Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Internal dan Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (studi di Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Sumatera Utara)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Akuntabilitas merupakan salah satu unsur pokok perwujudan good governance yang

saat ini sedang diupayakan di Indonesia.Pemerintah diminta untuk melaporkan hasil dari
program yang telah dilaksanakan sehingga masyarakat dapat menilai apakah pemerintah telah
bekerja dengan ekonomis, efisien dan efektif.Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan
yang telah ditetapkan melalui sistem pertenggungjawaban secara periodik.
Sistem

Akuntabilitas

Kinerja

Instansi


Pemerintah

adalah

instrumen

pertanggungjawaban yang pada pokoknya terdiri dari berbagai indikator dan mekanisme
kegiatan pengukuran, penilaian, dan pelaporan kinerja secara menyeluruh dan terpadu untuk
memenuhi

kewajiban

suatu

instansi

pemerintah

dalam


mempertanggungjawabkan

keberhasilan / kegagalan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, serta misi organisasi.
Menurut instruksi Presiden No 7 tahun 1999, sistem akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah merupakan suatu tatanan, instrument, dan metode pertanggungjawaban yang
intinya meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Penetapan perencanaan strategi
2. Pengukuran kinerja
3. Pelaporan kinerja

9
Universitas Sumatera Utara

4.Pemanfaatan

informasi

kinerja

bagi


perbaikan

kinerja

secara

berkesinambungan.
Akuntabilitas diartikan sebagai hubungan antara pihak yang memegang kendali dan
mengatur entitas dengan pihak yang memiliki kekuatan formal atas pihak pengendali
tersebut.Dalam hal ini dibutuhkan juga pihak ketiga yang bertanggungjawab untuk
memberikan penjelasan atau alasan yang masuk akal terhadap seluruh kegiatan yang
dilakukan dan hasil usaha yang diperoleh sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas dan
pencapaian suatu tujuan tertentu.
Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan, akuntabilitas pemerintah tidak dapat
diketahui tanpa pemerintah memberitahukan kepada rakyat tentang informasi sehubungan
dengan pengumpulan sumber daya dan sumber dana masyarakat beserta penggunaannya.
Akuntabilitas dapat dipandang dari berbagai perspektif. Dari perspektif akuntansi, American
Accounting Association (1970) menyatakan bahwa akuntabilitas suatu entitas pemerintahan
dapat dibagi dalam empat kelompok, yaitu akuntabilitas terhadap:


1. Sumber daya finansial
2. Kepatuhan terhadap aturan hukum dan kebijaksanaan administratif
3. Efisiensi dan ekonomisnya suatu kegiatan
4. Hasil program dan kegiatan pemerintah yang tercermin dalam pencapaian
tujuan, manfaat dan efektivitas.
Sedangkan dari perspektif fungsional menurut Mardiasmo (2006:21), akuntabilitas
dilihat sebagai suatu tingkatan dengan lima tahap yang berbeda yang diawali dari tahap yang
lebih banyak membutuhkan ukuran-ukuran obyektif (legal compliance) ke tahap yang

10
Universitas Sumatera Utara

membutuhkan lebih banyak ukuran-ukuran subyektif .Tahap-tahap tersebut adalah
Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas Hukum (Probity and legality accountability),
Akuntabilitas Proses (Process accountability), Akuntabilitas Pelaksanaan (Performance
accountability), Akuntabilitas Program (Program accountability), dan Akuntabilitas
Kebijakan (Policy accountability).
1. Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas Hukum (Probity and legality
accountability)

Akuntabilitas ini terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan dan terkait
dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang
disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik. Hal ini menyangkut
pertanggungjawaban penggunaan dana sesuai dengan anggaran yang telah disetujui
dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (compliance).
2. Akuntabilitas Proses (Process accountability)
Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam
melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi
akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi. Dalam hal ini
digunakan proses, prosedur, atau ukuran-ukuran dalam melaksanakan kegiatan yang
ditentukan (planning, allocating and managing).
3. Akuntabilitas Pelaksanaan (Performance accountability)
Pada level ini dilihat apakah kegiatan yang dilakukan sudah efisien (efficient and
economy).

