Kajian Yuridis Terhadap Prinsip Perlindungan Nasabah Dalam Bancassurance

(1)

i

S K R I P SI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

IKHSAN ABDILLAH

NIM : 090200254

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

(3)

i

DALAM BANCASSURANCE *) Ikhsan Abdillah

**) Bismar Nasution ***) Ramli Siregar

Perubahan kehidupan manusia dapat terjadi karena perubahan umur, perubahan pendidikan, perubahan penghasilan, maupun perubahan sosial sehingga pola kehidupannya harus disesuaikan dengan kondisi yang melingkupinya. Masyarakat dengan tingkat sosial yang rendah tidak terlalu menuntut adanya inovasi terhadap jasa perbankan. Perusahaan asuransi, memiliki alat baru dalam memasarkan produk-produknya, yakni melalui bank (bancassurance). Bisnis ini berbentuk kerjasama antara pihak bank dan pihak asuransi tanpa mengambil alih produk-produk asuransi.

Penulisan skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah bagaimana bentuk aktivitas kerjasama pemasaran bancassurance, bagaimana penerapan prinsip perlindungan nasabah dan penyelesaian klaim asuransi dalam bancassurance.

Metode penulisan yang digunakan dalam mencari data guna mendukung penulisan skripsi ini adalah metode penelitian yuridis-normatif, yaitu penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa aktivitas kerjasama pemasaran antara bank dan asuransi sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.12/35/DPNP diklasifikasikan kedalam tiga model bisnis yaitu referensi, kerjasama distribusi dan integrasi produk. Penerapan prinsip perlindungan nasabah berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.12/35/DPNP, bank wajib menerapkan prinsip-prinsip pokok transparansi berkaitan dengan asuransi yang dipasarkan diantaranya menjelaskan secara lisan dan tertulis kepada nasabah mengenai produk asuransi yang dipasarkan, mencakup fitur, risiko, manfaat, biaya-biaya asuransi, persyaratan kepersertaan dan prosedur klaim oleh nasabah. Penyelesaian klaim yaitu dengan polis dan surat keterangan medis melalui kantor cabang bank terdekat. Administrasi klaim ditangani oleh claim analyst yang akan meneliti setiap klaim dan menentukan kewajiban perusahaan yang timbul akibat dari klaim tersebut bergantung pada kelengkapan dan keakuratan informasi yang diberikan oleh nasabah. Pembayaran klaim paling lama dibayarkan 30 hari sejak adanya kesepakatan antara tertanggung dan penanggung atau kepastian mengenai jumlah klaim yang harus dibayar.

Kata kunci : Bancassurance, Prinsip, Perlindungan, Nasabah. *) Mahasiswa Fakultas Hukum

**) Dosen Pembimbing I ***) Dosen Pembimbing II


(4)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PRINSIP PERLINDUNGAN NASABAH DALAM BANCASSURANCE dapat diselesaikan dengan baik.

Didalam menyelesaikan skripsi ini, saya telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof.Dr.Runtung Sitepu,SH,M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof.Dr.Budiman Ginting,SH,M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin,SH,MH,DFM selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak M.Husni,SH,MH selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Windha,SH,M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Ramli Siregar,SH,M.Hum., selakau Sekertaris Departemen Hukum Ekonomi serta sebagai Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(5)

iii

bimbingan dan arahan kepada penulis pada saat penulisan skripsi.

8. Seluruh Staf Dosen Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu khususnya dalam bidang hukum ekonomi. 9. Teristimewa untuk Kedua Orangtua, Ayah saya H. Sugeng Irianto B.Sc.,

dan Ibu saya Hj. Rafiah Terima Kasih atas perhatian, dukungan, doa, dan segala hal yang telah diberikan selama ini kepada saya hingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Saudara-saudara saya, Pipin Dwika SE., dan Meriska Afnenda SE., yang telah memberikan dukungan dan doa.

11.Dian Rahmita Amd., Terima Kasih untuk doa dan dukungannya.

12.Teman-teman stambuk 2009 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan sampai selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mohon maaf kepada pembaca skripsi ini karena keterbatasan pengetahuan dari penulis. Besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan perkembangan hukum di Negara Republik Indonesia.

Medan, 2014


(6)

iv

Hormat Saya

IKHSAN ABDILLAH

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Perumusan Masalah ... 4

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D.Keaslian Penelitian ... 5

E. Tinjauan Kepustakaan ... 6

F. Metodologi Penelitian ... 10

G.Sistematika Penulisan ... 12

BAB II PERKEMBANGAN BANCASSURANCE DI INDONESIA A.Pengaturan Usaha Asuransi di Indonesia ... 14

B.Pengaturan Usaha Perbankan di Indonesia ... 24

C.Perkembangan Bancassurance di Indonesia ... 30

BAB III BENTUK PERLINDUNGAN BANK YANG DITERAPKAN OLEH BANCASSURANCE


(7)

v

12/35/DPNP ... 39 B.Penerapan Prinsip Perlindungan Nasabah Ditinjau dari Surat

Edaran Bank Indonesia 12/35/DPNP ... 45

BAB IV KLAIM DAN GANTI KERUGIAN YANG DIBERIKAN BANCASSURANCE

A.Kerugian dan Faktor Yang Menjadi Penyebab Terjadinya

Kerugian ... 53 B.Penyelesaian Klaim Seseorang atau Objek Yang di

Asuransikan Dalam Bancassurance ... 55 C.Penyelesaian Alternatif dalam Penerimaan Manfaat Polis ... 64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 73 B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(8)

vi

DAFTAR TABEL

TABEL I ... 17

TABEL II ... 18

TABEL III ... 18

TABEL IV ... 19


(9)

i

DALAM BANCASSURANCE *) Ikhsan Abdillah

**) Bismar Nasution ***) Ramli Siregar

Perubahan kehidupan manusia dapat terjadi karena perubahan umur, perubahan pendidikan, perubahan penghasilan, maupun perubahan sosial sehingga pola kehidupannya harus disesuaikan dengan kondisi yang melingkupinya. Masyarakat dengan tingkat sosial yang rendah tidak terlalu menuntut adanya inovasi terhadap jasa perbankan. Perusahaan asuransi, memiliki alat baru dalam memasarkan produk-produknya, yakni melalui bank (bancassurance). Bisnis ini berbentuk kerjasama antara pihak bank dan pihak asuransi tanpa mengambil alih produk-produk asuransi.

Penulisan skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah bagaimana bentuk aktivitas kerjasama pemasaran bancassurance, bagaimana penerapan prinsip perlindungan nasabah dan penyelesaian klaim asuransi dalam bancassurance.

Metode penulisan yang digunakan dalam mencari data guna mendukung penulisan skripsi ini adalah metode penelitian yuridis-normatif, yaitu penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa aktivitas kerjasama pemasaran antara bank dan asuransi sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.12/35/DPNP diklasifikasikan kedalam tiga model bisnis yaitu referensi, kerjasama distribusi dan integrasi produk. Penerapan prinsip perlindungan nasabah berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.12/35/DPNP, bank wajib menerapkan prinsip-prinsip pokok transparansi berkaitan dengan asuransi yang dipasarkan diantaranya menjelaskan secara lisan dan tertulis kepada nasabah mengenai produk asuransi yang dipasarkan, mencakup fitur, risiko, manfaat, biaya-biaya asuransi, persyaratan kepersertaan dan prosedur klaim oleh nasabah. Penyelesaian klaim yaitu dengan polis dan surat keterangan medis melalui kantor cabang bank terdekat. Administrasi klaim ditangani oleh claim analyst yang akan meneliti setiap klaim dan menentukan kewajiban perusahaan yang timbul akibat dari klaim tersebut bergantung pada kelengkapan dan keakuratan informasi yang diberikan oleh nasabah. Pembayaran klaim paling lama dibayarkan 30 hari sejak adanya kesepakatan antara tertanggung dan penanggung atau kepastian mengenai jumlah klaim yang harus dibayar.

Kata kunci : Bancassurance, Prinsip, Perlindungan, Nasabah. *) Mahasiswa Fakultas Hukum

**) Dosen Pembimbing I ***) Dosen Pembimbing II


(10)

1

A. Latar Belakang

Perkembangan manusia yang senantiasa berubah dari waktu ke waktu membawa dampak perubahan tuntutan dalam kehidupannya. Perubahan kehidupan manusia dapat terjadi karena perubahan umur, perubahan pendidikan, perubahan penghasilan, maupun perubahan sosial sehingga pola kehidupannya harus disesuaikan dengan kondisi yang melingkupinya.

Tidak terlepas dari hubungannya dengan bank, maka tuntutan akan kebutuhan pelayanan bank juga terkait erat dengan tingkat perkembangan masyarakat sebagai konsumen jasa perbankan. Masyarakat dengan tingkat sosial yang rendah tidak terlalu menuntut adanya inovasi terhadap jasa perbankan. Nasabah yang tingkat sosialnya lebih tinggi akan menuntut pelayanan yang memadai selain faktor aman yang menjadi kunci terciptanya kepercayaan nasabah. Sedangkan sebagian yang lain barangkali akan memberikan tuntutan agar bank tidak hanya menyediakan jasa layanan yang konvensional yang dapat diberikan setiap bank, namun mereka menuntut agar bank dapat memberikan nilai tambah sehingga nasabah dapat menikmati tidak sekedar bunga tetapi juga jaminan apabila mereka mendapatkan musibah dan nilai tambah lainnya.

Pemasaran produk asuransi jiwa di Indonesia memasuki episode baru. Perusahaan asuransi, memiliki alat baru dalam memasarkan produk-produknya, yakni melalui bank (bancassurance). Bisnis ini berbentuk kerjasama antara pihak bank dan pihak asuransi tanpa mengambil alih produk produk asuransi.


(11)

1

Bancassurance mengalahkan peranan agen asuransi,

(diakses pada tanggal 18 November 2013). 2

OJK perlu sederhanakan izin bancassurance,

pada tanggal 14 Desember 2013).

Kontribusi bancassurance berhasil mengalahkan sistem pemasaran melalui jalur keagenan.

Berdasarkan riset, pertumbuhan bancassurancedi Indonesia mulai melejit sejak tahun 2006-2007. Pada semester I 2006, bancassurance hanya menghasilkan premi Rp 2,3 triliun, lalu melonjak lebih dari 100% menjadi Rp 5 triliun setahun berikutnya.Di Asia, bentuk bancassurance yang paling dominan adalah kerjasama pemasaran (69%) dan uniknya, (72%) produk bancassurance

adalah asuransi jiwa.1

Saat ini potensi kerja sama asuransi dengan bank sangat besar. Berdasarkan data Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), pada kuartal I 2012, kontribusi jalur bancassurance mencapai Rp 9,2 triliun atau 37,8% dari total premi. Angka ini mendekati kontribusi jalur keagenan sebesar Rp 10,2 triliun atau 41,9% dari total perolehan premi. Sedangkan lini lain seperti direct marketing dan

telemarketing Rp 4,9 triliun alias 20,1%. Total perolehan premi asuransi jiwa Rp 24,3 triliun, tumbuh 14,1%.2

Kebutuhan data untuk menutup polis asuransi relatif telah terpenuhi dengan menggunakan data nasabah yang sudah ada pada bank. Akan tetapi, tingkat pemahaman masyarakat tentang bancassurance masih sedikit, karena sebagian orang menilai bancassurance merupakan produk asuransi yang dikeluarkan oleh bank. Padahal bancassurance adalah produk asuransi yang dikembangkan dan didistribusikan melalui jaringan bank. Maka, diperlukan adanya perlindungan konsumen untuk memperjelas hak dan kewajiban sebagai seorang konsumen dan pelaku usaha.


(12)

3

Secara teori batasan-batasan hak dan pertanggung jawaban masing-masing pihak yang terlibat dalam bancasurrance cukup jelas, tetapi permasalahan-permasalahan hukum dapat muncul dalam pelaksanaannya di lapangan. Kesalahan itu bisa saja datang dari pihak asuransi. Seperti, berbagai bentuk penipuan dalam kontrak asuransi dan proses pengelolaan klaim

bancassurance.

Pelaku industri asuransi, yang penjualannya melalui perbankan atau

bancassurance mengaku merasa diuntungkan dengan adanya Undang-undang Otoritas Jasa Keuangan (OJK).3 Menurut pejabat Otoritas Jasa Keuangan, kerja sama bancassurance berpotensi meningkatkan pendapatan perusahaan asuransi maupun perbankan. Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK, mengatakan sejak awal tahun hingga 28 Februari 2013 regulator telah membukukan pencatatan produk baru dan persetujuan kerja sama pemasaran produk asuransi dengan bank (bancassurance) sebanyak 216 berkas. "Berkas yang diajukan untuk pencatatan produk baru mencapai 66 berkas,".4

Otoritas perbankan seperti Bank Indonesia menghimbau untuk memperketat perlindungan nasabah. Seperti diketahui, nasabah bank adalah yang paling mudah ditawari produk bancassurance mengingat keakrabannya dengan tatacara pemasaran jasa keuangan bank. Sebagai pihak yang juga mempertaruhkan reputasi banknya ketika menawarkan produk asuransi tersebut kepada nasabahnya, ketidakmampuan atau tindakan ingkar janji dari perusahaan asuransi untuk melunasi klaim asuransi akan menimbulkan citra buruk tidak saja padaperusahaan asuransi, tetapi juga akan berakibat pada reputasi bank yang bersangkutan.5


(13)

Terkait perkembangan bancassurance yang semakin pesat diperlukan upaya hukum yang tegas berkaitan dengan perizinan bagi bank untuk melakukan usaha bancassurance dan peningkatan pengetahuan nasabah sehingga mampu memisahkan produk asuransi dengan produk bank sendiri, sehingga solusi keuntungan bagi semua pihak tersebut tidak menjadi kontra produktif bagi stabilitas sistem keuangan.

Penulis memilih masalah tersebut untuk menjadi bahan tulisan Skripsi dengan judul: “Kajian Yuridis Terhadap Prinsip Perlindungan Nasabah dalam Bancassurance

B. Perumusan Masalah

Untuk membatasi ruang lingkup dan mempermudah perolehan data serta analisis dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan dalam penelitian ini yaitu hanya berfokus pada penerapan prinsip perlindungan nasabah dalam kerjasama bank dan perusahaan asuransi (Bancassurance). Untuk menjawab:

1. Bagaimanakah bentuk aktivitas kerjasama pemasaran antara bank dengan perusahaan asuransi yang selanjutnya disebut bancassurance?

2. Bagaimana penerapan prinsip perlindungan nasabah dalam

bancassurance?

3. Bagaimanakah penyelesaian klaim asuransi dalam kerjasama

bancassurance?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian


(14)

Tujuan penelitian skripsi yang akan penulis lakukan adalah:

A. Untuk mengetahui bentuk aktivitas kerjasama pemasaran antara bank dengan perusahaan asuransi yang selanjutnya disebut bancassurance. B. Untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip perlindungan nasabah

dalam bancassurance.

C. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian klaim asuransi dalam kerjasama bancassurance.

2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian skripsi yang akan penulisan lakukan adalah: A. Bagi Mahasiswa, untuk mengetahui dan memperoleh informasi

tentang aktivitas kerjasama pemasaran antara bank dengan perusahaan asuransi yang disebut bancassurance.

B. Bagi Masyarakat, untuk memberikan suatu informasi pemahaman tentang perlindungan terhadap nasabah dalam aktivitas kerjasama pemasaran antar bank dengan asuransi yang disebut bancassurance. C. Bagi Bank dan Perusahaan Asuransi, dapat dijadikan sebagai

pedoman untuk mengetahui peraturan yang mengatur aktivitas kerjasama bancassurance.

D. Keaslian penelitian

Berdasarkan penelusuran pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara khususnya Fakultas Hukum, di dapati bahwa “Kajian Yuridis Terhadap


(15)

6

Prinsip Perlindungan Nasabah Dalam Bancassurance”, belum pernah ada yang meneliti sebelumnya.

Penulisan skripsi ini adalah asli dari ide, gagasan, pemikiran, dan usaha penulis sendiri dengan adanya bantuan dan bimbingan dari dosen pembimbing penulis, tanpa adanya penipuan, penjiplakan, atau hal-hal lainnya yang dapat merugikan para pihak tertentu. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian untuk skripsi ini adalah asli. Dan untuk itu penulis dapat bertanggung jawab atas keaslian penulisan skripsi ini.

E. Tinjauan kepustakaan

Perlindungan dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah cara, proses, perbuatan melindungi. Sedangkan perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukum, hukum dalam bentukperangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.

Perbankan adalah usaha yang berbentuk lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana (surplus of fund) dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana (lack of fund), serta memberikan jasa-jasa bank lainnya untuk motif profit juga sosial demi meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.6 Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari


(16)

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Menurut Budisantoso, secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai: 1. Agent of trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal menghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalah gunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalah gunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjaman saat jatuh tempo, dan debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.

2. Agent of Development

Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling mempengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian disektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa.


(17)

7

Budisantoso, T dan Sigit. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi 2. (Jakarta: Salemba Empat, 2006), hlm. 9.

3. Agent of Service

Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian secara luas. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.7

Asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi risiko yang melekat pada perekonomian, dengan cara manggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena risiko yang sama atau hampir sama, dalam jumlah yang cukup besar, agar probabilitas kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian yang diramalkan terjadi akan dibagi secara proposional oleh semua pihak dalam gabungan itu.

Asuransi menurut ketentuan pasal 246 KUHD, adalah perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya akibat dari suatu evenemen (peristiwa tidak pasti).

Menurut Ketentuan Undang–undang Nomor 2 tahun 1992 tertanggal 11 Februari 1992 tentang Usaha Perasuransian (“UU Asuransi”), Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul


(18)

8

Undangan-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.

dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.8

Fungsi Asuransi adalah:

1. Transfer risiko dengan membayar premi yang relatif kecil, seseorang atau perusahaan dapat memindahkan ketidakpastian atas hidup (risiko) ke perusahaan asuransi.

2. Kumpulan dana premi yang diterima kemudian dihimpun oleh perusahaan asuransi sebagai dana untuk membayar risiko yang terjadi.

Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur, yaitu:

1. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.

2. Pihak penanggung (insure) yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu.

3. Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya). 4. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena

peristiwa yang tak tertentu.

Bancassurance menurut Direkur Biro Riset Info Bank Eko B. Supriyanto mengatakan, bancassurance sebagai salah satu metode pemasaran akan memberikan keuntungan dimana nasabah dapat memperoleh layanan produk, baik produk asuransi maupun bank, dalam satu atap. Selain itu, nasabah memperoleh


(19)

9

Bancassurance Layanan Satu Atap yang Menggiurkan, (diakses pada tanggal 23 November 2013).

kenyamanan dan kemudahan karena umumnya bank bekerja sama dengan perusahaan asuransi terpilih dibandingkan dengan jika nasabah harus memilih sendiri asuransinya. Nasabah juga mendapatkan standar layanan yang sama dari bank.9

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Skripsi ini menggunakan metode penelitian yuridis-normatif, yaitu penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dengan putusan pengadilan. Metode ini dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. 2. Sumber data

a. Data sekunder

Data sekunder meliputi peraturaan perundang-undangan, dokumen-dokumen resmi, buku teks, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, artikel, bahan seminar, dan bahan pustaka lainnya. Dan data sekunder pada skripsi ini meliputi:

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan humum yang mengikat dan terdiri dari:

a) Peraturan Perundang-undangan :

(1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian;

(2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;


(20)

(3) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;

(4) Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/35/DPNP 2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti Rancangan Undang-undang (RUU), hasil-hasil penelitian atau pendapat pakar hukum.

3) Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus (hukum) dan ensiklopedia.

3. Teknik pengumpulan data

Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain, artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan.

4. Analisis data

Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa secara perspektif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan cara membaca, menafsirkan dan membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menterjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik


(21)

dalam skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap materi dari skripsi ini dan agar tidak terjadinya kesimpangsiuran dalam penulisan skripsi ini, maka penulis membaginya dalam beberapa bab dan tiap bab dibagi ke dalam beberapa sub-sub bab.

