PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) PEGADAIAN MENJADI PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PEGADAIAN

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 10 TAHUN 1990
TENTANG
PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) PEGADAIAN MENJADI
PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PEGADAIAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa sesuai dengan perkembangan ekonomi dan monet er dewasa
ini dipandang perlu unt uk lebih meningkat kan peranan lembaga
kredit at as dasar hukum gadai yang dapat memenuhi kebut uhan
masyarakat ;
b. bahwa unt uk lebih meningkat kan ef isiensi dan produkt ivit as
pengelolaan Perusahaan Jawat an (PERJAN) Pegadaian, yang
didirikan dengan Perat uran Pemerint ah Nomor 7 Tahun 1969
dipandang perlu mengalihkan bent uknya menj adi Perusahaan Umum
(PERUM) sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 9
Tahun 1969;
c. bahwa pengalihan bent uk sebagaimana dimaksud dalam huruf (b),
perlu dit et apkan dengan Perat uran Pemerint ah;

Mengingat

: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Pandhuis Reglement (At uran Dasar Pegadaian) (St aat sblad Tahun
1928 Nomor 81);
3. Undang-undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 t ent ang Perusahaan
Negara (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1989);
4. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 t ent ang Penet apan Perat uran
Pemerint ah Penggant i Undang-undang Nomor 1 Tahun 1969 t ent ang
Bent uk-bent uk Usaha Negara (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor

2

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

2


-

16,
Tambahan Lembaran Negara Nomor
2890) menj adi
Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 40, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2904);
5. Perat uran Pemerint ah Nomor 3 Tahun 1983 t ent ang Tat a Cara
Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawat an (PERJAN),
Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Perseroan (PERSERO)
(Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 3, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3246) sebagaimana t elah diubah dengan Perat uran
Pemerint ah Nomor 28 Tahun 1983 (Lembaran Negara Tahun 1983
Nomor 37);
MEMUTUSKAN:
Menet apkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGALIHAN
BENTUK PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) PEGADAIAN MENJADI
PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PEGADAIAN.
BAB I

KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerint ah adalah Pemerint ah Republik Indonesia;
2. Presiden adalah Presiden Republik Indonesia;
3. Ment eri adalah Ment eri Keuangan;
4. Direkt ur Jenderal adalah Direkt ur Jenderal yang dit unj uk oleh
Ment eri unt uk melakukan t ugas-t ugas pembinaan perusahaan;
5. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas Perusahaan Umum
(PERUM) Pegadaian;

3

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

3


-

6. Perusahaan adalah Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian;
7. Direksi adalah Direksi Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian;
8. Direkt ur Ut ama adalah Direkt ur Ut ama Perusahaan Umum (PERUM)
Pegadaian;
9. Pegawai adalah
Pegadaian;

pegawai

pada

Perusahaan

Umum

(PERUM)

10. Pembinaan adalah kegiat an unt uk memberikan pedoman bagi

Perusahaan dalam perencanaan, pengoperasian, pelaksanaan, dan
pengendalian dengan maksud agar Perusahaan dapat melaksanakan
t ugas dan f ungsinya secara berdaya guna dan berhasil guna sert a
dapat berkembang dengan baik;
11. Pengawasan adalah seluruh proses kegiat an penilaian t erhadap
Perusahaan dengan t uj uan agar Perusahaan dapat melaksanakan
f ungsinya dengan baik, dan berhasil mencapai t uj uan yang t elah
dit et apkan;
12. Pemeriksaan adalah kegiat an unt uk menilai Perusahaan dengan
cara membandingkan ant ara keadaan yang sebenarnya dengan
keadaan yang seharusnya dilakukan, baik dalam bidang keuangan
maupun dalam bidang t eknis operasional;
13. Pengelolaan
Perusahaan
adalah
kegiat an
perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian
Perusahaan
sesuai dengan pembinaan yang digariskan oleh Ment eri.


BAB II
PENDIRIAN PERUSAHAAN

4

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

4

-

Pasal 2
(1)

Perusahaan Jawat an (PERJAN) Pegadaian yang didirikan
berdasarkan Perat uran Pemerint ah Nomor 7 Tahun 1969 dialihkan

bent uknya menj adi Perusahaan Umum (PERUM) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 9 Tahun
1969, dengan nama Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian dan
meneruskan
usaha-usaha
selanj ut nya
berdasarkan
ket ent uan-ket ent uan dalam Perat uran Pemerint ah ini.

(2)

Dengan dialihkannya bent uk Perusahaan Jawat an (PERJAN)
Pegadaian menj adi Perusahaan Umum (PERUM) sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), Perusahaan Jawat an (PERJAN)
Pegadaian dinyat akan bubar pada saat pendirian PERUM t ersebut
dengan ket ent uan segala hak dan kewaj iban, kekayaan dan
t ermasuk seluruh pegawai Perusahaan Jawat an (PERJAN)
Pegadaian yang ada pada saat pembubarannya beralih kepada
PERUM yang bersangkut an.


(3)

Hal-hal yang t imbul dari dan yang berhubungan dengan
pelaksanaan ket ent uan t ersebut pada ayat (2) diat ur lebih lanj ut
oleh Ment eri berdasarkan perat uran perundang-undangan yang
berlaku.

