Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profit Distribution Management Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Chapter III V
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian asosiatif, Menurut Sugiyono (2010: 93)
penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antar dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini meneliti sejauh mana
pengaruh Kecukupan Modal, Efektifitas Dana Pihak Ketiga, Risiko Pembiayaan,
Pertumbuhan Domestik Bruto, Proporsi Pembiayaan Investasi, Proporsi Dana
Pihak Ketiga, Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif dan Umur Bank terhadap
Profit Distribution Management pada Perbankan Syariah di Indonesia periode
2009-2013.
3.2
Tempat dan Waktu Penelitian
a.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bank Indonesia melalui media internet dengan
menggunakan situs www.bi.go.id serta website bank yang dijadikan objek dalam
penelitian yaitu Bank Umum Syariah di Indonesia, penelitian terdahulu dan
jurnal-jurnal lainnya.
b.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dimulai dari bulan dari bulan Desember 2013
sampai dengan April 2014.
3.3
Batasan Operasional
Batasan operasional dan identifikasi variable peneliian berguna untuk
menghindari ketidakfokusan dalam membahas dan menganalisis permasalahan
36
Universitas Sumatera Utara
yang ada pada penelitian ini, untuk lebih mengarahkan pembahasan agar tidak
terjadi kesalahan dalam penelitian, sehingga lebih jelas dalam memecahkan
masalah, maka batasan permasalahan hanya pada pengaruh Kecukupan Modal,
Efektivitas Dana Pihak Ketiga, Risiko Pembiayaan, Pertumbuhan Produk
Domestik Bruto, Proporsi Pembiayaan Non Investasi, Proporsi Dana Pihak
Ketiga, Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif , dan Umur Bank, secara
parsial dan simultan terhadap Profit Distribution Management pada Perbankan
Syariah di Indonesia dengan data mulai tahun 2009 sampai dengan 2013.
3.4
Definisi Operasional Variabel
Berdasarkan pada permasalahan dan hipotesis yang diuji, dan parameter
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Variabel Terikat (Dependent Variable)
Profit Distribution Management disimbolkan dengan (Y), dimana Profit
Distribution Management merupakan aktivitas yang dilakukan manajer dalam
mengelola pendistribusian laba untuk memenuhi kewajiban bagi hasil bank
syariah kepada nasabahnya. (Farook, et al. 2009),
Penelitian ini menggunakan asset spread sebagai metode untuk
menghitung Profit Distribution Management yang mengacu pada suku bunga.
Asset spread adalah Absolute Spread antara Return on Asset (ROA) dan Average
Return on Investment Account Holder (ROIAH) yang merupakan rata-rata return
bagi hasil deposan.
Rata-rata ROIAH dapat dihitung dengan menggunakan “total pendapatan
yang harus dibagi” dibagi dengan “saldo rata-rata instrument bagi hasil deposan”
dari tabungan, giro dan deposito. Instrument bagi hasil deposan tersebut Kedua
item tersebut dapat dilihat pada Laporan Distribusi Bagi Hasil.
37
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan yang harus dibagi
Average ROIAH =
x 100%
Saldo rata-rata instrumen bagi hasil deposan
2.
Variabel Bebas (Independent Variable)
a.
Kecukupan Modal
Kecukupan Modal (Capiatal Adequacy Ratio) menggambarkan kemampuan
bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi untuk menutup risiko
kerugian yang mungkin timbul dari penanaman dana dalam aset produktif yang
mengandung resiko, serta untuk pembiayaan dalam aset tetap dan investasi. Rasio
CAR dapat digunakan untuk mengukur kecukupan modal pada bank syariah
(Muhammad, 2009). Kecukupan Modal dirumuskan sebagai berikut.
Modal Bank
Kecukupan Modal =
b.
����� ����
x 100%
Efektivitas Dana Pihak Ketiga
Efektivitas dana pihak ketiga merupakan cerminan dari fungsi intermediasi
bank, yaitu dalam menyalurkan dana pihak ketiga ke pembiayaan. Efektivitas
dana pihak ketiga dapat diukur dengan rasio FDR. Konsep FDR beranjak dari
Loan to Deposit Ratio (LDR). Istilah LDR lebih banyak digunakan dalam bank
konvensional, sedangkan FDR pada bank syariah.
Efektifitas Dana Pihak Ketiga dirumuskan sebagai berikut (Mawardi, 2005):
Total Pembiayaan
Efektifitas Dana Pihak Ketiga =
x 100%
Total Dana Pihak Ketiga
38
Universitas Sumatera Utara
c.
Risiko Pembiayaan
Risiko Pembiayaan digunakan untuk mengukur tingkat permasalahan
pembiayaan yang dihadapi oleh bank syariah. Resiko Pembiayaan dapat diukur
dengan rasio ��� ���������� ��������� (���). ��� ���������� ���������
(���), merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam menjaga risiko
kegagalan pengembalian pembiayaan oleh debitur.
Risiko Pembiayaan, dirumuskan sebagai berikut (Mawardi, 2005):
Total Pembiayaan Bermasalah
Risiko Pembiayaan =
x 100%
Total Pembiayaan
d.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto, mampu mengukur kemampuan dari
suatu negara untuk memperbesar outputnya dalam laju yang lebih cepat daripada
tingkat pertumbuhan penduduknya (Nasution, 2009).
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto ,dirumuskan sebagai berikut (Farook, at al.
2009). PPDB = PDBt − PDBt – 1 .
e.
Proporsi Pembiayaan Non Investasi
Pembiayaan Non Investasi bank syariah mengacu pada pembiayaan dengan
tingkat tetap (sisi piutang). Berdasarkan larangan bunga dalam hukum islam, bank
syariah memiliki keterbatasan dalam memilih dan menggunakan instrumen untuk
memanfaatkan dana deposan. Proporsi Pembiayaan Non Investasi dapat diukur
dengan rasio LATA. Proporsi Pembiayaan Non Investasi dirumuskan sebagai
berikut (Farook, at al. 2009).
39
Universitas Sumatera Utara
Loan Asset
Proporsi Pembiayaan Non Investasi =
x 100%
Total Asset
f.
Proporsi Dana Pihak Ketiga
Proporsi Dana Pihak Ketiga, merupakan variabel yang menggambarkan
seberapa besar kebergantungan bank terhadap dana deposan. Dana deposan
mampu mempengaruhi anggaran (budget) sebuah bank. Budget akan bertambah
seiring bertambahnya dana deposan.
Proporsi Dana Pihak Ketiga, dirumuskan sebagai berikut (Farook, at al.
2009).
Dana Pihak Ketiga
Proporsi Dana Pihak Ketiga =
x 100%
Total Aset
g.
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
Bank syariah wajib membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif,
berupa cadangan umum dan cadangan khusus.
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif, dibentuk sebesar
(1).
5 % dari aset produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus
(2).
15 % dari aset produktif yang digolongkan kurang lancar setelah dikurangi
nilai agunan;
(3).
50 % dari aset produktif yang digolongkan diragukan setelah dikurangi
nilai agunan dan;
(4).
100% dari aset produktif yang digolongkan macet setelah dikurangi nilai
agunan.
40
Universitas Sumatera Utara
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif dapat dirumuskan sebagai berikut.
Jumlah Aktiva Diklasifikasikan
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif =
x100%
Total Outstanding
h.
Umur Bank
Umur Bank (Umur Perusahaan) mampu menunjukkan informasi yang dapat
diperoleh calon investor. Perusahaan yang telah lama berdiri dalam kondisi yang
normal, seyogyanya akan lebih banyak mengeluarkan publikasi jika dibandingkan
perusahaan yang baru berdiri. Cara mengukur variabel ini adalah dengan
menghitung selisih dari bulan berdirinya bank hingga 31 Desember 2013 sebagai
periode akhir penelitian. Umur bank menggunakan satuan bulan.
Umur Bank = Bulan dalam Periode Penelitian - Bulan Berdirinya Bank
41
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel
Kecukupan
Modal
(CAR)
Efektivitas
Dana Pihak
Ketiga
(FDR)
Resiko
Pembiayaan
(NPF)
Pertumbuhan
Produk
Domestik
Bruto
(GDP)
Proporsi
Pembiayan
Non Investasi
(NIF)
Batasan Operasional
Mengukur
kecukupan
modal
pada
perbakan
syariah di gunakan Rasio
Capytal Adequancy (CAR)
Yang berarti jumlah modal
sendiri yang di perlukan
untuk
menutup
resiko
kerugian yang mungkin
timbul dari penanaman aset
yang bersifat administratif
Efektivitas dana pihak
ketiga pada perbankan
syariah menggunakan Rasio
Financing to Deposit Ratio
(FDR) ini digunakan untuk
mengukuran skala rasio
yang ada pada laporan
keuangan bank syariah.
Resiko Pembiayaan pada
perbankan syariah
menggunakan
Rasio Non Performing
Financing (NPF),Rasio ini
digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam
menjaga resiko kegagalan
pengembalian pembiayaan
oleh debitur.
Rasio ini untuk mengukur
tingkat kemampuan dari
suatu
negara
dalam
memperbesar output nya
menjadi lebih cepat dari
tingkat
pertumbuhan
penduduknya.
Proporsi pembiayan non
investasi pada perbankkan
syariah
mengacu
pada
pembiayaan dengan tingkat
tetap (sisi piutang). Dan di
ukur dengan rasio LATA
( Loan Asset / Total Asset )
Skala
Pengukuran
Indikator
Kecukupan Modal
= ����� ���� x 100%
Total ATMR
Rasio
Efektivitas Dana Pihak Ketiga
= ����� ���������n
Total dana pihak ketiga
x 100 %
Rasio
Resiko Pembiayaan
=Total pembiayaan bermasalah x100 %
Total pembiayaan
Rasio
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto
=PDBt − PDBt – 1
Rasio
Proporsi Pembiayan Non Investasi
= ���� ����� x 100 %
Total asset
Rasio
42
Universitas Sumatera Utara
Sambungan Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel
Batasan Operasional
Proporsi Dana
Pihak Ketiga
(TPF)
Penyisihan
Penghapusan
Aktiva
Produktif
(EPA)
Umur Bank
(DMBE)
Profit
Distibution
Management
(Y)
Skala
Pengukuran
Indikator
Proporsi Dana Pihak Ketiga
Rasio ini digunakan
untuk
menggambarkan
= ���� ��h�� ������ x100%
seberapa banyak proporsi
����� ����
Rasio
dana pihak ketiga bank
kepada bank berdasarkan
perjanjian dana.
Penyisihan Penghapusan Aktiva
Rasio
ini
memiliki
Produktif
kecenderungan
dalam
membentuk penyisihan =Jumlah Aktiva Diklasifikasikan x100%
Rasio
kerugian,
untuk
Total Outstanding
menyerap
kerugian
dimasa depan.
Rasio ini digunakan
Umur Bank
untuk menghitung selisih
dari bulan berdirinya
= ����� ����� ������� ���������� −
Rasio
bank hingga Desember ����� ���������� ����
2013 sebagai periode
akhir penelitan.
Menghitung rata-rata
ROIAH yaitu” total
pendapatan yang harus
dibagi “ dibagi dengan
“Saldo rata-rata instrument
bagi hasil deposan”
Profit Distibution Management
A������ ROIAH =
Pendapatan yag harus dibagi
Saldo rata-rata instrument bagi
hasil deposan
x100%
Rasio
Sumber: Bank Indonesia www.bi.go.id Diolah
3.5
Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam setiap Penelitian ilmiah selalu dihadapkan pada masalah populasi, karena
populasi penelitian merupakan sumber data atau subjek yang akan digunakan
untuk mencapai tujuan
penelitian yang dilakukan. Populasi dari penelitian ini adalah Bank Umum
Syariah yang ada di Indonesia, yang berjumlah 11 bank umum syariah dengan
Jumlah Sampel 8 bank umum syariah di Indonesia. Sampel yang ada dalam
penelitian ini diambil dengan menggunakan metode Purposive Sampling yaitu
43
Universitas Sumatera Utara
salah satu teknik pengambilan sampel non probabilitas. Pengambilan dengan
menggunakan kriteria tertentu. Adapun Kriteria penarikan sampel yang digunakan
adalah.
a.
Bank Perkreditan Rakyat Syariah termasuk klasifikasi jenis Usaha
perbankan syariah yang terdaftar di Dunia Perbankan Syariah Indonesia
b.
Bank-bank yang memiliki data laporan keuangan selama periode penelitian
pada 2009 - 2013
c.
Tahun buku berakhir pada tanggal 31 Desember.
Tabel 3.2
Prosedur Pemilihan Sampel
No
Keterangan
Jumlah
1
Jumlah Bank Umum Syariah di Indonesia pada tahun 2013
11
2
Jumlah bank yang tidak memenuhi kriteria tersedianya
laporan keuangan 31 desember 2009 – 31 desember 2013
Total sampel bank berdasarkan kriteria tersedianya laporan
keuangan 31 desember 2009 – 31 desember 2013
(5 Tahun pengamatan)
(3)
3
8
Sumber: Bank Indonesia www.bi.go.id Diolah
Berdasarkan kriteria tersebut sampel yang ada berjumlah 8 Perusahaan
Bank Umum Syariah, yang sesuai dengan kriteria laporan keuangan 2009-2013
sebagai sampel dari 11 jumlah bank syariah di Indonesia pada tahun 2009-2013.
