PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) KERETA API MENJADI PERUSAHAAN UMUM (PERUM) KERETA API

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 57 TAHUN 1990
TENTANG
PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) KERETA API
MENJADI PERUSAHAAN UMUM (PERUM) KERETA API
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka lebih meningkat kan pelayanan j asa angkut an
keret a api kepada masyarakat dan mendorong pengembangan usaha
dalam menunj ang pembangunan, maka Perusahaan Jawat an
(PERJAN) Keret a Api yang didirikan berdasarkan Perat uran
Pemerint ah Nomor 61 Tahun 1971, perlu dialihkan bent uknya
menj adi Perusahaan Umum (PERUM) sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969;
b. bahwa sehubungan dengan hal t ersebut , pengalihan bent uk
Perusahaan Jawat an (PERJAN) Keret a Api menj adi Perusahaan
Umum (PERUM) perlu dit et apkan dengan Perat uran Pemerint ah;
Mengingat


: 1. Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 33 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 19 Prp. Tahun 1960 t ent ang Perusahaan
Negara (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1989);
3. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 t ent ang Penet apan Perat uran
Pemerint ah Penggant i Undang-undang Nomor 1 Tahun 1969 t ent ang
Bent uk-bent uk Usaha Negara (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor
16,
Tambahan Lembaran Negara Nomor
2890) menj adi
Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 40, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2904);
4. Perat uran Pemerint ah Nomor 3 Tahun 1983 t ent ang Tat a Cara
Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawat an (PERJAN),

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-


2

-

Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Perseroan (PERSERO)
(Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 3, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3246) sebagaimana t elah diubah dengan Perat uran
Pemerint ah Nomor 28 Tahun 1983 (Lembaran Negara Tahun 1983
Nomor 37);
MEMUTUSKAN :
Menet apkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGALIHAN
BENTUK PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) KERETA API MENJADI
PERUSAHAAN UMUM (PERUM) KERETA API.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan :
1.


Pemerint ah adalah Pemerint ah Republik Indonesia;

2.

Presiden adalah Presiden Republik Indonesia;

3.

Ment eri adalah Ment eri yang bert anggung j awab dalam bidang
perkeret aapian;

4.

Direkt ur Jenderal adalah Direkt ur Jenderal yang bert anggung
j awab dalam bidang perkeret aapian;

5.

Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas Perusahaan Umum

(PERUM) Keret a Api;

6.

Perusahaan adalah Perusahaan Umum (PERUM) Keret a Api;

7.

Direksi adalah Direksi Perusahaan Umum (PERUM) Keret a Api;

8.

Direkt ur Ut ama adalah,

Direkt ur Ut ama Perusahaan Umum

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-


3

-

(PERUM) Keret a Api;
9.

Pegawai adalah pegawai pada Perusahaan Umum (PERUM) Keret a
Api;

10.

Pembinaan adalah kegiat an unt uk memberikan pedoman bagi
Perusahaan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
dengan maksud agar Perusahaan dapat melaksanakan t ugas dan
f ungsinya secara berdaya guna dan berhasil guna sert a dapat
berkembang dengan baik;

11.


Pengawasan adalah seluruh proses kegiat an penilaian t erhadap
Perusahaan, dengan t uj uan agar Perusahaan melaksanakan
f ungsinya dengan baik dan berhasil mencapai t uj uannya yang
t elah dit et apkan;

12.

Pemeriksaan adalah kegiat an unt uk menilai Perusahaan dengan
cara membandingkan ant ara keadaan yang sebenarnya dengan
keadaan yang seharusnya dilakukan, baik dalam bidang keuangan
dan/ at au dalam bidang t eknis operasional;

13.

Pengelolaan
Perusahaan
adalah
kegiat an
perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian Perusahaan
sesuai dengan pembinaan yang digariskan oleh Ment eri.

BAB II
PENDIRIAN PERUSAHAAN
Pasal 2
(1)

Perusahaan Jawat an (PERJAN) Keret a Api yang didirikan
berdasarkan Perat uran Pemerint ah Nomor 61 Tahun 1971,
dialihkan bent uknya menj adi Perusahaan Umum (PERUM)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-undang
Nomor 9 Tahun 1969, dengan nama Perusahaan Umum (PERUM)

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

4


-

Keret a Api dan meneruskan usaha-usaha selanj ut nya berdasarkan
ket ent uan-ket ent uan dalam Perat uran Pemerint ah ini.
(2)

Dengan dialihkannya bent uk Perusahaan Jawat an (PERJAN)
Keret a Api menj adi Perusahaan Umum (PERUM) sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), Perusahaan Jawat an (PERJAN) Keret a
Api dinyat akan bubar pada saat pendirian PERUM t ersebut
dengan ket ent uan segala hak dan kewaj iban, kekayaan dan
t ermasuk seluruh pegawai Perusahaan Jawat an (PERJAN) Keret a
Api yang ada pada saat pembubarannya beralih kepada PERUM
yang bersangkut an.

(3)

Hal-hal yang t imbul dari dan yang berhubungan dengan
pelaksanaan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri berdasarkan perat uran
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 3

(1)

Invest asi prasarana pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (2) dilaksanakan oleh Pemerint ah.

(2)

Dalam hal t ert ent u Perusahaan dapat melaksanakan invest asi
prasarana pokok set elah mendapat perset uj uan dari Ment eri dan
Ment eri Keuangan.

(3)

Biaya perawat an dan pengoperasian at as prasarana pokok
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dimuat dalam rencana
kerj a dan anggaran Perusahaan dan selanj ut nya dibukukan dan

diperhit ungkan
dalam
daf t ar
rugi/ laba
sebagai
beban
Perusahaan.

