Respon Masyarakat Terhadap Penyandang Penyakit Kusta di Desa Natam Baru Kecamatan Badarkabupaten Aceh Tenggara

(1)

No Responden

9 10 11 12 13 14 15

1 1 1 1 1 1 0 1

2 1 1 1 1 1 0 1

3 1 1 1 1 1 0 1

4 1 1 1 1 1 0 1

5 1 1 1 1 1 0 1

6 1 1 1 1 1 -1 1

7 1 1 1 1 1 -1 1

8 1 1 1 1 1 0 1

9 1 1 1 1 1 0 1

10 1 1 1 1 1 0 1

11 1 1 1 1 1 0 1

12 1 1 1 1 1 0 1

13 1 1 1 1 1 -1 1

14 1 1 1 1 1 -1 1

15 1 1 1 1 1 -1 1

16 1 1 0 1 1 1 -1

17 1 1 0 1 1 1 -1

18 1 1 0 1 1 1 -1

19 1 1 0 1 1 1 -1

20 1 1 0 1 1 1 -1

21 1 0 0 0 0 1 0

22 1 0 0 0 0 1 0

23 1 0 0 0 0 1 0

24 0 -1 0 -1 0 1 0

25 0 -1 0 -1 0 1 0

26 0 -1 -1 -1 -1 1 0

27 0 -1 -1 -1 -1 1 0


(2)

No Responden

16 17 18 19

1 0 1 1 1

2 0 1 1 1

3 0 1 1 1

4 0 0 1 1

5 0 0 1 1

6 1 0 0 0

7 1 0 0 0

8 1 0 0 0

9 1 0 0 0

10 1 0 0 0

11 1 0 0 0

12 1 0 0 0

13 1 0 0 0

14 1 0 0 0

15 1 0 0 0

16 1 0 0 0

17 1 0 0 0

18 1 0 0 0

19 1 0 0 0

20 1 0 0 0

21 1 0 0 0

22 1 0 0 0

23 1 0 0 0

24 1 0 0 0

25 1 0 -1 0

26 1 0 -1 0

27 1 -1 -1 0

28 1 -1 -1 0

29 1 -1 -1 0

30 1 -1 -1 0

Total


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI.2007.Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Penyakit Kusta

Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokeran. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Harahap M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit.Jakarta.Hipokrates

Siagian,Matias.2011.MetodePenelitian Sosial.Medan:PT.Grasindo Manoratama. Slamet, Santoso.2010.Teori-teori Psikologi Sosial.Bandung: PT Refika Aditama Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum. Bandung : CV Pustaka Seti

Zuriah,Nurul.2006. Metodelogi penelitian sosial dan pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber lain :

pukul 19.00)


(4)

BAB III

METODEPENELITIAN

3.1 Tipe penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif,yaitu penelitian yang dilakukaan dengan tujuan mengambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang diteliti (Siagian,2001:52). Melalui penelitian ini penulis ingin menggambarkan bagaimana respon masyarakat terhadap penyandang penyakit kusta di desa Proyek Kolam Natam Kecamatan Badar Kabupaten Aceh Tenggara.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukakan di desa Proyek Kolam Natam Kecamatan Badar Kabupaten Aceh Tenggara.Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini adalah karna desa Natam Barumerupakan salah satu tempat tinggal dan rehabilitasi penyandang penyakit kusta yang disediakan oleh pemerintah di Kabupaten Aceh Tenggara.

3.3 Populasi

Populasi diartikan sebagai sekumpulan obyek, benda, peristiwa atau individu yang akan dikaji dalam suatu penelitiaan. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami bahwa mengenal populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses penelitian. Secara umum populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses penelitian (Siagian, 2011:115).

Berdasarkan pendapat diatas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah msyarakat di desa Proyek Kolam Natam, berjumlah 150 kepala keluarga yang tidak menderita penyakit kusta.


(5)

3.4 Sampel

Secara sederhana sampel berarti contoh. Dalam kaiatanya dengan penelitian, sampel adalah sebagian dari obyek, kejadian, atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya atau yang akan diteliti (Siagian, 2011 : 156).

Sampel dalam penelitiaan ini adalah masyarakat yang tidak menderita penyakit kusta di desa Proyek Kolam Natam Kecamatan Badar Kabupaten Aceh Tenggara.Apabila jumlah populasi lebih dari 100 maka diambil sampelnya sebesar 10% -20% dari jumlah populasi (silalahi, 2009 : 255). Berdasarkan ketentuaan tersebut maka perhitunganya adalah 20% x 150 = 30. Maka sampel yang akan di ambil berjumlah 30 kepala keluarga yang tidak menderita penyakitt kusta.

Penarikan sampel adalah proses dimana sejumlah atau sebagian populasi dipilih sebagai sumber data sehingga memungkinkan kita membuat suatu generalasi yang berkaitan atau berlaku bagi populasi (siagian, 2011).Adapun teknik penarikan sampel pada penelitian ini adalah teknik penarikan sampel dengan metode “simple random sampling technique”, yaitu semua anggota populasi secara individual memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel atau untuk menjadi anggota sampel yaitu dengan teknik cara undi.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(6)

2. Studi lapangan adalah pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan penelitian langsung turun kelokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.Adapun instrumen yang digunakan dalam rangka studi lapangan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3. Observasi,yaitu pengamatan terhadap obyek dan fenomena yang berkaitan dengan penelitian.

4. Wawancara,yaitu percakapan yang dilakukan oleh pewawancara kepada responden guna mencari data atau menggali informasi mengenai apa yang diperlukan dalam penelitian.

5. Penyebaran kusioner,yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan cara menyebarkan daftar pertayaan untuk dijawab atau di isi oleh responden sehingga memproleh data informasi yang diperlukan oleh penelitian (siagian,2011:206-207).

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dan pendekatan kuatitatif dengan menggunakan pengukuran skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap atau tingkah laku manusia (siagian,2011:113)

Pemberian skor data dilakukan mulai respon negatif menuju respon positif,yakni :

1. Skor tidak setuju -1

2. Skor kurang stuju (netral) adalah 0 3. Skor stuju (posotif) adalah 1

Sebelum menentukan klasifikasi persepsi,sikap,dan partisipasi,maka ditentukan interval kelas sebagai berikut :


(7)

Interval kelas (I) = Nilai Tertinggi (H) – Nilai Terendah (L) Banyak kelas

= 1-(-1) 3 = 0,66

Menentukan kategori respon positif,netral, maupun respon negatif dengan adanya nilai batasan sebagai berikut :

a. -1,00 sampai dengan -0,33 = respon negatif b. -0,33 sampaidengan 0,33 = respon netral c. 0,33 sampai dengan 1 = respon positif


(8)

BAB IV

DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Natam Baru Merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Badar, Kabupaten Aceh Tenggara. Desa Natam Baru memiliki luas wilayah 25,5 HA dan jumlah penduduk 800 Jiwa dan terdiri dari 150 KK. Desa Natam Baru terdiri dari 3 dusun. Adapun batas-batas dari Desa Natam Baru adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Tanjung Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Jonggar Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Natam Lama

4.2 Kondisi Geografis

Secara geografis Desa Natam Baru merupakan tanah daratan yang setiap tahunya dilalui oleh dua musim (musim panas dan musim hujan dengan suhu anatara 23- 32 derajat celsius). Daerah ini didiami oleh berbagai sub suku bangsa dan sebahagian dari daerah ini adalah pemukiman. Desa Natam Baru juga dekat dengan sungai kali Alas yang biasa dipakai untuk olah raga arung jeram dan wisata.

4.3 Kompososi Penduduk

Jumlah penduduk desa Natam Baru tahun 2016 tahun 2016 yaitu 800 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 150 Kepala Keluarga. Penduduk desa Natam Baru mempunyai komposisi penduduk sebagai berkut :


(9)

2. Penduduk berdasarkan usia

3. Penduduk berdasarkan jenis kelamin 4. Penduduk berdasarkan mata pencaharian. 5. Penduduk berdasarkan pendidikan

6. Penduduk berdasarkan agamau 7. Penduduk berdasarkan agama 8. Penduduk berdasarkan suku / etnis

4.3.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Lingkungan

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari desa Natam Baru tahun 2016 diketahui bahwa jumlah penduduk sebanyak 800 jiwa.Penduduk tersebut tersebar di ketiga dusun yang ada di Desa Natam Baru.

Tabel 4.1

Komposisi Penduduk Berdasarkan Lingkungan

No Dusun Frekuensi Presentase

1 2 3

Simpang Empat Lawe Ndrung Proyek Kolam Natam

450 100 150

56,25% 12,5% 18,75%

Jumlah 800 87,5 %


(10)

penyakit kusta adalah penduduk pendatang dan bukan masyarakat asli desa Natam Baru. Peyandang penyakit kusta berasal dari Kabupaten Gayo Lues, sebagian peyandang penyakit kusta ini adalah yang melaksanakan pengobatan kusta di Sumatra Utara namun mereka tidak cocok tingal di Sumatra dan meminta pemerintah untuk membuat tempat pengobatan di Aceh, salah satunya ada di Aceh Tenggara yaitu di desa Natam Baru yang teletak di dusun proyek Kolam Natam.

Data yang ada menunjukan bahwa persebaranan penduduk di desa Natam Baru tersebut dari dusun Simpang Empat sampai dusun Proyek Kolam Natam tergolong signifikan, dimana jumlah penduduk terbanyak terdapat di dusun I Simpang Empat dengan jumlah 450 jiwa atau 56,25 %, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit ada di dusun II Lawe Ndrung yaitu 100 jiwa atau berjumlah 12,5 %. 4.3.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia

Adapun komposisi penduduk desa Natam Baru berdasarkan usia adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia

No Umur Frekuensi Presentase

1 2 3

0-15 Tahun 16-65 Tahun 65 Tahun Ke Atas

250 350 200

31,25 % 43,75% 25 %

Jumlah 800 100 %

Sumber : Desa Natam Baru 2016

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di desa Natam Baru adalah 800 jiwa, dan jumlah penduduk yang berusia lanjut yaitu 65 tahun keatas adalah sebanyak sebanyak 200 jiwa atau 25% dan merupakan jumlah


(11)

penduduk terkecil , kemudian jumlah penduduk terbanyak terdapat pada usia 16-65 tahun yaitu berjumlah 350 jiwa atau 43,75%, dan penduduk pada usia 0-15 tahun sebanyak 31,25%.

4.3.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan jenis Kelamin

Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di desa Natam Baru dapat dijelaskan tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3

Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin

No Jenis kelamin Jumlah Persentase

1 2

Laki- laki Perempuan

350 450

43,75% 56,25%

Jumlah 800 100

Sumber : Desa Natam Baru 2016

Berdasarkan data yang disajikam pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 350 jiwa atau sebesar 47.75 %, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 450 jiwa atau sebesar 56.25%, dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk terbanyak di Desa Natm Baru adalah yang berjenis kelamin laki-laki.


