T0__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Aplikasi Sistem Informasi Supplier, Inventory, Produksi dan Penjualan Pastry dan Bakery T0 BAB II

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan paparan hasil penelitian
yang telah dilakukan para peneliti sebelumnya yang berkaitan
dengan

perancangan

aplikasi

ini.

Para

peneliti

tersebut

memfokuskan penelitian yang berbeda-beda namun orientasi

kajiannya tetap pada sistem informasi pastry dan bakery.
Sebastian (2012) meneliti Electronic-Customer Relationship
Management (E-CRM) Berbasis Web pada Nanamie Cake &

Pastry. Pada proses perancangan perangkat lunak menggunakan
bahasa pemrograman PHP dan databasenya MYSQL, dengan tools
Adobe Dreamweaver CS3 dan web server apache. Penelitian ini

menghasilkan sebuah sistem E-CRM yang berbentuk sebuah
website yang memiliki beberapa menu sesuai dengan kebutuhan

strategi bisnis CRM. Website ini juga memiliki kelengkapan
informasi yang cukup sehingga pelanggan dapat dengan mudah
mendapatkan informasi yang diinginkan [2].
Akza (2012) menganalisa dan merancang Sistem Penjualan
Berbasis Web pada Toko Kue Tafi Cakes & Cookies. Hasil yang
dicapai dari penelitian tersebut adalah menghasilkan sebuah sistem
e-commerce yang dapat membantu Tafi Cakes & Cookies dalam

proses pemasaran, pendataan pelanggan dan transaksi [3].


5

6

Nore (2013) pada studi kasus di CV. Richness Development
Bandung merancang Sistem Informasi Penjualan dan Pemesanan
Produk Berbasis Web. Dalam pembuatan perangkat lunak
pengembang menggunakan perangkat lunak PHP dan Macromedia
Dreamwaver dan untuk database menggunakan MySql. Hasil

penelitian menunjukan bahwa perancangan sistem informasi
penjualan dan pemesanan berbasis web dapat membantu
konsumen dalam mengakses informasi mengenai produk yang
dijual

dan

dalam


mengimplementasikan

melakukan
sistem

pemesanan

informasi

yang

produk,
meliputi

implementasi perangkat lunak, perangkat keras, basis data serta
antarmuka dari aplikasi yang diasilkan [4].
Penelitian diatas memaparkan tentang Sistem Informasi
penjualan dan transaksi pada suatu perusahaan. Sebastian meneliti
meneliti Electronic-Customer Relationship Management (E-CRM)
Berbasis Web, Akza


menganalisa dan merancang Sistem

Penjualan Berbasis Web dan Nore merancang Sistem Informasi
Penjualan dan Pemesanan Produk Berbasis Web.
Penelitian

diatas

belum

ada

yang

meneliti

dan

mengembangkan secara khusus tentang Sistem Informasi

manajemen produksi dan penjualan dengan Aplikasi Windows.
Dengan demikian penulis masih memiliki kesempatan untuk
merancang dan mengembangkan sebuah aplikasi berbasis
Windows untuk manajemen produksi dan penjualan pada pastry

dan bakery.

7

2.2.

Landasan Teori

2.2.1

Sistem Informasi
Yang dimaksud dengan sistem informasi adalah kumpulan

dari sub sistem apapun baik fisik maupun non fisik yang saling
berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis

untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi
yang berarti dan berguna [5].
Berdasarkan definisi di atas, sistem informasi adalah suatu
sistem yang terdiri dari komponen-komponen dalam organisasi
yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk memberikan
informasi bagi pengambil keputusan. Faktor–faktor

yang

menentukan kehandalan dari suatu sistem informasi atau informasi
dapat dikatakan baik jika memenuhi kriteria-kriteria sebagai
berikut :
1. Keunggulan (usefulness)
Yaitu suatu sistem yang harus dapat menghasilkan informasi
yang tepat dan relevan untuk mengambil keputusan manajemen
dan personil operasi dalam organisasi.
2. Ekonomis
Kemampuan sistem yang mempengaruhi sistem harus bernilai
manfaat minimal, sebesar biayanya.
3. Kehandalan (Reliability)

Keluaran dari sistem harus mempunyai tingkat ketelitian tinggi
dan sistem tersebut harus beroperasi secara efektif.

8

4. Pelayanan (Customer Service)
Yakni suatu sistem memberikan pelayanan yang baik dan
efisien kepada para pengguna sistem pada saat berhubungan
dengan organisasi.
5. Kapasitas (Capacity)
Setiap sistem harus mempunyai kapasitas yang memadai untuk
menangani setiap periode sesuai yang dibutuhkan.
6. Sederhana dalam kemudahan (Simplicity)
Sistem tersebut lebih sederhana ( umum ) sehingga struktur dan
operasinya dapat dengan mudah dimengerti dan prosedure
mudah diikuti.
7. Fleksibel (Fleksibility)
Sistem informasi ini harus dapat digunakan dalam kondisi
sebagaimana yang diinginkan oleh organisasi tersebut atau
pengguna tertentu.

Istilah dalam komponen sistem informasi adalah blok
bangunan (building block) yang dapat di bagi menjadi enam blok,
yaitu :
1. Blok masukan (input block)
Blok input merupakan data–data yang masuk ke dalam sistem
informasi, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar yang
dapat diolah menjadi suatu informasi tertentu.

9

2. Blok model (model block)
Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model
matematik yang akan mengolah data input untuk menghasilkan
suatu informasi yang dibutuhkan.
3. Blok keluaran (output block)
Merupakan informasi yang menghasilkan sekumpulan data
yang nantinya akan disimpan berupa data cetak laporan.
4. Blok teknologi (technologi block)
Blok


teknologi

merupakan

penunjang

utama

dalam

berlangsunganya sistem informasi. Yang memiliki beberapa
komponen yaitu alat memasukan data (input device), alat untuk
menyimpan dan mengakses data (storege device), alat untuk
menghasilkan dan mengirimkan keluaran (output divice) dan
alat untuk membantuk pengendalian sistem secara keseluruan
(control device). Teknologi informasi terdiri dari 3 (tiga) bagian
utama, yaitu teknisi (humanware atau brainware), perangkat
lunak (software), dan perangkat keras (hardware).
5. Blok basis data (database block)
Basis data merupakan kumpulan dari data yang saling

berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat
keras komputer dan digunakan oleh perangkat lunak untuk
memanipulasinya. Data perlu disimpan dan perlu di organisasi
sedemikian rupa, supaya informasi yang dihasilkan berkualitas.

10

6. Blok kendali (control block)
Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk
meyakinkan bahwa hal–hal yang dapat merusak sistem dapat di
cegah bila terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan kerusakan
dalam penggunaan sistem [6].
2.2.2 Arsitektur Aplikasi
Perancangan aplikasi ini menggunakan arsitektur aplikasi 3
tier . Kata Tier diatas berarti lapisan, dan Tiga menunjukan

jumlahnya jadi pengertian pola perancangan Tiga Tier adalah pola
yang digunakan untuk merancang sebuah aplikasi dengan
membaginya menjadi tiga lapisan. Adapun lapisan tersebut adalah
Presentation, Business Logic dan Data Access.


Gambar 2.1 Pola Perancangan Tiga Tier

11

Presentation merupakan lapisan yang paling dekat dengan

user. Lapisan ini berupa rangkaian antar muka (user interface)
dimana lapisan inilah yang menjadi perantara antara user dan
sistem. Semua inputan user dan hasil pemrosesan dari sistem akan
ditampilkan dalam lapisan ini. Lapisan yang kedua adalah
Business Logic, yaitu sebuah lapisan yang berisi tentang aturan-

aturan bisnis dalam suatu aplikasi.
Sebagai contoh dalam sebuah aplikasi penjualan, Business
Logic mengatur semua perilaku user. Ketika seorang Sales
Representative (SP) mendaftarkan seseorang menjadi Customer,

semua inputan yang dilakukan oleh SP diatur oleh Business Logic
agar sesuai dengan aturan bisnis yang berlaku pada sistem tersebut.
Misalkan, dalam sistem penjualan diberlakukan aturan bahwa
seorang customer dapat memesan barang apabila semua tagihan
sudah dilunasi. Seorang SP tidak akan menghafal semua tagihan
dari setiap customer , kemungkinan SP dapat membuatkan pesanan
untuk customer yang belum melunasi tagihannya, namun dengan
adanya Business Logic hal ini tidak akan terjadi. Ketika terjadi
sesuatu yang menyimpang dari aturan sistem, Business Logic akan
memberikan suatu pesan kesalahan dan menghentikan aksi yang
menyimpang tersebut. Lapisan yang ketiga adalah Data Access,
lapisan ini bertugas untuk menghubungkan sistem ke tempat
penyimpanan data atau database. Ketika user menginput atau
menampilkan

data,

maka

lapisan

mengambilkan dan menyimpankannya.

