PETUNJUK TEKNIS SUBSIDI BENIH
KATA PENGANTAR
Dalam
rangka
menyediakan
benih
varietas
unggul
bersertifikat padi dan kedelai guna memenuhi kebutuhan
benih untuk pelaksanaan budidaya tanaman pangan
secara
nasional,
penyediaan
Pemerintah
benih
penyalurannya
bersubsidi
ditugaskan
telah
memprogramkan
yang
kepada
penjualan
BUMN
dan
pelaksana
subsidi benih untuk benih padi (inbrida dan hibrida),
dan benih kedelai.
Petunjuk Teknis Subsidi Benih Tahun Anggaran 2017 ini
merupakan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan
baik
di
pusat
pelaksanaan,
maupun
penjualan
di
dan
tingkat
daerah
penyaluran
untuk
benih
bersubsidi, sehingga dapat berjalan lancar, tepat sasaran
dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Jakarta, 3 Januari 2017
Direktur Jenderal Tanaman Pangan,
HASIL SEMBIRING
NIP 196002101988031001
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .....................................................
DAFTAR ISI ................................................................
DAFTAR TABEL ..........................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN
PANGAN NOMOR 10/KPA/SK.310/C/1/2017
TENTANG PETUNJUK TEKNIS SUBSIDI BENIH
TAHUN ANGGARAN 2017 .........................................
I.
PENDAHULUAN ...................................................
A. Latar Belakang ..............................................
B. Maksud dan Tujuan ......................................
C. Sasaran ........................................................
D. Ruang Lingkup ..............................................
E. Pengertian .....................................................
F. Indikator Keberhasilan ..................................
G. BUMN Pelaksana Subsidi Benih ....................
II.
PERENCANAAN, KRITERIA DAN PROSEDUR
PENETAPAN PETANI/KELOMPOK TANI,
SPESIFIKASI TEKNIS DAN REALOKASI BENIH
BERSUBSIDI .......................................................
A. Perencanaan Kebutuhan ...............................
B. Kriteria dan Prosedur Penetapan Petani/
Kelompok Tani Pembeli Benih Bersubsidi ......
C. Spesifikasi Teknis .........................................
D. Realokasi Benih Bersubsidi ...........................
i
iii
v
vi
1
11
11
12
13
13
13
15
15
17
17
18
20
22
iii
III. HARGA BENIH (HB), SUBSIDI BENIH DAN HARGA
ECERAN TERTINGGI (HET) ................................ 23
IV. PENYEDIAAN, PENJUALAN DAN PENYALURAN,
BENIH BERSUBSIDI ............................................
A. Penyediaan ....................................................
B. Penjualan dan Penyaluran ............................
V.
25
25
25
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN .......
A. Monitoring dan Evaluasi ................................
B. Pelaporan .......................................................
29
29
29
VI. PENUTUP..............................................................
31
LAMPIRAN ...................................................................
33
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Alokasi Benih Bersubsidi TA 2017 .................... 17
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Alokasi Benih Bersubsidi
Per Provinsi TA 2017 ............................... 34-37
Lampiran 2. Surat Penugasan ....................................
38
Lampiran 3. Daftar Usulan Pembelian Benih Bersubsidi
(DU-PBB) ................................................
39
Lampiran 4. Rekapitulasi Daftar Usulan Pembelian
Benih Bersubsidi (DU-PBB) Tk. Kab/Kota
40
Lampiran 5. Faktur Penjualan Benih Bersubsidi ........
41
Lampiran 6. Rekapitulasi Faktur Penjualan Benih
Bersubsidi ..............................................
42
Lampiran 7. Rencana dan Realisasi Penjualan dan
Penyaluran Benih Bersubsidi Kabupaten/
Kota ........................................................
43
Lampiran 8. Rencana dan Realisasi Penjualan dan
Penyaluran Benih Bersubsidi Provinsi ....
44
vi
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN
NOMOR 10/KPA/SK.310/C/1/2017
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS SUBSIDI BENIH
TAHUN ANGGARAN 2017
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN,
Menimbang
: a.
bahwa dalam rangka pelaksanaan subsidi
benih Tahun Anggaran 2017 telah
diterbitkan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 71/Permentan/ TP.020/12/2016
tentang Pedoman Subsidi Benih Tahun
Anggaran 2017;
b.
bahwa untuk melaksanakan Pasal 3 ayat
(2) Peraturan Menteri Pertanian Republik
Indonesia Nomor 71/ Permentan/TP.020/
12/2016,
maka
perlu
menetapkan
Petunjuk Teknis Subsidi Benih Tahun
Anggaran 2017;
1
Mengingat
2
: 1.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992
tentang
Sistem
Budidaya
Tanaman
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3478);
2.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
3.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003
tentang Badan Usaha Milik Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4287);
4.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang
Perbendaharaan
Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4355);
5.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587);
6.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016
tentang
Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2017
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2106 Nomor 240, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5948);
7.
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun
1995 tentang Perbenihan Tanaman
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3616);
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun
2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5423);
9.
Peraturan Presiden Nomor 121/P Tahun
2014 tentang Pembentukan Kementerian
dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja
Periode 2014-2019;
10.
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015
tentang Organisasi Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 8);
3
4
11.
Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015
tentang Kementerian Pertanian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 85);
12.
Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2016
tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun
2017
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 95);
13.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
250/PMK.05/2010 tentang Tata Cara
Pencairan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Bagian Atas Beban
Anggaran Bendahara Umum Negara Pada
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 662);
14.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
256/PMK.05/2010 tentang Tata Cara
Penyimpanan
dan
Pencairan
Dana
Cadangan
(Berita
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 679);
15.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara
Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 1191);
16.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
66/PMK.02/2013 tentang Tata Cara
Penyediaan, Pencairan dan Pertanggungjawaban
Dana Subsidi Benih Bersertifikat (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 2013);
17.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
127/Permentan/ SR.120/11/2014 tentang
Pemasukan dan Pengeluaran Benih
Tanaman
(Berita
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 1826);
18.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
43/Permentan/ OT.140/8/2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pertanian
(Berita
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1243);
19.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
56/Permentan/ SR.110/11/2015 tentang
Produksi, Sertifikasi, dan Peredaran
Benih Bina Tanaman Pangan dan
Tanaman Hijauan Pakan Ternak (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1774);
20.
Keputusan Menteri Pertanian Nomor
867/Kpts/TP.030/
12/2016
tentang
Harga Benih, Subsidi Benih dan Harga
Eceran Tertinggi Benih Untuk Komoditas
Padi Inbrida, Padi Hibrida dan Kedelai
Pada Kegiatan Subsidi Benih Tahun
Anggaran 2017;
5
21.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
71/Permentan/TP.020/12/2016 tentang
Pedoman Subsidi Benih
Tahun
Anggaran 2017;
Memerhatikan : 1.
Surat Direktur Jenderal Tanaman Pangan
kepada Menteri Badan Usaha Milik
Negara Nomor 1205/TP.000/ C/11/2016
tanggal 4 Nopember 2016, perihal
Permintaan Penetapan BUMN Pelaksanan
Penyaluran
Subsidi
Benih
Tahun
Anggaran 2017;
2.
Surat Menteri Badan Usaha Milik Negara
kepada Menteri Pertanian Nomor S708/MBU/11/2016 tanggal 30 November
2016, perihal Persetujuan Penugasan PSO
Dalam Rangka Pelaksanaan Subsidi
Benih 2017.
3.
Surat
Pengesahan
Daftar
Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Program
Pengelolaan
Subsidi
Benih
Tahun
Anggaran
2017
Nomor
SP
DIPA999.07.1.956099/2017
tanggal
29
Desember 2016;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
:
KESATU
: Petunjuk
Teknis
Subsidi
Benih
Tahun
Anggaran 2017 seperti
tercantum pada
Lampiran
sebagai
bagian
yang
tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.
6
KEDUA
: Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud dalam
diktum
KESATU
sebagai
dasar
dalam
pelaksanaan, penjualan dan penyaluran benih
bersubsidi Tahun Anggaran 2017.
KETIGA
: Pelaksana subsidi benih Tahun Anggaran 2017
adalah PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT
Pertani (Persero).
KEEMPAT
: Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan
ini berlaku sepanjang dana subsidi benih
masih dianggarkan/ disediakan dalam APBN
Tahun Anggaran 2017.
KELIMA
: Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 3 Januari 2017
DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN
SELAKU KUASA PENGGUNA ANGGARAN,
HASIL SEMBIRING
NIP 196002101988031001
7
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth.:
1. Menteri Pertanian;
2. Menteri Keuangan selaku Pengguna Anggaran;
3. Menteri BUMN;
4. Pejabat Eselon I Lingkup Kementerian Pertanian RI;
5. Gubernur Provinsi seluruh Indonesia;
6. Bupati dan Walikota seluruh Indonesia;
7. Direktur Utama PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT Pertani
(Persero);
8. Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang membidangi Tanaman
Pangan Seluruh Indonesia;
9. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi Tanaman
Pangan Seluruh Indonesia.
8
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN
Nomor
Tanggal
: 10/KPA/SK.310/C/1/2017
: 03 Januari 2017
PETUNJUK TEKNIS
SUBSIDI BENIH
TAHUN ANGGARAN 2017
9
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN
NOMOR
: 10/KPA/SK.310/C/1/2017
TANGGAL
: 3 Januari 2017
PETUNJUK TEKNIS SUBSIDI BENIH TAHUN ANGGARAN 2017
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk
besar perlu memantapkan kestabilan pangan secara
berkelanjutan, oleh karenanya perlu melakukan strategi
dan upaya konkrit untuk antisipasi terjadinya gangguan
ketahanan pangan nasional. Peningkatan produksi
melalui ekstensifikasi semakin sulit untuk dilakukan,
oleh karena itu upaya intensifikasi untuk peningkatan
produktivitas pada masa mendatang semakin penting
dan harus lebih ditingkatkan.
Dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi
tanaman pangan, benih mempunyai peranan yang
sangat strategis. Ketersediaan dan penggunaan benih
varietas unggul bersertifikat yang memenuhi aspek
kualitas dan kuantitas diikuti dengan aplikasi teknologi
budidaya lainnya seperti pupuk berimbang mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap produktivitas, produksi
dan mutu hasil produk tanaman pangan. Untuk dapat
mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan tersebut,
salah satu faktor yang berpengaruh adalah ketersediaan
benih varietas unggul bersertifikat serta penggunaannya
secara konsisten oleh petani dalam budidaya tanaman pangan.
11
Dalam rangka menyediakan benih varietas unggul
bersertifikat dan membantu petani agar dapat membeli
benih tanaman pangan, pemerintah mengalokasikan
subsidi benih untuk benih padi inbrida, padi hibrida,
dan benih kedelai.
Berdasarkan hal tersebut, agar pemberian subsidi benih
dapat dilaksanakan dengan baik serta penjualan dan
penyaluran benih bersubsidi dapat diawasi sesuai
dengan mekanisme, prosedur dan ketentuan yang
berlaku, maka perlu menetapkan Petunjuk Teknis
Subsidi Benih Tahun Anggaran 2017.
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Petunjuk Teknis Subsidi Benih Tahun Anggaran
2017
dimaksudkan
sebagai
dasar
dalam
pelaksanaan subsidi benih Tahun Anggaran 2017.
2. Tujuan
12
a.
menyediakan benih varietas unggul bersertifikat
padi inbrida, padi hibrida, dan kedelai dengan
mutu yang terjamin untuk memenuhi kebutuhan
benih dalam rangka pelaksanaan budidaya
tanaman pangan;
b.
membantu petani agar dapat membeli benih
dengan harga terjangkau.
C. Sasaran
1.
Tersedianya benih varietas unggul bersertifikat padi
inbrida, padi hibrida, dan kedelai dengan mutu yang
terjamin untuk memenuhi kebutuhan benih dalam
rangka pelaksanaan budidaya tanaman pangan.
2.
Terbantunya petani untuk membeli benih dengan
harga terjangkau.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis Subsidi Benih Tahun
Anggaran 2017 meliputi perencanaan, penyediaan,
penjualan dan penyaluran, monitoring, evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan kegiatan subsidi benih.
E. Pengertian
Dalam Petunjuk Teknis ini yang dimaksud dengan:
1.
Harga Benih, yang selanjutnya disingkat HB adalah
semua biaya yang timbul, baik secara langsung
maupun tidak langsung dari proses produksi
sampai dengan benih siap jual sampai ke kelompok
tani, termasuk keuntungan dan biaya angkut.
2.
Harga Eceran Tertinggi yang selanjutnya disingkat
HET adalah harga tertinggi benih yang dibeli oleh
petani di tingkat kelompok tani.
3.
Subsidi Benih adalah selisih antara HB dengan HET
yang harus dibayar oleh Pemerintah atas penjualan
benih bersubsidi.
4.
Benih Bina adalah benih dari varietas unggul yang
telah dilepas, yang produksi dan peredarannya diawasi.
13
5.
Benih Varietas Unggul Bersertifikat adalah Benih
Bina yang telah disertifikasi.
6.