11
Universitas Sumatera Utara

4. Akuntabilitas Program (Program accountability)
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan

dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program
yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal. Di sini akan
disoroti penetapan dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan tersebut (outcomes
and effectiveness).
5. Akuntabilitas Kebijakan (Policy accountability)
Akuntabilitas ini terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat maupun
daerah, atas kebijakan - kebijakan yang diambil pemerintah terhadap DPR/DPRD dan
masyarakat luas.Dalam tahap ini dilakukan pemilihan berbagai kebijakan yang akan
diterapkan atau tidak (value).

Menurut Mardiasmo (2006), dari perspektif sistem akuntabilitas, terdapat beberapa
karakteristik pokok sistem akuntabilitas ini yaitu: Berfokus pada hasil (outcomes),
menggunakan beberapa indikator yang telah dipilih untuk mengukur kinerja, menghasilkan
informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan atas suatu program atau kebijakan,
menghasilkan data secara konsisten dari waktu ke waktu, dan melaporkan hasil (outcomes)
dan mempublikasikannya secara teratur.
1. Berfokus pada hasil (outcomes).
Akuntabilitas menggunakan patokan dari hasil yang didapatkan untuk menentukan
tahap - tahap apa yang akan dilakukan selanjutnya.
2. Menggunakan beberapa indikator yang telah dipilih untuk mengukur kinerja.

Kinerja suatu instansi dapat diukur dengan beberapa indikator yang berhubungan
dengan akuntabilitas.

12
Universitas Sumatera Utara

3. Menghasilkan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan atas suatu
program atau kebijakan.
Data – data dari pengukuran menggunakan sistem akuntabilitas dapat membantu
untuk menetapkan tahap – tahap apa yang akan dilakukan selanjutnya.

4. Menghasilkan data secara konsisten dari waktu ke waktu.
Dari tahap ini, data akan dihasilkan dengan hasil yang tetap atau tidak berubah – ubah
dalam jangka pendek.
5. Melaporkan hasil (outcomes) dan mempublikasikannya secara teratur.
Dari tahap ini, dapat dilihat perubahan – perubahan yang terjadi selama periode yang
berlangsung.
Akuntabilitas pemerintahan di negara yang menganut paham demokrasi sebenarnya
tidak lepas dari prinsip dasar demokrasi yaitu kedaulatan adalah di tangan rakyat.
Pemerintahan demokrasi menjalankan dan mengatur kehidupan rakyat dalam bernegara

dengan mengeluarkan sejumlah aturan serta mengambil dan menggunakan sumber dana
masyarakat. Pemerintah wajib memberikan pertanggungjawabannya atas semua aktivitasnya
kepada masyarakat.Seiring dengan meningkatnya aktivitas pemerintah dalam pengaturan
perdagangan dan industri, perlindungan hak asasi dan kepemilikan serta penyediaan jasa
sosial, timbul kesadaran yang luas untuk menciptakan sistem pertanggungjawaban
pemerintah yang lebih komprehensif. Sistem tersebut antara lain meliputi sistem anggaran
pendapatan dan belanja, organisasi pelayanan pemerintah, manajemen wilayah yang
profesional serta pengembangan praktik akuntansi dan pelaporan keuangan.

13
Universitas Sumatera Utara

2.2

Kejelasan Sasaran Anggaran
2.2.1

Anggaran
Anggaran yang merupakan alat bantu manajemen dalam mengalokasikan


keterbatasan sumber daya dan sumber dana memiliki beberapa karakteristik.
(Halikiya, 2009:1). Salah satu karakteristik itu menurut Kenis (1979) adalah kejelasan
sasaran anggaran.Pada konteks pemerintah daerah, sasaran anggaran tercakup dalam
Rencana Strategik Daerah (Renstrada) dan Program Pembangunan Daerah (Propeda).
Menurut Kenis (1979), adanya sasaran anggaran yang jelas akan memudahkan
individu untuk menyusun target-target anggaran. Selanjutnya, target-target anggaran
yang disusun akan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai organisasi.
2.2.2

