Analisis Yuridis Penerapan Prinsip Transparansi dalam Kegiatan Bancassurance Terkait Adanya Perjanjian Tertutup

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat di dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang berhubungan
dengan lembaga keuangan dalam aktivititas terutama dalam bidang perbankan
dalam hal menyimpan uang sebagai simpanan, pinjam-meminjam, kredit maupun
dalam hal pertanggungan yaitu asuransi. Asuransi timbul karena kebutuhan
manusia, bahwa dalam mengarungi kehidupannya, manusia selalu dihadapkan
kepada sesuatu yang tidak pasti, mungkin dapat menguntungkan,tetapi mungkin
pula sebaliknya. Di zaman sekarang asuransi memegang peranan penting dalam
memberikan kepastian proteksi bagi manusia yang bersifat komersial maupun
bukan komersial. Asuransi dapat memberikan proteksi terhadap kesehatan,
pendidikan, hari tua, harta benda maupun kematian. Salah satu kebutuhan hidup
yang tak kalah penting di era globalisasi ini adalah kebutuhan akan jasa asuransi.
Banyaknya penduduk yang khawatir akan jaminan keselamatan hidupnya.
Bisnis perasuransian di Indonesia hampir sama tuanya dengan bisnis
perbankan. Nama-nama perusahaan asuransi jiwa, seperti Asuransi Jiwa Bersama
Bumiputera 1912 tergolong perusahaan asuransi yang cukup dikenal masyarakat.
Nama-nama beken lainnya, seperti Dharmala Manulife, Lippo Life, New
Hampshire Agung, Asuransi Cigna Indonesia, Asuransi Astra Buana, Asuransi

Jiwa Buana Putra, Sewu New York Life dan sebagainya, tak mau kalah dalam
persaingan bisnis ini. Sayangnya, jika dibandingkan dengan industri perbankan,
industri perasuransian kurang banyak mendapat perhatian konsumen. Sebagian

1
Universitas Sumatera Utara

2

besar konsumen cenderung memisahkan sebagian penghasilannya untuk disimpan
di bank daripada digunakan untuk asuransi. Konsumen masih sering merasakan
bahwa asuransi tak melindungi aktivitasnya, bahkan cenderung merugikannya
meskipun kesan itu tak semuanya benar. 1
Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai nasabah bila berhubungan
dengan bank, sangatlah penting kedudukannya dikarenakan dana yang
dimasukkan ke bank merupakan sumber dana dan sumber keuntungan bagi bank
tersebut. Baik itu dana simpanan nasabah tersebut ataupun dari bunga pinjaman
nasabah kepada bank.
Lembaga perbankan mempunyai peranan dan strategis tidak hanya dalam
menggerakkan roda perekonomian nasional, tetapi juga diarahkan agar mampu

menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Ini berarti bahwa lembaga
perbankan haruslah mampu berperan sebagai agen of development dalam upaya
mencapai tujuan nasional itu, dan tidak menjadi beban dan hambatan dalam
pelaksanaan pembangunan nasional tadi. 2 Bank sebagai institusi yang memiliki
izin untuk melakukan banyak aktivitas, memiliki peluang yang sangat luas dalam
memperoleh pendapatan (income/return). 3
Oleh sebab-sebab hal di atas, bank dituntut untuk bisa melakukan kinerja
dengan lebih baik dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi nasabah. Begitu
1

Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-instrumen Hukumnya (Bandung:
Citra Aditya Bakti. 2003), hlm. 187.
2
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia (Jakarta: Prenada Media Group,
2008), hlm. 41.
3
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3 Pilar
Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia ( Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 21.


Universitas Sumatera Utara

3

juga dengan perusahaan asuransi mampu menjaring masyarakat selaku konsumen
lebih tertarik lagi untuk memiliki asuransi demi kepentingan perlindungan
terhadap dirinya dan juga agar perusahaan asuransi tetap eksis di kalangan
masyarakat sebagaimana halnya dengan perbankan. Salah satunya usaha yang
dilakukan oleh perusahaan asuransi adalah dengan melakukan kerja sama dengan
bank yakni mengeluarkan produk yang dinamakan dengan bancassurance yaitu
suatu produk penggabungan hasil kerjasama antara bank dengan perusahaan
asuransi itu sendiri. Bank disini melakukan kegiatan pemasaran produk asuransi
tersebut kepada nasabah. Terlebih untuk memberikan kemudahan bagi nasabah
yang juga ingin mendapat dan menggunakan produk asuransi.
Keberadaan

bancassurance ini oleh perusahaan asuransi dapat

memanfaatkan berbagai kelebihan yang dimiliki oleh bank, misalnya besarnya
jumlah nasabah (customer based) yang berpotensi sebagai pengguna jasa asuransi,

sistem pemasaran yang kuat dan luas sehingga perusahaan asuransi dapat
memperkecil biaya distribusi karena proses penjualannya dibantu oleh pihak bank.
Sedangkan di sisi lain pihak bank memiliki keuntungan sepertimemperoleh fee
based income dari perusahan asuransi. Bancassurance sebagai salah satu metode
pemasaran juga akan memberikan keuntungan bagi nasabah dalam memperoleh
layanan produk, baik produk asuransi maupun bank. Selain itu, nasabah
memperoleh kenyamanan dan kemudahan dalam memilih asuransi karena
umumnya bank bekerjasama dengan perusahaan asuransi terpilih dibandingkan

Universitas Sumatera Utara

4

dengan jika nasabah harus memilih sendiri asuransinya. Nasabah juga
mendapatkan standar layanan yang sama dari bank. 4
Produk bancassurance contohnya antara lain yaitu Bank BNI 46 dan BNI
Life, Sejak 2012, sinergi yang meningkat antara BNI dan BNI Life sejalan dengan
grand design untuk menjadikan bancassurance sebagai sumber pertumbuhan
terbesar. Pada 2012 sektor bancassurance memberikan kontribusi sebesar 51%.
Premi bancassurance sampai dengan Juli telah tumbuh 85% di atas tahun 2012

untuk periode yang sama dan 96% khusus untuk bisnis baru. 5
Bancassurance bukanlah produk untuk menyimpan dana nasabah dan
tidaklah dijamin oleh pemerintah juga oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). 6
Dan dalam perkembangannya sampai saat ini, masih banyak nasabah sebagai
konsumen produk bancassurance tidak mengetahui lebih detail dan dalam
mengenai klasifikasi dalam produk bancassurance tersebut. Salah satunya yaitu
bahwa nasabah yang akan menjadi konsumen produk bancassurance dimana bank
dalam menawarkan produk tersebut haruslah menawarkan setidaknya 3(tiga)
produk asuransi dari perusahaan asuransi yang berbeda-beda sesuai dengan
7

perintah dalam Surat Edaran BI No. 12/35/DPNP Tahun 2010.

Hal ini dimanfaatkan oleh bank dan perusahaan asuransi melakukan
kerjasama eksklusif hanya pada 1 atau 2 perusahaan asuransi dengan tujuan agar
nasabah yang menjadi konsumen produk bancassurance ketika ditawari produk
4

Hendry Risjawan, http://www.wikimu.com/News/DisplayNews (diakses tanggal 17
November 2015).

5
http://entrepreneur.bisnis.com/read/20130925/266/165108/ceo-bni-life-a-junaidi-ganiemodal-penting-menang-persaingan (diakses pada tanggal 20 November 2015)
6
http://masalahpajak.blogspot.com/bancassurance (diakses pada tanggal 28 November
2015)
7
Surat Edaran BI No.12/35/DPNP butir II.C.1.a.1)

Universitas Sumatera Utara

5

tersebut hanya bisa memilih produk perusahaan asuransi yang kerjasama dengan
bank tersebut. Hingga dapat menimbulkan persaingan usaha tidak sehat karena
menghalangi perusahaan asuransi lain untuk mengadakan kerjasama dengan bank
tersebut guna menawarkan produknya kepada nasabah.
Tidak bisa dipungkiri, dalam industri jasa keuangan kepentingan nasabah
menjadi hal utama, tak terkecuali untuk penawaran produk asuransi melalui bank.
Begitu juga persaingan usaha yang sehat sangat dituntut dalam kegiatan di
lembaga keuangan ini.

