Respon Masyarakat Terhadap Penyandang Penyakit Kusta di Desa Natam Baru Kecamatan Badarkabupaten Aceh Tenggara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Respon
Respon berasal dari kata respon yang berarti jawaban, balasan, atau

tanggapan.Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan difinisi respon adalah
berupa tangapan, reaksi, dan jawaban.Respon bermula dari adanya tindakan
pengamatan yang menghasilkan suatu kesan sehinga konsep respon manusia lebih
banyak dikemukakan oleh bidang-bidang ilmu social yang melihat respon pada
tindakan dan prilaku individu, kelompok, atau masyarakat.
Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
respon seseorang,yaitu:
a.

Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan
interprestasi tentang apa yang dilihat itu, ia dipengaruhi oleh sikap ,motif,
kepentingan, dan harapannya.


b.

Sasaran respon tersebut berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran
itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya.Dengan kata lain,
gerakan, suara, ukuran, tindakan-tindakan, dan ciri-ciri lain dari sasaran respon
turut menentukan cara pandang orang.

c.

Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi
mana respon itu timbul mendapat perhatiaan. Situasi merupakan faktor yang
turut dalam memberikan pembentukan atau tanggapan seseorang (sarwono,
1991:35).

10
Universitas Sumatera Utara

Konsep respon manusia lebih banyak dikemukakan oleh bidang-bidang ilmu
sosial yang melihat respon pada tindakan dan prilaku individu,kelompok,atau
masyarakat.Secara keseluruhan respon individu atau kelompok terhadap situasi fisik

dan nonfisikdapat dilihat dari tigatingkatan.yaitu persepsi,sikap dan tindakan.Simon
dalam wijaya membagi respon seseorang atau kelompok terhadap program
pembangunan mencakup tiga hal,yaitu :
1.

Persepsi, berupa tindakan penilaian (dalam benak seseorang) terhadap
baik buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang
akan diterima dari adanya objek tersebut.

2.

Sikap, berupa ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau
menolak objek yang dipersiapkan.

3.

Tindakan partisipasi, melakukan kegiatan nyata untuk peran serta atau
tindakan terhadap suatu kegiatan yang terkait dengan objek tersebut
(http://id.shovoong.com)


2.2

Persepsi
Persepsi menurut McMahon adalah proses menginterprestasikan rangsang

(input) dengan mengunakan alat penerima informasi (sensor information).
Sedangakan menurut Morgan, King dan Robirson persepsi menunjuk pada
bagaimana kita melihat,mendengar,merasakan,mengecap dan mencium dunia sekitar
kita dengan kata lain persepsi dapat pula didefiniskan sebagai segala sesuatu yang
dialami oleh manusia.

11
Universitas Sumatera Utara

2.3

Sikap
Sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif,

predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial La Pierre (dalam Azwar,

2003), atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah
terkondisikan.Lebih lanjut Soetarno (1994) memberikan definisi sikap adalah
pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap
obyek tertentu Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap
tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiswa, pandangan,
lembaga, norma dan lain-lain.Selain itu,dalam kejadian sikap telah diketahui bahwa
sikap tersebut dapat bersifat positif dan dapat pula bersikap negatif.
Sikap negatif memunculkan kecendrungan untuk menjauhi menghindari,
ataupun tidak menyukai keberadaan suatu objek. Sedang sikap positif memunculkan
kecendrungan untuk menyayangi,mendekati,menerima atau bahkan mengharapkan
kehadiran objek tertentu(Mueller,1996).
Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut:
1. Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek-objek.Tidak ada sikap yang tanpa
objek. Objek ini bisa merupakan benda,orang,ideologi,nilai-nilai sosial,lembaga
masyarakat dan sebagainya.
2. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi berdasarkan pengalaman dan latihan.
3. Karna sikap dapat dipelajari,maka sikap dapat berubah-ubah,meskipun relatif
sulit berubah.
4. Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah terpenuhi
5. Sikap tidak hanya suatu macam saja, melainkan sangat beragam sesuatu dengan

objek yang menjadi pusat perhatiannya.
6. Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan(Adi,2000:135).

12
Universitas Sumatera Utara

2.4

Partisipasi
Partisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu participation yang artinya

mengambil bagian.Partisipasi adalah suatu proses sikap mental dimana orang orang
atau anggota msyarakat aktif meyumbang aktifitas dan inisiatifnya dalam usaha
meningkatkan kualitas hidupnya (sobur, 2003:450). Menurut Winardi (1990: 202),
“partisipasi secara formal dapat didefinisikan sebagai: keikutsertaannya seseorang,
baik secara mental maupun emosional untuk memberikan sumbangsih kepada proses
pembuatan keputusan, terutama mengenai persoalan-persoalan dimana keterlibatan
pribadi orang yang bersangkutan berada dan orang yang bersangkutan melaksanakan
tanggung jawabnya untuk melakukan hal tersebut”. Dari pengertian tersebut dapat
dimengerti bahwa keterlibatan masyarakat merupakan keterlibatan mental dan

emosional, lebih dari keterlibatan fisik,keterlibatan secara mental berarti keterlibatan
sebagai suatu kebiasaan hidup di suatu lingkungan tertentu.Sedangkan keterlibatan
secara emosional berarti keterlibatan yang benar-benar dirasakan, yang timbul dari
hati atau perasaan seseorang sebagai kepentingan bersama.

2.5

Masyarakat
Masyarakat yaitu sekumpulan orang yang, terdiri dari berbagai kalangan, baik

golongan mampu ataupun golongan tak mampu, yang tinggal di dalam satu wilayah
dan telah memiliki hukum adat, norma-norma serta berbagai peraturan yang siap
untuk ditaati.Masyarakat adalah kumpulan manusia yang membentuk suatu
kelompok yang hidup bersama-sama dan saling membantu satu sama lain dalam
hubungannya

atau

saling


berinteraksi.

Jadi

Masyarakat

adalah

bentuk

pengelompokkan manusia yang menunjukkan aktivitas-aktivitas bersama yang
tampak dalam interaksi diantara anggota-anggota kelompok tersebut, dimana

13
Universitas Sumatera Utara

kebutuhan-kebutuhan anggota kelompok hanya dapat dipenuhi dengan jalan
berinteraksi dengan individu-individu lainnya.
Dalam ilmu sosiologi kita mengenal ada dua macam masyarakat, yaitu
masyarakat paguyuban dan masyarakat petambayan.Masyarakat paguyuban terdapat

hubungan pribadi antara anggota- anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin
antara mereka.Kalau pada masyarakat patambayan terdapat hubungan pamrih antara
anggota-angota nya.
Pengertian masyarakat menurut definisi para ahli :
1.

Emile Durkheim
Jika Menurut Emile Durkheim, pengertian masyarakat merupakan suatu
kenyataan objektif dari individu-individu yang merupakan anggotanya.

2.

Karl Marx
Dari sudut pandang Karl Marx, Menurut Karl Marx pengertian masyarakat
merupakan suatu sturktur yang mengalami ketegangan organisasi maupun
perkembangan karena adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang
terpecah secara ekonomi.

3.


M. J. Herkovits
Sedangkan Menurut M. J. Herkovits, pengertian masyarakat merupakan
kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti suatu cara hidup
tertentu.

4.

J. L. Gillin dan J. P. Gillin
Sedangkan Menurut J. L. Gillin dan J. P. Gillin, pengertian masyarakat
Merupakan kelompok yang tersebar dengan perasaan persatuan yang sama.

14
Universitas Sumatera Utara

5.

Max Weber
Pengertian masyarakat merupakan suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya
ditentukan oleh harapan dan nilai-nila yang dominan pada warganya sendiri.


6.

Selo Soemardjan
Pengertian masyarakat merupakan orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan..
Unsur-unsur suatu masyarakat :

a. Harus ada perkumpulan manusia dan harus banyak
b. Telah bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah tertentu.
c. Adanya aturan atau undang-undang yang mengatur masyarakat untuk menuju
kepada kepentingan dan tujuan bersama.

2.6

Kusta
Kusta termasuk salah satu penyakit tertua di dunia. Kata kusta berasal dari

bahasa India 'kustha', yang dikenal 1400 sebelum masehi sebagai penyakit menular
tidak fatal yang mengenai kulit, sistem saraf tepi, saluran pernapasan bagian atas,
mata, dan buah zakar. Kusta dikenal juga sebagai lepra, yang disebut dalam Alkitab

berasal dari bahasa Hebrew, 'zaraath', yang sebetulnya mencakup berbagai penyakit
kulit lainnya. Nama lain untuk penyakit ini adalah penyakit Hansen, yang merupakan
nama penemu bakteri penyebab kusta (Mycobaterium leprae): G.A. Hansen.
Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat, artinya: bakteri tersebut
harus berada di dalam sel makhluk hidup untuk dapat berkembang biak. Penyebab
kusta adalah kuman Mycobacterium leprae, merupakan bakteri berbentuk batang
yang tahan asam. Bakteri ditemukan pada manusia, binatang armadilo, dan pada

15
Universitas Sumatera Utara

tempat-tempat tertentu seperti pada tumbuhan. Bakteri memproduksi racun yang
tidak diketahui dan dapat beradaptasi untuk menembus dan hidup di dalam sel darah
putih manusia yang berfungsi dalam memakan kuman dan dapat hidup diluar tubuh
manusia selama berbulan-bulan.
Penularan berhubungan dengan kemiskinan, tempat tinggal di pedesaan dan
kepadatan penduduk.Kebanyakan orang secara alami kebal terhadap infeksi kusta
dan tidak menunjukkan gejala penyakit setelah terinfeksi.Puncak dimulainya
penyakit kusta biasanya pada dekade kedua dan ketiga kehidupan.Bentuk kusta yang
parah (Lepromatous Leprosy) lebih sering ditemukan pada pria dibandingkan dengan
wanita, dan jarang sekali ditemukan pada anak-anak. Bentuk kusta yang ditemukan
di Asia Tenggara adalah 50 % .
Kusta merupakan penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan dalam
jangka waktu cukup lama, yaitu 6-12 bulan. Pengobatan umumnya menggunakan
multiple drug therapy (menggunakan gabungan beberapa obat).Pencegahan kusta
dapat dilakukan dengan pemberian vaksin BCG tetapi efektivitasnya bervariasi pada
masing-masing individu, yaitu antara tidak efektif sampai 80% efektif.Pada tahun
1998 WHO me-nambahkan 3 obat antibiotik lain untuk pe-ngobatan altematif.
Pengobatan untuk kusta baru dimulai pada tahun 1971. Pada saat ini ada
berbagai macam dan cara MDT, dilaksanakan di Indonesia sesuai rekomendasi
WHO, dengan obat alternatif se-jalan dengan kebutuhan dan kemampuan. Yang
paling dirisaukan ialah resistensi terhadap DDS karena DDS adalah obat antikusta
yang paling banyak dipakai dan paling murah.Obat ini sesuai dengan para penderita
yang ada di negara ber-kerkembang dengan sosial ekonomi rendah.
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kusta dengan peringkat
ketiga di dunia setelah India dan Brazil, dengan jumlah penderita terbanyak di Jawa

16
Universitas Sumatera Utara

Timur, Papua, Sulawesi Selatan, dan Maluku.Kusta merupakan penyakit yang
ditakuti karena dapat menyebabkan luka bergaung yang sukar sembuh, perubahan
bentuk anggota gerak dan wajah, dan kerusakan saraf dan otot.

2.7

Stigma

2.7.1 Pengertian Stigma
Stigma adalah satu cacat atau cela pada karakter seseorang, stigma
merupakan kata benda yang artinya noda. Sedangkan stigmasisisasi adalah kata
keteragan yang artinya merupakan noda, menodai. Jadi perbedaan antara stigmas dan
stigmatisasi adalah stigma kata benda sedangkan stigmatisasi kata keterangan.
Menurut Pfuhl (dalam Simajuntak; 2005) proses pemberian stigmaayang dilakukan
masyarakat terjadi melalui tiga tahapyaitu;
1)

Prosesinterpretasi,pelanggarannormayangterjadidalammasyarakattidak

semuanya mendapatkan stigma dari masyarakat, tetapi hanyapelanggaran norma
yang diinterpretasikan oleh masyarakat sebagai suatupenyimpangan perilaku yang
dapat menimbulkanstigma.
2)

Proses pendefinisian orang yang dianggap berperilaku menyimpang,setelah

pada tahap pertama dilakukan dimana terjadinya interpretasi terhadapperilaku yang
menyimpang, maka tahapselanjutnya adalah proses pendefinisianorang yang
dianggap berperilaku menyimpang olehmasyarakat.
3)

Perilaku diskriminasi, tahap selanjutnya setelah proses kedua dilakukan,

maka masyarakat memberikan perlakuan yang bersifat membedakan (diskriminasi).
Melakukan stigmatisasi kepada orang lain dapat memberikan beberapa fungsi
bagi individu termasuk meningkatkan harga diri, meningkatkan kendali sosial,
menahan kecemasan. Stigmatisasi dapat meningkatkan harga diri melalui proses
pembandingan ke bawah (menahan kelemahan orang lain) (Will, dalam Heatherton;
17
Universitas Sumatera Utara

2003). Mengacu pada teori perbandingan ke bawah, yaitu membandingkan diri
sendiri dengan orang lain dapat meningkatkan perasaan berharga seseorang dan
karenanya dapat meningkatkan harga dirinya. Pembandingan ke bawah dapat
berlangsung dalam bentuk pasif (seperti mencari kekurangan orang lain dalam
bidang-bidang tertentu) atau juga berlangsung dalam bentuk aktif (seperti
membentuk kondisi yang tidak menguntungkan orang lain melalui diskriminasi).

2.7.2 Stigma Internal
Brown

et

al.

(dalam

Hasan,

Nath,

Khan,

Akram,

&

Gomes,

2012)mendefinisikan stigma internal sebagai rasa takut baik sungguhan maupunyang
diimajinasikan terhadap sikap sosial dan potensi tindak diskriminasiyang akan
muncul sebagai dampak dari atribut atas penyakit yang tidakdiinginan (misalnya
HIV) atau akibat dari asosiasi pada kelompok atauperilaku tertentu.Salah satu cara
untuk memahami stigma internal berkaitandengan HIV/AIDS adalah dengan
melihatnya sebagai hasildari interaksi kompleks antara faktor sosial (ekonomi,
budaya,denah politik, akses terhadap pelayanan pencegahan danProyek Siyam’kela
dan Mo Kexteya (dalam Brourad & Wills, 2006) yang mempelajari beragam aspek
stigma internal berkaitan denganHIV/AIDS di Afrika Selatan, membuat kerangka
dimensi stigma internalyaitu :
1. Perception of self
ODHA memiliki perasaan bahwa mereka telah mengecewakanorang lain dan
mempermalukan keluarga dan komunitas mereka.Mereka merasa bersalah,
menyalahkan diri sendiri, dan menderitakarena berstatus HIV-positif. Mereka merasa
diri mereka ternodadan takut menulari orang lain.
2. Self-Exclusion

18
Universitas Sumatera Utara

Karena status HIV-positif yang dimiliki ODHA memilih untukmenarik diri
dari berbagai pelayanan dan kesempatan yang adameliputi jasa yang diberikan klinik
kesehatan, support group, danprogram bantuan materil.
3. Subterfuge
Stigma internal mempengaruhi ODHA untuk menjaga perilakumereka untuk
menghindari stigmatisasi atau mencegah agar statusHIV mereka tidak diketahui
orang lain. Hal ini dilakukan denganmenyembunyikan status HIV atau orientasi
seksual mereka padaorang lain. Hal ini juga menyebabkan ODHA untuk
terusmelakukan perilaku beresiko karena mereka merasa takutperubahan perilaku
dapat menimbulkan kecurigaan dan stigma.
4. Social Withdrawal
Merupakan isolasi yang dibebankan pada dirinya sendiri olehODHA,
menyebabkan mereka untuk menarik diri dari hubunganinterpersonal dan mengindari
beragam setting sosial.
5. Over compenastion
Terdapat kebutuhan pada ODHA untuk membuktikan bahwamereka adalah
orang yang ‘baik’ dengan melakukan hal-hal yangdinilai baik berdasarkan standar
moral yang berlaku. Beberapamerasa harus bisa membuktikan bahwa mereka tetap
dapatberkontribusi meski berstatus HIV-positif.
6. Fear of disclosure
ODHA merasa sulit untuk mengungkapkan status mereka karenamerasa takut
terhadap penilaian dan penolakan dari masyarakatsekitar.

19
Universitas Sumatera Utara

2.7.3 Stigma Eksternal
Dikenal juga sebagai enacted stigma merupakan bentuk lain daristigma.
Stigma eksternal dideskripsikan sebagai proses yang bergerakmelebihi sekedar
persepsi dan sikap sehingga mencapai bentuk tindakan.Stigma eksternal secara
konsisten mengikuti pola tiga langkah yaitu :
(1)Mengidentifikasi orang yang terinfeksi HIV,
(2) Membuat jarak denganorang-orang tersebut, dan
(3) membatasi atau tidak mengikutsertakanorang-orang tersebut.
Detail pola tersebut mungkin berbeda dalam tiap-tiapkasus di tiap-tiap negara
namun pola keseluruhannya tetap sama. Tes HIVyang diikuti pelanggaran hak
kerahasiaan merupakan suatu bentuk enactedstigma begitu juga dengan tindak
labeling, penghindaran,isolasi dan segrerasi ODHA(Morrison, 2006).Enacted stigma
merujuk pada sanksi yang secara individual maupunkolektif diberikan kepada
seseorang berdasarkan keanggotaan atauanggapan sebagai anggota dari kelompok
tertentu (Morris, 2003).
Enactedstigma dapat mengambil bentuk diskriminasi halus seperti gosip,
tidakmemperlakukan ODHA dengan hormat, atau menjauhi mereka (Visser,Makin,
Vandormael, Sikkema, & Forsyth, 2009). Sedangkan Bunn,Solomon, Miller, dan
Forehand (2007) menyatakan bahwa enacted stigmamerujuk pada pengalaman aktual
berkaitan dengan prasangka, pemberianstereotip, maupun diskriminasi misalnya
kehilangan

hubungan

pertemanansetelah

memberitahukan

status

HIV

atau

mengalami penghinaan dalamkehidupan sehari-hari berkaitan dengan status HIV
mereka.

20
Universitas Sumatera Utara

2.7.4 Tipe-tipe dan DimensiStigma
Menurut Goffman (dalam Heatherton; 2003) membedakan tigajenis stigma, atau
kondisi stigmatisasi,diantaranya:
1) Kebencian terhadap tubuh (seperti, cacattubuh)
2) Mencelakarakterindividu(gangguanmental,pecandu,pengangguran)
3) Identitas kesukuan (seperti ras, jenis kelamin, agama dan kewarganegaraan)
Sedangkan Jones, dkk (dalam Heatherton; 2003) membagi enam dimensi kondisi
stigmatisasi:
1) “penyembunyian” yang mencakup keluasan karakteristik stigmatisasi sedapat
mungkin bisa dilihat (seperti cacat wajah vs. homoseksualitas).
2) “rangkaian penandaan” berhubungan dengan apakah tanda tersebut sangat
mencolok mata atau makin melemah dari waktu ke waktu (seperti multiple sclerosis
vs. kebutaan).
3) “kekacauan”