(4)

Sesuai dengan keadaan keuangan Perusahaan dan kemampuan
Pemerint ah, beban biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

5


-

dan beban-beban lainnya set elah diperhit ungkan dengan
pendapat an Perusahaan, dipergunakan sebagai dasar pemberian
subsidi t ahunan Pemerint ah.
(5)

Tat a cara perhit ungan subsidi dan pembayarannya sebagaimana
dimaksud dalam ayat (4) dit et apkan oleh Ment eri dengan
perset uj uan Ment eri Keuangan.

BAB III
ANGGARAN DASAR PERUSAHAAN
Bagian Pert ama
Umum
Pasal 4
(1)

Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) adalah
badan usaha yang t ugas dan wewenangnya menyelenggarakan
pengusahaan angkut an keret a api.

(2)

Perusahaan
melakukan
usaha-usahanya
berdasarkan
ket ent uan-ket ent uan dalam Perat uran Pemerint ah ini dan
perat uran perundang-undangan yang berlaku.

(3)

Dengan t idak mengurangi ket ent uan dalam Perat uran Pemerint ah
ini, t erhadap Perusahaan berlaku Hukum Indonesia.
Bagian Kedua
Tempat Kedudukan
Pasal 5

(1)

Perusahaan

bert empat

kedudukan

dan

berkant or

pusat

di

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

6

-

Bandung.
(2)

Perubahan t empat kedudukan dan kant or pusat Perusahaan
dit et apkan oleh Presiden at as usul Ment eri.

(3)

Dalam rangka pengembangan, Perusahaan dapat mengadakan
sat uan organisasi pelaksana yang dit et apkan Direksi set elah
mendapat perset uj uan Ment eri.
Bagian Ket iga
Sif at , Maksud dan Tuj uan
Pasal 6

(1)

Sif at usaha dari Perusahaan adalah menyediakan pelayanan bagi
kemanf aat an umum dan sekaligus memupuk keunt ungan
berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan.

(2)

Maksud dan t uj uan Perusahaan adalah mengusahakan pelayanan
j asa angkut an keret a api dalam rangka memperlancar arus
perpindahan orang dan/ at au barang secara massal unt uk
menunj ang pembangunan Nasional.
Bagian Keempat
Lapangan Usaha
Pasal 7

(1)

Dengan mengindahkan prinsip-prinsip ekonomi dan t erj aminnya
keselamat an kekayaan Negara sert a penyelenggaraan pelayanan
angkut an
umum
dengan
keret a
api,
Perusahaan
mengadakan/ menyelenggarakan usaha-usaha sebagai berikut :
a. penyediaan,

pengusahaan

dan

pengembangan

angkut an

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

7

-

keret a api;
b. usaha-usaha lainnya yang dapat menunj ang t ercapainya t uj uan
Perusahaan yang dit et apkan dengan perset uj uan Ment eri
t ermasuk pemanf aat an asset dan f asilit as yang t ersedia.
(2)

Unt uk melaksanakan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
Perusahaan dapat mengadakan kerj asama dengan pihak lain
sesuai ket ent uan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Kelima
Modal
Pasal 8

(1)

Modal Perusahaan adalah kekayaan Negara yang dipisahkan dari
Anggaran Pendapat an dan Belanj a Negara dan t idak t erbagi at as
saham-saham.

(2)

Besarnya modal Perusahaan adalah sama dengan nilai seluruh
kekayaan Negara yang t elah t ert anam di dalam Perusahaan
Jawat an (PERJAN) Keret a Api pada saat dialihkan kecuali
prasarana pokok berupa j alan keret a api, perlint asan, j embat an,
t erowongan, perangkat persinyalan dan t elekomunikasi, inst alasi
sent ral list rik besert a aliran at as, dan t anah dimana bangunan
t ersebut t erlet ak sert a t anah daerah milik dan manf aat j alan
keret a api.

(3)

Besarnya modal sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) didasarkan
pada penet apan Ment eri Keuangan sesuai dengan hasil
perhit ungan yang dilakukan bersama oleh Depart emen Keuangan
dan Depart emen Perhubungan.

(4)

Set iap penambahan modal yang berasal dari kekayaan Negara

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

8

-

yang dipisahkan, dilakukan dengan Perat uran Pemerint ah.
(5)

Perusahaan dapat menambah modalnya dengan dana yang
dibent uk dan dipupuk secara int ern menurut ket ent uan dalam
Pasal 54.

(6)

Perusahaan t idak mengadakan cadangan diam at au cadangan
rahasia.

(7)

Semua alat -alat likuid (liquide) yang t idak segera diperlukan oleh
Perusahaan disimpan dalam bank milik negara yang diset uj ui oleh
Ment eri.
Pasal 9

(1)

Pembelanj aan unt uk invest asi yang dilaksanakan oleh Perusahaan
dapat berasal dari :
a. dana int ern Perusahaan;
b. penyert aan Negara melalui Anggaran Pendapat an dan Belanj a
Negara;
c. pinj aman dari dalam dan/ at au luar negeri;
d. sumber-sumber lainnya yang sah.

(2)

Anggaran invest asi diaj ukan di dalam anggaran Perusahaan,
sedangkan bilamana anggaran invest asi diaj ukan pada masa
t ahun buku yang bersangkut an, maka anggaran invest asi diaj ukan
bersamaan dengan anggaran t ahunan at au perubahan anggaran
Perusahaan yang pengaj uannya dilakukan sesuai dengan t at a cara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

9

-

Pasal 10
(1)

Perusahaan dapat memperoleh dan menggunakan dana yang
diperoleh unt uk mengembangkan usahanya melalui pengeluaran
obligasi at au alat -alat yang sah lainnya.