Sedangkan 3 bank umum syariah
tidak dapat digunakan karna bank umum
syariah tersebut tidak memiliki data laporan keuangan yang di perlukan untuk
penelitian tidak tersedia berturut turut untuk tahun 2009-2013. Daftar nama Bank
Umum Syariah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
44
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.3
Sampel Penelitian
No Daftar Bank Umum Syariah
2009
1
PT. Bank Victoria Syariah
√
2
PT. Bank Panin Syariah
√
3
PT. Bank Syariah Mandiri
√
4
PT. Bank Syariah Bukopin
√
5
PT. Bank Central Asia Syariah
√
6
PT. Bank Muamalat Indonesia
√
7
PT. Bank Mega Syariah Indonesia
√
8
PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah
√
Sumber: Bank Indonesia www.bi.go.id Diolah
a.
2010
√
√
√
√
√
√
√
√
2011
√
√
√
√
√
√
√
√
2012
√
√
√
√
√
√
√
√
2013
√
√
√
√
√
√
√
√
Jenis dan Sumber Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis data asosiatif yang
bersumber dari data sekunder. Data sekunder yang digunakan oleh peneliti
berkaitan dengan masalah yang dianalisis yaitu :
a.
Sejarah singkat Bank Umum Syariah.
b.
Laporan tahunan perusahaan Bank Umum Syariah di Bank Indonesia
(Laporan Laba Rugi dan Neraca tahun 2009 – 2013).
c.
Literature ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan dalam
penelitian.
3.6
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui metode
dokumentasi. Metode dokumentasi dilakukan dengan menggunakan data yang
berasal dari dokumen-dokumen yang sudah ada dengan meneliti dikumendokumen berupa laporan keuangan dan berhubungan dengan permasalahan
penelitian yang tidak secara langsung datang ke perusahaan tetapi bersumber dari
45
Universitas Sumatera Utara
dari website Badan Pusat Statistik, website Bank Indonesia dan situs resmi
masing-masing bank syariah yang menjadi sampel penelitian.
3.7
Teknik Analisis Data
Analisis data yang dikumpulkan melalui penelitian harus menggunakan
metode analisis yang teratur dan lebih terarah. Hal ini dimaksudkan agar
penelitian dilakukan dengan prosedur yang benar. Penelitian ini menggunakan
software SPSS (Statistic Product and Service Solution) 18.0 For Windows.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
A.
Metode Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan mengumpulkan, mengolah mengklasifikasikan, dan menginterprestasikan
data penelitian sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai objek yang
diteliti.
B.
Metode Analisis Statistik
Dalam penelitian ini menggunakan model statistic menurut (Farook et al.
2009) yaitu analisis regresi berganda dengan metode Ordinary Least Square
(OLS). Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui keakuratan
hubungan antara Profit Distribution Management (variabel dependen), dengan
Kecukupan Modal, Efektivitas Dana Pihak Ketiga, Risiko Pembiayaan,
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto, Pertumbuhan Produk Domestik Bruto,
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif, dan Umur Bank, sebagai variabel yang
mempengaruhi (variabel independen) dengan persamaan:
46
Universitas Sumatera Utara
Y = a + b1X1 +b2X2 +b3X3 +b4X4 +b5X5 +b6X6 +b7X7 +b8X8+e
Dimana :
Y
= Profit Distribution Management (PDM)
a
= Konstanta
b1-b8
=
X1
= Kecukupan Modal
X2
= Efektivitas Dana Pihak Ketiga
X3
= Risiko Pembiayaan
X4
= Pertumbuhan Produk Domestik Bruto
X5
= Proporsi Pembiayaan Non Investasi
X6
= Proporsi Dana Pihak Ketiga
X7
= Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
X8
= Umur Bank
e
= Variabel Gangguan
Koefisien regresi masing-masing variabel
Sebelum menganalisis data dengan regresi linier berganda maka sebelumnya
data ersebut harus memenuhi syarat uji asumsi klasik, meliputi :
1.
Uji Asumsi Klasik
Penggunaan uji asumsi klasik dimaksudkan agar memperoleh hasil regresi
yang bisa dipertanggung jawabkan dan mempunyai hasil yang tidak biasa atau
Best Linier Unbiased Estimator (BLUE). Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dari
pengujian tersebut adalah uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji autokorelasi,
dan uji multikolinearitas.
47
Universitas Sumatera Utara
a.
Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi,variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Data yang
terdistribusi normal akan memperkecil kemungkinan terjadinya biasa. Pengujian
normalitas
dalam
penelitian
ini
dengan
menggunakan
one
sample
kolmogorovsmirnov test dan analisis grafik histogram dan P-plot. Dalam uji one
samplekolmogorov-smirnov test, variabel-variabel yang mempunyai asymp. Sig
(2-tailed), di bawah tingkat signifikan sebesar 0,05 maka diartikan bahwa
variabel-variabel tersebut memiliki distribusi tidak normal dan sebaliknya
(Ghozali, 2007).
b.
Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidak samaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan laintetap, maka
disebut Homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Uji ini
dapat dilakukan dengan menggunakan uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan
meng-absolutkan nilai residual, kemudian me-regreskannilai absolut tersebut
sebagai variabel dependen terhadap variabel independen lainnya. Jika dalam tabel
t- test tidak ada yang lolos signifikansi, maka bisa dinyatakan bahwa model
terbebas dari heteroskedastisitas. Model regresi yang baik jika variance dari
residual satu ke pengamatan lain tetap, sehingga diidentifikasi tidak terdapat
heteroskedastisitas (Ghozali, 2007 :105).
48
Universitas Sumatera Utara
c.
Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresilinier
ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan
penganggu pada periode t-1(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lainnya. Pengujian ini menggunakan model Durbin Watson
(DW-Test).
Hipotesis yang akan diuji adalah.
Ho = tidak ada autokorelai (r=0), Ha = ada autokorelasi≠0)
(r
. Bila nilai
DW lebih besar dari batas atas atau upper bound (du) dan kurang dari(4-du) berate
tidak ada autokorelasi (Ghozali, 2007: 95).
d.
Uji Multikolinearitas
Pengujian ini bertujuan apakah model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas dapat dilihat dari
nilai tolerance dan lawannya variance inflation (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variable
independen lainnya.
Hasil dari pengujian ini dapat dilihat dari nilai VIF menggunakan persamaan
VIF = 1 / tolerance. Jika nilai VIF < dari 10 maka tidak terdapat multikolinearitas
(Ghozali, 2007: 91).
49
Universitas Sumatera Utara
C.
Pengujian Hipotesis
1.
Uji Statistik - F
Uji statistik- F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas
yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel terikat.
Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter
dalam model sama dengan nol, atau H0: b1=b2=b… = bk=0
Artinya apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha), tidak
semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau:Ha: b1≠ b2 ≠…≠ bk ≠ 0
Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah:
-Jika f hitung > f tabel maka Ho ditolak
-Jika f hitung < f tabel maka Ho diterima
2.
Uji Statistik t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (X1, X2,X3,
X4, X5, X6, X7, X8) secara sendiri atau masing-masing terhadap variabel dependenY
(Ghozali, 2007: 84-85). Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah suatu
parameter (bi) sama dengan nol atau:
Ho: bi = 0
Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha), para meter
suatu variabel tidak sama dengan nol, atau Ha: bi ≠ 0
50
Universitas Sumatera Utara
Artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap
variabel dependen.
Kriteria pengujian:
-Jika t hitung < t tabel maka Ho ditolak
-Jika t hitung > t tabel maka Ho diterima
Untuk mengukur nilai t tabel, ditentukan tingkat signifikansi 5% dengan
derajat kebebasan df = 4 dengan n adalah jumlah observasi.
D.
Koefisien Determinasi R2 (R Square)
Koefisien Determinasi (R2 ) mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 mempunyai interval
antara 0 samapai 1. Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil untuk
model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara
keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen (Situmorang, 2011:155)
51
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1
Sejarah Bank Umum Syariah
Mulainya perbankan syariah di Indonesia dapat dikatakan relatif terlambat
dibandingkan dengan perkembangan pada berbagai negara berpenduduk Muslim
lainnya. Negara-negara seperti Mesir, Pakistan, Kuwait, Bahrain, Malaysia, Iran
dan Turki, misalnya telah memulai industri perbankan syariah sejak akhir tahun
70-an dan awal tahun 80-an yang berarti satu dekade lebih awal dari Indonesia.
Perkembangan pada berbagai negara berpenduduk muslim tersebut terakselerasi
sejak didirikannya Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975 oleh
Organisasi Konferensi Islam (OKI). Salah satu tugas Islamic Development Bank
(IDB), selain memenuhi berbagai kebutuhan negara Islam untuk pembangunan,
juga membantu mendirikan bank-bank Islam diberbagai negara anggotanya
dengan menyiapkan panduan tentang pendirian, peraturan dan pengawasan bank
syariah. Untuk pengembangan sistem Ekonomi Syariah secara umum baik dalam
bidang perbankan maupun sector keuangan secara umum, Islamic Development
Bank (IDB) membangun Islamic Research and Training Institute (IRTI) yang juga
berkedudukan di Jeddah.
Sejarah perkembangan syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1992
dengan didirikannya Bank Muamalat Indonesia (BMI). Berdirinya Bank
Muamalat Indonesia (BMI) ini merupakan buah dari rangkaian diskusi yang
dilakukan oleh beberapa cendikiawan muslim yang diikuti oleh prakarsa dari
52
Universitas Sumatera Utara
Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk kelompok kerja untuk mendirikan
bank Islam di Indonesia pada tahun 1990, dari kelompok kerja inilah akhirnya
lahir Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariahpertama di Indonesia.
Tahun 1999 perkembangan perbankan syariah cenderung stagnan karena
pada dasarnya Bank Muamalat Indonesia (BMI) belum mempunyai mitra untuk
mengembangkan diri selain beberapa Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
yang sudah mulai banyak berdiri pada periode tersebut, baru setelah berdirinya
Bank Syariah Mandiri pada tahun 1999 dengan suntikan modal yang besar dari
Bank Mandiri sebagai bank konvensional terbesar di Indonesia, perkembangan
industry perbankan syariah terlihat lebih hidup. Bank Umum Syariah (BUS)
memang masih relative lambat perkembangannya pada saat itu, tetapi Unit Usaha
Syariah (UUS) dan bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) berkembang lebih
cepat. Jumlah BUS tidak bergerak dari jumlah 2 bank sampai tahun 2003 dan
hanya bertambah satu lagi menjadi (Bank Mega Syariah Indonesia) pada tahun
2004 yang bertahan sampai 2007. Setelah tahun 2007 baru berkembang relatif
sampai mencapai pesat 11 bank pada tahun 2013.
Perbankan Islam atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai perbankan
syariah telah menjadi lokomotif terdepan bagi proyek ilmu ekonomi Islam dan
Islamisasi ilmu ekonomi, yang telah dirintis sejak empat dekade yang lau.
Pengakuan dan penerimaan terhadap perbankan Islam dalam sistem keuangan
global telah memberikan energy positif bagi para penggiat ekonomi Islam untuk
melanjutkan upaya Islamisasi ilmu ekonomi dan juga institusi ekonominya.
53
Universitas Sumatera Utara
Menurut Iqbal (1997: 1) sejumlah negara Muslim, sedang berusaha untuk
menjalankan reformasi atau sistem perbankan dan keuangan mereka agar sesuai
dengan ajaran Islam. Adapun latar belakang yang mendasarinya menurutnya
adalah telah lahirnya kesadaran bahwa lembaga kredit yang merupakan sistem
perbankan dan keuangan kapitalis yang berdasarkan bunga, yang telah kokoh
diterapkan oleh negara-negara muslim selama dua abad terakhir dibawah
pengaruh kolonialisme telah berimplikasi buruk pada pembangunan.
Kesadaran pengembangan perbankan Islam dalam pandangan Saeed (2003:
25-26) juga dipengaruhi oleh munculnya gerakan kebangkitan Islam (Islamic
revivalism), terutama dari kelompok gerakan neo-Revivalis yang dimotori oleh
tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin (Mesir) dan Jam’iyat Al-Islami ( Pakistan).
Menurutnya tokoh-tokoh dari kelompok ini memilkiki pendapat yang tegas bahwa
bunga bank termasuk riba dan menyarankan untuk menghilangkannya. Hal ini
kemudian membawa pengaruh pada aturan hukum dibeberapa negara Muslim
yang mengkategorikan bunga termasuk riba. Sehingga pada tahun1970-an para
pemimmpin pemerintahan kemudian menetapkan penghapusan bunga. Kondisi ini
juga didukung oleh melimpahnya hasil kekayaan minyak di negara kawasan
Teluk, yang kemudian mendorong jutaan dolar di investasikan untuk mendirikan
bank-bank Islam di timur Tengah dan secara bersamaan Pakistan, Iran dan Sudan
menetapkan menghapus bunga dalam sistem perbankan dan keuangan mereka.
Perbankan dan keuangan Islam kemudian berkembang secara pesat satu
dekade berikutnya. Hal yang menarik adalah ketertarikan negara-negara Non
Muslim dalam menerapkan keuangan Islam di negaranya seperti, Denmark,
54
Universitas Sumatera Utara
Luxeburg, Swizerland dan Inggris, bahkan pusat-pusat keuangan dunia, seperti
New
York,
Tokyo,
London,
Hong
Kong,
dan
Singapurajuga
sudah
mendeklarasikan keinginan mereka untuk menjadipusat keuangan Islam dunia.