Kejelasan Sasaran Anggaran
Menurut Kenis (1979), kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana

tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran
tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggungjawab atas pencapaian
tersebut. Menurut Saputra (2014), agar pengukuran sasaran efektif ada 7 indikator
yang diperlukan, yaitu : tujuan, kinerja, standar, jangka waktu, sasaran prioritas,
tingkat kesulitan dan koordinasi
Pada konteks pemerintah, kejelasan sasaran anggaran berimplikasi pada
aparat, untuk menyusun anggaran sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai instansi
pemerintah. Aparat akan memiliki informasi yang cukup untuk memprediksi masa

depan secara tepat. Selanjutnya, hal ini akan menurunkan perbedaan antara anggaran
yang disusun dengan estimasi terbaik bagi organisasi. Selain kejelasan sasaran
anggaran, komitmen organisasi juga mempengaruhi kinerja.Komitmen organisasi

14
Universitas Sumatera Utara

adalah dorongan dari dalam individu untuk berbuat sesuatu agar dapat menunjang
keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dan lebih mengutamakan kepentingan
organisasi dibandingkan dengan kepentingan sendiri (Coryanata, 2004:619).
Komitmen organisasi yang kuat dalam diri individu akan membuat individu berusaha
keras untuk mencapai tujuan organisasi. Sebaliknya, individu dengan komitmen
organisasi yang rendah akan mempunyai perhatian yang rendah pada pencapaian
tujuan organisasi dan cenderung berusaha memenuhi kepentingan pribadinya.
Partisipasi anggaran berpengaruh secara langsung dalam meningkatkan akuntabilitas
kinerja. (Sardjito dan Muthaher, 2007:7).
Nuraini (2012) menyebutkan kejelasan sasaran anggaran mencerminkan
sejauhmana sasaran anggaran dinyatakan secara spesifik, jelas dan dapat dipahami
oleh mereka yang yang bertanggungjawab untuk mencapainya.Oleh karena itu, peran
kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja.

2.3

Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (2001:163), “sistem pengendalian intern meliputi struktur

organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan
organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajamen.” Sedangkan IAI (2001: 319.2) mendefinisikan
pengendalian intern sebagai berikut: “Pengendalian intern sebagai suatu proses yang
dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personil lain entitas yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a)
Keandalan laporan keuangan, (b) Efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) Kepatuhan
terhadap hukum yang berlaku.” Dalam organisasi bisnis, pengendalian intern mempunyai
posisi yang strategis, apalagi bagi perusahaan yang sudah besar sehingga keberadaan

15
Universitas Sumatera Utara

pengendalian intern tidak dapat diabaikan. Pengabaian pengendalian intern berarti berani
menantang risiko kerugian, dan cepat atau lambat akibat dampak buruknya akan dirasakan
oleh organisasi tersebut. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern
adalah metode, prosedur, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan dalam rangka menjaga
kekayaan perusahaan, mengecek ketelitian dan keandalan akuntansi serta mendorong
dipatuhinya kebijakan manajemen.
2.3.1

Tujuan Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (2001:178), tujuan pengendalian intern akuntansi adalah

sebagai berikut:
1. Menjaga Kekayaan perusahaan
a. Penggunaan kekayaan perusahaan hanya melalui sistem otorisasi yang telah
ditetapkan.
b. Pertanggungjawaban kekayaan perusahaan yang dicatat dibandingkan
dengan kekayaan yang sesungguhnya ada.
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
a. Pelaksanaan transaksi melalui sistem otorisasi yang telah ditetapkan.
b. Pencatatan transaksi yang terjadi dalam catatan akuntansi.
Tujuan tersebut dirinci lebih lanjut sebagai berikut:
a. Penggunaan kekayaan perusahaan hanya melalui sistem otorisasi yang telah
ditetapkan.
(1) Pembatasan akses langsung terhadap kekayaan.

