Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu Terhadap Pemanfaatan Imunisasi di Kecamatan Grong-Grong, Kabupaten Pidie, Aceh

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Imunisasi
Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam
tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari infeksi dan benda asing, juga
berfungsi menyembuhkan luka, menjaga keseimbanga mikroba dalam tubuh, dan
mengatur reaksi tubuh terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan seperti
perubahan cuaca (Kerthyasa, 2013).
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat antibodi untuk
mencegah penyakit tertentu (Maryunani, 2010).
Imunisasi bertujuan untuk
a. mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, menghilangkan
penyakit

tertentu

pada

sekelompok


masyarakat

atau

bahkan

dapat

menghilangkan penyakit tertentu dari dunia (Ranuh, 2008).
b. menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Penyakit-penyakit tersebut yaitu disentri, tetanus, batuk
rejan (pertusis), cacar (measles), polio, dan tuberculosis (Notoatmodjo, 2007).
c. menurut WHO (World Health Organization), program imunisasi di Indonesia
memiliki tujuan untuk menurunkan angka kejadian penyakit dan angka
kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Achmadi,
2006).
Berdasarkan sumbernya, imunitas atau daya tahan tubuh dibagi dua yaitu
aktif dan pasif. Aktif apabila tubuh anak ikut merangsang pembentukan imunitas,

7

Universitas Sumatera Utara

sedangkan imunitas pasif, apabila tubuh anak tidak merangsang pembentukan
imunitas (Maryunani, 2010).
Imunisasi aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian kuman yang sudah dilemahkan atau
vaksin dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi yang akan
bertahan selama bertahun-tahun (Notoatmodjo, 2007).
Imunisasi pasif
Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi dengan maksut memberikan
imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi sendiri zat aktif tersebut untuk
kekebalan tubuhnya. Antibodi yang diberikan bertujuan untuk pencegahan atau
pengobatan terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri maupun virus.
Perlindungan bersifat sementara selama antibodi masih aktif didalam tubuh dan
perlindungannya singkat karena tubuh tidak membentuk memori terhadap patogen
atau antigen spesifik (Notoatmodjo, 2007).
Jenis-Jenis Imunisasi
1. Imunisasi dasar
Imunisasi dasar merupakan imunisasi pertama harus diberikan kepada
semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari

penyakit-penyakit tertentu yang berbahaya (Wahab, 2002).
Imunisasi dasar yang wajib diberikan kepada anak adalah :
a.

BCG, untuk mencegah TBC

b.

DPT, mencegah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus

c.

Polio, untuk mencegah penyakit poliomyelitis

d.

Campak, untuk mencegah penyakit campak

8
Universitas Sumatera Utara


e.

Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis B (Wahab, 2002).

2. Imunisasi booster
Imunisasi booster adalah imunisasi ulangan dari imunisasi dasar yang
diberikan pada waktu tertentu dan juga diberikan bila terdapat suatu wabah yang
terjangkit atau bila terdapat kontak dengan penyakit bersangkutan (Maryunani,
2010).

3. Imunisasi yang tidak diwajibkan, tetapi di anjurkan
Disamping lima jenis imunisasi dasar yang wajib diberikan kepada bayi,
terdapat beberapa jenis imunisasi yang dianjurkan yaitu:
a. Imunisasi MMR
b. Imunisasi Typhoid
c. Imunisasi HiB (Meningitis)
d. Imunisasi Hepatitis A
e. Imunisasi Variscella (cacar air) (Maryunani, 2010).
Imunisasi BCG

Merupakan imunisasi yang diberikan satu kali dan tidak perlu diulang,
ditujukan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis
(TBC), yaitu penyakit paru-paru yang sangat menular. Vaksin BCG mengandung
kuman BCG (Bacillus Calmette-Guerin) yang masih hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan
hasil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas (Wahab, 2002).
Waktu dan cara pemberian:
Sedini mungkin, sesuai anjuran WHO, vaksin BCG diberikan melalui
intrakutan pada lengan kanan atas atau penyuntikan pada paha umumnya pada

9
Universitas Sumatera Utara

usia dibawah 2 (dua) bulan. Jika diberikan setelah 2 bulan disarankan melakukan
tes Mantoux (tuberculin) terlebih dahulu, untuk mengetahui apakah bayi sudah
terinfeksi kuman Mycobacterium tuberculosis atau belum. Apabila hasil tes
Mantoux negatif, maka vaksinasi dapat dilakukan. Apabila telah diketahui ada
penderita TB yang tinggal serumah atau yang sering berkunjung kerumah, maka
disarankan untuk melakukan vaksinasi BCG segera setelah bayi lahir (Maryunani,
2010).

Kontraindikasi
Imunisasi BCG tidak boleh digunakan pada anak yang memiliki riwayat
TB atau yang mendapatkan hasil uji tuberkulin >5 mm, pada anak yang
mempunyai penyakit kulit yang berat atau menahun. menderita gizi buruk,
menderita demam tinggi (Priyono, 2010).
Efek samping
Umumnya vaksin BCG tidak mempunyai efek samping. Tetapi, pada
beberapa anak mengalami pembengkakan pada kelenjar getah bening diketiak
atau pada leher bagian bawah, terasa padat, tidak sakit dan akan sembuh dengan
sendirinya (Cahyono, 2010).
Imunisasi DPT
Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang berguna untuk mencegah
penyakit difteri, pertusis, dan tetanus.
Penyakit difteri merupakan radang pada tenggorokan yang sangat
berbahaya karena dapat menimbulkan tersumbatnya jalan pernafassan dan juga
dapat menyebabkan kerusakan pada jantung hingga menyebabkan kematian dalam
beberapa hari saja.

10
Universitas Sumatera Utara


Penyakit pertusis merupakan radang paru (pernafasan), biasanya disebut
batuk rejan atau batuk seratus hari karena bisa mencapai 100 hari atau 3 bulan
lebih.
Penyakit tetanus merupakan penyakit kejang otot seluruh tubuh dengan
mulut terkunci sehingga mulut tidak bisa dibuka (Maryunani, 2010).
Waktu dan cara pemberian imunisasi
Imunisasi DPT diberikan diberikan dengan cara penyuntikan Intra
muskular (I.M) sebanyak 3 kali yaitu pada usia 2, 4 dan 6 bulan. Bisa juga
ditambahkan 2 kali lagi pada usia 18 bulan dan 5 tahun (Wahab, 2002)
Kontra indikasi:
a. tidak dapat diberikan kepada anak yang mengalami penyakit atau kelainan
saraf baik yang bersifat keturunan atau bukan misalnya epilepsi.
b. menderita kelainan saraf berat atau habis dirawat karena infeksi pada otak
c. anak-anak yang sedang demam
d. mudah kejang
e. mempunyai sifat alergi, seperti asma (Maryunani, 2010)
Efek samping
Biasanya hanya gejala yang ringan dan bersifat sementara, lemas, demam,
dan kemerahan, agak nyeri pada tempat suntikan, yang akan hilang dengan

sendirinya. Namun kadang-kadang timbul gejala berat seperti demam tinggi
iritabilitas, dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi (Prayono,
2010).

11
Universitas Sumatera Utara

Imunisasi polio
Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan guna mencegah penyakit
polio yang dapat menimbulkan kelumpuhan atau kecacatan pada anak. Imunisasi
polio terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3 yang sudah
dilemahkan. Saat ini imunisasi polio juga dapat diperoleh pada imunisasi polio
massal atau Pekan Imunisasi Nasional (PIN).
Waktu dan cara pemberian
Diberikan 4 kali pada bayi usia 0 atau saat lahir, berikutnya usia bayi 2
bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Cara pemberian imunisasi polio yaitu peroral.
Efek samping
Pada umumnya hampir tidak ada efek samping dari pemberian imunisasi
polio. Hanya sebagian kecil mengalami pusing, diare ringan dan sakit otot.
Kontraindikasi

a. gangguan kekebalan
b. HIV/AIDS
c. penyakit kanker
d. sedang dalam pengobatan steroid dan radiasi umum
e. sebaiknya imunisasi polio ditunda pada anak yang mengalami diare berat dan
demam tinggi (Maryunani, 2010).
Imunisasi campak
Pemberian imunisasi campak bertujuan untuk mencegah terjadinya
penyakit campak. Vaksin campak mengandung virus yang dilemahkan

12
Universitas Sumatera Utara

Waktu dan Cara Pemberian
Imunisasi campak diberikan 1 kali pada usia 9 bulan secara subkutan dan
di anjurkan pemberiannya sesuai jadwal. Hal ini dikarenakan antibodi yang
diturunkan dari sang ibu telah menurun pada saat usia bayi mencapai 9 bulan.
Disamping itu, umumnya penyakit campak menyerang anak usia balita. Apabila
telah mencapai 12 bulan dan anak tersebut belum mendapatkan munisasi campak,
maka harus diimunisasi MMR (Maryunani, 2010)

Kontraindikasi
a. anak dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam
b. penderita gangguan kekebalan
c. penderita penyakit TBC tanpa pengobatan
d. anak kekurangan gizi berat
e. anak dengan kerentanan tinggi terhadap protein telur, kanamisin dan
eritromisin
Efek samping
Umumnya tidak timbul efek samping setelah pemberian imunisasi
campak. Namun, pada beberapa anak timbul demam ringan dan kemerahan pada
pipi dibawah telinga pada hari ke-7-8 setelah penyuntikan (Wahab, 2002).
Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit hepatitis B yang merusak hati. Vaksin hepatitis B mengandung HbsAg
dalam bentuk cair.

13
Universitas Sumatera Utara

Waktu dan cara pemberian

Sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir dengan syarat kondisi bayi harus
stabil tidak ada gangguan paru-paru dan jantung. Selanjutnya pada usia 1 bulan
dan usia antara 3-4 bulan. Khusus yang lahir dari ibu pengidap hepatitis B,
imunisasi diberikan kurang dari 12 jam setelah lahir dan diberikan imunisasi
tambahan dengan immunoglobulin anti hepatitis B dalam waktu sebelum 24 jam.
Imunisasi hepatitis B diberikan secara i.m di lengan atau di paha.
Kontra indikasi
Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang
disertai kejang.
Efek samping
Biasanya tidak menimbulkan reaksi setelah imunisasi. Meskipun timbul,
hanya berupa nyeri pada tempat penyuntikan yang disusul demam ringan dan
pembengkakan (Prayono, 2010).

2.2 Pengetahuan
Definisi
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2007).

14
Universitas Sumatera Utara

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada
akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya jika
seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat
perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai
yang baru diperkenalkan.
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
c. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek
fisik dan psikologi atau mental. Pada aspek psikologi atau mental, taraf berpikir
seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.
d. Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal,
sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
e. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan

15
Universitas Sumatera Utara

pengalaman

yang

kurang

baik.

Sebaliknya,

jika

pengalaman

tersebut

menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat
mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang. Pengalaman baik ini
akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
f. Kebudayaan lingkungan sekitar
Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau
sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
g. Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat
seseorang memperoleh pengetahuan yang baru (Notoatmodjo, 2007).
Cara Mengukur Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara (pertanyaanpertanyaan secara langsung) atau melalui angket (pertanyaan-pertanyaan tertulis)
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.
Wawancara (interview) adalah suatu metode yang dipergunakan unutk
mengumpulkan data, di mana peneliti mendapatkan keterangan atau infomasi
secara lisan dari seseorang sarana penelitian (responden) atau bercakap-cakap
berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Angket adalah suatu cara
pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya
banyak menyangkut kepentingan umum. Angket ini dilakukan dengan
mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan

16
Universitas Sumatera Utara

secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendaptkan tanggapan, informasi,
jawaban dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
2.3 Sikap
Definisi
Sikap merupakan reaksi atau respon tertutup seseorang terhadap stimulus
atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan seperti senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik
(Notoatmodjo, 2010). Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial
dalam Notoatmodjo (2010) sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
a. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang
melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosional,
pengahayatan akan pengalaman akan lebih baik mendalam dan lebih baik
mendalam dan lebih membekas.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konfornis
atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini
antara lain dimotivasi untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap
penting.

17
Universitas Sumatera Utara

c. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang
sangat mengutamakan kehidupan kelompok, maka sangat mungkin kita akan
mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan individualism yang mengutamakan
kepentingan perorangan.
d. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah dan lain-lain. Mempunyai pengaruh yang besar dalam
pembentukan opini kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai
tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti
yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai
sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadapa
hal tersebut.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan
buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
f. Pengaruh faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan

18
Universitas Sumatera Utara

pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran
frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
Metode Pengukuran sikap
Notoatmodjo (2010), pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Misalnya,
bagaimana pendapat responden tentang manfaat imunisasi. Pertanyaan-pertanyaan
langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan
mengunakan kata “setuju” atau “tidak setuju” terhadap peryataan-pernyataan
dengan objek tertentu yaitu mengunakan skala Likert.
2.4 Tindakan
Definisi
Perilaku atau tindakan adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
pemenuhan kebutuhan tertentu sesuai pengetahuan, kepercayaan. Perilaku juga
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan organisme tersebut merespons, maka teori skinner disebut
Stimulus Organisme Respons. Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan
(Notoatmodjo, 2007).

19
Universitas Sumatera Utara

Faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan/perilaku
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a. faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, misalnya :
pengetahuan, kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin
b. faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, politik (Notoatmodjo, 2007).
Menurut teori Lawrence Green dalam buku Notoatmodjo (2003) perilaku
kesehatan seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yakni:
a. faktor-faktor pemudah, yakni faktor-faktor yang mempermudah terjadinya
perilaku seseorang. Faktor-faktor ini terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, dukungan keluarga, sosiodemografi.
b. faktor-faktor pemungkin, yakni faktor-faktor yang memfasilitasi suatu
perilaku. Yang termasuk kedalam faktor pendukung adalah sarana dan
prasarana kesehatan.
c. faktor-faktor penguat, yakni faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya suatu perilaku. Faktor-faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi
perilaku masyarakat.

20
Universitas Sumatera Utara