Tindak Tutur Ilokusi Dalam Dialog Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk Karya Buya Hamka Kajian Pragmatik

BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep
2.1.1 Tindak Tutur Ilokusi
Austin membagi tuturan berdasarkan jenisnya menjadi tiga jenis, yaitu tuturan lokusi, ilokusi,
dan perlokusi. Maka Searle mengembangkan berdasarkan kategorinya menjadi lima. Ia membagi
tindak tutur ilokusi mejadi lima kategori yaitu:
1. Asertif : melibatkan si penutur dalam pokok pembicaraan dinilai menggunakan asas “
benar” atau “ salah “. Tuturan yang termasuk adalah menyatakan menuntut, mengakui,
melaporkan, menunjukkan, menyebutkan, berspekulasi, dan sebagainya.
2. Direktif : usaha si penutur meminta si pendengar melakukan sesuatu. Tuturan yang
termasuk adalah mengajak, menyuruh, menasihari, menyarankan, melarang, mendesak,
meminta, memohon, menentang, dan sebagainya.
3. Ekspresif : mengekspresikan kondisi psikologis tertentu ke dalam kebenaran sesuatu hal
dalm ide yang dikemukakan. Tuturan yang termasuk, memuji, mengucapkan terima
kasih, mengeluh, menyalahkan, mengucapkan selamat, menyatakan rasa takut, dan
sebagainya.
4. Komisif : melibatkan si penutur ke dalam tindakan yang akan dilakukan. Pada masa yang
akan datang. Tuturan yang termasuk, berjanji, bersumpah, mengancam, dan menyatakan
kesanggupan.


Universitas Sumatera Utara

5. Deklaratif : mengungkapkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dan realitas. Tuturan
yang termasuk yaitu, mengesahkan, memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan,
mengabulkan, dan sebagainya.
2.1.3 Dialog
Dialog adalah percakapan antara 2 orang atau lebih, atau dialog dapat diartikan juga
sebagai komunikasi yang mendalam yang mempunyai tingkat dan kualitas yang tinggi yang
mencangkup kemampuan untuk mendengarkan dan juga saling berbagi pandangan satu sama
lain.

2.1.3 Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk
Dalam KBBI (2008:414), film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat
gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan
di bioskop). Lalu film juga disebutkan sebagai lakon (cerita). Film juga sering disebut dengan
sinema. Dalam KBBI (2008:1458) sinema adalah gambar hidup. Film juga diartikan sebagai
suatu (cabang) seni yang menggunakan audio visual sebagai medianya.
Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk adalah drama romantis Indonesia dirilis pada
tanggal 19 Desember 2013 yang disutradarai oleh Sunil Soraya dan diproduseri oleh Ram

Soraya. Film ini diadaptasi dari novel yang berjudul sama karangan Buya Hamka menggunakan
bahasa Indonesia, Minang, Makassar, Melayu, dan Jawa yang dapat menjadi sebuah pengobat
rindu bagi penggemar karya Buya Hamka tersebut. Dengan setting tahun 1930-an, . Film ini
dibintangi oleh Pevita Pearce (Hayati), Herjunot Ali (Zainuddin), Reza Rahadian (Aziz), Randy
Danista (Muluk), Jajang C.Noer (Mande Jamilah), Arzetty Bilbina (Ibu Muluk), Gesya Sandy
(Khadijah), Niniek L.Karim (Mak Base), Kevin Andrean (Sophian). Tidak begitu berbeda jauh
dengan kisah asli dalam novelnya, Film yang diproduksi oleh Soraya Intercine Films itu dinilai

Universitas Sumatera Utara

cukup mampu mewujudkan imajinasi pembaca novel, dalam bentuk nyata. Film Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijk berdurasi 165 menit atau sekitar 2 jam lebih 45 menit.

2.2 Landasan Teori
2.2.1

Pragmatik
Tarigan (1990:32) Pragmatik sangat berkaitan dengan tindak ujar atau speech act.

Pragmatik juga menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus dan terutama

memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial
performansi bahasa dapat mempengaruhi tafsiran atau interpretasi. Morris (dalam Tarigan, 1990:
33) mengemukakan bahwa Pragmatik adalah telaah mengenai hubungan tanda-tanda dengan
penafsir atau interpretator. Teori pragmatik menjelaskan alasan atau pemikiran para pembicara
dan para penyimak, menjelaskan alasan atau pemikiran para pembicara dan para penyimak
dalam menyusun korelasi dalam suatu konteks sebuah tanda kalimat dengan suatu proposisi.
Leech (1982:1) Pragmatik berfokus pada konteks yang terdapat dalam arti suatu tuturan.
Sifat dasar dari bahasa tidak akan sepenuhnya dapat dimengerti kecuali dengan memahami
pragmatiknya: bagaimana bahasa digunakan dengan berkomunikasi. Dengan kata lain dasar dari
bahasa adalah konteks yang terdapat dalam bahasa itu sendiri.

2.2.2

Aspek Situasi Tutur
Pragmatik adalah ilmu yang memerlukan konteks atau situasi, karena tanpa adanya

situasi maka kita tidak dapat menafsirkan maksud dari tuturan yang diujarkan. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka dalam hal ini Leech (dalam edisi terjemahan M.D.D. Oka, 1993:1920) membedakan fenomena ilmu pragmatik dengan ilmu lainnya, yaitu menggunakan salah satu
dari beberapa aspek situasi ujar berikut ini.


Universitas Sumatera Utara

a) Adanya penyapa (penutur) dan pesapa (mitra tutur). Percakapan dilakukan oleh penutur dan
mitra tutur yang berkomunikasi satu sama lain. Penutur mengujarkan tuturannya kepada
mitra tutur, kemudian tuturan atau isi pesan yang terdapat dalam tuturan itu ditangkap oleh
mitra tutur. Maka mitra tutur harus mampu menafsirkan maksud dari tuturan yang diujarkan
oleh penutur.
b) Konteks tuturan. Konteks merupakan aspek yang bergayut dengan lingkungan fisik dan
sosial sebuah tuturan. Konteks juga merupakan suatu pengetahuan latar belakang yang sama,
yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur, dan membantu mitra tutur menafsirkan makna
tuturan.
c) Tujuan sebuah tuturan. Sebuah tuturan memiliki tujuan tertentu untuk mendapatkan
kesepakatan antara penutur dan mitra tutur. Hal tersebut tentu saja memerlukan latar
belakang atau pengetahuan yang sama, yang dimiliki antara si penutur dan mitra tutur dengan
menggunakan kerja sama antara penutur dengan mitra tutur untuk mencapai kesepakatan
bersama. Tujuannya sendiri dapat berarti sebuah maksud, karena dalam ilmu pragmatik satu
tuturan berarti mempunyai berbagai maksud, dan satu maksud dapat diujarkan melalui
berbagai tuturan.
d) Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan tindak ujar. Tuturan sebagai bentuk tindakan
atau kegiatan yang berkaitan dengan maksud ilokusi, yaitu saying something doing

something. Dalam hal ini sebuah tuturan yang diujarkan oleh penutur menimbulkan suatu
tindakan dari mitra tutur atau pendengar. Seperti dikatakan oleh Leech (dalam edisi
terjemahan M. D. D. Oka, 1993:20) bahwa pragmatik berurusan dengan tindak-tindak atau
performasi-performasi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu.

Universitas Sumatera Utara

e) Tuturan sebagai produk tindak verbal. Produk tindak verbal sama halnya seperti tindakan
atau kegiatan tindak ujar. Maka tuturan pun dapat digunakan dalam pengertian lain, yaitu
sebagai produk suatu tindak verbal.

2.2.3

Tindak Tutur
Salah satu pendekatan pragmatik adalah tindak tutur. Teori tindak tutur dikemukakan

oleh Jhon L. Austin pada tahun 1965 sebagai materi perkuliahan yang kemudian di bukukan
pada tahun yang sama dengan judul “How to do things with words”, kemudian teori ini
berkembang dan terkenal pada tahun 1969 setelah Saerle mengembangakan teori tersebut. Austin
(Nadar, 2009:11) menyatakan bahwa pada dasarnya saat seseorang mengatakan sesuatu maka ia

juga melakukan sesuatu. Misalnya pada saat seseorang seseorang mengatakan “saya harus pergi
sekarang” maka orang tersebut tidak hanya mengucapkan tetapi juga harus benar-benar pergi
dari tempat ia mengucapkan perkataan tersebut. Saerle (dalam Nadar, 2009:12) menyatakan
bahwa unsur yang paling paling kecil pada suatu proses komunikasi adalah tindak tutur seperti
menyatakan, membuat penyataan, member perintah, menguraikan, menjelaskan, minta maaf,
berterima kasih, mengucapkan selamat dan lain-lain. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa tindak tutur merupakan suatu kegiatan yang diungkapkan melalui sebuah tuturan dengan
makna yang tersirat untuk menjelaskan maksud dari penutur kepada mitra tuturnya.
Menururt Chaer (2004:50) tindak tutur merupakan gejala individuall, bersifat psikologis
dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi
situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya.

Universitas Sumatera Utara

Austin (dalam Leech, 1982:199) membagi tindak tutur menjadi tiga macam tindakan
yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Berikut ini adalah penjelasan dari ketiga macam tindak tutur
di atas.
a. Tindak tutur lokusi adalah tuturan yang disampaikan oleh penutur sesuai dengan keadaan
situasi yang sesungguhnya tanpa ada indikasi untuk mencapai tujuan lain dari tuturannya
tersebut. Tuturan diungkapkan sesuai dengan makna sintaksis tanpa bermaksud

menyatakan pernyataan lain di dalamnya. Ketika penutur menuturkan “besok adalah
ulang tahunku” artinya penutur benar-benar-benar menyatakan bahwa besok adalah ulang
tahunnya tanpa ada indikasi untuk mengajak mitra tutur merayakan ulang tahunnya,
ataupun maksud dan tujuan lainnya.
b. Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau
menginformasikan sesuatu dan digunakan untuk melakukan suatu tindakan (Rohmadi,
2004:31) tuturan yang terdapat dalam tindak tutur ilokusi mengandung maksud dan
fungsi tertentu. Tindak tutur ilokusi berkaitan dengan siapa yang bertutur kepada siapa,
kapan dan dimana terjadinya, dan apa maksud dari tuturan tersebut. Ketika penutur
berkunjung kerumah mitra tutur dan ia berkata “saya sedang lapar” artinya si penutur
memiliki maksud tertentu yaitu meminta sesuatu yang dapat dimakan dan menisci
kekosongan perutnya kepada mitra tutur.
c. Tindak tutur perlokusi adalah ketika tuturan yang diucapkan penutur memberikan efek
atau daya pengaruh terhadap perasaan, pikiran, maupun perilaku mitra tuturnya (Austin,
1962:114).Tindak tutur yang tujuannya untuk mempengaruhi atau efek yang di timbulkan
dari penutur secara sengaja ataupun tidak sengaja kepada mitra tuturnya itulah yang
disebut dengan tindak tutur perlokusi. Contoh pada bagian sebelumnya yaitu pada tuturan

Universitas Sumatera Utara


“saya sedang lapar” ketika mitra tutur telah diberitahu bahwa penutur sedang lapar, maka
mitra tutur akan secara refleks menyiapkan atau memberikan makan kepada si penutur.
Efek tuturan yang terjadi yaitu berupa menyiapkan atau memberikan makanan untuk
mengisi perut si penutur supaya tidak kosong lagi dan merasa kenyang itulah yang
disebut dengan tindak tutur perlokusi.
Saerle (dalam Tarigan, 1990: 46) membagi tindak tutur ilokusi ke dalam lima jenis, yaitu
tindak tutur asertif atau representatif, direktif, komisif, dan deklarasi. Berikut merupakan
penjelasan mengenai kelima jenis tindak tutur tersebut.
a. Tindak tutur deklaratif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan oleh penutur untuk
menciptakan hal, status, atau keadaan yang baru kepada mitra tuturnya melalui hal yang
ia tuturkan. Dalam tindak tutur deklaratif hanya pihak yang memiliki kewenangan,
misalnya pendeta yang oleh mendeklarasikan suatu perubahan atas suatu hal di dalam
masyarakat. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tuturan deklaratif adalah tuturan
dengan maksud memaafkan, mengampuni, menghukum, menamai, membatalkan,
melarang, mengizinkan, memecat, mengucilkan, mengangkat, memcat, melarang,
mengizinkan, mengucilkan, menunjuk, menemani, memutuskan, dan mengesahkan.
Contoh tindak tutur deklaratif:
Penghulu berkata “Sekarang kalian telah sah menjadi seorang suami dan istri”
Tuturan yang diucapkan oleh penghulu “sekarang kalian telah sah...” mengubah status
seorang wanita menjadi seorang istri atau seorang pria menjadi seorang suami. Adanya

perubahan status dan keadaan ini merupakan ciri khas dari tindak tutur ilokusi dalam
bentuk deklaratif.

Universitas Sumatera Utara

b. Asertif adalah tindak tutur asertif untuk melibatkan si penutur ke dalam suatu pokok
pembicaraan. Semua yang terlibat dalam tindak tutur asertif dapat dinilai pada penilaian
yang menggunakan asas benar dan salah. Oleh sebab itu, cara yang sederhana untuk
mengenali tindak tutur asertif ini adalah dengan pertanyaan apakah anda dapat secara
harafiah menggolongkannya sebagai sesuatu yang benar atau salah. Inti atau maksud dari
definisi Searle tersebut adalah tuturan asertif merupakan tuturan yang diyakini benar oleh
penutur, dapat dipertanggung jawabkan sesuai fakta dan kenyataannya. Tuturan yang
termasuk ke dalam jenis tuturan asertif adalah tuturan dengan maksud menyatakan,
menuntut,

mengakui,

melaporkan,

menunjukkan,


menyebutkan,

berspekulasi,

mennyimpulkan, menggambarkan, dan memberikan kesaksian.
Contoh tindak tutur asertif:
Tania : Indah tidak hadir hari ini buk, dia sedang sakit.
Guru : jika tidak ada izin maka ia tetap absen.
Tania : orang tua indah sudah menitipkan surat izin kepada saya buk, dan saya sudah
meletakkannya di atas meja ibu.
Tuturan tersebut berisi informasi yang penuturnya terikat dapat bertanggungjawab
atas kebenaran tuturannya tersebut. Tania mengkonfirmasi kepada gurunya bahwa
rekannya (Indah) sedang sakit, namun gurunya tetap membuat Indah absen jika tidak ada
izin kepadanya. Kemudian Tania menjelaskan bahwa orang tua indah sudah menitipkan
surat izin dan surat itu di letakkan di atas meja guru. Hal ini membuat guru tidak dapat
mengelak karena ia dapat membuktikan tuturan yang diucapkan kepada gurunya.
Keadaan di atas merupakan ciri khas dari tindak tutur ilokusi dalam bentuk asertif.

Universitas Sumatera Utara


c. Direktif adalah tindak tutur sebagai usaha si penutur untuk meminta mitra tutur
melakukan sesuatu. Hal tersebut dapat berupa usaha seperti ajakan atau saran untuk
melakukan sesuatu hal, bahkan usaha yang lebih keras misalnya bersikeras agar orang
lain melakukan apa yang anda mau. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur
ini antara lain mengajak, menyuruh, menasihati, menyarankan, melarang, mendesak,
meminta, memohon, memerintah, menentang, dan sebagainya.
Dokter : silahkan tunggu di luar ruangan buk, kami akan menanganinya.
Ibu

: tapi dia anak saya dok, saya ingin melihatnya.

Dokter : percayakan semuanya kepada kami bu, kami akan melakukan semaksimal
mungkin untuk menyelamatkan anak ibu.
Dokter yang sedang melakukan pertolongan pertama terhadap seorang anak
meminta ibunya untuk menunggu diluar agar mereka dapat bekerja semaksimal mungkin.
Tindak tutur dokter tersebut akan berhasil jika ibu dari anak tersebut bersedia untuk
menunggu anaknya di luar ruangan. Tuturan di atas merupakan tindak tutur ilokusi yang
termasuk dalam bentuk direktif sebab penutur meminta lawan tutur untuk melakukan
tindakan yang sesuai dengan apa yang dikatakan oleh penutur.
d. Ekspresif/Evaluatif mengekspresikan kondisi psikologis tertentu ke dalam kebenaran
mengenai keadaan suatu hal yang disebutkan dalam ide yang dikemukakan. Tuturan yang
termasuk ke dalam jenis tuturan ekspresif ini antara lain tuturan memuji, mengucapkan
terima kasih, mengeritik, mengeluh, menyalahkan, kesal, mengucapkan selamat,
menyatakan rasa takut, marah, terkejut atau kaget dan menyanjung. Contoh tindak tutur
ekspresif:
(1) “saya minta maaf”

Universitas Sumatera Utara

(2) “selamat atas pernikahanmu”
Tuturan (1) mengindikasikan rasa penyesalan penutur yang dapat disebabkan
karena telah berbuat suatu kesalahan. Ketika penutur menuturkan “saya minta maaf”
maka ia juga sedang melakukan tindakan meminta maaf kepata mitra tuturnya. Tuturan
(2) merupakan ungkapan memberi selamat dari penutur terhadap mitra tutur yang baru
saja menikah.ketika penutur mengatakan “selamat”, ia sekaligus melakukan tindakan
memberikan selamat dan turut berbahagia. Kedua tuturan di atas termasuk kedalam
tindak tutur ilokusi dalam bentuk ekspresif karena sama-sama menyatakan keadaan
psikologis yang sedang dirasakan oleh penutur.
e. Komisif adalah tindak ilokusioner untuk melibatkan si penutur ke dalam suatu tindakan
yang akan dilakukan, pada masa yang akan datang. Ide yang ingin dikemukakan adalah
bahwa si penutur akan melakukan suatu tindakan. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis
tuturan ini antara lain tuturan berjanji, bersumpah, mengancam, dan menyatakan
kesanggupan. Contoh tindak tutur Komisif:
Dosen

: baiklah, saya akan menemuimu di kampus pada hari senin pukul 09.00
untuk mendiskusikan skripsi kamu.

Mahasiswa

: baik buk, terima kasih.

Dosen menjanjikan bahwa ia akan mendiskusikan skripsi mahasiswanya pada hari
senin pukul 09.00. tuturan ini diucapkan penutur dan akan dilakukan olehnya namun
sebenarnya tujuan dari tuturan ini adalah untuk kepentingan mitra tutur bukan untuk
kepentingan si penutur. Tuturan di atas merupakan tindak tutur ilokusi dalam bentuk
komisif karena mengikat penutur akan tuturannya.

Universitas Sumatera Utara

2.3

Tinjauan Pustaka
Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada sejumlah sumber yang relevan

untuk ditinjau dalam penelitian ini, adapun sumber tersebut adalah sebagai berikut.
Ginting (2009) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Tindak Tutur dalam Dialog Film
Perempuan Punya Cerita, Universitas Sumatera Utara, menyatakan bahwa dari hasil analisis
yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi
banyak terdapat dalam dialog film Perempuan Punya Cerita. Tindak lokusi adalah bentuk tindak
tutur yang paling banyak ditemukan dalam dialog tersebut. Selanjutnya, bentuk tindak tutur yang
lebih sedikit ditemukan dalam dialog film tersebut adalah tindak ilokusi dan perlokusi.
Tarigan (2012) dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif
dalam Dialog Film Alangkah Lucunya Negeri Ini, Universitas Sumatera Utara, menyatakan
bahwa dari hasil analisis yang dilakukan teori pragmatis untuk menganalisa direktif dan pidato
ekspresif tindakan dialog film dialog ini . Sumber data direkam untuk dialog film yang analisis
dan data adalah teks lisan yang diucapkan oleh Deddy Mizwar. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kualitatif untuk menganalisis data .
Simbolon (2013) dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur dalam Komik Detektif
Conan, Skripsi yang berjudul Tindak Tutur dalam Komik Detektif Conan ini merupakan hasil
penerapan pendekatan ilmu pragmatik untuk menganalisis jenis tindak tutur dan kategori tindak
ilokusi dalam dialog (percakapan) komik Detektif Conan. Pengumpulan data dilakukan dengan
teknik simak dan teknik catat. Pada pengkajian data penelitian ini digunakan metode kualitatif
deskriptif. Dalam penelitian ini teori yang digunakan teori Austin tentang jenis tindak tutur dan
Searle tentang kategori tindak ilokusi.

Universitas Sumatera Utara

Gultom (2011) dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi dalam Novel
Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf, Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
metode simak bebas libat cakap (SBLC) yang dilanjutkan dengan pencatatan dan klasifikasi serta
metode padan dan teknik pilah unsur penentu (PUP) dengan daya pilah pembeda reaksi dipilih
dalam menganalisis data dengan menggunakan teks percakapan yang terdapat dalam novel
Tanah Tabu. Data dianalisis dengan menggunakan teori pragmatik yang dikemukakan oleh J.R.
Searle. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindak tutur percakapan dalam novel Tanah Tabu
terdapat empat jenis tindak tutur ilokusi, yaitu (1) tindak tutur ilokusi representatif, (2) tindak
tutur ilokusi komisif, (3) tindak tutur ilokusi direktif, (4) tindak tutur ilokusi ekspresif.
Simamora, Merlin Y (2012) dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur Asertif dan
Direktif dalam Novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari, menerapkan ilmu pragmatik yang
menganalisis tindak tutur asertif dan direktif dalam novel Perahu Kertas. Metode yang digunakan
dalam pengumpulan data adalah metode simak dengan teknik simak bebas libat cakap dan teknik
catat. Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode kualitatif yang bersifat
deskriptif. Data dianalisis dengan menerapkan teori pragmatik seperti yang dikemukakan oleh
J.R. Searle tentang bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi yang memfokuskan pada tindak tutur
asertif dan direktif. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi dan mendeskripsikan
bentuk tindak tutur asertif dalam novel Perahu Kertas (2) mengidentifikasi dan mendeskripsikan
bentuk tindak tutur direktif dalam novel Perahu Kertas. Tindak tutur asertif yang terdapat dalam
novel Perahu Kertas adalah memberitahukan, menyatakan, menyimpulkan, menunjukkan, dan
berspekulasi. Tindak tutur direktif yang terdapat dalam novel Perahu Kertas adalah mengajak,
menyarankan, memohon, mempersilakan, menyuruh, menasihati, melarang, meminta, dan
mendesak.

Universitas Sumatera Utara