BAB III
ANGGARAN DASAR PERUSAHAAN

5

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

5

-


Bagian Pert ama
Umum
Pasal 3
(1)

Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah badan
usaha t unggal yang diberi wewenang unt uk menyalurkan uang
pinj aman at as dasar hukum gadai.

(2)

Perusahaan melakukan usaha-usahanya berdasarkan ket ent uan
dalam
Perat uran
Pemerint ah
ini
dan
perat uran
perundang-undangan yang berlaku.


(3)

Dengan t idak mengurangi ket ent uan-ket ent uan dalam Perat uran
Pemerint ah ini, t erhadap perusahaan berlaku Hukum Indonesia.

Bagian Kedua
Tempat Kedudukan
Pasal 4
(1)

Perusahaan bert empat kedudukan dan berkant or pusat di
Jakart a,
dan
dapat
mempunyai
perwakilan-perwakilan/ cabang-cabang di seluruh Indonesia
dengan perset uj uan Ment eri.

(2)


Perubahan t empat kedudukan dan kant or pusat perusahaan
dit et apkan oleh Presiden at as usul Ment eri.

(3)

Dalam rangka pengembangan, perusahaan dapat mengadakan
sat uan organisasi pelaksana yang dit et apkan Direksi set elah
mendapat perset uj uan Ment eri.
Bagian Ket iga

6

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

6

-

Sif at dan Tuj uan
Pasal 5
(1)

Sif at usaha dari perusahaan adalah menyediakan pelayanan bagi
kemanf aat an umum dan sekaligus memupuk keunt ungan
berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.

(2)

Perusahaan bert uj uan:
a. t urut
melaksanakan
dan
menunj ang
pelaksanaan
kebij aksanaan dan program Pemerint ah di bidang ekonomi dan
pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran
uang pinj aman at as dasar hukum gadai;
b. pencegahan prakt ek ij on, pegadaian gelap, riba, dan pinj aman
t idak waj ar lainnya.
Bagian Keempat
Lapangan Usaha
Pasal 6

Dengan mengindahkan prinsip-prinsip ekonomi sert a t erj aminnya
keselamat an kekayaan Negara, perusahaan mengadakan usaha-usaha
sebagai berikut :
a. menyalurkan uang pinj aman at as dasar hukum gadai dengan cara
yang mudah, cepat , aman dan hemat ;
b. usaha-usaha lain yang berhubungan dengan t uj uan perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dengan perset uj uan Ment eri
Keuangan.

Bagian Kelima
Modal

7

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

7

-

Pasal 7
(1)

Modal perusahaan adalah kekayaan Negara yang dipisahkan dari
Anggaran Pendapat an dan Belanj a Negara dan t idak t erbagi at as
saham-saham.

(2)

Besarnya modal Perusahaan adalah sama dengan nilai seluruh
kekayaan Negara yang t elah t ert anam dalam Perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, berdasarkan penet apan
Ment eri.

(3)

Set iap penambahan modal yang berasal dari kekayaan Negara
yang dipisahkan dilakukan dengan Perat uran Pemerint ah.

(4)

Perusahaan dapat menambah modalnya dengan dana yang
dibent uk dan dipupuk secara int ern menurut ket ent uan dalam
Pasal 52.

(5)

Perusahaan t idak mengadakan cadangan diam at au cadangan
rahasia.

(6)

Semua alat -alat likuid (liquide) yang t idak segera diperlukan oleh
Perusahaan disimpan dalam Bank Milik Negara yang diset uj ui oleh
Ment eri.
Pasal 8

(1)

Pembelanj aan unt uk invest asi yang dilaksanakan oleh Perusahaan
dapat berasal dari:
a. dana int ern Perusahaan;
b. penyert aan Negara melalui Anggaran Pendapat an dan Belanj a
Negara;
c. pinj aman dari dalam dan/ at au luar negeri;
d. sumber-sumber lainnya yang sah.

8

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

(2)

8

-

Anggaran invest asi diaj ukan di dalam anggaran Perusahaan,
sedangkan bilamana anggaran invest asi diaj ukan pada masa
t ahun buku yang bersangkut an, maka anggaran invest asi diaj ukan
bersamaan dengan anggaran t ahunan at au perubahan anggaran
Perusahaan yang pengaj uannya dilakukan sesuai dengan t at a cara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19.
Pasal 9

(1)

Perusahaan dapat memperoleh dan menggunakan dana yang
diperoleh unt uk mengembangkan usahanya melalui pengeluaran
obligasi at au alat -alat yang sah lainnya.

(2)

Pengeluaran obligasi at au alat -alat yang sah lainnya sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), t ermasuk ket ent uan-ket ent uan yang
berhubungan dengan it u, diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 10

Set iap kegiat an penyerahan, pemindaht anganan, pembebanan,
penghapusan
akt iva
t et ap,
penerimaan
pinj aman
j angka
menengah/ panj ang, pemberian pinj aman dalam bent uk dan cara
apapun, t idak menagih lagi, dan menghapus dari pembukuan piut ang
dan persediaan barang dapat dilakukan oleh Direksi set elah mendapat
perset uj uan t erlebih dahulu dari Ment eri.
Pasal 11
Pembebanan t ugas t ambahan kepada Perusahaan di luar t ugas
pokoknya yang menimbulkan akibat keuangan t erhadap anggaran
Perusahaan dit et apkan oleh Ment eri.
Bagian Keenam
Pimpinan, Pembinaan, dan Pengelolaan

9

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

9

-

Pasal 12
Perusahaan dipimpin dan dikelola oleh Direksi yang t erdiri dari
seorang Direkt ur Ut ama dan sebanyak-banyaknya 4 (empat ) orang
Direkt ur sesuai dengan bidang usahanya.
Pasal 13
(1)

Pembinaan t erhadap Perusahaan dilakukan oleh Ment eri, yang
dalam
pelaksanaannya dibant u oleh Direkt ur
Jenderal
berdasarkan ket ent uan-ket ent uan yang dit et apkan lebih lanj ut
oleh Ment eri.

