Pemuda dan Pendidikan Holistik dalam Mem
Pemuda dan Pendidikan Holistik dalam Memperkuat Kerukunan
Masyarakat Multikutural
Achmad Farchan
Teknologi Pembelajaran, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta
tp11049.achmadfarchan@gmail.com
Abstrak
Fakta bahwa Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri atas masyarakat
multikultural tidak dapat terbantahkan dalam sejarah pembentukan negara modern
(nation state), bahkan jauh sebelum itu. Berdirinya Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dibangun dan ditopang atas kesadaran akan keragaman etnis,
budaya, bahasa, dan agama. Keragaman ini merupakan potensi besar dalam
pembangunan bangsa yang harus dijaga heterogenitasnya, agar tidak menjadi
faktor pemicu keterpecahan bangsa. Setidaknya ada dua komponen penting
sebagai upaya memperkuat kerukunan masyarakat Indonesia yang multikultural.
Pertama, peran pemuda sebagai penggerak perubahan. Aksesibilitas pemuda yang
sangat dinamis, artinya tidak tersandera oleh kepentingan pragmatis memiliki
peluang jauh lebih besar untuk mengembangkan keragaman dalam kontruksi
pemahaman pembangunan kerukunan dan harmonitas sosial yang mencerahkan
menuju keadaban masyarakat. Kedua, implementasi model pendidikan holistik.
Pendidikan yang mengembangkan dan memberdayakan secara harmonis seluruh
potensi individu, memperhatikan aspek spiritual, intelektual, emosional, kreatif,
estetika, dan budaya. Pendidikan holistik menekankan ilmu yang sejati, iman yang
tinggi, dan karakter yang mulia. Kedua komponen penting ini dalam masyarakat
multikultural diyakini mampu memperkuat kerukunan demi terwujudnya ruang
keadaban masyarakat.
Kata Kunci: Pemuda, Model Pendidikan Holistik, Masyarakat Multikultural,
Kerukunan
tidak
PENDAHULUAN
Kehidupan bermasyarakat dan
populer,
generasi
muda
baik
di
kalangan
maupun
golongan
bernegara pada era kebebasan semacam
masyarakat lainnya. Telah berkembang
ini, di mana ruang dan waktu seakan
fenomena sifat yang individualistis,
tanpa
solidaritas
sekat,
wawasan
kebangsaan
kelompok
yang
sempit
sebagai upaya menjamin kerukunan
dengan berlatar belakang suku, agama,
masyarakat menjadi suatu hal yang
ras,
maupun
antar
golongan
kepentingan lainnya. Hal ini tentu akan
miskipun berbagai permasalahan masih
merubah filosofi bangsa yang berakar
mewarnai berbagai aspek kehidupan
dari
luhur
bangsa
berupa
berbangsa dan bernegara, pemuda tetap
semangat
gotong
royong,
guyub,
memiliki
kompak,
dan
nilai
kerukunan
yang
kekuatan
mempertahankan
dalam
gerakan
persatuan
dan
memunculkan persatuan dengan tetap
kesatuan Bangsa Indonesia, karena ia
menghormati
berada pada posisi ambivalen antar
sebuah
perbedaan
kekuatan
persatuan
sebagai
mendasar
Indonesia
dalam
seperti
yang
generasi
(Darpito
Pudyastungkoro
dalam Jimmy Oentoro, 2010: 40).
Pemuda merupakan unsur yang
termaktub dalam sesanti Bhinneka
menarik dan esensial dalam suatu
Tungal Ika.
tentu
gerakan perubahan, karena di dalam
berdampak pada munculnya gejala
jiwa pemuda masih terdapat kerelaan
sikap dan tindakan masyarakat yang
berkorban demi mencapai cita-cita dan
mengagung-
kejernihan
Fenomena
tersebut,
agungkan
kebebasan
idealisme
yang
tidak
dalam bingkai demokrasi pada berbagai
menuntut imbalan, hal ini karena
bidang kehidupan secara berlebihan.
didasari oleh perasaan senasib dan rasa
Inilah bagian dari pemicu terkoyaknya
persatuan yang tinggi, lihat pada masa
rasa
masyarakat
Budi Utomo yang mampu melahirkan
dipengaruhi
Sumpah
kerukunan
multikultural.
dalam
Terlebih
Pemuda
sebagai
tonggak
oleh nuansa globalisasi, kesenjangan
persatuan untuk melawan penjajahan
sosial-ekonomi yang semakin lebar,
(A.B. Widyanto, 2010: 26).
Bahkan
menurunnya kepercayaan masyarakat
kepada
aparatur
pemerintah,
dan
semangat reformasi yang keblablasan.
menurut
Taufik
Abdullah dalam (Wahyu Ishardino,
2009: 89) bahwa, “Pemuda merupakan
Selayaknya kembali belajar dari
satu identitas yang potensial dalam
semangat para pemuda pada tahun
tatanan masyarakat sebagai penerus
1928
cita-cita perjuangan dan sumber insani
lalu,
pada
masa
itu
alam
penjajahan yang serba sulit justru
bagi
pemudalah
mempelopori
mandiri, merdeka dan bermartabat”.
persatuan Bangsa Indonesia. Maka
Maka, keberadaan pemuda Indonesia
pemuda
sesungguhnya
yang
sebagai
generasi
penerus,
pembangunan
bangsa
menjadi
aset
yang
yang
berharga bagi kepentingan bangsa ini
agar dapat hadir sebagai manusia
ke arah yang lebih baik terutama dalam
bermoral, memahami dirinya sebagai
menopang
bagian
dan
menjadi
pelopor
dari
masyarakat,
kerukunan masyarakat di tengah realita
dinamisator
multikulturalisme.
masyarakatnya
Demikian
pula,
peran
pengembangan
dan
memperkaya
serta
membangun
kerukunan yang dinamis.