(12)

Tabel 4.4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No Jenis kelamin Jumlah Persentase (%) 1 2 3 4 5 6 PNS Petani ABRI Pegawai Swasta Pedagang Pertukangan 15 300 7 20 20 25 3,90% 77,51% 1.81% 5,17% 5,17% 6,45%

Jumlah 387 100

Sumber : Desa Natam Baru 2016

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebahagian besar penduduk di desa Natam Baru mayoritasnya bermata mata pencaharaian petani sebanyak 300 Jiwa atau 77,51% hampir semua dari keseluruhan penduduk yang bekerja, sedangkan minoritas nya adalah yang bekerja sebagai ABRI sebanyak 7 jiwa atau 1.81%. Total jumlah penduduk yang bekerja hanya sebesar 3.87 jiwa atau 48,37% dari keseluruhan jumlah penduduk yang ada di Desa Natam Baru yaitu 800 jiwa atau sebesar 87,5%.

4.3.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Masyarakat desa Natam Baru memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda, dapat dilihat pada tabel berikut :


(13)

Tabel 4.5

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persentase

1 2 3 4 5 6 TK SD SMP SMA/SMK AKADEMI D1-D3 SARJANA 40 50 30 300 50 50 7,69% 9,61% 5,76% 57,69% 9,61% 9.61%

Jumlah 520 100

Sumber : Desa Natam Baru

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa penduduk yang tamat SMA/SMK yaitu 300 jiwa atau 57,69% yang merupakan penduduk terbesar berdasarkan pendidikan dan melebihi setengah dari jumlah penduduk dilihat dari aspek pendidikan. Sementara yang terkecil yaitu SMP dengan jumlah 30 jiwa atau 5,76%. Hal ini berarti bahwa penduduk sudah dapat meyadari pentingnya pendidikan bagi kehidupan mereka.

4.3.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Berdasarkan agama sebanyak 800 jiwa atau penduduk desa Natam Baru, Merupakan semuanya beragama Islam.


(14)

4.3.7 Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis

Adapun komposisi penduduk desa Natam Baru berdasarkan suku/etnisnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7

Data Penduduk Berdasarkan Suku

No Suku/Etnis Jumlah Persentase

1 2 3 4

5

Alas Gayo Karo Jawa Batak

500 275 20 3 2

62,5% 34,37% 2,5% 0,37% 0,25%

Jumlah 800 100

Sumber : Desa Natam Baru 2016

Berdasarkan tabel 4.7 yang telah disajikan dapat dilihat bahwa penduduk di desa Natam Baru mayoritas adalah suku Alas sebanyak 500 jiwa atau 65,5%, sedangkan yang paling sedikit yaitu suku Batak hanya 2 orang saja atau 0,25% dari total keseluruhan penduduk.

4.5 Fasilitas /Prasarana

Berikut ini disajikan data mengenai fasilitas/prasarana yang ada di desa Natam Baru :


(15)

Tabel 4.5

Fasilitas di desa Natam Baru

No Fasilitas Jumlah

1

2

3

Fasilitas Kesehatan a. Puskesmas

b. UKBM (Posyandu)

c. PUSTU(Pukesmas Pembantu)

Fasilitas Pendidikan

a. Gedung sekolah PAUD b. Gedung Sekolah TK c. Gedung Sekolah SD d. Gedung MAS

Fasilitas Ibadah a. Masjid b. Musholla

1 unit 1 unit 1 unit

1 unit 1 unit 1 unit 1 unit

1 unit 2

Jumlah 10 unit

Sumber : Desa Natam Baru 2016


(16)

STRUKTUR ORGANISASI DESA NATAM BARU

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Pengantar

Pada bab ini penulis akan menganalisis data-data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dengan menyebarkan angket (kusioner) kepada 30 responden. Menganalisis data merupakan suatu upaya untuk menata dan mengelompokkan data menjadi suatu bagian-bagian tertentu berdasarkan jawaban reponden. Analisis data yang dirmaksud adalah interprestasi langung berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dilapangan. Adapun data-data yang di analisis pada bab ini adalah sebagai berikut :

5.2 kharaktheristik Umum Responden

KEPALA DESA NATAM DESA

SEKRETARIS DESA

KEPALA DUSUN I SIMPANG EMPAT

KEPALA DUSUN II LAWE NDRUNG

KEPALA DUSUN III PROYEK KOLAM


(17)

Tabel 5.1

Distribusi Menurut Jenis Kelamin

Sumber: Kusioner 2016

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 16 orang atau sebesar 53.33 %, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 14 orang atau sebesar 46.66 %, Hal ini dapat disimpulkan bahwa Responden terbanyak adalah berjenis kelamin laki-laki.

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 2 Laki-Laki Perempuan 16 14 53.33 46.66

Jumlah 30 100

No Umur Jumlah Persentase (%)

1 2 3 4 5 20- 25 26-31 32-40 41-50 51-55 5 5 5 6 6 16.67 16.67 16.67 20 20


(18)

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.2 dapat diketahui bahwa Responden terbanyak berada pada usia 41-50 tahun dan 51-55 yaitu sebesar 20%. Kemudian urutan kedua berada pada usia 20-25, 26-31, dan 32-40 tahun yaitu sebesar 16,67%, Urutan terakir berada pada usia 60 tahun sebesar 10%. Jika dilihat dari segi usia reponden apabila dikaitkan dengan respon masyarakat terhadap peyandang penyakit kusta, maka usia responden ini sangat membantu dalam menjawab angket, terutama responden yang usianya sudah tidak produktif lagi mampu memberikan informasi tentang keberadaan peyandang penyakit kuta, karna secara usia yang sudah tidak produktif mereka lebih lama tingal di desa Natam Baru sehinga dapat memberikan informasi yang akurat bagi peneliti.

Kharakteristik Responden Berdasarkan Agama

Berdasarkan data yang diproleh , bahwa 30 responden (100%) terhadap peyandang penyakit kusta di desa Natam Baru semua beragama Islam, dan keseluruhan masyarakat desa Natam Baru semua beragama Islam.

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%) 1

2 3 4

SD SMP SMA Sarjana

3 7 14

6

10 23.33 46,66 20

Jumlah 30 100


(19)

Pendidikan merupakan hal terpenting dan merupakan modal utama yang wajib dimiliki oleh setiap individu karena tujuan dari pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahtraan individu itu sendiri. Berdasarkan data yang di sajikan pada tabel 5.3 dapat diketahui pendidikan formal terakhir yang di tempuh oleh responden.

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui jika mayoritas dari reponden yang telah menyelesaikan pendidikan formalnya hanya sampai jenjang sekolah menengah pertama saja, yaitu 14 orang atau sebesar 46,66% , sedangkan responden dengan tingkat pendidikan sekolah menengah pertama 7 orang atau sebesar 23,33 % , untuk sekolah dasar sebanyak 3 orang atau sebesar 10% dan untuk sarjana berjumlah 6 orang atau 20%. Banyakya Masyarakat yang memiliki pendidikan rendah disebabkan karna tidak mampu untuk melanjutkan sekolah sehinga mereka harus berhenti sekolah. Rendahnya tingkat pendidikan juga mempengaruhi mata pencaharian atau pekerjaan responden, yang rata-rata bekerja sebagai petani dan buruh tani.

Tabel 5.4

Distribusi Responden berdasarkan Suku Bangsa

No Suku Bangsa Jumlah Persentase(%)

1 2

Alas Gayo

15 10

50 33.33


(20)

Berdasarkan data yang di sajikan pada tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebanyak 15 orang ( 50%) responden suku Alas sedangkan 10 responden (33,33%) suku Gayo, 3 orang ( 10%) suku Jawa, dan suku paling sedikit yaitu karo 2 orang (6,67). Banyaknya variasi suku yang ada di desa Natam Baru ini karna yang tingal di desa Natam Baru rata-rata adalah pendatang, tetapi suku asli di desa Natam Baru iniadalah suku Alas.

Tabel 5.5

Distribusi Responden Menurut Jumlah Anak

No Suku Bangsa Jumlah Persentase(%)

1 2 3 4 5 0 1-2 3-4 5-6 7-8 5 4 6 4 2 16.67 13.33 20 13.33 6.67

Jumlah 30 100

Sumber Kusioner : 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.5 dapat diketahui distribusi responden berdasarkan jumlah anak. klasifikasi responden berdasarkan jumlah anak terbesar yaitu 3-4 anak berjumlah 6 orang atau sebesar 20%, responden yang tidak memiliki anak yaitu 5 orang atau 16,67%, responden dengan memiliki 1-2 anak dan 5-6 anak berjumlah 4 orang atau 13,33%. Responden yang memiliki lebih dari 7 anak berjumlah 2 orang atau sebesar 6,67%.


(21)

Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdarkan Mata Pencarian

No Mata pencaharian Jumlah Persentase % 1 2 3 4 5 PNS Wiraswasta/ Berdagang Pegawai swasta Petani

Ibu rumah tangga

3 8 4 10 5 10 26,67 13.33 33.33 16,67

Jumlah 30 100

Sumber Kusioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan dari tabel 5.7 dapat dilihat bahwa mata pencaharian terbesar respoden adalah sebagai petani yang berjumlah 10 orang atau sebesar 33,33%. Responden dengan mata pencaharian wiraswasta/berdagang sebanyak 8 orang atau sebesar 26,67%, responden dengan mata pencaharian PNS 3 orang atau sebanyak 10% dan 5 orang responden sebagai ibu rumah tangga atau sebanyak 16,67%. Jika dilihat dari pekerjaan responden tersebut rata-rata tidak memiliki penghasilan yang tetap atau cukup hal ini disebabkan karna lemahnya tingkat pendidikan dan minimnya lapangan pekerjaan, sehinga rata rata mereka bekerja sebagai petani dan wiraswasta.

Berdasarkan hasil dari penelitian salah satu perangkat desa yang menjabat sebagai sekretaris desa Natam Baru, mengatakan bahwa dia merasa kecewa terhadap


(22)

Berdasarkan informasi yang di dapat dari responden bahwa peyandang penyakit kusta di desa Natam Baru, rata-rata juga adalah bermata pencaharian sebagai petani, namun bedanya lahan yang di pakai para peyandang penyakit kusta untuk bertani merupakan bantuan dari WHO dan pemerintah.

5.3 Respon Masyarakat Terhadap Penyandang Penyakit Kusta di Desa Natam Baru Kecamatan Badar Kabupaten Aceh Tenggara

1. Persepsi

Persepsi masayrakat desa Natam Baru Kecamatan Badar adalah suatu proses kognitif yang menghasilkan suatu pemahaman tentang keberadaan peyandang penyakit kusta di desa Natam Baru Kecamatan Badar yang disajikan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 5.7

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang lingkungan Penyandang Penyakit Kusta

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2

Tahu

Kurang tahu

23 7

76,67 23,33

Jumlah 30 100

Sumber Kusioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.6 dapat diketahui bahwa mayoritas responden mengetahui tentang keberadaan lingkungan peyandang penyakit kusta sebanyak 23orang atau 76,67% dan yang menyatakan mereka kurang mengetahui sebanyak 7 orang atau 23,33%. Responden yang mengetahui yaitu masyrakat asli desa Natam Baru yang sudah lama tingal di desa Natam Baru.


(23)

Tabel 5.8

Pengetahuan Responden Mengenai Informasi Keberadaan Penyandang Penyakit Kusta

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2

Penyuluhan

Lainnya (melihat sendiri, media massa, warga setempat )

5 25

16,67 83,33

Jumlah 30 100

Sumber Kusioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.7 dapat diketahui pengetahuan responden tentang informasi keberadaan peyandang penyakit kusta, sebanyak 25 orang (83,33 %) setelah mendapatakan informasi peyandang penyakit kusta dari warga, tingginya pengetahuan responden mengenai informasi peyandang peyankit kusta juga di karnakan sebagian responden melihat sendiri peyandang penyakit kusta. Sedangkan sebanyak 5 orang (16,67%) medapatkan informasi melalui penyuluhan yaitu pada pertama kali peyandang penyakit kusta hadir ke desa Natam Baru, kemudian masyarakat takut dan menjadi pembicaraan yang tidak enak maka di adakan penyuluhan terhadap masyarakat tentang penyandang penyakit kusta di desa Natam Baru pada Tahun 1975


(24)

Tabel 5.9

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuam Tentang Tujuan Keberadaan Penyandang Penyakit Kusta di Desa Natam Baru

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Tahu

Kurang tahu Tidak tahu

20 3 7

66,7 10 23,33

Jumlah 30 100

Sumber Kusioner 2016

Berdasarkan data disajikan pada tabel 5.8sebanyak 20 responden atau 66,7% mengetahui tentang tujuan keberadaan peyandang penyakit kusta, 3 orang responden atau 10% tidak mengetahui tentang tujuan keberadaan peyandang penyakit kusta dan 7 orang responden atau 23.33% kurang tahu tentang peyandang penyakit kusta. . Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa responden yang mengetahui tujuan keberadaan peyandang penyakit kusta, karnaadanya rasa ingin tahu mengapa peyandang penyakit kusta bisa di tempatkan di desa Natam Baru, responden yang mengetahui tujuan keberadaan penyandang penyakit kusta mendapatkan informasi bahwa tujuan keberadaan peyandang penyakit kusta di desa Natam Baru adalah untuk jauh dari diskriminasi tempat asal mereka tingal.


(25)

Tabel 5.10

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Sejak Kapan Keberadaan Penyandang Penyakit Kusta Di Desa Natam Baru

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Tahu

Kurang tahu Tidak tahu

15 10 5

50 33,33 16,67

Jumlah 30 100

Sumbe Kusioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5.9 sebanyak 15 orang responden atau 50% tahu sejak kapan keberadaanpeyandang penyakit kusta di desa Natam Baru, sebanyak 10 orang atu 33,33% responden kurang tahu dan 5 orang atau 16,67% tidak tahu sejak kapan keberadaan peyandang penyakit kusta.Berdasarkan data tersebut , dapat diketahui informasi reponden yang mengetahui sejak kapan keberadaan peyandang penyakit kusta, yaitu pada tahun 1970 an peyandang penyakit kusta datang ke desa Natam Baru dan sampai sekarang mereka tingal di desa Natam Baru.


(26)

Tabel 5.11

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Pemerintah Meyediakan Pelayanan Rehabilitasi Penyandang Penyakit Kusta

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Tahu

Kurang tahu Tidak tahu

20 3 7

66,67 10 23,33

Jumlah 30 100

Sumber Kusioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.10 dapat diketahui bahwa 20 orang atau$ 66,67% mengetahui pemerintah menyediakan pelayanan rehabilitasi peyandang penyakit kusta, kemudian sebanyak 7 orang atau 23,33% menjawab kurang tahu, dan sebanyak 3 orang atau 10% tidak mengetahui pemerintah menyediakan pelayanan rehabilitasi terhadap peyandang penyakit kusta.

Berdasarkan dari data tersebut, dapat diketahui bahwa responden yang mengetahui tentang pemerintah menyediakan pelayanan rehabilitasi peyandang penyakit kusta mengetahui bahwa pemerintah yang menempatkan peyandang penyakit kusta di desa natam baru yaitu tujuan utamanya adalah untuk mudah mendapatkan pelayanan pengobatan dan rehabilitasi.


(27)

Tabel 5.12

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuaan Masyarakat Tentang Penyakit Kusta Adalah Penyakit Menular

No Kategori Frekuensi Persentase (%) 1

2 3

Tahu

Kurang tahu Tidak tahu

20 5 5

66,67 16,67 16,67

Jumlah 30 100

Sumber kusioner 2016

Berdsarkan data yang disajikan pada Tabel 5.11 dapat dilihat bahwa 20 orang atau 66,67% tahu tentang penyakit kusta adalah penyakit menular, 5 orang atau 16,67% kurang tahu karna mereka ragu ragu menjawab tahu dan 5 orang atau 16,67% tidak tahu tentang penyakit kusta. Dapat disimpulkan responden sudah mengetahui tentang penyakit kusta, mereka juga mengatakan walaupun penyakit tersebutmenular namunsekarang sudah tidak lagi karna peyandang penyakit kusta sudah dicegah melalui obat serta sudah di putuskan mata rantai penularanya.


(28)

2. Sikap

Tabel 5.13

Penilaian Responden Tentang Keberadaan Peyandang Penyakit Kusta

No Kategori Frekuensi Persentase(%)

1 2 3

Baik

Kurang baik Tidak baik

15 10 5

50 33,33 16,67

Jumlah 30 100

Sumber kusioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.12 dapat diketahui bagaimana penilaian responden terhadap keberadaan peyandang penyakit kusta. Dari 30 responden Sebanyak 15 orang atau 50% menilai baik, 10 orang atau 33,33% menilai kurang baik, dan 5 orang menilai tidak baik. Alasan responden menjawab kurang baik karna dulu peyandang penyakit kusta mau membuat keributan, namun sekarang karna mereka mendapat arahan dari perangkat desa, salah satunya sekretaris desa yang mengarahkan mereka untuk bisa berprilaku baik, kemudian alasan responden yang menjawab tidak baikkarna para peyandang penyakit kusta terkadang mau marah bila masyarakat bermain ke lingkungan peyandang penyakit kusta tersebut, sebagian responden yang menjawab tidak baik alasanya karna para responden pernah melihat peyandang penyakit kusta pernah menjual beras yang di dapat dari jatah hidup yang diberikan dinas sosial, padahal kata responden beras itu bisa di simpan untuk kebutuhan hari-hari berikutnya.


(29)

Tabel 5.14

Distribusi Responden Berdasarkan Setuju Adanya Lingkungan Penyandang Penyakit Kusta Di Desa Natan Baru

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Setuju

Kurang setuju Tidak setuju

15 10 5

50 33,33 16,67

Jumlah 30 100

Sumber Kusioner 2016

Berdasarkan data yang telah disajikan pada Tabel 5.13 dapat diketahui bahwa 15orang setuju, 10 orang atau 33,33% kurang setuju, alasanya karna mereka terpaksa menerima peyandang penyakit kusta yang sudah berada di desa mereka, sementara 5 orang atau 16,67% tidak setuju, alasanya karna merasa takut terhadap peyandang penyakit kusta, dan 15 orang atau 50% responden setuju terhadap keberadaan peyandang penyakit kusta. Berdasarkan data yang diproleh dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden bisa menerima kehadiran peyandang penyakit kusta.


(30)

dan merasa risih akan kehadiran peyandang penyakit kusta di desa mereka. Sementara yang menjawab setuju para peyandang penyakit kusta tidak selalu di asingkan, karna responden sudah mengetahui bahwa penyakit kusta sudah bisa disembuhkan dan tidak perlu diasingkan.

Dari data yang diproleh bahwa masih ada nmasyarakat yang setuju kalau peyandang penyakit kusta di asingkan, maka dengan kata lain bahwa masih ada diksiminasi masyarakat tentang penyankit kusta, oleh karna itu stigma pun masih ada di kalangan masyarakat dan penyandang penyakit kusta.

Tabel 5.15

Distribusi RespondenBerdasarkan Penilaian Penyandang Penyakit Kusta Tidak Akan Selalu Di Asingkan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Setuju

Kurang setuju Tidak setuju

13 3 14

43,33 10 46,67

Jumlah 30 100

Sumber Kusioner 2016

Penilaiaan RespondenTentang Tidak Menyebut Penyakit Kusta Sebagai Penyakit Kutukan

Berdasarkan data yang diproleh diketahui bahwa sebanyak 30 orang ( 100%) responden menyatakan setuju, setuju tidak menyebut penyakit kusta sebagai penyakit kutukan. Alasanya adalah penyakit kusta memang menular tetapi bukan penyakit kutukan dan penyakit kusta adalah penyakit yang didapatkan melalui


(31)

keturunan keluarga, akan tetapi walaupun penyakit tersebut berasal dari keturunan namun sekarang sudah tidak menular lagi karna peyandang penyakit kusta sudah diobati, bahkan anak istri mereka juga sudah tidak ada yang tertular penyakit kusta.

Tabel 5.16

Penilaian Responden Tentang Tidak Takut Untuk Berjabat Tangan dengan Penyandang Penyakit Kusta

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Setuju

Kurang setuju Tidak setuju

9 6 15

30 20 50

Jumlah 30 100

Sumber Kusioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.16 diketahui sebanyak 9 orang ( 30%) menjawab setuju, sebanyak 6 orang (20%) kurang setuju, dan 15 orang (50%) menjawab tidak setuju.Alasan Responden menjawab kurang setujun karna mereka terpaksa untuk berjabat tangan, kemudian responden yang menjawab tidak setuju karna takut dan jijik terhadap cacat yang diderita peyandang penyakit kusta.Berdasrkan dari informasi yang didapat para masyarakat takut untuk berjabat tangan dengan peyandang penyakit kusta dan kalaupun berjabat tangan mereka


(32)

Tabel 5.17

Penilaian Responden Tentang Perasaan Tidak Jijik Kepada Penyandang Penyakit Kusta

No Kategori Frekuensi Persentase

1 2

Setuju Tidak setuju

15 15

50 50

Jumlah 30 100

Sumber Kusioner 2016

Berdsarkan data yang disajikan pada tabel 5.17 diketahui bahwa sebanyak 15 orang ( 50%) setuju, alsanya karna mereka tidak ada kenampakan yang menjjikan pada penyandang penyakit kusta dan 15 orang ( 50%) menjawab tidak setuju, alasan responden tidak setuju jika tidak jijik terhadap peyandang penyakit kusta, karna responden melihat cacat yang mengerikan terhadap peyandang penyakit kusta maka mereka merasa jijik.

3. Partisipasi

Berdasarkan data yang disajikan oleh tabel 5.18 dapat diketahui bahwa sebanyak 25 orang (83,33) menjawab setuju, dan sebanyak 5 orang ( 16,67%) menjawab tidak setuju. Dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab setuju, memiliki partisipasi yang baik terhadap peyandang penyakit kusta. Sementara alaasan responden menjawab kurang setuju karna mereka hadir tetapi kurang memperhatikan peyandang kusta yang hadir dan tidak hadir di acara pertemuan tersebut.


(33)

Tabel 5.18

Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Pertemuaan Dua Belah Pihak antara Masyrakat dengan Penyandang Penyakit Kusta No

Kategori Frekuensi Persentase (%) 1

2

Setuju

Kurang setuju

25 5

83,33 16,67

Jumlah 30 100

Sumber Kusioner 2016

Tabel 5.19

Distribusi Responden Berdasarkan Acara Pertemuan Dua Belah Pihak

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2

Musawarah desa Sosialisasi

20 10

66,67 33,33

Jumlah 30 100

Sumber Kusioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan dari tabel 5.19 diketahui bahwa sebanyak 20 orang (66,67 %) hadir dalam musawarah desa dan 10 orang ( 33,33%) hadir di


(34)

dan peyandang penyakit kusta juga jarang hadir ke acara sosialisasi dan musawarah desa.

Tabel 5.20

Distribusi Responden Berdasrkan Partisipasi Jika Mengadakan Acara Hajatan Akan Mengundang Penyandang Penyakit Kusta

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Setuju

Kurang setuju Tidak setuju

3 22

5

10 73.33 16,67

Jumlah 30 100

Sumber Kusioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan dari tabel 5.20 dapat diketahui bahwa sebanyak 3 orang (10%) menjawab tidak setuju, sebanyak 22 orang (73,33 %) menjawab kurang setuju, dan sebanyak 5 orang ( 16,67 %) menjawab setuju. Berdasrakan data yang diproleh ketahui bahwa hampir semua masyrakat menjawab kurang setuju, bila mengadakan acara hajatan akan mengundang peyandnag penyakit kusta, alsanya adalah bahwa masyarakat desa Natam Baru mau mengundang tetapi peyandang penyakit kusta tidak mau hadir ke acara hajatan mereka, alasanya peyandnag penyakit kusta tidak mau hadir karna peyandang penyakit kusta malu dan sungkan untuk datang ke acara hajatan yag dibuat oleh responden.


(35)

Tabel 5.21

Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Datang Ke Acara Hajatan Penyandang Penyakit Kusta

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Setuju

Kurang setuju Tidak setuju

5 20

5

16,67 66,67 16,67

Jumlah 30 100

Sumber kusioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.21 diketahui sebanyak 5 orang (16,67%) setuju, sebanyak 20 orang (66,67%) kurang setuju, dan 5 orang (16,67%) tidak setuju. Dari data yag di proleh hampir semua masyarakat menjawab kurang setuju bila di undang peyandang penyakit kusta hadir ke acara hajatan peyandang penyakit kusta,alasanya karna peyandang penyakit kusta hanya mengundang sesama penyakit kusta yang ada di lingkungan mereka dan hanya mengundang kerabat dekat mereka tetapi para responden ini mau hadir bila di undang peyandang penyakit kusta, sayang nya peyandang penyakit kusta ini merasa minder. Responden yang menjawab kurang setuju hadir di acara hajatan peyandang penyakit kusta bahwa alasanya, karna merasa sedikit ada perasaan jijik terhadap peyandang


(36)

Tabel 5.22

Distribusi Responden Berdasrkan Partisipasi Terhadap Dagangan Penyandang Penyakit Kusta

No Kategori Frekuensi Persentase (%) 1

2

Setuju

Kurang setuju

5 25

16,67 83,33

Jumlah 30 100

Sumber Kusioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan dari tabel 5.22 diketahui bahwa sebanyak 5 orang (16,67%) setuju dan sebanyak 25 orang (83,33%) kurang setuju. Alasan hampir semua masyarakat menjawab kurang setuju karna mereka sebenarnya mau membeli barang dagangan peyankit kusta, tetapi peyandang penyakit kusta tidak berani menjualnya langsung ke masyarakat melainkan barang dagangan nya di titipkan ke saudaranya yang sehat, banyak juga yang berjualan hanya saja berada di lingkungan peyandang penyakit kusta saja.

Partisipasi Respon Bergotong Royong Bersama dengan Penyandang Penyakit Kusta

Dari data yang di proleh, bahwa sebanyak 30 orang (100%) pernah bergotong royong bersama.Dapat disimpulkan maysrakat desa natam baru memiliki partisipasi yang baik terhadap peyandang penyakit kusta, dengan ada nya gotong royong bersama maka dapata mengurangistigma yang ada pada peyandang penyakit kusta.Dengan mengetahui partisipasi masyarakat gotong royong bersama peyandang


(37)

peyankit kusta, dapat diketahui bahwa sosialisasi masyarakat dan peyandang penyakit kusta terlihat baik.

5.4Analisis Data Kuantitatif Respon Masyrakat Terhadap peyandang penyakit Kusta

Setelah hasil kuesioner dianalisis dari kuesioner yang telah dibagikan, maka pada bagian ini variabel yang sama akan dianalisis secara kuantitatif melalui pemberian skor dengan menggunakan skala likert. Pemberian skor data dilakukan mulai dari respon negatif, respon netral, dan respon positif dengan ketentuan:

1. Skor tidak tahu / tidak setuju (negatif) adalah -1. 2. Skor kurang tahu / kurang setuju (netral) adalah 0. 3. Skor tahu / setuju adalah 1.

Dari data yang telah dianalisis kemudian dapat diklasifikasikan apakah persepsi, sikap, dan partisipasi bernilai positif, netral, atau negatif dengan menentukan interval kelas seperti yang terlihat pada uraian berikut ini:

Interval Kelas (I) =

Banyak Kelas

Nilai Tertinggi (H) – Nilai Terendah (L)

= 3 1-(-1)

= 0,66


(38)

5.4.1. Persepsi Masyarakat

Pemberian skor variabel persepsi masyarakat terhadap peyandang penyakit kusta, merupakan variabel awal dalam mengukur respon. Hasil skor variabel persepsi (V1) merupakan hasil rata-rata ∑ skor variabel persepsi :dengan hasil jumlah sub variabel persepsi. Jumlah sub variabel persepsi ada 6 sub variable. Sehingga rata-rata V1 = ∑ skor variabel : 6 ( Lihat lampiran). Data pemberian skor ada pada tabel berikut :

Tabel 5.23

Distribusi Persepsi Masyarakat Terhadap Penyandang Penyakit Kusta di desa Natam Baru

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Positif Netral Negatif

19 6 5

63,33 20 16,66

Jumlah 30 100

Sumber Kusioner 2016

Dari data yang di sajikan pada tabel 5.23 dapat diketahui bahwa sebanyak 19 responden atau 63,33% memiliki persepsi positif terhadap peyandang penyakit kusta, 6 responden atau 20% responden memiliki persepsi netral terhadap peyandang penyakit kusta, dan sebanyak 5 responden atau 16,66% responden memiliki persepsi negatif.


(39)

Untuk mengetahui apakah persepsi masyarakat terhadap peyandang penyakit kusta termasuk respon positif, netral, ataupun negatif, maka dilakukan analisa dengan memberikan nilai 1 pada respon positif, nilai 0 pada respon netral, dan nilai -1 pada respon negatif lalu dibagi dengan jumlah total responden. Pada uraian dibawah dapat dilihat hasil akhir dari persepsi, apakah persepsi positif, netral, ataupun negatif dengan adanya batasan nilai pada skala likert:

Persepsi Positif : 19 x 1 = 19 Persepsi Netral : 6 x 0 = 0 Persepsi Negatif: 5 x 1 = -5 +

= 14 / 30 = 0,46

( Persepsi Masyarakat Positif Yaitu 0,46 karna berada diantara 0,33 sampai dengan 1,0 )

Berdasarkan hasil skala likert tersebut dapat dikettahui bahwa persepsi masyrakat terhada peyandang penyakit kusta mendapatkan respon positif, hal ini dikarnakan responden tahu dan paham mengenai peyandang penyakit kusta yang ada di desa Natam Baru walaupun secara umum saja tentang penyakit kusta, namun masyrakat sudah mengetahui bahwa penyakit kusta bisa di obati dan memutuskan mata rantai penularannya.


(40)

sikap. Jumlah sub variabel sikap ada 6 sub variable. Sehingga rata-rata V2 = ∑ skor variabel : 6 ( Lihat lampiran). Data pemberian skor ada pada tabel berikut :

Tabel 5.24

Distribusi Sikap Masyarakat Terhadap Penyandang Penyakit Kusta di desa Natam Baru

No Kategori Frekuensi Persentase (%) 1

2 3

Positif Netral Negatif

13 8 9

43,33 26,66 30

Jumlah 30 100

Sumber Kusioner 2016

Dari data yang di sajikan pada tabel 5.24 dapat diketahui bahwa sebanyak 13 responden atau 43,33% memiliki sikap positif terhadap peyandang penyakit kusta, 8 responden atau 26,66% responden memiliki persepsi netral terhadap peyandang penyakit kusta, dan sebanyak 9 responden atau 30% responden memiliki sikap negatif.

Untuk mengetahui apakah sikap masyarakat terhadap peyandang penyakit kusta termasuk respon positif, netral, ataupun negatif, maka dilakukan analisa dengan memberikan nilai 1 pada respon positif, nilai 0 pada respon netral, dan nilai -1 pada respon negatif lalu dibagi dengan jumlah total responden. Pada uraian dibawah dapat dilihat hasil akhir dari sikap, apakah sikap positif, netral, ataupun negatif dengan adanya batasan nilai pada skala likert:


(41)

Persepsi Positif : 13 x 1 = 13 Persepsi Netral : 8 x 0 = 0 Persepsi Negatif : 9 x 1 = -9 +

= 4 / 30 = 0,13

( Sikap Masyrakat Positif Yaitu 0,13karna berada diantara 0,33 sampai dengan 1,0 )

Berdasarkan hasil skala likert tersebut dapat diketahui bahwa sikap masyrakat terhadap peyandang penyakit kusta mendapatkan respon positif, hal ini dikarnakan masyarakat menerima kehadiran peyandang penyakit kusta di desa Natam Baru walaupun awal kehadiran pertama kali peyandang penyakit kusta menjadi momok masyarakat tidak hanya di desa Natam Baru tetapi seluruh Aceh Tenggara dan membutuhkan beberapa waktu untuk menerima kehadiran peyandang penyakit kusta di lingkungan mereka, namun sekarang masyarakat desa Natam Baru sudah bisa menerima dan memiliki sikap yang baik dengan peyandang penyakit kusta.

5.2.3 Partisipasi Masyarkat

Pemberian skor variabel partisipasimasyarakat terhadap peyandang penyakit kusta, merupakan variabel ketiga dalam mengukur respon. Hasil skor variabel partisipasi (V3) merupakan hasil rata-rata ∑ skor variabel partisipasi:dengan hasil


(42)

Tabel 5.25

Distribusi Partisipasi Masyarakat Terhadap Penyandang Penyakit Kusta di desa Natam Baru

No Kategori Frekuensi Persentase (%) 1

2 3

Positif Netral Negatif

9 16

5

30 53,33 16,66

Jumlah 30 100

Sumber Kusioner 2016

Dari data yang di sajikan pada tabel 5.24 dapat diketahui bahwa sebanyak 9 responden atau 30% memiliki partisipasi positif terhadap peyandang penyakit kusta, 16 responden atau 53,33% responden memiliki partisipasi netral terhadap peyandang penyakit kusta, dan sebanyak 5 responden atau 16,66% responden memiliki partisipasi negatif.

Untuk mengetahui apakah partisipasi terhadap peyandang penyakit kusta termasuk respon positif, netral, ataupun negatif, maka dilakukan analisa dengan memberikan nilai 1 pada respon positif, nilai 0 pada respon netral, dan nilai -1 pada respon negatif lalu dibagi dengan jumlah total responden. Pada uraian dibawah dapat dilihat hasil akhir dari partisipasi, apakah persepsi positif, netral, ataupun negatif dengan adanya batasan nilai pada skala likert:

Persepsi Positif : 9 x 1 = 9 Persepsi Netral : 16 x 0 = 0 Persepsi Negatif : 5 x 1 = -5 +


(43)

= 5 / 30 = 0,16

( Partisipasi Masyarakat Positif Yaitu 0,16 karna berada diantara 0,33 sampai dengan 1,0 )

Berdasarkan hasil skala likert tersebut dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat terhadap peyandang penyakit kusta mendapatkan respon positif, hal ini dikarnakan masyarakat memiliki sosialisasi yang baik dengan peyandang penyakit kusta dan memiliki solidaritas yang baik di desa Natam Baru, Masyarkat desa Natam Baru juga berperan langsung dengan peyandang penyakit kusta dalam mengurus desa Natam Baru.

Jika kuantitatif data dilakukan secara menyeluruh dengan menggunakan skala liket, maka dapat dilihat rata-rata respon keseluruhan dari penelitian respon masyrakat terhadap peyandang penyakit kusta di desa Natam Baru Kecamatan Aceh Tenggara. Jadi, persepsi Masyrakat + sikap masyarakat + partisipasi masyrakat dibagi dengan banyak kelas yaitu :

= ( 0,46 + 0,13 + 0,16 ) : 3 = 0,75 : 3

= 0,25

Maka hasil keseluruhan antara persepsi masyrakat, sikap masyrakat dan partisipasi masyrakat yaitu 0,25. Karna berada diantara -0,33 sampai dengan 0,33,


(44)

( Jadi , Respon Masyarakat terhadap Peyandang Penyakit Kusta di desa Natam Baru Kecamatan Badar Kabupaten Aceh Tenggara adalah Netral karena berada diantara -0,33 sampai dengan 0,33 ).


(45)

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, dapat dirumuskan hasil penelitian dalam bentuk kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari aspek persepsi masyarakat terhadap peyandang penyakit kusta, hasil analisis data dapat diketahui bahwa persepsi masyarakat terhadap peyandang penyakit kusta adalah posistif. Hal tersebut dapat dilihat dari responden mengetahui tentang penyakit kusta dan keberadaan peyandang penyakit kusta di desa Natam Baru Kecamatan Badar Kabupaten Aceh Tenggara, masyarakat juga mengetahui bahwa penyakit kusta memang menular namun masyarakat tahu bahwa penyakit kusta bisa di putuskan penularannya dengan melakukan pengobatan.

2. Dari aspek sikap masyarakat terhadap peyandang penyakit kusta, hasil analisis data diketahui bahwa sikap masyarakat terhadap peyandang penyakit kusta mendapatkan respon positif dari responden. Hal tersebut dapat dilihat dari penilaian responden tentang keberadaan peyandang penyakit kusta di desa Natam Baru yang mengangap di terima oleh masyarakat desa Natam Baru.

3. Dari aspek partisipasi masyarakat terhadap peyandang penyakit kusta , hasil analisis data dapat diketahui bahwa respon masyarakat terhadap payandang penyakit kusta mendapatkan nilai positif dari responden. Hal tersebut dapat


(46)

positif dan partisipasi masyarakat yang mendapatkan nilai positif, dan partisipasi masyarakat yang mendapatkan respon negatif. Jadi dari segala keseluruhan respon masyarakat terhadap peyandang penyakit kusta di desa Natam Baru Kecamatan Badar Kabupaten Aceh Tenggara mendapatkan respon netral.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah disajikan sebelumnya, penulis mengajukan saran sebagai berikut :

Respon masyrakat terhadap peyandang penyakit kusta di desa Natam Baru Kecamatan Badar Kabupaten Aceh Tenggara, diharapkan masyarakat tetap menjaga sosiaisasi yang baik terhadap peyandang penyakit kusta di desa Natam Baru seperti, bergotong royong bersama. Pemerintah juga diharapkan bisa membuat suatu sosialisasi antara masyarakat dengan peyandang penyakit kusta di desa Natam Baru yang tujuan nya untuk menghindari rasa minder peyandang penyakit kusta dengan masyrakat desa Natam Baru agar terciptanya lingkungan yang menyatu dan bebas stigma sosial.


(47)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respon

Respon berasal dari kata respon yang berarti jawaban, balasan, atau tanggapan.Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan difinisi respon adalah berupa tangapan, reaksi, dan jawaban.Respon bermula dari adanya tindakan pengamatan yang menghasilkan suatu kesan sehinga konsep respon manusia lebih banyak dikemukakan oleh bidang-bidang ilmu social yang melihat respon pada tindakan dan prilaku individu, kelompok, atau masyarakat.

Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon seseorang,yaitu:

a. Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan interprestasi tentang apa yang dilihat itu, ia dipengaruhi oleh sikap ,motif, kepentingan, dan harapannya.

b. Sasaran respon tersebut berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya.Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindakan-tindakan, dan ciri-ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang.

c. Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana respon itu timbul mendapat perhatiaan. Situasi merupakan faktor yang


(48)

Konsep respon manusia lebih banyak dikemukakan oleh bidang-bidang ilmu sosial yang melihat respon pada tindakan dan prilaku individu,kelompok,atau masyarakat.Secara keseluruhan respon individu atau kelompok terhadap situasi fisik dan nonfisikdapat dilihat dari tigatingkatan.yaitu persepsi,sikap dan tindakan.Simon dalam wijaya membagi respon seseorang atau kelompok terhadap program pembangunan mencakup tiga hal,yaitu :

1. Persepsi, berupa tindakan penilaian (dalam benak seseorang) terhadap baik buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan diterima dari adanya objek tersebut.

2. Sikap, berupa ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau menolak objek yang dipersiapkan.

3. Tindakan partisipasi, melakukan kegiatan nyata untuk peran serta atau tindakan terhadap suatu kegiatan yang terkait dengan objek tersebut

2.2 Persepsi

Persepsi menurut McMahon adalah proses menginterprestasikan rangsang (input) dengan mengunakan alat penerima informasi (sensor information). Sedangakan menurut Morgan, King dan Robirson persepsi menunjuk pada bagaimana kita melihat,mendengar,merasakan,mengecap dan mencium dunia sekitar kita dengan kata lain persepsi dapat pula didefiniskan sebagai segala sesuatu yang dialami oleh manusia.


(49)

2.3 Sikap

Sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial La Pierre (dalam Azwar, 2003), atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.Lebih lanjut Soetarno (1994) memberikan definisi sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiswa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.Selain itu,dalam kejadian sikap telah diketahui bahwa sikap tersebut dapat bersifat positif dan dapat pula bersikap negatif.

Sikap negatif memunculkan kecendrungan untuk menjauhi menghindari, ataupun tidak menyukai keberadaan suatu objek. Sedang sikap positif memunculkan kecendrungan untuk menyayangi,mendekati,menerima atau bahkan mengharapkan kehadiran objek tertentu(Mueller,1996).

Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut:

1. Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek-objek.Tidak ada sikap yang tanpa objek. Objek ini bisa merupakan benda,orang,ideologi,nilai-nilai sosial,lembaga masyarakat dan sebagainya.

2. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi berdasarkan pengalaman dan latihan.

3. Karna sikap dapat dipelajari,maka sikap dapat berubah-ubah,meskipun relatif sulit berubah.


(50)

2.4 Partisipasi

Partisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu participation yang artinya mengambil bagian.Partisipasi adalah suatu proses sikap mental dimana orang orang atau anggota msyarakat aktif meyumbang aktifitas dan inisiatifnya dalam usaha meningkatkan kualitas hidupnya (sobur, 2003:450). Menurut Winardi (1990: 202), “partisipasi secara formal dapat didefinisikan sebagai: keikutsertaannya seseorang, baik secara mental maupun emosional untuk memberikan sumbangsih kepada proses pembuatan keputusan, terutama mengenai persoalan-persoalan dimana keterlibatan pribadi orang yang bersangkutan berada dan orang yang bersangkutan melaksanakan tanggung jawabnya untuk melakukan hal tersebut”. Dari pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa keterlibatan masyarakat merupakan keterlibatan mental dan emosional, lebih dari keterlibatan fisik,keterlibatan secara mental berarti keterlibatan sebagai suatu kebiasaan hidup di suatu lingkungan tertentu.Sedangkan keterlibatan secara emosional berarti keterlibatan yang benar-benar dirasakan, yang timbul dari hati atau perasaan seseorang sebagai kepentingan bersama.

2.5 Masyarakat

Masyarakat yaitu sekumpulan orang yang, terdiri dari berbagai kalangan, baik golongan mampu ataupun golongan tak mampu, yang tinggal di dalam satu wilayah dan telah memiliki hukum adat, norma-norma serta berbagai peraturan yang siap untuk ditaati.Masyarakat adalah kumpulan manusia yang membentuk suatu kelompok yang hidup bersama-sama dan saling membantu satu sama lain dalam hubungannya atau saling berinteraksi. Jadi Masyarakat adalah bentuk pengelompokkan manusia yang menunjukkan aktivitas-aktivitas bersama yang tampak dalam interaksi diantara anggota-anggota kelompok tersebut, dimana


(51)

kebutuhan-kebutuhan anggota kelompok hanya dapat dipenuhi dengan jalan berinteraksi dengan individu-individu lainnya.

Dalam ilmu sosiologi kita mengenal ada dua macam masyarakat, yaitu masyarakat paguyuban dan masyarakat petambayan.Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi antara anggota- anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara mereka.Kalau pada masyarakat patambayan terdapat hubungan pamrih antara anggota-angota nya.

Pengertian masyarakat menurut definisi para ahli : 1. Emile Durkheim

Jika Menurut Emile Durkheim, pengertian masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif dari individu-individu yang merupakan anggotanya.