Adapun bab-bab yang dimaksud adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menerangkan secara ringkas mengenai Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode dan Sistematika penulisan. BABII PERKEMBANGAN BANCASSURANCE DI INDONESIA

Bab ini membahas tentang Perkembangan usaha perasuransian di Indonesia yang meliputi tentang Sejarah Perasuransian, Dasar Hukum Perasuransian, Perkembangan Usaha Perasuransian yang ada di Indonesia dan Perkembangan perbankan di Indonesia yang meliputi Sejarah Perasuransian, Dasar Hukum Perbankan, Perkembangan Perbankan yang ada di Indonesia serta Perkembangan Bancassurance

di Indonesia.

BAB III BENTUK PERLINDUNGAN BANK YANG DITERAPKAN OLEH

BANCASSURANCE


(22)

Bab ini menguraikan tentang Sistem Perlindungan Hukum yang Diterapkan oleh Bancassurance.

BAB IV KLAIM DAN GANTI KERUGIAN YANG DIBERIKAN

BANCASSURANCE

Bab ini menguraikan dengan tentang Penyelesaian Klaim dan Ganti Rugi yang diberikan oleh Bancassurance.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan saran yang mungkin berguna dan dapat dipergunakan untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.


(23)

10

Desember 2013).

11

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.

BAB II

PERKEMBANGAN BANCASSURANCE DI INDONESIA

A. Pengaturan Usaha Asuransi di Indonesia

1. Pengertian Asuransi

Secara bahasa asuransi yang dalam bahasa inggris berasal dari kata ‘Insurance’ adalah sebuah perjanjian dimana kita membayarkan sejumlah uang kepada sebuah perusahaan dan perusahaan tersebut akan menbayarkan sejumlah uang sebagai tanggungan kepada kita apabila kita mengalami kecelakaan atau kemalangan.10

Dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992, dirumuskan definisi asuransi menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dan suatu peristiwa tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas rneninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.11

Menurut pasal 1774 KUH Perdata, “ suatu persetujuan untung-untungan (kansoveenkomst) adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak bergantung kepada suatu kejadian yang belum tentu”.


(24)

12

Pasal 1320 KUH Perdata tentang Syarat-syarat Terjadinya Suatu Persetujuan yang Sah.

Berdasarkan definisi tersebut diatas maka asuransi merupakan suatu bentuk perjanjian dimana harus dipenuhi syarat sebagaimana dalam Pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat-syarat terjadinya suatu persetujuan yang sah. Dimana, adanya kesepakatan kedua belah pihak, kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum, adanya objek, dan adanya klausula yang mempunyai kekuatan hukum.12

Dalam perjanjian asuransi sering dimuat janji-janji khusus yang dirumuskan secara tegas dalam polis yang dimaksudkan untuk mengetahui batas tanggungjawab penanggung dalam pembayaran ganti kerugian apabila terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian.

2. Perkembangan Usaha Asuransi

Usaha persuransian sebagai salah satu lembaga keuangan non bank menjadi semakin penting peranannya, Perkembangan industri asuransi tidak terlepas dari kesadaran akan pentingnya berasuransi untuk kualitas hidup yang lebih baik. Makin tinggi pendapatan per kapita masyarakat, makin mampu masyarakat memiliki harta kekayaandan makin dibutuhkan pula perlindungan keselamatannya dari ancaman bahaya. Karena pendapatan masyarakat meningkat, maka kemampuan membayar premi asuransi juga meningkat.Dengan demikian, usaha perasuransian juga berkembang.

Industri asuransi nasional memasuki babak baru, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beroperasi. Kehadirannya memunculkan harapan baru dari sisi regulasi dan pengawasan industri. Apalagi komisioner yang terpilih, tergolong sosok yang diterima dengan baik oleh pelaku industri. Ide-ide perbaikan dari OJK makin membawa optimisme asuransi nasional.


(25)

13

http://munawarkasan.wordpress.com (diakses pada tanggal 20 Desember 2013). 14

Industri asuransi indonesia berkembang, pada tanggal 20 Desember 2013).

Pengaturan tarif referensi asuransiproperti, pembentukan perusahaan reasuransi yang kuatadalah sebagian tekad dari Otoritas Jasa Keuangan.13

Fitch Ratings menyatakan, prospek peringkat untuk sektor asuransi jiwa dan asuransi umum di Indonesia pada tahun 2014 adalah Stabil. Hal ini didukung oleh pertumbuhan pasar yang stabil, eksposur pada risiko ekuitas yang terkendali, dan margin operasional yang stabil. Prospek Sektor adalah Stabil, mencerminkan pandangan Fitch bahwa pasar yang luas dan penetrasi pasar yang rendah terus menawarkan peluang pertumbuhan yang menarik serta didukungnya permintaan sektor oleh pertumbuhan kelas menengah dan meningkatnya tingkat pendapatan. Selain itu, kinerja operasional perusahaan asuransi tidak terpengaruh oleh kerugian dari bencana alam pada tahun 2013. Fitch memperkirakan prospek pertumbuhan akan tetap menarik dalam jangka menengah hingga jangka panjang, didorong oleh penetrasi yang rendah, peningkatan kesadaran risiko, dan kenaikan tingkat kemakmuran.14

Mengelola Produk Baru berarti perusahaan asuransi menerima pelimpahan resiko ekonomis seseorang yang diasuransikan. Sebelum kesepakatan pelimpahan resiko dilakukan harus ada dua prinsip yaitu prinsip itikad baik dan prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan. Setiap produksi baru akan diakseptasi melalui proses seleksi untuk di-underwrite oleh bagian underwriting

untuk mengetahui produksi tersebut telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Underwriting adalah proses menilai tingkat risiko calon calon tertanggung atau proses mempertimbangkan dapat tidaknya suatu permintaan asuransi diterima dan dikeluarkan polisnya. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar dapat melindungi penanggung atau perusahaan asuransi dari kemungkinan


(26)

terjadinya moral hazard.

Pengisian SPA ada beberapa hal yang perlu dilengkapi saat mengisi SPA oleh para agen, pemasar, atau staf bank yang memasarkan produk bancassurance, yaitu tidak diperkenankan mengunakan foto copy SPA dan pastikan menggunakan bentuk atau jenis terbaru, pastikan calon pemegang polis atau tertanggung menjawab semua pertanyaan dengan jelas dan benar, tidak diperkenankan menghapus atau menggunakan tinta koreksi, jika ada kekeliruan harap dicoret dan ditandatangani oleh calon tertanggung atau pemegang polis untuk menjaga validitas, gunakan formulir tambahan jika dipandang perlu dan periksa kebenaran penulisan nama, tempat dan tanggal lahir, alamat pelayanan dan lain sebagainya.

Dengan kelengkapan data tersebut, maka bagian underwriting akan mendapatkan kemudahan untuk menetapkan keputusan apakah polis asuransi yang diajukan calon tertanggung dapat diterima dengan kondisi standar, diterima dengan syarat, seperti: ekstra premi atau dengan klausul khusus atau ditolak atau ditunda, karena tidak memenuhi persyaratan.

Sebelum memasuki proses ini ada beberapa dokumen dan langkah yang harus diperhatikan. Keputusan underwriting untuk produksi standar, dengan alur kerjanya seperti berikut:

Tabel I

Keputusan Underwriting untuk Produksi Standar

Customer

mengisi formulir SPA

Customer membayar

ke rekening Asuransi di Bank, slip setoran

diberikan ke CS

CS Bank menyerahkan SPA

ke PIC di Bank

PIC Bank mengirimkan SPA ke Asuransi Asuransi melakukan proses seleksi Asuransi mengirimkan keputusan Underwriting ke Nasabah dan daftar


(27)

Keputusan underwriting dengan syarat artinya ada syarat-syarat yang akan diberlakukan apabila pertanggungan tetap dilanjutkan, yaitu:

Tabel II

Keputusan Underwriting dengan Syarat

Keputusan underwriting apabila SPA ditunda atau ditolak, maka proses atau alur kerjanya dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel III

Keputusan Underwriting apabila SPA Ditunda atau Ditolak

Sumber : Operasional Produk bancassurance

Keterangan :

Asuransi : Perusahaan Asuransi PIC : Person in charge

CS : Bagian Customer Service di Bank

Nasabah mengirimkan konfirmasi setuju dengan kondisi yang ditawarkan Nasabah membayar premi tambahan ke rekening Asuransi di

Bank, slip setoran diberikan ke CS

CS menyampaikan

konfirmasi ke PIC di Bank

PIC di Bank menyampaikan konfirmasi nasabah

ke Asuransi Bila Premi telah

dibayar, Polis dicetak

Asuransi melakukan proses seleksi dan menemukan dokumen tidak lengkap Asuransi mengirimkan surat pemberitahuan ke nasabah dan copy

ke Bank

Nasabah melengkapi kekurangan yang

diminta dan mengirimkan langsung ke Asuransi atau lewat

PC di Bank

Asuransi melakukan proses ulang underwriting

Asuransi mengeluarkan keputusan Underwriting ke Nasabah dan copy ke Bank


(28)

Dan prosedur pemeriksaan kesehatan, sebagai berikut:

Tabel IV

Prosedur Pemeriksaan Kesehatan

Sumber : Operasional Produk bancassurance

Untuk mengantisipasi terjadinya kejahatan Klaim, pelatihan staf bank harus diselenggarakan secara teratur dan efektif. Staf bank umumnya belum begitu mengenal lika-liku produk asuransi secara mendalam. Oleh karena itu, dalam memasarkan produk asuransi perlu waspada terhadap penipuan oleh nasabah.

Provider Hasil pemeriksaan medis dikirim ke

Asurasni oleh Provider

Asuransi

Surat Keputusan

Underwriting dikirim ke nasabah dan daftar bank setelah dokumen lengkap diterima Asuransi Fax/kirim SPA

ke Asuransi melalui PIC Bank yang

ditunjuk

Bank

Nasabah melengkapi formulir SPA dan melakukan

pemeriksaan medis


(29)

3. Dasar Hukum Asuransi

Adapun peraturan perundangan yang berhubungan dengan pengaturan usaha perasuransian dalam hubungannya dengan perlindungan bagi pemegang polis adalah Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Menurut ketentuan Undang-undang Nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meningal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Perjanjian asuransi bersifat adhesif artinya isi perjanjian tersebut sudah ditentukan oleh Perusahaan Asuransi (kontrak standar). Terdapat 2 (dua) pihak di dalamnya yaitu Penangung dan Tertanggung, Namun dapat juga diperjanjikan bahwa Tertanggung berbeda pihak dengan yang akan menerima tanggungan. Adanya premi sebagai yang merupakan bukti bahwa tertanggung setuju untuk diadakan perjanjian asuransi.

Pasal 1266 KUHPerdata mengatur bahwa syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam perjanjian timbal balik apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Namun demikian disebutkan pula bahwa perjanjian tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada hakim. Permintaan tersebut juga harus dilakukan meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan di dalam perjanjian.


(30)

15

Man Suparman Sastrawidjaja, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransian (Bandung: Penerbit Alumni, 1997), hlm. 11.

Bagi kepentingan pemegang polis ketentuan pasal tersebut perlu diperhatikan sebab kemungkinan misalnya yang bersangkutan terlambat dalam melakukan pembayaran premi. Apabila ternyata penanggung wajib memberikan ganti kerugian atau sejumlah uang dalam perjanjian asuransi dan ternyata melakukan ingkar janji, maka pemegang polis dapat menuntut penggantian biaya, rugi dan bunga dengan memperhatikan Pasal 1267 KUHPerdata yang menyatakan bahwa pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilihapakah ia, jika hal itu masih dapat dilakukan, akan memaksa pihak yang lain untuk memenuhi perjanjian, disertai penggantian biaya, kerugian dan bunga.15

Untuk mencegah penanggung menambah syarat-syarat lainnya dalam memberikan ganti rugi atau sejumlahuang, maka sebaiknya pemegang polis memperhatikan ketentuan Pasal 1253 s/d 1262 KUHPerdata. Bahwa ahli waris dari pemegang polis/tertanggung dalam perjanjian asuransi juga mempunyai hak untuk dilaksanakan prestasi dari perjanjian tersebut dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 1318 KUHPerdata. Disebutkan dalam pasal tersebut bahwa jika seorang minta diperjanjikan sesuatu hal, maka dianggap tu adalah untuk ahli waris-ahli warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak dari padanya, kecuali jika dengan tegas ditetapkan atau dapat disimpulkan dari sifat perjanjian bahwa tidak demikian maksudnya.

Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata mengatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dengan adanya perkataan “semua” dalam pasal tersebut berarti juga berlaku bagi perjanjian asuransi. Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata melahirkan beberapa asas antara lain asas kebebasan berkontrak, asas kekuatan mengikat, dan


(31)

16

Ibid., hlm. 12. asas kepercayaan.16

Selanjutnya Pasal 1338 ayat (2) KUHPerdata berbunyi bahwa perjanjian-perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Dengan demikian apabila misalnya pemegang polis terlambat membayar premi maka penanggung tidak secara sepihak menyatakan perjanjian asuransi batal.

Pasal 1338 KUHPerdata ditutup dengan ayat (3) yang menegaskan bahwa perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Itikad baik merupakan suatu dasar pokok dan kepercayaan yang menjadi landasan setiap perjanjian termasuk perjanjian asuransi dan pada dasarnya hukum tidak melindungi pihak yang beritikad buruk.

Pasal 1339 KUHPerdata berbunyi bahwa perjanjian-perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang. Ketentuan ini yang melahirkan asas kepatutan berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian.

Pasal 1324 KUHPerdata mengenai menafsirkan perjanjian harus diperhatikan pula oleh para pihak yang mengadakan perjanjian asuransi. Pasal 1365 KUHPerdata tentang perbuatan melanggar hukum dapat juga dipergunakan oleh pemegang polis apabila dapat membuktikan penanggung telah melakukan perbuatan yang merugikannya.


(32)

17

Rancangan Menteri Keuangan PMK.010/1012. 18

Ibid., hlm 141.

Sesuai dengan Rancangan Menteri Keuangan PMK.010/2012, perusahaan asuransi dapat memasarkan produk asuransi secara langsung (direct marketing) dan/atau melalui kerjasama dengan agen asuransi perorangan, perusahaan agen asuransi, bank (bancassurance), dan badan usaha selain perusahaan agen dan bank. perusahaan asuransi yang melakukan pemasaran produk asuransi melalui kerjasama bank (bancassurance) wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan menteri.17

Sebagai agen, secara umum posisi bank akan lebih berhubungan dengan kepentingan pihak yang memperkerjakannya untuk menjual produk asuransi, dibandingkan kepentingan para nasabah bank yang dengan skema bancassurance ini akan menjadi pembeli potensial terhadap produk asuransi yang dijualnya. Dalam memasarkan produk asuransi melalui kerjasama bank (bancassurance) wajib terlebih dahulu memastikan bahwa tenaga yang akan memasarkan produk asuransi telah memiliki sertifikasi agen asuransi sesuai produk asuransi yang akan dipasarkanya dan mendapat pelatihan produk asuransi yang akan dipasarkanya secara berkelanjutan.18

Perusahaan asuransi yang memasarkan produk asuransi melalui bank (bancassurance) wajib memiliki pedoman operasional bersama yang berkaitan dengan seleksi resiko, pembayaran premi dan klaim, pengajuan klaim pelayanan keluhan dan pengaduan tertanggung. Antara perusahaan asuransi dengan bank haruslah dibuat perjanjian yang mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak. Selain itu isi perjanjian kerjasama bancassurance juga harus mencakup langkah-langkah pelaksanaan kewajiban sebagai sales representative dari perusahaan asuransi dalam mengenali dan memilih calon tertanggung.


(33)

19

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

B. Pengaturan Usaha Perbankan di Indonesia

1. Pengertian Bank

Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya.19

Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bent jasa yang menarik seperti, Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut. Inilah beberapa manfaat perbankan dalam kehidupan:

a. Sebagai model investasi, yang berarti, transaksi derivatif dapat dijadikan sebagai salah satu model berinvestasi. Walaupun pada umumnya merupakan jenis investasi jangka pendek (yield enhancement).

b. Sebagai cara lindung nilai, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai salah satu cara untuk menghilangkan risiko dengan jalan lindung nilai (hedging), atau disebut juga sebagai risk management.

c. Informasi harga, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai sarana mencari atau memberikan informasi tentang harga barang komoditi tertentu dikemudian hari (price discovery).


(34)

d. Fungsi spekulatif, yang berarti, transaksi derivatif dapat memberikan kesempatan spekulasi (untung-untungan) terhadap perubahan nilai pasar dari transaksi derivatif itu sendiri.

e. Fungsi manajemen produksi berjalan dengan baik dan efisien, yang berarti, transaksi derivatif dapat memberikan gambaran kepada manajemen produksi sebuah produsen dalam menilai suatu permintaan dan kebutuhan pasar pada masa mendatang.20

Terlepas dari fungsi-fungsi perbankan (bank) yang utama atau turunannya, maka yang perlu diperhatikan untuk dunia perbankan, ialah tujuan secara filosofis dari eksistensi bank di Indonesia. Hal ini sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menjelaskan, ”Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”.21

Bank (perbankan) Indonesia dalam melakukan usahanya harus didasarkan atas asas demokrasi ekonomi yang menggunakan prinsip kehati-hatian. Hal ini, jelas tergambar, karena secara filosofis bank memiliki fungsi makro dan mikro terhadap proses pembangunan bangsa. Jasa-jasa bank lainnya menyusul sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Akibat dari kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat dan beragam, maka peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berada di negara maju maupun negara berkembang. Bahkan dewasa ini perkembangan dunia perbankan semakin pesat dan modern, perbankan semakin mendominasi perkembangan ekonomi dan bisnis suatu negara.


(35)

Bahkan aktivitas dan keberadaan perbankan sangat menentukan kemajuan suatu negara.

2. Perkembangan Usaha Perbankan

Seiring dengan perkembangan perdagangan dunia, perkembangan perbankan pun semakin pesat karena perkembangan dunia perbankan tidak terlepas dari perkembangan perdagangan. Indonesia adalah Negara yang memiliki kekayaan alam nomor satu didunia, yang sebenarnya memiliki potensi untuk menjadi Negara maju, tapi sayangnya banyak hambatan-hambatan yang menghalangi kemajuan tersebut. Salah satu faktornya adalah kondisi keuangan yang sampai saat ini menjadi masalah yang sangat serius.

Kemudian dalam perkembangan selanjutnya kegiatan operasional perbankan berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini menjadi kegiatan simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan peminjaman uang. Uang yang disimpan oleh masyarakat oleh perbankan dipinjamkan kembali ke masyarakat yang membutuhkannya.

Dari waktu ke waktu kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Selain disebabkan oleh perkembangan internal dunia perbankan, juga tidak terlepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia perbankan, seperti sektor riil dalam perekonomian, politik, hukum, dan sosial. Perkembangan faktor internal dan eksternal tersebut menyebabkan kondisi perbankan di Indonesia dapat dikelompokan dalam 4 periode. Masing-masing periode mempunyai ciri khusus yang tidak dapat disamakan dengan periode


(36)

22

Perkembangan Perbankan di Indonesi

pada tanggal 21 Desember 2013).

lainnya. Deregulasi di sektor riil dan moneter yang dimulai sejak tahun 1980-an serta terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak akhir tahun 1990-an adalah dua peristiwa utama yang telah menyebabkan munculnya empat periode kondisi perbankan di Indonesia sampai dengan tahun 2000. Keempat periode itu adalah:

a. Kondisi perbankan di Indonesia sebelum serangkaian paket-paket deregualsi di sektor riil dan moneter yang dimulai sejak tahun 1980-an. b. Kondisi perbankan di Indonesia setelah munculnya deregulasi sampai

dengan masa sebelum terjadinya krisis ekonomi pada akhir tahun 1990-an. c. Kondisi perbankan di Indoneisa pada masa krisis ekonomi sejak akhir

tahun 1990-an.

d. Kondisi perbankan di Indonesia pada saat sekarang ini.22 3. Dasar Hukum Perbankan

a. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Jo. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

Perkembangan bisnis perbankan yang begitu pesat semenjak diberlakukannya paket-paket kebijakan deregulasi perbankan memberikan sinyal bahwa undang-undang tentang pokok perbankan tidak sesuai lagi untuk dilaksanakan. Maka Pemerintah telah mengeluarkan undang-undang perbankan nomor 10 tahun 1998 yang berlaku efektif pada 10 November 1998. Telah pula memberikan landasan idiil dan operasional yang lebih kokoh bagi perkembangan bisnis perbankan dalam masa yang akan datang. Undang-undang ini memberi keleluasaan yang lebih banyak serta keluwesan di dalam pemilikkan operasi bank tetap menuntut pula sikap yang bertanggung jawab dari pemilik dan pengurus bank.23


(37)

24

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426/KMK.06/2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426/KMK.06/2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi

Dalam pasal 39 dan pasal 40 diatur tentang pemasaran melalui kerjasama dengan Bank Perusahaan Asuransi dapat melakukan pemasaran melalui kerjasama dengan bank (bancassurance). Perusahaan Asuransi yang melakukan pemasaran melalui kerjasama dengan bank bertanggung jawab atas semua tindakan bank yang berkaitan dengan transaksi asuransi yang dipasarkan melalui kerjasama dengan bank dimaksud.

Perusahaan Asuransi yang akan melakukan pemasaran melalui kerjasama dengan bank harus memperoleh persetujuan Menteri. Untuk memperoleh persetujuan Menteri, Perusahaan Asuransi yang akan melakukan pemasaran melalui kerjasama dengan bank harus mengajukan permohonan kepada Menteri dengan menyampaikan produk yang akan dipasarkan, prosedur penutupan dan pembayaran premi, prosedur penyelesaian klaim dan konsep perjanjian kerja sama dengan bank yang telah diparaf oleh para pihak. Petugas bank yang akan melakukan pemasaran produk asuransi harus memenuhi ketentuan yaitu memiliki sertifikasi keagenan asuransi yang dikeluarkan oleh asosiasi terkait dan telah memperoleh pelatihan mengenai produk asuransi yang akan dipasarkan.24

c. Surat Edaran Bank Indonesia 12/35/DPNP

Sehubungan dengan semakin berkembangnya kegiatan pemasaran perusahaan asuransi melalui kerjasama dengan Bank (bancassurance), maka disadari bahwa kegiatan tersebut selain memberikan manfaat juga berpotensi menimbulkan berbagai risiko bagi Bank, terutama risiko hukum dan risiko reputasi. Untuk itu, dalam rangka mendukung perkembangan pasar keuangan,


(38)

meningkatkan penerapan manajemen risiko oleh Bank, melindungi kepentingan nasabah Bank dan sejalan dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 426/KMK.06/2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi serta sebagai pelaksanaan lebih lanjut dari Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4292) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5029), dipandang perlu untuk mengatur penerapan manajemen risiko pada Bank yang melakukan kerjasama dengan perusahaan asuransi (bancassurance).

Bank yang melakukan bancassurance harus mematuhi ketentuan terkait yang berlaku dibidang perbankan dan perasuransian, antara lain ketentuan Bank Indonesia yang terkait dengan manajemen risiko, rahasia bank, transparansi informasi produk, dan ketentuan otoritas pengawas perasuransian terutama yang terkait dengan bancassurance. Dalam melakukan bancassurance, Bank dilarang menanggung atau turut menanggung risiko yang timbul dari produk asuransi yang ditawarkan. Segala risiko dari produk asuransi tersebut menjadi tanggungan perusahaan asuransi mitra bank. Bank yang melakukan bancassurance hanya dibolehkan memasarkan produk asuransi yang dinyatakan dalam perjanjian kerjasama antara Bank dengan perusahaan asuransi mitra bank.25


(39)

26

Asia Insurance Review.

C. Perkembangan Bancassurance di Indonesia 1. Perkembangan Bancassurance di Indonesia

Di tengah berbagai kesibukan yang mengimpit, sering kali masyarakat tidak punya waktu berlama-lama dalam mengurus berbagai keperluan keuangannya. Namun, tidak bisa disangkal, kebutuhan untuk investasi serta perlindungan berupa asuransi menjadi kebutuhan yang tak terhindarkan. Jika bisa melakukan berbagai urusan keuangan dalam sekali langkah, kenapa harus bersusah-susah melakukannya secara terpisah.

Bank sebagai lembaga keuangan ternyata bisa menjadi satu tempat yang memberikan layanan keuangan maupun layanan penjualan asuransi. Bentuk kerja sama bank dan perusahaan asuransi dalam memasarkan produk asuransi, atau gabungan produk asuransi dan bank kepada nasabah, biasa dikenal dengan sebutan bancassurance.

Bancassurance tidak bisa dibendung lagi. Apalagi bank-bank menengah kecil juga melakukan praktik ini kendati masih terbatas pada perusahaan asuransi yang ternaung dalam grup usahanya. Bukankah ini merupakan layanan satu pintu yang menggiurkan bagi bank, perusahaan asuransi, maupun nasabah.

Secara umum orang beranggapan bahwa bancassurance adalah praktek menjual produk asuransi lewat bank. Dalam beberapa tahun terakhir ini, telah terjadi perubahan penting pada sektor jasa keuangan, yaitu berkembangnya produk bancassurance. Istilah Bancassurance berasal dari bahasa Perancis, tempat lahirnya produk dan sistem bancassurance. Produk ini pertama kali diperkenalkan tahun 1970-an, namun baru dipasarkan secara efektif di negara tersebut pada tahun 1980.26


(40)

27

Agnes M. Toar, “Penyalahgunaan Keadaan dan Tanggung Jawab atas Produk di

Karena faktor historis, produk bancassurance di Eropa maju pesat. Di negara-negara Eropa, lebih dari 50% transaksi bisnis asuransi jiwa dilakukan melalui bank. Di Eropa daratan, model-model konvergen menjadi bibit utama berkembangnya “new-business insurance” ini. Di Spanyol, misalnya, di mana

bancassurance menguasai 80% pemasukan premi industri asuransi, sudah lama asuransi jiwa dijual bersama produk perbankan dan menggunakan saluran perbankan.

Di Amerika Serikat dan Kanada, bancassurance mulai dikenal tahun 1995 dengan nama bank-sold insurance atau bank-insurance. Bancassurance

dimasukkan dalam salah satu jenis distribusi location selling. Produk asuransi yang dipasarkan melalui bank adalah produk asuransi jiwa dan kesehatan kurang populer dijual sebagai produk bancassurance. Menurut catatan, pada tahun 1996 produk asuransi jiwa yang terjual melalui perbankan di AS kurang dari 5% dan asuransi kesehatan kurang dari 20%.

Di pasar Asia, tingkat penetrasi bancassurance terjadi perbedaan nyata antara negara yang satu dengan yang lain. Di negara-negara dengan jumlah masyarakat kelas menengah yang besar, penetrasi bancassurance sangat tinggi. Sementara pada negara-negara yang penduduknya kurang sadar berasuransi, tingkat penetrasinya rendah. Bancassurance paling sukses di Hongkong (27%), Singapura (25%), dan Malaysia (15%).27

Sistem hukum dan regulasi bidang keuangan berpengaruh besar terhadap kesuksesan bancassurance di suatu negara. Di negara-negara dengan sistem regulasi ketat seperti India, Cina, dan Taiwan, bancassurance tidak berkembang, regulasi pemerintah yang tidak mengakui kerja sama antara lembaga perbankan


(41)

28

Ketut Sendra, Kemitraan Strategis Perbankan dan Perusahaan Asuransi. Seri Manajemen Pemasaran No. 14. (Jakarta: PPM, 2007), hlm. 5.

dengan perusahaan asuransi. Namun sejak 10 tahun terakhir terdapat perubahan besar di Thailand, Korea Selatan, Indonesia, Malaysia, Jepang, dan Filipina.

Di Indonesia, bancassurance mulai diperkenalkan pada tahun 1990-an. Saat itu yang dikembangkan hanyalah asuransi kredit yang merupakan bagian kecil dari bisnis bancassurance. Selanjutnya mulai tumbuh pola yang mengikuti bentuk bancassurance, seperti Lippo Bank dan Lippo Life (sekarang AIG Life) dengan produk Warisan-nya, BCA dan Indolife dengan produk Study Save-nya, Bank Niaga dan Niaga Cignalife, BRI dan BRIngin Life, Danamon dan Zurich life dengan produk Primajaga-nya. Baru pada tahun 2010-an bisnis bancassurance

di Indonesia mulai semarak dan dijadikan alternatif distribusi yang menguntungkan bank, perusahaan asuransi maupun nasabah.

Bank yang mengembangkan bisnis bancassurance sebagai unit bisnis antara lain BNI dengan BNI Life, Bank NISP dengan Alliance Life dan Great Eastern Life Indonesia, Standard Chartered Bank dengan Alliance Life, Bank Mandiri dengan Axa Mandiri Life, Bank Mega dengan Mega Life, Takaful dengan Bank Muamalat. Karena kemajuan bancassurance, Bank Indonesia (BI) dan Menteri Keuangan RI menerbitkan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 426/KMK.06/2003 tertanggal 30 september 2003 dan Surat Edaran BI No.12/35/DPNP tertanggal 23 Desember 2010.28

Berdasarkan pengalaman negara-negara yang telah mengembangkan produk dan sistem bancassurance, faktor penentu keberhasilan bancassurance

adalah Regulasi dan kebijakan fiskal, insentif pajak yang mendorong masyarakat untuk membuka simpanan pribadi di bank, budaya yang merupakan citra baik dunia perbankan.


(42)

Sedangkan faktor internal perbankan yang menunjang keberhasilan pembangunan sistem dan produk bancassurance adalah: organisasi, sistem informasi, pelatihan, remunerasi dan metode penjualnya untuk staf pemasaran. Bagi perusahaan asuransi, pembantukan bancassurance merupakan cara memanfaatkan bank untuk menambah dan memperkuat jaringan distribusi.

Selama ini kerjasama bank dan asuransi lebih banyak meliputi asuransi jiwa termasuk kecelakaan, asuransi kesehatan, asuransi kerugian seperti kendaraan, kebakaran dan unit link. Pada tahun-tahun awal, bancassurance hanya

sebatas antara bank yang dibawah satu grup, namun sejak tiga tahun belekangan ini banyak bank yang melakukan kerja sama dengan banyak perusahaan asuransi. Tidak bisa dipungkiri, bank memang hanya mau bekerja sama dengan perusahaan asuransi yang punya reputasi baik.

Bancassurance sebagai suatu produk hasil kerjasama bank dan asuransi memiliki beberapa keuntungan yang dapat dipetik baik oleh bank maupun pihak asuransi serta nasabahnya. Beberapa keuntungannya sebagai berikut:

a. Keuntungan bagi Bank

Memperkuat produk dan meningkatkan pangsa pasar, dengan menambahkan fitur berupa jaminan asuransi mitra maka bank telah melakukan pengembangan produk sehingga akan dapat meningkatkan kekuatan produk perbankan yang dihasilkannya sehingga akan dapat meningkatkan apresiasi nasabah dan calon nasabah terhadap produk yang ditawarkan. Meningkatkan pendapatan, Bancassurance juga dapat dipergunakan bank sebagai sarana dalam meningkatkan pendapatannya,


(43)

Dimana bank bertindak sebagai agen bagi asuransi sehingga akan mendapatkan komisi penjualan atas polis yang terjual. Meningkatkan efisiensi, Efisiensi yang dimaksud adalah efisiensi pemasaran, Bank yang memiliki jaringan yang luas berupa kantor cabang maupun kantor cabang pembantu atau kantor kas mendapatkan tambahan tenaga dalam menjalankan emasaran bancassurance dengan biaya yang murah. Dan Meningkatkan loyalitas nasabah, Dengan menjual produk bancassurance, khususnya yang berupa pemberian kemudahan nasabah dalam membayar premi asuransinya, rekening nasabah senantiasa aktif. Jadi berbeda dengan nasabah yang hanya memiliki tabungan di bank yang hanya menunggu pendapatan bunga saja, nasabah yang memiliki kewajiban membayar premi lewat rekeningnya dibank akan senantiasa menjag agar saldonya mencukupi untuk pembayaran premi tersebut. Dengan demikian nasabah menjadi lebih aktif, dan keaktifan ini mendorong loyalitas nasabah terhadap bank.

b. Keuntungan bagi Asuransi

Peningkatan penjualan dan pangsa pasar, Dengan bekerjasama dengan bank asuransi telah dapat menikmati pasar baru mereka terhadap nasabah bank yang memberikan tambahan fasilitas asuransi, Dengan bekerjasama maka telah meningkatkan jumlah nasabah asuransi sehingga akan dapat meningkatkan pendapatan premi. Meningkatkan kualitas produk, Dengan produk

bancassurance perusahaan asuransi telah meningkatkan kualitas


(44)

produk berupa fitur yang mempermudah nasabah dalam pembayaran premi. Jadi dalam hal ini asuransi memanfatkan jaringan kantor bank yang menyebar luas dan fasilitas pendukungnya berupa jaringan teknologi yang memudahkan dalam transaksi sehingga produk asuransi memberi kesan ketertarikan terhadap nasabah. Dan hal ini menghindari manipulasi oleh agen yang bersangkutan dengan memanfaatkan dana premi nasabah untuk kepentingan pribadinya. Bagi asuransi pemanfaatan data nasabah yang dimiliki bank mitra usahanya dapat digunakan untuk keperluan pemasaran.

c. Keuntungan bagi nasabah

Kemudahan dalam bertransaksi, Jadi dalam bancassurance telah memenuhi prinsip one stop shopping sehingga nasabah tidak perlu harus dating di bank dan asuransi. Meningkatkan minat berasuransi, Produk bancassurance berupa tabungan dengan fitur tambahan asuransi mendorong masyarakat untuk mau membeli produk asuransi.

Keuntungan lain, bank dapat melakukan cross selling bagi satu nasabah dengan produk bank yang dimiliki, seperti kartu kredit, kredit pemilikan rumah (KPR), dan kredit pemilikan mobil (KPM), atau deposito, giro, dan tabungan di sisi dana. Sistem bancassurance

dapat dikatakan lebih efisien dan efektif dalam upaya meningkatkan pendapatan premi sebab lebih mudah menjaring nasabah dari bank bersangkutan. Apalagi, di Indonesia kalau mendengar asuransi tentu


(45)

sepercaya kalau yang menjual bank. Orang lebih percaya bank daripada asuransi.

2. Kontrak agensi, kontrak asuransi dalam mekanisme bancassurance

Dari sisi hukum, Bancassurance merupakan aktivitas hukum yang timbul dari perjanjian antara perusahaan asuransi dengan pihak bank dimana bank sepakat untuk bertindak sebagai agen penjualan produk-produk asuransi di dalam wilayah jangkauan pasar yang dimiliki oleh bank tersebut. Dari hasil penjualan produk asuransi tersebut, bank akan mendapatkan pembayaran dalam bentuk fee

ataupun komisi dalam jumlah yang telah disepakati.29

Dari pengertian di atas, terlihat bahwa hubungan hukum yang terbangun antara pihak perusahaan asuransi dengan pihak bank lebih pada hubungan keagenan dimana pihak bank bertindak sebagai agen (sales representative) yang menjual produk-produk asuransi mitra berkontraknya, di wilayah aktivitasnya sebagai bank. Sebagai agen, secara umum posisi bank akan lebih berhubungan dengan kepentingan pihak perusahaan asuransi yang mempekerjakannya untuk menjual produk asuransi, dibandingkan kepentingan para nasabah bank yang dengan skema bancassurance ini akan menjadi pembeli potensial terhadap produk asuransi yang dijualnya.

Dengan kata lain, walaupun pada awalnya hubungan hukum antara bank dan nasabahnya telah eksis berdasarkan kontrak yang timbul dari penggunaan produk perbankan seperti yang diatur dalam Pasal 6-9 UU Nomor 7/1992 Jo. UU Nomor 10/1998 tentang Perbankan, akan tetapi dalam skema bancassurance ini, konsekuensi perikatan yang timbul dari penjanjian asuransi yang dijual bank terhadap nasabahnya tersebut bukanlah menimbulkan perikatan antara si nasabah


(46)

30

Subekti, Hukum Perjanjian (Jakarta:PT Intermasa, 2002), hlm. 34.

dengan bank tersebut.Tetapi, perikatan yang timbul tetap antara si nasabah (yang berubah menjadi tertanggung dalam kontrak asuransi) dengan perusahaan asuransi penerbit.

Saling kontrol antara perusahaan asuransi dengan bank dalam kerjasama

bancassurance inilah bagian yang cukup sulit untuk dilaksanakan secara baik. Ini dikarenakan , walaupun sama-sama lembaga keuangan, kedua lembaga ini memiliki jiwa aktivitas yang sangat berbeda. Bank yang dimasuki oleh produk asuransi akan memberikan perhatian pertama kepada stabilitas pasar dari produk-produk perbankannya, sehingga bank dapat saja hanya sekedar menjalankan upaya penjualan produk tanpa memahami prinsip-prinsip asuransi yang berlaku.

Sebaliknya, perusahaan asuransi sendiri sebagai pemilik produk yang akan dijual dan yang akan tetap bertanggung jawab terhadap resiko pertanggungan , akan sangat menaruh perhatian dalam aktivitas kontrak asuransi melalui pemasaran bank tersebut. Hubungan hukum keagenan yang mendasari

bancassurance secara umum lebih mendudukkan kedua belah pihak sebagai mitra yang sejajar yang membuat sulit bagi perusahaan asuransi untuk terus menerus memberikan instruksi kepada pihak bank.

Keadaan ini membuat beberapa pihak menganggap bahwa kordinasi pelaksanaan bancassurance ini sering lebih mudah dikendalikan dan mencapai sasarannya bila perusahaan asuransi dan bank tersebut datang dari suatu grup atau induk usaha yang sama. Pasalnya, dalam hubungan sister company atau pun

subsidiary, bank dapat lebih koperatif untuk memaksimalkan sasaran-sasaran pasar dengan tetap berpegang pada kualitas dan legalitas produk dan pelayanan.30 Mengenai konsekuensi produk yang dijual tersebut, bukanlah merupakan


(47)

kewajiban bank untuk memenuhinya, akan tetapi perusahaan asuransi yang menjadi mitra bank dalam perjanjian bancassurance tersebut. Sebenarnya, aktivitas untuk mengageni produk untuk dijual kepada nasabah bank, bukan hanya terlihat dalam bancassurance, akan tetapi juga dalam penggunaan bank sebagai alat penjualan produk-produk yang dibungkus bersamaan dengan peluncuran produk-produk perbankan. Misalnya reksa dana, dan produk-produk kombinasi lainnya. Oleh karena itu, langkah Bank untuk menjadi channel distribution

produk asuransi tersebut seharusnya tidak mendapat larangan karena secara komersial mampu meningkatkan kinerja dan peningkatan pencapaian keuntungan dari kedua pelaku lembaga keuangan tersebut.

Dalam posisinya sebagai agen dari produk asuransi, tentunya bank-bank yang akan menjadi mitra pelaksana bancassurance tersebut haruslah telah terlebih dahulu mendapatkan kualifikasi kelayakan untuk bertindak sebagai agen. Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk menjaga kewajiban dari seluruh pihak yang terlibat dalam bancassurance ini dapat secara jelas dan tegas terlindungi.


(48)

BAB III

BENTUK PERLINDUNAN BANK YANG DITERAPKAN OLEH BANCASSURANCE

A. Bentuk Perlindungan Bank terhadap Nasabah dalam Kegiatan

Bancassurance menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor

12/35/DPNP

Nasabah yang menyimpan dananya di Bank umumnya mempunyai berbagai tujuan dan motivasi. Nasabah sangat menginginkan agar dana yang disimpannya pada bank terjamin aman dari segala sesuatu yang dapat merugikannya dan adanya balas jasa dari bank atas penggunaan dana tersebut. Secara umum perlu adanya perlindungan terhadap nasabah agar tidak dirugikan oleh pihak bank atau pihak lain yang tidak bertanggungjawab.

Aktivitas kerjasama pemasaran antara bank dengan perusahaan asuransi yang selanjutnya disebut bancassurance dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/35/DPNP adalah aktivitas kerjasama antara Bank dengan perusahaan asuransi dalam rangka memasarkan produk asuransi melalui Bank. Aktivitas kerjasama ini diklasifikasikan dalam 3 (tiga) model bisnis sebagai berikut:

1. Referensi

Referensi merupakan suatu aktivitas kerjasama pemasaran produk asuransi, dengan Bank berperan hanya mereferensikan atau merekomendasikan suatu produk asuransi kepada nasabah. Peran Bank dalam melakukan pemasaran terbatas sebagai perantara dalam meneruskan informasi produk asuransi dari perusahaan asuransi mitra Bank kepada nasabah atau menyediakan akses kepada perusahaan asuransi untuk menawarkan produk asuransi kepada nasabah.


(49)

Aktivitas ini dapat dibedakan sebagai berikut: a. Referensi dalam Rangka Produk Bank

Bank mereferensikan atau merekomendasikan produk asuransi yang menjadi persyaratan untuk memperoleh suatu produk perbankan kepada nasabah. Persyaratan keberadaan produk asuransi tersebut dimaksudkan untuk kepentingan dan perlindungan kepada Bank atas Risiko terkait dengan produk yang diterbitkan atau jasa yang dilaksanakan oleh Bank kepada nasabah. Dalam hal ini, pada hakikatnya produk asuransi juga untuk melindungi debitur sebagai pihak tertanggung meskipun dalam polis dicantumkan banker’s clause karena Bank sebagai penerima manfaat. Contoh produk Bank yang mempersyaratkan keberadaan asuransi adalah:

1) Kredit pemilikan rumah yang disertai kewajiban asuransi kebakaran terhadap rumah atau bangunan yang dibiayaioleh Bank serta asuransi jiwa terhadap nasabahpeminjam (debitur). 2) Kredit kendaraan bermotor yang disertai kewajibanasuransi

kerugian terhadap kendaraan bermotor yang dibiayai oleh Bank. 3) Kredit kepada pegawai/pensiunan yang disertai kewajiban

asuransi jiwa terhadap nasabah peminjam (debitur). b. Referensi Tidak dalam Rangka Produk Bank

Bank mereferensikan produk asuransi yang tidak menjadi persyaratan untuk memperoleh suatu produk perbankan kepada nasabah. Aktivitas kerjasama pemasaran ini dapat dilakukan melalui:


(50)

31

Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/35/DPNP Butir I,1,a.

1) Bank meneruskan brosur, leaflet, dan/atau hal-hal sejenis yang memuat penawaran, informasi, dan/atau penjelasan dari perusahaan asuransi mitra Bank atas suatu produk asuransi kepada nasabah Bank, baik secara tatap muka maupun melalui surat dan media elektronik, termasuk menggunakan website

Bank. Dalam hal nasabah memerlukan informasi lebih lanjut atau bermaksud membeli produk asuransi yang direferensikan melalui pemasaran tersebut, maka Bank harus mengarahkan nasabah ke perusahaan asuransi mitra Bank yang bersangkutan. 2) Bank menyediakan ruangan di dalam lingkungan kantor Bank

yang dapat digunakan oleh perusahaan asuransi mitra Bank dalam rangka pemasaran produk asuransi (in-branch sales) kepada nasabah.

3) Bank menyediakan data nasabah yang dapat digunakan oleh perusahaan asuransi mitra Bank dalam rangka pemasaran produk asuransi dengan mematuhi prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud butir II.B.3.31

Maka yang menjadi bagian dari tugas bank dalam model bisnis referensi

dalam rangka produk bank maupun tidak dalam rangka produk bank, tidak ada bentuk tanggung jawab yang bisa dibebankan kepada bank. Yang dimaskud disini adalah bank tidak dapat dituntut apabila dikemudian hari terjadi masalah hukum antara nasabah dengan pihak dari asuransi mitra bank. Karena dalam memutuskan pilihan perusahaan asuransi mana yang akan dipakai adalah murni keputusan


(51)

nasabah tanpa ada unsur paksaan. Posisi bank hanya mereferensikan atau merekomendasikan perusahaan asuransi mana yang dapat diikuti.

Contoh untuk referensi dalam rangka produk bank adalah pada Bank Internasional Indonesia (BII) untuk nasabah yang melakukan kredit kendaraan bermotor maka BII yang bekerja sama dengan Asuransi Sinar Mas akan mengcover resiko-resiko yang mungkin akan terjadi. Walaupun hanya dengan Asuransi Sinar Mas bank bekerjasama namun nasabah diberi keleluasaan. Artinya nasabah boleh memilih mengasuransikan kreditnya atau tidak. Contoh lain dari bentuk kerjasama referensi dengan produk bank ini terwujud dalam kerjasama yang dilakukan oleh bank permata dan PT. Prudential yang meluncurkan kerjasama bancassurance. Produk ini diperkenalkan pada maret 2010 dengan nama produk PRESTIGElink Assurance Account. Penawaran ini dilakukan kepada nasabah yang datang ke bank permata dan mencari asuransi, maka pihak bank akan menawarkan produk ini. Nasabah boleh membeli atau tidak terhadap produk

bancassurance ini. 2. Kerjasama Distribusi

Kerjasama distribusi merupakan suatu aktivitas kerjasama pemasaran produk asuransi, dengan Bank berperan memasarkan produk asuransi dengan cara memberikan penjelasan mengenai produk asuransi tersebut secara langsung kepada nasabah. Penjelasan dari Bank dapat dilakukan melalui tatap muka dengan nasabah dan/atau dengan menggunakan sarana komunikasi (telemarketing), termasuk melalui surat, media elektronik, dan website Bank.

Peran Bank tidak hanya sebagai perantara dalam meneruskan informasi produk asuransi dari perusahaan asuransi mitra Bank kepada nasabah, tetapi Bank


(52)

juga memberikan penjelasan secara langsung yang terkait dengan produk asuransi seperti karakteristik, manfaat, dan Risiko dari produk yang dipasarkan dan meneruskan minat atau permintaan pembelian produk asuransi dari nasabah kepada perusahaan asuransi mitra Bank.

3. Integrasi Produk

Integrasi produk merupakan suatu aktivitas kerjasama pemasaran produk asuransi, dengan Bank berperan memasarkan produk asuransi kepada nasabah dengan cara melakukan modifikasi dan/atau menggabungkan produk asuransi dengan produk Bank. Aktivitas kerjasama pemasaran ini dilakukan oleh Bank dengan cara menawarkan atau menjual bundled product kepada nasabah melalui tatap muka dan/atau dengan menggunakan sarana komunikasi (telemarketing), termasuk melalui surat, media elektronik, dan website Bank. Dengan demikian, peran Bank tidak hanya meneruskan dan memberikan penjelasan yang terkait dengan produk asuransi kepada nasabah, tetapi juga menindaklanjuti aplikasi nasabah atas bundled product, termasuk yang terkait dengan produk asuransi kepada perusahaan asuransi mitra Bank.

Contoh kerjasama ini adalah kerjasama bancassurance yang dilakukan oleh BTPN dengan asuransi Allianz, produknya adalah kredit pensiun. Dalam produk ini nasabah akan diberi penawaran pinjaman disertai adanya asuransi jiwa. Jika nasabahnya meninggal maka, produk ini akan memberikan santunan berupa uang kepada ahli warisnya. Jadi selain memperoleh pinjaman juga memperoleh polis asuransi. Dari contoh kerjasama tersebut artinya nasabah tidak bisa memilih asuransi yang mana yang diinginkan oleh nasabah. Karena bank dan pihak asuransi sudah menentukan dalam produk bancassurancenya.


(53)

32

Surat Edaran Bank Indonesia 12/35/DPNP butir II.B.1 a,b,c.

Maka, ketika terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi maka, nasabah bisa juga menuntut pertanggung jawaban bank. Yang mengacu pada butir II.B.1 a,b,c SEBI 12/35/DPNP yaitu:

a. Penetapan Perusahaan Asuransi yang Menjadi Mitra Bank

Bank wajib melakukan penilaian terhadap perusahaan asuransi yang menjadi mitra Bank dalam bancassurance dengan memenuhi paling kurang hal-hal sebagai berikut:

1) Perusahaan asuransi yang dapat dijadikan mitra Bank adalah perusahaan asuransi yang memiliki tingkat solvabilitas paling kurang sesuai dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan data terkini dari Bapepam dan LK.

2) Bank wajib memastikan bahwa perusahaan asuransi mitra Bank telah memperoleh surat persetujuan dari Menteri Keuangan untuk melakukan bancassurance.

3) Bank wajib memantau, menganalisa, dan mengevaluasi kinerja dan/atau reputasi perusahaan asuransi mitra Bank secara berkala paling kurang sekali dalam 1 (satu) tahun atau sewaktu-waktu apabila terjadi perubahan kondisi kinerja dan/atau reputasi perusahaan asuransi mitra Bank yang diketahui melalui berbagai sumber informasi.32

Dari butir diatas dapat dijabarkan, bank dalam rangka memilih rekan mitra dalam perjanjian bancassurance haruslah melihat beberapa kriteria diatas. Apabila dalam prakteknya ternyata perusahaan asuransi wanprestasi maka artinya bank dalam memilih perusahaan asuransi mitra tidak menepati ketentuan yang


(54)

sudah diatur dalam SEBI 12/35/DPNP. Nasabah dapat meminta pertanggungjawaban bank mengingat bank telah salah dalam menggandeng perusahaan asuransi mitra. Sehingga bank tidak dapat lepas tangan apabila terjadi wanprestasi oleh asuransi mitra.

Tanggungjawab bank dapat dilihat dari contoh kasus dimana adanya keterlambatan pembayaran klaim asuransi yang secara hukum telah jatuh tempo, sehingga secara langsung ataupun tidak langsung dapat menimbulkan resiko bagi bank saat asuransi melakukan kelalaian penyelesaian klaim.

Posisi nasabah dalam SEBI 12/35/DPNP dapat dikatakan bahwa didalamnya kepentingan nasabah tidak disinggung. Karena SEBI hanya mengatur tentang manajemen risiko bank. Padahal dalam pelaksanaan Bancassurance, nasabah merupakan organ penting dan harus diperhatikan. Nasabah harus diberitahu mengenai sejauh mana tanggungjawab bank maupun perusahaan asuransi terkait produk yang diikutinya.

B. Penerapan Prinsip Perlindungan Nasabah Bancassurance ditinjau dari Surat Edaran Bank Indonesia 12/35/DPNP

Berdasarkan SEBI 12/35/DPNP butir II.4 Bank wajib menerapkan prinsip-prinsip pokok transparansi berkaitan dengan asuransi yang dipasarkan, antara lain:

1. Menjelaskan secara lisan dan tertulis kepada nasabah:

a. Asuransi yang dipasarkan bukan merupakan produk dan tanggung jawab Bank serta tidak termasuk dalam cakupan program penjaminan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan perundang-undangan mengenai


(55)

lembaga penjamin simpanan, meskipun terdapat logo dan/atau atribut Bank dalam brosur atau dokumen pemasaran (marketing) lainnya yang digunakan dalam model bisnis Kerjasama Distribusi dan Integrasi Produk.

b. Penggunaan logo dan/atau atribut Bank lainnya dalam brosur atau dokumen pemasaran (marketing) lainnya yang digunakan dalam model bisnis Kerjasama Distribusi dan Integrasi Produk sebagaimana dimaksud pada angka 1) hanya bertujuan untuk menunjukkan adanya kerjasama antara Bank dengan perusahaan asuransi mitra Bank.

c. Karakteristik asuransi mencakup antara lain fitur, Risiko, manfaat, biaya-biaya asuransi, persyaratan kepesertaan, dan prosedur klaim oleh nasabah.