Masalah utama yang dibahas
pendidikan holistik yang menekankan
pada
dan
menjadi
dalam tulisan ini adalah peran pemuda
pemberdayaan secara harmonis seluruh
dan
potensi individu (spiritual, intelektual,
memperkuat
emosional, seni, dan budaya), akan
masyarakat multikultural yang rentan
mampu hidup secara harmonis di
terhadap konflik horizontal. Masalah
tengah masyarakat yang majemuk, dan
akan dibahas dari sisi peranan dan
dapat berinteraksi secara kreatif dalam
gagasan baru mengenai konsep peran
rangka
kerukunan
pemuda
(Jonathan L. Parapak dalam Jimmy
holistik.
memperkaya
pendidikan
holistik
kerukunan
dan
praksis
dalam
pada
pendidikan
Oentoro, 2010: 351). Apabila kita
mencermati tujuan pendidikan dalam
ANCAMAN KERUKUNAN
Kemajemukan masyarakat di
UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003,
pendidikan haruslah melahirkan warga
manapun
nergara
eksistensial
yang
demokratis
dan
adalah
sebuah
yang
terbentuk
realitas
dari
bertanggung jawab demi persatuan dan
perbedaan yang ada secara kodrati
kesatuan (baca: kerukunan) bangsa.
dalam kehidupan masyarakat. Artinya,
Kerukunan dalam suatu masyarakat
masyarakat
yang
makhluk yang organis statis yang tidak
bernegara,
ditentukan
oleh
wawasan dan cara pandang yang
mengalami
diajarkan melalui pendidikan.
justru
bukanlah
perubahan.
senantiasa
sekumpulan
Masyarakat
mengalami
bukan
perubahan, dan perubahan itu tentu
hanya soal mendapatkan ilmu, tetapi
sangat bervariasi bentuknya, sehingga
ilmu itu harus dimanfaatkan dengan
semakin memperkaya dan menambah
baik.
kompleksitas perbedaan dalam tatanan
Pendidikan
Pendidikan
holistik
holistik
harus
mengembangkan manusia secara utuh,
struktur masyarakat.
Pada batas (konteks) tertentu,
kemajemukan
bisa
dilihat
sebagai
pemerintahan, juga memunculkan sikap
saling
curiga
yang
tinggi
antar
kekayaan atau potensi positif namun
kelompok masyarakat; (2) Akibat arus
dalam perkembangannya tidak hanya
globalisasi informasi, sering memicu
berhenti pada perbedaan sekadar atau
kesalahpahaman antar kelompok; (3)
perbedaan semata, tetapi perbedaan itu
Adanya kesenjangan sosial eknomi dan
memunculkan
politik, yang semakin memperuncing
sehingga
sifat
antagonistik
sebenarnya
bukan
perbedaan,
melainkan
berbagai
kepentingan
kelompok-kelompok
lagi
pertentangan
yang
persaingan,
pertentangan,
bahkan
permusuhan antar kelompok (Sagaf S
diantara
Pettalongi, 2013: 174).
berbeda.
Peluang
ancaman
dan
Setidaknya ada empat hal pokok yang
problematika dalam realitas masyakat
menjadi sumber pertentengan dalam
multikutural
tersebut,
kemajemukan masyarakat, yaitu; (1)
dihilangkan
atau
Adanya
faham/
diminimalisasi. Hal ini karena, setiap
melahirkan
konflik sosial yang terjadi atau ketika
keberagaman sikap dan pandangan; (2)
suasana kerukunan sudah terkoyak,
Munculnya spirit arogansi kelompok
tentu membawa kerugian bagi semua
mayoritas
pihak,
kemajemukan
denominasi
yang
tertentu;
(3)
Sikap
terutama
harus
setidaknya
pada
masyarakat
kenegarawanan pejabat publik yang
bawah. Realitas kemajemukan tersebut
masih berdiri di salah satu pihak, dan;
harus
(4) Adanya peraturan yang bersifat
bijaksana. Kemajemukan telah menjadi
deskriptif (Weinata Sairin, 2005: 251).
bagian tak terpisahkan dari kehidupan
dikelola
dengan
arif
dan
Balitbang
masyarakat dan bangsa ini. Maka
Kementerian Agama RI, memandang
selayaknya, semangat kerukunan harus
bahwa ancaman terhadap kerukunan
menjadi
masyarakat majemuk yang akhirnya
kehidupan
memicu konflik sosial di Indonesia
sebagai sebuah bangsa. Selain itu
dilatarbelakangi oleh tiga hal; (1)
diperlukan internalisasi nilai (value)
Adanya krisis multidimensi, faktor ini
dalam membangun kesadaran akan
selain memunculkan sikap ketidak-
kemajemukan secara sistematis melalui
percayaan masyarakat terhadap aparat
penguatan pendidikan holistik.
Hasil
penelitian
nada
dasar
masyarakat
dari
seluruh
Indonesia
PEMUDA
PENGGERAK
PERU-
bersatu, berdaulat dan sejahtera dalam
bingkai keharmonisan dan kerukunan.
BAHAN
Pentingnya
peran
Bahkan, pemuda disebut juga
pemuda
Indonesia telah tampak sejak ikrar
sebagai
sumpah pemuda dikumandangkan 1928
kedepan pemuda hari inilah yang akan
silam. Ikrar itu menjadi saksi sekaligus
menentukan
bukti
masyarakat di masa yang akan datang.
keterlibatan
membangun
pemuda
bangsa
ini,
dalam
menjadi
Hal
the
ini,
leader
of
arah
terlebih
perubahan
kaum
memiliki
dilihat sebagai tema besar bagaimana
menghimpun
membagun suatu keyakinan di tengah
membangun kepercayaan yang berawal
realitas
masyarakat
pada peran sebagai opinion leader
menjadi gerakan kesadaran sebagai
sekaligus entitas spirit yang memiliki
satu tanah air, satu bangsa, dan satu
daya tahan dan daya juang, baik fisik,
bahasa.
Menurut
mental, maupun idealisme.