yang

mengacu

pada

tingkat

stigmatisasi

dalam

menggangguinteraksi interpersonal (seperti gagap dalam berbicara).
4) “estetika” yang behubungan denga reaksi subjektif yang dapat memunculkan
stigma karena suatu hal yang kurang menarik.
5) “asal-usul”

tanda

stigmatisasi

(seperti

cacat

bawaan,

kecelakaan,

atau

kesengajaan) yang juga terkait dengan tanggung jawab seseorang dalam membentuk
stigma.
6) “resiko” yang mencakup perasaan berbahaya dari stigmatisasi dari orang lain
(seperti memilki penyakit yang mematikan atau membahayakan vs. memilki
kelebihan berat badan).
Lain halnya menurut Crocker dkk (dalam Heatherton; 2003) bahwa “keterlihatan”
dan “keterkendalian” merupakan dimensi stigma yang sangat penting bagi mereka

21
Universitas Sumatera Utara

yang melakukan stigma dan mengalami stigma.

2.7.5 AkibatStigma
DalamPhulf(dalamSimajuntak;2005)hasilpenelitianmenemukanada beberapa
akibat dari stigmayaitu:
1) Stigma sulit mencaribantuan.
2) Stigmamembuatsemakinsulitmemulihkankehidupankarenastigmadapat
menyebabkanerosinyaself-confidencesehinggamenarikdiridarimasyarakat.
3) Stigma menyebabkan diskriminasi sehingga sulit mendapatkan akomodasidan
pekerjaan.
4) Masyarakat bisa lebih kasar dan kurangmanusiawi.
5) Keluarganya menjadi lebih terhina danterganggu.

2.8

Kerangka Pemikiran
Kusta merupakan penyakit yang ditakuti karena dapat menyebabkan luka

bergaung yang sukar sembuh, perubahan bentuk anggota gerak dan wajah, dan
kerusakan saraf dan otot. Pemerintah membuat suatu program terhadap penyandang
penyakit kusta agar bebas dari kusta dan jauh dari stigma, Program tersebut salah
satunya ada di Aceh Tenggara. Pemerintah terutama WHO membuat 3 dusun
sebagai tempat tinggal dan tempat rehabilitas bagi penyandang penyakit kusta di
desa Natam Baru kecamatan badar kabupaten Aceh Tenggara,
Stigma adalah Penolakan sosial yang parah dengan seseorang atas dasar
karakteristik khusus yang memebedakan mereka dari orang lain dalam masyarakat
seperti penyakit mental atau cacat fisik. Teori penjulukan memiliki label dominant
yang mengarah pada suatu keadaan yang disebut dengan master status, sebuah label
22
Universitas Sumatera Utara

yang dikenakan (dikaitkan) yang biasanya terlihat sebagai karakteristik yang lebih
atau paling penting atau menonjol dari pada aspek lainya pada orang yang
bersangkutan, seperti penyandang penyakit kusta mereka mengalami stigma oleh
karna itu ia akan dikeluarkan dari kontak dan hubungan-hubungan yang ada,
terutama mereka penyandang penyakit kusta tersebut tidak dapat menata
identitasnya akibatnya ia akan melihat dirinya sebagai orang yang hidup dengan
penyakit menular dan tidak dapat berinteraksi dengan masyarakat, karna masyarakat
menjulukinya sebagai penyakit menular atau penyakit kutukan.
Masyarakat desa natam baru kecamatan badar kabupaten aceh tenggara
merupakan masyarakat yang tinggal dekat dengan penyandang penyakit kusta,
Respon masyarakat sangatlah diperlukan untuk melihat apakah keberadaan
penyandang penyakit kusta mengundang partisipasi masyarakat di desa Natam. Baru
Adapun skematisasi kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut :

23
Universitas Sumatera Utara

24
Universitas Sumatera Utara

1.

Defenisi konsep
Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut

dalam suatu penelitian (siagian, 2011:38). Peneliti dapat memberikan batasan
mengenai konsep-konsep penelitian untuk menghindari kesalahpahaman arti dari
konsep penelitian yang digunakan,Adapun batasan kosnep di dalam penelitiaan ini
adalah sebagai berikut:
1.

Respon merupakan suatu tingkah laku balas atau tindakan masyarakat yang
merupakan wujud dari persepsi, sikap dan partisipasi msyarakat terhadap suatu
objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman, penilaian, suka atau tidak
suka serta partisipasi terhadap objek permasalahan.

2.

Persepsi merupakan

bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan

tanggapan setelah rangsangan diterapakan kepada manusia. Persepsi dan
kognisi diperlukan dalam semua kegiatan kehidupan. Rasa dan nalar bukan
merupakan bagian yang perlu dari situasi rangsangan tanggapan, sekalipun
kebanyakan tangapan individu yang sadar dan bebas terhadap suatu rangsangan
atau terhadap suatu bidang rangaangan sampai tingkat tertentu dianggap
dipengaruhi oleh akal terhadap satu bidang rangsangan sampai tingkat tertentu
diangap dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya.
3.

Sikap adalah keadaan diamana diri seseorang yang memberikan kesiapan dalam
dirinya untuk merespon hal-hal yang diangap benar atau salah terhadap objek
atau situasi tertentu.

4.

Partisipasi adalah suatu proses sikap mental dimana orang orang atau anggota
msyarakat aktif menyumbang kretifitas dan inisiatifnya dalam melaksanakan
kuliatas hidup.

25
Universitas Sumatera Utara

5.

Masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar mempunyai kebiasaan,
tradisi, sikap, dan perasaan persatuaan yang sama. Masyarakat itu juga meliputi
pengelompokan-pengelompokan yang kecil.

6.

Penyakit lepra atau kusta merupakan penyakit yang ditakuti karena dapat
menyebabkan luka bergaung yang sukar sembuh, perubahan bentuk anggota
gerak dan wajah, dan kerusakan saraf dan otot.

2.

Defenisi Oprasional
Defenisi oprasional adalah suatu proses menjadikan variabel penelitian dapat

diukur sehingga transformasi dari unsur konsep ke dunia nyata. Defenisi oprasioanl
adalah lanjutan dari perumusan defenisi konsep.Perumusan defeinisi konsep
ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik
berupa objek, peristiwa, maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan oprasional
ditujukan dalam upaya mentransformasikan konsep kedunia nyata sehingga konsepkonsep penelitian dapat di observasi (siagian, 2011:141).
Respon masyarakat terhadap penyandang penyakit kusta di desa proyek kolam
natam kecamatan badar kabupataen Aceh Tenggara :
a.

Persepsi masyarakat terhadap penyandang penyakit kusta dapat di ukur dari :
1. Pengetahuan masyarakat tentang penyakit kusta.
2. Pengetahuaan msyarakat terhadap keberdaan penyandang penyaki kusta
3. Atensi masyarakat terhadap penyandang penyakit kusta

b.

Sikap masyarakat terhadap penyandang penyakit kusta di desa proyek kolam
natam :
1. Bagaimana penilaian masyarakat terhadap keberdaan penyandang penyakit
kusta

26
Universitas Sumatera Utara

2. Apakah masyarakat menerima atau menolak keberdaan penyandang penyakit
kusta
3. Apakah masyarakat mengharapkan keberadaan penyandang penyakit kusta
c.

Partisipasi masyarakat terhadap penyandang penyakit kusta
1. Menilai, yaitu masyarakat menilai keberadaan penyandang penyakit kusta
2. Inisiatif masyrakat dalam mencari info tentang penyakit kusta

27
Universitas Sumatera Utara