2. Khusus untuk bancassurance melalui model bisnis Kerjasama Distribusi dan Integrasi Produk:

a. Bank harus memastikan bahwa nasabah telah memahami penjelasan mengenai manfaat dan Risiko produk baik yang dilakukan secara lisan maupun tertulis sebagaimana tercantum dalam dokumen pemasaran/ penawaran.

b. Pernyataan nasabah bahwa nasabah telah memahami manfaat dan Risiko produk sebagaimana dimaksud pada bagian 2 huruf a, harus dituangkan dalam dokumen tertulis yang terpisah, dibuat dalam bahasa Indonesia, dan ditanda tangani oleh nasabah dengan menggunakan tanda tangan basah.


(56)

33

Surat Edaran Bank Indonesia 12/35/DPNP butir II.4. 34

Surat Edaran Bank Indonesia 12/35/DPNP butir I.3.

c. Bank harus memastikan bahwa pihak nasabah yang menandatangani dokumen tertulis merupakan pihak yang berwenang menandatangani. d. Bank harus memastikan bahwa logo dan atribut bank tidak

dicantumkan dalam polis asuransi.

e. Untuk asurani yang bersifat kolektif, setiap nasabah harus memperoleh tanda kepersertaan, maka tanda kepesertaan tersebut harus menyatakan secara jelas bahwa risiko asuransi menjadi tanggung jawab perusahaan asuransi.

f. Bank harus transparan kepada nasabah mengenai biaya-biaya yang harus dibayar, termasuk apabila dalam premi asuransi yang harus dibayar terdapat perhitungan komponen biaya lain seperti biaya provisi, biaya administrasi, dan/atau komisi yang diberikan perusahaan asuransi mitra Bank kepada bank dalam rangka bancassurance.33

Selain mengatur tentang kerjasama antara bank dan pihak asuransi, SEBI 12/35/DPNP juga mengatur tentang batasan tanggung jawab bank terhadap nasabah yang membuka polis melalui bancassurance. Dalam butir I.3 SEBI 12/35/DPNP menyatakan bahwa:

“Dalam melakukan bancassurance, Bank dilarang menanggung atau turut menanggung risiko yang timbul dari produk asuransi yang ditawarkan. Segala risiko dari produk asuransi tersebut menjadi tanggungan perusahaan mitra Bank”.34


(57)

35

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta: Sinar grafika :2008), hlm. 97.

Jika dikaitkan terhadap prinsip tanggung jawab maka bank selaku pelaku usaha juga termasuk bertanggung jawab terhadap produk yang dipasarkannya, diproduksinya, dan diperdagangkannya (product liability). Artinya, pelaku usaha wajib bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen atas penggunaan produk barang/jasa yang dipasarkannya.35

Tanggung jawab bank yang harus dipikul oleh bank sehubungan dengan tanggung jawab bank dalam perjanjian bancassurance terkait dengan tiga bentuk kerjasama bancassurance yaitu bentuk kerjasama referensi, distribusi, serta kerjasama interasi produk. Untuk ketiga bentuk kerjasama ini bila menerapkan Undang-undang Perlindungan Konsumen sebagai acuan untuk menuntut bank bila terjadi masalah maka bank dapat dikenai prinsip tangung jawab mutlak (strick liability).

Dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, prinsip strict liability tercerminkan dalam pasal 19 ayat 1, pasal 20, pasal 24 butir a,b, pasal 25 Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK). Pasal 19 ayat 1 yang menyebutkan bahwa Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yan dihasilkan atau diperdagangkan. Selanjutnya, Pasal 20 Pelaku usaha periklanan bertangung jawab atas iklan yang diproduksi dan segala akibat yan ditimbulkan oleh iklan tersebut.

Pasal 24 ayat (1) huruf a,b mengatakan Pelaku usaha yang menjual barang dan/atau jasa kepada pelaku usaha lain bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan/atau gugatan konsumen apabila pelaku usaha lain menjual kepada konsumen tanpa melakukan perubahan apa pun atas barang dan/atau jasa tersebut;


(1)

terbesar administrasi klaim ditangani oleh Claim analyst.Bentuk penyelesaian klaim akan dapat berjalan baik apabila penanggung (perusahaan asuransi dengan bank) memiliki komitmen untuk menyelesaikan klaim asuransi dengan prinsip itikat baik (Utmost Good Faith).Jangka waktu pembayaran klaim asuransinya diatur dalam pasal 27 KMK No. 422/KMK.06/2003 Tahun 2003 yang diberikan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak adanya kesepakatan mengenai jumlah klaim yang harus dibayar.

B. Saran

1. MelihatSurat Edaran Bank Indonesia No.12/35/DPNP kurang memberikan perlindungan terhadap nasabah bancassurance. Untuk bentuk kerjasama integrasi produk, tanggung jawab bank kurang dijelaskan sejauh mana dapat bertanggung jawab. Seharusnya bank turut serta bertanggung jawab terhadap produk

bancassurance tersebut.Hal ini karena Bank dianggap tidak berhati-hati dalam menggandeng rekan bisnisnya sehingga berakibat kerugian terhadap nasabahnya. 2. Nasabah dalam bancassurance juga harus diperhatikan karena nasabah adalah

penggerak aktivitas kerjasama bancassurance, karena pada Surat Edaran Bank Indonesia No.12/35/DPNP hanya mengatur sanksi administratif untuk bank apabila ada permasalaan. Maka dari itu, produk bancassuranceharus mengkaji terlebih dahulu produk bancassurance dari segi faktor kesederhanaan produk, efektivitas penjual, bentuk brosur dan promosi serta harga, sehingga produk


(2)

mudah dimengerti oleh nasabah, desain sederhana sesuai kebutuhan, produk dipercaya dan tingkat premi yang rendah.

3. Untuk penyelesaian masalah hukum bila terjadi, dapat menggunakan Undang-Undang Perlindungan konsumen No.8 Tahun 1999. Surat Edaran Bank Indonesia tidak dapat digunakan karena hanya menjelaskan panduan tentang pengaturan kerjasama bancassurance.


(3)

DAFTAR PUSTAKA I. Buku

Abbas, Nurhayati.Hukum Perlindungan Konsumen dan Beberapa Aspeknya.Ujung Pandang: 1996.

Barkatulah, Abdul Halim. Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoritis dan Perkembangan.Jakarta: Nusa Media, 2008.

Budisantoso, T dan Sigit. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat, 2006.

D Tantri C dan Sulastri.Gerakan Organisasi Konsumen.Jakarta: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 1995

Dahlan, Siamat. Manajemen Lembaga Keuangan Edisi 3. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2001.

Diamond, Aubrey L.Product Liabillity.The British Institute of International and Comparative Law, 1986.

Hasyimi, Ali.Bank Management (American Institute Of Banking).Jakarta: Bina Aksara cet.I,1987.

Kristiyanti, Celina.Hukum Perlindungan Konsumen.Jakarta: Sinar grafika, 2008. Lupiyoadi, Rambat. Manajemen Pemasaran Jasa (Teori dan Praktek). Jakarta:

Penerbit Selemba Empat, 2001.

Miru, Ahmadi.Prinsip-Prinsip Perlindungan Konsumen di Indonesia. Edisi 1. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Nasution, Az. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Diadit Media, 2002.

Nieuwenhuis, J.H.Pokok-pokok Hukum Perikatan.terjemahan Djasadin Saragih, Surabaya: Universita Airlangga, 1985.

Philiphs, Jerry J.Product Liabillity. Minnesota: West Publishing Company, St. Paul, 1993.

Sastrawidjaja, Man Suparman.Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransian. Bandung: Penerbit Alumni, 1997.


(4)

Sendra, Ketut.Kemitraan Strategis Perbankan dan Perusahaan Asuransi. Seri Manajemen Pemasaran No. 14. Jakarta: PPM, 2007.

Siagian, Hinsa. Manajemen Resiko: Konsep, kasus, dan Implementasi Resiko Keselamatan Kerja pada Indusrti, risiko bank komersial, risiko investasi, dan asuransi risiko). Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2007.

Subekti.Hukum Perjanjian. Jakarta: PT Intermasa,2002.

Thain, Gerald J.Consumer Law Its Development and Present State in The U.S.Ujung Pandang: Elips Project,1996.

II. Peraturan Perundang-undangan

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

Menteri Keuangan Republik Indonesia, Keputusan Nomor 426/KMK.06/2003 tentang Perizinan Usaha danKelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

Surat Edaran Bank Indonesia, Nomor12/35/DPNP, tanggal 23 Desember 2010 Tentang Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang MelakukanAktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi (Bancassurance).

III. Pidato

Toar, M. Agnes “Penyalahgunaan Keadaan dan Tanggung Jawab atas Produk di Indonesia”, (Jakarta:seminar yayasan pusat pengkajian indonesia bekerjasama dengan badan pembina hukum nasional, 25-26 Agustus, 1988).

IV. Website


(5)

Bancassurance Layanan Satu Atap yang Menggiurkan, (diakses pada tanggal 23 November 2013).

Bancassurance mengalahkan peranan agen asuransi, (diakses pada tanggal 18 November 2013).

Definisi, Pengertian,dan perkembangan Asuransi Good Bancassurance Governance,

pada tanggal 20 November 2013).

Industri asuransi indonesia berkemba pada tanggal 20 Desember 2013).

OJK perlu sederhanakan izin bancassurance, pada tanggal 14 Desember 2013).

Optimisme industri asuransi dan faktor OJK (diakses pada tanggal 20 Desember 2013).

Pelaku Asuransi Sambut Baik OJK tanggal 14 Desember 2013).

Pengertian dan Fungsi Perbankan, tanggal 23 November 2013).

Pengertian Ba November 2013).

Perkembangan Perbankan di Indonesia (diakses pada tanggal 23 November 2013).


(6)