(2009:
95),
Taufik
“Era
Abdullah
prakemerdekaan
sosial
pemuda
bangsa yang merdeka. Hal ini harus
kemajemukan
modal
tomorrow,
bagaimana
masyarakat
Demikian
pula,
dan
pemuda
semacam itu bukan hanya sebagai
mempunyai kekuatan penuh dengan
sebuah proses, melainkan juga sebagai
sifat
sebuah periode yang memiliki tujuan
memunculkan sikap kepekaan terhadap
untuk
masalah sosial (Azca Margono dkk,
meretas
kultural
sekat-sekat
primordial
penghambat
sosial
yang
menjadi
terwujudnya
sebuah
bangsa yang bernama Indonesia”.
2011:
dinamis
34).
energinya
dan
Atas
tersebut,
kreatif
yang
kepekaan
dan
pemuda
bisa
menjadi aktor aktif yang mampu
Menurut Afan Gaffar (2004:
memproduksi struktur sosial, bahkan
41), “Pemuda merupakan salah satu
ekonomi baru (Giddens dalam Nindyo
elemen bangsa yang menjadi garda
B Kumoro, 2013: 17). Modal energi ini
depan
dan
harus dioptimalkan dengan baik agar
menyelesaikan persoalan masyarakat
menghasilkan keberanian, semangat
serta turut mewarnai setiap perjalanan
juang, agresivitas, kreativitas, maupun
sebuah bangsa”. Maka selayaknya
progresivitas. Inilah yang membuat apa
pemuda adalah sebagai ujung tombak
yang disebut pemuda selalu masuk
menuju masyarakat yang merdeka,
pada golongan produktif, sehingga
dalam
menghadapi
membedakan dengan kelompok lain
untuk mempersiapkan generasi penerus
seperti anak-anak atau golongan tua
(baca: pemuda) dalam memperkuat
misalnya. Peranan ini tentu sangat erat
kerukunan menuju kejayaan bangsa ini.
kaitannya, bagaimana pemuda menjadi
Salah satu aspek dari pendidikan
pelopor atau penggerak dalam upaya
holistik adalah pengembangan dan
memperkuat
pemberdayaan seluruh potensi dalam
kerukunan
pada
diri
masyarakat multikultural.
individu
pemahaman
PENDIDIKAN
HOLISTIK
DAN
Membangun persatuan (baca:
memberikan
terhadap
permasalahan
global seperti HAM, keadilan sosial,
dan
KERUKUNAN
yang
multikulturalisme,
mampu
melahirkan
sehingga
generasi
yang
kerukunan) adalah membagun masa
berwawasan dan berkarakter global
depan. Kerukunan yang berkelanjutan
serta
pasti memerlukan dasar yang kokoh,
terhadap permasalahan kemanusiaan
kepentingan
mulia,
dan memperkuat kerukunan (Jejen
pendukung
Musfah, 2012: 5). Dengan demikian,
budaya
bersama
dan
kerukunan
yang
karakter
yang
tertanam
dan
mampu
pedidikan
memberikan
holistik
bertujuan
berkembang subur dalam masyarakat
membentuk
(Jonathan L. Parapak dalam Jimmy
memahami
Oentoro, 2010: 351). Semua aspek-
dan berusaha ikut terlibat langsung
aspek
dalam upaya pemecahan masalah.
penting
dari
pembangunan
manusia
solusi
yang
setia
persoalan lingkungannya
Pendidikan holistik merupakan
kerukunan adalah objek bagian dari
pendidikan yang merujuk pada falsafah
suatu
negara
berangkat dari pemikiran bahwa pada
dalam
hal
ini
Pancasila.
filsafat
pendidikan
Pancasila yang sudah diterima sebagai
dasarnya
dasar negara, falsafah bangsa, hanya
menemukan
mungkin
tujuan hidup melalui hubungannya
kerukunan
diajarkan
akan
antar
terus
memperkuat
masyarakat
dengan
benar,
seorang
identitas,
dan
dan nilai-nilai spiritual (Agus Zaenal F
dalam
Jejen
Musfah,
Artinya,
manusia
pendidikan holistik sangat penting
melebur
dan
hal
dan
dengan masyarakat, lingkungan alam,
ini
dalam
makna
dapat
kalau
dipraktekkan secara konsisten.
Pendidikan,
individu
yang
2013:
39).
dididik
untuk
bersosialisasi
dalam
yang
luhur serta berdasar pada hakekat
majemuk seraya mengelola kerukunan,
manusia itu sendiri dengan segenap
karena
potensi yang dimilikinya.
kehidupan
bermasyarakat
sesungguhnya
kemajemukan
adalah sebuah keniscayaan dan rahmat
Tuhan Yang Maha Esa.
Hasan
Hanafi
KERUKUNAN DALAM MULTI(2002:
140)
KULTURALISME
mengemukakan bahwa ada dua syarat
Memperkuat kerukunan antar
untuk mewujudkan kerukunan pada
masyarakat yang majemuk seperti di
masyarakat
Indonesia
majemuk
yang
ini,
merupakan
sebuah
sesungguhnya. Pertama, manusia harus
pilihan yang mesti ditunaikan. Sebagai
mampu
kerukunan
bangsa, masyarakat Indonesia telah
internal atau dalam jiwa pada setiap
bertekad untuk terus mempertahankan
individu. Kerukunan dalam jiwa akan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
termanifestasi
dan UUD 1945. Masyarakat Indonesia
menciptakan
dalam
keimanan,
kejujuran, ketulusan, kedermawanan,
juga
kerendah-hatian,
membangun
kesabaran
dan
telah
bertekad
untuk
masyarakat
terus
sebagai
setelah
sebuah bangsa yang tidak kehilangan
kerukunan internal tercipta maka akan
kepribadian, maka kerukunanlah yang
timbul kerukunan eksternal. Artinya,
menjadi penentu atas cita-cita itu
kerukunan yang tercipta bukan hanya
semua.
kesederhanaan.