(2)

Direksi at au Direkt ur Ut ama unt uk dan at as nama Direksi
menerima pet unj uk-pet unj uk dari dan bert anggung j awab kepada
Ment eri t ent ang kebij aksanaan umum unt uk menj alankan
t ugas-t ugas pokok Perusahaan dan hal-hal lain yang dianggap
perlu.

(3)

Pelaksanaan t anggung j awab administ rat if f ungsional perusahaan
sebagai Badan Usaha Milik Negara t erhadap Pemerint ah, dalam
hal ini Ment eri, dilakukan oleh Direkt ur Ut ama at as nama Direksi.
Pasal 14

Tugas dan wewenang Direksi adalah sebagai berikut :
a. memimpin, mengurus, dan mengelola Perusahaan sesuai dengan
t uj uan Perusahaan dengan senant iasa berusaha meningkat kan daya
guna dan hasil guna dari Perusahaan;
b. menguasai, memelihara, dan mengurus kekayaan Perusahaan;
c. mewakili Perusahaan di dalam dan luar Pengadilan;
d. melaksanakan kebij aksanaan umum dalam mengurus Perusahaan
yang t elah digariskan oleh Ment eri;
e. menet apkan
kebij aksanaan
Perusahaan
sesuai
dengan

10

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

f.
g.

h.
i.
j.

k.

l.

10

-

kebij aksanaan umum yang digariskan Ment eri;
menyiapkan pada wakt unya rencana kerj a t ahunan Perusahaan
lengkap dengan anggaran keuangan;
mengadakan dan memelihara t at a buku dan administ rasi
Perusahaan sesuai dengan kelaziman yang berlaku bagi suat u
Perusahaan;
menyiapkan susunan organisasi Perusahaan lengkap dengan
perincian t ugasnya;
mengangkat dan memberhent ikan pegawai sesuai dengan perat uran
kepegawaian yang berlaku bagi Perusahaan;
menet apkan gaj l pensiun/ j aminan hari t ua, dan penghasilan lain
bagi pegawai sert a mengat ur semua hal kepegawaian lainnya sesuai
dengan ket ent uan-ket ent uan perat uran perundang-undangan yang
berlaku;
memberikan segala ket erangan t ent ang keadaan dan j alannya
Perusahaan baik dalam bent uk laporan t ahunan, maupun laporan
berkala menurut cara dan wakt u yang dit ent ukan dalam Perat uran
Pemerint ah ini sert a set iap kali dimint a oleh Ment eri;
menj alankan kewaj iban-kewaj iban lainnya berdasarkan pet unj uk
Ment eri.
Pasal 15

(1)

Dalam menj alankan t ugas-t ugas pokok Perusahaan:
a. Direkt ur Ut ama berhak dan berwenang bert indak at as nama
Direksi;
b. Para Direkt ur berhak dan berwenang bert indak at as nama
Direksi, masing-masing unt uk bidangnya dan dalam bat as-bat as
yang dit ent ukan dalam perat uran t at a t ert ib dan t at a cara
menj alankan pekerj aan Direksi.

(2)

Apabila Direkt ur Ut ama berhalangan t et ap menj alankan
pekerj aannya at au apabila j abat an it u t erluang dan penggant inya

11

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

11

-

belum diangkat at au belum memangku j abat annya, maka j abat an
Direkt ur Ut ama dipangku oleh Direkt ur yang t ert ua dalam masa
j abat an berdasarkan penunj ukan sement ara Ment eri, dan apabila
Direkt ur dimaksud t idak ada at au berhalangan t et ap, maka
j abat an t ersebut dipangku oleh Direkt ur lain berdasarkan
penunj ukan sement ara Ment eri, keduanya dengan kekuasaan dan
wewenang Direkt ur Ut ama.
(3)

Apabila semua anggot a Direksi berhalangan t et ap menj alankan
pekerj aannya at au j abat an Direksi t erluang seluruhnya dan
belum diangkat penggant inya at au belum memangku j abat annya,
maka unt uk sement ara wakt u pimpinan dan pengurusan
Perusahaan dij alankan oleh seorang Pej abat Direksi yang dit unj uk
oleh Ment eri.

(4)

Dalam menj alankan t ugas dan wewenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 huruf c, Direksi dapat melaksakannya sendiri at au
menyerahkan kekuasaan t ersebut kepada:
a. Seorang at au beberapa orang anggot a Direksi, at au
b. Seorang at au beberapa orang pegawai baik sendiri maupun
bersama-sama; at au
c. Orang at au badan lain, yang khusus dit unj uk unt uk hal
t ersebut .

(5)

Tat a t ert ib dan t at a cara menj alankan pekerj aan Direksi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diat ur dalam perat uran
yang dit et apkan oleh Direksi dengan perset uj uan Ment eri.

