Pemanfaatan Pupuk Cair Fermentasi dari Manure Ayam Broiler Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kelor (Moringa oleifera)

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kondisi tanah di Indonesia yang merupakan negara tropis basah
menyebabkan terjadinya pengikisan unsur hara yang berada pada lapisan top soil.
Setiap

tahunnya terjadi pengikisan unsur hara sekitar 50%

sehingga setiap

tahunnya diperlukan penambahan unsur hara yaitu untuk lahan kering sekitar
10 ton/ha (Rauf, 2010).
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia
dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik dari pada
kadar haranya (Wikipedia, 2012).
Pupuk organik memiliki kelebihan dibanding dengan pupuk anorganik,
diantaranya adalah a) Berfungsi sebagai granulator sehingga dapat memperbaiki
struktur tanah, b) Daya serap tanah terhadap air dapat meningkat dengan

pemberian pupuk organik karena dapat mengikat air lebih banyak dan lebih lama,
c) Pupuk organik dapat meningkatkan kondisi kehidupan di dalam tanah, d) Unsur
hara di dalam pupuk organik merupakan sumber makanan bagi tanaman, e) Pupuk
organik merupakan sumber unsur hara N, P dan K (Prihmantoro, 2004).
Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan
pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi
lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan karbon organik dalam
tanah, yaitu 2%. Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan

Universitas Sumatera Utara

karbon organik sekitar 2,5%. Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan
produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran
lingkungan dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan (Fariz, 2012).
Pemanfaatan manure ayam merupakan salah satu alternatif yang sangat
tepat untuk mengatasi kelangkaan dan naiknya harga pupuk. Sampai saat ini
pemanfaatan manure ayam sebagai pupuk belum dilakukan petani secara optimal.
Pupuk kandang yang berasal dari manure ayam broiler mengandung nitrogen dan
fosfor


yang

lebih

tinggi

dibandingkan

pupuk

kandang

lainnya

(Donahue et al,. 1997).
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang sering
dipelihara oleh masyarakat, seperti kotoran kambing, sapi, domba, dan
ayam.Pupuk kandang mengandung unsur hara makro yaitu fosfor, nitrogen, dan
kalium. Unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk kandang di antaranya
kalsium, magnesium, belerang, natrium, besi, tembaga, dan molibdenum dan

unsur

tersebut

syarat

yang

dibutuhkan

untuk

pertumbuhan

tanaman

(Distan, 2011).
Kelor termasuk jenis tumbuhan perdu berumur panjang berupa semak atau
pohon dengan ketinggian 7-12 meter. Batangnya berkayu (lignosus), tegak,
berwarna putih kotor, berkulit tipis dan mudah patah. Cabangnya jarang dengan

arah cabang tegak atau miring serta cenderung tumbuh lurus dan memanjang.
Daun kelor berbentuk bundar telur, bersirip tak sempurna, beranak daun gasal,
tersususun majemuk dalam satu tangkai dan hanya sebesar ujung jari. Helaian
daun kelor berwarna hijau, ujung daun tumpul, pangkal daun membulat, tepi daun
rata, susunan pertulangan menyirip serta memiliki panjang 1-3 cm dan lebar 1-2

Universitas Sumatera Utara

cm. Bunga kelor muncul di ketiak daun, beraroma khas dan berwarna putih
kekuning-kuningan. Buah kelor berbentuk segitiga, dengan panjang sekitar 20-60
cm dan berwarna hijau. Kelor berakar tunggang, berwarna putih, berbentuk seperti
lobak, berbau tajam dan berasa pedas (Tilong, 2012).
Tanaman kelor pada umumnya memiliki fase pertumbuhan yang sama
dengan tanaman lainnya yaitu fase vegetatif

dan generatif. Tanaman kelor

memiliki pertumbuhan tanaman yang lumayan cepat pada pertumbuhan vegetatif
dengan menggunakan stek saat umur 60 hst memiliki kecepatan tumbuh 20-50
cm per 2 minggu