(2)

Pengeluaran obligasi at au alat -alat yang sah lainnya sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) t ermasuk ket ent uan-ket ent uan yang
berhubungan dengan it u, diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 11

Set iap kegiat an penyerahan, pemindaht anganan, pembebanan,
penghapusan
akt iva
t et ap,
penerimaan
pinj aman
j angka
menengah/ panj ang, pemberian pinj aman dalam bent uk dan cara
apapun, t idak menagih lagi, dan menghapus dari pembukuan piut ang
dan persediaan barang dapat dilakukan oleh Direksi at as izin Ment eri
set elah mendapat perset uj uan t erlebih dahulu dari Ment eri Keuangan.
Pasal 12
Pembebanan t ugas t ambahan kepada Perusahaan di luar t ugas-t ugas
pokoknya yang menimbulkan akibat keuangan t erhadap anggaran
Perusahaan dit et apkan oleh Ment eri set elah mendapat perset uj uan
dari Ment eri Keuangan.
Bagian Keenam
Pimpinan, Pembinaan dan Pengelolaan
Pasal 13
Perusahaan dipimpin dan dikelola oleh Direksi yang t erdiri dari
seorang Direkt ur Ut ama dan sebanyak-banyaknya 4 (empat ) orang
Direkt ur sesuai dengan bidang usahanya.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

10

-

Pasal 14
(1)

Pembinaan t erhadap Perusahaan dilakukan oleh Ment eri, yang
dalam
pelaksanaannya dibant u oleh Direkt ur
Jenderal
berdasarkan ket ent uan-ket ent uan yang dit et apkan lebih lanj ut
oleh Ment eri.

(2)

Direksi at au Direkt ur Ut ama unt uk dan at as nama Direksi
menerima pet unj uk-pet unj uk dari dan bert anggung j awab kepada
Ment eri t ent ang kebij aksanaan umum unt uk menj alankan
t ugas-t ugas pokok Perusahaan dan hal-hal lain yang dianggap
perlu.

(3)

Pelaksanaan t anggung j awab administ rat if f ungsional Perusahaan
sebagai Badan Usaha Milik Negara t erhadap Pemerint ah, dalam
hal ini Ment eri dan Ment eri Keuangan dilakukan oleh Direkt ur
Ut ama at as nama Direksi.
Pasal 15

Tugas dan wewenang Direksi adalah sebagai berikut :
a. memimpin, mengurus dan mengelola Perusahaan sesuai dengan
maksud dan t uj uan Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 dengan senant iasa berusaha meningkat kan daya guna dan hasil
guna dari Perusahaan;
b. menguasai, memelihara dan mengurus kekayaan Perusahaan;
c. mewakili Perusahaan di dalam dan di luar Pengadilan;
d. melaksanakan kebij aksanaan umum dalam mengurus Perusahaan
yang t elah digariskan oleh Ment eri;

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

11

-

e. menet apkan
kebij aksanaan
Perusahaan
sesuai
kebij aksanaan umum yang digariskan oleh Ment eri;

dengan

f . menyiapkan pada wakt unya rencana kerj a t ahunan Perusahaan
lengkap dengan anggaran keuangan;
g. mengadakan dan memelihara t at a buku dan administ rasi
Perusahaan sesuai dengan kelaziman yang berlaku bagi suat u
Perusahaan;
h. menyiapkan susunan
perincian t ugasnya;

organisasi

Perusahaan

lengkap

dengan

i. mengangkat dan memberhent ikan Pegawai sesuai dengan perat uran
kepegawaian yang berlaku bagi Perusahaan;
j . menet apkan gaj i, pensiun/ j aminan hari t ua dan penghasilan lain
bagi Pegawai sert a mengat ur semua hal kepegawaian lainnya sesuai
dengan ket ent uan-ket ent uan perat uran perundang-undangan yang
berlaku;
k. memberikan segala ket erangan t ent ang keadaan dan j alannya
Perusahaan baik dalam bent uk laporan t ahunan, maupun laporan
berkala menurut cara dan wakt u yang dit ent ukan dalam Perat uran
Pemerint ah ini sert a set iap kali dimint a oleh Ment eri;
l. menj alankan kewaj iban-kewaj iban lainnya berdasarkan pet unj uk
Ment eri.
Pasal 16
(1)

Dalam menj alankan t ugas-t ugas pokok Perusahaan :

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

12

-

a. Direkt ur Ut ama berhak dan berwenang bert indak at as nama
Direksi;
b. Para Direkt ur berhak dan berwenang bert indak at as nama
Direksi, masing-masing unt uk bidangnya dan dalam bat as-bat as
yang dit ent ukan dalam perat uran t at a t ert ib dan t at a cara
menj alankan pekerj aan Direksi.
(2)

Apabila Direkt ur Ut ama berhalangan t et ap menj alankan
pekerj aannya at au apabila j abat an it u t erluang dan penggant inya
belum diangkat at au belum memangku j abat annya, maka j abat an
Direkt ur Ut ama dipangku oleh Direkt ur yang t ert ua dalam masa
j abat an berdasarkan penunj ukan sement ara Ment eri dan apabila
Direkt ur dimaksud t idak ada at au berhalangan t et ap, maka
j abat an t ersebut dipangku oleh Direkt ur lain berdasarkan
penunj ukan sement ara Ment eri, keduanya dengan kekuasaan dan
wewenang Direkt ur Ut ama.

(3)

Apabila semua anggot a Direksi berhalangan t et ap menj alankan
pekerj aannya at au j abat an Direksi t ert uang seluruhnya dan
belum diangkat penggant inya at au belum memangku j abat annya,
maka unt uk sement ara wakt u pimpinan dan pengurusan
Perusahaan dij alankan oleh seorang Pej abat Direksi yang dit unj uk
oleh Ment eri.