Keuangan Islam telah diakui sebagai fenomena global yang telah terbukti
sebagai suatu sistem keuangan yang mampu bertahan ditengah krisis ekonomi dan
diharapkan
mampu
memberikan
keadilan
ekonomi.
Menurut
Islamic
Development Bank (IDB) asset financial syariah global saat ini telah mencpai
US$900 miliar dengan pertumbuhan 20 % per tahun dan diprediksi akan mencapai
US$2 triliun lebih pada 2013.
Pertumbuhan perbankan dan keuangan Islam yang cerah ini juga di dukung
oleh hasil riset Ernest dan Young, dimana investor Muslim saat ini diestimasi
memiliki asset senilai 1,6 Triliun dolar AS. Pondasi filosofis sistem perbankan
dan keuangan Islam dalam pandangan Iqbal (1997: 3) berakar pada konsep
interaksi faktor-faktor produksi dan perilaku ekonomi yang Islami, menurutnya
sistem Islam memberikan penekanan yang sama pada dimensi etis, moral, sosial,
dan spiritual dalam upaya meningkatkan keadilan dan pembangunan masyarakat
secara keseluruhan. Hal ini menurutnya, sangat berbeda dengan sistem keuangan
konvensional yang memusat terutama hanya pada aspek transaksi keuangan dan
ekonomi. Dalam konsepsi Islam aktifitas komersial, jasa dan perdagangan harus
disesuaikan dengan prinsip Islam diantranya “bebas bunga”. Hal inilah yang juga
menjelaskan mengapa pada tahap awal bank islam atau bank syariah juga dikenal
sebagai bank “bebas bunga”, meski demikian perbankan syariah tidak bisa
disederhanakan menjadi sekedar bank “ bebas bunga”, karena pandangan yang
55
Universitas Sumatera Utara
penting “bebas bunga” saja, merupakan jebakan pengembangan bank bank syariah
yang hanya berfokus pada aspek transaksi saja dan meredusir pondasi filosofinya.
Menggambarkan sistem ini secara sederhana dengan hanya “bebas bunga”
menurut Iqbal (1997: 3) tidak menghasilkan suatu gambaran yang benar atas
sistem ini secara keseluruhan, melarang menerima dan membayar bunga memang
menjadi inti (nucleus) dari siste, tetapi menurut Chapra (2000: 5) hal ini harus
didukung oleh nilai-nilai Islam yang sangat fundamental seperti ; berbagi
resiko,hak dan kewajiban individ, hak milik, kesucian kontrak dan tanggung
jawab pembangunan bangsa atau umat, sehingga akan terbentuk kelembagaan
perbankan
Islam
yang
mendorong
sharing
resiko,
mempromosikan
enterpreneuship, melemahkan perilaku spekulatif, dan menekankan kesucian
kontrak.
Adapun Visi dan Misi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah
adalah : “terwujudnya sistem perbankan syariah yang kompetitif, efisien,dan
memenuhi prinsip kehati-hatian serta mampu mendukung sektor riil secara nyata
melalui kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil dan transaksi riil dalam kerangka
keadilan, tolong menolong dan menuju kebaikan guna mencapai kemaslahatan
masyarakat”.
Karakteristik Bank Syariah adalah sebagai berikut :
a.
Universal bank syariah adalah untuk setiap orang, tanpa memandang
perbedaan kemampuan ekonomi maupun perbedaan agama.
b.
Adil memberikan sesuatu hanya kepada yang berhakserta memperlakukan
sesuatu sesuai posisinya
56
Universitas Sumatera Utara
c.
Melarang adanya masyir (unsure spekulasi atau untung-untungan), gharar
(ketidakjelasan), haram, dan riba.
d.
Transparan dalam kegiatannya, bank syariah sangat terbuka bagi seluruh
lapisan masyarakat
e.
Seimbang mengembangkan keuangan melalui aktifitas perbankan syariah
yang mencakup pengembangan sector riil dan UMKM.
f.
Maslahat bermanfaat dan membawa kebaikan bagi seluruh aspek kehidupan
Variatif produk bervariasi mulai dari tabungan haji dan umroh, tabungan
umum, giro, deposito, pembiayaan yang berbasis bagi hasil, jual beli dan
sewa, sampai pada produk jasa custodian, jasa transfer dan jasa pembayaran
(debit card, syariah charge).
g.
Memiliki fasilitas penerimaan dan penyaluran zakat, infaq, sedekah waqaf,
dana kebajikan (qard), memiliki fasilitas ATM, mobile banking, internet
banking dan interkoneksi antar bank syariah.
Adapun target pencapaian pengembangan sistem perbankan syariah nasional
adalah :
a.
Memiliki daya saing yang tinggi dengan tetap berpegang pada nilai-nilai
syariah.
b.
Memililiki peran signifikan dalam sistem perekonomian nasional serta
perbaikan kesejahteraan rakyat.
c.
Memiliki kemampuan untuk bersaing secara global dengan pemenuhan
standar operasional keuangan internasional.
57
Universitas Sumatera Utara
4.2
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk pada Bank Umum
Syariah periode 2009 samapi dengan 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 8 Bank Umum Syariah seperti di sajikan pada Tabel 4.1 berikut ini :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Tabel 4.1
Sampel Penelitian
Daftar Bank Umum Syariah
PT. Bank Victoria Syariah
PT. Bank Panin Syariah
PT. Bank Syariah Mandiri
PT. Bank Syariah Bukopin
PT. Bank Central Asia Syariah
PT. Bank Muamalat Indonesia
PT. Bank Mega Syariah Indonesia
PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah
Sumber: Bank Indonesia www.bi.go.id Diolah
Sampel sebesar 8 Bank Umum Syariah diperoleh dari 11 Bank Umum
Syariah di Indonesia periode 2009-2013, sedangkan 3 Bank Umum Syariah tidak
dapat digunakan karena Bank Umum Syariah tersebut tidak memiliki data laporan
keuangan yang diperlukan untuk penelitian tidak tersedia berturut-turut untuk
tahun 2009-2013.
4.2.1. Bank Victoria Syariah
PT. Bank Victoria Syariah ( PT. Bank Swaguna ) di didirikan di kota
cirebon pada tahun 1966 dan mulai beroperasi tanggal 7 Januari 1967. Akuisisi
saham PT. Bank Swaguna sebesar 99,80 % oleh PT. Bank Victoria telah disetujui
oleh Bank Indonesia pada tanggal 3 Agustus 2007. September 2007 Bank telah
meningkatkan modal disetor menjadi Rp 90 milyar dan pada Maret 2008 modal di
setor Bank meningkat menjadi Rp 110 milyar. 19 Agustus 2009 Kantor pindah
58
Universitas Sumatera Utara
dari Jl. Fatmawati No.85-A Jakarta Selatan ke Permata Senayan Blok E 52,53,55
Jl. Tentara Pelajar, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12210. PT. Bank Victoria
Syariah telah mendapatkan izin Operasional sebagai Bank Syariah berdasarkan
SK Gubernur Bank Indonesia No. 12/KEP.GBI/DpG/2010. 1 April 2010
beroperasi secara penuh dengan sistem syariah. Kantor pusat Bank beralamat di
Rukam Permata Senayan Blok E 52, 53, 55 Jl. Tentara Pelajar, Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan 12210. Telp 021-57940940 (hunting) . Bank memiliki satu (1)
kantor Pusat, lima (5) kantor cabang, dan dua (2) kantor cabang pembantu.
4.2.2
Bank Panin Syariah
PT. Bank Panin Syariah berdiri dan mulai melaksanakan kegiatan usaha
dengan prinsip-prinsip syariah setelah memperoleh izin riset operasi syariah dari
Bank Indonesia berdasarkan kepapat dijabarkan sebagai berikut :
Keputusan Gubernur BI No. 11/52/KEP.GBI/DpG/2009 tanggal 6
Oktober 2009 dan kemudian resmi beroperasi sebagai bank syariah pada tanggal
2 Desember 2009.
4.2.3.
Bank Syariah Mandiri
Salah satu bank konvensional, PT. Bank Susila Bakti (BSB) yang
dimiliki oleh kesejahteraan yayasan kesejahteraan pegawai (YKP) PT. Bank
Dagang Negara dan PT. Mahkota Prestasi juga terdapat dampak kritis. PT. Bank
Susila Bakti (BSB) berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya
marger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat
bersamaan pemerintah melakukan pengabungan (marger) empat bank (Bank
59
Universitas Sumatera Utara
Dagang Negara, Bank Bumu Daya, Bank Exim, dan Bank Bapindo) menjadi satu
bank baru bernama PT. Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999.
Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT. Bank
Mandiri (persero) sebagai pemilik mayoritas baru PT. Bank Susila Bakti (BSB).
Sebagai tindak lanjut dari keputusan marger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi
serta
membentuk
tim
pengembangan
Perbankan
Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan
syariah dikelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakunya
UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani
transaksi syariah (dual banking system). Perubahan kegiatan usaha PT. Bank
Susila Bakti (BSB) menjadi Bank Umum Syariah di kukuhkan oleh gubernur
Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/KEP.BI/1999, 25 Oktober
19999. Selanjutnya melalui surat keputusan Deputi Gubernur Senior Bank
Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT.
Bank Mandiri Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal
tersebut, PT. Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak senini
tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
4.2.4.
Bank Syariah Bukopin
Perjalanan PT. Bank Syariah Bukopin dimulai dari sebuah bank umum,
PT. Bank Persyarikatan Indonesia yang di akusisi oleh PT. Bank Bukopin untuk
di kembangkan menjadi Bank Syariah . Bank Syariah Bukopin mulai beroperasi
dengan
melaksanakan
kegiatan
usaha
berdasarkan
prinsip
syariah
setelahmemperoleh izin operasi syariah dari Bank Indonesia pada tanggal 27
60
Universitas Sumatera Utara
oktober 2008 dan pada tanggal 11 Desember 2008 telah diresmikan oleh wakil
presiden Republik Indonesia . Komitmen penuh dari PT. Bank Bukopin sebagai
pemegang saham mayoritas diwujudkan dengan menambah setoranmodal dalam
rangka untuk menjadikan PT. Bank Syariah Bukopin sebagai bank syariah
dengan pelayanan terbaik dan pada tanggal 10 Juli 2009 melalui surat
persetujuan Bank Indonesia , PT. Bank Bukopin telah mengalihkan hak dan
kewajiban usaha syariahnya kedalam PT. Syariah Bukopin.
4.2.5.
Bank Central Asia Syariah
Pengembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam
beberapa tahun terakhir ini menunjukan minat masyarakat mengenai ekonomi
syariah semakin bertambah, untuk memenuhi kebutuhan nasabah akan layanan
syariah, maka berdasarkan akta akusisi No. 72 tanggal 12 Juni 2009 yang dibuat
dihadapan Notaris Dr. Irawan Soerodjo , SH M.Si, PT Bank Central Asia (BCA)
mengakusisi PT. Bank Utama Internasional Bank (Bank UIB) yang nantinya
menjadi PT. Bank BCA. Selanjutnya berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan
di luar Rapat Perseroan Terbatas PT. Bank UIB No.49 yang dibuat dihadapan
Notaris Pudji Rezeki Irawan, SH, tanggal 16 Desember 2009, tentang perubahan
kegiatan usaha dan perubahan nama dari PT. Bank UIB menjadi PT. Bank BCA
Syariah. Perubahan kegiatan Usaha bank dari bank konvensional menjadi bank
umum syariah dikukuhkan oleh Gubrnur Bank Indonesia melalui Keputusan
Gubernur BI No. 12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret 2010, dengan
memperoleh izin tersebut, pada tanggal 5 April 2010, Bank BCA Syariah Tbk
resmi beroperasi sebagai Bank Umum Syariah.
61
Universitas Sumatera Utara
4.2.6.
Bank Muamalat Indonesia.
PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412
H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawal 2412
H atau 1 Mei 1992, Dengan dukungan nyata dari Eksponen Ikatan Cendekiawan
Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian bank
Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen
pembelian saham perseroan senilai Rp 84 miliar pada aat penandatanganan akta
pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silahturahmi peringatan pendirian
tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa
Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.
4.2.7.
Bank Mega Syariah Indonesia.
Perjalanan PT. Bank Mega Syariah Indonesia diawali dari sebuah bank
umum konvensional bernama PT. Bank Umum Tugu yang berdududkan di
Jakarta. Pada tahun 2001, Para Group (sekarang mengganti nama menjadi CT
Corpora), kelompok usaha yang juga menaungi PT. Bank Mega Tbk, Trans TV,
dan beberapa perusahaan lainnya, mengakusisi PT. Bank Umum Tugu untuk
dikembangkan menjadi bank syariah. Hasil konversi tersebut, pada tanggal 25
Agustus 2004 PT. Bank Umum Tugu resmi beroperasi secara syariah dengan
nama PT. Bank Mega Syariah Indonesia dan terhitung tanggal 23 September
2010 nama badan hukum bank ini secara resmi telah berubah menjadi PT. Bank
Mega Syariah .
62
Universitas Sumatera Utara
4.2.8.
Bank Rakyat Indonesia Syariah
Berawal dari Akusisi PT.Bank Rakyat Indonesia, terhadap Bank Jasa
Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia
pada tanggal 16 Oktober 2008 melalui seratnya 10/67/KEP.GBI/DpG/2008,
maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRI Syariah secara resmi
beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI Syariah merubah kegiatan usaha yang
semula beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan
perbankan berdasarkan prisip syariah Islam.
Aktivitas PT. Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada tanggal 19
Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank
Rakyat Indonesia, untuk melebur kedalam PT. Bank BRI Syariah (proses spin off)
yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan dilakukan
oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia, dan
Bapak Ventje Rahardjo Selaku Direktur Utama PT. Bank BRI Syariah.
4.3
Hasil Penelitian
4.3.1
Analisis Statistik Deskriptif
Untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai data variabel dalam
penelitian ini, maka digunakanlah tabel statistik deskriptif. Tabel statistik
desktiptif ini meliputi rata-rata (mean), jumlah data (N), dan standar deviasi dari 8
(delapan) variabel independen yaitu kecukupan modal (CAR), efektifitas dana
pihak ketiga (FDR), risiko pembiayaan (NPF), pertumbuhan produk domestik
bruto (GDP), proporsi pembiayaan non investasi (NIF), proporsi dana pihak
ketiga (TPF), penyisihan penghapusan aktiva produktif (EPA), dan umur bank
63
Universitas Sumatera Utara
(DMBE) sebagai variabel yang mempengaruhi Profit Distribution Management
pada Perbankan Syariah di Indonesia. Hasil analisis statistik deskriptif
ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.2
Statistik Desktiptif
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CAR
40
10,12
14,78
12,1013
1,09808
FDR
40
79,20
99,11
88,1092
5,23883
NPF
40
.95
5,66
3,1763
1,11350
GDP
40
6,13
10,51
8,2378
1,17732
NIF
40
6,96
12,63
8,7970
1,45796
TPF
40
1,73
9,91
6,3905
2,45285
EPA
40
.11
9,36
2,7245
2,79836
DMBE
40
1,00
6,00
2,8750
1,71251
PDM
40
4,95
8,02
6,9735
.71393
Valid N (listwise)
40
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa Profit Distribution
Management Bank Syariah di Indonesia dalam periode tahun 2009-2013 memiliki
nilai minimum 4,95% dan nilai maksimum 8,02%. Sementara nilai standar deviasi
(standard deviation) sebesar 0,71393% dan nilai rata-rata (mean) sebesar
6,9735%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) yang lebih besar
disbanding standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data
terdistribusi dengan baik.
Kecukupan Modal (CAR) mempunyai nilai minimum sebesar 10,12 % dan
nilai maksimum sebesar 14,78 %. Sementara nilai standar deviasi (standard
deviation) sebesar 1,09808 % dan nilai rata-rata (mean) sebesar 12,1013 %. Nilai
64
Universitas Sumatera Utara
rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard
deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
Efektifitas Dana Pihak Ketiga (FDR) mempunyai nilai minimum sebesar
79,20 % dan nilai maksimum sebesar 99,11%. Sementara nilai standar deviasi
(standard deviation) sebesar 5,23883% dan nilai rata-rata (mean) sebesar 88,1092
%. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi
(standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
Risiko Pembiayaan (NPF) mempunyai nilai minimum sebesar 0,95 % dan
nilai maksimum sebesar 5,66 %. Sementara nilai standar deviasi (standard
deviation) sebesar 1,11350 % dan nilai rata-rata (mean) sebesar 3,1763 %. Nilai
rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard
deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (GDP) mempunyai nilai minimum
sebesar 6,13 % dan nilai maksimum sebesar 10,51 %. Sementara nilai standar
deviasi (standard deviation) sebesar 1,17732 % dan nilai rata-rata (mean) sebesar
8,2378 %. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar
deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
Proporsi Pembiayaan Non Investasi (NIF) mempunyai nilai minimum
sebesar 6,96 % dan nilai maksimum sebesar 12,63 %. Sementara nilai standar
deviasi (standard deviation) sebesar 1,45796 % dan nilai rata-rata (mean) sebesar
8,7970 %. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar
deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
65
Universitas Sumatera Utara
Proporsi Dana Pihak Ketiga (TPF) mempunyai nilai minimum sebesar 1,73
% dan nilai maksimum sebesar 9,91 %. Sementara nilai standar deviasi (standard
deviation) sebesar 2,45285 % dan nilai rata-rata (mean) sebesar 6,3905 %. Nilai
rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard
deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (EPA) mempunyai nilai minimum
sebesar 0,11 % dan nilai maksimum sebesar 9,36 %. Sementara nilai standar
deviasi (standard deviation) sebesar 2,79836 % dan nilai rata-rata (mean) sebesar
2,7245 %. Nilai rata-rata (mean) yang lebih kecil dibandingkan nilai standar
deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data pada EPA terdistribusi
kurang baik.
Umur Bank (DMBE) mempunyai nilai minimum sebesar 1 bulan dan nilai
maksimum sebesar 6 bulan. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation)
sebesar 1,71251 bulan dan nilai rata-rata (mean) sebesar 2,8750 bulan. Nilai ratarata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard
deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
4.3.1.1 Analisis Deskriptif Kecukupan Modal
Kecukupan Modal di ukur dengan menggunakan rasio Capytal
Adequancy Ratio (CAR), untuk
menggambarkan kemampuan bank dalam
mempertahankan modal yang mencukupi untuk menutup resiko kerugian yang
mungkin timbul dari penanaman dana dalam aset produktif yang mengandung
resiko, serta untuk pembiayaan dalam aset tetap dan investasi. Berikut tabel 4.2
mengenai rasio CAR pada Perbankan Syariah periode 2009 sampai dengan 2013.
66
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3
Rasio Kecukupan Modal (CAR) Pada Perbankan Syariah di
Indonesia Tahun 2009-2013
Bank Umum Syariah
2009
2010
2011
2012
2013
Bank Victoria Syariah
12,31
14,07
12,46
11,26
13,71
Bank Panin Syariah
10,64
11,22
10,12
11,64
11,55
Bank Syariah Mandiri
12,08
14,78
12,52
11,89
13,97
Bank Syariah Bukopin
13,06
11,51
10,29
10,78
12,07
Bank Central Asia Syariah 11,59
13,37
11,49
11,10
10,23
Bank Muamalat Indonesia 11,63
12,29
12,52
12,42
12,13
Bank Mega Syariah
13,56
12,04
13,14
12,03
12,90
BRI Syariah
11,34
10,85
11,62
12,59
13,28
Rata-Rata
12,03
12,52
11,77
11,71
12,48
Sumber : Data sekunder yang di olah (Desember 2013)
Berdasarkan Tabel 4.3 menjelaskan bahwa Capytal Adequancy Ratio
(CAR) yang di peroleh Perbankan Syariah selama 5 tahun (2009-2013)
mengalami penurunan maupun peningkatan, hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi CAR semakin baik kondisi sebuah bank. Pada tahun 2013 rata-rata rasio
CAR mengalami peningkatan sebesar 12,48 ini berarti semakin membaik kondisi
kesehatan pada bank tersebut, dan modal yang dimiliki bank mampu menutupi
resiko kerugian yang timbul dari penanaman dana dalam aset produktif yang
mengandung risiko, serta dapat digunakan untuk pembiayaan penanaman dalam
aset tetap dan investasi.Akan tetapi pada tahun 2009, 2010, 2011, 2012 rata-rata
CAR mengalami penurunan ini berarti semakin kecil rasio akan mengalami
kondisi yang tidak baik pada bank tersebut.
4.3.1.2 Analisis Deskriptif Efektifitas Dana Pihak Ketiga.
Efektivitas dana pihak ketiga dapat diukur dengan rasio Financing to
Deposit Ratio (FDR). Semakin tinggi rasio ini, semakin baik tingkat kesehatan
bank, karena pembiayaan yang disalurkan bank lancar, sehingga pendapatan bank
67
Universitas Sumatera Utara
semakin meningkat FDR yang menunjukkan angka yang rendah maka bank
dalam kondisi iddle money atau kelebihan likuiditas yang akan menyebabkan
opportunity lost dalam memperoleh laba lebih besar. Berikut Tabel 4.3 mengenai
rasio FDR pada Perbankan Syariah periode 2009 sampai dengan 2013.
Tabel 4.4
Rasio Efektivitas Dana Pihak Ketiga (FDR) Pada Perbankan Syariah
di Indonesia Tahun 2009-2013
Bank Umum Syariah
2009
2010
2011
2012
2013
Bank Victoria Syariah
98,21
87,03
85,16
88,52
92,21
Bank Panin Syariah
99,11
87,93
86,31
89,86
93,90
Bank Syariah Mandiri
91,05
86,85
83,93
84,06
87,25
Bank Syariah Bukopin
89,12
83,07
82,54
86,03
94,40
Bank Central Asia Syariah 81,76
85,20
86,68
81,48
92,09
Bank Muamalat Indonesia 95,73
98,45
99,47
85,82
97,08
Bank Mega Syariah
90,27
90,23
92,44
79,20
84,90
BRI Syariah
81,16
82,25
89,11
83,12
81,39
Rata-Rata
90,80
87,63
88,21
84,76
90,40
Sumber : Data sekunder yang di olah (Desember 2013)
Berdasarkan Tabel 4.4 menjelaskan bahwa Financing to Deposit Ratio
(FDR) yang di peroleh Perbankan Syariah selama 5 tahun (2009-2013)
mengalami penurunan maupun peningkatan setiap tahunnya.
Pada tahun 2009 rata rata Financing to Deposit Ratio (FDR) mengalami
peningkatan sebesar 90,80, hal ini berarti semakin baik tingkat kesehatan yang
dimiliki Perbankan Syariah, karena pembiayaan yang disalurkan bank lancar,
sehingga pendapatan bank semakin meningkat, akan tetapi pada tahun 20102013 mengalami
penurunan
dan hal ini menunjukkan bahwa menurunnya
pendapatan yang dimiliki Perbankan Syariah.
68
Universitas Sumatera Utara
4.3.1.3 Analisis Deskriptif Resiko Pembiayaan
Resiko Pembiayaan dapat diukur dengan rasio Non perporming
Financing (NPF). Non Performing Financing (NPF), merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan bank dalam menjaga risikokegagalan pengembalian
pembiayaan oleh debitur. Berikut Tabel 4.4 mengenai rasio NPF perbankan
Syariah periode 2009 sampai dengan 2013.
Tabel 4.5
Rasio Resiko Pembiayaan (NPF) Pada Perbankan Syariah di
Indonesia Tahun 2009-2013
Bank Umum Syariah
2009
2010
2011
2012
2013
Bank Victoria Syariah
3,2
3,19
2,77
0,95
2,43
Bank Panin Syariah
3,17
3,2
3,15
2,75
2,13
Bank Syariah Mandiri
5,64
5,66
4,84
3,52
2,42
Bank Syariah Bukopin
3,25
3,8
1,74
4,57
4,32
Bank Central Asia Syariah 3,42
3,59
3,62
1,2
2,20
Bank Muamalat Indonesia 2,96
4,33
4,73
4,32
2,60
Bank Mega Syariah
1,04
1,5
2,08
3,52
3,03
BRI Syariah
3,25
3,8
3,20
3,19
2,77
Rata-Rata
3,24
3,63
3,27
3,00
2,73
Sumber : Data sekunder yang di olah (Maret 2014)
Berdasarkan Tabel 4.5 menjelaskan bahwa rasio Non perporming Financing
(NPF) yang diperoleh Perbakan Syariah selama 5 tahun (2009-2013) mengalami
penurunan maupun peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2010 rata-rata rasio
NPF mengalami peningkatan sebesar 3,63, hal ini berarti semakin tinggi rasio
NPF menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah yang semakin buruk. Akan
tetapi pada tahun 2009, 2011, 2012,dan 2013 mengalami penurunan, hal ini
berartisemakin baik kualitas pembiayaan yang disalurkan bank, karena semakin
kecil tingkat NPF. Apabila Resiko Pembiayaan semakin besar, maka bagi hasil
semakin rendah.
69
Universitas Sumatera Utara
4.3.1.4
Analisis Deskriptif Pertumbuhan Produk Domestik Bruto
Pertumbuhan Domestik Bruto digunakan sebagai alat ukur utama tingkat
kesejahteraan ekonomi suatu negara.Pertumbuhan Domestik Bruto dicerminkan
dengan adanya kenaikan antara Pertumbuhan Domestik Bruto.Berikut Tabel 4.5
mengenai rasio Pertumbuhan Domestik Brutoperbankan Syariah periode 2009
sampai dengan 2013.
Tabel 4.6
Rasio Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (GDP) Pada Perbankan
Syariah di Indonesia Tahun 2009-2013
Bank Umum Syariah
2009
2010
2011
2012
2013
Bank Victoria Syariah
10,14
8,21
6,92
7,58
8,27
Bank Panin Syariah
8,32
9,39
8,33
7,40
7,97
Bank Syariah Mandiri
8,05
9,11
7,81
7,23
8,14
Bank Syariah Bukopin
8,15
9,05
7,65
6,54
6,13
Bank Central Asia Syariah
8,40
8,06
6,71
7,64
8,42
Bank Muamalat Indonesia
9,78
10,51
8,95
10,32
8,48
Bank Mega Syariah
8,78
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian asosiatif, Menurut Sugiyono (2010: 93)
penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antar dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini meneliti sejauh mana
pengaruh Kecukupan Modal, Efektifitas Dana Pihak Ketiga, Risiko Pembiayaan,
Pertumbuhan Domestik Bruto, Proporsi Pembiayaan Investasi, Proporsi Dana
Pihak Ketiga, Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif dan Umur Bank terhadap
Profit Distribution Management pada Perbankan Syariah di Indonesia periode
2009-2013.
3.2
Tempat dan Waktu Penelitian
a.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bank Indonesia melalui media internet dengan
menggunakan situs www.bi.go.id serta website bank yang dijadikan objek dalam
penelitian yaitu Bank Umum Syariah di Indonesia, penelitian terdahulu dan
jurnal-jurnal lainnya.
b.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dimulai dari bulan dari bulan Desember 2013
sampai dengan April 2014.
3.3
Batasan Operasional
Batasan operasional dan identifikasi variable peneliian berguna untuk
menghindari ketidakfokusan dalam membahas dan menganalisis permasalahan
36
Universitas Sumatera Utara
yang ada pada penelitian ini, untuk lebih mengarahkan pembahasan agar tidak
terjadi kesalahan dalam penelitian, sehingga lebih jelas dalam memecahkan
masalah, maka batasan permasalahan hanya pada pengaruh Kecukupan Modal,
Efektivitas Dana Pihak Ketiga, Risiko Pembiayaan, Pertumbuhan Produk
Domestik Bruto, Proporsi Pembiayaan Non Investasi, Proporsi Dana Pihak
Ketiga, Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif , dan Umur Bank, secara
parsial dan simultan terhadap Profit Distribution Management pada Perbankan
Syariah di Indonesia dengan data mulai tahun 2009 sampai dengan 2013.
3.4
Definisi Operasional Variabel
Berdasarkan pada permasalahan dan hipotesis yang diuji, dan parameter
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Variabel Terikat (Dependent Variable)
Profit Distribution Management disimbolkan dengan (Y), dimana Profit
Distribution Management merupakan aktivitas yang dilakukan manajer dalam
mengelola pendistribusian laba untuk memenuhi kewajiban bagi hasil bank
syariah kepada nasabahnya. (Farook, et al. 2009),
Penelitian ini menggunakan asset spread sebagai metode untuk
menghitung Profit Distribution Management yang mengacu pada suku bunga.
Asset spread adalah Absolute Spread antara Return on Asset (ROA) dan Average
Return on Investment Account Holder (ROIAH) yang merupakan rata-rata return
bagi hasil deposan.
Rata-rata ROIAH dapat dihitung dengan menggunakan “total pendapatan
yang harus dibagi” dibagi dengan “saldo rata-rata instrument bagi hasil deposan”
dari tabungan, giro dan deposito. Instrument bagi hasil deposan tersebut Kedua
item tersebut dapat dilihat pada Laporan Distribusi Bagi Hasil.
37
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan yang harus dibagi
Average ROIAH =
x 100%
Saldo rata-rata instrumen bagi hasil deposan
2.
Variabel Bebas (Independent Variable)
a.
Kecukupan Modal
Kecukupan Modal (Capiatal Adequacy Ratio) menggambarkan kemampuan
bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi untuk menutup risiko
kerugian yang mungkin timbul dari penanaman dana dalam aset produktif yang
mengandung resiko, serta untuk pembiayaan dalam aset tetap dan investasi. Rasio
CAR dapat digunakan untuk mengukur kecukupan modal pada bank syariah
(Muhammad, 2009). Kecukupan Modal dirumuskan sebagai berikut.
Modal Bank
Kecukupan Modal =
b.
����� ����
x 100%
Efektivitas Dana Pihak Ketiga
Efektivitas dana pihak ketiga merupakan cerminan dari fungsi intermediasi
bank, yaitu dalam menyalurkan dana pihak ketiga ke pembiayaan. Efektivitas
dana pihak ketiga dapat diukur dengan rasio FDR. Konsep FDR beranjak dari
Loan to Deposit Ratio (LDR). Istilah LDR lebih banyak digunakan dalam bank
konvensional, sedangkan FDR pada bank syariah.
Efektifitas Dana Pihak Ketiga dirumuskan sebagai berikut (Mawardi, 2005):
Total Pembiayaan
Efektifitas Dana Pihak Ketiga =
x 100%
Total Dana Pihak Ketiga
38
Universitas Sumatera Utara
c.
Risiko Pembiayaan
Risiko Pembiayaan digunakan untuk mengukur tingkat permasalahan
pembiayaan yang dihadapi oleh bank syariah. Resiko Pembiayaan dapat diukur
dengan rasio ��� ���������� ��������� (���). ��� ���������� ���������
(���), merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam menjaga risiko
kegagalan pengembalian pembiayaan oleh debitur.
Risiko Pembiayaan, dirumuskan sebagai berikut (Mawardi, 2005):
Total Pembiayaan Bermasalah
Risiko Pembiayaan =
x 100%
Total Pembiayaan
d.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto, mampu mengukur kemampuan dari
suatu negara untuk memperbesar outputnya dalam laju yang lebih cepat daripada
tingkat pertumbuhan penduduknya (Nasution, 2009).
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto ,dirumuskan sebagai berikut (Farook, at al.
2009). PPDB = PDBt − PDBt – 1 .
e.
Proporsi Pembiayaan Non Investasi
Pembiayaan Non Investasi bank syariah mengacu pada pembiayaan dengan
tingkat tetap (sisi piutang). Berdasarkan larangan bunga dalam hukum islam, bank
syariah memiliki keterbatasan dalam memilih dan menggunakan instrumen untuk
memanfaatkan dana deposan. Proporsi Pembiayaan Non Investasi dapat diukur
dengan rasio LATA. Proporsi Pembiayaan Non Investasi dirumuskan sebagai
berikut (Farook, at al. 2009).
39
Universitas Sumatera Utara
Loan Asset
Proporsi Pembiayaan Non Investasi =
x 100%
Total Asset
f.
Proporsi Dana Pihak Ketiga
Proporsi Dana Pihak Ketiga, merupakan variabel yang menggambarkan
seberapa besar kebergantungan bank terhadap dana deposan. Dana deposan
mampu mempengaruhi anggaran (budget) sebuah bank. Budget akan bertambah
seiring bertambahnya dana deposan.
Proporsi Dana Pihak Ketiga, dirumuskan sebagai berikut (Farook, at al.
2009).
Dana Pihak Ketiga
Proporsi Dana Pihak Ketiga =
x 100%
Total Aset
g.
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
Bank syariah wajib membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif,
berupa cadangan umum dan cadangan khusus.
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif, dibentuk sebesar
(1).
5 % dari aset produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus
(2).
15 % dari aset produktif yang digolongkan kurang lancar setelah dikurangi
nilai agunan;
(3).
50 % dari aset produktif yang digolongkan diragukan setelah dikurangi
nilai agunan dan;
(4).
100% dari aset produktif yang digolongkan macet setelah dikurangi nilai
agunan.
40
Universitas Sumatera Utara
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif dapat dirumuskan sebagai berikut.
Jumlah Aktiva Diklasifikasikan
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif =
x100%
Total Outstanding
h.
Umur Bank
Umur Bank (Umur Perusahaan) mampu menunjukkan informasi yang dapat
diperoleh calon investor. Perusahaan yang telah lama berdiri dalam kondisi yang
normal, seyogyanya akan lebih banyak mengeluarkan publikasi jika dibandingkan
perusahaan yang baru berdiri. Cara mengukur variabel ini adalah dengan
menghitung selisih dari bulan berdirinya bank hingga 31 Desember 2013 sebagai
periode akhir penelitian. Umur bank menggunakan satuan bulan.
Umur Bank = Bulan dalam Periode Penelitian - Bulan Berdirinya Bank
41
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel
Kecukupan
Modal
(CAR)
Efektivitas
Dana Pihak
Ketiga
(FDR)
Resiko
Pembiayaan
(NPF)
Pertumbuhan
Produk
Domestik
Bruto
(GDP)
Proporsi
Pembiayan
Non Investasi
(NIF)
Batasan Operasional
Mengukur
kecukupan
modal
pada
perbakan
syariah di gunakan Rasio
Capytal Adequancy (CAR)
Yang berarti jumlah modal
sendiri yang di perlukan
untuk
menutup
resiko
kerugian yang mungkin
timbul dari penanaman aset
yang bersifat administratif
Efektivitas dana pihak
ketiga pada perbankan
syariah menggunakan Rasio
Financing to Deposit Ratio
(FDR) ini digunakan untuk
mengukuran skala rasio
yang ada pada laporan
keuangan bank syariah.
Resiko Pembiayaan pada
perbankan syariah
menggunakan
Rasio Non Performing
Financing (NPF),Rasio ini
digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam
menjaga resiko kegagalan
pengembalian pembiayaan
oleh debitur.
Rasio ini untuk mengukur
tingkat kemampuan dari
suatu
negara
dalam
memperbesar output nya
menjadi lebih cepat dari
tingkat
pertumbuhan
penduduknya.
Proporsi pembiayan non
investasi pada perbankkan
syariah
mengacu
pada
pembiayaan dengan tingkat
tetap (sisi piutang). Dan di
ukur dengan rasio LATA
( Loan Asset / Total Asset )
Skala
Pengukuran
Indikator
Kecukupan Modal
= ����� ���� x 100%
Total ATMR
Rasio
Efektivitas Dana Pihak Ketiga
= ����� ���������n
Total dana pihak ketiga
x 100 %
Rasio
Resiko Pembiayaan
=Total pembiayaan bermasalah x100 %
Total pembiayaan
Rasio
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto
=PDBt − PDBt – 1
Rasio
Proporsi Pembiayan Non Investasi
= ���� ����� x 100 %
Total asset
Rasio
42
Universitas Sumatera Utara
Sambungan Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel
Batasan Operasional
Proporsi Dana
Pihak Ketiga
(TPF)
Penyisihan
Penghapusan
Aktiva
Produktif
(EPA)
Umur Bank
(DMBE)
Profit
Distibution
Management
(Y)
Skala
Pengukuran
Indikator
Proporsi Dana Pihak Ketiga
Rasio ini digunakan
untuk
menggambarkan
= ���� ��h�� ������ x100%
seberapa banyak proporsi
����� ����
Rasio
dana pihak ketiga bank
kepada bank berdasarkan
perjanjian dana.
Penyisihan Penghapusan Aktiva
Rasio
ini
memiliki
Produktif
kecenderungan
dalam
membentuk penyisihan =Jumlah Aktiva Diklasifikasikan x100%
Rasio
kerugian,
untuk
Total Outstanding
menyerap
kerugian
dimasa depan.
Rasio ini digunakan
Umur Bank
untuk menghitung selisih
dari bulan berdirinya
= ����� ����� ������� ���������� −
Rasio
bank hingga Desember ����� ���������� ����
2013 sebagai periode
akhir penelitan.
Menghitung rata-rata
ROIAH yaitu” total
pendapatan yang harus
dibagi “ dibagi dengan
“Saldo rata-rata instrument
bagi hasil deposan”
Profit Distibution Management
A������ ROIAH =
Pendapatan yag harus dibagi
Saldo rata-rata instrument bagi
hasil deposan
x100%
Rasio
Sumber: Bank Indonesia www.bi.go.id Diolah
3.5
Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam setiap Penelitian ilmiah selalu dihadapkan pada masalah populasi, karena
populasi penelitian merupakan sumber data atau subjek yang akan digunakan
untuk mencapai tujuan
penelitian yang dilakukan. Populasi dari penelitian ini adalah Bank Umum
Syariah yang ada di Indonesia, yang berjumlah 11 bank umum syariah dengan
Jumlah Sampel 8 bank umum syariah di Indonesia. Sampel yang ada dalam
penelitian ini diambil dengan menggunakan metode Purposive Sampling yaitu
43
Universitas Sumatera Utara
salah satu teknik pengambilan sampel non probabilitas. Pengambilan dengan
menggunakan kriteria tertentu. Adapun Kriteria penarikan sampel yang digunakan
adalah.
a.
Bank Perkreditan Rakyat Syariah termasuk klasifikasi jenis Usaha
perbankan syariah yang terdaftar di Dunia Perbankan Syariah Indonesia
b.
Bank-bank yang memiliki data laporan keuangan selama periode penelitian
pada 2009 - 2013
c.
Tahun buku berakhir pada tanggal 31 Desember.
Tabel 3.2
Prosedur Pemilihan Sampel
No
Keterangan
Jumlah
1
Jumlah Bank Umum Syariah di Indonesia pada tahun 2013
11
2
Jumlah bank yang tidak memenuhi kriteria tersedianya
laporan keuangan 31 desember 2009 – 31 desember 2013
Total sampel bank berdasarkan kriteria tersedianya laporan
keuangan 31 desember 2009 – 31 desember 2013
(5 Tahun pengamatan)
(3)
3
8
Sumber: Bank Indonesia www.bi.go.id Diolah
Berdasarkan kriteria tersebut sampel yang ada berjumlah 8 Perusahaan
Bank Umum Syariah, yang sesuai dengan kriteria laporan keuangan 2009-2013
sebagai sampel dari 11 jumlah bank syariah di Indonesia pada tahun 2009-2013.
Sedangkan 3 bank umum syariah
tidak dapat digunakan karna bank umum
syariah tersebut tidak memiliki data laporan keuangan yang di perlukan untuk
penelitian tidak tersedia berturut turut untuk tahun 2009-2013. Daftar nama Bank
Umum Syariah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
44
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.3
Sampel Penelitian
No Daftar Bank Umum Syariah
2009
1
PT. Bank Victoria Syariah
√
2
PT. Bank Panin Syariah
√
3
PT. Bank Syariah Mandiri
√
4
PT. Bank Syariah Bukopin
√
5
PT. Bank Central Asia Syariah
√
6
PT. Bank Muamalat Indonesia
√
7
PT. Bank Mega Syariah Indonesia
√
8
PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah
√
Sumber: Bank Indonesia www.bi.go.id Diolah
a.
2010
√
√
√
√
√
√
√
√
2011
√
√
√
√
√
√
√
√
2012
√
√
√
√
√
√
√
√
2013
√
√
√
√
√
√
√
√
Jenis dan Sumber Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis data asosiatif yang
bersumber dari data sekunder. Data sekunder yang digunakan oleh peneliti
berkaitan dengan masalah yang dianalisis yaitu :
a.
Sejarah singkat Bank Umum Syariah.
b.
Laporan tahunan perusahaan Bank Umum Syariah di Bank Indonesia
(Laporan Laba Rugi dan Neraca tahun 2009 – 2013).
c.
Literature ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan dalam
penelitian.
3.6
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui metode
dokumentasi. Metode dokumentasi dilakukan dengan menggunakan data yang
berasal dari dokumen-dokumen yang sudah ada dengan meneliti dikumendokumen berupa laporan keuangan dan berhubungan dengan permasalahan
penelitian yang tidak secara langsung datang ke perusahaan tetapi bersumber dari
45
Universitas Sumatera Utara
dari website Badan Pusat Statistik, website Bank Indonesia dan situs resmi
masing-masing bank syariah yang menjadi sampel penelitian.
3.7
Teknik Analisis Data
Analisis data yang dikumpulkan melalui penelitian harus menggunakan
metode analisis yang teratur dan lebih terarah. Hal ini dimaksudkan agar
penelitian dilakukan dengan prosedur yang benar. Penelitian ini menggunakan
software SPSS (Statistic Product and Service Solution) 18.0 For Windows.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
A.
Metode Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan mengumpulkan, mengolah mengklasifikasikan, dan menginterprestasikan
data penelitian sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai objek yang
diteliti.
B.
Metode Analisis Statistik
Dalam penelitian ini menggunakan model statistic menurut (Farook et al.
2009) yaitu analisis regresi berganda dengan metode Ordinary Least Square
(OLS). Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui keakuratan
hubungan antara Profit Distribution Management (variabel dependen), dengan
Kecukupan Modal, Efektivitas Dana Pihak Ketiga, Risiko Pembiayaan,
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto, Pertumbuhan Produk Domestik Bruto,
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif, dan Umur Bank, sebagai variabel yang
mempengaruhi (variabel independen) dengan persamaan:
46
Universitas Sumatera Utara
Y = a + b1X1 +b2X2 +b3X3 +b4X4 +b5X5 +b6X6 +b7X7 +b8X8+e
Dimana :
Y
= Profit Distribution Management (PDM)
a
= Konstanta
b1-b8
=
X1
= Kecukupan Modal
X2
= Efektivitas Dana Pihak Ketiga
X3
= Risiko Pembiayaan
X4
= Pertumbuhan Produk Domestik Bruto
X5
= Proporsi Pembiayaan Non Investasi
X6
= Proporsi Dana Pihak Ketiga
X7
= Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
X8
= Umur Bank
e
= Variabel Gangguan
Koefisien regresi masing-masing variabel
Sebelum menganalisis data dengan regresi linier berganda maka sebelumnya
data ersebut harus memenuhi syarat uji asumsi klasik, meliputi :
1.
Uji Asumsi Klasik
Penggunaan uji asumsi klasik dimaksudkan agar memperoleh hasil regresi
yang bisa dipertanggung jawabkan dan mempunyai hasil yang tidak biasa atau
Best Linier Unbiased Estimator (BLUE). Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dari
pengujian tersebut adalah uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji autokorelasi,
dan uji multikolinearitas.
47
Universitas Sumatera Utara
a.
Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi,variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Data yang
terdistribusi normal akan memperkecil kemungkinan terjadinya biasa. Pengujian
normalitas
dalam
penelitian
ini
dengan
menggunakan
one
sample
kolmogorovsmirnov test dan analisis grafik histogram dan P-plot. Dalam uji one
samplekolmogorov-smirnov test, variabel-variabel yang mempunyai asymp. Sig
(2-tailed), di bawah tingkat signifikan sebesar 0,05 maka diartikan bahwa
variabel-variabel tersebut memiliki distribusi tidak normal dan sebaliknya
(Ghozali, 2007).
b.
Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidak samaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan laintetap, maka
disebut Homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Uji ini
dapat dilakukan dengan menggunakan uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan
meng-absolutkan nilai residual, kemudian me-regreskannilai absolut tersebut
sebagai variabel dependen terhadap variabel independen lainnya. Jika dalam tabel
t- test tidak ada yang lolos signifikansi, maka bisa dinyatakan bahwa model
terbebas dari heteroskedastisitas. Model regresi yang baik jika variance dari
residual satu ke pengamatan lain tetap, sehingga diidentifikasi tidak terdapat
heteroskedastisitas (Ghozali, 2007 :105).
48
Universitas Sumatera Utara
c.
Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresilinier
ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan
penganggu pada periode t-1(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lainnya. Pengujian ini menggunakan model Durbin Watson
(DW-Test).
Hipotesis yang akan diuji adalah.
Ho = tidak ada autokorelai (r=0), Ha = ada autokorelasi≠0)
(r
. Bila nilai
DW lebih besar dari batas atas atau upper bound (du) dan kurang dari(4-du) berate
tidak ada autokorelasi (Ghozali, 2007: 95).
d.
Uji Multikolinearitas
Pengujian ini bertujuan apakah model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas dapat dilihat dari
nilai tolerance dan lawannya variance inflation (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variable
independen lainnya.
Hasil dari pengujian ini dapat dilihat dari nilai VIF menggunakan persamaan
VIF = 1 / tolerance. Jika nilai VIF < dari 10 maka tidak terdapat multikolinearitas
(Ghozali, 2007: 91).
49
Universitas Sumatera Utara
C.
Pengujian Hipotesis
1.
Uji Statistik - F
Uji statistik- F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas
yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel terikat.
Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter
dalam model sama dengan nol, atau H0: b1=b2=b… = bk=0
Artinya apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha), tidak
semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau:Ha: b1≠ b2 ≠…≠ bk ≠ 0
Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah:
-Jika f hitung > f tabel maka Ho ditolak
-Jika f hitung < f tabel maka Ho diterima
2.
Uji Statistik t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (X1, X2,X3,
X4, X5, X6, X7, X8) secara sendiri atau masing-masing terhadap variabel dependenY
(Ghozali, 2007: 84-85). Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah suatu
parameter (bi) sama dengan nol atau:
Ho: bi = 0
Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha), para meter
suatu variabel tidak sama dengan nol, atau Ha: bi ≠ 0
50
Universitas Sumatera Utara
Artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap
variabel dependen.
Kriteria pengujian:
-Jika t hitung < t tabel maka Ho ditolak
-Jika t hitung > t tabel maka Ho diterima
Untuk mengukur nilai t tabel, ditentukan tingkat signifikansi 5% dengan
derajat kebebasan df = 4 dengan n adalah jumlah observasi.
D.
Koefisien Determinasi R2 (R Square)
Koefisien Determinasi (R2 ) mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 mempunyai interval
antara 0 samapai 1. Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil untuk
model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara
keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen (Situmorang, 2011:155)
51
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1
Sejarah Bank Umum Syariah
Mulainya perbankan syariah di Indonesia dapat dikatakan relatif terlambat
dibandingkan dengan perkembangan pada berbagai negara berpenduduk Muslim
lainnya. Negara-negara seperti Mesir, Pakistan, Kuwait, Bahrain, Malaysia, Iran
dan Turki, misalnya telah memulai industri perbankan syariah sejak akhir tahun
70-an dan awal tahun 80-an yang berarti satu dekade lebih awal dari Indonesia.
Perkembangan pada berbagai negara berpenduduk muslim tersebut terakselerasi
sejak didirikannya Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975 oleh
Organisasi Konferensi Islam (OKI). Salah satu tugas Islamic Development Bank
(IDB), selain memenuhi berbagai kebutuhan negara Islam untuk pembangunan,
juga membantu mendirikan bank-bank Islam diberbagai negara anggotanya
dengan menyiapkan panduan tentang pendirian, peraturan dan pengawasan bank
syariah. Untuk pengembangan sistem Ekonomi Syariah secara umum baik dalam
bidang perbankan maupun sector keuangan secara umum, Islamic Development
Bank (IDB) membangun Islamic Research and Training Institute (IRTI) yang juga
berkedudukan di Jeddah.
Sejarah perkembangan syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1992
dengan didirikannya Bank Muamalat Indonesia (BMI). Berdirinya Bank
Muamalat Indonesia (BMI) ini merupakan buah dari rangkaian diskusi yang
dilakukan oleh beberapa cendikiawan muslim yang diikuti oleh prakarsa dari
52
Universitas Sumatera Utara
Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk kelompok kerja untuk mendirikan
bank Islam di Indonesia pada tahun 1990, dari kelompok kerja inilah akhirnya
lahir Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariahpertama di Indonesia.
Tahun 1999 perkembangan perbankan syariah cenderung stagnan karena
pada dasarnya Bank Muamalat Indonesia (BMI) belum mempunyai mitra untuk
mengembangkan diri selain beberapa Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
yang sudah mulai banyak berdiri pada periode tersebut, baru setelah berdirinya
Bank Syariah Mandiri pada tahun 1999 dengan suntikan modal yang besar dari
Bank Mandiri sebagai bank konvensional terbesar di Indonesia, perkembangan
industry perbankan syariah terlihat lebih hidup. Bank Umum Syariah (BUS)
memang masih relative lambat perkembangannya pada saat itu, tetapi Unit Usaha
Syariah (UUS) dan bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) berkembang lebih
cepat. Jumlah BUS tidak bergerak dari jumlah 2 bank sampai tahun 2003 dan
hanya bertambah satu lagi menjadi (Bank Mega Syariah Indonesia) pada tahun
2004 yang bertahan sampai 2007. Setelah tahun 2007 baru berkembang relatif
sampai mencapai pesat 11 bank pada tahun 2013.
Perbankan Islam atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai perbankan
syariah telah menjadi lokomotif terdepan bagi proyek ilmu ekonomi Islam dan
Islamisasi ilmu ekonomi, yang telah dirintis sejak empat dekade yang lau.
Pengakuan dan penerimaan terhadap perbankan Islam dalam sistem keuangan
global telah memberikan energy positif bagi para penggiat ekonomi Islam untuk
melanjutkan upaya Islamisasi ilmu ekonomi dan juga institusi ekonominya.
53
Universitas Sumatera Utara
Menurut Iqbal (1997: 1) sejumlah negara Muslim, sedang berusaha untuk
menjalankan reformasi atau sistem perbankan dan keuangan mereka agar sesuai
dengan ajaran Islam. Adapun latar belakang yang mendasarinya menurutnya
adalah telah lahirnya kesadaran bahwa lembaga kredit yang merupakan sistem
perbankan dan keuangan kapitalis yang berdasarkan bunga, yang telah kokoh
diterapkan oleh negara-negara muslim selama dua abad terakhir dibawah
pengaruh kolonialisme telah berimplikasi buruk pada pembangunan.
Kesadaran pengembangan perbankan Islam dalam pandangan Saeed (2003:
25-26) juga dipengaruhi oleh munculnya gerakan kebangkitan Islam (Islamic
revivalism), terutama dari kelompok gerakan neo-Revivalis yang dimotori oleh
tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin (Mesir) dan Jam’iyat Al-Islami ( Pakistan).
Menurutnya tokoh-tokoh dari kelompok ini memilkiki pendapat yang tegas bahwa
bunga bank termasuk riba dan menyarankan untuk menghilangkannya. Hal ini
kemudian membawa pengaruh pada aturan hukum dibeberapa negara Muslim
yang mengkategorikan bunga termasuk riba. Sehingga pada tahun1970-an para
pemimmpin pemerintahan kemudian menetapkan penghapusan bunga. Kondisi ini
juga didukung oleh melimpahnya hasil kekayaan minyak di negara kawasan
Teluk, yang kemudian mendorong jutaan dolar di investasikan untuk mendirikan
bank-bank Islam di timur Tengah dan secara bersamaan Pakistan, Iran dan Sudan
menetapkan menghapus bunga dalam sistem perbankan dan keuangan mereka.
Perbankan dan keuangan Islam kemudian berkembang secara pesat satu
dekade berikutnya. Hal yang menarik adalah ketertarikan negara-negara Non
Muslim dalam menerapkan keuangan Islam di negaranya seperti, Denmark,
54
Universitas Sumatera Utara
Luxeburg, Swizerland dan Inggris, bahkan pusat-pusat keuangan dunia, seperti
New
York,
Tokyo,
London,
Hong
Kong,
dan
Singapurajuga
sudah
mendeklarasikan keinginan mereka untuk menjadipusat keuangan Islam dunia.
Keuangan Islam telah diakui sebagai fenomena global yang telah terbukti
sebagai suatu sistem keuangan yang mampu bertahan ditengah krisis ekonomi dan
diharapkan
mampu
memberikan
keadilan
ekonomi.
Menurut
Islamic
Development Bank (IDB) asset financial syariah global saat ini telah mencpai
US$900 miliar dengan pertumbuhan 20 % per tahun dan diprediksi akan mencapai
US$2 triliun lebih pada 2013.
Pertumbuhan perbankan dan keuangan Islam yang cerah ini juga di dukung
oleh hasil riset Ernest dan Young, dimana investor Muslim saat ini diestimasi
memiliki asset senilai 1,6 Triliun dolar AS. Pondasi filosofis sistem perbankan
dan keuangan Islam dalam pandangan Iqbal (1997: 3) berakar pada konsep
interaksi faktor-faktor produksi dan perilaku ekonomi yang Islami, menurutnya
sistem Islam memberikan penekanan yang sama pada dimensi etis, moral, sosial,
dan spiritual dalam upaya meningkatkan keadilan dan pembangunan masyarakat
secara keseluruhan. Hal ini menurutnya, sangat berbeda dengan sistem keuangan
konvensional yang memusat terutama hanya pada aspek transaksi keuangan dan
ekonomi. Dalam konsepsi Islam aktifitas komersial, jasa dan perdagangan harus
disesuaikan dengan prinsip Islam diantranya “bebas bunga”. Hal inilah yang juga
menjelaskan mengapa pada tahap awal bank islam atau bank syariah juga dikenal
sebagai bank “bebas bunga”, meski demikian perbankan syariah tidak bisa
disederhanakan menjadi sekedar bank “ bebas bunga”, karena pandangan yang
55
Universitas Sumatera Utara
penting “bebas bunga” saja, merupakan jebakan pengembangan bank bank syariah
yang hanya berfokus pada aspek transaksi saja dan meredusir pondasi filosofinya.
Menggambarkan sistem ini secara sederhana dengan hanya “bebas bunga”
menurut Iqbal (1997: 3) tidak menghasilkan suatu gambaran yang benar atas
sistem ini secara keseluruhan, melarang menerima dan membayar bunga memang
menjadi inti (nucleus) dari siste, tetapi menurut Chapra (2000: 5) hal ini harus
didukung oleh nilai-nilai Islam yang sangat fundamental seperti ; berbagi
resiko,hak dan kewajiban individ, hak milik, kesucian kontrak dan tanggung
jawab pembangunan bangsa atau umat, sehingga akan terbentuk kelembagaan
perbankan
Islam
yang
mendorong
sharing
resiko,
mempromosikan
enterpreneuship, melemahkan perilaku spekulatif, dan menekankan kesucian
kontrak.
Adapun Visi dan Misi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah
adalah : “terwujudnya sistem perbankan syariah yang kompetitif, efisien,dan
memenuhi prinsip kehati-hatian serta mampu mendukung sektor riil secara nyata
melalui kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil dan transaksi riil dalam kerangka
keadilan, tolong menolong dan menuju kebaikan guna mencapai kemaslahatan
masyarakat”.
Karakteristik Bank Syariah adalah sebagai berikut :
a.
Universal bank syariah adalah untuk setiap orang, tanpa memandang
perbedaan kemampuan ekonomi maupun perbedaan agama.
b.
Adil memberikan sesuatu hanya kepada yang berhakserta memperlakukan
sesuatu sesuai posisinya
56
Universitas Sumatera Utara
c.
Melarang adanya masyir (unsure spekulasi atau untung-untungan), gharar
(ketidakjelasan), haram, dan riba.
d.
Transparan dalam kegiatannya, bank syariah sangat terbuka bagi seluruh
lapisan masyarakat
e.
Seimbang mengembangkan keuangan melalui aktifitas perbankan syariah
yang mencakup pengembangan sector riil dan UMKM.
f.
Maslahat bermanfaat dan membawa kebaikan bagi seluruh aspek kehidupan
Variatif produk bervariasi mulai dari tabungan haji dan umroh, tabungan
umum, giro, deposito, pembiayaan yang berbasis bagi hasil, jual beli dan
sewa, sampai pada produk jasa custodian, jasa transfer dan jasa pembayaran
(debit card, syariah charge).
g.
Memiliki fasilitas penerimaan dan penyaluran zakat, infaq, sedekah waqaf,
dana kebajikan (qard), memiliki fasilitas ATM, mobile banking, internet
banking dan interkoneksi antar bank syariah.
Adapun target pencapaian pengembangan sistem perbankan syariah nasional
adalah :
a.
Memiliki daya saing yang tinggi dengan tetap berpegang pada nilai-nilai
syariah.
b.
Memililiki peran signifikan dalam sistem perekonomian nasional serta
perbaikan kesejahteraan rakyat.
c.
Memiliki kemampuan untuk bersaing secara global dengan pemenuhan
standar operasional keuangan internasional.
57
Universitas Sumatera Utara
4.2
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk pada Bank Umum
Syariah periode 2009 samapi dengan 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 8 Bank Umum Syariah seperti di sajikan pada Tabel 4.1 berikut ini :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Tabel 4.1
Sampel Penelitian
Daftar Bank Umum Syariah
PT. Bank Victoria Syariah
PT. Bank Panin Syariah
PT. Bank Syariah Mandiri
PT. Bank Syariah Bukopin
PT. Bank Central Asia Syariah
PT. Bank Muamalat Indonesia
PT. Bank Mega Syariah Indonesia
PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah
Sumber: Bank Indonesia www.bi.go.id Diolah
Sampel sebesar 8 Bank Umum Syariah diperoleh dari 11 Bank Umum
Syariah di Indonesia periode 2009-2013, sedangkan 3 Bank Umum Syariah tidak
dapat digunakan karena Bank Umum Syariah tersebut tidak memiliki data laporan
keuangan yang diperlukan untuk penelitian tidak tersedia berturut-turut untuk
tahun 2009-2013.
4.2.1. Bank Victoria Syariah
PT. Bank Victoria Syariah ( PT. Bank Swaguna ) di didirikan di kota
cirebon pada tahun 1966 dan mulai beroperasi tanggal 7 Januari 1967. Akuisisi
saham PT. Bank Swaguna sebesar 99,80 % oleh PT. Bank Victoria telah disetujui
oleh Bank Indonesia pada tanggal 3 Agustus 2007. September 2007 Bank telah
meningkatkan modal disetor menjadi Rp 90 milyar dan pada Maret 2008 modal di
setor Bank meningkat menjadi Rp 110 milyar. 19 Agustus 2009 Kantor pindah
58
Universitas Sumatera Utara
dari Jl. Fatmawati No.85-A Jakarta Selatan ke Permata Senayan Blok E 52,53,55
Jl. Tentara Pelajar, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12210. PT. Bank Victoria
Syariah telah mendapatkan izin Operasional sebagai Bank Syariah berdasarkan
SK Gubernur Bank Indonesia No. 12/KEP.GBI/DpG/2010. 1 April 2010
beroperasi secara penuh dengan sistem syariah. Kantor pusat Bank beralamat di
Rukam Permata Senayan Blok E 52, 53, 55 Jl. Tentara Pelajar, Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan 12210. Telp 021-57940940 (hunting) . Bank memiliki satu (1)
kantor Pusat, lima (5) kantor cabang, dan dua (2) kantor cabang pembantu.
4.2.2
Bank Panin Syariah
PT. Bank Panin Syariah berdiri dan mulai melaksanakan kegiatan usaha
dengan prinsip-prinsip syariah setelah memperoleh izin riset operasi syariah dari
Bank Indonesia berdasarkan kepapat dijabarkan sebagai berikut :
Keputusan Gubernur BI No. 11/52/KEP.GBI/DpG/2009 tanggal 6
Oktober 2009 dan kemudian resmi beroperasi sebagai bank syariah pada tanggal
2 Desember 2009.
4.2.3.
Bank Syariah Mandiri
Salah satu bank konvensional, PT. Bank Susila Bakti (BSB) yang
dimiliki oleh kesejahteraan yayasan kesejahteraan pegawai (YKP) PT. Bank
Dagang Negara dan PT. Mahkota Prestasi juga terdapat dampak kritis. PT. Bank
Susila Bakti (BSB) berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya
marger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat
bersamaan pemerintah melakukan pengabungan (marger) empat bank (Bank
59
Universitas Sumatera Utara
Dagang Negara, Bank Bumu Daya, Bank Exim, dan Bank Bapindo) menjadi satu
bank baru bernama PT. Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999.
Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT. Bank
Mandiri (persero) sebagai pemilik mayoritas baru PT. Bank Susila Bakti (BSB).
Sebagai tindak lanjut dari keputusan marger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi
serta
membentuk
tim
pengembangan
Perbankan
Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan
syariah dikelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakunya
UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani
transaksi syariah (dual banking system). Perubahan kegiatan usaha PT. Bank
Susila Bakti (BSB) menjadi Bank Umum Syariah di kukuhkan oleh gubernur
Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/KEP.BI/1999, 25 Oktober
19999. Selanjutnya melalui surat keputusan Deputi Gubernur Senior Bank
Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT.
Bank Mandiri Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal
tersebut, PT. Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak senini
tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
4.2.4.
Bank Syariah Bukopin
Perjalanan PT. Bank Syariah Bukopin dimulai dari sebuah bank umum,
PT. Bank Persyarikatan Indonesia yang di akusisi oleh PT. Bank Bukopin untuk
di kembangkan menjadi Bank Syariah . Bank Syariah Bukopin mulai beroperasi
dengan
melaksanakan
kegiatan
usaha
berdasarkan
prinsip
syariah
setelahmemperoleh izin operasi syariah dari Bank Indonesia pada tanggal 27
60
Universitas Sumatera Utara
oktober 2008 dan pada tanggal 11 Desember 2008 telah diresmikan oleh wakil
presiden Republik Indonesia . Komitmen penuh dari PT. Bank Bukopin sebagai
pemegang saham mayoritas diwujudkan dengan menambah setoranmodal dalam
rangka untuk menjadikan PT. Bank Syariah Bukopin sebagai bank syariah
dengan pelayanan terbaik dan pada tanggal 10 Juli 2009 melalui surat
persetujuan Bank Indonesia , PT. Bank Bukopin telah mengalihkan hak dan
kewajiban usaha syariahnya kedalam PT. Syariah Bukopin.
4.2.5.
Bank Central Asia Syariah
Pengembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam
beberapa tahun terakhir ini menunjukan minat masyarakat mengenai ekonomi
syariah semakin bertambah, untuk memenuhi kebutuhan nasabah akan layanan
syariah, maka berdasarkan akta akusisi No. 72 tanggal 12 Juni 2009 yang dibuat
dihadapan Notaris Dr. Irawan Soerodjo , SH M.Si, PT Bank Central Asia (BCA)
mengakusisi PT. Bank Utama Internasional Bank (Bank UIB) yang nantinya
menjadi PT. Bank BCA. Selanjutnya berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan
di luar Rapat Perseroan Terbatas PT. Bank UIB No.49 yang dibuat dihadapan
Notaris Pudji Rezeki Irawan, SH, tanggal 16 Desember 2009, tentang perubahan
kegiatan usaha dan perubahan nama dari PT. Bank UIB menjadi PT. Bank BCA
Syariah. Perubahan kegiatan Usaha bank dari bank konvensional menjadi bank
umum syariah dikukuhkan oleh Gubrnur Bank Indonesia melalui Keputusan
Gubernur BI No. 12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret 2010, dengan
memperoleh izin tersebut, pada tanggal 5 April 2010, Bank BCA Syariah Tbk
resmi beroperasi sebagai Bank Umum Syariah.
61
Universitas Sumatera Utara
4.2.6.
Bank Muamalat Indonesia.
PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412
H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawal 2412
H atau 1 Mei 1992, Dengan dukungan nyata dari Eksponen Ikatan Cendekiawan
Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian bank
Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen
pembelian saham perseroan senilai Rp 84 miliar pada aat penandatanganan akta
pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silahturahmi peringatan pendirian
tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa
Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.
4.2.7.
Bank Mega Syariah Indonesia.
Perjalanan PT. Bank Mega Syariah Indonesia diawali dari sebuah bank
umum konvensional bernama PT. Bank Umum Tugu yang berdududkan di
Jakarta. Pada tahun 2001, Para Group (sekarang mengganti nama menjadi CT
Corpora), kelompok usaha yang juga menaungi PT. Bank Mega Tbk, Trans TV,
dan beberapa perusahaan lainnya, mengakusisi PT. Bank Umum Tugu untuk
dikembangkan menjadi bank syariah. Hasil konversi tersebut, pada tanggal 25
Agustus 2004 PT. Bank Umum Tugu resmi beroperasi secara syariah dengan
nama PT. Bank Mega Syariah Indonesia dan terhitung tanggal 23 September
2010 nama badan hukum bank ini secara resmi telah berubah menjadi PT. Bank
Mega Syariah .
62
Universitas Sumatera Utara
4.2.8.
Bank Rakyat Indonesia Syariah
Berawal dari Akusisi PT.Bank Rakyat Indonesia, terhadap Bank Jasa
Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia
pada tanggal 16 Oktober 2008 melalui seratnya 10/67/KEP.GBI/DpG/2008,
maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRI Syariah secara resmi
beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI Syariah merubah kegiatan usaha yang
semula beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan
perbankan berdasarkan prisip syariah Islam.
Aktivitas PT. Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada tanggal 19
Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank
Rakyat Indonesia, untuk melebur kedalam PT. Bank BRI Syariah (proses spin off)
yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan dilakukan
oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia, dan
Bapak Ventje Rahardjo Selaku Direktur Utama PT. Bank BRI Syariah.
4.3
Hasil Penelitian
4.3.1
Analisis Statistik Deskriptif
Untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai data variabel dalam
penelitian ini, maka digunakanlah tabel statistik deskriptif. Tabel statistik
desktiptif ini meliputi rata-rata (mean), jumlah data (N), dan standar deviasi dari 8
(delapan) variabel independen yaitu kecukupan modal (CAR), efektifitas dana
pihak ketiga (FDR), risiko pembiayaan (NPF), pertumbuhan produk domestik
bruto (GDP), proporsi pembiayaan non investasi (NIF), proporsi dana pihak
ketiga (TPF), penyisihan penghapusan aktiva produktif (EPA), dan umur bank
63
Universitas Sumatera Utara
(DMBE) sebagai variabel yang mempengaruhi Profit Distribution Management
pada Perbankan Syariah di Indonesia. Hasil analisis statistik deskriptif
ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.2
Statistik Desktiptif
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CAR
40
10,12
14,78
12,1013
1,09808
FDR
40
79,20
99,11
88,1092
5,23883
NPF
40
.95
5,66
3,1763
1,11350
GDP
40
6,13
10,51
8,2378
1,17732
NIF
40
6,96
12,63
8,7970
1,45796
TPF
40
1,73
9,91
6,3905
2,45285
EPA
40
.11
9,36
2,7245
2,79836
DMBE
40
1,00
6,00
2,8750
1,71251
PDM
40
4,95
8,02
6,9735
.71393
Valid N (listwise)
40
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa Profit Distribution
Management Bank Syariah di Indonesia dalam periode tahun 2009-2013 memiliki
nilai minimum 4,95% dan nilai maksimum 8,02%. Sementara nilai standar deviasi
(standard deviation) sebesar 0,71393% dan nilai rata-rata (mean) sebesar
6,9735%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) yang lebih besar
disbanding standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data
terdistribusi dengan baik.
Kecukupan Modal (CAR) mempunyai nilai minimum sebesar 10,12 % dan
nilai maksimum sebesar 14,78 %. Sementara nilai standar deviasi (standard
deviation) sebesar 1,09808 % dan nilai rata-rata (mean) sebesar 12,1013 %. Nilai
64
Universitas Sumatera Utara
rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard
deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
Efektifitas Dana Pihak Ketiga (FDR) mempunyai nilai minimum sebesar
79,20 % dan nilai maksimum sebesar 99,11%. Sementara nilai standar deviasi
(standard deviation) sebesar 5,23883% dan nilai rata-rata (mean) sebesar 88,1092
%. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi
(standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
Risiko Pembiayaan (NPF) mempunyai nilai minimum sebesar 0,95 % dan
nilai maksimum sebesar 5,66 %. Sementara nilai standar deviasi (standard
deviation) sebesar 1,11350 % dan nilai rata-rata (mean) sebesar 3,1763 %. Nilai
rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard
deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (GDP) mempunyai nilai minimum
sebesar 6,13 % dan nilai maksimum sebesar 10,51 %. Sementara nilai standar
deviasi (standard deviation) sebesar 1,17732 % dan nilai rata-rata (mean) sebesar
8,2378 %. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar
deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
Proporsi Pembiayaan Non Investasi (NIF) mempunyai nilai minimum
sebesar 6,96 % dan nilai maksimum sebesar 12,63 %. Sementara nilai standar
deviasi (standard deviation) sebesar 1,45796 % dan nilai rata-rata (mean) sebesar
8,7970 %. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar
deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
65
Universitas Sumatera Utara
Proporsi Dana Pihak Ketiga (TPF) mempunyai nilai minimum sebesar 1,73
% dan nilai maksimum sebesar 9,91 %. Sementara nilai standar deviasi (standard
deviation) sebesar 2,45285 % dan nilai rata-rata (mean) sebesar 6,3905 %. Nilai
rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard
deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (EPA) mempunyai nilai minimum
sebesar 0,11 % dan nilai maksimum sebesar 9,36 %. Sementara nilai standar
deviasi (standard deviation) sebesar 2,79836 % dan nilai rata-rata (mean) sebesar
2,7245 %. Nilai rata-rata (mean) yang lebih kecil dibandingkan nilai standar
deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data pada EPA terdistribusi
kurang baik.
Umur Bank (DMBE) mempunyai nilai minimum sebesar 1 bulan dan nilai
maksimum sebesar 6 bulan. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation)
sebesar 1,71251 bulan dan nilai rata-rata (mean) sebesar 2,8750 bulan. Nilai ratarata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard
deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
4.3.1.1 Analisis Deskriptif Kecukupan Modal
Kecukupan Modal di ukur dengan menggunakan rasio Capytal
Adequancy Ratio (CAR), untuk
menggambarkan kemampuan bank dalam
mempertahankan modal yang mencukupi untuk menutup resiko kerugian yang
mungkin timbul dari penanaman dana dalam aset produktif yang mengandung
resiko, serta untuk pembiayaan dalam aset tetap dan investasi. Berikut tabel 4.2
mengenai rasio CAR pada Perbankan Syariah periode 2009 sampai dengan 2013.
66
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3
Rasio Kecukupan Modal (CAR) Pada Perbankan Syariah di
Indonesia Tahun 2009-2013
Bank Umum Syariah
2009
2010
2011
2012
2013
Bank Victoria Syariah
12,31
14,07
12,46
11,26
13,71
Bank Panin Syariah
10,64
11,22
10,12
11,64
11,55
Bank Syariah Mandiri
12,08
14,78
12,52
11,89
13,97
Bank Syariah Bukopin
13,06
11,51
10,29
10,78
12,07
Bank Central Asia Syariah 11,59
13,37
11,49
11,10
10,23
Bank Muamalat Indonesia 11,63
12,29
12,52
12,42
12,13
Bank Mega Syariah
13,56
12,04
13,14
12,03
12,90
BRI Syariah
11,34
10,85
11,62
12,59
13,28
Rata-Rata
12,03
12,52
11,77
11,71
12,48
Sumber : Data sekunder yang di olah (Desember 2013)
Berdasarkan Tabel 4.3 menjelaskan bahwa Capytal Adequancy Ratio
(CAR) yang di peroleh Perbankan Syariah selama 5 tahun (2009-2013)
mengalami penurunan maupun peningkatan, hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi CAR semakin baik kondisi sebuah bank. Pada tahun 2013 rata-rata rasio
CAR mengalami peningkatan sebesar 12,48 ini berarti semakin membaik kondisi
kesehatan pada bank tersebut, dan modal yang dimiliki bank mampu menutupi
resiko kerugian yang timbul dari penanaman dana dalam aset produktif yang
mengandung risiko, serta dapat digunakan untuk pembiayaan penanaman dalam
aset tetap dan investasi.Akan tetapi pada tahun 2009, 2010, 2011, 2012 rata-rata
CAR mengalami penurunan ini berarti semakin kecil rasio akan mengalami
kondisi yang tidak baik pada bank tersebut.
4.3.1.2 Analisis Deskriptif Efektifitas Dana Pihak Ketiga.
Efektivitas dana pihak ketiga dapat diukur dengan rasio Financing to
Deposit Ratio (FDR). Semakin tinggi rasio ini, semakin baik tingkat kesehatan
bank, karena pembiayaan yang disalurkan bank lancar, sehingga pendapatan bank
67
Universitas Sumatera Utara
semakin meningkat FDR yang menunjukkan angka yang rendah maka bank
dalam kondisi iddle money atau kelebihan likuiditas yang akan menyebabkan
opportunity lost dalam memperoleh laba lebih besar. Berikut Tabel 4.3 mengenai
rasio FDR pada Perbankan Syariah periode 2009 sampai dengan 2013.
Tabel 4.4
Rasio Efektivitas Dana Pihak Ketiga (FDR) Pada Perbankan Syariah
di Indonesia Tahun 2009-2013
Bank Umum Syariah
2009
2010
2011
2012
2013
Bank Victoria Syariah
98,21
87,03
85,16
88,52
92,21
Bank Panin Syariah
99,11
87,93
86,31
89,86
93,90
Bank Syariah Mandiri
91,05
86,85
83,93
84,06
87,25
Bank Syariah Bukopin
89,12
83,07
82,54
86,03
94,40
Bank Central Asia Syariah 81,76
85,20
86,68
81,48
92,09
Bank Muamalat Indonesia 95,73
98,45
99,47
85,82
97,08
Bank Mega Syariah
90,27
90,23
92,44
79,20
84,90
BRI Syariah
81,16
82,25
89,11
83,12
81,39
Rata-Rata
90,80
87,63
88,21
84,76
90,40
Sumber : Data sekunder yang di olah (Desember 2013)
Berdasarkan Tabel 4.4 menjelaskan bahwa Financing to Deposit Ratio
(FDR) yang di peroleh Perbankan Syariah selama 5 tahun (2009-2013)
mengalami penurunan maupun peningkatan setiap tahunnya.
Pada tahun 2009 rata rata Financing to Deposit Ratio (FDR) mengalami
peningkatan sebesar 90,80, hal ini berarti semakin baik tingkat kesehatan yang
dimiliki Perbankan Syariah, karena pembiayaan yang disalurkan bank lancar,
sehingga pendapatan bank semakin meningkat, akan tetapi pada tahun 20102013 mengalami
penurunan
dan hal ini menunjukkan bahwa menurunnya
pendapatan yang dimiliki Perbankan Syariah.
68
Universitas Sumatera Utara
4.3.1.3 Analisis Deskriptif Resiko Pembiayaan
Resiko Pembiayaan dapat diukur dengan rasio Non perporming
Financing (NPF). Non Performing Financing (NPF), merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan bank dalam menjaga risikokegagalan pengembalian
pembiayaan oleh debitur. Berikut Tabel 4.4 mengenai rasio NPF perbankan
Syariah periode 2009 sampai dengan 2013.
Tabel 4.5
Rasio Resiko Pembiayaan (NPF) Pada Perbankan Syariah di
Indonesia Tahun 2009-2013
Bank Umum Syariah
2009
2010
2011
2012
2013
Bank Victoria Syariah
3,2
3,19
2,77
0,95
2,43
Bank Panin Syariah
3,17
3,2
3,15
2,75
2,13
Bank Syariah Mandiri
5,64
5,66
4,84
3,52
2,42
Bank Syariah Bukopin
3,25
3,8
1,74
4,57
4,32
Bank Central Asia Syariah 3,42
3,59
3,62
1,2
2,20
Bank Muamalat Indonesia 2,96
4,33
4,73
4,32
2,60
Bank Mega Syariah
1,04
1,5
2,08
3,52
3,03
BRI Syariah
3,25
3,8
3,20
3,19
2,77
Rata-Rata
3,24
3,63
3,27
3,00
2,73
Sumber : Data sekunder yang di olah (Maret 2014)
Berdasarkan Tabel 4.5 menjelaskan bahwa rasio Non perporming Financing
(NPF) yang diperoleh Perbakan Syariah selama 5 tahun (2009-2013) mengalami
penurunan maupun peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2010 rata-rata rasio
NPF mengalami peningkatan sebesar 3,63, hal ini berarti semakin tinggi rasio
NPF menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah yang semakin buruk. Akan
tetapi pada tahun 2009, 2011, 2012,dan 2013 mengalami penurunan, hal ini
berartisemakin baik kualitas pembiayaan yang disalurkan bank, karena semakin
kecil tingkat NPF. Apabila Resiko Pembiayaan semakin besar, maka bagi hasil
semakin rendah.
69
Universitas Sumatera Utara
4.3.1.4
Analisis Deskriptif Pertumbuhan Produk Domestik Bruto
Pertumbuhan Domestik Bruto digunakan sebagai alat ukur utama tingkat
kesejahteraan ekonomi suatu negara.Pertumbuhan Domestik Bruto dicerminkan
dengan adanya kenaikan antara Pertumbuhan Domestik Bruto.Berikut Tabel 4.5
mengenai rasio Pertumbuhan Domestik Brutoperbankan Syariah periode 2009
sampai dengan 2013.
Tabel 4.6
Rasio Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (GDP) Pada Perbankan
Syariah di Indonesia Tahun 2009-2013
Bank Umum Syariah
2009
2010
2011
2012
2013
Bank Victoria Syariah
10,14
8,21
6,92
7,58
8,27
Bank Panin Syariah
8,32
9,39
8,33
7,40
7,97
Bank Syariah Mandiri
8,05
9,11
7,81
7,23
8,14
Bank Syariah Bukopin
8,15
9,05
7,65
6,54
6,13
Bank Central Asia Syariah
8,40
8,06
6,71
7,64
8,42
Bank Muamalat Indonesia
9,78
10,51
8,95
10,32
8,48
Bank Mega Syariah
8,78