apabila unsur hara yang dibutuhkan terpenuhi sehingga

fotosintesis berjalan dengan lancar

dan hasil fotosintesis digunakan untuk

perkembangan dan pertumbuhan tanaman seperti penambahan ukuran panjang
atau

tinggi

tanaman,

pembentukan

tangkai

dan


daun

baru

(Bukcman and Brady, 1982).
Kelor (Moringa oleifera) memiliki tingkat kemampuan memproduksi
hijauan yang cukup tinggi. Kemampuan produksi biomassa mencapai 4,2–8,3 ton
bahan kering/ha. Kandungan protein daun berkisar 19,3–26,4%. Sehingga
Moringa oleifera dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pakan baru terutama
untuk ternak ruminansia Moringa oleifera mempunyai kandungan asam amino
yang lengkap. Mengandung 18 asam amino yang terdiri dari (delapan) asam
amino esensial dan 10 asam amino nonesensial (Makkar dan Becker, 1996).
Penggunaan tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam pakan ayam
pedaging menunjukkan bahwa tepung daun kelor bisa digunakan hingga 5%.
dalam pakan untuk mengganti tepung ikan dan bungkil kedelai.

Universitas Sumatera Utara

Menurut hasil penelitian Osfar Sjofjan (2008), tentang efek penggunaan
tepung daun kelor (moringa oleifera) dalam pakan terhadap penampilan produksi

ayam pedaging dengan level sebesar 0% (P0); 2,5% (P1); 5,0% (P2); 7,5% (P3)
dan 10% (P4) hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun kelor
(Moringa oleifera) dalam pakan tidak memberikan peningkatan terhadap
konsumsi pakan, pertambahan bobot hidup, konversi pakan, berat karkas, faktor
efisiensi produksi dan Income Over Feed Cost (IOFC). Tetapi pada penggunaan
tepung daun kelor (Moringa oleifera) sebanyak 10 % dalam pakan tidak
memberikan efek negatif terhadap penampilan produksi ayam pedaging dan perlu
dilakukan uji coba lebih lanjut penggunaan tepung daun kelor (Moringa oleifera)
dengan kandungan lebih dari 10 % dalam pakan terhadap penampilan produksi
ayam pedaging.
kelor (Moringa oleifera) diantaranya daun kelor (Moringa oleifera)
sebagai anti anemia (Oduro et al, 2008), daun dan batang kelor (Moringa oleifera)
dapat digunakan sebagai penurun tekanan darah tinggi dan obat diabetes
(Giridhari et al, 2011), dan kulit dari pohon kelor (Moringa oleifera) sebagai obat
radang usus besar (Fuglie, 1999).
Kandungan Bahan Aktif dalam Moringa oleifera kaya kandungan gula
sederhana, rhamnose, dan senyawa unik yaitu glukosinolat dan isotiotianat
(Bennet dkk dan Fahey dkk dalam Fahey, 2005). Daun Moringa oleifera
digunakan sebagai obat infeksi, antibakteri, infeksi saluran urin, luka eksternal,
anti-hipersensitif, anti-anemik, diabetes, colitis, diare, disentri, rematik, dan lainlain. Senyawa glukosinolat dan isotiotianat diketahui sebagai hipotensif, anti

kanker dan aktivitas antibakteri yang meliputi 4-(α-Lrhamnopyranosyloxy)

Universitas Sumatera Utara

benzyl

isothiocyanate

pterygospermin,

dan

4-(α-L-rhamnopyranosyloxy)

benzylglucosinolate (Fahey, 2005 dan Hsu et al, 2006).
Penelitian ini dilakukan untuk dapat mengetahui pemanfaatan pupuk cair
fermentasi dari manure ayam broiler untuk meningkatkan produktivitas tanaman
Moringa oleifera.
Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh pemanfaatan pupuk cair fermentasi dari manure

ayam terhadap pertumbuhan Moringa oleifera yang dilihat dari (tinggi tanaman,
produksi daun, jumlah daun dan jumlah tangkai daun majemuk).
Hipotesis Penelitian
Pemanfaatan

pupuk

cair

fermentasi

dari

manure

ayam

broiler

menggunakan MOD (Micro-organisme Decomposer) dengan berbagai dosis akan

mempercepat pertumbuhan tanaman Moringa oleifera yang diukur dari tinggi
tanaman, produksi daun, jumlah daun dan jumlah tangkai daun majemuk.
Kegunaan Penelitian
Memberikan manfaat bagi masyarakat, petani, peternak dalam mengatasi
masalah pakan ternak dan memberikan nilai tambah bagi petani/peternak dari
hasil pengolahan limbah kotoran ayam broiler. Penelitian diharapkan sebagai
rujukan dalam upaya peningkatan ketersediaan hijauan makanan ternak serta
dapat digunakan sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara