Pengan Pasien Fraktur Terhadap Penyembuhan Luka Di Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat 2014

 

BAB1
PENDAHULUAN
1.

Latar belakang
Semakin pesatnya kemajuan lalu lintas di Indonesia angka kejadian fraktur

akibat kecelakaan lalu lintas meningkat, kecelakaan lalu-lintas dengan kecepatan
tinggi sering menyebabkan trauma. Pada umumnya dampak yang ditimbulkan
pada penyakit fraktur adalah terjadinya kerusakan neuromuskuler akibat
kerusakan jaringan atau terputusnya tulang, adanya perubahan tanda-tanda vital
dan gangguan pergerakan lainnya, tindakan darurat secara cepat dan tepat pada
fraktur adalah melakukan imobilisasi di daerah yang fraktur (Ridha, 2009).
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari
5,6 juta orang meninggal karena insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang
mengalami kecacatan fisik (Depkes RI, 2011). Salah satu insiden kecelakaan yang
memiliki prevalensi cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah yakni
sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi. Insiden fraktur di USA
diperkirakan menimpa satu orang pada 10.000 populasi setiap tahunnya (Armis,

2008) dan sekitar delapan juta orang mengalami kejadian fraktur yang berbeda
dan penyebab yang berbeda, hasil survey tim Depkes RI didapatkan 25%
penderita fraktur mengalami kematian, 45% mengalami cacat fisik, 15%
mengalami stress psikologis karena cemas bahkan depresi, dan 10% mengalami
kesembuhan dengan baik (Rizqiyah, 2012).
berdasarkan data dari dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun
2007 didapatkan sekitar 2700 orang mengalami insiden fraktur, 56% penderita

 

Universitas Sumatera Utara

 

mengalami kecacatan fisik, 24% mengalami kematian, 15% mengalami
kesembuhan dan 5% mengalami gangguan psikologis atau depresi terhadap
adanya kejadian fraktur (Profil Dinkes Sumsel, 2008).
Prilaku dan cara hidup manusia merupakan penyebab bermacam-macam
penyakit baik di zaman primitif maupun di masyarakat yang sudah sangat maju
peradaban dan kebudayaannya. Kencendrungan masyarakat masa kini untuk tidak

mau menggunakan obat-obatan produk kimia dan kembali ke obat-obatan
tradisional. Membuat semakin dirasa penting usaha untuk mengungkapkan
produk-produk masa lampau sebagai warisan leluhur mereka, yang dalam bidang
kesehatan khususnya menyediakan tentang obat-obatan, proses pembuatannya dan
pengonsumsiannya. Sehubung dengan aspek kesehatan dan obat-obatan untuk
kepentingan merawat kesehatan pada akhir-akhir ini dipergunakan bahan-bahan
dari hasil bumi dan pengolahannya secara tradisional. Pengetahuan tentang cara
dan bentuk pengobatan tradisional pada masyarakat diproleh dengan mengikuti
apa yang pernah dilakukan oleh leluhur mereka, yang telah berlangsung secara
turun menurun. Pada umumnya mereka hafal dalam membuat obat-obatan dan
diperaktekkan secara berulang-ulang setiap dibutuhkan untuk pengobatan
(Syahrun, 2012).
Pemahaman masyarakat di bidang pengobatan terkadang dipengaruhi oleh
kepercayaan yang sulit diterima secara logika. Apabila pemahaman masyarakat
mengenai pengobatan tradisional ini tidak diimbangi dengan pengetahuan modern,
dikhawatirkan akan membawa pengaruh negatif tehadap penderita. Karena
maasyarakat

 


semata-mata

hanya

dilandasi

pengetahuan

tradisional

dan

Universitas Sumatera Utara

 

kepercayaan. Terdapat kecendrungan yang berlebihan terhadap cara pengobatan
tradisional karena faktor pemikiran lama yang mengabaikan penemuan baru
dibidang kedokteran. Hal ini dilandasi suatu prinsip yang berorientasi pada sebuah
ungkapan bahwa seribu penyakit, seribu obatnya. Tidak ada penyakit yang tidak

bisa diobati, sehingga setiap penyakit terutama luka selalu diusahakan untuk
diobati sendiri menurut cara pengobatan tradisional (Syahrun, 2013).
Infeksi merupakan salah satu komplikasi penyembuhan luka, terutama
infeksi pada luka kronik juga dapat mengabiskan biaya. (Hibbs, 1988)
memperkirakan bahwa seorang pasien dengan fraktur pinggul, yang mengalami
dekubitus berat derajat IV yang terinfeksi berat, sebuah lembaga kesehatan
mengeluarkan biaya sebesar £25.905 selama 180 hari perawatan. Cara lain untuk
mengukur biaya tersebut adalah dalam hal berapa banyak kehilangan kesempatan
untuk memberikan asuhan atau menangani pasien yang lain. Dengan anggapan
bahwa tidak ada komplikasi, biaya 17 orang untuk penggantian pinggul atau lutut
akan sama dengan biaya satu orang pasien dengan luka yang terinfeksi (Morison,
2012).
Infeksi luka dapat memperlambat dan sangat membebani biaya perawatan
di rumah sakit, terutama jika infeksi tersebut melibatkan protesis ortopedik.
Setidaknya, pasien disulitkan oleh masa hospitalisasi yang berkepanjangan, yang
dapat menimbulkan kesulitan ekonomi dan social bagi seluruh keluarga dan yang
terburuk adalah pasien dapat meninggal dunia karena septicemia (Morison, 2012).
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada seorang bapak yang
berpengalaman dan pernah mengalami fraktur terbuka, peneliti dapat mengetahui


 

Universitas Sumatera Utara

 

bahwa masyarakat di Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat percepatan
penyembuhan luka yang saat ini banyak dilakukan dengan cara mempertemukan
kedua sisi, pemberian obat-obatan seperti minyak, dibalut dengan tenik tertentu
menggunakan daun-daunan. Selain itu masyarakat juga meminum jamu yang
dianggap mereka dapat mempercepat penyembuhan luka. Masyarakat juga
memantangkan
penyembuhan

makanan
luka,

yang

seperti


dianggap

telur

karena

mereka
mereka

dapat

memeperlambat

mempercayai

dengan

mengonsumsi telur dapat membuat gatal disekitar luka. Berdasarkan penjelasan
diatas dapat diketahui ada beberapa nilai kepercayaan yang berhubunagn dengan

penyembuhan luka.
Berdasarkaan latar belakang diatas, penulis tertarik dan berminat untuk
melakukan penelitian di Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat yang berkaitan
tentang upaya penderita fraktur terbuka terhadap penyembuhan luka.

2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi perumusan masalah adalah
“Bagaimana pengalaman pasien fraktur terbuka tehadap penyembuhan luka di
Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat Tahun 2014”

3. TUJUAN PENELITIAN

 

Universitas Sumatera Utara

 

Untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pengalaman
pasien fraktur terbuka terhadap peyembuhan luka di Kecamatan Kuala Kabupaten

Langkat Tahun 2014

4. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini bermanfaat antara lain bagi :
4.1. Peneliti
Sebagai pengalaman dalam melaksanakan penelitian dan menambah
wawasan peneliti untuk mengetahui pengalaman masyarakat penderita fraktur
terbuka dalam penyembuhan luka.
4.2. Penelitian Selanjutnya
Memeberikan pengetahuan tentang prinsip-prinsip yang mempengaruhi
pola fikir masyarakat, sehingga dapat menerapkan pengalaman ilmiah yang
diperole untuk penelitian dimasa mendatang. Selain itu juga menyediakan
informasi awal untuk penelitian keperawatan sejenis di Indonesia khususnya
untuk populasi pasien fraktur terbuka di Medan, Sumatera Utara.
4.3. Pendidikan Keperawatan.
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bekal bagi mahasiswa
nantinya dalam menerapkan asuhan keperawatan khususnya bagi keperawatan
KMB dalam merawat luka tanpa mengesampingkan prinsp-prinsip masyarakat
yang berkaitan dengan perawatan luka.


4.4. Responden

 

Universitas Sumatera Utara

 

Memampukan responden dalam upaya merawat luka dengan benar secara
mandiri, sehingga penyembuhan luka dapat dicapai pada waktunya. Sehingga
terhindar dari factor-faktor resiko yang dapat mengakibatkan terjadinya
komplikasi dari luka.

BAB 2

 

Universitas Sumatera Utara