inilah

yang

bertugas

12

2.2.3 Object Oriented Programming (OOP)
Object Oriented Programming (OOP) adalah paradigma

pemrograman

yang memandang perangkat lunak sebagai

kumpulan objek yang saling berinteraksi di dalam suatu sistem [7].
Beberapa objek berinteraksi dengan saling memberikan informasi
satu terhadap yang lainnya. Masing–masing objek harus berisikan
informasi mengenai dirinya sendiri (encapsulation) dan objek
yang dapat dikaitkan (inheritance) [8].
Dalam OOP, class merupakan sekumpulan objek yang
memiliki atribut-atribut dan method. Class merupakan deskripsi
dari satu atau lebih objek yang memiliki kesamaan atribut, layanan,
metode, hubungan dan sematik termasuk deskripsi cara membuat
objek baru dalam class. Objek dalam OOP adalah sebuah benda
atau unit atau sifat kerja yang memiliki atribut-atribut. Objek
adalah sebuah abstraksi dari sesuatu pada domain masalah,
menggambarkan

kemampuan

untuk

menyimpan

informasi

mengenai hal tersebut, berinteraksi dengan hal tersebut atau
keduanya.
Abstraksi prosedural dalam OOP disebut dengan operasi
yang menspesifikasi tipe dari perilaku dan terdiri dari fungsifungsi. Istilah lain terdapat encapsulation (pengkapsulan), yang
merupakan pembatasan lingkup program data yang diproses
supaya data terlindungi oleh prosedur atau objek lain, kecuali
prosedur yang berada di objek itu sendiri.

13

Polymorphism adalah konsep yang menyatakan bahwa

sesuatu yang sama dapat mempunyai bentuk dan perilaku yang
berbeda, bahwa operasi yang sama mungkin memiliki perbedaan
dalam class yang berbeda. Pada OOP terdapat juga yang disebut
dengan inheritance (pewarisan), yaitu kepemilikan yang bersifat
implicit dari fitur subclass yang didefinisikan dalam superclass

(kelas induk), fitur tersebut mencakup variabel dan method [9].
2.2.4

Pastry dan Bakery

Pastry ialah adonan yang berlapis-lapis dengan mentega atau

lemak agar memperoleh hasil berlapisan atau berlembaran. Pastry
adalah jenis makanan dari beberapa kombinasi bahan yang pada
umumnya berasa manis, biasanya mengandung lemak dan melalui
tahap pembakaran. Jenis makanan ini biasanya disajikan sebagai
hidangan penutup [10]
Bakery merupakan bagian dari pastry yang bertanggung

jawab pada pembuatan roti, Danish, croissant dan produk lain dan
disajikan setelah melalui proses pemanggangan di dalam oven.
Roti adalah produk pangan olahan yang merupakan hasil proses
pemanggangan adonan yang telah difermentasi [11].
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan produk
pastry sama dengan bahan yang digunakan dalam pembuatan roti,

tetapi lemak yang digunakan pada pembuatan produk pastry
adalah butter corsvet atau lemak berlapis. Produk-produk yang
biasa dibuat di bagian pastry dan bakery adalah roti, cakes, pie,
cookies, ice cream, permen dan nougat.

14

Berbagai jenis aktifitas yang terjadi dalam proses pembuatan
pastry dan bakery adalah sebagai berikut:
1. Scaling ingredients
Penimbangan bahan baku pembuatan pastry dan bakery secara
akurat sehingga takaran bahan-bahan dasar tersebut sesuai
dengan standar porsi;
2. Mixing
Mencampur dan mengolah seluruh bahan-bahan dasar
menjadi gumpalan adonan yang kalis dengan menggunakan
dough mixer ;
3. Fermentation
Proses peragian adonan sehingga menghasilkan gas karbon
dioksida dan alcohol di dalamnya. Adonan yang telah melalui
proses peragian akan memiliki tekstur yang lembut dan elastis;
4. Punching
Proses mengeluarkan gas karbondioksida dari dalam adonan
sehingga proses peragian dapat berlanjut;
5. Scaling
Membagi-bagi adonan menjadi bagian yang lebih kecil
dengan keseragaman berat sesuai dengan produk yang
diinginkan;
6. Rounding
Setelah penimbangan secara merata, adonan dibulatkan
kembali hingga terbentuk permukaan yang halus. Proses ini
juga membantu menahan produksi gas oleh ragi;

15

7. Benching
Adonan didiamkan selama 10–15 menit. Proses fermentasi
tetap berlanjut pada saat ini;
8. Make up and panning
Pembentukan adonan sesuai dengan yang diinginkan dan
kemudian adonan-adonan tersebut diletakkan di atas loyang
panggang;
9. Proofing
Proses fermentasi lanjutan sebelum adonan memasuki tahap
pembakaran atau pemanggangan;
10. Baking
Proses pematangan adonan menggunakan oven. Lama waktu
yang dibutuhkan sesuai dengan jenis produk yang dibuat;
11. Cooling
Proses pendinginan produk yang dihasilkan segera setelah
produk tersebut diangkat dari alat pemanggangan; dan
12. Storing
Penyimpanan produk yang dihasilkan [12].
2.2.5

Supplier (Pemasok)

Pemasok merupakan mitra yang penting dalam menunjang
strategi perusahaan. Tujuan utama dari pembelian material dari
supplier adalah:
1. Mempertahankan kontinuitas dari pemasok agar sesuai
dengan jadwal

16

2. Memberikan material dan komponen yang memenuhi atau
tingkat kualitas yang ditetapkan kepada bagian produksi untuk
diproses menjadi produk akhir guna memenuhi permintaan
dari pelanggan
3. Memperoleh item yang dibutuhkan pada biaya yang serendah
mungkin tetapi masih tetap konsisten dengan kebutuhan
kualitas, waktu penyerahan, dan performansi lainnya [13].
2.2.6 Inventory (Persediaan)
Pada prinsipnya persediaan adalah suatu sumber daya
menganggur (idle resources) yang keberadaannya menunggu
proses lebih lanjut, maksud proses lanjut disini dapat berupa
kegiatan produksi seperti dijumpai pada kegiatan manufaktur,
kegiatan pemasaran yang dijumpai pada sistem distribusi, ataupun
kegiatan konsumsi
Keberadaan persediaan dalam kegiatan usaha tidak dapat
dihindarkan. Salah satu penyebab utamanya adalah barang-barang
tersebut tidak dapat diperoleh secara instan, tetapi diperlukan
tenggang waktu untuk memperolehnya. Tenggang waktu tersebut
dimulai

dari

saat

melakukan

pemesanan,

waktu

untuk

memproduksinya dan waktu untuk mengantarkan barang ke
distributor bahkan sampai dengan waktu untuk memproses barang
di gudang hingga siap digunakan oleh pemakainya
Persediaan dalam suatu unit usaha dapat dikategorikan
sebagai modal kerja yang berbentuk barang. Keberadaannya tidak
saja dianggap sebagai beban (liability) karena merupakan

17

pemborosan (waste) tetapi sekaligus juga dapat dianggap sebagai
kekayaan (asset) yang dapat segera dicairkan dalam bentuk uang
tunai (cash). Dalam aktivitas unit usaha baik industri maupun
bisnis, nilai persediaan barang yang dikelola pada umumnya cukup
besasr bahkan ada yang sangat besar, tergantung pada jenis serta
skala industri dan bisnisnya [14].
Persediaan terdiri dari raw material, good in process dan
finished good. Raw material adalah item yang dibeli dari pemasok

untuk digunakan sebagai input pada proses produksi. Mereka akan
memodifikasi dan merubah bentuk sampai kepada barang jadi.
Good in process adalah bagian produk akhir yang akan

diselesaikan dan masih dalam proses produksi. Finished good
adalah produk akhir yang tersedia untuk penjualan, distribusi dan
penyimpanan [15].
Fungi-fungsi persediaan dapat dibagi menjadi tiga macam
yaitu:
1. Fungsi Decoupling
Fungsi

Decoupling

merupakan

persediaan

yang

memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan
pelanggan tanpa bergantung pada pemasok. Persediaan bahan
mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya
tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu
pengiriman.
2. Fungsi Economic Lot Sizing

18

Persediaan

lot

size

ini

perlu

mempertimbangkan

penghematan-penghematan atau potongan pembelian, biaya
pengangkutan perunit menjadi lebih murah dan sebagainya,
hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan pembelian
dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biayabiaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa
gudang, investasi dan risiko)
3. Fungsi Antisipasi
Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang
dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau
data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman, dalam hal ini
perusahaan

dapat

mengadakan

persediaan

musiman

(seasional inventories) [16].
2.2.7 Produksi
Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat.
Kegiatan produksi tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada
bahan yang memungkinkan dilakukannya proses produksi itu
sendiri. Untuk bisa melakukan produksi, orang memerlukan tenaga
manusia, sumber-sumber alam, modal dalam segala bentuknya,
serta kecakapan. Semua unsur itu disebut faktor-faktor produksi
(factors of production). Jadi, semua unsur yang menopang usaha
penciptaan nilai atau usaha memperbesar nilai barang disebut
sebagai faktor-faktor produksi.
Pengertian produksi lainnya yaitu hasil akhir dari proses atau
aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau

19

input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan
produksi diartikan sebagai aktivitas dalam menghasilkan output
dengan menggunakan teknik produksi tertentu untuk mengolah
atau memproses input sedemikian rupa [17]. Elemen input dan
output merupakan elemen yang paling banyak mendapatkan

perhatian dalam pembahasan teori produksi. Dalam teori produksi,
elemen input masih dapat diuraikan berdasarkan jenis ataupun
karakteristik input [12]. Secara umum input dalam sistem produksi
terdiri atas:
1. Tenaga kerja;
2. Modal atau kapital;
3. Bahan-bahan material atau bahan baku;
4. Sumber energi;
5. Tanah;
6. Informasi; dan
7. Aspek manajerial atau kemampuan kewirausahaan.
Teori produksi modern menambahkan unsur teknologi
sebagai salah satu bentuk dari elemen input [18]. Keseluruhan
unsur-unsur dalam elemen input tadi selanjutnya dengan
menggunakan teknik-teknik atau cara-cara tertentu, diolah atau
diproses sedemikian rupa untuk menghasilkan sejumlah output
tertentu.
Teori produksi akan membahas bagaimana penggunaan
input untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. Hubungan

antara input dan output seperti yang diterangkan pada teori

20

produksi akan dibahas lebih lanjut dengan menggunakan fungsi
produksi. Dalam hal ini, akan diketahui bagaimana penambahan
input sejumlah tertentu secara proporsional akan dapat dihasilkan
sejumlah output tertentu. Teori produksi dapat diterapkan
pengertiannya untuk menerangkan sistem informasi produksi yang
terdapat pada usaha pastry dan bakery. Dalam sistem produksi
yang berbasis pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berlaku
pengertian input atau output dan hubungan di antara keduanya
sesuai dengan pengertian dan konsep teori produksi.
Fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan
jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input
tertentu [19]. Fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan di
antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan.
Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan
jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output.
2.2.8 Penjualan
Penjualan merupakan suatu transaksi pendapatan yaitu
barang atau jasa yang dikirim seorang pelanggan untuk imbalan
kas suatu kewajiban untuk membayar [20].
Fungsi penjualan, antara lain :
1. Mendorong,

menciptakan,

mengembangkan,

dan

menggunakan strategi pemasaran yang memungkinkan
perusahaan mencapai atau melebihi target penjualan guna
meneruskan serta meningkatkan usahanya.

21

2. Untuk mencapai dan memelihara pangsa pasar tertentu atau
posisi yang telah dicapai dalam sebuah target industri.
3. Sebagai mesin pendorong pencapaian tujuan jangka
panjang dan jangka pendek guna memperoleh keuntungan
dan mencapai pertumbuhan yang diinginkan [21].
Pada umumnya, perusahaan mempunyai tiga tujuan umum
dalam penjualannya:
1. Berusaha mencapai volume penjualan tertentu.
2. Berusaha mencapai laba atau profit akhir melebihi biaya
yang dikeluarkan.
3. Menunjang pertumbuhan perusahaan [22].
2.2.9

Metodologi Penelitian
Metodologi dalam penelitian ini meliputi, studi pustaka,

observasi dan wawancara untuk menganalisa kebutuhan yang
diperlukan dalam perancangan aplikasi ini:
1.

Studi Pustaka
Studi pustaka dalam penelitian ini diperoleh melalui
pengumpulan data bersifat studi dokumentasi berupa
penelaahan dokumen-dokumen pencatatan kegiatan kerja dan
referensi-referensi terkait yang memiliki relevansi dengan
fokus perancangan aplikasi ini.

2.

Observasi
Pengumpulan data dengan mengamati objek secara langsung
ke usaha pastry bakery antara lain Toko Pauline dan Toko

22

Sidodadi yang berlokasi di Kecamatan Ambarawa Kabupaten
Semarang.
3.

Wawancara
Wawancara dilakukan dengan pegawai dan koordinator usaha
pastry bakery untuk melengkapi informasi yang diperoleh

selama observasi dan studi dokumentasi antara lain Toko
Pauline dan Toko Sidodadi yang berlokasi di Kecamatan
Ambarawa Kabupaten Semarang.
2.2.10 Perancangan Sistem
Perancangan sistem yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model prototyping, model prototyping menerapkan
pengembangan yang cepat dan pengujian terhadap model kerja
dari aplikasi baru. Prototyping disebut juga Rapid Application
Design (RAD ) karena menyederhanakan dan mempercepat desain

sistem [23]. Model prototype adalah proses untuk membangun
sebuah model sebuah sistem, berdasarkan pada kebutuhan user
yang tidak mengidentifikasikan secara jelas detail input, proses,
ataupun output. Proses-proses dalam model prototyping dapat
dilihat pada Gambar 1.1 berikut:

23

Pengumpulan
Kebutuhan

Perancangan
Sistem

Pengujian
Sistem

Gambar 2.2 Tahapan Model Prototyping [24]
Gambar 2.2 menggambarkan tahapan model prototyping
pada penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap antara lain:
1. Pengumpulan Kebutuhan
Dalam perancangan perangkat lunak sistem informasi
supplier, inventory, produksi dan penjualan pada pastry

dan bakery ini diperlukan kebutuhan antara lain:
a. Hardware
1) Processoer Intel minimal 1.8 Ghz
2) RAM minimal 512 MB
3) VGA minimal 32 MB
4) Monitor minimal resolusi 1024 x 768
5) Keyboard dan Mouse
b. Software
1) Sistem Operasi Windows 7
2) Microsoft .NET Framework v 3.5

24

3) Microsoft SQL Server 2008
4) Microsoft Visual Studio 2010
5) SAP Crystal Report
6) Microsoft Visio 2007

2. Perancangan Sistem
Tahap kedua adalah melakukan perancangan sistem untuk
mewakili semua aspek sistem yang telah diketahui. Pada
tahap ini dilakukan dengan menerjemahkan kebutuhan
sistem kedalam dokumen dengan pendekatan berorientasi
objek menggunakan Unified Modelling Language (UML)
yang dijelaskan pada bab 3 Dokumen tersebut kemudian
digunakan sebagai acuan untuk diterjemahan kedalam
bahasa pemrograman yang bisa dikenali mesin. Hasil dari
tahap ini kemudian dievaluasi kembali, jika masih belum
sesuai maka akan dikembalikan ke tahap sebelumnya.
3. Pengujian Sistem
Tahap ketiga adalah melakukan pengujian sistem untuk
melihat kelayakan sistem sehingga mampu memenuhi
kebutuhan pengguna. Tahap ini dilakukan supaya sistem
dapat berjalan dengan baik dan mendeteksi kelemahan
yang tidak terduga untuk menjaga kualitas sistem. Hasil
dari tahap ini kemudian dievaluasi kembali, jika masih
belum sesuai maka akan dikembalikan ke tahap
sebelumnya.

25