(4)

Dalam menj alankan t ugas dan wewenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 huruf c, Direksi dapat melaksanakannya sendiri
at au menyerahkan kekuasaannya t ersebut kepada:
a. Seorang at au beberapa orang anggot a Direksi, at au
b. Seorang at au beberapa orang Pegawai baik sendiri maupun
bersama-sama; at au
c. Orang at au badan lain,

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

13

-

yang khusus dit unj uk unt uk hal t ersebut .
(5)

Tat a t ert ib dan t at a cara menj alankan pekerj aan Direksi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diat ur dalam perat uran
yang dit et apkan oleh Direksi dengan perset uj uan Ment eri.

(6)

Gaj i, t unj angan, emolumen, dan penghasilan lain dari para
anggot a Direksi dit et apkan oleh Ment eri, dengan mengindahkan
ket ent uan-ket ent uan yang berlaku.
Pasal 17

(1)

Anggot a Direksi diangkat dan diberhent ikan oleh Presiden at as
usul Ment eri set elah mendengar pert imbangan Ment eri Keuangan.

(2)

Anggot a Direksi diangkat unt uk masa 5 (lima) t ahun dan set elah
masa j abat annya berakhir dapat diangkat kembali.

(3)

Dalam hal-hal t ersebut di bawah ini, Presiden at as usul Ment eri
dapat memberhent ikan seluruh at au salah seorang anggot a
Direksi meskipun masa j abat an sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) belum berakhir, karena:
a. mut asi j abat an unt uk kepent ingan Perusahaan dan Negara;
b. at as permint aan sendiri;
c. melakukan perbuat an at au sikap yang merugikan Perusahaan;
d. melakukan t indakan at au sikap yang bert ent angan dengan
kepent ingan Negara;
e. cacat f isik at au ment al yang mengakibat kan t idak dapat
melaksanakan t ugasnya;
f . meninggal dunia;

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

14

-

g. t idak cukup cakap at au t ernyat a t idak melaksanakan t ugasnya
dengan baik;
h. t idak melaksanakan ket ent uan-ket ent uan dalam
dasar Perusahaan.

anggaran

(4)

Pemberhent ian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) huruf c dan huruf d, j ika merupakan suat u pelanggaran
t erhadap perat uran hukum pidana, merupakan pemberhent ian
t idak dengan hormat .

(5)

Sebelum pemberhent ian karena alasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) huruf c dan huruf d dilakukan, kepada anggot a
Direksi yang bersangkut an diberi kesempat an unt uk membela diri
secara t ert ulis yang dit uj ukan kepada Ment eri yang harus
dilaksanakan dalam wakt u 1 (sat u) bulan set elah anggot a Direksi
yang bersangkut an diberit ahukan oleh Ment eri t ent ang recana
pemberhent ian it u.

(6)

Selama persoalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) belum
diput us, maka Ment eri dapat memberhent ikan unt uk sement ara
wakt u anggot a Direksi yang bersangkut an.

(7)

Jika dalam wakt u 2 (dua) bulan set elah memberhent ikan anggot a
Direksi yang bersangkut an sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)
belum diperoleh keput usan mengenai pemberhent ian anggot a
Direksi t ersebut , maka pemberhent ian sement ara it u menj adi
bat al dan anggot a Direksi yang bersangkut an dapat segera
menj alankan j abat annya lagi, kecuali bilamana unt uk keput usan
pemberhent ian t ersebut diperlukan keput usan pengadilan dan
hal it u harus diberit ahukan kepada yang bersangkut an.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

15

-

Pasal 18
(1)

Anggot a Direksi adalah Warga Negara Indonesia.

(2)

Anggot a Direksi diangkat berdasarkan syarat -syarat kemampuan
dan keahlian dalam bidang pengelolaan Perusahaan, memiliki
penget ahuan dan pengalaman yang diperlukan unt uk memimpin
suat u Perusahaan yang bergerak dalam bidang angkut an keret a
api dan/ at au bukan keret a api yang merupakan kelanj ut an dari
angkut an keret a api, mempunyai akhlak dan moral yang baik
sert a memenuhi syarat -syarat lainnya yang diperlukan unt uk
menunj ang kemaj uan Perusahaan yang dipimpinnya.

(3)

Direksi mencurahkan pengabdian dan kemampuannya secara
penuh pada t ugas, kewaj iban, dan pencapaian t uj uan
diadakannya Perusahaan.
Pasal 19

(1)

Ant ara para anggot a Direksi t idak boleh ada hubungan keluarga
sampai deraj at ket iga baik menurut garis lurus maupun garis ke
samping t ermasuk menant u dan ipar, kecuali j ika diizinkan
Presiden.

(2)

Jika sesudah pengangkat an mereka memasuki hubungan
kekeluargaan yang t erlarang sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), maka unt uk dapat melanj ut kan j abat annya, diperlukan izin
t ert ulis dari Presiden.

(3)

Anggot a Direksi t idak boleh mempunyai kepent ingan pribadi baik
langsung
maupun
t idak
langsung
dalam
suat u
perkumpulan/ perusahaan lain yang berusaha/ bert uj uan mencari
laba.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

(4)

16

-

Anggot a Direksi t idak dibenarkan unt uk memangku j abat an
rangkap sebagaimana t ersebut di bawah ini :
a. Direkt ur Ut ama at au Direkt ur pada Badan Usaha Milik Negara
lainnya, at au perusahaan swast a, at au j abat an lain yang
berhubungan dengan pengelolaan Perusahaan;
b. Jabat an
st rukt ural
dan
f ungsional
lainnya
Inst ansi/ Lembaga Pemerint ah Pusat / Daerah;
c. Jabat an-j abat an
lainnya,
berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku.

dalam

perat uran

Bagian Ket uj uh
Rencana Kerj a dan Anggaran Perusahaan
Pasal 20
(1)

Selambat -lambat nya 3 (t iga) bulan sebelum t ahun buku mulai
berlaku, Direksi mengirimkan rencana kerj a dan anggaran
Perusahaan yang meliput i anggaran invest asi dan anggaran
eksploit asi kepada Ment eri unt uk memperoleh pengesahannya
berdasarkan penilaian bersama oleh Ment eri dan Ment eri
Keuangan.

(2)

Kecuali apabila Ment eri secara t ert ulis mengemukakan keberat an
at au menolak kegiat an yang dimuat dalam rencana kerj a dan
anggaran Perusahaan sebellum menginj ak t ahun buku baru, maka
anggaran t ersebut berlaku sepenuhnya.

(3)

Rencana kerj a dan/ at au anggaran t ambahan at au perubahan
anggaran yang t ert era di dalam t ahun buku yang bersangkut an
harus diaj ukan t erlebih dahulu kepada Ment eri menurut cara dan
wakt u yang dit et apkan oleh Ment eri unt uk memperoleh

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

17

-

pengesahannya berdasarkan penilaian bersama oleh Ment eri dan
Ment eri Keuangan.
(4)

Apabila dalam wakt u 3 (t iga) bulan sesudah permint aan
perset uj uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diaj ukan, oleh
Ment eri t idak diberikan keberat an secara t ert ulis, maka
perubahan rencana kerj a dan anggaran t ersebut dianggap t elah
disahkan.

(5)

Rencana kerj a dan/ at au anggaran Perusahaan yang t elah
disahkan merupakan landasan kerj a dan menj adi t ugas bagi
Direksi unt uk melaksanakan kegiat an-kegiat an yang t ercant um
didalamnya.
Pasal 21

(1)

Semua pembiayaan dalam rangka pelaksanaan t ugas Sat uan
Pengawasan Int ern, Dewan Pengawas sert a t enaga ahli,
dibebankan kepada Perusahaan dan secara j elas dianggarkan
dalam anggaran Perusahaan.

(2)

Perusahaan dilarang membiayai pengeluaran yang dilakukan oleh
Depart emen/ Inst ansi yang membina dan mengawasi Perusahaan
dalam rangka pembinaan dan pengawasan Perusahaan.
Bagian Kedelapan
Tarip
Pasal 22

(1)

Ment eri menet apkan t arip angkut an keret a api kelas-kelas
t ert ent u, set elah mendengar pert imbangan Ment eri Keuangan.

(2)

Kelas-kelas t ert ent u sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1)

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

18

-

dit et apkan oleh Ment eri sepanj ang diperlukan.
Bagian Kesembilan
Sist em Akunt ansi
Pasal 23
Tahun Buku Perusahaan adalah t ahun t akwim, kecuali j ika dit et apkan
lain oleh Ment eri,
Pasal 24
(1)

Set iap perubahan baik yang diakibat kan oleh t ransaksi maupun
oleh kej adian lain dalam Perusahaan yang mempengaruhi akt iva,
hut ang, modal, biaya dan pendapat an harus dibukukan at as dasar
sist em akunt ansi yang dapat dipert anggungiawabkan.

(2)

Sist em akunt ansi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun
dan dilaksanakan oleh Direksi agar dapat berj alan dengan baik
berdasarkan prinsip-prinsip pengendalian int ern, t erut ama
pemisahan f ungsi pengurusan, pencat at an, penyimpanan dan
pengawasan.

(3)

Dalam rangka pemeriksaan, Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan menilai sist em yang dit et apkan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dan bilamana perlu memberikan
pet unj uk sert a saran penyempurnaan.
Bagian Kesepuluh
Pengawasan
Pasal 25

(1)

Ment eri melakukan pengawasan umum at as j alannya Perusahaan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

19

-

(2)

Pada Perusahaan dibent uk Dewan Pengawas yang bert anggung
j awab kepada Ment eri.

(3)

Dewan Pengawas bert ugas unt uk melaksanakan pengawasan
t erhadap pengelolaan Perusahaan t ermasuk pelaksanaan rencana
kerj a dan anggaran Perusahaan.

(4)

Dewan Pengawas melaksanakan t ugas, wewenang dari t anggung
j awabnya sesuai dengan ket ent uan-ket ent uan yang berlaku
t erhadap Perusahaan dan menj alankan keput usan-keput usan dan
pet unj uk-pet unj uk dari Ment eri.
Pasal 26

Dewan Pengawas dalam melaksanakan t ugasnya berkewaj iban :
a. memberikan pendapat dan saran kepada Ment eri melalui Direkt ur
Jenderal mengenai rancangan rencana kerj a dan anggaran
Perusahaan, sert a perubahan/ t ambahannya, dan laporan-laporan
lainnya dari Direksi;
b. mengawasi pelaksanaan rencana kerj a dan anggaran Perusahaan
sert a menyampaikan hasil penilainannya kepada Ment eri dengan
t embusan kepada Direksi dan Direkt ur Jenderal;
c. mengikut i perkembangan kegiat an Perusahaan dan dalam hal
Perusahaan
menunj ukkan
gej ala
kemunduran,
segera
melaporkannya kepada Ment eri dengan t embusan kepada Direkt ur
Jenderal,
dengan disert ai saran mengenai langkah perbaikan
yang harus dit empuh;
d. memberikan pendapat dan saran kepada Ment eri dengan t embusan
kepada Direkt ur Jenderal dan kepada Direksi mengenai set iap

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

masalah lainnya
Perusahaan;

20

yang

-

dianggap

pent ing

bagi

pengelolaan

e. memberikan laporan kepada Ment eri dan Ment eri Keuangan secara
berkala (t riwulanan dan t ahunan) sert a pada set iap wakt u yang
diperlukan mengenai perkembangan Perusahaan dan hasil
pelaksanaan t ugas Dewan Pengawas;
f . melakukan t ugas-t ugas pengawasan lain yang dit ent ukan oleh
Ment eri.
Pasal 27
Dalam pelaksanaan t ugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25, Dewan Pengawas waj ib memperhat ikan :
a. pedoman dan pet unj uk-pet unj uk Ment eri
memperhat ikan ef isiensi Perusahaan;

dengan

senant iasa

b. ket ent uan dalam perat uran pendirian Perusahaan sert a ket ent uan
perat uran perundang-undangan yang berlaku;
c. pemisahan t ugas pengawasan dengan t ugas pengurusan Perusahaan
yang merupakan t ugas dan t anggungj awab Direksi.
Pasal 28
Dalam melaksanakan t ugas dan kewaj ibannya, Dewan Pengawas
mempunyai wewenang sebagai berikut :
a. melihat buku-buku dan surat -surat sert a dokumen-dokumen lainnya,
memeriksa keadaan kas (unt uk keperluan verif ikasi) dan memeriksa
kekayaan Perusahaan;

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

21

-

b. memasuki
pekarangan-pekarangan,
gedung-gedung,
kant or-kant or yang dipergunakan oleh Perusahaan;
c. memint a
penj elasan-penj elasan
dari
pimpinan
mengenai segala persoalan yang menyangkut
Perusahaan;

dan

Perusahaan
pengelolaan

d. memint a Direksi dan/ at au Pej abat lainnya dengan sepenget ahuan
Direksi unt uk menghadiri rapat Dewan Pengawas;
e. menghadiri rapat Direksi dan memberikan pandangan-pandangan
t erhadap hal-hal yang dibicarakan;
f . melakukan hal-hal lain yang dianggap perlu sebagaimana diat ur
dalam perat uran pendirian Perusahaan.
Pasal 29
(1)

Dewan Pengawas mengadakan rapat sekurang-kurangnya 3 (t iga)
bulan sekali dan sewakt u-wakt u apabila diperlukan.

(2)

Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibicarakan
hal-hal yang berhubungan dengan Perusahaan, sesuai dengan
t ugas pokok, f ungsi dan hak sert a kewaj iban.

(3)

Keput usan rapat Dewan
musyawarah unt uk muf akat .

(4)

Unt uk set iap rapat dibuat risalah rapat .

Pengawas

diambil

at as

dasar

Pasal 30
Unt uk membant u kelancaran pelaksanaan t ugas Dewan Pengawas,
Ment eri dapat mengangkat seorang Sekret aris at as beban Perusahaan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

22

-

Pasal 31
(1)

Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 t erdiri
dari unsur-unsur Pej abat Depart emen Perhubungan, Depart emen
Keuangan, sert a Depart emen/ Inst ansi lain yang kegiat annya
berhubungan dengan Perusahaan at au Pej abat lain yang
diusulkan oleh Ment eri dengan memperhat ikan pert imbangan
Ment eri Keuangan,

(2)

Salah seorang anggot a Dewan Pengawas diangkat sebagai Ket ua
Dewan t ersebut .
Pasal 32

(1)

Anggot a Dewan Pengawas diangkat dari t enaga yang mempunyai
dedikasi, dipandang cakap dan mempunyai kemampuan unt uk
menj alankan kebij aksanaan Ment eri mengenai pembinaan dan
pengawasan Perusahaan.

(2)

Disamping syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) anggot a
Dewan Pengawas t idak dibenarkan memiliki kepent ingan yang
bert ent angan dengan at au mengganggu kepent ingan Perusahaan.
Pasal 33

(1)

Anggot a Dewan Pengawas berj umlah sekurang-kurangnya 2 (dua)
orang dan sebanyak-banyaknya 5 (l ima) orang yang t erdiri dari
Ket ua dan anggot a Dewan.

(2)

Ket ua Dewan Pengawas yang mengkoordinasikan anggot a Dewan
Pengawas bert anggung j awab at as pelaksanaan pengawasan pada
Ment eri dan/ at au Ment eri Keuangan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

23

-

Pasal 34
(1)

Masa j abat an Ket ua dan anggot a Dewan Pengawas ialah 3 (t iga)
t ahun.

(2)

Anggot a Dewan Pengawas set elah selesai masa j abat annya
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diangkat kembali
dengan t et ap memperhat ikan ket ent uan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32.
Pasal 35

(1)

Pengangkat an dan pemberhent ian anggot a Dewan Pengawas
dilakukan oleh Presiden at as usul Ment eri set elah mendengar
pert imbangan Ment eri Keuangan.

(2)

Apabila Ment eri berpendapat bahwa anggot a-anggot a at au salah
seorang anggot a Dewan Pcngawas set elah menj abat beberapa
wakt u t ernyat a t idak at au t idak dapat menj alankan t ugasnya
dengan baik, maka Ment eri dapat mengusulkan pemberhent iannya
kepada Presiden.
Pasal 36

Jika dianggap perlu Dewan Pengawas dalam melaksanakan t ugasnya
dapat memperoleh bant uan t enaga ahli.
Pasal 37
Anggot a Dewan Pengawas t idak dibenarkan merangkap j abat an lain
pada badan Pengawasan Int ern dipimpin oleh seorang Kepala yang
bert anggung j awab kepada Direkt ur Ut ama.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

24

-

Pasal 38
(1)

Pengawasan
Int ern
Pengawasan Int ern.

Perusahaan

dilakukan

oleh

Sat uan

(2)

Sat uan Pengawasan Int ern dipimpin oleh seorang Kepala yang
bert anggung j awab kepada Direkt ur Ut ama.
Pasal 39

(1)

Sat uan Pengawasan Int ern bert ugas membant u Direkt ur Ut ama
dalam mengadakan penilaian at as sist em pengendalian
pengelolaan (manaj emen) dan pelaksanaannya pada Perusahaan
dan memberikan saran-saran perbaikannya.

(2)

Direksi menggunakan pendapat dan saran Sat uan Pengawasan
Int ern sebagai bahan unt uk melaksanakan penyempurnaan
pengelolaan (manaj emen) Perusahaan yang baik dan dapat
dipert anggungj awabkan.
Pasal 40

Dalam pelaksanaan t ugasnya, Sat uan Pengawasan Int ern waj ib
menj aga kelancaran pelaksanaan t ugas sat uan organisasi lainnya
dalam Perusahaan sesuai dengan t ugas dan t anggungj awabnya
masing-masing.
Pasal 41
Sat uan Pengawasan Int ern dapat memperoleh bant uan t enaga ahli.
Pasal 42
Pimpinan Sat uan Pengawasan Int ern harus memiliki

pendidikan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

25

-

dan/ at au keahlian yang cukup memenuhi persyarat an sebagai
pengawas int ern, obyekt if dan berdedikasi t inggi.
Pasal 43
Kepala Sat uan Pengawasan Int ern diangkat dan diberhent ikan oleh
Direksi.
Pasal 44
(1)

Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
melakukan pemeriksaan akunt ansi at as laporan keuangan
t ahunan Perusahaan.

(2)

Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat j uga
dilakukan oleh Akunt an Publik dengan ket ent uan bahwa hasil
pemeriksaannya diset uj ui Kepala Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan.

(3)

Dalam melaksanakan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1)dapat pula dilakukan pemeriksaan operat ional t erhadap
Perusahaan.
Pasal 45

Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 disampaikan
pula kepada Ment eri, Ment eri Keuangan, Direksi, dan Dewan
Pengawas.
Pasal 46
Dengan t idak mengurangi wewenang pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal-pasal pada Bagian ini set iap Kepala Unit
Organisasi dalam Perusahaan bert anggung j awab melakukan
pengawasan melekat

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

26

-

Bagian Kesebelas
Kepegawaian
Pasal 47
(1)

Unt uk memperlancar t uj uan Perusahaaan, perlu dicipt akan
adanya ket ent raman sert a kegairahan kerj a dalam Perusahaan
dengan memberikan penghargaan yang layak kepada semua
Pegawai sesuai dengan prest asinya.

(2)

Kedudukan
hukum,
susunan
j abat an,
kepangkat an,
pemberhent ian, gaj i, pensiun, dan t unj angan bagi Pegawai diat ur
berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

(3)

Penghasilan-penghasilan lain Pegawai diat ur t ersendiri
Direksi set elah mendapat kan perset uj uan Ment eri.

oleh

Pasal 48
Direksi mengangkat dan memberhent ikan pegawai/ pekerj a Perusahaan
berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 49
(1)

Kepada Pegawai diberikan pensiun berdasarkan perat uran
perundang-undangan yang berlaku bagi pegawai Perusahaan.

(2)

Disamping pensiun kepada Pegawai dapat diberikan j aminan hari
t ua lainnya yang diat ur oleh Direksi set elah mendapat
perset uj uan Ment eri.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

27

-

Bagian Keduabelas
Tanggung Jawab Pegawai dan Tunt ut an
Gant i Rugi
Pasal 50
(1)

Semua Pegawai t ermasuk anggot a Direksi dalam kedudukan
selaku demikian, yang t idak dibebani t ugas penyimpanan uang,
surat -surat berharga dan barang-barang persediaan yang karena
t indakan-t indakan melawan hukum at au karena melalaikan
kewaj iban dan t ugas yang dibebankan kepada mereka dengan
langsung maupun t idak langsung t elah menimbulkan kerugian
bagi Perusahaan, diwaj ibkan menggant i kerugian t ersebut .

(2)

Ket ent uan-ket ent uan t ent ang gant i rugi t erhadap pegawai negeri
berlaku sepenuhnya t erhadap Pegawai.

(3)

Semua Pegawai yang dibebani penyimpanan, pembayaran at au
penyerahan t iang dan surat -surat berharga milik Perusahaan dan
barang-barang persediaan milik Perusahaan yang disimpan dalam
gudang at au t empat penyimpanan yang khusus dan semat a-mat a
digunakan unt uk keperluan it u, bert anggung j awab t ent ang
pelaksanaan t ugasnya kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

(4)

Pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) t idak perlu
mengirimkan pert anggungj awaban mengenai cara mengurusnya
kepada Badan Pemeriksa Keuangan,

(5)

Tunt ut an t erhadap Pegawai t ersebut dilakukan menurut
ket ent uan yang dit et apkan bagi bendaharawan yang oleh Badan
Pemeriksa Keuangan
dibebaskan
dari
kewaj iban
pert anggungj awaban mengenai cara pengurusannya.

(6)

Semua surat bukt i dan surat lainnya bagaimanapun sif at nya, yang

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

28

-

t ermasuk bilangan t at a buku dan administ rasi Perusahaan,
disimpan di t empat Perusahaan at au t empat lainnya yang
dit unj uk oleh Ment eri, kecuali j ika unt uk sement ara dipindahkan
ke Badan Pemeriksa Keuangan dalam hal dianggapnya perlu
unt uk kepent ingan sesuat u pemeriksaan.
(7)

Unt uk keperluan pemeriksaan yang bert alian dengan penet apan
paj ak dan pemeriksaan akunt ansi, pada umumnya surat bukt i dan
surat lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) unt uk
sement ara dapat dipindahkan ke Depart emen Keuangan dan/ at au
Badan Pegawasan Keuangan dan Pembangunan.
Bagian Ket igabelas
Pelaporan
Pasal 51

(1)

Unt uk t iap t ahun buku oleh Direksi disusun perhit ungan t ahunan
yang t erdiri dari neraca dan perhit ungan laba rugi.

(2)

Neraca dan perhit ungan laba rugi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dikirimkan kepada Ment eri dengan t embusan kepada
Ment eri
Keuangan,
Badan Pemeriksa Keuangan,
Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Direkt ur Jenderal dan
Dewan Pengawas selambat -lambat nya 6 (enam) bulan sesudah
t ahun buku berakhir menurut cara yang dit et apkan oleh Ment eri.

(3)

Cara penilaian pos dalam perhit ungan t ahunan harus disebut kan.

(4)

Jika dalam wakt u 3 (t iga) bulan sesudah menerima perhit ungan
t ahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) oleh Ment eri t idak
diaj ukan keberat an t ert ulis, maka perhit ungan t ahunan it u
dianggap t elah disahkan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

29

-

(5)

Perhit ungan t ahunan disahkan oleh Ment eri set elah dinilai oleh
Ment eri dan Ment eri Keuangan berdasarkan hasil pemeriksaan
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan at au Badan yang
dit unj uknya.

(6)

Pengesahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) memberi
pembebasan kepada Direksi t erhadap segala sesuat unya yang,
t ermuat dalam perhit ungan t ahunan t ersebut .

(7)

Direkt ur Ut ama diwaj ibkan menyampaikan laporan t riwulanan
dan laporan berkala lainnya sesuai dengan bat as-bat as j angka
wakt u yang dit et apkan besert a laporan lainnya menurut
ket ent uan Perat uran Pemerint ah ini dan ket ent uan perat uran
perundang-undangan, kepada Pej abat / Inst ansi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2).
Pasal 52

Hasil penilaian at as laporan keuangan t riwulanan dan t ahunan sert a
laporan lainnya dari Perusahaan yang dilakukan oleh Direkt ur Jenderal
disampaikan kepada Ment eri dan Ment eri Keuangan dalam bat as wakt u
selambat -lambat nya 2 (dua) bulan set elah menerima laporan dari
Direkt ur Ut ama.
Pasal 53
(1)

Laporan-laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 dan Pasal
52 disampaikan t epat pada wakt unya.

(2)

Bent uk laporan pelaksanaan t ugas sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dit et apkan oleh Ment eri Keuangan set elah mendengar
pert imbangan Ment eri.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

30

-

Bagian Keempat belas
Penggunaan Laba
Pasal 54
(1)

Penggunaan laba bersih yang t elah disahkan menurut Pasal 51
disisihkan unt uk:
a. Dana Pembangunan Semest a sebesar 55% (lima puluh lima
persen);
b. Cadangan Umum sebesar 20% (dua puluh persen), hingga
cadangan umum t ersebut mencapai j umlah dua kali modal
Perusahaan.
c. Cadangan Tuj uan sebesar 5% (lima persen);
d. Sisanya sebesar 20 %(dua puluh persen) dipergunakan unt uk
dana sosial, pendidikan j asa produksi dan sumbangan dana
pensiun
yang
perincian
perbandingan
pembagiannya
dit et apkan lebih lanj ut oleh Ment eri.

(2)

Apabila j umlah cadangan umum sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf b t elah t ercapai j umlah dari bagian laba bersih
yang diperunt ukkan unt uk pemupukan cadangan umum t ersebut ,
selanj ut nya dapat dipergunakan unt uk pemupukan dana bagi
pembelanj aan perluasan kapasit as Perusahaan.

(3)

Sebelum cadangan umum t ersebut mencapai j umlah dua kali
modal Perusahaan, dengan perset uj uan Ment eri Keuangan at as
usul Ment eri, Direksi dapat menggunakan dana cadangan umum
t ersebut unt uk kepent ingan pembelanj aan perluasan kapasit as
Perusahaan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

31

-

Bagian Kelimabelas
Pembubaran Perusahaan
Pasal 55
(1)

Pembubaran
Perusahaan
dan
penunj ukan
dit et apkan dengan Perat uran Pemerint ah.

likuidat urnya

(2)

Semua kekayaan Perusahaan set elah diadakan likuidasi menj adi
milik Negara.

(3)

Pert anggungj awaban likuidasi oleh likuidat ur dilakukan kepada
Ment eri yang memberi pembebasan t anggung j awab t ent ang
pekerj aan yang t elah diselesaikan olehnya.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 56

Dengan
berlakunya
Perat uran
Pemerint ah
ini,
maka
ket ent uan-ket ent uan pelaksanaan yang dikeluarkan berdasarkan
Perat uran Pemerint ah Nomor 61 Tahun 1971 masih t et ap berlaku
sepanj ang t idak bert ent angan dan belum digant i dengan ket ent uan
baru yang dikeluarkan berdasarkan Perat uran Pemerint ah ini.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 57
Penyelesaian pengalihan st at us Pegawai Perusahaan Jawat an (PERJAN)
Keret a Api menj adi Pegawai Perusahaan Umum (PERUM) Keret a Api
diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri, Ment eri Keuangan dan Ment eri

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

32

-

Pendayagunaan Aparat ur Negara.
Pasal 58
Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 30 Okt ober 1990
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 30 Okt ober 1990
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO