T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Perilaku Bullying terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Kristen 1 Salatiga Tahun Ajaran 20162017 T1 Full text
PENGARUH PERILAKU BULLYING TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR SISWA KELAS XI SMA KRISTEN 1 SALATIGA TAHUN
AJARAN 2016/2017
ARTIKEL TUGAS AKHIR
Oleh
Apfia Mustikaningrum
132013061
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
PENGARUH PERILAKU BULLYING TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR SISWA KELAS XI SMA KRISTEN 1 SALATIGA
TAHUN AJARAN 2016/2017
Oleh : Apfia Mustikaningrum
(Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-UKSW)
Pembimbing :
Drs. Umbu Tagela, M.Si dan Setyorini, M.Pd
(Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-UKSW)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara perilaku
bullying terhadap motivasi belajar siswa kelas XI SMA Kristen 1 Salatiga tahun ajaran
2016/2017. Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian inferensial dengan
menggunakan teknik Analisis Regresi Linier Sederhana (Sugiyono, 2010). Subyek yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 114 siswa kelas XI SMA Kristen 1 Salatiga.
Penelitian ini menggunakan bantuan spss 16.00. Berdasarkan hasil regresi linear sederhana
dapat diketahui bahwa nilai dari Adjusted R squarenya adalah 0,014 yang berarti 0,14%, jadi
dapat dilihat bahwa perilaku bullying hanya memberikan sumbangan sebesar 0,14% untuk
motivasi belajar siswa dan untuk 99,86% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
dijelaskan dalam penelitian ini. Sedangkan untuk hasil Anovanya diketahui bahwa F hitung =
2.61 dan F tabel = 3.94. Oleh karena nilai F hitung lebih kecil dibandingkan dengan F tabel
(2.610.05)jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapatpengaruh maka dapat dikatakan juga
bahwa perilaku bullying tidak berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi belajar.
Kata kunci : Perilaku bullying, Motivasi Belajar
tercantum pada UU No. 20 Tahun 2003
PENDAHULUAN
Setiap manusia pasti membutuhkan
pendidikan
Pendidikan
terencana
dalam
adalah
untuk
kehidupannya.
usaha
sadar
mewujudkan
dan
suasana
belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara, hal ini
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003
tentang
Sistem
Pendidikan
Pendidikan
memiliki
3
Nasional,
jalur
dalam
pendidikan yaitu jalur pendidikan formal,
nonformal, dan informal. Untuk mencapai
tujuan
pendidikan
yang
dinginkan,
seseorang juga membutukan motivasi
yang ada dalam dirinya maupun luar.
Motivasi yang ada sangat pengaruh kuat
bagi
dalam
berfungsi
diri.
sebagai
Motivasi
motor
belajar
penggerak
Olweus
(Krahe,
2005)
aktivitas. Apabila motornya tidak ada,
bullying.
maka aktivitas tidak akan terjadi, bila
mendefinisikan
motorya lemah, aktivitas yang terjadi pun
“Tindakan negatif dalam waktu yang
lemah pula. Motivasi belajar berkaitan erat
cukup
dengan tujuan yang hendak dicapai oleh
dilakukan oleh satu orang atau lebih
individu yang sedang belajar itu sendiri.
terhadap orang lain, sehingga korbannya
Bila
terus menerus berada dalam keadaan
seseorang
yang
sedang
belajar
menyadari bahwa tujuan yang hendak
sebagai
bullying
panjang
dan
berulang
yang
cemas dan terintimidasi”.
Perilaku
dicapai berguna atau bermanfaat baginya,
dapat
bullying
maka motivasi belajar akan muncul dengan
menghancurkan semangat dan motivasi
kuat (Sri Anitah W, dkk: 19).
siswa dan terutama menciptakan situasi
Motivasi belajar siswa di sekolah
yang tidak nyaman untuk belajar. Motivasi
dipengaruhi beberapa faktor antara lain
belajar siswa yang menjadi lemah dan
faktor internal yang berasal dari dalam diri
lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi
individu
yang
belajar tersebut akan melemahkan kegiatan,
bersumber dari luar diri individu. Faktor
sehingga mutu prestasi belajar akan rendah,
internal sendiri mencakup kemampuan atau
menurut
keterampilan, tingkat pendidikan, sikap dan
(Dimyati dan Mudjiono, 2006).
dan
faktor
eksternal
pendapat
Biggs
dan
Tefler
sistem nilai yang dianut, pengalaman masa
Hasil wawancara dengan guru BK
lampau, aspirasi atau harapan masa depan,
SMA Kristen 1 Salatiga menjelaskan
latar belakang sosial budaya, maupun
bahwa ada beberapa perilaku bullying
persepsi
faktor
yang terjadi di sekolah tersebut. Bentuk
eksternal meliputi tuntutan kepentingan
tindakan bullying siswa seperti sering
keluarga,
mengolok-olok teman hingga sakit hati,
individu.
Sedangkan
kehidupan
kelompok,
kebijaksanaan
yang
berkaitan
dengan
pekerjaannya
sebagai
siswa,
maupun
lingkungan sosial (Hutagalung, 2005).
Lingkungan
sosial
dapat
berpengaruh besar terhadap motivasi belajar
siswa. Lingkungan sosial yang buruk
berpengaruh juga terhadap hubungan sosial
sering mengucilkan temannya, sering
melakukan pemalakan/merampas uang
saku milik temannya, dan membuat
seseorang malu. Hal ini terjadi karena
banyak anak yang mudah terpengaruh
dengan
lingkungannya,
dampak
dari
yang buruk, seperti kakak kelas yang
perilaku bullying tersebut motivasi dalam
merasa dirinya lebih senior daripada adik
belajar mereka menurun karena merasa
tingkatnya. Hubungan sosial yang buruk
tidak nyaman ketika berada di Sekolah
seperti
sehingga menyebabkan ada beberapa
itu
termasuk
dalam
perilaku
siswa yang ingin pindah kelas yang baru
masa depan, penghargaan dalam belajar
supaya tidak terjadi kasus bullying lagi.
kegiatan yang menarik dalam belajar,
Berdasarkan
uraian
diatas,
serta adanya lingkungan belajar yang
menurunnya motivasi belajar peserta didik
kondusif, yang dilakukan melalui proses
dipengaruhi oleh bullying yang berdampak
belajar.
pada mutu prestasi belajar yang rendah atau
2.
Jenis-jenis Motivasi Belajar
merosot. Dari latar belakang yang telah
Terdapat dua aspek dalam teori
penulis uraikan, penulis tertarik untuk
motivasi belajar yang dikemukakan oleh
melakukan penelitian skripsi dengan judul
Sardiman (2008), yaitu:
“Pengaruh
Perilaku
Bullying
Terhadap
Motivasi Belajar Siswa XI SMA Kristen 1
a.
Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017”.
LANDASAN TEORI
A. Motivasi Belajar
1.
Pengertian Motivasi Belajar
Sardiman (2008) motivasi belajar
adalah proses yang memberi semangat
belajar, arah, dan kegigihan perilaku.
Artinya, perilaku yang termotivasi adalah
perilaku yang penuh energi, terarah dan
bertahan lama.
Sedangkan menurut
menurut Winkel, (2004) mendefinisikan
bahwa
motivasi
belajar
adalah
keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan serta
memberi arah pada kegiatan belajar.
Merujuk
dari
dua
pendapat
mengenai definisi motivasi belajar maka
dapat dinyatakan bahwa motivasi belajar
adalah dorongan internal dan eksternal
b.
Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan
sesuatu untuk mendapatkan sesuatu
yang lain (cara untuk mencapai
tujuan). Motivasi ekstrinsik sering
dipengaruhi oleh insentif eksternal
seperti imbalan dan hukuman.
Misalnya, murid belajar keras dalam
menghadapi ujian untuk mendapatkan
nilai yang baik. Terdapat dua
kegunaan dari hadiah, yaitu sebagai
insentif agar mau mengerjakan tugas,
dimana tujuannya adalah mengontrol
perilaku siswa, dan mengandung
informasi
tentang
penguasaan
keahlian.
Motivasi instrinsik, yaitu motivasi
internal untuk melakukan sesuatu
demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu
sendiri). Misalnya, murid belajar
menghadapi ujian karena dia senang
pada mata Ajaran yang diujikan itu.
Murid termotivasi untuk belajar saat
mereka diberi pilihan, senang
menghadapi tantangan yang sesuai
dengan kemampuan mereka, dan
mendapat imbalan yang mengandung
nilai informasional tetapi bukan
dipakai untuk kontrol, misalnya guru
memberikan pujian kepada siswa.
Jadi
aspek-aspek
yang
bisa
pada siswa untuk merubah perilaku yang
digunakan
didorong
untuk
belajar siswa ada dua yaitu aspek motivasi
berhasil, adanya kebutuhan dalam belajar,
belajar ekstrinsik dan motivasi belajar
adanya kebutuhan dalam belajar, cita-cita
instrinsik.
adanya
keinginan
untuk
mengukur
motivasi
B. Perilaku Bulllying
1.
2.
Berdasarkan bentuknya menurut
Pengertian Perilaku Bullying
Olweus
mendefinisikan
(Krahe,
2005)
Olweus (2003)bullying dibagi ke dalam
“Bullying
sebagai
tiga kategori, yaitu bullying secara verbal,
perilaku negatif dalam waktu yang cukup
panjang dan berulang yang dilakukan oleh
satu orang atau lebih terhadap orang lain,
sehingga korbannya terus menerus berada
dalam keadaan cemas dan terintimidasi”.
Bullying adalah sebuah situasi di
mana terjadinya penyalahgunaan kekuatan
atau kekuasaan yang dilakukan oleh
seorang/sekelompok orang. Pihak yang
kuat di sini tidak hanya berarti kuat dalam
ukuran fisik, tetapi bisa juga kuat secara
mental. Korban bullying
membela
atau
Bentuk-bentuk Perilaku Bullying
tidak mampu
mempertahankan
diri
karena lemah secara fisik dan atau
mental(Sejiwa, 2008).
Dari dua pendapat para ahli di
atas, maka penulis dapat menyatakan
bahwa bullying adalah perilaku di mana
terjadi ketidakseimbangan kekuatan di
antara pelaku bullying dan korbannya,
sehingga dapat dikatakan bahwa bully
selalu lebih kuat daripada korbannya.
Bullying
dapat
langsung
maupun
berbentuk
perilaku
fisik dan relasional atau mental.
1. Verbal
Bentuk bullying ini berhubungan dengan
verbal atau kata-kata. Perilaku yang
termasuk di dalamnya adalah memaki,
menghina,
mengejek,
memfitnah,
memberi
julukan
yang
tidak
menyenangkan, mempermalukan di depan
umum,
menuduh,
menyoraki,
menyebarkan gosip yang negatif dan
membentak.
2. Fisik
Bentuk bullying ini yang paling terlihat
karena bersifat langsung dan terdapat
kontak fisik antara korban dan pelaku.
Contoh perilakunya seperti memukul,
meludahi,
menampar,
mendorong,
menjambak,
menjewer,
menimpuk,
menendang, dan berbagai ancam kontak
fisik lainnya.
3. Relasional atau Mental
Bentuk bullying ini berhubungan dengan
semua perilaku yang bersifat merusak
hubungan dengan orang lain. Perilaku
yang
termasuk
dengan
sengaja
mendiamkan seseorang, mengucilkan
seseorang,
penolakan
kelompok,
pemberian
gesture
yang
tidak
menyenangkan seperti memandang sinis,
merendahkan dan penuh ancaman.
Berdasarkan
bullying
beberapa
tersebut
kategori
penulis
dapat
langsung.
menyatakan bahwa bullying dapat terjadi
Bullying langsung mencakup pelecehan
melalui verbal atau dengan menggunakan
fisik, bullying tidak langsung membuat
kata-kata, fisik atau perilaku secara
korbannya merasa terasing dan terkucil
langsung
secara sosial.
relasional/mental yang dapat merusak
tidak
menyentuh
korban,
hubungan dengan orang lain.
dan
3.
sebagai bahan becandaan, sedangkan yang
Faktor-Faktor Penyebab Bullying
Banyak ditemukan faktor-faktor
1.
2.
3.
4.
5.
menjadi
korbannya
merasa
tertekan.
yang menyebabkan pelaku melakukan
Perilaku bullying mempunyai dampak
perilaku Bullying .Olweus (dalam Rudi,
yang negatif terhadap korbannya salah
2010) menyebutkan terdapat faktor-faktor
satunya adalah motivasi belajar korban
yang membuat seseorang menjadi pelaku
bullying akan menurun karena yang
dalam perilaku Bullying diantaranya:
menjadi korban bullying akan merasa
Pelaku pernah menjadi korban Bullying
Balas dendam
Menunjukan eksistensi diri
Ingin mendapatkan pengakuan
Menutupi kekurangan yang dimilikinya
tidak nyaman ketika berada disekolah
Berdasarkan
maupun
dirumah.
Sardiman
(2008)
motivasi belajar adalah proses yang
memberi semangat belajar, arah, dan
faktor-faktor
kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang
penyebab bullying tersebut penulis dapat
termotivasi adalah perilaku yang penuh
menyatakan
energi,
bahwa
seseorang
menjadi pelaku bullying
pelaku
pernah
menjadi
dalam
dikarenakan
korban
dari
sehingga dia merasa harus
bullying
melakukan hal yang sama kepada orang
lain
untuk
kekurangannya
menutupi
sebagai
wujud
dan
bertahan
lama.
Berdasarkan teori Sadirman jelas bahwa
ketika ada masalah di dalam sekolah
seseorang
tidak
akan
mempunyai
semangat dalam belajar.
segala
balas
terarah
Berdasarkan
apa
yang
telah
diungkapkan di atas penulis menyatakan
dendam dan mendapatkan pengakuan dari
bahwa
orang lain bahwa sebenarnya dia lebih
pengaruh yang terhadap motivasi belajar.
hebat.
Jadi semakin tinggi perilaku bullying yang
C. Pengaruh Perilaku Bullying terhadap
perilaku
diterimanya
motivasi
Motivasi Belajar Siswa
Seseorang yang sering melakukan
bullying
maka
semakin
belajarnya,
sebaliknya
semakin
mempunyai
begitu
rendah
rendah
pula
perilaku
perilaku bullying sebagian besar adalah
bullying semakin tinggi motivasi belajar
seseorang yang pernah menjadi korban
siswa.
bullying, kebanyakan pelaku bullying
tidak sadar bahwa sedang melakukan hal
yang berdampak negatif pada korbannya.
Disekolah
khususunya,
banyak
yang
beranggapan bahwa perilaku bullying
adalah hal yang sepele dan dianggap
METODE PENELITIAN
Subyek Penelitian ini adalah siswa
kelas XI SMA Kristen 1 Salatiga tahun
ajaran
2016/2017.
Populasi
dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
XI yang berjumlah 172 siswa, dan
4%, kategori tinggi sebesar 14%, kategori
sampelnya berjumlah 114 siswa.Teknik
sedang sebesar 50%, kategori rendah
Pengumpulan data yang digunakan dalam
sebesar 25%, dan kategori sangat rendah
penelitian
dengan
sebesar 7%. Dari hasil tersebut terlihat
menggunakan kuisioner perilaku bullying
bahwa perilaku bullying siswa kelas XI
dan skala sikap motivasi belajar.
SMA Kristen 1 Salatiga sebagian besar
ini
adalah
Untuk Teknik analisa data yang
terkumpul
dalam
penelitian
ini
menggunakan teknik Analisis Regresi
berkategori sedang dengan jumlah siswa
58 orang.
3. Analisis Regresi
Linear Sederhana (Sugiyono, 2012) dam
1) Hasil Regresi Linear
dianalisa menggunakan metode statistik
Berdasarkan
hasil
Model
regresi
linear
memakai teknik analisis regresi linier
Summary
sederhana dengan bantuan SPSS 16.00
sederhana,dapat diketahui bahwa nilai
yaitu untuk melihat pengaruh perilaku
dari Adjusted R squarenya adalah 0,014
bullying terhadap motivasi belajar siswa
yang
kelas XI SMA Kristen 1 Salatiga tahun
disimpulkan bahwa variabel perilaku
Ajaran 2016/2017.
bullying
HASIL
PENELITIAN
DAN
dalam
berarti
0,14%.
memberikan
Jadi
dapat
sumbangan
ke
variabel motivasi belajar hanya sebesar
0,14% dan untuk 99,86% dipengaruhi
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
oleh faktor lain yang tidak dijelaskan
1. Analisis deskriptif Motivasi Belajar
dalam penelitian ini. Sedangkan untuk
Berdasarkan data yang sudah ada,motivasi
hasil Anovanya dapat diketahui bahwa
belajar ekstrinsik siswa kelas XI SMA
hasil nilai F hitung = 2.611 dengan tingkat
Kristen 1 Salatiga sebesar 41.23% dan
probabilitas signifikan 0.109, dengan
siswa yang memiliki motivasi belajar
derajat kebebasan (dk) pembilang (m) = 1
instrinsik sebesar 58.77%, sehingga ada
dan derajat kebebasan (dk) penyebut (n-
67 siswa yang termasuk dalam motivasi
m-1) = 112. Sehingga untuk nilai F
belajar instrinsik dan ada 33 siswa yang
tabelnya dapat diperoleh hasil 3.94,
termasuk
sedangkan nilai F hitungnya = 2.611, oleh
dalam
motivasi
belajar
ekstrinsik.
2. Analisis deskriptif Perilaku Bullying
karena
nilai
F
hitung
lebih
kecil
dibandingkan dengan F tabel (2.610.05) maka dapat
Masalah yang ingin diungkap
dikatakan juga bahwa perilaku bullying
dalam penelitian ini adalah apakah ada
tidak
signifikan
tidaknya
pengaruh
terhadap motivasi belajar. Sedangkan
perilaku
bullying
untuk
belajar siswa di SMA Kristen 1 Salatiga
berpengaruh
secara
coefficientnya,
diketahui bahwa
nilai
dapat
signifikansi
signifikansi
terhadap
dari
motivasi
Tahun Ajaran 2016/2017.
perilaku bullying sebesar 0,109, yang
Berdasarkan data yang diperoleh
artinya bahwa nilai signifikansi lebih
dari hasil penelitian kemudian diolah
besar dari taraf signifikansi sebesar 0,05
dengan menggunakan program SPSS,
(0,109>0,05). Dengan demikian, hipotesis
dapat dijadikan dasar untuk menjawab
penelitian
hipotesis
terdapat
yang
menyatakan
pengaruh
perilaku
bahwa
yang diajukan
yaitu
“Ada
bullying
pengaruh yang signifikan antara perilaku
belajar adalah
bullying terhadap motivasi belajar siswa
tidak dapat diterima. Artinya, tidak ada
kelas XI SMA Kristen 1 Salatiga Tahun
pengaruh yang signifikan antara perilaku
Ajaran 2016/2017”.
terhadap motivasi
bullying terhadap motivasi belajar.
Hasil
hipotesis
memperoleh nilai F perilaku bullying
B. Pembahasan
Perilaku Bullying adalah perilaku
dimana
pengujian
terjadi
terhadap motivasi belajar sebesar 2.611
ketidakseimbangan
dengan signifikansi = 0.109 ditolak
kekuasaan baik dari fisik maupun mental
karena F hitung lebih kecil dari F tabel
antara pelaku bullying dan korban dan
(2.61
BELAJAR SISWA KELAS XI SMA KRISTEN 1 SALATIGA TAHUN
AJARAN 2016/2017
ARTIKEL TUGAS AKHIR
Oleh
Apfia Mustikaningrum
132013061
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
PENGARUH PERILAKU BULLYING TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR SISWA KELAS XI SMA KRISTEN 1 SALATIGA
TAHUN AJARAN 2016/2017
Oleh : Apfia Mustikaningrum
(Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-UKSW)
Pembimbing :
Drs. Umbu Tagela, M.Si dan Setyorini, M.Pd
(Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-UKSW)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara perilaku
bullying terhadap motivasi belajar siswa kelas XI SMA Kristen 1 Salatiga tahun ajaran
2016/2017. Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian inferensial dengan
menggunakan teknik Analisis Regresi Linier Sederhana (Sugiyono, 2010). Subyek yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 114 siswa kelas XI SMA Kristen 1 Salatiga.
Penelitian ini menggunakan bantuan spss 16.00. Berdasarkan hasil regresi linear sederhana
dapat diketahui bahwa nilai dari Adjusted R squarenya adalah 0,014 yang berarti 0,14%, jadi
dapat dilihat bahwa perilaku bullying hanya memberikan sumbangan sebesar 0,14% untuk
motivasi belajar siswa dan untuk 99,86% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
dijelaskan dalam penelitian ini. Sedangkan untuk hasil Anovanya diketahui bahwa F hitung =
2.61 dan F tabel = 3.94. Oleh karena nilai F hitung lebih kecil dibandingkan dengan F tabel
(2.610.05)jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapatpengaruh maka dapat dikatakan juga
bahwa perilaku bullying tidak berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi belajar.
Kata kunci : Perilaku bullying, Motivasi Belajar
tercantum pada UU No. 20 Tahun 2003
PENDAHULUAN
Setiap manusia pasti membutuhkan
pendidikan
Pendidikan
terencana
dalam
adalah
untuk
kehidupannya.
usaha
sadar
mewujudkan
dan
suasana
belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara, hal ini
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003
tentang
Sistem
Pendidikan
Pendidikan
memiliki
3
Nasional,
jalur
dalam
pendidikan yaitu jalur pendidikan formal,
nonformal, dan informal. Untuk mencapai
tujuan
pendidikan
yang
dinginkan,
seseorang juga membutukan motivasi
yang ada dalam dirinya maupun luar.
Motivasi yang ada sangat pengaruh kuat
bagi
dalam
berfungsi
diri.
sebagai
Motivasi
motor
belajar
penggerak
Olweus
(Krahe,
2005)
aktivitas. Apabila motornya tidak ada,
bullying.
maka aktivitas tidak akan terjadi, bila
mendefinisikan
motorya lemah, aktivitas yang terjadi pun
“Tindakan negatif dalam waktu yang
lemah pula. Motivasi belajar berkaitan erat
cukup
dengan tujuan yang hendak dicapai oleh
dilakukan oleh satu orang atau lebih
individu yang sedang belajar itu sendiri.
terhadap orang lain, sehingga korbannya
Bila
terus menerus berada dalam keadaan
seseorang
yang
sedang
belajar
menyadari bahwa tujuan yang hendak
sebagai
bullying
panjang
dan
berulang
yang
cemas dan terintimidasi”.
Perilaku
dicapai berguna atau bermanfaat baginya,
dapat
bullying
maka motivasi belajar akan muncul dengan
menghancurkan semangat dan motivasi
kuat (Sri Anitah W, dkk: 19).
siswa dan terutama menciptakan situasi
Motivasi belajar siswa di sekolah
yang tidak nyaman untuk belajar. Motivasi
dipengaruhi beberapa faktor antara lain
belajar siswa yang menjadi lemah dan
faktor internal yang berasal dari dalam diri
lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi
individu
yang
belajar tersebut akan melemahkan kegiatan,
bersumber dari luar diri individu. Faktor
sehingga mutu prestasi belajar akan rendah,
internal sendiri mencakup kemampuan atau
menurut
keterampilan, tingkat pendidikan, sikap dan
(Dimyati dan Mudjiono, 2006).
dan
faktor
eksternal
pendapat
Biggs
dan
Tefler
sistem nilai yang dianut, pengalaman masa
Hasil wawancara dengan guru BK
lampau, aspirasi atau harapan masa depan,
SMA Kristen 1 Salatiga menjelaskan
latar belakang sosial budaya, maupun
bahwa ada beberapa perilaku bullying
persepsi
faktor
yang terjadi di sekolah tersebut. Bentuk
eksternal meliputi tuntutan kepentingan
tindakan bullying siswa seperti sering
keluarga,
mengolok-olok teman hingga sakit hati,
individu.
Sedangkan
kehidupan
kelompok,
kebijaksanaan
yang
berkaitan
dengan
pekerjaannya
sebagai
siswa,
maupun
lingkungan sosial (Hutagalung, 2005).
Lingkungan
sosial
dapat
berpengaruh besar terhadap motivasi belajar
siswa. Lingkungan sosial yang buruk
berpengaruh juga terhadap hubungan sosial
sering mengucilkan temannya, sering
melakukan pemalakan/merampas uang
saku milik temannya, dan membuat
seseorang malu. Hal ini terjadi karena
banyak anak yang mudah terpengaruh
dengan
lingkungannya,
dampak
dari
yang buruk, seperti kakak kelas yang
perilaku bullying tersebut motivasi dalam
merasa dirinya lebih senior daripada adik
belajar mereka menurun karena merasa
tingkatnya. Hubungan sosial yang buruk
tidak nyaman ketika berada di Sekolah
seperti
sehingga menyebabkan ada beberapa
itu
termasuk
dalam
perilaku
siswa yang ingin pindah kelas yang baru
masa depan, penghargaan dalam belajar
supaya tidak terjadi kasus bullying lagi.
kegiatan yang menarik dalam belajar,
Berdasarkan
uraian
diatas,
serta adanya lingkungan belajar yang
menurunnya motivasi belajar peserta didik
kondusif, yang dilakukan melalui proses
dipengaruhi oleh bullying yang berdampak
belajar.
pada mutu prestasi belajar yang rendah atau
2.
Jenis-jenis Motivasi Belajar
merosot. Dari latar belakang yang telah
Terdapat dua aspek dalam teori
penulis uraikan, penulis tertarik untuk
motivasi belajar yang dikemukakan oleh
melakukan penelitian skripsi dengan judul
Sardiman (2008), yaitu:
“Pengaruh
Perilaku
Bullying
Terhadap
Motivasi Belajar Siswa XI SMA Kristen 1
a.
Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017”.
LANDASAN TEORI
A. Motivasi Belajar
1.
Pengertian Motivasi Belajar
Sardiman (2008) motivasi belajar
adalah proses yang memberi semangat
belajar, arah, dan kegigihan perilaku.
Artinya, perilaku yang termotivasi adalah
perilaku yang penuh energi, terarah dan
bertahan lama.
Sedangkan menurut
menurut Winkel, (2004) mendefinisikan
bahwa
motivasi
belajar
adalah
keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan serta
memberi arah pada kegiatan belajar.
Merujuk
dari
dua
pendapat
mengenai definisi motivasi belajar maka
dapat dinyatakan bahwa motivasi belajar
adalah dorongan internal dan eksternal
b.
Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan
sesuatu untuk mendapatkan sesuatu
yang lain (cara untuk mencapai
tujuan). Motivasi ekstrinsik sering
dipengaruhi oleh insentif eksternal
seperti imbalan dan hukuman.
Misalnya, murid belajar keras dalam
menghadapi ujian untuk mendapatkan
nilai yang baik. Terdapat dua
kegunaan dari hadiah, yaitu sebagai
insentif agar mau mengerjakan tugas,
dimana tujuannya adalah mengontrol
perilaku siswa, dan mengandung
informasi
tentang
penguasaan
keahlian.
Motivasi instrinsik, yaitu motivasi
internal untuk melakukan sesuatu
demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu
sendiri). Misalnya, murid belajar
menghadapi ujian karena dia senang
pada mata Ajaran yang diujikan itu.
Murid termotivasi untuk belajar saat
mereka diberi pilihan, senang
menghadapi tantangan yang sesuai
dengan kemampuan mereka, dan
mendapat imbalan yang mengandung
nilai informasional tetapi bukan
dipakai untuk kontrol, misalnya guru
memberikan pujian kepada siswa.
Jadi
aspek-aspek
yang
bisa
pada siswa untuk merubah perilaku yang
digunakan
didorong
untuk
belajar siswa ada dua yaitu aspek motivasi
berhasil, adanya kebutuhan dalam belajar,
belajar ekstrinsik dan motivasi belajar
adanya kebutuhan dalam belajar, cita-cita
instrinsik.
adanya
keinginan
untuk
mengukur
motivasi
B. Perilaku Bulllying
1.
2.
Berdasarkan bentuknya menurut
Pengertian Perilaku Bullying
Olweus
mendefinisikan
(Krahe,
2005)
Olweus (2003)bullying dibagi ke dalam
“Bullying
sebagai
tiga kategori, yaitu bullying secara verbal,
perilaku negatif dalam waktu yang cukup
panjang dan berulang yang dilakukan oleh
satu orang atau lebih terhadap orang lain,
sehingga korbannya terus menerus berada
dalam keadaan cemas dan terintimidasi”.
Bullying adalah sebuah situasi di
mana terjadinya penyalahgunaan kekuatan
atau kekuasaan yang dilakukan oleh
seorang/sekelompok orang. Pihak yang
kuat di sini tidak hanya berarti kuat dalam
ukuran fisik, tetapi bisa juga kuat secara
mental. Korban bullying
membela
atau
Bentuk-bentuk Perilaku Bullying
tidak mampu
mempertahankan
diri
karena lemah secara fisik dan atau
mental(Sejiwa, 2008).
Dari dua pendapat para ahli di
atas, maka penulis dapat menyatakan
bahwa bullying adalah perilaku di mana
terjadi ketidakseimbangan kekuatan di
antara pelaku bullying dan korbannya,
sehingga dapat dikatakan bahwa bully
selalu lebih kuat daripada korbannya.
Bullying
dapat
langsung
maupun
berbentuk
perilaku
fisik dan relasional atau mental.
1. Verbal
Bentuk bullying ini berhubungan dengan
verbal atau kata-kata. Perilaku yang
termasuk di dalamnya adalah memaki,
menghina,
mengejek,
memfitnah,
memberi
julukan
yang
tidak
menyenangkan, mempermalukan di depan
umum,
menuduh,
menyoraki,
menyebarkan gosip yang negatif dan
membentak.
2. Fisik
Bentuk bullying ini yang paling terlihat
karena bersifat langsung dan terdapat
kontak fisik antara korban dan pelaku.
Contoh perilakunya seperti memukul,
meludahi,
menampar,
mendorong,
menjambak,
menjewer,
menimpuk,
menendang, dan berbagai ancam kontak
fisik lainnya.
3. Relasional atau Mental
Bentuk bullying ini berhubungan dengan
semua perilaku yang bersifat merusak
hubungan dengan orang lain. Perilaku
yang
termasuk
dengan
sengaja
mendiamkan seseorang, mengucilkan
seseorang,
penolakan
kelompok,
pemberian
gesture
yang
tidak
menyenangkan seperti memandang sinis,
merendahkan dan penuh ancaman.
Berdasarkan
bullying
beberapa
tersebut
kategori
penulis
dapat
langsung.
menyatakan bahwa bullying dapat terjadi
Bullying langsung mencakup pelecehan
melalui verbal atau dengan menggunakan
fisik, bullying tidak langsung membuat
kata-kata, fisik atau perilaku secara
korbannya merasa terasing dan terkucil
langsung
secara sosial.
relasional/mental yang dapat merusak
tidak
menyentuh
korban,
hubungan dengan orang lain.
dan
3.
sebagai bahan becandaan, sedangkan yang
Faktor-Faktor Penyebab Bullying
Banyak ditemukan faktor-faktor
1.
2.
3.
4.
5.
menjadi
korbannya
merasa
tertekan.
yang menyebabkan pelaku melakukan
Perilaku bullying mempunyai dampak
perilaku Bullying .Olweus (dalam Rudi,
yang negatif terhadap korbannya salah
2010) menyebutkan terdapat faktor-faktor
satunya adalah motivasi belajar korban
yang membuat seseorang menjadi pelaku
bullying akan menurun karena yang
dalam perilaku Bullying diantaranya:
menjadi korban bullying akan merasa
Pelaku pernah menjadi korban Bullying
Balas dendam
Menunjukan eksistensi diri
Ingin mendapatkan pengakuan
Menutupi kekurangan yang dimilikinya
tidak nyaman ketika berada disekolah
Berdasarkan
maupun
dirumah.
Sardiman
(2008)
motivasi belajar adalah proses yang
memberi semangat belajar, arah, dan
faktor-faktor
kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang
penyebab bullying tersebut penulis dapat
termotivasi adalah perilaku yang penuh
menyatakan
energi,
bahwa
seseorang
menjadi pelaku bullying
pelaku
pernah
menjadi
dalam
dikarenakan
korban
dari
sehingga dia merasa harus
bullying
melakukan hal yang sama kepada orang
lain
untuk
kekurangannya
menutupi
sebagai
wujud
dan
bertahan
lama.
Berdasarkan teori Sadirman jelas bahwa
ketika ada masalah di dalam sekolah
seseorang
tidak
akan
mempunyai
semangat dalam belajar.
segala
balas
terarah
Berdasarkan
apa
yang
telah
diungkapkan di atas penulis menyatakan
dendam dan mendapatkan pengakuan dari
bahwa
orang lain bahwa sebenarnya dia lebih
pengaruh yang terhadap motivasi belajar.
hebat.
Jadi semakin tinggi perilaku bullying yang
C. Pengaruh Perilaku Bullying terhadap
perilaku
diterimanya
motivasi
Motivasi Belajar Siswa
Seseorang yang sering melakukan
bullying
maka
semakin
belajarnya,
sebaliknya
semakin
mempunyai
begitu
rendah
rendah
pula
perilaku
perilaku bullying sebagian besar adalah
bullying semakin tinggi motivasi belajar
seseorang yang pernah menjadi korban
siswa.
bullying, kebanyakan pelaku bullying
tidak sadar bahwa sedang melakukan hal
yang berdampak negatif pada korbannya.