Benih Bersubsidi adalah benih padi inbrida, padi
hibrida, dan kedelai bersertifikat yang mendapatkan
subsidi bersumber dari dana APBN dalam proses
penyediaan, penjualan dan penyalurannya oleh
BUMN Pelaksana Subsidi Benih.
7.
Badan Usaha Milik Negara Pelaksana Subsidi Benih
yang selanjutnya disebut BUMN Pelaksana Subsidi
Benih adalah BUMN yang memproduksi benih yang
ditugaskan sebagai pelaksana penjualan dan
penyaluran benih bersubsidi oleh Menteri BUMN.
8.
Public Service Obligation yang selanjutnya disingkat
PSO adalah penugasan khusus yang diberikan oleh
pemerintah kepada BUMN untuk melaksanakan
pelayanan umum pada hajat hidup orang banyak
dengan tetap memperhatikan maksud dan tujuan
kegiatan BUMN.
9.
Calon Petani Calon Lokasi yang selanjutnya
disingkat CPCL adalah calon petani dan calon lokasi
yang akan melaksanakan budidaya tanaman
pangan.
10. Daftar Usulan Pembelian Benih Bersubsidi yang
selanjutnya disingkat DU-PBB adalah daftar usulan
petani yang akan membeli benih bersubsidi.
11. Dinas adalah dinas daerah provinsi dan kabupaten/kota
yang menyelenggarakan urusan pertanian.
12. Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pengawasan
dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura, yang selanjutnya disingkat UPTD
14
BPSBTPH adalah instansi yang melaksanakan tugas
di bidang pengawasan dan sertifikasi benih di
daerah.
F. Indikator Keberhasilan
Terlaksananya penyediaan, penjualan dan penyaluran
Benih
Bersubsidi
kepada
petani/kelompok
tani
pelaksana kegiatan budidaya tanaman pangan yang
mengajukan DU-PBB.
G. BUMN Pelaksana Subsidi Benih
Pelaksana penjualan dan penyaluran Benih Bersubsidi
Tahun Anggaran 2017 yaitu BUMN Pelaksana Subsidi
Benih, sesuai Surat Menteri Badan Usaha Milik Negara
kepada Menteri Pertanian S-708/MBU/11/2016 tanggal
30 November 2016, perihal Persetujuan Penugasan PSO
Dalam Rangka Pelaksanaan Subsidi Benih 2017.
Produsen
benih
swasta
dapat
ikut
serta
dalam
pelaksanaan Subsidi Benih di bawah koordinasi BUMN
Pelaksana Subsidi Benih.
15
II.
PERENCANAAN, KRITERIA DAN PROSEDUR PENETAPAN
PETANI/ KELOMPOK TANI, SPESIFIKASI TEKNIS, DAN
REALOKASI BENIH BERSUBSIDI
A.
Perencanaan Kebutuhan
1.
Jenis dan jumlah/volume Benih Bersubsidi
direncanakan berdasarkan Surat Pengesahan
Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Program Pengelolaan Subsidi Benih Tahun
Anggaran
2017
Nomor
SP
DIPA999.07.1.956099/2017 tanggal 29 Desember
2016.
2.
Alokasi benih bersubsidi Tahun Anggaran 2017
untuk masing-masing jenis benih per provinsi
sebagaimana Tabel 1. Rincian alokasi per provinsi
seperti pada Lampiran 1. Sedangkan alokasi
volume benih per kabupaten/kota ditetapkan
oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi dan
disampaikan kepada Direktur Jenderal Tanaman
Pangan.
Tabel 1. Alokasi Benih Bersubsidi TA 2017
NO
BENIH
ALOKASI SUBSIDI
VOLUME (kg) LUAS (ha)
1 PADI INBRIDA
100,000,000
4,000,000
2 PADI HIBRIDA
1,500,000
100,000
15,000,000
300,000
116,500,000
4,400,000
4 KEDELAI
TOTAL
17
B.
Kriteria dan Prosedur Penetapan Petani/ Kelompok
Tani Pembeli Benih Bersubsidi.
1.
2.
Kriteria Petani/Kelompok Tani Pembeli Benih
Bersubsidi.
a.
Petani/Kelompoktani yang akan melakukan
budidaya tanaman padi dan kedelai. Petani/
Kelompok tani pembeli benih bersubsidi
adalah
kelompok
tani
yang
sudah
ditetapkan/
dikukuhkan
oleh
instansi
berwenang.
b.
Untuk
mengoptimalkan/memanfaatkan
benih bersubsidi oleh petani/kelompoktani,
apabila masih tersedia alokasi (pagu) maka
petani/ kelompoktani yang telah menerima
bantuan benih dari kegiatan lain atau telah
membeli benih bersubsidi dapat membeli
benih bersubsidi kembali pada musim tanam
berikutnya.
Prosedur
Penetapan
Petani/Kelompok
Pembeli Benih Bersubsidi.
a.
18
Tani
Direktorat
Jenderal
Tanaman
Pangan
memberitahukan kepada Dinas Provinsi dan
BUMN Pelaksana Subsidi Benih tentang
kegiatan Subsidi Benih. Selanjutnya, Dinas
Provinsi melakukan sosialisasi kepada Dinas
Kabupaten/Kota dan unsur terkait di
wilayahnya dan Dinas Kabupaten/Kota
melakukan sosialisasi dengan unit kerja,
stakeholder dan petugas lapangan terkait di
wilayahnya.
Dinas
Kabupaten/Kota
pada
saat
pelaksanaan sosialisasi tersebut menyampaikan
alokasi benih bersubsidi serta mekanisme
penjualan/ penyaluran benih bersubsidi
kepada kelompok tani.
b.
Dinas Kabupaten/Kota menetapkan CPCL
Petani/Kelompok
Tani
pembeli
benih
bersubsidi yang ditandatangani oleh Kepala
Dinas Kabupaten/Kota.
c.
Kelompok
tani
menyusun
DU-PBB
berdasarkan CPCL dan ditandatangani oleh
ketua/pengurus
kelompok
tani
serta
diverifikasi dan disetujui oleh petugas
lapangan yang ditunjuk/ditugaskan oleh
Kepala Dinas Kabupaten/Kota, antara lain
Kepala Cabang Dinas (KCD), Kepala Unit
Pelaksana Teknis Kecamatan (KUPTK) atau
petugas pertanian lainnya. Contoh format
surat penugasan dan DU-PBB seperti pada
Lampiran 2 dan 3.
d.
DU-PBB dibuat rangkap 3 (tiga), satu berkas
disampaikan oleh kelompok tani kepada
BUMN Pelaksana Subsidi Benih diupayakan
paling lambat 1 (satu) bulan sebelum waktu
tanam agar BUMN Pelaksana Subsidi Benih
dapat mempersiapkan benih yang akan
dijual dengan baik. Satu berkas lainnya
disampaikan kepada petugas lapangan
(KCD, KUPTK atau petugas pertanian
lainnya), dan satu berkas lagi disimpan oleh
kelompok tani.