2. Karl Marx

Dari sudut pandang Karl Marx, Menurut Karl Marx pengertian masyarakat merupakan suatu sturktur yang mengalami ketegangan organisasi maupun perkembangan karena adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terpecah secara ekonomi.

3. M. J. Herkovits

Sedangkan Menurut M. J. Herkovits, pengertian masyarakat merupakan kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti suatu cara hidup tertentu.


(52)

5. Max Weber

Pengertian masyarakat merupakan suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nila yang dominan pada warganya sendiri. 6. Selo Soemardjan

Pengertian masyarakat merupakan orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan..

Unsur-unsur suatu masyarakat :

a. Harus ada perkumpulan manusia dan harus banyak

b. Telah bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah tertentu.

c. Adanya aturan atau undang-undang yang mengatur masyarakat untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.

2.6 Kusta

Kusta termasuk salah satu penyakit tertua di dunia. Kata kusta berasal dari bahasa India 'kustha', yang dikenal 1400 sebelum masehi sebagai penyakit menular tidak fatal yang mengenai kulit, sistem saraf tepi, saluran pernapasan bagian atas, mata, dan buah zakar. Kusta dikenal juga sebagai lepra, yang disebut dalam Alkitab berasal dari bahasa Hebrew, 'zaraath', yang sebetulnya mencakup berbagai penyakit kulit lainnya. Nama lain untuk penyakit ini adalah penyakit Hansen, yang merupakan nama penemu bakteri penyebab kusta (Mycobaterium leprae): G.A. Hansen.

Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat, artinya: bakteri tersebut harus berada di dalam sel makhluk hidup untuk dapat berkembang biak. Penyebab kusta adalah kuman Mycobacterium leprae, merupakan bakteri berbentuk batang yang tahan asam. Bakteri ditemukan pada manusia, binatang armadilo, dan pada


(53)

tempat-tempat tertentu seperti pada tumbuhan. Bakteri memproduksi racun yang tidak diketahui dan dapat beradaptasi untuk menembus dan hidup di dalam sel darah putih manusia yang berfungsi dalam memakan kuman dan dapat hidup diluar tubuh manusia selama berbulan-bulan.

Penularan berhubungan dengan kemiskinan, tempat tinggal di pedesaan dan kepadatan penduduk.Kebanyakan orang secara alami kebal terhadap infeksi kusta dan tidak menunjukkan gejala penyakit setelah terinfeksi.Puncak dimulainya penyakit kusta biasanya pada dekade kedua dan ketiga kehidupan.Bentuk kusta yang parah (Lepromatous Leprosy) lebih sering ditemukan pada pria dibandingkan dengan wanita, dan jarang sekali ditemukan pada anak-anak. Bentuk kusta yang ditemukan di Asia Tenggara adalah 50 % .

Kusta merupakan penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan dalam jangka waktu cukup lama, yaitu 6-12 bulan. Pengobatan umumnya menggunakan multiple drug therapy (menggunakan gabungan beberapa obat).Pencegahan kusta dapat dilakukan dengan pemberian vaksin BCG tetapi efektivitasnya bervariasi pada masing-masing individu, yaitu antara tidak efektif sampai 80% efektif.Pada tahun 1998 WHO me-nambahkan 3 obat antibiotik lain untuk pe-ngobatan altematif.

Pengobatan untuk kusta baru dimulai pada tahun 1971. Pada saat ini ada berbagai macam dan cara MDT, dilaksanakan di Indonesia sesuai rekomendasi WHO, dengan obat alternatif se-jalan dengan kebutuhan dan kemampuan. Yang paling dirisaukan ialah resistensi terhadap DDS karena DDS adalah obat antikusta


(54)

Timur, Papua, Sulawesi Selatan, dan Maluku.Kusta merupakan penyakit yang ditakuti karena dapat menyebabkan luka bergaung yang sukar sembuh, perubahan bentuk anggota gerak dan wajah, dan kerusakan saraf dan otot.

2.7 Stigma

2.7.1 Pengertian Stigma

Stigma adalah satu cacat atau cela pada karakter seseorang, stigma merupakan kata benda yang artinya noda. Sedangkan stigmasisisasi adalah kata keteragan yang artinya merupakan noda, menodai. Jadi perbedaan antara stigmas dan stigmatisasi adalah stigma kata benda sedangkan stigmatisasi kata keterangan. Menurut Pfuhl (dalam Simajuntak; 2005) proses pemberian stigmaayang dilakukan masyarakat terjadi melalui tiga tahapyaitu;

1) Prosesinterpretasi,pelanggarannormayangterjadidalammasyarakattidak

semuanya mendapatkan stigma dari masyarakat, tetapi hanyapelanggaran norma yang diinterpretasikan oleh masyarakat sebagai suatupenyimpangan perilaku yang dapat menimbulkanstigma.

2) Proses pendefinisian orang yang dianggap berperilaku menyimpang,setelah pada tahap pertama dilakukan dimana terjadinya interpretasi terhadapperilaku yang menyimpang, maka tahapselanjutnya adalah proses pendefinisianorang yang dianggap berperilaku menyimpang olehmasyarakat.

3) Perilaku diskriminasi, tahap selanjutnya setelah proses kedua dilakukan, maka masyarakat memberikan perlakuan yang bersifat membedakan (diskriminasi).

Melakukan stigmatisasi kepada orang lain dapat memberikan beberapa fungsi bagi individu termasuk meningkatkan harga diri, meningkatkan kendali sosial, menahan kecemasan. Stigmatisasi dapat meningkatkan harga diri melalui proses pembandingan ke bawah (menahan kelemahan orang lain) (Will, dalam Heatherton;


(55)

2003). Mengacu pada teori perbandingan ke bawah, yaitu membandingkan diri sendiri dengan orang lain dapat meningkatkan perasaan berharga seseorang dan karenanya dapat meningkatkan harga dirinya. Pembandingan ke bawah dapat berlangsung dalam bentuk pasif (seperti mencari kekurangan orang lain dalam bidang-bidang tertentu) atau juga berlangsung dalam bentuk aktif (seperti membentuk kondisi yang tidak menguntungkan orang lain melalui diskriminasi).

2.7.2 Stigma Internal

Brown et al. (dalam Hasan, Nath, Khan, Akram, & Gomes, 2012)mendefinisikan stigma internal sebagai rasa takut baik sungguhan maupunyang diimajinasikan terhadap sikap sosial dan potensi tindak diskriminasiyang akan muncul sebagai dampak dari atribut atas penyakit yang tidakdiinginan (misalnya HIV) atau akibat dari asosiasi pada kelompok atauperilaku tertentu.Salah satu cara untuk memahami stigma internal berkaitandengan HIV/AIDS adalah dengan melihatnya sebagai hasildari interaksi kompleks antara faktor sosial (ekonomi, budaya,denah politik, akses terhadap pelayanan pencegahan danProyek Siyam’kela dan Mo Kexteya (dalam Brourad & Wills, 2006) yang mempelajari beragam aspek stigma internal berkaitan denganHIV/AIDS di Afrika Selatan, membuat kerangka dimensi stigma internalyaitu :

1. Perception of self


(56)

Karena status HIV-positif yang dimiliki ODHA memilih untukmenarik diri dari berbagai pelayanan dan kesempatan yang adameliputi jasa yang diberikan klinik kesehatan, support group, danprogram bantuan materil.

3. Subterfuge

Stigma internal mempengaruhi ODHA untuk menjaga perilakumereka untuk menghindari stigmatisasi atau mencegah agar statusHIV mereka tidak diketahui orang lain. Hal ini dilakukan denganmenyembunyikan status HIV atau orientasi seksual mereka padaorang lain. Hal ini juga menyebabkan ODHA untuk terusmelakukan perilaku beresiko karena mereka merasa takutperubahan perilaku dapat menimbulkan kecurigaan dan stigma.

4. Social Withdrawal

Merupakan isolasi yang dibebankan pada dirinya sendiri olehODHA, menyebabkan mereka untuk menarik diri dari hubunganinterpersonal dan mengindari beragam setting sosial.

5. Over compenastion

Terdapat kebutuhan pada ODHA untuk membuktikan bahwamereka adalah orang yang ‘baik’ dengan melakukan hal-hal yangdinilai baik berdasarkan standar moral yang berlaku. Beberapamerasa harus bisa membuktikan bahwa mereka tetap dapatberkontribusi meski berstatus HIV-positif.

6. Fear of disclosure

ODHA merasa sulit untuk mengungkapkan status mereka karenamerasa takut terhadap penilaian dan penolakan dari masyarakatsekitar.


(57)

2.7.3 Stigma Eksternal

Dikenal juga sebagai enacted stigma merupakan bentuk lain daristigma. Stigma eksternal dideskripsikan sebagai proses yang bergerakmelebihi sekedar persepsi dan sikap sehingga mencapai bentuk tindakan.Stigma eksternal secara konsisten mengikuti pola tiga langkah yaitu :

(1)Mengidentifikasi orang yang terinfeksi HIV, (2) Membuat jarak denganorang-orang tersebut, dan

(3) membatasi atau tidak mengikutsertakanorang-orang tersebut.

Detail pola tersebut mungkin berbeda dalam tiap-tiapkasus di tiap-tiap negara namun pola keseluruhannya tetap sama. Tes HIVyang diikuti pelanggaran hak kerahasiaan merupakan suatu bentuk enactedstigma begitu juga dengan tindak labeling, penghindaran,isolasi dan segrerasi ODHA(Morrison, 2006).Enacted stigma merujuk pada sanksi yang secara individual maupunkolektif diberikan kepada seseorang berdasarkan keanggotaan atauanggapan sebagai anggota dari kelompok tertentu (Morris, 2003).

Enactedstigma dapat mengambil bentuk diskriminasi halus seperti gosip, tidakmemperlakukan ODHA dengan hormat, atau menjauhi mereka (Visser,Makin, Vandormael, Sikkema, & Forsyth, 2009). Sedangkan Bunn,Solomon, Miller, dan Forehand (2007) menyatakan bahwa enacted stigmamerujuk pada pengalaman aktual berkaitan dengan prasangka, pemberianstereotip, maupun diskriminasi misalnya kehilangan hubungan pertemanansetelah memberitahukan status HIV atau


(58)

2.7.4 Tipe-tipe dan DimensiStigma

Menurut Goffman (dalam Heatherton; 2003) membedakan tigajenis stigma, atau kondisi stigmatisasi,diantaranya:

1) Kebencian terhadap tubuh (seperti, cacattubuh)

2) Mencelakarakterindividu(gangguanmental,pecandu,pengangguran)

3) Identitas kesukuan (seperti ras, jenis kelamin, agama dan kewarganegaraan) Sedangkan Jones, dkk (dalam Heatherton; 2003) membagi enam dimensi kondisi stigmatisasi:

1) “penyembunyian” yang mencakup keluasan karakteristik stigmatisasi sedapat mungkin bisa dilihat (seperti cacat wajah vs. homoseksualitas).

2) “rangkaian penandaan” berhubungan dengan apakah tanda tersebut sangat mencolok mata atau makin melemah dari waktu ke waktu (seperti multiple sclerosis vs. kebutaan).

3) “kekacauan” yang mengacu pada tingkat stigmatisasi dalam menggangguinteraksi interpersonal (seperti gagap dalam berbicara).

4) “estetika” yang behubungan denga reaksi subjektif yang dapat memunculkan stigma karena suatu hal yang kurang menarik.

5) “asal-usul” tanda stigmatisasi (seperti cacat bawaan, kecelakaan, atau kesengajaan) yang juga terkait dengan tanggung jawab seseorang dalam membentuk stigma.

6) “resiko” yang mencakup perasaan berbahaya dari stigmatisasi dari orang lain (seperti memilki penyakit yang mematikan atau membahayakan vs. memilki kelebihan berat badan).

Lain halnya menurut Crocker dkk (dalam Heatherton; 2003) bahwa “keterlihatan” dan “keterkendalian” merupakan dimensi stigma yang sangat penting bagi mereka


(59)

yang melakukan stigma dan mengalami stigma.

2.7.5 AkibatStigma

DalamPhulf(dalamSimajuntak;2005)hasilpenelitianmenemukanada beberapa akibat dari stigmayaitu:

1) Stigma sulit mencaribantuan.

2) Stigmamembuatsemakinsulitmemulihkankehidupankarenastigmadapat menyebabkanerosinyaself-confidencesehinggamenarikdiridarimasyarakat.

3) Stigma menyebabkan diskriminasi sehingga sulit mendapatkan akomodasidan pekerjaan.

4) Masyarakat bisa lebih kasar dan kurangmanusiawi. 5) Keluarganya menjadi lebih terhina danterganggu.

2.8 Kerangka Pemikiran

Kusta merupakan penyakit yang ditakuti karena dapat menyebabkan luka bergaung yang sukar sembuh, perubahan bentuk anggota gerak dan wajah, dan kerusakan saraf dan otot. Pemerintah membuat suatu program terhadap penyandang penyakit kusta agar bebas dari kusta dan jauh dari stigma, Program tersebut salah satunya ada di Aceh Tenggara. Pemerintah terutama WHO membuat 3 dusun sebagai tempat tinggal dan tempat rehabilitas bagi penyandang penyakit kusta di desa Natam Baru kecamatan badar kabupaten Aceh Tenggara,


(60)

yang dikenakan (dikaitkan) yang biasanya terlihat sebagai karakteristik yang lebih atau paling penting atau menonjol dari pada aspek lainya pada orang yang bersangkutan, seperti penyandang penyakit kusta mereka mengalami stigma oleh karna itu ia akan dikeluarkan dari kontak dan hubungan-hubungan yang ada, terutama mereka penyandang penyakit kusta tersebut tidak dapat menata identitasnya akibatnya ia akan melihat dirinya sebagai orang yang hidup dengan penyakit menular dan tidak dapat berinteraksi dengan masyarakat, karna masyarakat menjulukinya sebagai penyakit menular atau penyakit kutukan.

Masyarakat desa natam baru kecamatan badar kabupaten aceh tenggara merupakan masyarakat yang tinggal dekat dengan penyandang penyakit kusta, Respon masyarakat sangatlah diperlukan untuk melihat apakah keberadaan penyandang penyakit kusta mengundang partisipasi masyarakat di desa Natam. Baru Adapun skematisasi kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :


(61)

(62)

1. Defenisi konsep

Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (siagian, 2011:38). Peneliti dapat memberikan batasan mengenai konsep-konsep penelitian untuk menghindari kesalahpahaman arti dari konsep penelitian yang digunakan,Adapun batasan kosnep di dalam penelitiaan ini adalah sebagai berikut:

1. Respon merupakan suatu tingkah laku balas atau tindakan masyarakat yang merupakan wujud dari persepsi, sikap dan partisipasi msyarakat terhadap suatu objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman, penilaian, suka atau tidak suka serta partisipasi terhadap objek permasalahan.

2. Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapakan kepada manusia. Persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan kehidupan. Rasa dan nalar bukan merupakan bagian yang perlu dari situasi rangsangan tanggapan, sekalipun kebanyakan tangapan individu yang sadar dan bebas terhadap suatu rangsangan atau terhadap suatu bidang rangaangan sampai tingkat tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal terhadap satu bidang rangsangan sampai tingkat tertentu diangap dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya.

3. Sikap adalah keadaan diamana diri seseorang yang memberikan kesiapan dalam dirinya untuk merespon hal-hal yang diangap benar atau salah terhadap objek atau situasi tertentu.

4. Partisipasi adalah suatu proses sikap mental dimana orang orang atau anggota msyarakat aktif menyumbang kretifitas dan inisiatifnya dalam melaksanakan kuliatas hidup.


(63)

5. Masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuaan yang sama. Masyarakat itu juga meliputi pengelompokan-pengelompokan yang kecil.

6. Penyakit lepra atau kusta merupakan penyakit yang ditakuti karena dapat menyebabkan luka bergaung yang sukar sembuh, perubahan bentuk anggota gerak dan wajah, dan kerusakan saraf dan otot.

2. Defenisi Oprasional

Defenisi oprasional adalah suatu proses menjadikan variabel penelitian dapat diukur sehingga transformasi dari unsur konsep ke dunia nyata. Defenisi oprasioanl adalah lanjutan dari perumusan defenisi konsep.Perumusan defeinisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa objek, peristiwa, maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan oprasional ditujukan dalam upaya mentransformasikan konsep kedunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat di observasi (siagian, 2011:141).

Respon masyarakat terhadap penyandang penyakit kusta di desa proyek kolam natam kecamatan badar kabupataen Aceh Tenggara :

a. Persepsi masyarakat terhadap penyandang penyakit kusta dapat di ukur dari : 1. Pengetahuan masyarakat tentang penyakit kusta.

2. Pengetahuaan msyarakat terhadap keberdaan penyandang penyaki kusta 3. Atensi masyarakat terhadap penyandang penyakit kusta


(64)

2. Apakah masyarakat menerima atau menolak keberdaan penyandang penyakit kusta

3. Apakah masyarakat mengharapkan keberadaan penyandang penyakit kusta c. Partisipasi masyarakat terhadap penyandang penyakit kusta

1. Menilai, yaitu masyarakat menilai keberadaan penyandang penyakit kusta 2. Inisiatif masyrakat dalam mencari info tentang penyakit kusta


(65)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sikap yang muncul dan berkembangpada masyarakat terhadap penderita kusta dan mereka yang telah sembuh dari kusta adalah kurang adanya rasa empati masyarakat dan timbulnya stigma negatif tentang penderita dan bekas penyakit. Kondisi ini kemudian memunculkan adanya diskriminasimasyarakat.

Penderita penyakit kusta banyak ditemukandinegara beriklim tropis, termasuk Indonesia.Diperkirakan sekitar tiga juta orang menderita penyakit kusta di seluruh dunia. Indonesia menduduki posisi nomor-3, dengan 16.825 kasus dan angka kecacatan 6,82 orang per sejuta penduduk. Kasus kusta tertinggi terdapat di India dengan 134.752 kasus.Kemudian diikuti oleh Brazil dengan 33.303 kasus. Penyakit kusta masih merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia, meskipun pada pertengahan tahun 2000 Indonesia sudah dapat mencapai eliminasi kusta.Hal ini disebabkan karena sampai akhir tahun 2002 masih ada 13 Propinsi dan 111 Kabupaten yang belum dapat di eliminasi (

Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang masih menimbulkan masalah yang sangat kompleks.Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis, tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara–negara yang


(66)

Masalah penyakit kusta diperberat dengan banyaknya penderita kusta yang mendapat pengobatan ketika sudah dalam keadaan cacat.Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman masyarakat tentang penyakit kusta dan akibatnya. Keterlambatan pengobatan penderita mengakibatkan penularan terus berjalan sehingga kasus baru banyak muncul. Keadaan ini tentu akan menghambat pencapaian tujuan programpemberantasan secara terpadu dan menyeluruh yang meliputi penemuan penderita sedini mungkin, pengobatan penderita yang tepat, rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial dan rehabilitasi karya mantan penderita kusta.

Seandainya penderita kusta memiliki pengetahuan yang baik dan memadai tentang penyakit kusta, cara pengobatannnya, jenis obat,cara memakan obat tersebut dan akibat bila tidak patuh meminum obat yang akan berakibat buruk terhadap dirinya akan mampu mengimplementasikannya di dalam kehidupannya sehari-hari, maka angka kesembuhan pada penderita kusta akan meningkat. Rendahnya pengetahuan tentang kusta dan masih kuatnya stigma terhadap penyakit kusta sangat berpengaruh terhadap ketaatan penderita untuk minum obat.

Tujuan pengobatan penderita kusta adalah untuk memutuskan mata rantai penularan, menyembuhkan penyakit penderita dan mencegah terjadinya kecacatan atau bertambah cacat.Pengobatan penderita kusta ditujukan untuk mematikan kuman kusta sehingga tidak berdaya merusak jaringan tubuh dan tanda-tanda penyakit jadi kurang aktif sampai akhirnya hilang.Penderita yang sudah dalam keadaan cacat permanen, pengobatan hanya dapat mencegah cacat lebih lanjut. Bila penderita tidak minum obat secara teratur, maka kuman kusta dapat menjadi aktif kembali, sehingga timbul gejala-gejala baru pada kulit dan saraf yang dapat memperburuk keadaan.


(67)

Kepatuhan penderita kusta mengkonsumsi obat dapat dilihat dari dosis dan batas waktu sampai dinyatakan selesai berobat dan tergantung pada jenis kusta yang dideritanya.Meskipun penderita kusta telah menyelesaikan rangkaian pengobatannya dinyatakan sembuh dan tidak menular, status penyandang kusta tetap dilekatkan pada dirinya seumur hidup.Inilah yang seringkali menjadi dasar permasalahan psikologis para penyandang kusta.Rasa kecewa, takut, malu, tidak percaya diri, merasa tidak berguna, hingga kekawatiran akan dikucilkan (self stigma).Kecacatan yang nampak pada tubuh penderita kusta seringkali menyeramkan bagi sebagian besar masyarakat sehingga menyebabkan perasaan jijik, bahkan ada yang ketakutan secara berlebihan terhadap kusta atau dinamakan leprophobia.Hal ini diperkuat dengan opini masyarakat (stigma) yang menyebabkan penderita kusta dan keluarganya dijauhi bahkan dikuculikan oleh masyarakat.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah menempuh langkah-langkahpemberantasan kusta melalui peningkatan penemuan kasus baru, pemberian obat dan pemantauan pengobatan secara rutin, pendidikan dan pelatihan bagi petugas kusta, memberikan pengobatan secara gratis, melakukan upaya intensif terhadap pencegahan kecacatan, serta peningkatan penyuluhan perawatan diri bagi penderita kusta, namun secaraimplisit masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan.(Departemen Kessehatan RI, 2006).

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan gagalnya pengobatan penderitakusta adalah faktor keluarga, yaitu rendahnya pengetahuan keluarga tentang perawatan,


(68)

kesehatan yang relatif kurang dalam memberikan penyuluhan kesehatan, penemuan kasus baru serta masih lemahnya pemantauan petugas kesehatan terhadap penderita kusta

Bertepatan dihari kusta sedunia tahun 2016, Yohei Sasakawa,perwakilan duta besar organisasi kesehatan dunia WHO datang ke indonesia. Dalam kujungannya di hari kusta Sedunia, datang membawa pesan moral pemberantasan kusta di dunia, ditunjukkan dengan rela mencuci kaki pasien penderita kusta. Dalam pesan moralnya perwakilan duta besar WHO mengajak penderita untuk tidak khawatir dan minder, karena penyakit kusta atau lepra bisa disembuhkan dengan jalan pengobatan secara rutin. Yohei Sasakawa juga menyempatkan menyapa pasien dan melihat proses terapi serta pengobatan penderita kusta di rumah sakit.

Berdasarkan salah satu penelitian tentang penyakit kusta yang sebelumnya yang berjudul“ Pola interaksi sosial antaramasyarakat eks penderita kusta perkampungan rehabilitasi kusta Donorojo dengan masyarakat Padukuhan Juwet Desa Banyumanis Kecamata Donorojo Kabupaten Jepara”. Hasil penelitian tersebut adalah masyarakat tidak berani untuk berjabat tangan dengan penyandang penyakit kusta bahkan tidak ingin tinggal berada dekat dengan mereka, peyandang penyakit kusta tidak bisa ikut mengikuti politik karena kedudukan sosial nya sudah di diskriminasi.(Https:\\Digilib.uin.ac.id diakses pada tanggal 15 Mei 2016)

Penyakit kusta dapat menyerang semua umur dan semua jenis kelamin.Anak- anak lebih rentan terkena penyakit kusta dibanding orang dewasa.Penderita di bawah umur 14 tahun frekuensinya lebih kurang 13 %, namun jarang ditemukan penderita yang berumur di bawah 1 tahun.Frekuensi tertinggi terdapat pada kelompok umur antara 25 sampai 35 tahundan kelompok sosial ekonomi lemah.Tingkat kecacatan


(69)

kusta itu sendiri terbagi dalam tiga golongan, yaitu: cacat tingkat 0, cacat tingkat 1, dan cacat tingkat 2. Cacat tingkat 0 merupakan kondisi tidak ditemukan cacat, cacat tingkat 1 memiliki kerusakan pada saraf sensoris, sedangkan cacat tingkat 2 kerusakan fisik dapat dilihat oleh mata.

Indikator lain dalam penanggulangan kusta di Indonesia adalah angka proporsi cacat tingkat 2 dan proporsi anak (kurang dari 15 tahun). Di antara kasus baru sebesar 5%. Proporsi kecacatan tingkat 2 di Indonesia tahun 2008 sebesar 9,56% dan proporsi penderita anak diantara kasus baru sebesar 11,3%. Tingginya proporsi kecacatan tingkat 2 menunjukkan kinerja petugas dalam upaya penemuan kasus masih kurang efektif.Sedangkan tingginya proporsi penderita anak diantara kasus baru menunjukkan masih adanya penularan kusta pada masyarakat di Indonesia.

Terdapat 595 kasus penyakit kusta di Provinsi Aceh pada tahun 2012..Dengan angka penemuan sebesar12.59/100.000 penduduk.Kasus baru yang terjadi pada anak berumur 0-14 yaitu sejumlah 317 (53.28%), dan terdapat kasus baru dengan cacat tingkat 2 yaitu 89 (15%), angka prevalensi adalah Per 10.000 penduduk penderita kusta (kasus baru dan kasus lama) per 10.000 penduduk di Provinsi Aceh pada tahun 2012 sebanyak 0.8 per 10.000 penduduk.

Terdapat 596 orang yang menderita penyakit kusta di Provinsi Aceh. Salah satu kabupaten yang di daerahnya terdapat penderita penyakit kusta adalah kabupaten Aceh Tenggara.Wilayahkabupaten Aceh Tenggara terbagi dalam 16 kecamatan, satu kelurahan, dan 385 desa. Sebanyak 282 desa diantaranya terletak di lembah dan 103


(70)

masyarakat takut maka penderita penyakit kusta di pindahkan ke Desa Natam Baru. Kebanyakan para penderita penyakit kusta tersebut berasal dari Gayo Lues, WHO dan pemerintah menyediakan lahan di DesaNatam Baru sebagai tempat rehabilitasi

penderita penyakit Kusta

pada tanggal 25mei 2016 pukul 10.00)

Masih banyak masyarakat Aceh Tenggara yang kurang paham akan penyakit kusta. Akibatnya banyakyang takut dengan penyakit kusta.Bahkan sebagian dari masyarakat menjulukinya sebagai penyakit kutukan. Menganggap penyakit kusta sebagai kutukan merupakan salah satu stigma sosial masyarakat yang ditujukan kepada penderita maupun yang sudah sembuh dari penyakit kusta.

Pak Mad Bren salah seorangpenderita penyakit kusta yang sudah lama tinggal di desa Natam Baru yaitu sejak Tahun 1970 hinga sekarang.Penyakit kusta yang diderita Pak Mad Bren sudah tidak menular. NamunPak Mad Bren setiap bulan tetap mendapat pengobatan medis. Walaupun Pak Mad Bren hidup bersama istri dan anak-anaknya, namun istri dan anak-anaknya tidak ada yang menderita penyakit kusta.

Terdapat 155 orang penderita penyakit kusta di Desa Natam Baru Kecamatan Badar Kabupaten Aceh Tenggara..Tempat tinggal para penderita kusta dibangunoleh WHO dan pemerintah untuk upaya rehabilitasi penyandang penyakit kusta.Setiap bulan mereka mendapat pengobatan dan jatah beras dari pemerintah melalui Dinas Sosial setempat. Pemerintah juga memberikan bantuan berupa bibit tanaman, ternak, dan bantuan lainnya dari pemerintah.

Berdasarkan latar belakang yang telah disajikan penulis tertarik melakukan penelitian berjudul “RESPON MASYARAKAT TERHADAP PENYANDANG PENYAKIT KUSTA DI DESANATAM BARU KECAMATAN BADAR


(71)

KABUPATEN ACEH TENGGARA”. Hasil penelitian tersebut dituangkan dalam skripsi.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: “bagaimana respon masyarakat terhadap penyandang penyakit kusta di desa Natam Baru Kecamatan Badar Kabupaten Aceh Tenggara?”.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon masyarakat terhadap penyandang penyakit kusta di desa Natam Kecamatan Badar Kabupaten Aceh Tenggara.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka :

1. Pengembangan konsep dan teori yang berkenan dengan respon masyarakat terhadap peyandang peyankit kusta.


(1)

vii

2.7 Kerangka Pemikiran ... 22

2.8 Difinisi Konsep ... 25

2.8 Difinisi Oprasional ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 28

3.2 Lokasi Penelitian ... 28

3.3 Populasi ... 28

3.4 Sampel ... 29

3.5 Teknik Pengumpulan data ... 29

3.6 Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ... 32

4.2 Kondidi Geografis ... 32

4.3 Komposisi Penduduk ... 33

4.3.1 Kompososi Penduduk ... 33

4.3.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Likungan ... 33

4.3.3 Komposisi Pendudul Berdasarkan Usia ... 34

4.3.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 34

4.3.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 36

4.3.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 37

4.3.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 37

4.3.8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku/etnis ... 38

4.3. Fasilitas/ Prasarana ... 38


(2)

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pengantar ... 41

5.2 Kharakteristik Umum Responden ... 41

5.3 Respon Masyarakat Terhadap Peyandang Penyakit Kusta ... 47

5.3.1 Persepsi ... 47

5.3.2 Sikap ... 52

5.3.3 Partisipasi ... 57

5.4 Analisis Data Kuantitatif Respon Masyarakat Terhadap Peyandang Penyakit Kusta ... 62

5.4.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Peyandang Penyakit Kusta ... 63

5.4.2 Sikap Masyarakat Terhadap Penyandang Penyakit Kusta... 64

5.4.3 Partisipasi Masyarakat Terhadap Penyandang Penyakit Kusta .... 67

BAB VI 6.1 Kesimpulan ... 70

6.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN


(3)

ix

DAFTAR BAGAN


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Penduduk Berdasarkan Likungan ... 33

Tabel 4.2 Data Penduduk Berdasarkan Usia ... 34

Tabel 4.3 Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 35

Tabel 4.4 Data Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 36

Tabel 4.5 Data Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 37

Tabel 4.6 Data Penduduk Berdasarkan Suku/etnis... 38

Tabel 4.7 Data Penduduk Berdasarkan Prasarana ... 39

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 41

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 43

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku/etnis ... 44

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 45

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 46

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Pengetahuaan Keberadaan Lingkungan Penyandang Penyakit Kusta ... 46

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Informasi Pertama Mengenai Keberadaan Peyandang Penyakit Kusta ... 47

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tujuan Keberadaan Penyandang Penyakit Kusta di Desa Natam Baru ... 48

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Berdasarkan Sejak Kapan Keberadaan Penyandang Peyakit Kusta ... 49

5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pemerintah Menyediakan Pelayaanan Rehabilitasi Terhadap Penyandang Penyakit Kusta ... 50

5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden Penyakit Kusta Adalah penyakit Menular ... 51 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Mengenai Keberadaan


(5)

xi

Lingkungan Penyandang Penyakit Kusta ... 53 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Tidak Selalu Mengasingkan Penyandang Penyakit Kusta ... 54 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Untuk Tidak Takut

Berjabat Tangan Dengan Penyandang Penyakit Kusta ... 55 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Tidak Jijik Kepada Penyandang

Penyakit Kusta ... 56 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Pertemuaan Antara Dua Belah

Pihak Antara Masyarakat Dengan Penyandang Penyakit Kusta... 57 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Acara Pertemuan Dua

Belah Pihak ... 58 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Jika Bapak/Ibu Mengadakan

Acara Hajatan Akan Mengundang Penderita Penyakit Kusta ... 59 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Jika Bapak/Ibu Di Datang

Ke Acara Hajatan Penyandang Penyakit Kusta ... 60 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Bapak/Ibu Pernah Membeli Dagangan Penyandang Penyakit Kusta ... 61 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat Terhadap

Penyandang Penyakit Kusta ... 65 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Masyarakat Terhadap Penyandang

Penyakit Kusta ... 63 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Masyarakat


(6)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Berita Acara Seminar Proposal Penelitian 2. Surat Pengajuan Izin Pra Penelitian 3. Surat Izin Penelitian

4. Surat Izin Penelitian Dari Dinas Sosial 5. Surat Izin Penelitian Dari Kepala Desa

6. Lampiran I Hasil Skala Likert Karakteristik Jawaban Responden 7. Lampiran II Kusioner Penelitian