Selama ini, banyak perusahaan asuransi yang mengklaim menjalin kerja
sama eksklusif dengan bank. Kerja sama eksklusif itu melego produk asuransi
yang hanya didistribusikan oleh satu bank tertentu. Sementara, produk serupa
tidak dipasarkan oleh bank lainnya. Ini yang disebut regulator menutup akses bagi
perusahaan lain atau calon pemegang polis di luar nasabah bank yang bekerja
sama. 8 Seperti pada kasus yang terjadi pada Bank BRI yang hanya melakukan
kerjasama bancassurance hanya pada 2 perusahaan asuransi saja. Sehingga dalam
kasus ini terdapat persaingan usaha tidak sehat dan tidak terlaksananya prinsipprinsip yang dituntut oleh Bank Indonesia untuk dilakukan dalam kegiatan
bancassurance. 9
Persaingan usaha tidak sehat berkaitan erat dengan banyak faktor yang
muncul sebagai konsekuensi dari persaingan tidak sehat yaitu praktik monopoli,
premi yang terlalu rendah dan praktik tender yang tidak transparan. Terlebih
8

http://thefinance.co.id/article/bancassurance-fee-based-yang-gemuk (diakses pada 5
Januari 2016)
9
Lihat Putusan KPPU Nomor 05/KPPU-I/2014 tentang Dugaan Pelanggaran Pasal 15
ayat (2) dan atau Pasal 19 huruf a yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk.,
(Persero), PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera, dan PT. Heksa Eka Life Insurance


Universitas Sumatera Utara

6

kepada faktor kurangnya transparansi dari pihak bank dalam memilih mitra kerja
perusahaan asuransi yang akan bekerjasama dalam aktivitas bancassurance
menunjukkan bahwa praktik persaingan persaingan tidak sehat dewasa ini bukan
hasil dari intervensi kebijakan pemerintah, tetapi bersumber dari pelaku usaha itu
sendiri.
Praktik ini tampak antara lain dalam bentuk tindakan dari bank yang
membatasi kerjasama kegiatan bancassurance hanya kepada perusahaan asuransi
yang ditunjuk atau yang terafiliasi dengan pihak bank saja seperti pada kasus
Bank BRI diatas, walaupun bukan merupakan tindakan dengan motif keuntungan
saja. Yang kemudian akibat lebih lanjut selain menimbulkan persaingan usaha
tidak sehat juga telah melanggar ketentuan mengenai hak-hak para nasabah
bancassurance selaku konsumen untuk mendapat informasi yang benar, jelas, dan
jujur atas jasa bank yang hendak dia gunakan.
Untuk itu adalah peranan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk mencegah upaya eksklusivitas bisnis

yang dapat mendorong inefisiensi industri asuransi dan perbankan dalam jangka
panjang. Secara khusus bagi implementasi prinsip-prinsip persaingan usaha di
industri jasa keuangan, KPPU menghimbau agar OJK melakukan kerja sama
dengan KPPU atas setiap aspek pengaturan industri jasa keuangan dalam
mencegah praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Dimana terkhusus
lagi OJK meminta agar lebih terbukanya (prinsip transparansi) dilakukan demi
terwujudnya persaingan usaha yang sehat.

Universitas Sumatera Utara

7

Hal-hal diatas kiranya menjadi alasan dan dasar dalam menulis skripsi ini
sekaligus mengetengahkan permasalahan sebelum diuraikan lebih lanjut lagi
dalam bab-bab berikutnya. Oleh karena hal-hal di atas maka penulis mengambil
judul ” Analisis Yuridis Penerapan Prinsip Transparansi dalam Kegiatan
Bancassurance Terkait Adanya Perjanjian Tertutup ”.
.
B. Perumusan Masalah
Membatasi ruang lingkup dan mempermudah perolehan data serta analisis

dalam penelitian ini, maka batasan dalam penelitian ini yaitu berfokus pada
Penerapan Prinsip Transparansi dalam Kegiatan kerjasama bank dan perusahaan
asuransi (Bancassurance) Terkait Adanya Perjanjian Tertutup. Untuk menjawab :
1.

Bagaimanakah pengaturan kegiatan usaha bancassurance dalam peraturan
perundang-undangan di Indonesia ?

2.

Bagaimanakah kegiatan bancassurance dalam perspektif hukum persaingan
usaha ?

3.

Bagaimanakah penerapan prinsip transparansi dalam kegiatan bancassurance
terkait adanya perjanjian tertutup ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.


Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian dalam pembahasan skripsi ini adalah :
a.

Untuk mengetahui tentang pengaturan kegiatan usaha Bancassurance
dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

8

b.

Untuk mengetahui tentang kegiatan bancassurance dalam perspektif
hukum persaingan usaha.

c.

Untuk mengetahui tentang penerapan prinsip transparansi dalam kegiatan
bancassurance terkait adanya perjanjian tertutup.

2.

Manfaat penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan diperoleh dari penelitian dalam skripsi

ini adalah :
a.

Secara teoritis
1) Bagi mahasiswa, untuk mengetahui dan memperoleh informasi
tentang kegiatan bancassurance dan perspektif kegiatan tersebut
dalam hukum persaingan usaha guna mewujudkan persaingan usaha
yang sehat.
2) Sebagai salah satu bahan kajian oleh kalangan akademisi dalam
mempelajari kegiatan bancassurance dan perspektif kegiatan
tersebut dalam hukum persaingan usaha yang dikaitkan dengan
perjanjian tertutup.
3) Bagi masyarakat, untuk memberikan informasi tentang hak juga
kewajiban sebagai nasabah dan perlindungan hukum yang diberikan
dalam kegiatan bancassurance tersebut.

b.

Secara praktis
1) Bagi bank dan perusahaan asuransi, dapat dijadikan pedoman dalam
mengetahui pengaturan tentang kegiatan bancassurance dan mampu
menerapkan prinsip transparansi dengan sebaik-baiknya demi

Universitas Sumatera Utara

9

mewujudkan persaingan usaha yang sehat antara pihak bank dan
perusahaan asuransi lainnya.
2) Untuk memberikan masukan kepada pihak pemerintah dan KPPU
dalam melakukan interpretasi dan penafisran terhadap Pasal 15 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara
khususnya Fakultas Hukum, didapati bahwa “Analisis Yuridis Penerapan
Prinsip Transparansi dalam Kegiatan Bancassurance Terkait Adanya
Perjanjian Tertutup”, belum pernah ada yang meneliti sebelumnya.
Penulisan skripsi ini adalah asli dari ide, gagasan, pemikiran dan usaha
dari penulis sendiri dengan adanya bantuan bimbingan dari dosen pembimbing
penulis dan telah sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung tinggi
secara akademik yaitu kejujuran, rasional, objektif, juga terbuka, tanpa ada
penipuan, penjiplakan, atau hal-hal lainnya yang dapat merugikan para pihak
tertentu. Hal ini merupakan implikasi etis dalam proses penemuan kebenaran
ilmu. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian untuk skripsi ini adalah
asli hasil karya dari Penulis. Dan untuk itu Penulis dapat bertanggung jawab atas
keaslian dan isi dari penulisan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

10

Karya tulis skripsi ini memiliki tema yang sama yakni tentang
bancassurance dengan beberapa skripsi yang sudah ditulis oleh beberapa
mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yaitu:
1.

Nama

:

Miranda Dalimunthe

NIM

:

000200115

Judul

:

Tinjauan Hukum Terhadap Praktek Bancassurance
Melaui Produk Perbankan Dikaitkan Dengan UU
No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

2.

Nama

:

Irvan Augustyn

NIM

:

060200134

Judul

:

Aspek Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang
Polis Bancassurance (Studi Kasus PT. Sunlife
Financial Medan)

3.

Nama

:

Satra Lumbantoruan

NIM

:

070200205

Judul

:

Tinjauan Yurisdis Manejemen Risiko Pada Bank
Dalam Kaitannya Dengan Bancassurance

4.

Nama

:

Ikhsan Abdillah

NIM

:

090200254

Judul

:

Kajian Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah
Dalam Bancassurance

Walaupun terdapat tema yang sama tentang bancassurance pada
beberapa judul di atas, namun terdapat perbedaan yang besar mengenai substansi

Universitas Sumatera Utara

11

pembahasan. Penelitian yang dilakukan pada skripsi ini yang berjudul
“Penerapan Prinsip Transparansi Dalam Kegiatan Bancassurance Terkait
Adanya Perjanjian Tertutup” secara khusus membahas tentang kegiatan
bancassurance dan perspektifnya dalam hukum persaingan usaha melalui
penerapan prinsip transparansi untuk menghindari persaingan usaha tidak sehat.
Sedangkan, keempat skripsi di atas tidak ada sama sekali mengaitkan kegiatan
bancassurance tersebut dengan hukum persaingan usaha.

E. Tinjauan Kepustakaan
1.

Asuransi
Asuransi menurut ketentuan dalam Pasal 246 Kitab Undang-Undang

Hukum Dagang (KUHD) adalah

perjanjian dengan mana penanggung

mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk memberikan
penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan mungkin dideritanya akibat dari suatu evenemen (peristiwa tidak
pasti).
Menurut ketentuan dalam Pasal 1 butir 1 Undang- Undang No. 40 Tahun
2014 tentang Perasuransian (selanjutnya disebut UU Perasuransian),

asuransi

adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis,
yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai
imbalan untuk:
a.

memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis
karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan,

Universitas Sumatera Utara

12

atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang
tidak pasti; atau
b.

memberikan
tertanggung

pembayaran
atau

yang

pembayaran

didasarkan
yang

pada

didasarkan

meninggalnya
pada

hidupnya

tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana;
Sehingga dari definisi diatas dapat diketahui bahwa fungsi asuransi adalah: 10

2.

a.

Melindungi resiko investasi.

b.

Sebagai sumber dana investasi.

c.

Untuk melengkapi persyaratan investasi.

d.

Dapat mengurangi kekhawatiran.

e.

Mengurangi biaya modal.

f.

Menjamin kestabilan perusahaan.

g.

Dapat meratakan keuntungan.

h.

Menyediakan layanan profesional.

i.

Mendorong usaha pencegahan kerugian.

j.

Membantu pemeliharaan kesehatan.

Bancassurance
Jumlah perusahaan asuransi yang sangat besar tidak dapat dihindarkan

ikut meningkatkan persaingan di antara sesama pelaku usaha perasuransian.
Setiap perusahaan berlomba untuk mempertahankan bisnis yang ada dan terus

10

Herman Darmawi, Manajemen Asuransi (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), hlm. 4.

Universitas Sumatera Utara

13

berusaha untuk memperoleh bisnis yang baru. Bisnis baru yang dilakukan
perusahaan asuransi tersebut salah satunya adalah bekerja sama dengan pihak
bank dan melahirkan produk bank dengan mengandung jasa asuransi yakni
bancassurance.
Perbankan sebagai usaha yang berbentuk lembaga keuangan yang
menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana (surplus of
fund) dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana
(lack of fund), serta memberikan jasa-jasa bank lainnya untuk motif profit juga
sosial demi meningkatkan taraf hidup orang banyak. 11
Kemudian menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undangundang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (selanjutnya disebut dengan
UU Perbankan), perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan

proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya, 12 sedangakan bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 13 Sehingga melalui perbankan,
perusahaan asuransi dapat memasarkan produknya terhadap para nasabah.
Keberadaan lembaga perbankan khususnya bank umum dalam sistem
keuangan menjadi sangat penting bahkan merupakan inti dari sistem keuangan
setiap negara. 14 Karena bank berfungsi sebagai berikut: 15

11

http://www.kajianpustaka.com/ (diakses pada tanggal 27 Oktober 2015)
Pasal 1 butir 1 UU No. 7 Tahun 1992 jo. UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
13
Pasal 1 butir 2 UU No. 7 Tahun 1992 jo. UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
14
Hermansyah, Op. Cit., hlm. 7.
12

Universitas Sumatera Utara

14

a.

Sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat Bank bertugas
mengamankan uang tabungan dan depositoberjangka serta simpanan
dalam rekening koran atau giro. Fungsi tersebut merupakan fungsi utama
bank.

b.

Sebagai penyalur dana atau pemberi kredit Bank memberikan kredit bagi
masyarakat yang membutuhkan terutama untuk usaha-usaha produktif.
Budisantoso, secara lebih spesifik mengatakan bahwa bank dapat

berfungsi sebagai berikut: 16
Agent of Trust

a.

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam
hal menghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat mau menitipkan
dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya
bahwa uangnya tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan
tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak bank sendiri akan mau
menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila
dilandasi adanya unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak
akanmenyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjaman saat
jatuh tempo, dan debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman
beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.
Agent of Development

b.

Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor riil
tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling
15

UU No. 7 Tahun 1992 jo. UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
Budisantoso. T dan Sigit, Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi 2 ( Jakarta :
Salemba Empat. 2006), hlm. 9.
16

Universitas Sumatera Utara

15

mempengaruhi. Sektor riil tidak akan berkinerja dengan baik apabila sektor
moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan
penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di
sektor riil. Kegiatan bank tersebut menmungkinkan masyarakat melakukan
kegiatan investasi, kegaiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa.
c.

Agent of Service
Selain melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank

juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa
ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian secara luas.
Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang
berharaga, pemberian jaminan bank dan penyelesaian tagihan.
Bancassurance dalam perkembangan dimana dalam perjanjian kerjasama
antara pihak bank dan perusahaan asuransi dapat menimbulkan persaingan usaha
tidak sehat dikarenakan perjanjian kerjasama tersebut bisa menjadi sebuah
perjanjian tertutup. Perjanjian tertutup ini merupakan salah satu perjanjian yang
dilarang dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut UU Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat).
3.

Perjanjian tertutup
Perjanjian tertutup adalah perjanjian dimana pelaku usaha dilarang

membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa
pihak yang menerima barang dan/atau jasa akan memasok kembali barang
dan/atau jasa tersebut kepada pihak tertentu atau pada tempat tertentu. Atau

Universitas Sumatera Utara

16

pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain yang memuat
persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan/atau jasa tertentu harus
bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok. 17
Begitu pula halnya tentang defenisi perjanjian tertutup yang diatur dalam
Pasal 15 UU Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
yaitu:
a.

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang
memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa
hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa
tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada tempat tertentu.

b.

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain yang
memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa
tertentu harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku
usaha pemasok.

c.

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau potongan
harga tertentu atas barang dan atau jasa, yang memuat persyaratan bahwa
pelaku usaha yang menerima barang dan atau jasa dari pelaku usaha
pemasok:
1) harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha
pemasok; atau
2) tidak akan membeli barang dan atau jasa yang sama atau sejenis dari
pelaku usaha lain yang menjadi pesaing dari pelaku usaha pemasok;
17

Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia UU Nomor 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Medan: Pustaka
Bangsa Press, 2010), hlm. 90.

Universitas Sumatera Utara

17

Adapun pendekatan yang dipakai dalam hukum persaingan dalam
menetukan perjanjian tertutup tersebut menggunakan prinsip per se illegal yaitu
suatu metode pendekatan yang menganggap tindakan tertentu sebagai illegal,
tanpa perlu dibuktikan bahwa perbuatan tersebut secara nyata telah merusak
persaingan. 18 Kegiatan yang dianggap per se illegal biasanya meliputi penetapan
harga secara kolusif 19 atas produk tertentu serta pengaturan harga penjualan
kembali. Penerapan pendekatan per se illegal biasanya dipergunakan dalam pasalpasal yang menyatakan istilah “dilarang” tanpa anak kalimat “.... yang dapat
mengakibatkan....”.20
4.

Prinsip transparansi
Transparansi (transparency) dapat diartikan sebagai keterbukaan, baik

dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi
material yang relevan mengenai perusahaan. Dalam mewujudkan transparansi itu
sendiri perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat dan tepat
waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. 21
Transparansi ini, bertujuan untuk mencegah perilaku abuse 22 dari
perusahaan asuransi dan bank yang bekerjasama ekslusif. Selain itu, transparansi
dipercaya dapat membuka kesempatan usaha yang sama, sesuai dengan asas

18

Ayudha D. Prayoga, Persaingan Usaha dan Hukum yang Mengaturnya di Indonesia
(Jakarta: Proyek Ellips, 1999), hlm 63.
19
Kolusif adalah bersekongkol antar sesama pelaku usaha.
20
Andi Fahmi Lubis, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks (Jakarta:
Deutsche Gesellscahft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ) bekerja sama dengan Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) , 2009), hlm. 56.
21
Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya Dalam
Konteks Indonesia. (Jakarta: PT. Ray Indonesia, 2005), hlm. 9.
22
Abuse adalah perilaku yang dirancang untuk mengendalikan dan menaklukkan manusia
yang lain melalui penggunaan ketakutan, penghinaan, dan lisan atau fisik

Universitas Sumatera Utara

18

persaingan usaha yang sehat. Dimana aturan yang dibuat jangan sampai
menjangkau perusahaan tertentu saja, tapi juga bisa diterima oleh perusahaan
lain. 23
Penerapan prinsip GCG pada umumnya diterjemahkan dalam bentuk: 24
a.

pengaturan internal (self regulation) yang memuat filsafat bisnis
perusahaan;

b.

panduan nilai-nilai yang mengatur cara mengelola perusahaan dalam
mencapai tujuan bisnis;

c.

pedoman menghadapi pelanggan, distributor, pejabat pemerintah, dan
pihak-pihak lainnya yang mempunyai hubungan dengan perusahaan;

d.

termasuk di dalamnya aturan yang mengatur perilaku persaingan sehat
dengan pelaku usaha pesaingnya. Adanya peraturan yang bersifat internal
mengenai persaingan usaha yang sehat itu menjadi benteng awal yang
dapat mengindarkan sebuah perusahaan dari perilaku-perilaku antipersaingan yang tidak sejalan dengan semangat GCG;

F. Metode Penelitian
1.

Spesifikasi penelitian
Skripsi ini disusun menggunakan tipe penelitian hukum normatif yang

bersifat deskriptif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian dengan hanya

23

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt539972719a875/ojk-akan-melarangupfront-fee-dalam-kerjasama-bancassurance (diakses 7 Januari 2016)
24
Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia (Jakarta: Kencana
Pranada Media Group, 2008), hlm. 61

Universitas Sumatera Utara

19

mengolah dan menggunakan data-data sekunder. 25 Pada penelitian hukum jenis
ini, hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundangundangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma
yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. 26
Penelitian hukum normatif atau penelitian yuridis normatif, terdiri atas: 27
a.

Penelitian terhadap asas-asas hukum.

b.

Penelitian terhadap sistematika hukum.

c.

Penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum.

d.

Penelitian sejarah hukum.

e.

Penelitian perbandingan hukum.
Kemudian data sekunder yang digunakan adalah data terdiri dari kajian

yang digunakan terhadap peraturan perundang-undangan dan berbagai literatur
yang berhubungan dengan judul skripsi ini. Jenis pendekatan yang digunakan
dalam penelitian untuk penulisan skripsi ini yakni memusatkan perhatian pada
prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada
dalam masyarakat untuk memperoleh gambaran mengenai pola-pola yang berlaku
dalam kehidupan bermasyarakat. 28 Dengan demikian penelitian ini meliputi
penelitian terhadap sumber-sumber hukum, peraturan-peraturan perundangundangan, dan buku-bukuyang terkait dengan penulisan skipsi ini.

25

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003), hlm. 13.
26
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 118.
27
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 2014), hlm. 51.
28
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 20.

Universitas Sumatera Utara

20

2.

Data penelitian
Data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder

yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan atau penggunaan data secara
studi kepustakaan (library research) melalui perundang-undangan, buku-buku
ilmiah, artikel, situs-situs internet, media massa, bahan seminar, skripsi, kamus,
serta data-data lain yang memiliki keterkaitan dengan skripsi ini 29 yang meliputi :
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri
dari :
1) Undang-Undang Dasar 1945;
2) Undang-Undang :
a) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-undang Nomor
10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
b) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
c) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
d) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan.
e) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.
3) Peraturan Bank Indonesia No. 5 /8/PBI 2003 jo. Peraturan Bank
Indonesia No. 11/25/PBI/2009 Tentang

Penerapan

Manajemen

Risiko Bagi Bank Umum.
29

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1983), hlm. 24.

Universitas Sumatera Utara

21

4) Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/35/DPNP Tahun 2010 tentang
Penerapan Prinsip Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan
Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti Rancangan Undang-Undang
(RUU), hasil-hasil penelitian atau pendapat pakar hukum.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,
seperti kamus (hukum) dan ensiklopedia.
3.

Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian/studi

kepustakaan

(library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara

meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data
sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain, artikel-artikel
baik yang diambil dari media cetak maupun elektronik, dokumen-dokumen
pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan, bahan seminar, skripsi,
tesis, disertasi dan lain-lain yang memiliki keterkaitan dengan penulisan skripsi
ini.
4.

Analisis Data
Data-data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian

dianalisa secara perspektif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif.
Metode

deduktif

dilakukan

dengan

cara

membaca,

menafsirkan

dan

membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menterjemahkan

Universitas Sumatera Utara

22

berbagai sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga
diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
dirumuskan.

G. Sistematika Penulisan
Demi menghasilkan suatu karya ilmiah yang baik dan juga untuk
memudahkan pemahaman terhadap materi dari skripsi ini, maka pembahasan
dalam skripsi ini penulis menguraikannya secara terperinci dan sistematis yaitu
dibagi dalam beberapa bab kemudian tiap bab dibagi dalam beberapa sub-sub bab.
Bab I yakni pendahuluan. Bab ini menerangkan mengenai pengantar
skripsi ini yang di dalamnya menjelaskan tentang latar belakang penulisan skripsi,
perumusan masalah, dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penelitian, keaslian
penulisan, tinjauan kepustakaan, metodologi penelitian, dan diakhiri dengan
sistematika penulisan skripsi ini.
Bab II yakni pengaturan kegiatan usaha bancassurance dalam peraturan
perundang-undangan di Indonesia. Bab ini membahas tentang pengaturan
kegiatan usaha bancassurance dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia
yang meliputi tentang perkembangan kegiatan bancassurance tersebut mulai dari
lahir hingga sampai dan berkembang di Indonesia, kemudian tentang bentukbentuk kegiatan bancassurance tersebut, selanjutnya mengenai tanggung jawab
para pihak dalam kerjasama bancassurance, dan terakhir tentang peran OJK
dalam pengawasan kegiatan kerjasama bancassurance.

Universitas Sumatera Utara

23

Bab III yakni kegiatan bancassurance dalam perspektif hukum persaingan
usaha. Bab ini diuraikan tentang kegiatan bancassurance dalam perspektif hukum
persaingan usaha yang meliputi tentang pelaksanaan perjanjian kerjasama
bancassurance, kemudian tentang tying agreement sebagai salah satu bentuk
perjanjian tertutup yang dilarang, selanjutnya tentang tying agreement dalam
kegiatan bancassurance.
Bab

IV

yakni

penerapan

prinsip

transparansi

dalam

kegiatan

bancassurance terkait adanya perjanjian tertutup. Bab ini memuat tentang
penerapan prinsip transparansi dalam kegiatan bancassurance terkait adanya
perjanjian tertutup yang memuat tentang prinsip transparansi pada lembaga
keuangan bank dan non- bank, kemudian tentang penerapan prinsip transparansi
pada bank yang melakukan aktivitas kerjasama pemasaran dengan perusahaan
asuransi (bancassurance ) dan selanjutnya mengenai koordinasi OJK dan KPPU
dalam pengawasan penerapan prinsip transparansi pada kegiatan bancassurance.
Bab V yakni penutup. Bab ini berisikan kesimpulan dari bab-bab yang
telah dibahas sebelumnya dan saran yang mungkin bermanfaat untuk dapat
dipergunakan untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini dan dapat dijadikan
bahan acuann dalam menganalisis dan menyelesaikan permasalahan ini.

Universitas Sumatera Utara