(6)

Gaj i, t unj angan, emolumen, dan penghasilan lain dari para
anggot a Direksi dit et apkan oleh Ment eri, dengan mengindahkan
ket ent uan-ket ent uan yang berlaku.

Pasal 16

12

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

12

-

(1)

Anggot a Direksi diangkat dan diberhent ikan oleh Presiden at as
usul Ment eri.

(2)

Anggot a Direksi diangkat unt uk masa 5 (lima) t ahun dan set elah
masa j abat annya berakhir dapat diangkat kembali.

(3)

Dalam hal-hal t ersebut di bawah ini, Presiden at as usul Ment eri
dapat memberhent ikan seluruh at au salah seorang anggot a
Direksi meskipun masa j abat annya sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) belum berakhir, karena:
a. mut asi j abat an unt uk kepent ingan Perusahaan dan Negara;
b. at as permint aan sendiri;
c. melakukan perbuat an at au sikap merugikan Perusahaan;
d. melakukan t indakan at au sikap yang bert ent angan dengan
kepent ingan Negara;
c. cacad f isik at au ment al yang mengakibat kan t idak dapat
melaksanakan t ugasnya;
f . meninggal dunia;
g. t idak cukup cakap at au t ernyat a t idak melaksanakan t ugasnya
dengan baik;
h. t idak melaksanakan ket ent uan-ket ent uan dalam
dasar Perusahaan.

anggaran

(4)

Pemberhent ian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) huruf c dan huruf d, j ika merupakan suat u pelanggaran
t erhadap perat uran hukum pidana, merupakan pemberhent ian
t idak dengan hormat .

(5)

Sebelum pemberhent ian karena alasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) huruf c dan huruf d dilakukan, kepada anggot a
Direksi yang bersangkut an diberi kesempat an unt uk membela diri

13

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

13

-

secara t ert ulis yang dit uj ukan kepada Ment eri, yang harus
dilaksanakan dalam wakt u 1 (sat u) bulan set elah anggot a Direksi
yang bersangkut an diberit ahukan oleh Ment eri t ent ang rencana
pemberhent ian it u.
(6)

Selama persoalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) belum
diput us, maka Ment eri dapat memberhent ikan unt uk sement ara
wakt u anggot a Direksi yang bersangkut an.

(7)

Jika dalam wakt u 2 (dua) bulan set elah memberhent ikan anggot a
Direksi yang bersangkut an sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)
belum diperoleh keput usan mengenai pemberhent ian anggot a
Direksi t ersebut , maka pemberhent ian sement ara it u menj adi
bat al dan anggot a Direksi yang bersangkut an dapat segera
menj alankan j abat annya lagi, kecuali bersama unt uk keput usan
pemberhent ian t ersebut diperlukan keput usan pengadilan dalam
hal it u harus diberit ahukan kepada yang bersangkut an.
Pasal 17

(1)

Anggot a Direksi adalah Warga Negara Indonesia.

(2)

Anggot a Direksi diangkat berdasarkan syarat -syarat kemampuan
dan keahlian dalam bidang pengelolaan Perusahaan, memiliki
penget ahuan dan pengalaman yang diperlukan unt uk memimpin
suat u Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,
mempunyai akhlak dan moral yang baik sert a memenum
syarat -syarat lainnya yang diperlukan, unt uk menunj ang
kemaj uan perusahaan yang dipimpinnya.

(3)

Direksi mencurahkan pengabdian dan kemampuannya secara
penuh pada t ugas,
kewaj iban, dan pencapaian t uj uan
diadakannya Perusahaan.
Pasal 18

14

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

14

-

(1)

Ant ara para anggot a Direksi t idak boleh ada hubungan keluarga
sampai deraj at ket iga baik menurut garis lurus maupun garis
kesamping t ermasuk menant u dan ipar, kecuali j ika diizinkan
Presiden.

(2)

Jika sesudah pengangkat an, mereka memasuki hubungan
kekeluargaan yang t erlarang sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), maka unt uk dapat melanj ut kan j abat annya, diperlukan izin
t ert ulis dari Presiden.

(3)

Anggot a Direksi t idak boleh mempunyai kepent ingan pribadi baik
langsung
maupun
t idak
langsung
dalam
suat u
perkumpulan/ perusahaan lain yang berusaha/ bert uj uan mencari
laba.

(4)

Anggot a Direksi t idak dibenarkan unt uk memangku j abat an
rangkap sebagaimana dimaksud di bawah ini :
a. Direkt ur Ut ama at au Direkt ur pada Badan Usaha Milik Negara
lainnya, at au perusahaan swast a, at au j abat an lain yang
berhubungan dengan pengelolaan perusahaan;
b. Jabat an
st rukt ural
dan
f ungsional
lainnya
Inst ansi/ Lembaga Pemerint ah Pusat / Daerah;
c. Jabat an-j abat an
lainnya,
berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku.

dalam

perat uran

Bagian Ket uj uh
Rencana Kerj a dan Anggaran Perusahaan
Pasal 19
(1)

Selambat -lambat nya 3 (t iga) bulan sebelum t ahun buku mulai
berlaku, Direksi mengirimkan rencana kerj a dan anggaran
Perusahaan yang meliput i anggaran invest asi dan anggaran

15

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

15

-

eksploit asi kepada Ment eri unt uk memperoleh pengesahannya.
(2)

Kecuali apabila Ment eri secara t ert ulis mengemukakan keberat an
at au menolak kegiat an yang dimuat dalam rencana kerj a dan
anggaran Perusahaan sebelum menginj ak t ahun buku baru, maka
anggaran t ersebut berlaku sepenuhnya.