19
C.
e.
Petugas lapangan (KCD, KUPTK atau
petugas pertanian lainnya) menyampaikan
satu berkas DU-PBB tersebut kepada Kepala
Dinas Kabupaten/Kota dan selanjutnya
dilakukan rekapitulasi di tingkat kabupaten/
kota yang ditandatangani oleh Kepala Dinas
Kabupaten/Kota seperti pada Lampiran 4.
f.
Untuk
kepentingan
administrasi
dan
dokumentasi data, seluruh berkas DU-PBB
disimpan oleh Dinas Kabupaten/Kota dan
BUMN pelaksana PSO Subsidi Benih.
Sedangkan Rekapitulasi DU-PBB tingkat
Kabupaten/Kota
disampaikan
kepada
Kepala Dinas Provinsi dan Pusat melalui
BUMN sebagai bahan verifikasi dokumen
kegiatan benih bersubsidi.
Spesifikasi Teknis
1. Benih Padi Inbrida
a. Varietas unggul yang sudah dilepas Menteri
Pertanian.
b. Benih bersertifikat minimal kelas Benih Sebar
(BR/ES) dengan standar mutu sesuai peraturan
yang berlaku.
c. Benih dikemas menggunakan bahan kedap air
dan udara minimal poly ethylene (PE) 8-10
mikrometer, berat/volume benih per kemasan
maksimal 10 kg, serta diberi tanda tulisan
BENIH BERSUBSIDI.
d. Jumlah benih bersubsidi yang dapat dibeli
maksimal 25 kg/ha untuk lahan sawah atau
20
sesuai kebutuhan petani dan karakteristik lahan
pertanian di wilayah setempat berdasarkan hasil
kajian atau rekomendasi dari Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Badan Litbang
Pertanian Kementerian Pertanian setempat
e. Benih diterima petani minimal 1 bulan sebelum
habis masa edar benih (kadaluarsa).
2. Benih Padi Hibrida
a. Varietas unggul yang sudah dilepas Menteri
Pertanian.
b. Benih bersertifikat kelas Benih Sebar (BR/ES)
dengan standar mutu sesuai peraturan yang
berlaku.
c. Benih dikemas menggunakan bahan kedap air
dan udara minimal poly ethylene (PE) 8-10
mikrometer, berat/volume benih per kemasan
maksimal 10 kg, serta diberi tanda tulisan BENIH
BERSUBSIDI.
d. Jumlah benih bersubsidi yang dapat dibeli
maksimal 15 kg/ha atau sesuai kebutuhan
petani dan karakteristik lahan pertanian di
wilayah setempat berdasarkan hasil kajian atau
rekomendasi dari Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Badan Litbang Pertanian
Kementerian Pertanian setempat.
e. Benih diterima petani minimal 1 bulan sebelum
habis masa edar benih (kadaluarsa).
21
3. Benih Kedelai
a. Varietas unggul yang sudah dilepas Menteri
Pertanian.
b. Benih bersertifikat minimal kelas Benih Sebar 4
(BR4) dengan standar mutu sesuai peraturan
yang berlaku.
c. Benih dikemas menggunakan bahan kedap air
dan udara minimal poly ethylene (PE) 8-10
mikrometer, berat/volume benih per kemasan
maksimal 10 kg, serta diberi tanda tulisan BENIH
BERSUBSIDI.
d. Jumlah benih bersubsidi yang dapat dibeli
maksimal 50 kg/ha atau sesuai kebutuhan
petani dan karakteristik lahan pertanian di
wilayah setempat berdasarkan hasil kajian atau
rekomendasi dari Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Badan Litbang Pertanian
Kementerian Pertanian setempat.
e. Benih diterima petani minimal 1 bulan sebelum
habis masa edar benih (kadaluarsa).
D.
Realokasi Benih Bersubsidi
Realokasi perubahan volume antar provinsi dilaksanakan
oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan, sedangkan
realokasi antar kabupaten/kota dilaksanakan oleh
Kepala Dinas Provinsi.
22
III.
HARGA BENIH (HB), SUBSIDI
ECERAN TERTINGGI (HET)
BENIH
DAN
HARGA
Harga benih (HB), subsidi benih dan harga eceran tertinggi
(HET) benih bersubsidi sesuai Keputusan Menteri Pertanian
Republik Indonesia Nomor 867/Kpts/TP.030/12/2016
tentang Harga Benih, Subsidi Benih dan Harga Eceran
Tertinggi Benih Untuk Komoditas Padi Inbrida, Padi Hibrida,
dan Kedelai Pada Kegiatan Subsidi Benih Tahun Anggaran
2017.
Harga Eceran Tertinggi (HET) Benih Bersubsidi yang dibeli
oleh petani sebagai berikut : padi inbrida sebesar
Rp. 2.500,/kg, padi hibrida sebesar Rp. 4.100,-/kg, dan
kedelai sebesar Rp. 3.100,-/kg (kelas Benih Sebar / BR),
Rp. 2.500,-/kg (kelas Benih Sebar 1/ BR1, kelas Benih
Sebar 2/BR2, kelas Benih Sebar 3/BR3, dan kelas Benih
Sebar 4/BR4) sampai di lokasi kelompok tani.
23
IV.
PENYEDIAAN, PENJUALAN DAN PENYALURAN BENIH
BERSUBSIDI
A.
Penyediaan
Benih
bersubsidi
disediakan
oleh
BUMN
Pelaksana Subsidi Benih, yang dapat berasal dari
areal penangkaran milik BUMN Pelaksana Subsidi
Benih, areal penangkaran kerjasama produksi,
atau kerjasama pemasaran dengan produsen
benih lainnya.
B. Penjualan dan Penyaluran
Mekanisme
penjualan
dan
penyaluran
benih
bersubsidi dilakukan dengan pola subsidi tertutup,
yaitu BUMN Pelaksana Subsidi Benih hanya menjual dan
menyalurkan benih bersubsidi sampai ke lokasi
kelompok tani yang mengajukan DU-PBB.
Mekanismenya adalah sebagai berikut :
1.
DU-PBB yang sudah diverifikasi dan disetujui oleh
petugas
yang
ditugaskan
Kepala
Dinas
Kabupaten/ Kota (KCD atau KUPTK atau petugas
pertanian lainnya) sesuai Lampiran 3, diajukan ke
BUMN Pelaksana Subsidi Benih untuk segera
menjual dan menyalurkan benih bersubsidi
kepada
kelompok
tani
pembuat
DU-PBB
dimaksud. Tembusan DU-PBB dikirim ke Kepala
Dinas
Kabupaten/Kota
untuk
dibuat
rekapitulasinya
di
tingkat
kabupaten/kota.
Rekapitulasi DU-PBB tingkat Kabupaten/Kota
disampaikan kepada Kepala Dinas Provinsi dan
Pusat melalui BUMN.
25
26
2.
Kelompok tani membeli benih bersubsidi kepada
BUMN Pelaksana
Subsidi Benih. Tanda bukti
pembelian benih bersubsidi tersebut berupa faktur
penjualan yang ditandatangani dan diberi stempel
atau cap oleh petugas BUMN Pelaksana Subsidi
Benih dan kelompok tani serta diketahui oleh
petugas
yang
ditugaskan
Kepala
Dinas
Kabupaten/ Kota (KCD atau KUPTK atau petugas
pertanian lainnya) seperti pada Lampiran 5.
3.
Apabila petugas pertanian yang ditugaskan tidak
memiliki atau tidak berwenang menggunakan
stempel atau cap maka Kepala Dinas Kabupaten/
Kota atau Pejabat Eselon III yang ditugaskan
mewakili wajib membuat surat keterangan.
4.
BUMN
Pelaksana Subsidi Benih membuat
rekapitulasi faktur penjualan benih bersubsidi
berdasarkan faktur penjualan tingkat kabupaten,
ditandatangani oleh BUMN Pelaksana Subsidi
Benih. Kepala Dinas Kabupaten/Kota atau Pejabat
Eselon
III
yang
ditugaskan
mewakili
menandatangani rekapitulasi faktur penjualan
benih bersubsidi dimaksud setelah diverifikasi,
dan diketahui oleh Kepala Dinas Provinsi atau
Pejabat Eselon III yang ditugaskan mewakili,
dengan
melampirkan
masing-masing
faktur
penjualan. Rekapitulasi faktur penjualan benih
bersubsidi tersebut seperti pada Lampiran 6.
5.
BUMN Pelaksana Subsidi Benih sebagai penjual
dan penyalur menyampaikan rekapitulasi DU-PBB
Kabupaten/Kota yang telah ditandatangani oleh
Kepala Dinas Kabupaten/Kota, faktur (seperti pada
butir 2) dan rekapitulasi faktur penjualan benih
(seperti pada butir 4) kepada Direktur Jenderal
Tanaman Pangan selaku KPA sebagai dasar
permintaan pembayaran benih bersubsidi yang
telah dijual dan disalurkan.
6.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku KPA
melakukan verifikasi terhadap rekapitulasi DUPBB, faktur dan rekapitulasi faktur penjualan
benih bersubsidi yang disampaikan oleh Direktur
Utama BUMN Pelaksana Subsidi Benih kepada
Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku KPA.
Untuk pelaksanaan verifikasi Direktur Jenderal
Tanaman Pangan membentuk Tim Verifikasi
Dokumen Pelaksanaan Kegiatan Subsidi Benih.
Untuk selanjutnya dilakukan proses pembayaran
kepada BUMN Pelaksana Subsidi Benih sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku
(Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66/PMK.02/
2013, Nomor 190/PMK.05/2012, Nomor 250/
PMK.05/ 2010, dan Nomor 256/PMK.05/ 2010).
7.
Untuk benih bersubsidi yang berasal dari luar
provinsi sebelum dijual dan disalurkan ke
kelompok tani, BUMN Pelaksana Subsidi Benih
wajib
memberitahukan
pemasukan
benih
bersubsidi kepada BPSBTPH provinsi penerima
untuk dilakukan pengecekan fisik benih. Apabila
dari hasil pengecekan fisik diragukan mutunya
maka perlu dilakukan pengujian laboratorium.
Hasil pengujian yang memenuhi standar mutu
benih yang berlaku, dapat dijual dan disalurkan,
tetapi apabila tidak memenuhi standar mutu yang
27
berlaku maka benih bersubsidi tersebut tidak
dapat dijual dan disalurkan.
28
8.
Kebenaran dokumen dan fisik penjualan dan
penyaluran benih bersubsidi (harga eceran
tertinggi/HET, jenis, volume, dan mutu benih)
menjadi tanggung jawab BUMN Pelaksana Subsidi
Benih.
9.
BUMN Pelaksana
Subsidi Benih yang tidak
memenuhi permintaan pembelian sesuai DU-PBB
yang diajukan oleh petani/kelompok tani, Direktur
Jenderal
Tanaman
Pangan
selaku
KPA
memberikan teguran tertulis kepada BUMN
Pelaksana Subsidi Benih dengan ditembuskan
kepada Menteri Pertanian dan Menteri Badan
Usaha Milik Negara.
V.
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A.
Monitoring dan Evaluasi
B.
1.
Monitoring dan Evaluasi diperlukan agar
pelaksanaan Subsidi Benih tepat sasaran. Hal-hal
yang dimonitor meliputi rencana dan realisasi
penjualan dan penyaluran Benih Bersubsidi,
kondisi mutu benih yang dijual dan disalurkan,
ketepatan waktu penjualan dan penyaluran serta
permasalahan di lapangan. Monitoring dan
Evaluasi dilaksanakan secara berjenjang mulai
dari tingkat daerah sampai pusat.
2.
Monitoring dan evaluasi di tingkat daerah
dilaksanakan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi
yang dibentuk di Provinsi yang terdiri dari unsur
Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota, dan
UPTD BPSBTPH. Tim Monitoring dan Evaluasi
tersebut ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi.
Hasil
monitoring
dan
evaluasi
tersebut
disampaikan kepada Direktur Jenderal Tanaman
Pangan.
3.
Monitoring dan evaluasi di tingkat pusat
dilaksanakan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi
tingkat Pusat yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Tanaman Pangan. Monitoring dan
evaluasi yang dilaksanakan Tingkat Pusat hanya
bersifat uji petik, yaitu tidak dilakukan di semua
lokasi.
Pelaporan
Laporan yang disusun meliputi laporan bulanan dan
laporan tahunan. Laporan bulanan merupakan
29
laporan realisasi penjualan dan penyaluran Benih
Bersubsidi, sedangkan laporan tahunan merupakan
pelaksanaan
kegiatan
Subsidi
Benih
secara
keseluruhan.
30
1.
Dinas Kabupaten/Kota menyusun rekapitulasi
DU-PBB, realisasi penjualan dan penyaluran
benih
bersubsidi
setiap
bulan.
Laporan
disampaikan kepada Dinas Provinsi. Format tabel
laporan seperti Lampiran 7.
2.
Dinas Provinsi wajib menyusun rekapitulasi DUPBB, realisasi penjualan dan penyaluran Benih
Bersubsidi setiap bulan yang disampaikan
kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan.
Format tabel laporan seperti Lampiran 8.
3.
BUMN Pelaksana Subsidi Benih wajib menyusun
laporan secara tertulis realisasi penjualan dan
penyaluran Benih Bersubsidi setiap bulan yang
disampaikan kepada Direktur Jenderal Tanaman
Pangan selaku KPA.
4.
Laporan yang disusun oleh Dinas Provinsi dan
BUMN Pelaksana Subsidi Benih menjadi bahan
evaluasi perkembangan realisasi penjualan dan
penyaluran Benih Bersubsidi Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan.
5.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan wajib
menyusun Laporan Pelaksanaan Subsidi Benih
Tahun Anggaran 2017.
VI.
PENUTUP
Petunjuk Teknis Subsidi Benih Tahun Anggaran 2017
ini merupakan acuan dalam pelaksanaan, penjualan,
dan penyaluran benih bersubsidi Tahun Anggaran
2017. Sehingga diharapkan tujuan dan sasaran
pelaksanaan subsidi benih dapat tercapai.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 3 Januari 2017
DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN
HASIL SEMBIRING
NIP 196002101988031001
31
Lampiran
33
LAMPIRAN 1.
ALOKASI BENIH BERSUBSIDI PER PROVINSI TA 2017
ALOKASI
NO
PROVINSI
PADI INBRIDA
(Ha)
1
PADI HIBRIDA
(Kg)
(Ha)
KEDELAI
(Kg)
(Ha)
(Kg)
ACEH
178,000
4,450,000
-
-
20,000
1,000,000
250,000
2
SUMUT
152,000
3,800,000
5,000
75,000
5,000
3
SUMBAR
50,000
1,250,000
-
-
-
-
4
RIAU
20,000
500,000
-
-
2,000
100,000
5
JAMBI
35,000
875,000
-
-
1,000
50,000
6
SUMSEL
85,000
2,125,000
5,000
75,000
9,000
450,000
7
BENGKULU
8
LAMPUNG
27,000
675,000
-
-
1,000
50,000
195,000
4,875,000
5,000
75,000
5,000
250,000
9
BABEL
2,000
50,000
-
-
-
-
10
JABAR
625,000
15,625,000
10,000
150,000
27,000
1,350,000
725,000
18,125,000
20,000
300,000
30,000
1,500,000
32,000
800,000
5,000
75,000
5,000
250,000
4,000,000
11
JATENG
12
DI YOGYAKARTA
13
JATIM
575,000
14,375,000
30,000
450,000
80,000
14
BANTEN
292,000
7,300,000
5,000
75,000
5,000
250,000
15
BALI
32,000
800,000
-
-
3,000
150,000
16
NTB
181,000
4,525,000
5,000
75,000
30,000
1,500,000
17
NTT
95,000
2,375,000
-
-
5,000
250,000
18
KALBAR
25,000
625,000
-
-
1,000
50,000
19
KALTENG
40,000
1,000,000
-
-
-
-
20
KALSEL
100,000
2,500,000
-
-
10,000
500,000
21
KALTIM
15,000
375,000
-
-
1,000
50,000
22
KALTARA
-
-
-
-
3,000
150,000
23
SULUT
30,000
750,000
5,000
75,000
10,000
500,000
24
SULTENG
40,000
1,000,000
-
-
5,000
250,000
25
SULSEL
250,000
6,250,000
5,000
75,000
20,000
1,000,000
26
SULTRA
85,000
2,125,000
-
-
7,000
350,000
27
GORONTALO
27,000
675,000
-
-
4,000
200,000
28
SULBAR
35,000
875,000
-
-
5,000
250,000
29
MALUKU
15,000
375,000
-
-
2,000
100,000
15,000
375,000
-
-
2,000
100,000
7,000
175,000
-
-
1,000
50,000
15,000
375,000
-
-
1,000
50,000
4,000,000
100,000,000
100,000
1,500,000
300,000
15,000,000
30
MALUT
31
PAPUA BARAT
32
PAPUA
JUMLAH
34
ALOKASI BENIH BERSUBSIDI PADI INBRIDA TA 2017
ALOKASI
NO
PROVINSI
PADI INBRIDA
(Ha)
PT SANG HYANG SERI (PERSERO)
(Kg)
(Ha)
(Kg)
PT PERTANI
(PERSERO)
(Ha)
(Kg)
1
ACEH
178,000
4,450,000
89,000
2,225,000
89,000
2,225,000
2
SUMUT
152,000
3,800,000
76,000
1,900,000
76,000
1,900,000
3
SUMBAR
50,000
1,250,000
25,000
625,000
25,000
625,000
4
RIAU
20,000
500,000
10,000
250,000
10,000
250,000
5
JAMBI
35,000
875,000
17,500
437,500
17,500
437,500
6
SUMSEL
85,000
2,125,000
42,500
1,062,500
42,500
1,062,500
7
BENGKULU
27,000
675,000
13,500
337,500
13,500
337,500
8
LAMPUNG
195,000
4,875,000
97,500
2,437,500
97,500
2,437,500
9
BABEL
2,000
50,000
1,000
25,000
1,000
25,000
10
JABAR
625,000
15,625,000
312,500
7,812,500
312,500
7,812,500
11
JATENG
725,000
18,125,000
362,500
9,062,500
362,500
9,062,500
12
DI YOGYAKARTA
32,000
800,000
16,000
400,000
16,000
400,000
13
JATIM
575,000
14,375,000
287,500
7,187,500
287,500
7,187,500
14
BANTEN
292,000
7,300,000
146,000
3,650,000
146,000
3,650,000
15
BALI
32,000
800,000
16,000
400,000
16,000
400,000
16
NTB
181,000
4,525,000
90,500
2,262,500
90,500
2,262,500
17
NTT
95,000
2,375,000
47,500
1,187,500
47,500
1,187,500
18
KALBAR
25,000
625,000
12,500
312,500
12,500
312,500
19
KALTENG
40,000
1,000,000
20,000
500,000
20,000
500,000
20
KALSEL
100,000
2,500,000
50,000
1,250,000
50,000
1,250,000
21
KALTIM
15,000
375,000
7,500
187,500
7,500
187,500
22
KALTARA
-
-
-
-
-
-
23
SULUT
30,000
750,000
15,000
375,000
15,000
375,000
24
SULTENG
40,000
1,000,000
20,000
500,000
20,000
500,000
25
SULSEL
250,000
6,250,000
125,000
3,125,000
125,000
3,125,000
26
SULTRA
85,000
2,125,000
42,500
1,062,500
42,500
1,062,500
27
GORONTALO
27,000
675,000
13,500
337,500
13,500
337,500
28
SULBAR
35,000
875,000
17,500
437,500
17,500
437,500
29
MALUKU
15,000
375,000
7,500
187,500
7,500
187,500
30
MALUT
15,000
375,000
7,500
187,500
7,500
187,500
31
PAPUA BARAT
7,000
175,000
3,500
87,500
3,500
87,500
32
PAPUA
15,000
375,000
7,500
187,500
7,500
187,500
4,000,000
100,000,000
2,000,000
50,000,000
2,000,000
50,000,000
JUMLAH
35
ALOKASI BENIH BERSUBSIDI PADI HIBRIDA TA 2017
ALOKASI
NO
PROVINSI
PADI HIBRIDA
(Ha)
1
ACEH
2
SUMUT
3
4
5
PT SANG HYANG SERI (PERSERO)
(Kg)
(Ha)
(Kg)
PT PERTANI
(PERSERO)
(Ha)
(Kg)
-
-
-
-
-
-
5,000
75,000
2,500
37,500
2,500
37,500
SUMBAR
-
-
-
-
-
-
RIAU
-
-
-
-
-
-
JAMBI
-
-
-
-
-
-
5,000
75,000
2,500
37,500
2,500
37,500
-
-
-
-
-
-
5,000
75,000
2,500
37,500
2,500
37,500
6
SUMSEL
7
BENGKULU
8
LAMPUNG
9
BABEL
-
-
-
-
-
-
10
JABAR
10,000
150,000
5,000
75,000
5,000
75,000
20,000
300,000
10,000
150,000
10,000
150,000
5,000
75,000
2,500
37,500
2,500
37,500
30,000
450,000
15,000
225,000
15,000
225,000
37,500
11
JATENG
12
DI YOGYAKARTA
13
JATIM
14
BANTEN
5,000
75,000
2,500
37,500
2,500
15
BALI
-
-
-
-
-
-
16
NTB
5,000
75,000
2,500
37,500
2,500
37,500
17
NTT
-
-
-
-
-
-
18
KALBAR
-
-
-
-
-
-
19
KALTENG
-
-
-
-
-
-
20
KALSEL
-
-
-
-
-
-
21
KALTIM
-
-
-
-
-
-
22
KALTARA
-
-
-
-
-
-
23
SULUT
5,000
75,000
2,500
37,500
2,500
37,500
24
SULTENG
-
-
-
-
-
-
25
SULSEL
5,000
75,000
2,500
37,500
2,500
37,500
26
SULTRA
-
-
-
-
-
-
27
GORONTALO
-
-
-
-
-
-
28
SULBAR
-
-
-
-
-
-
29
MALUKU
-
-
-
-
-
-
30
MALUT
-
-
-
-
-
-
31
PAPUA BARAT
-
-
-
-
-
32
PAPUA
-
-
-
-
-
-
100,000
1,500,000
50,000
750,000
50,000
750,000
JUMLAH
36
ALOKASI BENIH BERSUBSIDI KEDELAI TA 2017
ALOKASI
NO
(Kg)
PT PERTANI
(PERSERO)
(Ha)
(Kg)
1,000,000
10,000
500,000
10,000
500,000
5,000
250,000
2,500
125,000
2,500
125,000
-
-
-
-
-
-
2,000
100,000
1,000
50,000
1,000
50,000
PROVINSI
KEDELAI
(Ha)
1
ACEH
2
SUMUT
3
SUMBAR
4
RIAU
PT SANG HYANG SERI (PERSERO)
(Kg)
20,000
(Ha)
5
JAMBI
1,000
50,000
500
25,000
500
25,000
6
SUMSEL
9,000
450,000
4,500
225,000
4,500
225,000
7
BENGKULU
1,000
50,000
500
25,000
500
25,000
8
LAMPUNG
5,000
250,000
2,500
125,000
2,500
125,000
9
BABEL
-
-
-
-
-
-
10
JABAR
27,000
1,350,000
13,500
675,000
13,500
675,000
30,000
11
JATENG
12
DI YOGYAKARTA
1,500,000
15,000
750,000
15,000
750,000
5,000
250,000
2,500
125,000
2,500
125,000
13
JATIM
80,000
4,000,000
40,000
2,000,000
40,000
14
2,000,000
BANTEN
5,000
250,000
2,500
125,000
2,500
125,000
15
BALI
3,000
150,000
1,500
75,000
1,500
75,000
16
NTB
30,000
1,500,000
15,000
750,000
15,000
750,000
17
NTT
5,000
250,000
2,500
125,000
2,500
125,000
18
KALBAR
1,000
50,000
500
25,000
500
25,000
19
KALTENG
-
-
-
-
-
-
20
KALSEL
10,000
500,000
5,000
250,000
5,000
250,000
21
KALTIM
1,000
50,000
500
25,000
500
25,000
22
KALTARA
3,000
150,000
1,500
75,000
1,500
75,000
10,000
23
SULUT
24
SULTENG
500,000
5,000
250,000
5,000
250,000
5,000
250,000
2,500
125,000
2,500
25
125,000
SULSEL
20,000
1,000,000
10,000
500,000
10,000
500,000
26
SULTRA
7,000
350,000
3,500
175,000
3,500
175,000
27
GORONTALO
4,000
200,000
2,000
100,000
2,000
100,000
28
SULBAR
5,000
250,000
2,500
125,000
2,500
125,000
29
MALUKU
2,000
100,000
1,000
50,000
1,000
50,000
30
MALUT
2,000
100,000
1,000
50,000
1,000
50,000
31
PAPUA BARAT
1,000
50,000
500
25,000
500
25,000
32
PAPUA
1,000
50,000
500
25,000
500
25,000
300,000
15,000,000
150,000
7,500,000
150,000
7,500,000
JUMLAH
37
Lampiran 2
SURAT PENUGASAN
Yang Bertanda tangan dibawah ini
:
Nama
:
NIP
:
Jabatan
: Kepala…………………….
Kabupaten/Kota :
Memberikan penugasan kepada
Nama
:
NIP
:
Jabatan
:
:
Untuk :
1. Menyetujui Daftar Usulan Pembelian Benih Bersubsidi
(DU-PBB) yang dibuat oleh Kelompok Tani.
2. Mengetahui Faktur Penjualan Benih Bersubsidi.
Demikian
Surat
Penugasan
sebagaimana mestinya.
ini,
agar
dipergunakan
…………………………2017
Kepala Dinas Kabupaten/Kota
Ttd/Cap/Stempel
(………………………………………..)
NIP.
38
Lampiran 3
DAFTAR USULAN PEMBELIAN BENIH BERSUBSIDI (DU-PBB)
Tanggal
Nama Kelompok Tani
Jumlah Anggota
Desa
Kecamatan
Kabupaten/Kota
:
:
:
:
:
:
Kepada Yth.
KEPALA CABANG/SATUAN TUGAS/BAGIAN PEMASARAN/PENJUALAN
PT. Sang Hyang Seri (Persero)/PT. Pertani (Persero)*)
Untuk memenuhi kebutuhan benih budidaya tanaman
mengajukan pembelian benih bersubsidi sebagai berikut :
pangan,
kami
Jenis Benih : Padi Inbrida, Padi Hibrida, Kedelai*)
No
Nama Petani
Luas
(Ha)
Kebutuhan
Benih (Kg)**)
Varietas***)
Jadwal
Tanam
(Bulan,
Tahun)
……/……
Jumlah
Keterangan :
*) Coret yang tidak perlu
**) Kebutuhan benih maksimal untuk padi inbrida di lahan sawah 25 kg/ha;
padi hibrida 15 kg/ha; dan kedelai 50 kg/ha; atau sesuai kebutuhan petani
dan karakteristik lahan pertanian di wilayah setempat berdasarkan hasil
kajian atau rekomendasi dari BPTP Badan Litbang Pertanian setempat
**) Dapat dibuat 2 (dua) alternatif varietas
Menyetujui,
Kepala Cabang Dinas/Kepala UPT Kecamatan/
Petugas Pertanian Lainnya
Ketua/Pengurus Kelompok Tani,
Ttd dan Cap/Stempel
Ttd dan Cap/Stempel
(……………………………………..)
(…..………………………..)
Catatan :
Apabila Petugas Pertanian yang ditugaskan tidak memiliki atau tidak
berwenang menggunakan stempel atau cap agar melampirkan Surat Keterangan
yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota atau Pejabat Eselon III
yang ditugaskan mewakili.
39
Lampiran 4
REKAPITULASI DAFTAR USULAN PEMBELIAN
BENIH BERSUBSIDI (DU-PBB)
TINGKAT KABUPATEN/KOTA
PROVINSI
KABUPATEN/KOTA
JENIS BENIH
:
:
: Padi Inbrida, Padi Hibrida, Kedelai*)
Nama
Kecamatan/
Desa
No
Kelompok
Tani
Ketua
Luas
(Ha)
Kebutuhan
Benih
(Kg)
Varietas**)
JUMLAH
Keterangan :
*) Coret yang tidak perlu
**) Dapat dibuat 2 (dua) alternatif varietas
…………………………2017
Kepala Dinas Kabupaten/Kota
Ttd/Cap/Stempel
(………………………………………..)
NIP.
40
Jadwal
Tanam
(Bulan,
Tahun)
Lampiran 5
FAKTUR PENJUALAN BENIH BERSUBSIDI
Nama Pembeli
Alamat
:
:
Tanggal
:
No
Jenis
Benih/
Varietas
Kelompok Tani ……………………………………
Desa……………………………………….…………
Kecamatan……………………………….…………
Kabupaten/Kota………………………….…….…
…………………………………………….….…..…..
Jumlah
(Kg)
Nomor
Lot
Harga
Jual
Benih
(Rp/Kg)
Masa
Berlaku
Label
Jumlah
Penjualan
(Rp)
Jumlah
Ketua/Pengurus
Kelompok Tani
Kepala Cabang/Satuan Tugas/
Bagian Pemasaran/Penjualan
PT Sang Hyang Seri (Persero)/PT Pertani (Persero)
Ttd dan Cap/Stempel
Ttd dan Cap/Stempel
(……………………………………..)
(…..…………………….…………..)
Mengetahui,
Kepala Cabang Dinas/Kepala UPT Kecamatan/
Petugas Pertanian Lainnya
Ttd dan Cap/Stempel
(……………………………………..)
NIP.
Catatan :
Apabila Petugas Pertanian yang ditugaskan tidak memiliki atau tidak
berwenang menggunakan stempel atau cap agar melampirkan Surat
Keterangan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota
atau Pejabat Eselon III yang ditugaskan mewakili.
41
Lampiran 6
REKAPITULASI FAKTUR PENJUALAN BENIH BERSUBSIDI
KABUPATEN/KOTA
JENIS BENIH
Nama
Kelompok
Tani
No
:
: Padi Inbrida, Padi Hibrida, Kedelai*)
Alamat
Desa
Kecamatan
Faktur
Nomor
Tanggal
Volume
(Kg)
Varietas
Nomor
Lot
Jumlah
Keterangan :
*) Coret yang tidak perlu
Tanggal, ……………………
Kepala Dinas Kabupaten/Kota
atau Pejabat Eselon III
yang ditugaskan
mewakili
Kepala Cabang/Satuan Tugas/
Bagian Pemasaran/Penjualan
PT Sang Hyang Seri (Persero)/PT Pertani
(Persero)
Ttd dan Cap/Stempel
Ttd dan Cap/Stempel
(……………………………………..)
NIP.
(…..…………………….…………..)
Mengetahui,
Kepala Dinas Provinsi
atau Pejabat Eselon III yang ditugaskan mewakili
Ttd dan Cap/Stempel
(……………………………………..)
NIP.
42
Lampiran 7
RENCANA DAN REALISASI PENJUALAN DAN PENYALURAN
BENIH BERSUBSIDI KABUPATEN/KOTA
KABUPATEN/KOTA
JENIS BENIH
:
:
Rencana
No
Kecamatan
Alokasi
Luas
Volume
Areal
(Kg)
(Ha)
Volume
(Kg)
DU-PBB
Luas
%
Areal Terhadap
(Ha)
Alokasi
Realisasi
% Terhadap
Volume
(Kg)
Luas
Areal
(ha)
Alokasi
DUPBB
Kepala Dinas Kabupaten/Kota
Ttd/Cap/Stempel
(………………………………………..)
NIP.
43
Lampiran 8
RENCANA DAN REALISASI PENJUALAN DAN PENYALURAN
BENIH BERSUBSIDI DI PROVINSI
PROVINSI
JENIS BENIH
:
:
Rencana
No
Kabupaten/
Kota
Alokasi
Luas
Volume
Areal
(Kg)
(Ha)
Volume
(Kg)
DU-PBB
Luas
%
Areal Terhadap
(Ha)
Alokasi
Volume
(Kg)
Realisasi
% Terhadap
Luas
Areal
DUAlokasi
(ha)
PBB
Kepala Dinas Provinsi
Ttd/Cap/Stempel
(………………………………………..)
NIP.
44