Kedua,
semata untuk meneguhkan kekuatan
Berdasar
pada
pertimbangan
untuk
tersebut, masyarakat Indonesia harus
menegakkan kebenaran, keadilan, dan
menyadari bahwa tidak ada akibat yang
kesetaraan.
lebih merugikan dan mengerikan bagi
atau
kekuasaan,
melainkan
Dalam memenuhi kedua unsur
kehidupan bangsa ini kecuali yang
tersebut, sebagai upaya mencapai dan
ditimbulkan oleh ketidakrukunan pada
memperkuat
peran
masyarakat majemuk. Di sisi lain,
pendidikan holistik menjadi salah satu
menurut Weinata Sairin dalam (Jimmy
bagian terpenting. Hal ini karena,
Oentoro, 2010: 342) “Tantangan dan
pendidikan holistik dibangun seirama
permasalahan,
dengan
mengupayakan
filosofi
kerukunan
dasar
masyarakat
Indonesia yang berakar pada nilai-nilai
berhasil
baik
agar
maupun
dalam
pembangunan
tantangan
serta
persoalan yang diakibatkan oleh proses
semua
pembangunan itu sendiri, akan terlalu
kelompoknya sendiri), maka dari itu
besar dan kompleks untuk mampu
mestinya harus bekerja sama, bukan
dihadapi
hanya sama-sama bekerja.
oleh
suatu
kelompok
orang
(bukan
hanya
tertentu”.
Dalam memperkuat kerukunan
bukanlah
sekedar
“asal
melainkan
suatu
kerukunan
PENUTUP
rukun”
yang
Pemuda memiliki peranan yang
begitu
penting
sebagai
penggerak
dinamis.
perubahan. Aksesibilitas pemuda yang
Kerukunan otentik bukanlah kerukunan
sangat dinamis, tidak tersandera oleh
yang tercipta hanya karena alasan-
kepentingan
alasan praktis, pragmatis, dan politis,
peluang
bahkan hanya karena diatur oleh
mengembangkan
ketentuan
undangan.
kontruksi pemahaman pembangunan
Kerukunan harus bersumber dari hati
kerukunan dan harmonitas sosial yang
yang tulus dan murni, didorong oleh
mencerahkan
nilai-nilai luhur dalam kemjemukan.
masyarakat. Hal ini, terlebih kaum
Misalnya berlandas pada ajaran agama,
pemuda
nilai kepribadian suku, dan tujuan
bagaimana menghimpun masyarakat
mulia suatu golongan.
dan membangun kepercayaan yang
benar-benar
otentik
dan
perundang-
pragmatis
jauh
lebih
memiliki
besar
untuk
keragaman
dalam
menuju
memiliki
keadaban
modal
sosial
Demikian pula, kerukunan yang
berawal pada peran sebagai opinion
dinamis bukan sekadar kerukunan yang
leader sekaligus entitas spirit yang
berdasarkan kesediaan untuk menerima
memiliki daya juang, baik fisik, mental,
eksistensi yang lain dalam suasana
maupun idealisme. Modal sosial ini
hidup bersama tanpa saling sapa.
harus dioptimalkan dengan baik agar
Melainkan kerukunan yang didorong
menghasilkan keberanian, kreativitas,
oleh
dan progresivitas dalam memperkuat
kesadaran
bahwa
walaupun
berbeda baik dalam suku, ras, agama
ataupun golongan, semuanya memliki
kerukunan masyarakat multikultural.
Selain itu, praksis pendidikan
tugas dan tanggung jawab bersama
selayaknya
yang
memberdayakan
satu,
yaitu
mengupayakan
kesejahteraan lahir dan batin bagi
mengembangkan
secara
dan
harmonis
seluruh potensi dalam diri individu,
memperhatikan
aspek
spiritual,
Hanafi,
Hasan.
(2002).
Agama
intelektual, emosional, kreatif, estetika,
Kekerasan
dan budaya. Pendidikan holistik adalah
Kontemporer.
Terjemahan
jawaban atas konsep tersebut. Salah
Ahmad
Yogyakarta:
satu aspek dari pendidikan holistik
Jendela.
adalah
pengembangan
dan
Ishardino,
dan
Najib.
Wahyu.
(2009).
Islam
Peran
pemberdayaan seluruh potensi dalam
Pemuda dalam Pembangunan
diri
Masyarakat.
individu
pemahaman
yang
memberikan
terhadap
permasalahan
global seperti HAM, keadilan sosial,
dan
multikulturalisme,
mampu
melahirkan
sehingga
Fisip
Madani, Vol 1, 89-93.
Kumoro, B Nindyo. (2013). Pemuda
Lereng
Merapi:
Agensi
yang
Perubahan yang Tak Terlihat.
berwawasan dan berkarakter global
Jurnal Studi Pemuda, Vol 2
serta
nomor 1.
mampu
generasi
Jurnal
memberikan
solusi
terhadap permasalahan kemanusiaan
Margono, Azca dkk. (2011). Pemuda
dan memperkuat kerukunan. Dengan
Pasca
demikian, pedidikan holistik bertujuan
Kontemporer
membentuk
Indonesia. Yogyakarta: Youth
memahami
manusia
yang
setia
persoalan lingkungannya
dan berusaha ikut terlibat langsung
Orde
Baru
Potret
Pemuda
Studies Centre UGM.
Musfah, Jejen. (2012). Pendidikan
dalam upaya pemecahan masalah demi
Holistik
terwujudnya keadaban masyarakat.
Perspektif. Jakarta: Kencana.
Pendekatan
Listas
Oentoro, Jimmy. (2010). Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Satu Indonesia Beda Indonesia
Abdullah, Taufik. (2009). Indonesia:
Bisa. Jakarta: Gramedia Pustaka
Towards
Democracy.
Singapura:
Institute
of
Southeast Asian Studies.
Utama.
Pettalongi, S Sagaf. (2013). Islam dan
Pendidikan
Humanis
dalam
Afan.
(2004).
Politik
Resolusi Konflik Sosial. Jurnal
Indonesia:
Transisi
Menuju
Cakrawala Pendidikan, Vol 17
Gaffan,
Demokrasi.
Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
nomor 2.
Sairin, Weinata. (2005). Menghidupi
Angin
Perubahan.
Jakarta:
Gunung Mulia.
Widyanto, A.B. (2010). Pemuda dalam
Perubahan
Sosial.
Jurnal
Historia Vitae, Vol 24 nomor 2.
Masyarakat Multikutural
Achmad Farchan
Teknologi Pembelajaran, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta
tp11049.achmadfarchan@gmail.com
Abstrak
Fakta bahwa Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri atas masyarakat
multikultural tidak dapat terbantahkan dalam sejarah pembentukan negara modern
(nation state), bahkan jauh sebelum itu. Berdirinya Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dibangun dan ditopang atas kesadaran akan keragaman etnis,
budaya, bahasa, dan agama. Keragaman ini merupakan potensi besar dalam
pembangunan bangsa yang harus dijaga heterogenitasnya, agar tidak menjadi
faktor pemicu keterpecahan bangsa. Setidaknya ada dua komponen penting
sebagai upaya memperkuat kerukunan masyarakat Indonesia yang multikultural.
Pertama, peran pemuda sebagai penggerak perubahan. Aksesibilitas pemuda yang
sangat dinamis, artinya tidak tersandera oleh kepentingan pragmatis memiliki
peluang jauh lebih besar untuk mengembangkan keragaman dalam kontruksi
pemahaman pembangunan kerukunan dan harmonitas sosial yang mencerahkan
menuju keadaban masyarakat. Kedua, implementasi model pendidikan holistik.
Pendidikan yang mengembangkan dan memberdayakan secara harmonis seluruh
potensi individu, memperhatikan aspek spiritual, intelektual, emosional, kreatif,
estetika, dan budaya. Pendidikan holistik menekankan ilmu yang sejati, iman yang
tinggi, dan karakter yang mulia. Kedua komponen penting ini dalam masyarakat
multikultural diyakini mampu memperkuat kerukunan demi terwujudnya ruang
keadaban masyarakat.
Kata Kunci: Pemuda, Model Pendidikan Holistik, Masyarakat Multikultural,
Kerukunan
tidak
PENDAHULUAN
Kehidupan bermasyarakat dan
populer,
generasi
muda
baik
di
kalangan
maupun
golongan
bernegara pada era kebebasan semacam
masyarakat lainnya. Telah berkembang
ini, di mana ruang dan waktu seakan
fenomena sifat yang individualistis,
tanpa
solidaritas
sekat,
wawasan
kebangsaan
kelompok
yang
sempit
sebagai upaya menjamin kerukunan
dengan berlatar belakang suku, agama,
masyarakat menjadi suatu hal yang
ras,
maupun
antar
golongan
kepentingan lainnya. Hal ini tentu akan
miskipun berbagai permasalahan masih
merubah filosofi bangsa yang berakar
mewarnai berbagai aspek kehidupan
dari
luhur
bangsa
berupa
berbangsa dan bernegara, pemuda tetap
semangat
gotong
royong,
guyub,
memiliki
kompak,
dan
nilai
kerukunan
yang
kekuatan
mempertahankan
dalam
gerakan
persatuan
dan
memunculkan persatuan dengan tetap
kesatuan Bangsa Indonesia, karena ia
menghormati
berada pada posisi ambivalen antar
sebuah
perbedaan
kekuatan
persatuan
sebagai
mendasar
Indonesia
dalam
seperti
yang
generasi
(Darpito
Pudyastungkoro
dalam Jimmy Oentoro, 2010: 40).
Pemuda merupakan unsur yang
termaktub dalam sesanti Bhinneka
menarik dan esensial dalam suatu
Tungal Ika.
tentu
gerakan perubahan, karena di dalam
berdampak pada munculnya gejala
jiwa pemuda masih terdapat kerelaan
sikap dan tindakan masyarakat yang
berkorban demi mencapai cita-cita dan
mengagung-
kejernihan
Fenomena
tersebut,
agungkan
kebebasan
idealisme
yang
tidak
dalam bingkai demokrasi pada berbagai
menuntut imbalan, hal ini karena
bidang kehidupan secara berlebihan.
didasari oleh perasaan senasib dan rasa
Inilah bagian dari pemicu terkoyaknya
persatuan yang tinggi, lihat pada masa
rasa
masyarakat
Budi Utomo yang mampu melahirkan
dipengaruhi
Sumpah
kerukunan
multikultural.
dalam
Terlebih
Pemuda
sebagai
tonggak
oleh nuansa globalisasi, kesenjangan
persatuan untuk melawan penjajahan
sosial-ekonomi yang semakin lebar,
(A.B. Widyanto, 2010: 26).
Bahkan
menurunnya kepercayaan masyarakat
kepada
aparatur
pemerintah,
dan
semangat reformasi yang keblablasan.
menurut
Taufik
Abdullah dalam (Wahyu Ishardino,
2009: 89) bahwa, “Pemuda merupakan
Selayaknya kembali belajar dari
satu identitas yang potensial dalam
semangat para pemuda pada tahun
tatanan masyarakat sebagai penerus
1928
cita-cita perjuangan dan sumber insani
lalu,
pada
masa
itu
alam
penjajahan yang serba sulit justru
bagi
pemudalah
mempelopori
mandiri, merdeka dan bermartabat”.
persatuan Bangsa Indonesia. Maka
Maka, keberadaan pemuda Indonesia
pemuda
sesungguhnya
yang
sebagai
generasi
penerus,
pembangunan
bangsa
menjadi
aset
yang
yang
berharga bagi kepentingan bangsa ini
agar dapat hadir sebagai manusia
ke arah yang lebih baik terutama dalam
bermoral, memahami dirinya sebagai
menopang
bagian
dan
menjadi
pelopor
dari
masyarakat,
kerukunan masyarakat di tengah realita
dinamisator
multikulturalisme.
masyarakatnya
Demikian
pula,
peran
pengembangan
dan
memperkaya
serta
membangun
kerukunan yang dinamis.