(3)

Rencana kerj a dan/ at au anggaran t ambahan at au perubahan
yang t ert era di dalam t ahun buku yang bersangkut an harus
diaj ukan t erlebih dahulu kepada Ment eri unt uk memperoleh
pengesahannya, menurut cara dan wakt u yang dit et apkan oleh
Ment eri.

(4)

Apabila dalam wakt u 3 (t iga) bulan sesudah permint aan
perset uj uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diaj ukan, oleh
Ment eri t idak diberikan keberat an secara t ert ulis, maka
perubahan rencana kerj a dan anggaran t ersebut dianggap t elah
disahkan.

(5)

Rencana kerj a dan/ at au anggaran Perusahaan yang t elah
disahkan merupakan landasan kerj a dan menj adi t ugas bagi
Direksi
unt uk
melaksanakan
kegiat an
yang
t ercant um
didalamnya.
Pasal 20

(1)

(2)

Semua pembiayaan dalam rangka pelaksanaan t ugas Sat uan
Pengawasan Int ern, Dewan Pengawas sert a t enaga ahli,
dibebankan kepada Perusahaan dan secara j elas dianggarkan
dalam anggaran Perusahaan.
Perusahaan dilarang membiayai pengeluaran yang dilakukan oleh
Depart emen/ Inst ansi yang membina dan mengawasi Perusahaan
dalam rangka pembinaan dan pengawasan Perusahaan.
Bagian Kedelapan
Sist em Akunt ansi

16

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

16

-

Pasal 21
Tahun Buku Perusahaan adalah t ahun t akwim kecuali j ika dit et apkan
oleh Ment eri.
Pasal 22
(1)

Set iap perubahan baik yang diakibat kan oleh t ransaksi maupun
oleh kej adian lain dalam Perusahaan yang mempengaruhi akt iva,
hut ang, modal, biaya, dan pendapat an harus dibukukan at as
dasar sist em akunt ansi yang dapat dipert anggungj awabkan.

(2)

Sist em akunt ansi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun
dan dilaksanakan oleh Direksi agar dapat berj alan dengan baik
berdasarkan prinsip-prinsip pengendalian int ern, t erut ama
pemisahan f ungsi pengurusan, pencat at an, penyimpanan dan
pengawasan.

(3)

Dalam rangka pemeriksaan, Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan menilai sist em yang dit et apkan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dan bilamana perlu memberikan
pet unj uk sert a saran penyempurnaan.

Bagian Kesembilan
Pengawasan
Pasal 23
(1)

Ment eri melakukan pengawasan umum at as j alannya Perusahaan.

(2)

Pada Perusahaan dibent uk Dewan Pengawas yang bert anggung

17

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

17

-

j awab kepada Ment eri.
(3)

Dewan Pengawas bert ugas unt uk melaksanakan pengawasan
t erhadap pengelolaan Perusahaan t ermasuk pelaksanaan rencana
kerj a dan anggaran Perusahaan.

(4)

Dewan Pengawas melaksanakan t ugas, wewenang dan t anggung
j awabnya sesuai dengan ket ent uan-ket ent uan yang berlaku
t erhadap Perusahaan dan menj alankan keput usan-keput usan dan
pet unj uk-pet unj uk dari Ment eri.
Pasal 24

Dewan Pengawas dalam melaksanakan t ugasnya berkewaj iban:
a. memberikan pendapat dan saran kepada Ment eri melalui Direkt ur
Jenderal mengenai rancangan rencana kerj a dan
anggaran
Perusahaan,
sert a
perubahan/ t ambahannya,
laporan-laporan
lainnya dari Direksi;
b. mengawasi pelaksanaan rencana kerj a dan anggaran Perusahaan
sert a menyampaikan hasil penilaiannya kepada Ment eri dengan
t embusan kepada Direksi dan Direkt ur Jenderal;
c. mengikut i perkembangan kegiat an Perusahaan dan dalam hal
Perusahaan
menunj ukkan
gej ala
kemunduran,
segera
melaporkannya kepada Ment eri dengan t embusan kepada Direkt ur
Jenderal, dengan disert ai saran mengenai langkah perbaikan yang
harus dit empuh;
d. memberikan pendapat dan saran kepada Ment eri dengan t embusan
kepada Direkt ur Jenderal dan kepada Direksi mengenai set iap
masalah lainnya yang dianggap pent ing bagi pengelolaan
perusahaan;
e. memberikan laporan kepada Ment eri secara berkala (t riwulanan dan
t ahunan) sert a pada set iap wakt u yang diperlukan mengenai
perkembangan Perusahaan dan hasil pelaksanaan t ugas Dewan

18

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

18

-

Pengawas;
f . melakukan t ugas-t ugas pengawasan lain yang dit ent ukan oleh
Ment eri.
Pasal 25
Dalam pelaksanaan t ugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23, Dewan Pengawas waj ib memperhat ikan:
a. pedoman dan pet unj uk-pet unj uk Ment eri
memperhat ikan ef isiensi Perusahaan;

dengan

senant iasa

b. ket ent uan dalam perat uran pendirian Perusahaan sert a ket ent uan
perat uran perundang-undangan yang berlaku;
c. pemisahaan t ugas pengawasan dengan t ugas pengurusan Perusahaan
yang merupakan t ugas dan t anggung j awab Direksi.
Pasal 26
Dalam melaksanakan t ugas dan kewaj ibannya, Dewan Pengawas
mempunyai wewenang sebagai berikut :
a. melihat buku-buku dan surat -surat sert a dokumen-dokumen lainnya,
memeriksa keadaan kas (unt uk keperluan verif ikasi) dan memeriksa
kekayaan Perusahaan;
b. memasuki
pekarangan-pekarangan,
gedung-gedung,
kant or-kant or yang dipergunakan oleh Perusahaan;
c. memint a
penj elasan-penj elasan
dari
pimpinan
mengenal segala persoalan yang menyangkut
Perusahaan;

dan

perusahaan
Pengelolaan

d. memint a Direksi dan/ at au Pej abat lainnya dengan sepenget ahuan
Direksi unt uk menghadiri rapat Dewan Pengawas;

19

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

19

-

e. menghadiri rapat Direksi dan memberikan pandangan-pandangan
t erhadap hal-hal yang dibicarakan;
f . melakukan hal-hal lain yang dianggap perlu sebagaimana diat ur
dalam perat uran pendirian Perusahaan.
Pasal 27
(1)

Dewan Pengawas mengadakan rapat sekurang-kurangnya 3 (t iga)
bulan sekali dan sewakt u-wakt u apabila diperlukan.

(2)

Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibicarakan
hal-hal yang berhubungan dengan Perusahaan, sesuai dengan
t ugas pokok, f ungsi dan hak sert a kewaj ibannya.

(3)

Keput usan rapat Dewan
musyawarah unt uk muf akat .

(4)

Unt uk set iap rapat dibuat risalah rapat .

Pengawas

diambil

at as

dasar

Pasal 28
Unt uk membant u kelancaran pelaksanaan t ugas Dewan Pengawas,
Ment eri dapat mengangkat seorang Sekret aris at as beban Perusahaan.

Pasal 29
(1)

Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 t erdiri
dari
unsur-unsur
Pej abat
Depart emen
Keuangan
sert a
Depart emen/ Inst ansi lain yang kegiat annya berhubungan dengan
Perusahaan at au Pej abat lain yang diusulkan oleh Ment eri.

(2)

Salah seorang anggot a Dewan Pengawas diangkat sebagai Ket ua
Dewan t ersebut .

20

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

20

-

Pasal 30
(1)

(2)

Anggot a Dewan Pengawas diangkat dari t enaga yang mempunyai
dedikasi, dipandang cakap dan mempunyai kemampuan unt uk
menj alankan kebij aksanaan Ment eri mengenai pembinaan dan
pengawasan Perusahaan.
Disamping syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) anggot a
Dewan Pengawas t idak dibenarkan memiliki kepent ingan yang
bert ent angan dengan at au menganggu kepent ingan Perusahaan.
Pasal 31

(1)

Anggot a Dewan Pengawas berj umlah sekurang-kurangnya 2 (dua)
orang dan sebanyak-banyaknya 5 (l ima) orang yang t erdiri dari
Ket ua dan anggot a Dewan.

(2)

Ket ua Dewan Pengawas yang mengkoordinasikan anggot a Dewan
Pengawas bert anggung j awab at as pelaksanaan pengawasan
kepada Ment eri.
Pasal 32

(1)
(2)

Masaj a bat an Ket ua dan anggot a Dewan Pengawas ialah 3 (t iga)
t ahun.
Anggot a Dewan Pengawas set elah selesai masa j abat annya
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diangkat kembali
dengan t et ap memperhat ikan ket ent uan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30.
Pasal 33

(1)

Pengangkat an dan pemberhent ian anggot a Dewan Pengawas
dilakukan oleh Presiden at as usul Ment eri.

(2)

Apabila Ment eri berpendapat bahwa anggot a-anggot a at au salah

21

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

21

-

seorang anggot a Dewan Pengawas set elah menj abat beberapa
wakt u t ernyat a t idak at au t idak dapat menj alankan t ugasnya
dengan
baik,
maka
Ment eri
dapat
mengusulkan
pemberhent iannya kepada Presiden.
Pasal 34
Jika dianggap perlu Dewan Pengawas dalam melaksanakan t ugasnya
dapat memperoleh bant uan t enaga ahli.
Pasal 35
Anggot a Dewan Pengawas t idak dibenarkan merangkap j abat an lain
pada badan usaha swast a yang dapat menimbulkan pert ent angan
kepent ingan secara langsung maupun t idak langsung dengan
kepent ingan Perusahaan.
Pasal 36
(1)

Pengawasan
Int ern
Pengawasan Int ern.

Perusahaan

dilakukan

oleh

Sat uan

(2)

Sat uan Pengawasan Int ern dipimpin oleh seorang Kepala yang
bert anggungj awab kepada Direkt ur Ut ama.
Pasal 37

(1)

Sat uan Pengawasan Int ern bert ugas membant u Direkt ur Ut ama
dalam mengadakan penilaian at as sist em pengendahan
pengelolaan (manaj emen) dan pelaksanaannya pada Perusahaan
dan memberikan saran-saran perbaikannya.

(2)

Direksi menggunakan pendapat dan saran Sat uan Pengawasan
Int ern sebagai bahan unt uk melaksanakan penyempurnaan
pengelolaan (manaj emen) Perusahaan yang baik dan dapat

22

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

22

-

dipert anggungj awabkan.
Pasal 38
Dalam pelaksanaan t ugasnya, Sat uan Pengawasan Int ern waj ib
menj aga kelancaran pelaksanaan t ugas sat uan organisasi lainnya
dalam Perusahaan sesuai dengan t ugas dan t anggung j awabnya
masing-masing.
Pasal 39
Sat uan Pengawasan Int ern dapat memperoleh bant uan t enaga ahli.
Pasal 40
Pimpinan Sat uan Pengawasan Int ern harus memiliki pendidikan
dan/ at au keahlian yang cukup memenuhi persyarat an sebagai
pengawas int ern, obj ekt if , dan berdedikasi t inggi.
Pasal 41
Kepala Sat uan Pengawasan Int ern diangkat dan diberhent ikan oleh
Direksi.
Pasal 42
(1)

Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
melakukan pemeriksaan akunt ansi at as laporan keuangan
t ahunan Perusahaan.

(2)

Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat j uga
dilakukan oleh Akunt an Publik dengan ket ent uan bahwa hasil
pemeriksaannya diset uj ui Kepala Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan.

23

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

(3)

23

-

Dalam melaksanakan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dapat pula dilakukan pemeriksaan operasional t erhadap
Perusahaan.
Pasal 43

Hasil pemeriksaan t ugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
disampaikan pula kepada Ment eri, Direksi dan Dewan Pengawas.
Pasal 44
Dengan t idak mengurangi wewenang pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam pasal-pasal pada Bagian ini set iap Kepala Unit
Organisasi dalam Perusahaan bert anggung j awab melakukan
pengawasan melekat dalam lingkungan t ugasnya masing-masing.
Bagian Kesepuluh
Kepagawaian
Pasal 45
(1)

Unt uk memperlancar t uj uan Perusahaan, perlu dicipt akan adanya
ket ent eraman sert a kegairahan dalam Perusahaan dengan
memberikan penghargaan yang layak kepada semua pegawai
sesuai dengan prest asinya.

(2)

Kedudukan
hukum,
susunan
j abat an,
kepangkat an,
pemberhent ian, gaj i, pensiun, dan t unj angan bagi pegawai
Perusahaan diat ur berdasarkan perat uran perundang-undangan
yang berlaku.

(3)

Penghasilan-penghasilan lain pegawai diat ur t ersendiri
Direksi set elah mendapat kan perset uj uan Ment eri.
Pasal 46

oleh

24

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

24

-

Direksi mengangkat dan memberhent ikan pegawai/ pekerj a Perusahaan
berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 47
(1)

Kepada pegawai diberikan pensiun berdasarkan perat uran
perundang-undangan yang berlaku bagi pegawai Perusahaan.

(2)

Disamping pensiun kepada pegawai dapat diberikan j aminan hari
t ua lainnya yang diat ur oleh Direksi set elah mendapat
perset uj uan Ment eri.

Bagian Kesebelas
Tanggung Jawab Pegawai dan Tunt ut an Gant i Rugi
Pasal 48
(1)

Semua pegawai t ermasuk anggot a Direksi dalam kedudukan
selaku demikian, yang t idak dibebani t ugas penyimpanan uang,
surat -surat berharga dan barang-barang persediaan yang karena
t indakan-t indakan melawan hukum at au karena melalaikan
kewaj iban dan t ugas yang dibebankan kepada mereka dengan
langsung at au t idak langsung t elah menimbulkan kerugian bagi
Perusahaan, diwaj ibkan menggant i kerugian t ersebut .

(2)

Ket ent uan-ket ent uan t ent ang gant i rugi t erhadap pegawai negeri
berlaku sepenuhnya t erhadap pegawai.

(3)

Semua pegawai yang dibebani t ugas penyimpanan, pembayaran
at au penyerahan uang dan surat -surat berharga milik Perusahaan
dan barang-barang persediaan milik Perusahaan yang disimpan
dalam gudang at au t empat penyimpanan yang khusus dan
semat a-mat a digunakan unt uk keperluan it u, bert anggung j awab
t ent ang pelaksanaan t ugasnya kepada Badan Pemeriksa
Keuangan.

25

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

25

-

(4)

Pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) t idak perlu
mengirimkan pert anggungj awaban rmengenai cara mengurusnya
kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

(5)

Tunt ut an t erhadap pegawai t ersebut dilakukan menurut
ket ent uan yang dit et apkan bagi bendaharawan yang oleh Badan
Pemeriksa
Keuangan
dibebaskan
dari
kewaj iban
pert anggungj awaban mengenai cara pengurusannya.

(6)

Semua surat bukt i dan surat lainnya bagaimanapun sif at nya, yang
t ermasuk bilangan t at a buku dan administ rasi Perusahaan,
disimpan di t empat Perusahaan at au t empat lainnya yang
dit unj uk oleh Ment eri, kecuali j ika unt uk sement ara dipindahkan
ke Badan Pemeriksa Keuangan dalam hal dianggapnya perlu
unt uk kepent ingan sesuat u pemeriksaan.

(7)

Unt uk keperluan pemeriksaan yang bert ahan dengan penet apan
paj ak dan pemeriksaan akunt ansi pada umumnya surat bukt i dan
surat lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) unt uk
sement ara dapat dipindahkan ke Depart emen Keuangan dan/ at au
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

Bagian Keduabelas
Pelaporan
Pasal 49
(1) Unt uk t iap t ahun buku oleh Direksi disusun perhit ungan t ahunan
yang t erdiri dari neraca dan perhit ungan laba rugi.
(2)

Neraca dan perhit ungan laba rugi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dikirimkan kepada Ment eri dengan t embusan kepada
Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan, Direkt ur Jenderal, dan Dewan Pengawas
selambat -lambat nya 6 (enam) bulan sesudah t ahun buku berakhir

26

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

26

-

menurut cara yang dit et apkan oleh Ment eri.
(3)

Cara penilaian pos dalam perhit ungan t ahunan harus disebut kan.

(4)

Jika dalam wakt u 3 (t iga) bulan sesudah menerima perhit ungan
t ahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) oleh Ment eri t idak
diaj ukan keberat an t ert ulis, maka perhit ungan t ahunan it u
dianggap t elah disahkan.

(5)

Perhit ungan t ahunan disahkan oleh Ment eri berdasarkan hasil
Pemeriksaan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
at au Badan yang dit unj uknya.

(6)

Pengesahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) memberi
pembebasan kepada Direksi t erhadap segala sesuat unya yang
t ermuat dalam perhit ungan t ahunan t ersebut .

(7)

Direkt ur Ut ama diwaj ibkan menyampaikan laporan t riwulanan
dan laporan berkala lainnya sesuai dengan bat as-bat as j angka
wakt u yang dit et apkan, besert a laporan lainnya menurut
ket ent uan Anggaran Dasar ini dan ket ent uan perat uran
perundang-undangan, kepada Pej abat / Inst ansi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2).
Pasal 50

Hasil penilaian at as laporan keuangan t riwulanan dan t ahunan sert a
laporan lainnya dari Perusahaan yang dilakukan oleh Direkt ur Jenderal
disampaikan kepada Ment eri dalam bat as wakt u selambat -lambat nya 2
(dua) bulan set elah menerima laporan dari Direkt ur Ut ama.
Pasal 51
(1)

Laporan-laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 dan Pasal
50 disampaikan t epat pada wakt unya.

(2)

Bent uk laporan pelaksanaan t ugas sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dit et apkan oleh Ment eri.

27

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

27

-

Bagian Ket igabelas
Penggunaan Laba
Pasal 52
(1)

Penggunaan laba bersih yang t elah disahkan menurut Pasal 49
disisihkan unt uk:
a. Dana Pembangunan Semest a sebesar 55 % (Lima puluh lima
persen);
b. Cadangan Umum sebesar 20 % (dua puluh persen) hingga
cadangan umum t ersebut mencapai j umlah dua kali modal
perusahaan;
c. Cadangan t uj uan sebesar 5 % (lima persen);
d. Sisanya sebesar 20 % (dua puluh persen) dipergunakan unt uk
dana sosial, pendidikan, j asa produksi, dan sumbangan dana
pensiun
yang
perincian
perbandingan
pembagiannya
dit et apkan lebih lanj ut oleh Ment eri.

(2)

Apabila j umlah cadangan umum sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf b t elah t ercapai, j umlah dari bagian laba bersih
yang diperunt ukkan unt uk pemupukan cadangan umum t ersebut
selanj ut nya dapat dipergunakan unt uk pemupukan dana bagi
pembelanj aan perluasan kapaasit as Perusahaan.

(3)

Sebelum cadangan umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf b mencapai 2 (dua) kali modal Perusahaan, dengan
perset uj uan Ment eri, Direksi dapat menggunakan dana cadangan
umum t ersebut unt uk kepent ingan pembelanj aan perluasan
kapasit as Perusahaan.

(4)

Cadangan t uj uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c
ant ara lain dipergunakan unt uk pemupukan dana bagi
pembelanj aan perluasan kapasit as Perusahaan.

28

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

28

-

Bagian Keempat belas
Pembubaran Perusahaan
Pasal 53
(1)

Pembubaran Perusahaan
dan penunj ukan
dit et apkan dengan Perat uran Pemerint ah.

likuidat urnya

(2)

Semua kekayaan Perusahaan, set elah diadakan likuidasi menj adi
milik Negara.

(3)

Pert anggungj awaban likuidasi oleh likuidat ur dilakukan kepada
Ment eri yang memberi pembebasan t anggung j awab t ent ang
pekerj aan yang t elah diselesaikan olehnya.

BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 54
Dengan
berlakunya
Perat uran
Pemerint ah
ini,
maka
ket ent uan-ket ent uan pelaksanaan yang t elah dikeluarkan berdasarkan
Perat uran Pemerint ah Nomor 7 Tahun 1969, masih t et ap berlaku
sepanj ang t idak bert ent angan dan belum digant i dengan ket ent uan
baru yang dikeluarkan berdasarkan Perat uran Pemerint ah ini.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 55

29

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

29

-

Dengan berlakunya Perat uran Pemerint ah ini, maka Perat uran
Pemerint ah Nomor 7 Tahun 1969 dan Keput usan Presiden Nomor 56
Tahun 1985 dinyat akan t idak berlaku lagi.
Pasal 56
Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 10 April 1990
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 10 April 1990
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO