Implementasi Strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan dalam Upaya Meningkatkan Pengawasan Hutan (Studi Pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, Riau)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan bagian terpenting
dari sumber daya alam yang terdiri dari alam hewani dan alam nabati maupun
berupa fenomena alam baik secara masing-masing maupun bersama-sama yang
mempunyai fungsi dan manfaat sebagai unsur pembentuk lingkungan hidup yang
lingkungannya tidak dapat tergantikan. Ekosistem dapat berjalan dengan baik
apabila lingkungan dapat berjalan seimbang. Tindakan yang tidak bertanggung
jawab dapat menyebabkan kerusakan hutan dan kepunahan pada salah satu
sumber daya alam hayati maupun ekosistemnya akan mengakibatkan kerugian
yang besar pada masyarakat yang tidak dapat dinilai dengan materi. Sedangkan
upaya pemulihan dari kerusakan tersebut menjadi ke bentuk keadaan semula tidak
memungkinkan lagi.
Indonesia dengan luas daratan sekitar 189 juta hektar memiliki 133,68
juta hektar sumber daya hutan yang kaya akan berbagai spesies dan beragam tipe
ekosistem (mega biodiversity). Selama tiga dekade terakhir sumber daya hutan
Indonesia telah menjadi modal utama pembangunan ekonomi nasional berupa
peningkatan devisa, penyerapan tenaga kerja dan mendorong pengembangan
wilayah serta pertumbuhan ekonomi. Pentingnya fungsi hutan menurut
Sumaworto (1992:45) sebagai pengatur tata air mempunyai dampak yang bersifat

lokal dan regional, tetapi fungsi hutan sebagai penentu iklim (global warming)
dan sumber keanekaragaman hayati (biodiversity).
1
Universitas Sumatera Utara

Hutan merupakan salah satu bentuk dari sumber daya alam hayati dan
memiliki ekosistem yang beraneka ragam yang terkandung di dalamnya. Dalam
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 1 angka 2
disebutkan pengertian hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan
lahan yang berisi sumber daya alam hayati yang di dominasi pepohonan dalam
persekutuan alam yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Perhitungan
luas kawasan hutan di Indonesia ialah 133.694.685,18 Ha. 1
Apabila hutan seluas itu dimanfaatkan dan dikelola dengan sebaikbaiknya, maka tentunya akan memberikan dampak dan manfaat dalam menunjang
pembangunan bangsa dan negara. Hasil hutan, baik untuk dinikmati maupun
diusahakan mengandung banyak manfaat bagi kesinambungan kehidupan
makhluk hidup. Dilihat dari manfaatnya, hutan memiliki peran yang sangat
penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan dan makhluk hidup
diantaranya sebagai pengatur aliran air, pencegah erosi dan banjir serta dapat
menjaga kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu
pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata, dan sebagainya. Selain itu, hutan

dapat memberikan manfaat secara ekonomis sebagai penyumbang devisa bagi
kelangsungan pembangunan di Indonesia. Oleh karena itu, pemanfaatan hutan dan
perlindungannya telah diatur dalam UUD 1945, UU No. 5 Tahun 1990, UU No.
41 Tahun 1999, UU No. 32 Tahun 2009, PP No. 28 Tahun 1985 dan beberapa
keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen

1

Departemen Kehutanan : Sumber Statistik Kehutanan Indonesia, 2008

2
Universitas Sumatera Utara

Pengusahaan Hutan. Namun, gangguan terhadap sumber daya hutan terus
berlangsung bahkan intensitasnya makin meningkat.
Di tahun 2015, kerusakan hutan telah meningkatkan emisi karbon hampir
75%. 2 Ini sangat signifikan karena karbondioksida merupakan salah satu gas
rumah kaca yang berimplikasi pada kecenderungan pemanasan global. Salju dan
penutupan es telah menurun, suhu lautan dalam telah meningkat dan level
permukaan lautan meningkat 100-200 mm selama abad yang terakhir. Bila laju

yang sekarang berlanjut, para pakar memprediksi bumi secara rata-rata 1o Celcius
akan lebih panas menjelang tahun 2025. 3 Peningkatan permukaan air laut dapat
menenggelamkan

banyak

wilayah.

Kondisi

cuaca

yang

ekstrim

yang

menyebabkan kekeringan, banjir dan taufan, serta distribusi organisme penyebab
penyakit yang diprediksi dapat terjadi.

Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan yang semakin
sering terjadi saat ini. Dampak kebakaran hutan yang sangat dirasakan oleh
manusia berupa kerugian ekonomis yaitu hilangnya manfaat dari potensi hutan
seperti tegakan pohon hutan yang biasa digunakan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya akan bahan bangunan, bahan makanan, dan obat-obatan, serta
satwa untuk memenuhi kebutuhan akan protein hewani dan rekreasi. Kerugian
lainnya berupa kerusakan ekologis yaitu berkurangnya luas wilayah hutan, tidak
2

https://www.merdeka.com/dunia/bencana-asap-bikin-indonesia-sumbang-polusiterparah-ketiga-sedunia.html
3

http://blog.cifor.org/37016/clearing-the-smoke-the-causes-and-consequences-ofindonesias-fires?fnl=en

3
Universitas Sumatera Utara

tersedianya udara bersih yang dihasilkan vegetasi hutan serta hilangnya fungsi
hutan sebagai pengatur tata air dan pencegah terjadinya erosi.
Adapun dampak negatif lainnya yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan

cukup besar mencakup menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai
ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global,
dan asapnya mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu transportasi
baik darat, sungai, danau, laut dan udara. Selain itu juga terdapat dampak global
dari kebakaran hutan dan lahan yang langsung dirasakan adalah pencemaran udara
dari

asap

yang

ditimbulkan

mengakibatkan

gangguan

pernapasan

dan


mengganggu aktivitas sehari-hari. Gangguan asap karena kebakaran hutan di
Indonesia telah terjadi pada tahun 1997-1998, 2002-2005, dan yang baru-baru ini
terjadi di tahun 2015 menghasilkan asap yang bukan hanya dirasakan oleh
masyarakat Indonesia, namun juga negara-negara tetangga seperti Malaysia,
Singapura, dan Brunei Darussalam serta mengancam terganggunya hubungan
transportasi udara antar negara. 4
Menurut Danny (2001: 24), penyebab utama terjadinya kebakaran hutan
adalah karena aktivitas manusia dan hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh
kejadian alam. Proses kebakaran alami menurut Soeriaatmadja (1997:78), bisa
terjadi karena sambaran petir, benturan longsuran batu, dan singkapan batu bara.
Namun menurut Saharjo dan Hudsaeni (1998:56), kebakaran karena proses alam
tersebut sangatlah kecil dan kurang dari 1%.

4

http://www.dw.com/id/inilah-kata-media-jiran-soal-kabut-asap-indonesia/a-18746119

4
Universitas Sumatera Utara


Kebakaran Hutan terpicu oleh munculnya fenomena iklim El-Nino seperti
kebakaran yang terjadi pada tahun 1987, 1991, 1994, dan 1997. 5 Perkembangan
kebakaran tersebut juga memperlihatkan terjadinya perluasan penyebaran lokasi
kebakaran yang hampir terjadi di seluruh provinsi di Indonesia, serta tidak hanya
pada kawasan hutan tetapi juga di lahan non hutan.
Penyebab kebakaran hutan sampai saat ini masih menjadi topik
perdebatan, apakah karena alami atau karena kegiatan manusia. Namun
berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama
kebakaran hutan adalah faktor manusia yang berawal dari kegiatan atau
permasalahan sebagai berikut:
1.

Sistem perladangan tradisional dari penduduk setempat yang berpindahpindah

2.

Pembukaan lahan oleh para pemegang HPH (Hak Pengusahaan Hutan)
untuk Industri kayu maupun perkebunan kelapa sawit.


3.

Penyebab struktural, yaitu kombinasi antara kemiskinan, kebijakan
pembangunan dan tata pemerintahan sehingga menimbulkan konflik
antara hukum adat dan hukum positif negara.

5

Suara Pembaruan Daily, 13 Maret, 1998, El Nino Dahsyat 1997-1998: Dalang
Berbagai Bencana. El Nino adalah sebuah peristiwa Alam yang menunjukan adanya
proses pemanasan permukaan air laut di kawasan ekuator di Samudera Pasifik sebelah
timur, memang di yakini oleh para pakar dunia sebagai dalang terjadinya bermacam
bencana. Perubahan muka air laut di Pasifik tersebut dapat mempengaruhi dan mengubah
pola cuaca dunia. Akibatnya, di beberapa negara bisa terjadi hujan di atas normal
sementara di negara lainnya terjadi kekeringan parah El Nino tahun 1997-1998 lebih
dahsyat dibandingkan dengan peristiwa besar berakhir 15 tahun lalu dan sekaligus yang
terbesar yang pernah di catat. Fenomena El Nino pernah terjadi pada tahun 1982-1983,
bersamaan dengan peristiwa kebakaran hutan pada waktu itu.

5

Universitas Sumatera Utara

Perladangan berpindah merupakan upaya pertanian tradisional di kawasan
hutan di mana pembukaan lahannya selalu dilakukan dengan cara pembakaran
karena cepat, murah, dan praktis. Namun, pembukaan lahan untuk perladangan
tersebut umumnya sangat terbatas dan terkendali karena telah mengikuti aturan
turun temurun (Dove 1998:65). Kebakaran liar mungkin terjadi karena kegiatan
perladangan hanya sebagai kamuflase dari penebangan liar yang memanfaatkan
jalan Hak Pengusahaan Hutan dan berada dikawasan Hak Pengusahaan Hutan.
Pembukaan hutan oleh pemegang Hak Pengusahaan Hutan dan perusahaan
perkebunan untuk pengembangan tanaman industri dan perkebunan umumnya
mencakup areal yang cukup luas. Metode pembukaan lahan dengan cara tebang
habis dan pembakaran merupakan alternatif pembukaan lahan yang paling murah,
mudah dan cepat. Namun metode ini sering berakibat kebakaran tidak hanya
terbatas pada areal yang disiapkan untuk pengembangan tanaman industri atau
perkebunan, tetapi meluas ke hutan lindung, hutan produksi, dan lahan lainnya. 6
Sedangkan penyebab struktural, umumnya berawal dari suatu konflik
antara pemilik modal industri perkayuan maupun pertambangan, dengan
penduduk asli yang merasa kepemilikan tradisional (adat) mereka atas lahan,
hutan dan tanah dikuasai oleh para investor yang diberi pengesahan melalui

hukum positif negara. Akibatnya kekesalan masyarakat dilampiaskan dengan
melakukan pembakaran demi mempertahankan lahan yang telah mereka miliki

6

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt56a70dd6773cd/bolehkah-membukalahan-dengan-cara-membakar-hutan

6
Universitas Sumatera Utara

secara turun temurun. Disini kemiskinan dan ketidakadilan menjadi pemicu
kebakaran hutan oleh masyarakat tidak akan mau berpartisipasi untuk
memadamkannya.
Kebakaran Hutan di Riau sudah menjadi persoalan tahunan bagi Provinsi
ini di tengah-tengah musim kemarau. Pada awal tahun 2013, kebakaran hutan di
Riau memicu pemberitaan di sejumlah media nasional Pemerintah pusat dimana
saat itu belum melakukan koordinasi langsung dengan pemerintah daerah karena
menganggap persoalan kabut asap di Riau merupakan tanggung jawab pemerintah
daerah setempat. Tidak lama kemudian, pemberitaan media nasional bergeser
pada negara tetangga, Singapura dan Malaysia. Kebakaran hutan di Riau

menyebabkan asap tebal dan juga menyelimuti negara tetangga Singapura dan
Malaysia sejak Juni 2013 lalu. 7
Kabut Asap akibat pembakaran hutan di Riau juga turut meresahkan
berbagai lapisan masyarakat bahkan negara tetangga, Singapura dan Malaysia.8
Peristiwa kebakaran hutan dan lahan yang mengakibatkan kabut asap Sumatera
pada umumnya, dan Riau pada khususnya tidak lepas dari pengelolaan lingkungan
yang tidak berkelanjutan (tidak bertanggung jawab) sehingga dampak kebakaran
ini sangat massif. Dalam perkembangan kasus kebakaran hutan di Provinsi Riau
terdapat satu kabupaten yang mengalami tingkat kebakaran tertinggi setiap
tahunnya yaitu Kabupaten Siak yang dimana sampai dengan tahun 2010, luas
7

Maharani, Ini Sebab Kabut Asap Hutan Riau Selimuti Singapura,
Volume 1 Nomor 3, 2013.
8
http://www.dw.com/id/inilah-kata-media-jiran-soal-kabut-asap-indonesia/a-18746119

7
Universitas Sumatera Utara

kawasan lahan dan hutan sekitar ± 324.865,03 Ha atau sebesar 37,97%.
Sedangkan luas produksi tanaman kelapa sawit dan kombinasi lainnya sampai
dengan tahun 2010 yaitu:

Tabel 1.1
Luas Hutan Produksi
No.
Tanaman
Luas (hektar atau ha)
1. Kelapa
1.606, 41 ha
2. Karet
13.614,45 ha
3. Kopi
130,65 ha
4. Sagu
3.457,50 ha
5. Coklat
51,25 ha
6. Pinang
201,32 ha
7. Sawit
232.858,11 ha
Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Siak Tahun 2015
Sementara itu, luas lahan perkebunan yang ada baik yang dikelola oleh
Pemerintah Daerah, Swasta, dan kebun rakyat seluas ± 245.357,23 Ha atau
28,68% dimana jika diakumulasikan maka luas hutan dan lahan perkebunan
mencapai 66,65% dari total luas wilayah Kabupaten Siak. Oleh karena itu,
Pemerintah Daerah perlu mengambil langkah yang strategis agar kasus kebakaran
hutan dan lahan tidak menghanguskan sejumlah besar lahan dan hutan yang ada di
wilayah Kabupaten Siak.