Masalah utama yang dibahas
pendidikan holistik yang menekankan
pada
dan
menjadi
dalam tulisan ini adalah peran pemuda
pemberdayaan secara harmonis seluruh
dan
potensi individu (spiritual, intelektual,
memperkuat
emosional, seni, dan budaya), akan
masyarakat multikultural yang rentan
mampu hidup secara harmonis di
terhadap konflik horizontal. Masalah
tengah masyarakat yang majemuk, dan
akan dibahas dari sisi peranan dan
dapat berinteraksi secara kreatif dalam
gagasan baru mengenai konsep peran
rangka
kerukunan
pemuda
(Jonathan L. Parapak dalam Jimmy
holistik.
memperkaya
pendidikan
holistik
kerukunan
dan
praksis
dalam
pada
pendidikan
Oentoro, 2010: 351). Apabila kita
mencermati tujuan pendidikan dalam
ANCAMAN KERUKUNAN
Kemajemukan masyarakat di
UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003,
pendidikan haruslah melahirkan warga
manapun
nergara
eksistensial
yang
demokratis
dan
adalah
sebuah
yang
terbentuk
realitas
dari
bertanggung jawab demi persatuan dan
perbedaan yang ada secara kodrati
kesatuan (baca: kerukunan) bangsa.
dalam kehidupan masyarakat. Artinya,
Kerukunan dalam suatu masyarakat
masyarakat
yang
makhluk yang organis statis yang tidak
bernegara,
ditentukan
oleh
wawasan dan cara pandang yang
mengalami
diajarkan melalui pendidikan.
justru
bukanlah
perubahan.
senantiasa
sekumpulan
Masyarakat
mengalami
bukan
perubahan, dan perubahan itu tentu
hanya soal mendapatkan ilmu, tetapi
sangat bervariasi bentuknya, sehingga
ilmu itu harus dimanfaatkan dengan
semakin memperkaya dan menambah
baik.
kompleksitas perbedaan dalam tatanan
Pendidikan
Pendidikan
holistik
holistik
harus
mengembangkan manusia secara utuh,
struktur masyarakat.
Pada batas (konteks) tertentu,
kemajemukan
bisa
dilihat
sebagai
pemerintahan, juga memunculkan sikap
saling
curiga
yang
tinggi
antar
kekayaan atau potensi positif namun
kelompok masyarakat; (2) Akibat arus
dalam perkembangannya tidak hanya
globalisasi informasi, sering memicu
berhenti pada perbedaan sekadar atau
kesalahpahaman antar kelompok; (3)
perbedaan semata, tetapi perbedaan itu
Adanya kesenjangan sosial eknomi dan
memunculkan
politik, yang semakin memperuncing
sehingga
sifat
antagonistik
sebenarnya
bukan
perbedaan,
melainkan
berbagai
kepentingan
kelompok-kelompok
lagi
pertentangan
yang
persaingan,
pertentangan,
bahkan
permusuhan antar kelompok (Sagaf S
diantara
Pettalongi, 2013: 174).
berbeda.
Peluang
ancaman
dan
Setidaknya ada empat hal pokok yang
problematika dalam realitas masyakat
menjadi sumber pertentengan dalam
multikutural
tersebut,
kemajemukan masyarakat, yaitu; (1)
dihilangkan
atau
Adanya
faham/
diminimalisasi. Hal ini karena, setiap
melahirkan
konflik sosial yang terjadi atau ketika
keberagaman sikap dan pandangan; (2)
suasana kerukunan sudah terkoyak,
Munculnya spirit arogansi kelompok
tentu membawa kerugian bagi semua
mayoritas
pihak,
kemajemukan
denominasi
yang
tertentu;
(3)
Sikap
terutama
harus
setidaknya
pada
masyarakat
kenegarawanan pejabat publik yang
bawah. Realitas kemajemukan tersebut
masih berdiri di salah satu pihak, dan;
harus
(4) Adanya peraturan yang bersifat
bijaksana. Kemajemukan telah menjadi
deskriptif (Weinata Sairin, 2005: 251).
bagian tak terpisahkan dari kehidupan
dikelola
dengan
arif
dan
Balitbang
masyarakat dan bangsa ini. Maka
Kementerian Agama RI, memandang
selayaknya, semangat kerukunan harus
bahwa ancaman terhadap kerukunan
menjadi
masyarakat majemuk yang akhirnya
kehidupan
memicu konflik sosial di Indonesia
sebagai sebuah bangsa. Selain itu
dilatarbelakangi oleh tiga hal; (1)
diperlukan internalisasi nilai (value)
Adanya krisis multidimensi, faktor ini
dalam membangun kesadaran akan
selain memunculkan sikap ketidak-
kemajemukan secara sistematis melalui
percayaan masyarakat terhadap aparat
penguatan pendidikan holistik.
Hasil
penelitian
nada
dasar
masyarakat
dari
seluruh
Indonesia
PEMUDA
PENGGERAK
PERU-
bersatu, berdaulat dan sejahtera dalam
bingkai keharmonisan dan kerukunan.
BAHAN
Pentingnya
peran
Bahkan, pemuda disebut juga
pemuda
Indonesia telah tampak sejak ikrar
sebagai
sumpah pemuda dikumandangkan 1928
kedepan pemuda hari inilah yang akan
silam. Ikrar itu menjadi saksi sekaligus
menentukan
bukti
masyarakat di masa yang akan datang.
keterlibatan
membangun
pemuda
bangsa
ini,
dalam
menjadi
Hal
the
ini,
leader
of
arah
terlebih
perubahan
kaum
memiliki
dilihat sebagai tema besar bagaimana
menghimpun
membagun suatu keyakinan di tengah
membangun kepercayaan yang berawal
realitas
masyarakat
pada peran sebagai opinion leader
menjadi gerakan kesadaran sebagai
sekaligus entitas spirit yang memiliki
satu tanah air, satu bangsa, dan satu
daya tahan dan daya juang, baik fisik,
bahasa.
Menurut
mental, maupun idealisme.
(2009:
95),
Taufik
“Era
Abdullah
prakemerdekaan
sosial
pemuda
bangsa yang merdeka. Hal ini harus
kemajemukan
modal
tomorrow,
bagaimana
masyarakat
Demikian
pula,
dan
pemuda
semacam itu bukan hanya sebagai
mempunyai kekuatan penuh dengan
sebuah proses, melainkan juga sebagai
sifat
sebuah periode yang memiliki tujuan
memunculkan sikap kepekaan terhadap
untuk
masalah sosial (Azca Margono dkk,
meretas
kultural
sekat-sekat
primordial
penghambat
sosial
yang
menjadi
terwujudnya
sebuah
bangsa yang bernama Indonesia”.
2011:
dinamis
34).
energinya
dan
Atas
tersebut,
kreatif
yang
kepekaan
dan
pemuda
bisa
menjadi aktor aktif yang mampu
Menurut Afan Gaffar (2004:
memproduksi struktur sosial, bahkan
41), “Pemuda merupakan salah satu
ekonomi baru (Giddens dalam Nindyo
elemen bangsa yang menjadi garda
B Kumoro, 2013: 17). Modal energi ini
depan
dan
harus dioptimalkan dengan baik agar
menyelesaikan persoalan masyarakat
menghasilkan keberanian, semangat
serta turut mewarnai setiap perjalanan
juang, agresivitas, kreativitas, maupun
sebuah bangsa”. Maka selayaknya
progresivitas. Inilah yang membuat apa
pemuda adalah sebagai ujung tombak
yang disebut pemuda selalu masuk
menuju masyarakat yang merdeka,
pada golongan produktif, sehingga
dalam
menghadapi
membedakan dengan kelompok lain
untuk mempersiapkan generasi penerus
seperti anak-anak atau golongan tua
(baca: pemuda) dalam memperkuat
misalnya. Peranan ini tentu sangat erat
kerukunan menuju kejayaan bangsa ini.
kaitannya, bagaimana pemuda menjadi
Salah satu aspek dari pendidikan
pelopor atau penggerak dalam upaya
holistik adalah pengembangan dan
memperkuat
pemberdayaan seluruh potensi dalam
kerukunan
pada
diri
masyarakat multikultural.
individu
pemahaman
PENDIDIKAN
HOLISTIK
DAN
Membangun persatuan (baca:
memberikan
terhadap
permasalahan
global seperti HAM, keadilan sosial,
dan
KERUKUNAN
yang
multikulturalisme,
mampu
melahirkan
sehingga
generasi
yang
kerukunan) adalah membagun masa
berwawasan dan berkarakter global
depan. Kerukunan yang berkelanjutan
serta
pasti memerlukan dasar yang kokoh,
terhadap permasalahan kemanusiaan
kepentingan
mulia,
dan memperkuat kerukunan (Jejen
pendukung
Musfah, 2012: 5). Dengan demikian,
budaya
bersama
dan
kerukunan
yang
karakter
yang
tertanam
dan
mampu
pedidikan
memberikan
holistik
bertujuan
berkembang subur dalam masyarakat
membentuk
(Jonathan L. Parapak dalam Jimmy
memahami
Oentoro, 2010: 351). Semua aspek-
dan berusaha ikut terlibat langsung
aspek
dalam upaya pemecahan masalah.
penting
dari
pembangunan
manusia
solusi
yang
setia
persoalan lingkungannya
Pendidikan holistik merupakan
kerukunan adalah objek bagian dari
pendidikan yang merujuk pada falsafah
suatu
negara
berangkat dari pemikiran bahwa pada
dalam
hal
ini
Pancasila.
filsafat
pendidikan
Pancasila yang sudah diterima sebagai
dasarnya
dasar negara, falsafah bangsa, hanya
menemukan
mungkin
tujuan hidup melalui hubungannya
kerukunan
diajarkan
akan
antar
terus
memperkuat
masyarakat
dengan
benar,
seorang
identitas,
dan
dan nilai-nilai spiritual (Agus Zaenal F
dalam
Jejen
Musfah,
Artinya,
manusia
pendidikan holistik sangat penting
melebur
dan
hal
dan
dengan masyarakat, lingkungan alam,
ini
dalam
makna
dapat
kalau
dipraktekkan secara konsisten.
Pendidikan,
individu
yang
2013:
39).
dididik
untuk
bersosialisasi
dalam
yang
luhur serta berdasar pada hakekat
majemuk seraya mengelola kerukunan,
manusia itu sendiri dengan segenap
karena
potensi yang dimilikinya.
kehidupan
bermasyarakat
sesungguhnya
kemajemukan
adalah sebuah keniscayaan dan rahmat
Tuhan Yang Maha Esa.
Hasan
Hanafi
KERUKUNAN DALAM MULTI(2002:
140)
KULTURALISME
mengemukakan bahwa ada dua syarat
Memperkuat kerukunan antar
untuk mewujudkan kerukunan pada
masyarakat yang majemuk seperti di
masyarakat
Indonesia
majemuk
yang
ini,
merupakan
sebuah
sesungguhnya. Pertama, manusia harus
pilihan yang mesti ditunaikan. Sebagai
mampu
kerukunan
bangsa, masyarakat Indonesia telah
internal atau dalam jiwa pada setiap
bertekad untuk terus mempertahankan
individu. Kerukunan dalam jiwa akan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
termanifestasi
dan UUD 1945. Masyarakat Indonesia
menciptakan
dalam
keimanan,
kejujuran, ketulusan, kedermawanan,
juga
kerendah-hatian,
membangun
kesabaran
dan
telah
bertekad
untuk
masyarakat
terus
sebagai
setelah
sebuah bangsa yang tidak kehilangan
kerukunan internal tercipta maka akan
kepribadian, maka kerukunanlah yang
timbul kerukunan eksternal. Artinya,
menjadi penentu atas cita-cita itu
kerukunan yang tercipta bukan hanya
semua.
kesederhanaan.
Kedua,
semata untuk meneguhkan kekuatan
Berdasar
pada
pertimbangan
untuk
tersebut, masyarakat Indonesia harus
menegakkan kebenaran, keadilan, dan
menyadari bahwa tidak ada akibat yang
kesetaraan.
lebih merugikan dan mengerikan bagi
atau
kekuasaan,
melainkan
Dalam memenuhi kedua unsur
kehidupan bangsa ini kecuali yang
tersebut, sebagai upaya mencapai dan
ditimbulkan oleh ketidakrukunan pada
memperkuat
peran
masyarakat majemuk. Di sisi lain,
pendidikan holistik menjadi salah satu
menurut Weinata Sairin dalam (Jimmy
bagian terpenting. Hal ini karena,
Oentoro, 2010: 342) “Tantangan dan
pendidikan holistik dibangun seirama
permasalahan,
dengan
mengupayakan
filosofi
kerukunan
dasar
masyarakat
Indonesia yang berakar pada nilai-nilai
berhasil
baik
agar
maupun
dalam
pembangunan
tantangan
serta
persoalan yang diakibatkan oleh proses
semua
pembangunan itu sendiri, akan terlalu
kelompoknya sendiri), maka dari itu
besar dan kompleks untuk mampu
mestinya harus bekerja sama, bukan
dihadapi
hanya sama-sama bekerja.
oleh
suatu
kelompok
orang
(bukan
hanya
tertentu”.
Dalam memperkuat kerukunan
bukanlah
sekedar
“asal
melainkan
suatu
kerukunan
PENUTUP
rukun”
yang
Pemuda memiliki peranan yang
begitu
penting
sebagai
penggerak
dinamis.
perubahan. Aksesibilitas pemuda yang
Kerukunan otentik bukanlah kerukunan
sangat dinamis, tidak tersandera oleh
yang tercipta hanya karena alasan-
kepentingan
alasan praktis, pragmatis, dan politis,
peluang
bahkan hanya karena diatur oleh
mengembangkan
ketentuan
undangan.
kontruksi pemahaman pembangunan
Kerukunan harus bersumber dari hati
kerukunan dan harmonitas sosial yang
yang tulus dan murni, didorong oleh
mencerahkan
nilai-nilai luhur dalam kemjemukan.
masyarakat. Hal ini, terlebih kaum
Misalnya berlandas pada ajaran agama,
pemuda
nilai kepribadian suku, dan tujuan
bagaimana menghimpun masyarakat
mulia suatu golongan.
dan membangun kepercayaan yang
benar-benar
otentik
dan
perundang-
pragmatis
jauh
lebih
memiliki
besar
untuk
keragaman
dalam
menuju
memiliki
keadaban
modal
sosial
Demikian pula, kerukunan yang
berawal pada peran sebagai opinion
dinamis bukan sekadar kerukunan yang
leader sekaligus entitas spirit yang
berdasarkan kesediaan untuk menerima
memiliki daya juang, baik fisik, mental,
eksistensi yang lain dalam suasana
maupun idealisme. Modal sosial ini
hidup bersama tanpa saling sapa.
harus dioptimalkan dengan baik agar
Melainkan kerukunan yang didorong
menghasilkan keberanian, kreativitas,
oleh
dan progresivitas dalam memperkuat
kesadaran
bahwa
walaupun
berbeda baik dalam suku, ras, agama
ataupun golongan, semuanya memliki
kerukunan masyarakat multikultural.
Selain itu, praksis pendidikan
tugas dan tanggung jawab bersama
selayaknya
yang
memberdayakan
satu,
yaitu
mengupayakan
kesejahteraan lahir dan batin bagi
mengembangkan
secara
dan
harmonis
seluruh potensi dalam diri individu,
memperhatikan
aspek
spiritual,
Hanafi,
Hasan.
(2002).
Agama
intelektual, emosional, kreatif, estetika,
Kekerasan
dan budaya. Pendidikan holistik adalah
Kontemporer.
Terjemahan
jawaban atas konsep tersebut. Salah
Ahmad
Yogyakarta:
satu aspek dari pendidikan holistik
Jendela.
adalah
pengembangan
dan
Ishardino,
dan
Najib.
Wahyu.
(2009).
Islam
Peran
pemberdayaan seluruh potensi dalam
Pemuda dalam Pembangunan
diri
Masyarakat.
individu
pemahaman
yang
memberikan
terhadap
permasalahan
global seperti HAM, keadilan sosial,
dan
multikulturalisme,
mampu
melahirkan
sehingga
Fisip
Madani, Vol 1, 89-93.
Kumoro, B Nindyo. (2013). Pemuda
Lereng
Merapi:
Agensi
yang
Perubahan yang Tak Terlihat.
berwawasan dan berkarakter global
Jurnal Studi Pemuda, Vol 2
serta
nomor 1.
mampu
generasi
Jurnal
memberikan
solusi
terhadap permasalahan kemanusiaan
Margono, Azca dkk. (2011). Pemuda
dan memperkuat kerukunan. Dengan
Pasca
demikian, pedidikan holistik bertujuan
Kontemporer
membentuk
Indonesia. Yogyakarta: Youth
memahami
manusia
yang
setia
persoalan lingkungannya
dan berusaha ikut terlibat langsung
Orde
Baru
Potret
Pemuda
Studies Centre UGM.
Musfah, Jejen. (2012). Pendidikan
dalam upaya pemecahan masalah demi
Holistik
terwujudnya keadaban masyarakat.
Perspektif. Jakarta: Kencana.
Pendekatan
Listas
Oentoro, Jimmy. (2010). Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Satu Indonesia Beda Indonesia
Abdullah, Taufik. (2009). Indonesia:
Bisa. Jakarta: Gramedia Pustaka
Towards
Democracy.
Singapura:
Institute
of
Southeast Asian Studies.
Utama.
Pettalongi, S Sagaf. (2013). Islam dan
Pendidikan
Humanis
dalam
Afan.
(2004).
Politik
Resolusi Konflik Sosial. Jurnal
Indonesia:
Transisi
Menuju
Cakrawala Pendidikan, Vol 17
Gaffan,
Demokrasi.
Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
nomor 2.
Sairin, Weinata. (2005). Menghidupi
Angin
Perubahan.
Jakarta:
Gunung Mulia.
Widyanto, A.B. (2010). Pemuda dalam
Perubahan
Sosial.
Jurnal
Historia Vitae, Vol 24 nomor 2.