (generatio spontanea).
i. Plotomeus (127-151), seorang tokoh besar setelah Aristoteles. Buah pikirannya yang
penting tentang bumi adalah bumi sebagai pusat sistem tatasurya (geosentris),
berbentuk bulat, dan diam seimbang tanpa tiang penyangga.
j. Avicenna (Ibna-Shina, abat 11), seorang ahli ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang
ilmu kedokteran, filosof. Kecuali Avicenna, perlu dikemukakan ahli lainnya dari dunia
Islam, yaitu: Al-Biruni, seorang ahli ilmu pengetahuan yang asli dan kontemporer
(abad 11), Al-Khawirizzini, Al-Farghani, Al-Batani (abad 9), Al-Kindi, Al-Farabi
(filosof abad 10), Al-Gazali (filosof abad 11), dan Averoes (ibn-Rushd). Pada abad 911, semua ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani diterjemahkan dan dikembangkan
dalam bahasa Arab. Setelah itu, secara bertahap diterjemahkan dalam bahasa latin dan
sedikit dalam bahasa Ibrani. Pada waktu itulah ilmu pengetahuan dan kebudayaan
Arab merupakan kebudayaan internasional yang tersebar jauh ke Barat, yaitu ke
Maroko dan Spanyol, yang terkenal dengan Pusat Perpustakaan dan Masjid AlHambra, Cordoba (Spanyol).
D. Lahirnya Ilmu Alamiah
Sebagaimana telah diterangkan di muka bahwa manusia sebagai makhluk hidup
melalui pancainderanya memberikan tanggapan terahadap semua rangsangan, termasuk
gejala di alam semesta ini. Tanggapan terhadap gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa
merupakan suatu pengalaman.
Pengalaman tersebut dari zaman ke zaman akan berakumulasi karena manusia
mempunyai rasa ingin tahu atau kuriositas terhadap segalanya di alam semesta ini.
Pengalaman merupakan salah satu cara terbuntuknya pengetahuan, yakni kumpulan faktafakta. Pengalaman itu akan bertambah terus selama menusia ada dimuka bumi ini dan
mewariskan pengetahuan itu kepada generasi berikutnya. Pertambhan pengetahuan
(kwoledge) seperti yang telah dikemukakan didorong oleh: (1) dorongan untuk memuaskan
diri yang bersifat nonpraktis atau teoritis guna memenuhi kurioritas dan memahami hakikat
alam semesta dan isisnya serta (2) dorongan praktis, yang memanfaatkan pengetahuan itu
untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih tinggi. Kedua dorongan itu menumbuhkan
kemajuan ilmu pengetahuan. Dorongan pertama menuju ilmu pengetahuan murni (PureScience), sedangkan dorongan kedua menuju ilmu pengetahuan terapan (Applied Science).
Ilmu alamiah merupakan kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis. Artinya,
kegiatan manusia yang tiada hentinya dari hasil percobaan akan menghasilkan konsep,
selanjutnya konsep tersebut mendorong dilakukannya percobaan berikutnya dan seterusnya.
E. Kriteria Ilmiah
Kriteria atau patokan merupakan suatu rambu-rambu untuk menentukan benar atau
tidak besarnya suatu untuk masuk satatus tertentu. Pengetahuan termasuk kategori ilmu
pengetahuan jika kriteria berikut dipenuhi, yakni : teratur, sistematis, berobjek, bermetode,
dan berlaku secara universal.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa Ilmu Alamiah memperlajari segala sesuatu di
alam ini sehingga alam semesta menjadi objek. Tujuan Ilmu Alamiah menurut beberapa ahli
adalah mencari kebenaran tentang objekny, dan kebenaran itu bersifat relatif. Alam semesta
sebagai objek penyelidikan mempunyai ospek yang sangat luas, misalnya aspek fisis, aspek
kimiawi, aspek biologis, aspek ekonomis, dan sebagainya. Oelh karena itu, tidak mungkin
ilmu alamiah dapat mencapai seluruh kebenaran mengenai objeknya. Kebenaran yang dapat
di capai oleh ilmu alamiah hanya satu atau beberapa aspek saja sehingga aspek lain belum
diketahui. Meskipun demikian, yang penting adalah sesuai dengan tujuan Ilmiah Alamiah,
yakni mencapai kebenaran yang sesuai dengan objeknya. Secara umum, dapat dikatakan
bahwa ilmu pengetahuan harus objektif.
Gambar 4
G.L.L De Buffon, seorang filosof perancis (1707-1788) seorang yang menyatakan bahwa
pecobaan sama pentingnya dengan pengamatan.
Untuk mencapai kebenaran, yakni persesuaian antara pengetahuan dan objeknya,
tidaklah terjadi secara kebetulan, tetapi harus menggunakan prosedur atau metode yang tepat,
yaitu prosedur atau metode alamiah (scientific method). Dengan prosedur atau metode ilmiah
tersebut akan dicapai kebenaran yang merupakan keputusan atas objeknya, dan dirumuskan
secara tertentu. Namun, keputusan mengenai, keadaan, sifat tingkah laku, dan lain-lain
tidaklah bersifat khusus karena hal itu bukan tujuan ilmu pengetahuan yang mencari
kebenaran yang bersifat umum. Misalnya, sepotong logam jika dipanasi akan memuai.
Peristiwa itu tidak hanya berlaku untuk logam besi, tetapi berlaku untuk semua logam dan
berlaku di semua tempat di alam semesta ini. Dengan demikian, hukum itu berlaku secara
umum mengenai suatu objek, walaupun hanya mencakup salah satu aspek saja, tetapi dicapai
jangan dengan menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan, diorganisasikan, dan
diklasifikasikan, yang terbukti secara signifikan. Sekali lagi, perlu ditegaskan bahwa
pengetahuan tentang signifikan. Sama sekali, perlu ditegaskan bahwa pengetahuan tentang
suatu objek mencakup bebagai aspek lain sehingga timbul ketergantungan satu dengan
lainnya.
F. Metode Ilmiah dan Implementasinya.
Segala kebenaran yang tergantung dalam ilmu alamiah terletak pada metode ilmiah.
Kelebihan dan kekurangan I.A ditentukan oleh metode ilmiah, maka pemecahan segala
masalah yang tidak dapat diterapkan metode ilmiah, tidaklah ilmiah. Sebagaimana langkah
pemecahan atau prosedur ilmiah dapat dirinci sebagai berikut.
1. Penindraan
Pengindraan merupakan langkah pertama dari metode ilmiah dari segala sesuatu yang
tidak dapat diindre, maka tidak dapat diselidiki oleh I.A, walaupun pengindraan tidak selalu
lansung. Misalnya, mengenai magnetisme dan inti atom yang tidak dapat kita indera secara
langsung, tetapi efek-efeknya dapat ditunjukkan melalui alat-alat. Seperti halnya pikiran,
tidak dapat kita indera secara langsung, tetapi efeknya dapat ditunjukkan dalam bentuk
tingkah laku.
Agar pengindraan tepat dan benar, maka perlu pengulangan, dan pengulangan itu dapat
juga oleh orang lain. Penginderaan yang tepat adalah sulit, memerlukan waktu yang lama,
dan setelah dicoba berkali-kali sering mengalami kegagalan. Setiap orang dapat melakukan
penginderaan melalui kelima inderanya, tetapi penginderaan yang tepat sukar dilakukan
karena sering adanya prasangka yang melekat pada penginderaan melalui kelima inderanya,
tetapi penginderaan yang tepat sukar dilakukan karena sering adanya prasangka yang melekat
pada penginderaan itu. Seorang ahli hukum lebih tajam penginderaannya terhadap saksi
daripada orang umum, demikian pula ahli musik yang tepat dapat diperoleh dengan latihan
dan menggunakan alat-alat yang telah ditera.
Untuk
meminimalkan
subjektivitas
penginderaan,
sering
kali
pengamatan
menggunakan instrumen standar. Contohnya, untuk mengetahui suhu air, tidak cukup dengan
kulit/tangan, tetapi perlu dibantu dengan termometer.
2. Masalah atau problem
Setelah penginderaan dan perenungan dilakukan, langkah kedua adalah menemukan
masalah. Dengan kata lain, membuat pertanyaan: Apakah yang ditemukan melalui
penginderaan itu? Mengapa begitu? Bagaimana hal itu terjadi? Dan seterusnya. Penginderaan
yang dilakukan oleh orang umum dan ilmuwan jelas berbeda karena ilmuwan menunjukkan
kuriositas yang tinggi. Pertanyaan-pertanyaan seperti tersebut di atas hendaknya relevan dan
dapat diuji. Pengujiannya jelas memerlukan teknik yang akurat.
Secara umum, untuk menemukan masalah digunakan pertanyaan “bagaimana?” atau
“apa?”. Pertanyaan “mengapa?” menimbulkan kesukaran, dan sering diganti “bagaimana?”
atau “apa?” pertanyaan “mengapa alam ini ada?”. Termasuk kategori yang tidak dapat diuji
sehingga hal itu tidak termasuk bidang I.A.
3. Hipotesis
Pertanyaan yang tepat akan melahirkan suatu jaswaban dari jawaban itu bersifat
sementara yang merupakan suatu dugaaan. Dalam I.A, dugaan sementara itu disebut
hipotesis. Untuk membuktikan apakah dugaan itu benar atau tidak, diperlukan fakta atau data.
Bila fakta itu dapat dikumpulkan melalui survei atau eksperimen. Bila data tidak mendukung
hipotesis, harus disusun hipotesis baru.
Hipotesis, kecuali didukung oleh data, agar mudah dibuktikan harus bersifat
sederhana dan memiliki jangkauan yang jauh. Dalam membuat hipotesis, tidak asal saja,
walaupun dalam sejarah pernah terjadi, yaitu ketika kekule, seorang ahli ilmu kimia bangsa
Jerman membuat hipotesis tentang struktur zat kimia benzema. Pada suatu malam, setelah
menghadiri pesta yang banyak menghidangkan alkohol, keluke bermimpi adanya eam ekor
kera yang menyusun diri dari saling menggigit ekor sehingga terbentuk konfigurasi lingkaran
segi enam. Rumus benzema yang disusun berdasarkan hipotesis Keluke itu pada saat ini
merupkan rumus yang dapat menghasilkan 400 jenis senyawa yang banyak diproduksi dalam
industri kimia.
Keadaan yang ideal untuk memberikan kebenaran suatu hipotesis adalah melalui
pengujian dengan eksperimen.
4. Eksperimen
Eksperimen atau percobaan merupakan langkah ilmiah keempat. Pada titik ini, I.A dan
non-I.A dapat dipisahkan secara sempurna.
Sebagian besar orang mengadakan penginderaan, menyusun pernyatanyaan, dan
menduga jawabannya. Namun orang biasa akan berhenti sampai disitu saja. Sebaliknya,
seorang ilmuwan tidak akan berhenti sampai di situ, tetapi akan meneruskan pertanyaan,
“mana buktinya?” dalam sejarah, cara demikian merupakan suatu cara untuk menghilangkan
pendapat umum yang emosional, tidak didukung oleh bukti merupakan ilusi dan tidak
bijaksana. Eksperimen yang baik harus dirancang dengan seksama sehingga semua faktor
dapat dikendalikan dan hipotesis dapat diuji kebenarannya.
Sebagai ulasan, akan dikemukakan hal berikut. Pada permulaan musim hujan, kita
melihat gejala bahwa beberapa jenis lampu misalnya lampu pijar, neon atau T.L dan merkuri
pada malam hari dikerumui berbagai jenis serangga. Gejala ini membangkitkan suatu
hipotesis bahwa serangga tertarik pada sinar tertentu, tetapi tidak tertarik pada sinar yang
lain.
Untuk membuktikan hipotesis tersebut, dirancang suatu eksperimen di laboraturium
dengan menggunakan berbagai jenis serangga, misalnya : laron, lalat rumah, lalat buah,
nyamuk, belalang, dan sebagainya, sedangkan untuk sinarnya dipakai berbagai sinar,
misalnya : merah, biru, hijau, kunig, dan sebagainya. Dari hasil percobaan ternyat serangga
tertarik pada sinar biru dan tidak tertarik pada sinar lain.
5. Teori
Bukti eksperimen merupkan dasar langkah ilmiah berikutnya, yaitu teori. Apabila
suatu hipotesis telah didukung oleh bukti atau data yang menyakinkan dan bukti itu diperoleh
dari berbagai eksperimen yang dilakukan di laboraturium, dimana eksperimen itu dilakukan
oleh berbagai peneliti dan bukti-bukti menunjukkan hal yang dapat dipercaya dan valid,
walaupun dengan keterbatasan tertentu, maka disusun suatu teori.
Contoh serangga yang telah dikemukakan menunjukkan bukti kebenaran hipotesis dan
disokong oleh bukti dari berbagai pengujian, lalu disusunlah suatu teori : “serangga tertarik
pada sinar yang memiliki panjang gelombang tertentu lainnya. “ pernyataan ini lebih luas
daripada yang didasarkan eksperimen di laboraturium. Selanjutanya, teori itu berlaku
berbagai tempat dengan keterbatasannya tertentu, yakni kondisi lainnya harus sama. Bila
teori tersebut memiliki ramalan atau prediksi tinggi, kemungkinan berlakunya menjadi lebih
luas.
Beberapa teori menunjukkan validitas yang umum sehingga memiliki rangkuman
yang tinggi, maka teori itu menjadi hukum alam. Hukum gravitasi itulah manusia dapat
meninggalkan bumi dengan rocket menuju ke benda-benda angkasa lainnya.
Dari teori hubungan sinar dengan serangga di atas dikembangkan teori-teori baru atau
memanfaatkan teori itu untuk bidang pertanian, dan kesehatan, misalnya dikembangkan
lampu pengusir serangga yang dipasang di sekitar gudang biji-bijian (padi, gandum, jagung),
lampu penangkap nyamuk, dan sebagianya.
Dari uraian diatas, I.A terdiri dari tida komponen, yaitu produk, proses, sikap. Contoh
produk adalah konsep, teori, dan hukum. Proses merupakan keterampilan untuk menemukan
produk seperti keterampilan pengamatan, eksperimen. Sementara contoh sikap adalah telitim
dan jujur.
G. Keterbatasan Ilmu Alamiah
Penginderaan, penemuan masalah, penyusunan hipotesis, eksperimen, dan teori
merupakan urutan langkah atau prosedur ilmiah yang lazim. Untuk menentukan sejauh mana
arti konteksnya, kita uji sampai dimana berlakunya metode ilmiah dan dimana metode ilmiah
tidak berlaku, serta kekhususannya.
1. Bidan Ilmu Alamiah
Yang menentukan bidan I.A adalah metode ilmiah karena bidan I.A adalah wahana di
mana ilmiah dapat diterapkan, sebaliknya, bidang non I.A adalah wahana dimana metode
ilmiah tidak dapat diterapkan. Hal tersebut dapat dipakai untuk menjelaskan masalah yang
sering dilontarkan, yaitu konsep tentang Tuhan. Apakah Tuhan itu ada? Apakah Tuhan itu
menciptakan alam ini? Dimanakah Tuhan berada? Dari pertanyaan itu dapat disususn
hipotesis “Ya” dan “Tidak”.
Dapatkah kita menyususn rancangan eksperimen tentang Tuhan? Untuk realibilitas,
kita memerlukan kelompok kontrol. Misalnya dua keadaaan yang identik, yaitu satu keadaan
dengan menguji hipotesis Tuhan itu ada didalam alam semesta ini, berarti Tuhan berada di
mana-mana. Hipotesis sejauh itu dapat benar atau salah.
Jika Tuhan benar ada, berarti Tuhan akan ada di mana saja. Ini berarti kita tidak akan
menemukan tempat dimana Tuhan tidak ada. Tetepi tempat dimana Tuhan tidak ada kita
perlukan untuk kontrol.
Jika hipotesis tersebut salah, maka Tuhan tidak ada, maka kita tidak dapat melakukan
pengujian dimana Tuhan di tempat yang Tuhan ada. Dengan demikian, kita tidak dapat
menerapkan metode ilmiah. Maka, konsep tentang Tuhan di luar bidang I.A. ada atau
tidaknya Tuhan tidak dapat dibuktikan secara ilmiah karena metode ilmiah tidak dapat
diterapkan. Namun hendaknya berhati-hati dalam hal ini sehingga tidak menimbulkan
pertanyaan I.A tidak dapat membuktikan Tuhan itu ada para ilmuwan it tidak ber-Tuhan atau
Ateis karena banyak ilmuan merupakan orang yang saleh, yang percaya kepada Tuhan.
2. Tujuan Ilmu Alamiah
Konsekuensi metode ilmiah adalah menerapkan tujuan I.A yaitu membentuk dan
menggunakan teori. Beberapa orang mengatakan bahwa tujuan I.A adalah mencari kebenaran
menemukan fakta. Dalam hal ini, hendaknya kita berhati-hati dengan perkataan “kebenaran”
yang sering digunakan dalam dua arti. Pertama, menujukkan kebenaran yang bersifat
sementara, seperti pernyataaan, “Rambut saya adalah hitam.” Kedua menunjukkan kebenaran
yang mutlak, seperti pernyataan, “Dalam bidang geometri, jumlah sudut-sudut segitiga adalah
1800”.
Pada pembahasannya permulaan mengenai metode ilmiah menunjukkan bahwa
metode ilmiah tidak dapat berhubungan dengan macam-macam kebenaran yang mutlak.
Sesuatu yang mutlak berarti telah berakhir. Metode ilmiah tidak dapat menentukan sesuatu
secara mutlak. Bila sesuatu telah diketahui mutlak, maka I.A tidak dapat diharapkan untuk
bertindak lebih lanjut. I.A hanya dapat mengemukakan bukti kebenaran sementara. Dengan
kata lain, kebenaran sementara adalah “Teori.” Kata “Benar” kurang cocok untuk kualifikasi
dalam I.A. sehingga ilmuwan cenderung tidak menggunakan lagi. Kata “Fakta” (fact) dan
“bukti” (proof) juga dapat menunjukkan yang mutlak atau sementara atau kotemporer. Jika
sesuatu bersifat sementara adalah I.A. Dalam kehidupan sehari-hari, kata teori juga terkenal
dan sering dipakai, tetapi mempunyai arti lain., yakni “hanya sekedar berbicara dan bersifat
spekulasi.
3. Ilmu Alamiah dan Nilai
Metode ilmiah tidak dapat memberikan nilai atau moral terhadap suatu keputusan.
Manusia pemakai I.A-lah yang menilai apakah hasil I.A itu baik atau sebalinya. Ilmuwan
hyang bekerja dalam penemuan energi nuklir, zat antibiotika, dan lain-lain tidak dapat
menyatakan apakah penemuannya baik atau jelek. Setiap orang harus menentukan sendiri.
Jika seorang ilmuwan berbicara tentang moral energi nuklir memiliki bobot yang lebih
daripada orang umum tertentu karena ia tahu lebih banyak akibat kerusakan yang ditimbulkan
oleh energi nuklir memiliki bobot yang lebih daripada orang umum tentu karena ia tahu lebih
banyak akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh energi nuklir jika dipakai perang. Namun,
pendapat itu adalah pendapat pribadi yang dimiliki yang bersumber dari agama atau lainnya.
Ilmu alamiah tidak dapat menilai hal lain, misalnya tentang cinta dan pengaruh cinta terhadap
manusia mungkin dapat dilakukan, tetapi tidak akan dilakukan, tetapi tidak akan temukan
bahwa cinta it indah, dan tidak dapat menilai tentang baik buruknya apa yang di lakukan
manusia. Bila dapat menilai, itu bukan merupakan penelitian ilmiah.
Selajutnya, kita juga tidak dapat mengharapkan semua kehidupan ini berifat ilmiah
karena manusia memiliki banyak segi, namun masih mungkin jika kita mengharapkan orangorang untuk berfikir secara ilmiah dalam menghadapi masalah-masalah yang empiris. Sekali
lagi, hendaknya kita yakin bahwa I.A tidak dapat memberikan pedman dalam menentukan
nilai atua moral dalam hidup ini.
H. Filsafat Ilmu Alamiah
Dampak yang penting metode ilmiah adalah menentukan filsafat yang berfungsi
sebagai dasar acuan ilmiah. Seperti telah dikemukakan dalam awal bab ini, yang menjadi
objek atau bidang I.A adalah semua materi dalam alam semesta. I.A meneliti sumber alam
yang mengaturnya dan segala sesuatu yang terjadi. Apakah yang menetukan sesuatu itu dapat
terjadi? Apakah yang mengontrol atau memandu penyebab sesuatu ke arah kesimpulan
tertentu itu?
Pertanyaan-pertanyaan seperti tersebut dia atas mendorong untuk menemukan
“penyebab pertama” dalam alam semesta ini. Petanyaan-pertanyaan tersebut sebenarnya
merupakan pertanyaan filsafat yang tidak hanya berhubungan dengan bidang I.A, tetapi
menyangkut pikiran manusia seluruhnya. Jawaban atas pertanyaan itu tergantung pada hasil
pemikiran yang diambil dari berbagai segi, dan salah satu segi adalah filsafat I.A seorang
ilmuwan juga harus menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang berhubungan dengan
alam semesta ini, kegunaan I.A, harus selalu konsisten dengan metode ilmiah.
Berbicara tentang filsafat I.A hendaknya dapat diverifikasi keseluaruhan atau bagian
demi bagian melalui analisis eksperimentaal sehingga memiliki nilai ilmiah. Filsafat yang
tidak dapat diverifikasi tidak akan memiliki nilai tambah, walaupun filsafat itu memiliki nilai
yang baik dalam segi lain dalam pikiran atau pandangan manusia.
1. Vitalisme
Dari sejarah perkembangan I.A dapat kita lihat bahwa pada awalnya I.A masih
tercampur dengan kepercayaan atau mitos. Oleh karena itu, pada awalnya di dalam
I.A terdapat filsafat vitalisme. Vitalisme merupakan suatu doktrin yang menyatakan
adanya kekuatan di luar alam. Kekuatan itu memiliki peranan yang esensial yang
mengatur segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini. Kekuatan itu disebut dengan
berbagai sebutan. Misalnya, Tuhan, Yang Maha Kuasa, atau secara sederhana sebagai
gaya vital atau elan vital. Kekuatan itu menentukan alam, membimbing tingkah laku
atom, planet, makhluk hidup, dan lain-lain. Pada makhluk hidup, elan vital itu juga
disebut sebagai jiwa atau roh, sebagian besar filsafat dalam agama termasuk dalam
filsafat vitalisme.
Ditinjau dari segi lain, vitalisme mempunyai nilai, tetapi dalam I.A tampaknya
tidak cocok karena dalam I.A segala sesuatu harus dapat dianalisis secara
eskperimental berdasarkan metode ilmiah seperti yang telah dikemukakan pada
pembahasannya ada atau tidaknya Tuhan (lihat pada pembahasan bidang I.A)
2. Mekanisme
Mekanisme merupakan suatu pandangan yang menyatakan bahwa penyebab
yang mengatur semua gerakan di alam semesta ini adalah sejumlah Hukum alam.
Berdasarkan hasil peninderaan menunjukkan bahwa semua peristiwa atau gejala di
alam semesta ini berdasarkan hukum alam, misalnya hukum fisika dan hukum
kimiawi. Dengan dasar hukum alam itu, pandangan mekanisme dianalisis
secaraeksperimental menurut metode ilmiah. Dengan demikian, pandangan ini
menganggap bahwa gejala pada makhluk hidup secara otomatis terjadi hanya berdasar
peristiwa fisika-kimia belaka. Mekanisme gambarannya tidak sesederhana seperti jam
bila pernya diputar (jam model lama) atau diberi energi listrik (model jam sekarang)
akan hidup, tetapi lebih luas. Misalnya komputer dapat belajar, menyimpan memori,
mengolah data yagn ditunjukkan melalui layar monitor, atau robot yang dapat
diprogram dan sebagainya.
Pandangan
mekanisme
menyamankan
gejala
pada
makhluk
hidup
dengangejala benda tidak hidup sehingga perbedaan hakiki tidak ada. Dengan begitu
dapat menghanyutkan manusia ke pandangan materialisme yang selanjutnya ke
ateisme.
3. Agnoteisme
Kalau kita lebih dalam, tampak perbedaan prinsip antara vitalisme dan
mekanisme, terutama tentang ada tidaknya sang perancang atau pencipta alam
semesta ini. Untuk menghindari pertentangan terdapat aliran yang melepaskan diri
atau tidak mempedulikan ada atau tidaknya Sang Pencipta, dan aliran ini disebut
agnotisme. Mereka yang mengikuti aliran ini hanya mempelajari gejala-gelala alam.
Aliran ini banyak dianut oleh ilmuwan-ilmuwan barat.
4. Filsafat Pancasila
Sebagaimana kita ketahui bahwa filsafat negara dan bangsa Indonesia adalah
Pancasila sehingga semua warga negara, termasuk ilmuwan Indonesia, adalah
penganut filsafat Pancasila yang berarti menganut Teisme.
Ilmuwan Indonesia hendaknya dapat menjembatani antara filsafat vitalisme
dengan mekanisme, misalnya dalam menjawab pertanyaan “bagaimana atau kapan
hukum alam itu terjadi di alam semesta ini?” satu-satunya jawabannya ialah “hal itu
diciptakan oleh Tuhan.” Dari titik awal mulai filsafat mekanisme, sedangkan proses
selanjutnya menurut filsafat mekanisme, yakni hukum alam. Dalam hal ini, bagi kita
hukum ala adalah sama dengan hukum Tuhan. Walaupun pada jawaban awal secara
prosedur tidak ilmiah, tetapi mekanisme yang dianggap ilmiah juga tidak dapat
menentukan kapan hukum alam itu mulai berlaku dan, kecuali itu sekali lagi kita
bernggapan bahwa hukum alam adalah juga hukum Tuhan.
Dalam masalah gejala-gejala hidup dan makhluk hidup akan kita jumpai juga
masalah –masalah semacam di atas, misalnya makhluk hidup itu mempunyai asal dan
setelah berjalan pasti akan berakhir. Penginderaan dalam ha ini akan menimbulkan
pertanyaan “bagaimana kondisi itu membawa ke arah kondisi terminal?” bagaimana
kita dapat mengetahui titik awal dan yang titik akhir terjadi?” sebagai orang yang
menganut filsafat Pancasila, maka dengan tegas kiat akan mengatakan semuanya
diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa.
I.
Bahasa Ilmu Alamiah
Ilmu alamiah sebagai kesatuan yang utuh sebagai bentuk bahasa.
Secara mendasar, I.A merupakan suatu bahasa, suatu sistem komonikasi. Agama, seni,
politik, bahasa indonesia, bahasa inggris, dan bahasa-bahasa lainnya juga sebagai sistem
komonikasi. Dengan I.A, manusia dapat menjelajah wahana-wahana baru dalam alam pikiran
dan dapat memahami, seperti memahami, negara-negara yang ada di muka bumi ini. Seperti
bahasa lainnya, I.A juga memiliki tata-bahasa, yaitu metode ilmiah: memiliki pengarang yang
para ilmuwan dan kepustakaan (karya ilmiah) dengan berbagai dialek atau bentuk ekspresi,
yaitu seperti fisika, kimia, biologi, IPBA, dan sebagainya.
I.A benar-benar merupakan bahasa yang universal, dimengerti oleh sesama orang
dimuka bumi ini. Seni dan agama juaga bersifat universal, tetapi memiliki perbedaan,
misalnya agama islam, kristen, hindu, dan budha yang masing-masing agama memiliki
relung-relung yang berbeda karena memiliki keyakinan yang berbeda. Sebaliknya, dalam I.A
terdapat ide yang dinyatakan dalam bahasa berbeda, tetapi setara. Bahasa Indonesia
menyatakan “air”, bahasa Inggris menyatakan “water” bahasa latin menyatakan “aqua”,
sedangkan dalam bahasa I.A adalah H2O, di mana seluruhnya adalah setara, tidak ada yang
paling benar daripada yang lain. Sepintas lalu tampak berbeda tetapi dalam satu ide bahasa
yang sama. Demikian juga tentang pernyataan bahwa semua makhluk termasuk manusia
diciptakan oleh Tuhan. Dalam hal ini, manusia dipandang dari I.A adalah hasil peluang reaksi
kimia dan evolusi. Pada hakikatnya, tidak ada pertentangan interpretasi ilmiah dan agama.
Agama beragumentasi segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan, termasuk para ilmuwan yang
berpikir bahwa manusia adalah hasil perluang aksi kimia yang mengkreasi manusia dengan
otaknya, termasuk otak para ulama yang berdasarkan ajaran agama dapat menyusun pendapat
bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu. Tekanan pendapat itu berbeda menurut sistem
komunikasi masing-masing dimana para ilmuwan dan ulama adalah sama benarnya.
Suatu hal yang penting adalah didunia ini tidak ada satu rumusan ide yang paling benar
yang dapat mencakup segala bahasa. Perbedaan perumusan selalu ada dan pada satu sisi
bermanfaat, lebih memuaskan, atau lebih efektif. Oleh karena itu, siapa yang ahli dalam
berbagai bahasa dapat menjelajah ke wahana-wahana yang lebih luas serta mudah merasakan
dan menyatu dengan ide.
Dalam “bahasa” ini, tampaknya kita berhadapan dengan berbagai patokan dalam
menghadapi sistem komonikasi yang berbeda yang kita gunakan. Seperti telah dinyatakan di
atas bahwa di dunia ini terdapat berbagai jalan dan warna yang memiliki patokan yang
merupakan pesona hidup.
J.
Kemampuan Memecahkan Masalah Dapat Diperlajari dengan Melakukan
Pemecahan Masalah
Tidak ada jalan yang mudah untuk belajar. Orang belajar dengan usaha, menjadi yang
terpelajar dengan belajar, menjadi cermat dengan berlaku cermat, mendapatkan pengalaman
dengan melakukan pengalaman, dan menjadi pengamat dengan melakukan pengamatan yang
tepat.
Pemecahan masalah, seperti keterampilan lain, dapat dipelajari dengan berbuat.
Namun, haruslah di ingat bahwa kita akan jauh lebih berhasil jika belajar itu mempunyai
makna (arti) bagi kita. Jenis mempelajari tentang pemecahan masalah. Jika kita memiliki
masalah yang bersangkutan denan suatu kebutuhan atau tujuan belajar, kita akan berhasil
karena pelajaran itu mempunyai arti bagi kita.
Manusia mempunyai indera yang sama dengan beberapa jenis hewan lain, tetapi ia
dibedakan oleh kecerdasannya, yang menjadikannya tidak hanya merencanakan dan
mengontrol penginderaaannya, tetapi merancang instrumen untuk membantu inderanya
sendiri. Kebiasaan bekerja tanpa menggunakan pancaindera sebaik-baiknya akan menjurus
tidak ahanya kepada hidup yang tidak menarik, tetapi juga pada hidup yang kurang cerdas.
Karena itu, penginderaaan perlu untuk melakukan pengujian terhadap generalisasi.
Sebagai diutarakan di atas bahwa penginderaan merupakan salah satu langkah ilmiah
yang penting, maka penginderaan harus dikontroll dan di cek kembali. Hal ini tidak lain
karena kemampuan indera manusia itu terbatas.
K. Keterbatasan Indera Manusia
Berdasarkan peneliitian sederhana terhadap indera menusia yang normal, ternyat
memang kisaran (range) pencaindera manusia sangat terbatas. Hal ini akan dibahas sebagai
berikut:
1. Penglihatan
Terdapat sebagai jiening gerak yang terlalu cepat atau terlalu lambat untuk dapat
didekteksi oleh mata telanjang. Mata kita dapat memisahkan suatu pandangan lain legih
sering dari sepuluh kali dalam satu detik sehingga proyeksi dari enam belas gambar tiap detik
menimbulkan ilusi gambar hidup yang bersambungan. Kisaran penglihatan juga sangat
terbatas pada ukuran pertikel yang dapat terlihat dan terhadap jarak yang dapat terlihat.
Mata manusia normal tidak dapat memisahkan komponen-komponen warna, tetapi
menerima semua panjang gelombang mata. Jadi, cahaya putih terlihat sebagai warna putih
daripada sebagai campuran semua warna pelangi.
2. Pendengaran
Telinga manusia cukup peka (sensitif) terhadap gelombang suaru berfrekuensi antara
16 sampai 20.000 hertz per detik. Getaran (vibrasi) dibawah dan diatas frekuensi itu sangat
sukar sekali untuk di deteksi. Telinga kita hanya dapat mengenali sejumlah suara terbatas
yang timbul secara serentak (simultan).
3. Pengecapan dan Pembauan
Pengecapan dan pembauan merupakan penginderaan yang bersifat kimia, terbatas
dalam kisaran tertentu, dan tidak tergantung pada bantuan yang bersifat mekanis. Inderaindera tersebut dikatakan bersifat kimia karena dapat mendeteksi molekul-molekul zat dari
berbagai jenis yang berbeda. Manusia dapat membedakan antara rasa manis, asam, asin, dan
pahit saja. Bau-bauan seperti parfum dan semua bau-bauan yang lain dapat dibaui oleh
hidung daripada dirasakan atau dikecap oleh lidah. Indera kimia ini betul-betul sangat peka.
Sebagai misal, satu bagian vanili dapat dideteksi dalam 10.000.000 bagian udara. Indera
pembau dapat dilatih mengidentifikasi ratusan zat yang berbeda.
4. Penginderaan Kulit
Alat indera kulit manusia dapat membedakan antara panas, dingin, dan tekanan relatif
serta dapat mengukur panas hanya kasar. Indera peraba juga tidak dapat membuat membuat
observasi secara eksak. Kulit berfungsi sebagai indera peraba (terjadi kontak dengan objek)
dan indera perasa.
5. Penginderaan Dalam (Deep sensibility)
Penginderaan dalam termasuk bebeerapa indera, misalnya penginderaan otot daging
dan sendi maupun penginderaan statis dan keseimbangan. Manusia mempunyai perbedaan
yang sangat besar dalam kemampuannya untuk mengadakan perkiraan arah, jarak, bobot, dan
tekanan, atau untuk mempertahankan keseimbangannya.
Kecuali keterbatasan itu, indera manusia yang satu-berbeda kemapuannya dengan
yang lain. Perbedaan kepekaan individu berkisar antara kehilangan fungsi indera hingga
variasi yang sedikit abnormal, misalnya kebutawarnaan atau penderngaran yang tidak peka
terhadap kisaran getaran tertentu. Bau-bauan tertentu yang berbau tidak sedap bagi beberapa
orang akan berbau enak, tetapi bagi beberapa orang lain.
Sering
juga
penginderaaan
menimbulkan
kekeliruan
informasi
misalnya,
penginderaan mata: ketika kita duduk dalam sebuah gerbong kereta api yang sedang berlari
cepat, maka pohon-pohon pinggir jalan kereta api yang kita lalui itu tambak berlari menjauh
kita.
Indera lainpun juga bisa menghasilkan salah kesan dalam kondisi tertentu. Misalnya,
sebuah ruang yang terasa hangat bagi seseorang yang termasuk dari udara luar yang lebi
dingin akan terasa dingin bagi seseorang yang memasuki ruang itu dari ruang yang udaranya
lebih hangat. Banyak instrumen yang lebih peka, dapat dipercaya daripada pancaindera
manusia yang tidak tertentu karena instrumen-instrumen itu kemungkinan unsur mengadakan
observasi sepenuhnya.
6. Peningkatan Daya Penginderaan
Untuk meningkatkan daya observasi atau penginderaan hingga diperoleh kebenaran,
dapat dilakukan dengan jalan berikut:
a. Latihan
Seorang latihan, seorang dapat mempelajari untuk mengidentifikasi minuman anggur
dengan mengecapnya, mengetes minuman teh dengan meminumnya beberapa teguk,
mengetes kesegaran telur atau mutu tembakau dengan membauinya, menala alat-alat musik
dengan menggunakan telingga saja, atau menentukan kepekaan suatu cairan dengan meraba
saja.
Salah satu tujuan praktik pelajaran ilmu alamiah di laboraturium yang paling penting
adalah mengembangkan teknik, yaitu kemampuan melakukan penginderaan yang cermat
dengan menggunakan berbegai jenis instrumen yang berbeda. Walaupun demikian, perlu
diingat bahwa seperti pepatah mengatakan tiada gading yang tak retak, bagaimanapun
sempurnanya hasil penginderaan, “organ” manusia itu pasati selalu berubah.
b. Kewaspadaan perlu ditingkatkan dengan usaha yang sungguh-sungguh.
Penginderaan keilmuan bukanlah suatu pengamatan terhadap benda yang tanpa tujuan
yang “sejati”, dalam arti bahwa kegiatan itu memerlukan energi besar yang besar, yagn
menyangkut seluruh indera. Untuk di pusatkan tidak hanya terhadap benda yang sedang
diamatinya atau yang sedang di minatinya, tetapi juga terhadap benda yang ia tidak menaruh
minat sekalipun.
Beberapa orang bahkan berusaha untuk melihat suatu yang lain yang perlu di lihat
yang menarik baginya sangat terbatas. Suatu sebab para spesialis sampai pada kesimpulan
keliru adalah karena minatnya, mereka hanya memilih observasi yang sesuai dengan keahlian
mereka.
Beberapa orang memperlihatkan warna atau potongan pakaian yang dipertontonkan di
dalam etalase toko, sedangkan yang lain akan memperlihatkan susunan atau rangkaian
penyinarannya, atau bentuk bangunan gedungnya. Yang lain lagi mungkin, atau bentuk
bangunan gedungnya. Yang lain lagi mungkin, kerena terpancang oleh pikiran-pikiran sendiri,
akan lewat saja dimuka etalase itu tanpa menaruh perhatian sedikitpun. Tidak dapat disangkal
lagi, sekelompok orang tidak menyetujui uraian atau laporan dari tiap-tiap anggota kelompok
yang telah sama-sama menyaksikan suatu insiden. Sekalipun pada kenyataannya memang
demikian, ternyata tidak seorang pun dapat waspada terhadap segala yang berlangsung di
sekitarnya dan setiap orang akan terpengaruh oleh minatnya dalam melakukan pengamatan.
Bagaimana kekeliruan-kekeliruan ini yang justru disebabkan oleh sifat-sifat manusia itu dapat
dihilangkan atau setidak-tidaknya dikurangi?
c. Instrumen harus dikalibrasi
Pelaksanaan kalibrasi atau peneraan terdiri atas perbandingan instrumen dengan
standar dan menyesuaikannya sehingga instrumen itu akan memberikan hasil yang sama
seperti instrumen yang dikalibrasi dengan cara yang sama. Misalanya, termometer yang
murah mungkin memberikan pengukuran suhu yang berbeda derajat, tetapi setiap termometer
yang telah dikalibrasi secara teliti akan memberikan bacaan suhu yang sama pada kondisi
yang sama.
Adalah tidak benar jika kiata menganggap bahwa suatu instrumen akan selalu
menghasilkan hasil yang terpecaya. Mungkin orang terakhir yang menggunakan anak
timbangan yang sudah dikalibrasikan itu memegangnya dengan tangan yang bermimpi
sehingga berubah bobotnya. Pengamat (observator) yang baik sering mengecek dan
mengecek kembali ( check and recheck) instrumennya untuk menyakinkan bahwasannya
instrumen-instumen itu akan menghasilkan data yang dapat dipercaya.
Mungkin terjadi pula bahwa setiap instrumen dari jenis tertentu akan selalu
menghasilkan data yang tidak akurat karena keslahan atau keterbatasan yang inheren didalam
instrumen itu sendiri. Bagaimana kesalahan-kesalahan seperti itu dapat dihilangkan?
d. Pengecekan merupakan cara yang paling berhasil untuk menghilangkan kekeliruankekeliruan dalam pengamatan.
Pengulangan pengamatan oleh seorang pengamat akan dapat mendeteksi kekeliruan
yang telah masuk dalam suatu pengamat, tetapi tidak pada pengamatan yang lain.
Pengulangan pengamatan dengan menggunakan instrumen yagn berbeda dari jenis yang sama
membantu menghilangkan kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan kalibrasi. Pengulangan
observasi dengan menggunakan instrumen yang sama sekali berbeda akan membantu
menghilangkan kekeliruan inheren dalam jenis instrumen tertentu. Pengulangan observasi
oleh pengamat yagn berbeda membantu menghilangkan kekeliruan yang justru disbebabkan
oleh perangka atau perbedaan dalam kepekaan atau kewaspadaan pengamat itu.
Kekeliruan-kekeliruan dapat dihindari dalam laboraturium, bank, rumah sakit, atau di
rumah tangga denga melakukan pengecekan ulang. Janganlah informasi yang didapatkan,
diterima sebagai suatu yang dipercaya sebelum dilakukan pengecekan. Mudah dipercaya
merupakan sifat yang tidak diteliti., bahkan kekeliruan yang besar umumnya disebabkan oleh
keteledoran dalam mengecek penginderaan dalam kehidupan sehari-hari.
e. Eksperimen adalah penginderaan dalam kondisi yang dikontrol
Banhyak masalah yang begitu kompleks sehingga masalah itu hanya dapat dipelajari
dengan mengadakan obsevasi perubahan yang dihasilkan dari pengubahan suatu faktor pada
suatu saat, sedangkan faktor-faktor yang lain dijaga agar selalu tetap (konstan).
Mungkin hal yang paling signifikan dan penting dari observasi yang terkontrol itu
ialah kegiatan itu membuat banyak yang terkontrol itu ialah bahwa kegiatan itu membuat
banyak pengamat dapat mempelajari secara tepat situasi-situasi yang sama dan mengecek,
membetulkan, atau melengkapi hasil-hasil yang diperoleh setiap pengamat.
Pengontrolan secara sederhana dilakukan dengan menyamakan variabel yang
dikontrol.
f. Penginderaan meliputi analisis dan sintesis.
Seorang belum secara nyata menghayati suatu gedung sampai ia telah mengamati
bagian-bagian (analisis) sehingga dapat mengenali dan mengukur tiap-tiap bagiannya.
Sebaliknya seorang belum secara nyata mengenali suatu gedung sampai gedung itu dibangun,
walaupun dia mungkin sudah mengenali setiap bagiannya dan juga telah mempelajari gambar
arsitekturnya. Sebuah jam tidak dapat diamati secara cukup bilamana dipreteli bagianbagiannya: jam itu harus dalam keadaan
“jalan” agar menjadikan pengamatan itu
mempunyai arti. Memadukan benda-benda menjadi satu dan mempunyai arti itulah yang
dimaksud dengan sistematis.
g. Instrumen baru memungkinkan penginderaan baru.
Penemuan instrumen baru merupkan sumbangan yang paling penting terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan. Ratusan insturmen telah ditemukan hingga manusia dapat
melakukan observasi lebih pasti teliti. Misalnya, mesin mobil modern menggunakan
penganalisis gas untuk menjadikan mobil itu dapat menyesuaikan karburator dengan lebih
baik: kriminologis menggunakan poligraf untuk mendeteksi pengakuan palsu ahli fisika
menggunakan siklotron untuk mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi dalam inti
atom.
h. Pengukuran merupakan keterampilan tersendiri
Dalam memperoleh data, para ilmuan harus menggambarkan objek atau fenomena
secermat mungkin, dan hampir dalam setiap hal( kasus) suatu uraian kuantitatif harus
dinyatakan secara matematis.
Pengukuran dengan ketepatan yang tinggi merupakan pra syarat produksi mesin
modern secara massal dengan suku cadang yang dapat saling dipertukarkan. Pengukuran
tidak hanya mutlak perlu untuk arsitektur, seni pahat patung, lukisan atau musik yang baik,
tetapi pengukuran itu merupakan pengetahuan eksakta seperti ilmu alamiah.
Teori pengukuran modern didasarkan pada asumsi bahwa hampir semua fenomena
fasis dapat diukur dalam jarak, massa, dan waktu.
Pada tahun 1790, Dewan Nasional Prancis (The French National Asembly)
mengangkat suatu komite untuk menyusun suatu standar bobot dan ukuran yang permanen.
Komite ini memilih satuan panjang satu per sepuluh juta jrak kutub utara sampai ekuator.
Satuan ini, yagn saat ini dikenal denan satu meter, diambil sebagai jarak antara dua tanda
pada batang platina