Disekolah
khususunya,
banyak
yang
beranggapan bahwa perilaku bullying
adalah hal yang sepele dan dianggap
METODE PENELITIAN
Subyek Penelitian ini adalah siswa
kelas XI SMA Kristen 1 Salatiga tahun
ajaran
2016/2017.
Populasi
dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
XI yang berjumlah 172 siswa, dan
4%, kategori tinggi sebesar 14%, kategori
sampelnya berjumlah 114 siswa.Teknik
sedang sebesar 50%, kategori rendah
Pengumpulan data yang digunakan dalam
sebesar 25%, dan kategori sangat rendah
penelitian
dengan
sebesar 7%. Dari hasil tersebut terlihat
menggunakan kuisioner perilaku bullying
bahwa perilaku bullying siswa kelas XI
dan skala sikap motivasi belajar.
SMA Kristen 1 Salatiga sebagian besar
ini
adalah
Untuk Teknik analisa data yang
terkumpul
dalam
penelitian
ini
menggunakan teknik Analisis Regresi
berkategori sedang dengan jumlah siswa
58 orang.
3. Analisis Regresi
Linear Sederhana (Sugiyono, 2012) dam
1) Hasil Regresi Linear
dianalisa menggunakan metode statistik
Berdasarkan
hasil
Model
regresi
linear
memakai teknik analisis regresi linier
Summary
sederhana dengan bantuan SPSS 16.00
sederhana,dapat diketahui bahwa nilai
yaitu untuk melihat pengaruh perilaku
dari Adjusted R squarenya adalah 0,014
bullying terhadap motivasi belajar siswa
yang
kelas XI SMA Kristen 1 Salatiga tahun
disimpulkan bahwa variabel perilaku
Ajaran 2016/2017.
bullying
HASIL
PENELITIAN
DAN
dalam
berarti
0,14%.
memberikan
Jadi
dapat
sumbangan
ke
variabel motivasi belajar hanya sebesar
0,14% dan untuk 99,86% dipengaruhi
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
oleh faktor lain yang tidak dijelaskan
1. Analisis deskriptif Motivasi Belajar
dalam penelitian ini. Sedangkan untuk
Berdasarkan data yang sudah ada,motivasi
hasil Anovanya dapat diketahui bahwa
belajar ekstrinsik siswa kelas XI SMA
hasil nilai F hitung = 2.611 dengan tingkat
Kristen 1 Salatiga sebesar 41.23% dan
probabilitas signifikan 0.109, dengan
siswa yang memiliki motivasi belajar
derajat kebebasan (dk) pembilang (m) = 1
instrinsik sebesar 58.77%, sehingga ada
dan derajat kebebasan (dk) penyebut (n-
67 siswa yang termasuk dalam motivasi
m-1) = 112. Sehingga untuk nilai F
belajar instrinsik dan ada 33 siswa yang
tabelnya dapat diperoleh hasil 3.94,
termasuk
sedangkan nilai F hitungnya = 2.611, oleh
dalam
motivasi
belajar
ekstrinsik.
2. Analisis deskriptif Perilaku Bullying
karena
nilai
F
hitung
lebih
kecil
dibandingkan dengan F tabel (2.610.05) maka dapat
Masalah yang ingin diungkap
dikatakan juga bahwa perilaku bullying
dalam penelitian ini adalah apakah ada
tidak
signifikan
tidaknya
pengaruh
terhadap motivasi belajar. Sedangkan
perilaku
bullying
untuk
belajar siswa di SMA Kristen 1 Salatiga
berpengaruh
secara
coefficientnya,
diketahui bahwa
nilai
dapat
signifikansi
signifikansi
terhadap
dari
motivasi
Tahun Ajaran 2016/2017.
perilaku bullying sebesar 0,109, yang
Berdasarkan data yang diperoleh
artinya bahwa nilai signifikansi lebih
dari hasil penelitian kemudian diolah
besar dari taraf signifikansi sebesar 0,05
dengan menggunakan program SPSS,
(0,109>0,05). Dengan demikian, hipotesis
dapat dijadikan dasar untuk menjawab
penelitian
hipotesis
terdapat
yang
menyatakan
pengaruh
perilaku
bahwa
yang diajukan
yaitu
“Ada
bullying
pengaruh yang signifikan antara perilaku
belajar adalah
bullying terhadap motivasi belajar siswa
tidak dapat diterima. Artinya, tidak ada
kelas XI SMA Kristen 1 Salatiga Tahun
pengaruh yang signifikan antara perilaku
Ajaran 2016/2017”.
terhadap motivasi
bullying terhadap motivasi belajar.
Hasil
hipotesis
memperoleh nilai F perilaku bullying
B. Pembahasan
Perilaku Bullying adalah perilaku
dimana
pengujian
terjadi
terhadap motivasi belajar sebesar 2.611
ketidakseimbangan
dengan signifikansi = 0.109 ditolak
kekuasaan baik dari fisik maupun mental
karena F hitung lebih kecil dari F tabel
antara pelaku bullying dan korban dan
(2.61