8
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.2
Berikut Data Rekapitulasi Luas Kebakaran Lahan dan Hutan di Kabupaten
Siak Tahun 2006 s/d 2015
No

Tahun

Kecamatan

Luas Areal
Terbakar
664 Ha
864 Ha
800 Ha
760 Ha
1387 Ha
1156 Ha
1361 Ha
97 Ha
1785 Ha

Titik
Api
53
67
1.574
45
65
73
356
105
492

Keterangan

1.
2007
3 Kecamatan
2.
2008
3 Kecamatan
3.
2009
4 Kecamatan
4.
2010
6 Kecamatan
Lahan
5.
2011
5 Kecamatan
Masyarakat
6.
2012
6 Kecamatan
7.
2013
6 Kecamatan
8.
2014
4 Kecamatan
9.
2015
4 Kecamatan
Jumlah Luas Areal Terbakar
± 8874 Ha
Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Siak Tahun 2006 s/d 2012
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa kebakaran hutan telah
menjadi fenomena dari tahun ke tahun. Hal ini juga dapat dilihat dari rentang
jumlah kebakaran yang tidak mengalami penurunan secara signifikan, akan tetapi
meskipun pada tahun 2014 bencana kebakaran lahan mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan tahun ke tahun sebelumnya, yaitu tahun 2015 yang
mengalami jumlah tingkat kebakaran yang paling tinggi. Kebakaran hutan
senantiasa terjadi di Kabupaten Siak sejak 8 tahun terakhir ini kurang lebih 8.874
hektar.
Oleh karena itu, Pemerintah Daerah sebagai pihak yang mengeluarkan izin
harus mampu mengawasi pengelolaan hutan secara lebih bertanggung jawab dan
ramah lingkungan serta memiliki langkah preventif dalam mencegah kebakaran

9
Universitas Sumatera Utara

hutan. Adapun yang dilaksanakan dalam kegiatan pengawasan hutan melibatkan
beberapa pihak-pihak yang terkait diantaranya yaitu:
1.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

2.

Badan Lingkungan Hidup (BLH)

3.

Manggala Agni DAOPS Kabupaten Siak
Tujuan dari kegiatan pengawasan kebakaran hutan dengan melibatkan

beberapa pihak adalah agar setiap kebakaran hutan yang terjadi secepat mungkin
dapat ditanggulangi secara optimal, efektif dan efisien. Kegiatan pengawasan
hutan yang melibatkan beberapa pihak yang terkait, diantaranya yaitu:
1.

Melakukan patroli rutin dengan Polisi Kehutanan yang bertugas untuk
mendeteksi kondisi langsung di lapangan.

2.

Melakukan koordinasi dengan BMKG untuk memantau titik api (hotspot)
dan memberikan informasi mengenai perkembangan titik api tersebut.

3.

Melakukan koordinasi dengan Badan Koordinasi Penyuluhan untuk
memberikan edukasi kepada masyarakat lokal agar tidak membuka lahan
dengan cara tradisional.
Upaya pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan

Kabupaten Siak selama ini hanya masih sebatas pada patroli rutin ke daerahdaerah yang rawan akan terjadi kebakaran lahan terutama pada musim kemarau
atau bulan-bulan dimana frekuensi dan curah hujan yang sangat rendah.
Kemudian, pengawasan kebakaran masih lebih difokuskan kepada pemadaman

10
Universitas Sumatera Utara

daripada upaya pencegahan sehingga upaya untuk meminimalisir kebakaran hutan
masih belum maksimal.
Oleh karena itu, maka berbagai perubahan yang terjadi harus disikapi dan
diantisipasi secepatnya oleh Pemerintah Daerah dengan menerapkan strategi yang
efektif

guna

memanfaatkan

kekuatan

internal

yang

dimiliki

dan

mempertimbangkan pengaruh eksternalnya. Atas dasar inilah perlu adanya kajian
mengenai strategi yang tepat untuk melakukan pengawasan terhadap masalah
kebakaran hutan yang sudah menjadi bencana tiap tahunnya di Kabupaten Siak.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis sangat tertarik melakukan
penelitian untuk mencari alternatif strategi terkait upaya meningkatkan
pengawasan hutan terhadap kasus kebakaran hutan di Kabupaten Siak. Adapun
judul penelitian penulis adalah “Implementasi Strategi Dinas Kehutanan Dalam
Upaya Meningkatkan Pengawasan Hutan Pada Kasus Kebakaran Hutan di
Kabupaten Siak, Provinsi Riau”.

1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang
penting karena diperlukan untuk memberi kemudahan bagi penulis dalam
membatasi permasalahan yang ditelitinya, sehingga dapat mencapai tujuan dan
sasaran yang jelas serta memperoleh jawaban sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan

11
Universitas Sumatera Utara

masalah yaitu “Bagaimana Implementasi Strategi Dinas Kehutanan dalam
upaya meningkatkan pengawasan hutan di Kabupaten Siak?”

1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian harus memiliki tujuan yang jelas agar tepat mengenai
sasaran yang dikehendaki dan dapat pula memberikan arah dalam pelaksanaan
penelitian tersebut. adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis melalui
penelitian ini adalah:
1.

Untuk mengetahui dan memahami tentang strategi-strategi

yang

dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak,
Provinsi Riau.
2.

Untuk mengetahui dan memahami bagaimana implementasi strategi Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, Provinsi Riau dalam upaya
meningkatkan pengawasan hutan.

3.

Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak, Provinsi Riau selama proses
implementasi strategi dalam upaya meningkatkan pengawasan hutan.

12
Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah:
1.

Secara

subyektif,

bermanfaat

bagi

peneliti

dalam

melatih

dan

mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dan sistematis dalam
mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah.
2.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan
yang berguna bagi instansi terkait.

3.

Secara akademis, penelitian diharapkan mampu memberikan kontribusi
dan sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin melakukan
penelitian di bidang yang sama.

1.5 Kerangka Teori
Teori dapat dikatakan sebagai unsur yang paling besar perannya dalam
penelitian. Teori memberikan landasan dan titik tolak kepada peneliti dalam
mencoba menerangkan dan menelaah masalah atau fenomena yang terjadi
sehingga menjadi lebih sistematis. Menurut Kerlinger dalam Efendi (2015:35)
mendefinisikan teori sebagai serangkaian konsep, asumsi, konstruk, definisi dan
proposisi untuk menerangkan suatu konsep dan proposisi dengan menggunakan
asumsi dan logika tertentu.
Menurut Erlina (2011:33) kerangka teori adalah suatu model yang
menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang
terpenting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka teori akan

13
Universitas Sumatera Utara

menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yaitu antara
variabel bebas dan variabel terikat.
Menurut Hasan (2002:47), Landasan teori merupakan bagian dari
penelitian yang memuat teori-teori yang berasal dari studi kepustakaan yang
berfungsi sebagai kerangka teori dalam menyelesaikan penelitian. Landasan teori
ini, sering disebut juga sebagai kerangka teori atau tinjauan pustaka.
Dengan demikian, dalam kerangka teori ini dikemukakan atau diberikan
penjelasan mengenai variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian dan
uraian yang lengkap serta mendalam sehingga dapat membantu memberikan
referensi dalam penelitian. Dalam penelitian ini, adapun kerangka teori yang
digunakan adalah sebagai berikut:

1.5.1 Strategi
Suatu organisasi membutuhkan cara dalam mencapai tujuan-tujuan sesuai
dengan dengan peluang dan ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta
sumber daya dan kemampuan internal yang dimiliki suatu organisasi. Kata
“Strategi” pada awalnya digunakan untuk kepentingan militer saja tetapi
kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti bisnis, olahraga,
ekonomi, pemasaran, perdagangan, manajemen startegik, dan lain sebagainya.
Menurut Hamel dan Prahalad dalam Sumarsan (2010:61), strategi
merupakan tindakan yang bersifat senantiasa terus meningkat/ incremental dan
terus menerus serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yng

14
Universitas Sumatera Utara

diharapkan oleh para pelanggan di masa datang. Jadi strategi seringkali dimulai
dari apa yang dapat terjadi.
Sedangkan menurut Jamiko (2003:4) mendeskripsikan strategi sebagai
suatu cara dimana organisasi akan mencapai tujuan-tujuannya sesuai dengan
peluang dan ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta sumber daya dan
kemampuan internal organisasi. Terdapat tiga faktor yang memberikan pengaruh
penting terhadap strategi yaitu lingkungan eksternal, sumber daya, dan
kemampuan internal serta tujuan yang akan dicapai.
Berdasarkan pengertian para ahli diatas dapat diartikan bahwa strategi
merupakan suatu cara atau rancangan yang berorientasi pada masa depan, disusun
secara

matang

dan

memiliki

keunggulan

dengan

memperhatikan

dan

memanfaatkan aspek lingkungan internal dan lingkungan eksternal organisasi
guna untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

1.5.1.1 Proses dan Model Perumusan Strategi
Untuk memfokuskan pengembangan strategi suatu organisasi yang
efektif maka dilakukanlah analisis organisasi pada saat ini. Menurut
Sumarsan (2010:64), proses perumusan strategi yang terdiri dari tiga
tahap, yaitu:
1. Formulasi Strategi
Terdiri dari serangkaian kegiatan meliputi:
a. Menentukan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan internal
15
Universitas Sumatera Utara

b. Mengidentifikasi peluang-peluang dan ancaman-ancaman eksternal
c. Membuat visi dan misi
d. Menentukan tujuan jangka panjang
e. Membangun strategi alternatif
2. Implementasi Strategi
Membuat tujuan jangka pendek, membuat kebijakan-kebijakan,
melakukan desain struktur organisasi, mengalokasikan dan mengendalikan
sumber daya serta me-manage perubahan strategi.
3. Evaluasi dan Pengendalian Kinerja
Terdiri dari serangkaian kegiatan, meliputi:
a. Meninjau kembali faktor-faktor eksternal dan internal yang
menjadi dasar strategi yang ada sekarang.
b. Mengukur kinerja
c. Mengambil tindakan-tindakan korektif

1.5.1.2 Manfaat Strategi
Strategi memberikan langkah-langkah dan bagaimana langkah-langkah
tersebut harus dilakukan dan bagaimana langkah-langkah tersebut harus dilakukan
dalam mencapai tujuan. Menurut Dirgantoro (2001:9) menyatakan bahwa strategi
memiliki manfaat, antara lain:
1. Sebagai searan untuk mengkomunikasikan tujuan organisasi dan
menentukan jalan mana yang ditempuh untuk mencapai tujuan.

16
Universitas Sumatera Utara

2. Untuk

meningkatkan

keuntungan

organisasi

walaupun

kenaikan

keuntungan organisasi bukan secara otomatis dengan menerapkan strategi.
3. Membantu mengidentifikasi, memprioritaskan, dan mengeksploitasi
peluang
4. Menyiapkan pandangan terhadap manajemen masalah
5. Menggambarkan kerangka kerja untuk meningkatkan koordinasi dan
kontrol tehadap aktivitas.
6. Meminimumkan pengaruh dan perubahan
7. Memungkinkan keputusan utama untuk mendukung tujuan

yang

ditetapkan
8. Memungkinkan alokasi waktu dan sumber daya yang efektif
9. Membantu perilaku yang lebih terintegritas

1.5.2 Manajemen Strategis
Manajemen strategis memungkinkan suatu organisasi untuk lebih proaktif
dibanding reaktif dalam membentuk masa depan sendiri. Hal ini memungkinkan
suatu organisasi untuk mengawali dan mempengaruhi aktivitas dan dengan
demikian dapat berusaha keras mengendalikan tujuan sendiri.
Menurut David (2002:5), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai
keputusan linas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai
objektifnya. Menurut Pearche dan Robinson dalam Sunarto dan Herawati
(2004:32), manajemen startegik merupakan kumpulan keputusan dan tindakan
yang mengahsilkan perumusan dan penerapan fungsi strategi yang di desain untuk

17
Universitas Sumatera Utara

mencapai

tujuan

organisasi.

Sedangkan

menurut

Dirgantoro

(2001:9),

memberikan definisi tentang manajemen strategik, yaitu:
1.

Suatu proses berkesinambungan yang membuat organisasi secara
keseluruhan match dengan lingkungannya, atau dengan kata lain,
organisasi secara keseluruhan dapat selalu responsif terhadap perubahanperubahan di dalam lingkungannya yang bersifat internal maupun
eksternal.

2.

Kombinasi ilmu dan seni untuk memformulasikan, mengimplementasikan,
dan mengevaluasi keputusan yang bersifat cross-fungtional yang
memungkinkan organisasi mencapai tujuan.
Berdasarkan definisi manajemen strategis menurut para ahli tersebut,

maka dapat dikatakan manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan, baik
eksternal maupun internal yang dilakukan secara terus menerus, mencakup
perumusan strategi (perencanaan strategis dan perencanaan jangka panjang),
impelementasi strategi, evaluasi, dan pengendalian dalam membantu usaha
pencapaian tujuan.

1.5.2.1 Proses Manajemen Strategis
Proses manajemen strategis didasarkan pada keyakinan bahwa organisasi
seharusnya terus menerus memonitor peristiwa dan kecenderungan internal dan
eksternal sehingga melakukan perubahan pada waktu yang tepat. Agar dapat
menjaga keberlangsungannya, organisasi harus mampu dengan bijak mengenali
dan menyesuaikan diri dengan perubahan.
18
Universitas Sumatera Utara

Menurut Dirgontoro (2001:12), proses manajemen strategis terdiri dari:
1. Analisis Lingkungan
Analisis Lingkungan dilakukan dengan tujuan utamanya adalah
melihat kemungkinan-kemungkinan peluang (opportunity) yang
bisa muncul serta kemungkinan-kemungkinan ancaman (threat)
yang bisa terjadi diakibatkan oleh perubahan yang terjadi baik
dilingkungan bisnis maupun lingkungan organisasi. Analisis
lingkungan juga dilakukan terhadap kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki oleh organisasi untuk melihat seberapa besar organisasi
dapat memanfaatkan peluang yang ada atau mengantisipasi
ancaman dan tantangan yang muncul.
2. Penetapan Visi, Misi, dan Objektif
Menetapkan visi yang dimaksud untuk memberikan arah tentang
akan menjadi apa organisasi di masa yang akan datang. Misi lebih
spesifik dibandingkan oleh visi. Dan objektif lebih kepada
penetapan target secara spesifik dan sedapat mungkin terukur.
3. Formulasi Strategi
Pada tahapan ini penekanan lebih diberikan kepada aktivitasaktivitas utama yang antara lain adalah:
a. Menyiapkan strategi alternatif
b. Pemilihan strategi
c. Menetapkan strategi yang akan digunakan
4. Implementasi Strategi

19
Universitas Sumatera Utara

Tahapan

ini

adalah

tahapan

dimana

strategi

yang

telah

diformulasikan tersebut kemudian diimplementasikan. Dalam
implementasi ini beberapa akivitas kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Menetapkan tujuan tahunan
b. Menetapkan kebijakan
c. Memotivasi karyawan
d. Mengembangkan budaya dan mendukung
e. Menetapkan struktur organisasi yang efektif
f. Menyiapkan budget
g. Mendayagunakan sistem informasi
h. Menghubungkan

kompensasi

karyawan

dengan

performance perusahaan
5. Pengendalian Strategi
Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas
implementasi strategi. Aktivitas utama dalam tahapan pengendalian
strategi ini adalah:
a. Review faktor eksternal dan internal yang merupakan dasar
strategi yang ada.
b. Menilai performance strategi
c. Melakukan langkah koreksi.

20
Universitas Sumatera Utara

1.5.2.2 Manfaat Manajemen Strategis
Manajemen strategis membantu organisasi dalam membuat suatu strategi
yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang lebih sistematis, logis, dan
rasional pada pilihan strategis. Menurut Greenly dalam David (1998:19),
menyatakan bahwa manajemen strategis menawarkan manfaat, yaitu:
1.

Memungkinkan mengenali, menetapkan prioritas dan memanfaatkan
berbagai peluang

2.

Menyediakan pandangan objektif mengenai masalah manajemen

3.

Menjadi kerangka kerja untuk memperbaiki koordinasi dan pengendalian
aktivitas

4.

Meminimalkan pengaruh kondisi dan perubahan yang merugikan

5.

Memungkinkan keputusan utama yang lebih baik mendukung sasaran
yang telah ditetapkan

6.

Memungkinkan alokasi waku dan sumber daya yang efetif untuk
mengenali peluang

7.

Memungkinkan sumber daya yang lebih kecil dan waktu yang lebih sedikit
dicurahkan untuk mengoreksi kesalahan atau keputusan

8.

Menciptakan kerangka kerja untuk komunikasi internal diantara staff

9.

Membantu memadukan tingkah laku individu menjadi usaha total

10.

Menyediakan dasar untuk penjelasan tanggung jawab individu

11.

Memberikan dorongan untuk pemikiran kedepan

12.

Menyediakan pendekatan kerjasama, terpadu, dan antusias dalam
menangani berbagai masalah dan peluang

21
Universitas Sumatera Utara

13.

Mendorong sikap yang menerima perubahan

14.

Memberikan tingkat disiplin dan formalitas yang tepat pada manajemen
dari suatu organisiasi.

1.5.3 Implementasi Strategi
Implementasi strategi adalah rangkaian aktivitas dan pekerjaan yang
dibutuhkan untuk mengeksekusi perencanaan strategi. Artinya apa yang kita
rumuskan pada strategi dan kebijakan kita terapkan dalam berbegai program kerja,
anggaran, dan prosedur-prosedur.
Rumusan strategi yang baik, tidak ada artinya bila tidak diterapkan dalam
implementasi. Begitu pula implementasi tidak akan berkontribusi baik pada
perusahaan jika rumusan strateginya tidak baik. Keberadaan manajemen strategi
tidak untuk mendikte tujuan, sebaliknya tujuan dan sasaran harus dipengaruhi
oleh peluang yang tersedia. Ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam usaha
pencapaian tujuan dalam manajemen strategi, yaitu :
a. Efektif dan efesiensi Manajemen strategi disebut efektif jika hasil yang
dicapai seperti yang di inginkan. Karena kebanyakan situasi yang
memerlukan analisa strategi tidak statis melainkan interaktif dan dinamis,
maka hubungan antara penyebab dan hasilnya tidak tetap atau pasti.
Sebaliknya taktik adalah tindakan nyata yang diambil oleh pelaku dan
sepenuhnya berada dalam pengawasannya.

22
Universitas Sumatera Utara

b. Keputusan manajemen strategi tidak berarti apa-apa tanpa implementasi.
Strategi tergantung pada kemungkinan dan taktik yang potensial.
Keputusan strategi harus dapat mencapai tujuannya.
c. Pertumbuhan dan Struktur Organisasi. Tahap implementasi strategi
memerlukan pertimbangan dalam penyusunan struktur organisasi, karena
keselarasan struktur dengan strategi merupakan satu hal yang penting
untuk tercapainya implementasi strategi. Pertumbuhan organisasi terjadi
kala skala organisasi berkembang. Pertumbuhan yang terjadi bisa vertical
dan bisa juga horizontal. Pertumbuhan organisasi menghasilkan berbagai
bentuk struktur organisasi seperti stuktur fungsional, divisional geografis,
organisasi unit bisnis, organisasi matrik dan struktur organisasi horizontal.
d. Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Budaya organisasi sesungguhnya
tumbuh karena diciptakan dan dikembangkan oleh individu-individu yang
bekerja dalam suatu organisasi, yang diterima sebagai nilai-nilai yang
harus dipertahankan dan diturunkan kepada setiap anggota baru. Nilainilai tersebut digunakan sebagai pedoman bagi setiap anggota selama
mereka berada dalam lingkungan organisasi tersebut, dan dapat dianggap
sebagai ciri khas yang membedakan sebuah organisasi dengan organisasi
lainnya yang ada dan sejenis maupun tidak sejenis.

23
Universitas Sumatera Utara

Untuk memulai proses implementasi para perencana strategi perlu
memahami dengan jelas mengenai ketiga hal berikut :
a. Implementor (Pelaksana Strategi)
Tentang siapa yang akan mengimplementasikan strategi yang sudah
dirumuskan biasanya tergantung skala organisasi dan bagaimana struktur yang
ada. Namun, secara umum implementasi sebagian besar dilakukan oleh para
manajer dan supervisor. Dulu saat pengetahuan tidak semudah sekarang
pemerolehannya, seakan-akan manajemen puncaklah yang paling tahu urusan
strategi. Kini, walaupun mungkin dari segi banyaknya waktu, keterlibatan para
manajer menengah tidak sebanyak manajemen puncak, keterlibatan mereka dalam
perumusan strategi bisa cukup signifikan memang para manajer dan supervisor
inilah yang menerjemahkan apa yang sudah ada pada rumusan strategi (yang
dibuat oleh para perencana strategis: para manajemen puncak, dan manajer
umum), untuk diimplementasikan dilapangan. Meskipun demikian, sebaiknya, ini
bukan berarti komitmen dari manajemen puncak tidak diperlukan. Pada sebagian
mengenai pentingnya eksekusi dibawah, kita akan membahas lebih jauh mengenai
perlunya dukungan puncak bila eksekusi strategi ingin berhasil.

b. Hal-hal yang Diperlukan dalam Implementasi Strategi
Untuk mengimplementasikan strategi, perusahaan memerlukan rumusan
program, anggaran yang akan membiayai pelaksanaan program, dan prosedur
untuk memastikan program berjalam seperti yang diharapkan.

24
Universitas Sumatera Utara

1) Program
Pertama program harus terkait dengan rumusan strategi yang sudah dibuat.
Kemudian sedapat mungkin bersifat action-oriented. Karena itu, didalam
dokumen program kerja dianjurkan menuliskan item programnya dengan kata
kerja. Rumusan strategi pengimplementasiannya dengan “mengunjungi”. Karena
“mengunjungi” merupakan rencan tindak (action-plan) bagi si manajer. Dalam
formulir rencana kerja rumusannya menggunakan rencana kerja serta indikator
pencapaian dari rencana tindak atau outcome yang ingin dicapai dinyatakan dalam
bentuk kuantitatif serta menyatakan hasil yang diharapkan. Dalam banyak format
juga menyertakan anggaran yang diperlukan serta pihak yang bertanggung jawab
atas pencapaian program. Dengan seperti ini pihak yang menyelenggarakan bisa
mengukur sendiri pencapaiannya dan hal ini juga dapat memudahkan para atasan
menajer memantau proses pencapaian rencana aksinya.

2) Anggaran
Anggaran adalah sebuah program dalam bentuk uang dan sering kali
disebut juga sebagai darahnya program. Strategi tidak berjalan dengan baik karena
anggaran yang ditetapakn tidak dapat direalisasikan. Biasanya terjadi karena:
pertama, dalam menyusun program, manajer tidak realistis dengan situasi
perusahaannya. Kedua, karena perencanaan arus kas perusahaan meleset dari
dugaan sebelumnya sehingga program kerja tertentu yang memerlukan pendanaan
juga harus digeser pelaksanaannya.

25
Universitas Sumatera Utara

Untuk membuat strategi bisnis efektif, maka ia harus ditopang oleh
penganggaran yang baik pula. Karena, strategi adalah keputusan strategi
perusahaan tentang bagaimana cara kita mencapai apa yang menjadi sasaran. Dari
sisi penganggaran, bagaimana keakuratan serta kecepatan memprediksi menjadi
penting dlam hal ini. Manfaat dari pengintegrasian antara lain:
a) Dengan pengintegrasian, visi, target, serta pengeksekusian strategi
terjadi secara menyeluruh, tidak terpisah-pisah
b) Respon yang lebih cepat terhadap situsi pasar dan bisnis, dan lebih
akurat dalam membuat perkiraan, termasuk proyeksi pemasukan.
c) Sasaran ukuran atas kinerja menjadi lebih jelas.
d) Dalam melakukan analisis, karena didukung oleh data yang falid dan
akurat, analisisnya juga menjadi lebih akurat.
e) Memberikan wawasan bagi setiap level dan bagian yang melaksanakan
implementasi strategi, terutama untuk hal-hal yang terkait dengan
faktor-faktor yang berkontribusi atas biaya dan pendapatan.
f) Tingkat sukses yang tinggi dalam pemenuhan sasaran strategic karana
secara tepat waktu memonitor kinerja, mengambil tindakan, dan
mempersiapkan masa depan.
Jika perusahaan memanfaatkan yang seperti diatas, secara manual
sudahtidak sesuai lagi atau kurang memadai. Maka perusahaan harus didukung
oleh perangkat teknologi serta sistem yang lebih canggih. Dengan ini,
memungkinkan perencanaan dan anggaran setiap level, dari yang atas hingga ke

26
Universitas Sumatera Utara

bawah bisa saling dipahami oleh setiap departemen, serta bisa saling beradaptasi
dan berkoordinasi atas anggaran rencana dan anggaran yang dibuat.

3) Prosedur
Dalam banyak kasus, pembuatan prosedur ini tidaklah selalu dibuat setelah
progam kerja dan anggaran diselesaikan, karena prosedur sebelumnya bisa saja
sudah ada. Prosedur ini adalah urutan-urutan aktivitas yang harus diselesaikan
untuk menyelesaikan sebuah bagian pekerjaan dalam program. Dengan adanya
prosedur, maka kita dapat menjamin sebuah pekerjaan dapat diselesaikan dengan
baik, dan hasilnya sesuai dengan harapan.
Pembuatan prosedur ini membutuhkan pemahaman yang baik atas proses
kerja atau bisnis satu aktifitas atau kelompok aktivitas. Dengan inilah organisasi
lebih menyukai mereka yang berpengalaman dalam satu bidang karena umumnya
lebih bisa menggambarkan dengan baik bagaimana urutan-urutan pekerjaan yang
harus dilakukan.
Kendala yang sering terjadi dalam penerapan prosedur adalah prosedur
hanya muncul diatas kertas saja tanpa komitmen menjalankannya dengan baik.
Untuk ini manajemen harus menjalankan proses audit yang mencoba melihat
sejauh mana karyawan di satu bagian menjalankan prosedur yang sudah ada.
Audit ini penting bukan saja untuk memastikan apa yang suadah dituliskan dalam
prosedur dilaksanakan, tapi juga bisa menjadi bagian dari evaluasi, apakah sebuah
prosedur sudah optimum mengarahkan pekrjaan tertentu.

27
Universitas Sumatera Utara

a. Cara Pengimplementasian Strategi
Agar semua pekerjaan dalam implementasi dapat berjalan mulus,
perusahaan perlu mengorganisasi semuanya dengan tepat. Menurut Ansoff (dalam
Crown, 2004 : 45), bentuk perusahaan seharusnya ditentukan dengan hakikat
strategi yang dirumuskan. Jadi kalau perusahaan memilih strategi difersifikasi,
atau integrasi, maka struktur organisasi juga harus turut menyesuaikan.
Pembahasan bentuk organisasi terkait dengan pengimplementasian strategi, kerap
juga dihubungkan dengan kemampuan organisasi untuk merespon berbagai
perubahan lingkunagan. Ansoff (dalam Crown, 2004 : 45), mengusulkan bahwa
kemampuan merespons penting untuk kesuksesan sebuah strategi. Menurutnya
ada empet tipe utama dari respon yang dapat melayani berbagai tujuan yang
berbeda dari organisasi, yaitu :
1) Operational Responsiveness, disini fokus organisasi adalah bagai mana
meminimalkan biaya operasi dalam perusahaan.
2) Competitive Responsiveness, yang mengoptimalkan kemampulabaan
perusahaan.
3) Innovative Responsiveness, yang mengembangkan potensi untuk dapat
memperoleh laba dalam jangka pendek.
4) Increpreneurie

Responsiveness,

yang

mengembangkan

potensi

kemampu labaan dalam jangka panjang.
Untuk Operational Responsiveness dan Competitive Responsiveness,
struktur organisasi yang diciptakan terkait dengan spesialisasi pekerjaan,
pembagian kerja, skala ekonomis, serta keputusan untuk untuk melakukan

28
Universitas Sumatera Utara

santdardisasi. Sedangkan untuk Innovative Responsiveness, perusahaan dapat
mengoptimalakn pengembangan produ baru dan strategi pemasaran dari unit-unit
bisnisnya.

1.5.4 Pengawasan
Berbicara masalah organisasi erat kaitannya dengan salah satu fungsi
manajemen yaitu pengawasan. Pengawasan merupakan salah satu fungsi yang
turut menentukan tercapai tidaknya tujuan suatu perusahaan. Pengawasan
merupakan aktivitas kerja untuk menilai apakah kegiatan yang dilakukan telah
berjalan sesuai rencana atau tidak, sehingga segala penyimpangan yang akan
terjadi dapat dihindari sedini mungkin, dengan cara mengamati setiap kegiatan
baik yang telah selesai maupun yang sedang atau akan dilaksanakan.
Menurut Sujanto (2004:17) pengawasan merupakan segala usaha atau
kegiatan untuk mengetahui dan menilai, kenyataan yang sebenarnya mengenai
pelaksanaan tugas atau kegiatan, yaitu pertama menggambarkan wujud dari
kegiatan pengawasan dan kedua menggambarkan tujuan yang hendak dicapai dari
pengawasan. Menurut Marnis (2008:329) pengawasan adalah proses pemonitoran
organisasional untuk mengetahui apakah kinerja aktual sesuai dengan standar dan
tujuan organisasi yang diharapkan. Sukanto (2002:63) menyatakan bahwa
pengawasan merupakan usaha memberikan petunjuk pada para pelaksana agar
selaku bertindak sesuai rencana. Menurut Sukarna (2011:201) menyatakan bahwa
pengawasan mempunyai arti membimbing, menertibkan, mengatur, dan menguji
kebenaran.

Pengawasan

merupakan

tindakan-tindakan

perbaikan

dalam

29
Universitas Sumatera Utara

pelaksanaan kerja agar supaya segala kegiatan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan, petunjuk-petunjuk dan instuksi-instruksi sehingga tujuan yang telah
ditentukan tercapai.
Di dalam pengawasan membutuhkan suatu usaha bimbingan, membina,
dan mengawasi gerakan pegawai dan unit kerja untuk bekerja sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan agar berpedoman kepada petunjuk baku dan
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Pengawasan meliputi kegiatan
penilaian atas hasil kerja yang telah dilakukan. Bila terdapat kesalahan pada suatu
tindakan yang menyimpang dari standar yang telah ditetapkan maka diperlukan
tindakan korelatif sesuai dengan langkah, prosedur dan ukuran yang telah
ditentukan.
Siagian dalam buku Filsafat Administrasi (1997:45) mengatakan bahwa
pengawasan adalah proses pengawasan dari pelaksanaan seluruh kegiatan
organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pengawasan terdiri
atas tindakan meneliti apakah segala sesuatu tercipta atau berjalan dengan
perencanaan yang telah ditetapkan berdasarkan instruksi yang telah dikeluarkan
dan prinsip-prinsip yang diterapkan. Menurut Winardi (2000:161), terdapat
faktor-faktor yang mengharuskan adanya pengawasan:
a. Sasaran-sasaran individual dan organisatoris biasanya berbeda (maka
dengan demikian perlu adanya pengawasan untuk memastikan bahwa
anggota-anggota bekerja kearah sasaran-sasaran organisatoris.

30
Universitas Sumatera Utara

b. Pengawasan harus memang diperlukan karena terdapat adanya satu
keterlambatan antara waktu dan sasaran saat direalisasikan.
Menurut Irawan (2000:252), berdasarkan sifatnya pengawasan dibedakan atas:
a. Pengawasan preventif: pengawasan yang dilakukan sebelum bertindak
kegiatan dilakukan.
b. Pengawasan reprensi yaitu pengawasan yang dilakukan setelah tindakan
kegiatan dilakukan
c. Kegiatan tindakan yang dapat membandingkan apa yang telah terjadi dan
apa yang seharusnya terjadi.
Beberapa asas-asas yang pengawasan menurut Koontz dan O’donell dalam
Hasibuan (2005:243), yaitu:
1. Pengawasan harus ditujukan kearah tercapainya tujuan (principle of
assurance of objective) yaitu dengan mengandalkan perbaikan untuk
menghindari penyimpangan-penyimpangan dari rencana.
2. Pengawasan itu efisien (principle of eficiency of control), jika dapat
menghindari penyimpangan dari rencana, sehingga tidak menimbulkan
hal-hal lain di luar dugaan.
3. Pengawasan hanya dapat dilakukan jika pimpinan bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan rencana (principle of responsibility)
4. Ditujukan kearah pencegahan penyimpangan baik yang akan terjadi
maupun yang telah terjadi (principle of future control) yang baik pada
waktu sekarang maupun dimasa yang akan datang.

31
Universitas Sumatera Utara

5. Teknik kontrol yang paling baik (principle of direct control) adalah
mengusahakan adanya pimpinan bawahan yang berkualitas baik.
6. Pengawasan harus dilaksanakan dengan baik (principle of reflection plans)
sehingga dapat mencerminkan karakter dan susunan rencana.
7. Pengawasan harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi (principle
of organization suitability)
8. Pengawasan harus sesuai dengan kebutuhan pimpinan (principle of
individual of control)
9. Pengawasan yang efektif dan efisien (principle of standar), memerlukan
standar yang tepat yang akan digunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan
dan tujuan yang akan dicapai.
10. Pengawasan yang efektif dan efisien memerlukan adanya perhatian yang
ditujukan terhadap faktor-faktor yang strategis dalam organisasi (principle
of strategic point control)
11. Efisien dalam pengawasan membutuhkan adanya perhatian yang ditujukan
terhadap faktor kekecualian (the exception principle). Kekecualian ini
dapat terjadi dalam keadaan tertentu ketika situasi berubah atau tidak
sama.
12. Pengawasan harus luwes (principle of flexibility of control) agar
mengindari kegagalan pelaksanaan rencana
13. Sistem pengawasan harus ditinjau berulang kali agar sistem yang
digunakan berguna atau mencapai tujuan.

32
Universitas Sumatera Utara

14. Pengawasan dapat dilakukan (principle of action), apabila ada ukuran
untuk mengkoreksi penyimpangan-penyimpangan dari perencanaan,
pengorganisasian, dan pengarahan.
Dengan demikian bahwa asas-asas pengawasan diatas secara langsung
akan sangat menghindarkan organisasi dari kesalahan yang besar yang dapat
mengancam keberlangsungan hidup organisasi itu sendiri dan juga untuk
meningkatkan keefektifan kinerja organisasi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Asas-asas ini menunjukkan bahwasanya pengawasan bukanlah hal
yang dapat melakukan apa saja, melainkan sebuah aktivitas yang sangat
mempengaruhi keoptimalan kinerja sebuah organisasi. Langkah-langkah dalam
pengawasan menurut Herujito (2004:96) adalah:
a. Menetapkan standar pelaksanaan dan metode, yaitu bisa berupa standar
waktu, fisik atau kualitas / standar keuangan.
b. Menetapkan prestasi kerja, yaitu dapat dilakukan melalui observasi,
pengujian atau laporan tertulis.
c. Membandingkan standar dengan hasil atau pelaksanaan kegiatan yaitu
menganalisis apakah prestasi kerja memenuhi syarat.
d. Mengambil tindakan koreksi.
Sukanto (2002:65) pengawasan yang efektif dapat dilakukan dengan 3 cara,
yakni:
a. Adanya ukuran dan standar
b. Penilaian pekerjaan yang dilakukan atau melakukan tindakan penilaian
c. Perbaikan penyimpangan atau melakukan tindakan perbaikan.

33
Universitas Sumatera Utara

Syafri (2004:15), bahwa langkah-langkah proses pengawasan yang baik meliputi:
a. Expectation yaitu merumuskan apa yang diinginkan dari pelaksanaan
tugas
b. Allocation yaitu mengalokasikan sumber-sumber yang ada untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
c. Monitoring performance yaitu mencatat dan memonitoring hasil kegiatan.
d. Correction action yaitu melakukan tindakan koreksi jika hasil kegiatan
berbeda dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Silalahi (2003:176) menyatakan bahwa dalam pengawasan
diperlukan langkah:
a. Menentukan objek yang diawasi.
b. Menentukan standar sebagai alat ukur pengawasan atau menggambarkan
kondisi pengawasan yang dikehendaki.
c. Menentukan prosedur, waktu, dan teknik yang ingin digunakan
d. Mengukur hasil kerja yang ingin dilaksanakan
e. Membandingkan antara hasil kerja dengan standar untuk mengetahui apa
ada perbedaan
f. Melakukan tindakan-tindakan perbaikan terhadap suattu penyimpangan
yang berarti.

Prinsip-prinsip dalam melaksanakan pengawasan menurut Darwis
(2000:31) berpatokan pada prinsip dari controlling yang dapat diuraikan sebagai
berikut:

34
Universitas Sumatera Utara

1. Titik kontrol strategis, kontrol terbaik hanya bisa diperlukan apabila titik
kritis di definir dan diperhatikan khusus diarahkan pada penyesuaian titik
tersebut.
2. Umpan balik, yakni proses penerapan informasi yang lalu terhadap
kegiatan yang akan datang.
3. Kontrol fleksibel, setiap kontrol harus peka terhadap perubahan kondisi.
4. Kesesuaian organisasi, yaitu agar kontrol perpola untuk keperluan
organisasi
5. Kontrol diri, disini dimaksudkan bahwa tiap unit dapat mengontrol unit itu
sendiri, karena masing-masing unit mempunyai tujuan sendiri.
6. Kontrol langsung maksudnya setiap sistem kontrol harus di desain
sedemikian rupa untuk memelihara kontak langsung antara pengontrol
dengan yang dikontrol
7. Fakta manusia, maksudnya adalah setiap pelaksana pengontrolan akan
menyangkut orang, sedangkan orang mempunyai faktor psikologis yang
kadang-kadang menyebabkan gagalnya sistem sehingga dalam hal ini,
kontrol dapat erat kaitannya dengan fungsi komunikasi.
Adapun pelaksanaan pengawasan yang efektif menurut Handoko (2003:373)
yaitu:
1. Akurat, informasi pelaksanaan kegiatan harus akurat, data yang tidak
akurat dari sistem pengawasan dapat menyebabkan organisasi mengambil
tindakan koreksi yang keliru atau bahkan menciptakan masalah yang
sebenarnya tidak ada.

35
Universitas Sumatera Utara

2. Tepat waktu, informasi harus dikumpulkan, disampaikan, dan dievaluasi
secukupnya bila kegiatan perbaikan harus dilakukan segera.
3. Objektif dan menyeluruh, informasi harus mudah dipahami dan bersifat
objektif serta lengkap.
4. Terpusat pada titik-titik pengawasan strategi. Sistem pengawasan harus
memusatkan perhatian pada bidang-bidang dimana penyimpanganpenyimpangan dari standar paling sering terjadi atau yang mengakibatkan
kerusakan paling fatal.
5. Realistis secara ekonomis yaitu biaya pelaksanaan sistem pengawasan hasil
lebih rendah atau paling tidak sama dengan kegunaan yang diperoleh dari
sistem tersebut.
6. Realistis secara organisasional yaitu sistem pengawasan harus cocok atau
harmonis dengan kenyataan-kenyataan yang terjadi.
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja nasional, yaitu informasi pengawasan
harus terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi. Karena setiap tahap dari
proses pekerjaan dapat mempengaruhi sukses atau kegagalan keseluruhan
operasi dan informasi pengawasan harus sampai pada seluruh personalia
yang memerlukannya.
8. Fleksibel yaitu sistem pengawasan harus fleksibel untuk memberikan
tanggapan atau reaksi terhadap ancaman atau kesempatannya dari luar.
9. Bersifat sebagai petunjuk operasional, sistem pengawasan efektif apa yang
seharusnya diambil.
10. Diterima para anggota organisasi.

36
Universitas Sumatera Utara

Untuk dapat melaksanakan pengawasan maka harus dilalui beberapa tahap
atau langkah dari pengawasan tersebut. Menurut Manullang (2006:183)
mengatakan ada beberapa proses pengawasan:
1. Menetapkan alat ukur
a. Standar dalam bentuk fisik
1) Kualitas
2) Kuantitas
3) Waktu
b. Standar dalam bentuk uang
1) Standar biaya
2) Standar penghasilan
3) Standar investasi
2. Mengadakan penilaian (evaluate)
a. Dari laporan tertulis bawahan baik laporan atau laporan istimewa
b. Mengunjungi bawahan untuk menanyakan hasil pekerjaan untuk
memberikan laporan.
3. Mengadakan tindakan perbaikan (correction action)
Tindakan ini dilakukan bila fase sebelumnya dapat dipastikan terjadinya
penyimpangan. Dengan tindakan perbaikan diartikan sebagai tindakan
yang diambil untuk menyesuaikan hasil pekerjaan yang sebelumnya
menyimpang agar sesuai dengan standar atau rencana yang telah
ditentukan sebelumnya. Untuk dapat melaksanakan tindakan perbaikan
maka:

37
Universitas Sumatera Utara

a. Harus diketahui terlebih dahulu yang menyebabkan terjadinya
penyimpangan itu.
b. Bila sudah dapat diteta