Perbaikan mata kuliah belajar dan pembel
TUGAS PERBAIKAN UTS
Ipin Arifin, S.Pd.,M.Pd.
Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah
Belajar dan Pembelajaran
Disusun Oleh :
Hylma Aprilia C
NPM : 13.22.1.0137
Kelas 3J
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
UNIVERSITAS MAJALENGKA
2015
SOAL PERBAIKAN UTS
JAWABAN :
1. a. Teori Belajar Kognitif
Teori kognitif menerangkan bahwa pembelajaran adalah perubahan
dalam pengetahuan yang disimpan di dalam memori. Teori kognitivisme
bertujuan untuk menambah pengetahuan kedalam ingatan jangka panjang atau
perubahan pada skema atau struktur pengetahuan.
Menurut psikologi kognitif bahwa individu itu aktif (secara mental),
Konstruktif dan berencana, tidak bersifat pasif menerima stimulus dari
lingkungan. Mencari dan menemukan pengetahuan serta menggunakannya,
metode pembelajaran yang biasa digunakan untuk mengembangkan kemampuan
kognitif ini misalnya metode pemecahan masalah, penelitian, pengamatan,
diskusi, deduktif, induktif.
b. Teori Belajar Kontruktivisme
Esensi dari teori konstruktivisme bahwa siswa harus menemukan dan
Mentransformasikan suatu informasi kompleks kesituasi lain, dan apabila
Dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini
Pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima
pengetahuan.Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan
kaum objektivitas yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam
pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan
seberapa banyak siswa memperoleh dan menginga tpengetahuan.
Konstruktivisme memberikan penekanan kepada peserta didik untuk
Membina pengetahuan melalui proses psikologi yang aktif. Ilmu pengetahuan
dibina kedalam struktur kognitif anak dari hasil pengalaman mereka dengan
alam. Struktur pengetahuan ini kadang-kadang menjadi penghalang yang kuat
kepada pembelajaran dan perubahan konseptual peserta didik.
Glaserfeld dan Kitchener dalam Aunurrahman (2009) memberikan penekanan
tentang 3 hal mendasar berkaitan dengan pemahaman terhadap gagasan
konstruktivisme, yaitu:
1. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi
selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek
2. Subjek membentuk kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu untuk
pengetahuan.
3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang yang membentuk
pengetahuan, dan konsepsi itu berlaku bila berhadapan dengan pengalaman
pengalaman seseorang.
c. Teori Belajar Humanistik
Teori ini merupakan teori yang paling awal dari rumpun behaviorisme.
Menurut teori ini tingkah laku individu tidak lain dari suatu hubungan
rangsangan dengan jawaban atau stimulus-respon. Siapa yang dapat menguasai
hubungan stimulus respon sebanyak-banyaknyaa maka dia dapat berhasil dalam
belajar.Pembentukan hubungan stimulus-respon perlu dilakukan berulang-ulang.
Tokoh yang terkenal dalam mengembangkan teori ini adalah Edward L.
Thorndike. Hasil penelitiannya dikenal dengan trial and error. Menurut
connectionism belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara
stimulus dan respon.
Thorndike mengemukakan tiga hokum dalam belajar yaitu:
1. Law of Readiness, belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan
untuk melakukan sesuatu
2. Law of Exercise, yaitu belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan
Pengulangan dalam belajar.
3. Law of Effect, belajar akan semangat apabila mengetahui hasil belajar yang
baik. Mengetahui hasil belajar dengan segera dapat meningkatkan
motivasisiswa dalam belajar, sehingga ia tahu dimana letak kelemahannya
dan memperbaikinya dengan segera. Untuk itu dalam proses pembelajaran
feedback yang menyenangkan sangat diperlukan agar dapat mempengaruhi
usaha siswa dalam belajar.
2. Hubungannya adalah terletak pada bagaimana kita memotivasi siswa agar
belajarnya dapat tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran dan perubahan dalam
tingkah lakunya. tingkah laku individu tidak lain dari suatu hubungan rangsangan
dengan jawaban atau stimulus-respon. Siapa yang dapat menguasai hubungan
stimulus
respon
sebanyak-banyaknyaa
maka
dia
dapat
berhasil
dalam
belajar.Pembentukan hubungan stimulus-respon perlu dilakukan berulang-ulang.
Jika kedua metode tersebut diterapkan bersama-sama akan membuat pembelajaran
menjadi lebih hidup dan menyenangkan.
3. a. Metode Pembelajaran Tematik
Metode pembelajaran tematik adalah kegiatan belajar mengajar dengan
memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar cara ini dapat dilakukan dengan dua cara. Cara
pertama, materi beberapa mata pelajaran disajikan dalam tiap pertemuan.
Sedangkan cara kedua, yaitu tiap kali pertemuan hanya menyajikan satu jenis
mata pelajaran. Pada cara kedua ini, keterpaduannya diikat dengan satu tema
pemersatu. Oleh karena itu pembelajaran tematik ini sering juga disebut
pembelajaran terpadu atau integrated learning.
Pembelajaran tematik dapat mempermudah anak dalam membangun gagasan
atau pengetahuan baru, karena materi yang disajikan saling terkait satu sama lain.
Kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna apabila materi pelajaran yang sudah
dipelajari atau dipahami siswa dapat dimanfaatkan untuk mempelajari materi
berikutnya. Pembelajaran yang terpadu sangat berpeluang dalam membantu dan
memanfaatkan pengetahuan anak yang telah dimiliki sebelumnya.
Pembelajaran tematik memberikan peluang kepada anak
untuk
mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan. Ketiga ranah
sasaran pendidikan ini meliputi (jujur, teliti, tekun, terbuka terhadap gagasan
ilmiah), keterampilan (memperoleh, memilih, dan memanfaatkan informasi,
menggunakan alat, mengamati, membaca grafik, termasuk juga keterampilan
social seperti bekerjasama dan kepemimpinan), dan wawasan kognitif (seperti
gagasan konseptual tentangl ingkungan dan alam sekitar).
Pembelajaran tematik memberi peluang kepada anak untuk membangun
sinergi kemampuannya, sehingga tujuan utuh pendidikan (mandiri, peka, dan
bertanggungjawab) dapat dicapai. Kemampuan yang diperoleh dari satu mata
pelajaran akan saling memperkuat kemampuan yang diperoleh dari mata
pelajaran lain.
Karakteristik pembelajaran tematik :
1. Berpusat pada siswa
2. Memberikan pengalaman langsung
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
5. .Bersifat fleksibel
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
b. Metode Pembelajaran CTL
Pembelajaran Kontekstual atau dalam Bahasa Inggrisnya Contextual Teaching
and Learning (CTL) yang merupakan proses pembelajaran yang holistic dan
bertujuan membantu siswa untuk memehami makna materi ajar dengan
mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
social dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan
yang dinamis dan fleksibel untuk mengkontruksi diri sendiri secara aktif dalam
pemahamannya.
Pembelajaran Kontekstual disebut pendekatan kontekstual karena konsep
belajar ini mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
masyarakat
Proses pembelajaran kontekstual pada pemorolehan informasi, individualisasi,
dan
interaksisosial.
Sehingga
siswa
mampu
mengelolah
informasi,
memonitornya, dan menyusun strategis berkaitan dengan informasi tersebut, inti
dari proses informasi ini adalah proses memori dan berpikir.
Karakteristik pembelajaran CTL :
1.
Kerja sama antara peserta didik dan guru (cooperative).
2.
Saling membantu antara peserta didik dan guru (assist).
3.
Belajar dengan bergairah (enjoyfull learning).
4.
Pembelajaran terintegrasi secara kontekstual.
5.
Menggunakan multi media dan sumber belajar.
6.
Cara belajar siswa aktif (student active learning).
7.
Sharing bersama teman (take and give).
8.
Siswa kreati fdan guru kreatif.
9.
Dinding kelas dan lorong kelas penuh dengan karyasiswa.
10. Laporan siswa bukan hanya buku rapor, tetapi juga hasil karyasiswa, laporan
hasil pratikum, karangan siswa dan sebagainnya
c. Metode Pembelajaran Inkuiri
Dalam pengajaran inkuir isiswa-siswa mempelajari gejala ilmiah dengan
kegiatan semangat seorang ilmuawan.
Menurut NRC (2000) tahapan pembelajaran inkuiri dibagi menjadi lima pase :
1) Siswa dilibatkan dengan sebuah pertanyaan ilmiah, kejadian atau
fenomena.
2) Siswa menggali ide – ide melalui pengalaman, memformulasi dan
menguji hipotesis, memecahkan masalah dan membuat penjelasan
terhadap apa yang mereka observasi.
3) Siswa menganalisis dan menginterprestasi data, mensintesis ide – ide
mereka, membangun model, dan memperjelas konsep – konsep dan
penjelasan, dengan guru dan sumber pengetahuan ilmiah lain.
4) Siswa memperluas pemahaman dan kemampuan baru mereka dan
mengaplikasikan apa yang dapat mereka pelajari pada situasi baru.
Siswa dengan gurunya mereview dan mengakses apa yang telah mereka
pelajari dan bagaimana mereka telah mempelajarinya.
Model pembelajaran inkuiri didasarkan pada konfrontasi intelektual. Siswa
diberi teka-teki (masalah) untuk diselidiki. Segala yang misterius tidak diduga –
dugaan atau tidak diketahui manfaat untuk mengarahkan pada ketidak pastian.
Karena tujuan model pembelajaran inkuiri agar siswa memperoleh pengetahuan
baru, maka konfrontasi hendaknya didasarkan pada gagasan yang dapat
ditemukan.
Ipin Arifin, S.Pd.,M.Pd.
Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah
Belajar dan Pembelajaran
Disusun Oleh :
Hylma Aprilia C
NPM : 13.22.1.0137
Kelas 3J
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
UNIVERSITAS MAJALENGKA
2015
SOAL PERBAIKAN UTS
JAWABAN :
1. a. Teori Belajar Kognitif
Teori kognitif menerangkan bahwa pembelajaran adalah perubahan
dalam pengetahuan yang disimpan di dalam memori. Teori kognitivisme
bertujuan untuk menambah pengetahuan kedalam ingatan jangka panjang atau
perubahan pada skema atau struktur pengetahuan.
Menurut psikologi kognitif bahwa individu itu aktif (secara mental),
Konstruktif dan berencana, tidak bersifat pasif menerima stimulus dari
lingkungan. Mencari dan menemukan pengetahuan serta menggunakannya,
metode pembelajaran yang biasa digunakan untuk mengembangkan kemampuan
kognitif ini misalnya metode pemecahan masalah, penelitian, pengamatan,
diskusi, deduktif, induktif.
b. Teori Belajar Kontruktivisme
Esensi dari teori konstruktivisme bahwa siswa harus menemukan dan
Mentransformasikan suatu informasi kompleks kesituasi lain, dan apabila
Dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini
Pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima
pengetahuan.Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan
kaum objektivitas yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam
pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan
seberapa banyak siswa memperoleh dan menginga tpengetahuan.
Konstruktivisme memberikan penekanan kepada peserta didik untuk
Membina pengetahuan melalui proses psikologi yang aktif. Ilmu pengetahuan
dibina kedalam struktur kognitif anak dari hasil pengalaman mereka dengan
alam. Struktur pengetahuan ini kadang-kadang menjadi penghalang yang kuat
kepada pembelajaran dan perubahan konseptual peserta didik.
Glaserfeld dan Kitchener dalam Aunurrahman (2009) memberikan penekanan
tentang 3 hal mendasar berkaitan dengan pemahaman terhadap gagasan
konstruktivisme, yaitu:
1. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi
selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek
2. Subjek membentuk kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu untuk
pengetahuan.
3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang yang membentuk
pengetahuan, dan konsepsi itu berlaku bila berhadapan dengan pengalaman
pengalaman seseorang.
c. Teori Belajar Humanistik
Teori ini merupakan teori yang paling awal dari rumpun behaviorisme.
Menurut teori ini tingkah laku individu tidak lain dari suatu hubungan
rangsangan dengan jawaban atau stimulus-respon. Siapa yang dapat menguasai
hubungan stimulus respon sebanyak-banyaknyaa maka dia dapat berhasil dalam
belajar.Pembentukan hubungan stimulus-respon perlu dilakukan berulang-ulang.
Tokoh yang terkenal dalam mengembangkan teori ini adalah Edward L.
Thorndike. Hasil penelitiannya dikenal dengan trial and error. Menurut
connectionism belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara
stimulus dan respon.
Thorndike mengemukakan tiga hokum dalam belajar yaitu:
1. Law of Readiness, belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan
untuk melakukan sesuatu
2. Law of Exercise, yaitu belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan
Pengulangan dalam belajar.
3. Law of Effect, belajar akan semangat apabila mengetahui hasil belajar yang
baik. Mengetahui hasil belajar dengan segera dapat meningkatkan
motivasisiswa dalam belajar, sehingga ia tahu dimana letak kelemahannya
dan memperbaikinya dengan segera. Untuk itu dalam proses pembelajaran
feedback yang menyenangkan sangat diperlukan agar dapat mempengaruhi
usaha siswa dalam belajar.
2. Hubungannya adalah terletak pada bagaimana kita memotivasi siswa agar
belajarnya dapat tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran dan perubahan dalam
tingkah lakunya. tingkah laku individu tidak lain dari suatu hubungan rangsangan
dengan jawaban atau stimulus-respon. Siapa yang dapat menguasai hubungan
stimulus
respon
sebanyak-banyaknyaa
maka
dia
dapat
berhasil
dalam
belajar.Pembentukan hubungan stimulus-respon perlu dilakukan berulang-ulang.
Jika kedua metode tersebut diterapkan bersama-sama akan membuat pembelajaran
menjadi lebih hidup dan menyenangkan.
3. a. Metode Pembelajaran Tematik
Metode pembelajaran tematik adalah kegiatan belajar mengajar dengan
memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar cara ini dapat dilakukan dengan dua cara. Cara
pertama, materi beberapa mata pelajaran disajikan dalam tiap pertemuan.
Sedangkan cara kedua, yaitu tiap kali pertemuan hanya menyajikan satu jenis
mata pelajaran. Pada cara kedua ini, keterpaduannya diikat dengan satu tema
pemersatu. Oleh karena itu pembelajaran tematik ini sering juga disebut
pembelajaran terpadu atau integrated learning.
Pembelajaran tematik dapat mempermudah anak dalam membangun gagasan
atau pengetahuan baru, karena materi yang disajikan saling terkait satu sama lain.
Kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna apabila materi pelajaran yang sudah
dipelajari atau dipahami siswa dapat dimanfaatkan untuk mempelajari materi
berikutnya. Pembelajaran yang terpadu sangat berpeluang dalam membantu dan
memanfaatkan pengetahuan anak yang telah dimiliki sebelumnya.
Pembelajaran tematik memberikan peluang kepada anak
untuk
mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan. Ketiga ranah
sasaran pendidikan ini meliputi (jujur, teliti, tekun, terbuka terhadap gagasan
ilmiah), keterampilan (memperoleh, memilih, dan memanfaatkan informasi,
menggunakan alat, mengamati, membaca grafik, termasuk juga keterampilan
social seperti bekerjasama dan kepemimpinan), dan wawasan kognitif (seperti
gagasan konseptual tentangl ingkungan dan alam sekitar).
Pembelajaran tematik memberi peluang kepada anak untuk membangun
sinergi kemampuannya, sehingga tujuan utuh pendidikan (mandiri, peka, dan
bertanggungjawab) dapat dicapai. Kemampuan yang diperoleh dari satu mata
pelajaran akan saling memperkuat kemampuan yang diperoleh dari mata
pelajaran lain.
Karakteristik pembelajaran tematik :
1. Berpusat pada siswa
2. Memberikan pengalaman langsung
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
5. .Bersifat fleksibel
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
b. Metode Pembelajaran CTL
Pembelajaran Kontekstual atau dalam Bahasa Inggrisnya Contextual Teaching
and Learning (CTL) yang merupakan proses pembelajaran yang holistic dan
bertujuan membantu siswa untuk memehami makna materi ajar dengan
mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
social dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan
yang dinamis dan fleksibel untuk mengkontruksi diri sendiri secara aktif dalam
pemahamannya.
Pembelajaran Kontekstual disebut pendekatan kontekstual karena konsep
belajar ini mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
masyarakat
Proses pembelajaran kontekstual pada pemorolehan informasi, individualisasi,
dan
interaksisosial.
Sehingga
siswa
mampu
mengelolah
informasi,
memonitornya, dan menyusun strategis berkaitan dengan informasi tersebut, inti
dari proses informasi ini adalah proses memori dan berpikir.
Karakteristik pembelajaran CTL :
1.
Kerja sama antara peserta didik dan guru (cooperative).
2.
Saling membantu antara peserta didik dan guru (assist).
3.
Belajar dengan bergairah (enjoyfull learning).
4.
Pembelajaran terintegrasi secara kontekstual.
5.
Menggunakan multi media dan sumber belajar.
6.
Cara belajar siswa aktif (student active learning).
7.
Sharing bersama teman (take and give).
8.
Siswa kreati fdan guru kreatif.
9.
Dinding kelas dan lorong kelas penuh dengan karyasiswa.
10. Laporan siswa bukan hanya buku rapor, tetapi juga hasil karyasiswa, laporan
hasil pratikum, karangan siswa dan sebagainnya
c. Metode Pembelajaran Inkuiri
Dalam pengajaran inkuir isiswa-siswa mempelajari gejala ilmiah dengan
kegiatan semangat seorang ilmuawan.
Menurut NRC (2000) tahapan pembelajaran inkuiri dibagi menjadi lima pase :
1) Siswa dilibatkan dengan sebuah pertanyaan ilmiah, kejadian atau
fenomena.
2) Siswa menggali ide – ide melalui pengalaman, memformulasi dan
menguji hipotesis, memecahkan masalah dan membuat penjelasan
terhadap apa yang mereka observasi.
3) Siswa menganalisis dan menginterprestasi data, mensintesis ide – ide
mereka, membangun model, dan memperjelas konsep – konsep dan
penjelasan, dengan guru dan sumber pengetahuan ilmiah lain.
4) Siswa memperluas pemahaman dan kemampuan baru mereka dan
mengaplikasikan apa yang dapat mereka pelajari pada situasi baru.
Siswa dengan gurunya mereview dan mengakses apa yang telah mereka
pelajari dan bagaimana mereka telah mempelajarinya.
Model pembelajaran inkuiri didasarkan pada konfrontasi intelektual. Siswa
diberi teka-teki (masalah) untuk diselidiki. Segala yang misterius tidak diduga –
dugaan atau tidak diketahui manfaat untuk mengarahkan pada ketidak pastian.
Karena tujuan model pembelajaran inkuiri agar siswa memperoleh pengetahuan
baru, maka konfrontasi hendaknya didasarkan pada gagasan yang dapat
ditemukan.