16
Universitas Sumatera Utara

(2) Pembatasan akses tidak langsung terhadap kekayaan.
b. Pertanggungjawaban kekayaan perusahaan yang dicatat dibandingkan dengan
kekayaan yang sesungguhnya ada.
(1) Pembandingan secara periodik antara catatan akuntansi dengan kekayaan
yang sesungguhnya ada.
(2) Rekonsiliasi antara catatan akuntansi yang diselenggarakan.
c. Pelaksanaan transaksi melalui sistem otorisasi yang telah ditetapkan.
(1) Pemberian otorisasi oleh pejabat yang berwenang.
(2) Pelaksanaan transaksi sesuai dengan otorisasi yang diberikan oleh pejabat
yang berwenang.
d. Pencatatan transaksi yang terjadi dalam catatan akuntansi.
(1) Pecatatan semua transaksi yang terjadi.
(2) Transaksi yang dicatat adalah benar-benar terjadi.
(3) Transaksi dicatat dalam jumlah yang benar.
(4) Transaksi dicatat dalam periode akuntansi yang seharusnya.
(5) Transaksi dicatat dengan penggolongan yang seharusnya.
(6) Transaksi dicatat dan diringkas dengan teliti.

17
Universitas Sumatera Utara

2.3.2

Komponen Pengendalian Internal
Menurut Sukrisno (2004:75), pengendalian intern terdiri dari lima komponen

yang saling terkait berikut ini:
a. Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi
kesadaran pengendalian orang - orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan
dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.
b. Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang
relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan
bagaiman risiko harus dikelola.
c.Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin
bahwa arahan manajemen dilaksanakan sehingga kita dapat melihat perubahan –
perubahan yang terjadi dalam akuntabilitas kinerja.
d. Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasiandan pertukaran informasi
dalam suatu bentuk yang memungkinkan orang bertanggungjawab atas kinerja
mereka.
e.Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas akuntabilitas kinerja sepanjang
waktu.
Dalam kaitannya dengan akuntabilitas maka baik buruknya implementasi sistem
pengendalian internal dapat mempengaruhi kualitas akuntabilitas instansi pemerintah.
Pengendalian internal dalam perusahaan akan mendorong pemakai sumber daya
secara efektif dan efisien untuk mengoptimalkan sasaran – sasaran perusahaan. Tujuan yang
penting dari pengendalian ini adalah memperoleh informasi keuangan dan non keuangan

18
Universitas Sumatera Utara

yang akurat tentang operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan.Manajemen
harus menguji efektivitas pelaksanaan pengendalian untuk menentukan apakah pengendalian
sudah berjalan seperti yang sudah dirancang dan apakah akuntabilitas sudah terlaksana secara
efektif.
2.4

Sistem Pelaporan
Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 mengamanatkan Pemerintah Daerah wajib

menyampaikan pertanggungjawaban berupa laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
anggaran SKPD dilaksanakan secara periodik yang mencakup: Laporan Realisasi Anggaran
SKPD, Neraca SKPD, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas laporan keuangan SKPD. UU No
1 Tahun 2004 tentang pembendaharaan negara dimaksudkan untuk memberikan landasan
hukum di bidang administrasi keuangan negara. Dalam undang-undang Perbendaharaan
Negara

ini

ditetapkan

bahwa

Perbendaharaan

Negara

adalah

pengelolaan

dan

pertanggungjawaban keuangan negara , termasuk investasi dan kekayaan negara yang
dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN/APBD.
Pelaporan manajemen sering disebut pelaporan diskresioner karena tidak dimandatkan
seperti pelaporan keuangan.Menurut Mulyadi (2001), sistem pelaporan manajemen yang
efektif (MRS) mensyaratkan bahwa semua perusahaan publik memantau dan melaporkan
efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Laporan manajemen dapat
berbentuk fisik sesuai dengan yang diinginkan atau dibutuhkan oleh penggunanya.Laporan
ini dapar berupa dokumen kertas atau gambar elektronik yang disajikan di terminal
lomputer.Laporan tersebut dapat berisi informasi verbal, numeric, atau grafis atau
kombinasinya.Tujuan sistem

pelaporan adalah mengurangi tingkat ketidakpastian yang

berkaitan dengan suatu masalah yang dihadapi pengambil keputusan, dan mempengaruhi
perilaku pengambil keputusan dengan cara yang positif.Agar lebih efektif, suatu laporan

19
Universitas Sumatera Utara

harus memiliki atribut antara lain relevan, ringkas, berorientasi pengecualian, akurat,
lengkap, tepat waktu, dan singkat.
Sebagian

besar

pelaporan

manajemen

melibatkan

akuntansi

pertanggungjawaban.Konsep ini menyatakan bahwa setiap peristiwa ekonomi yang
memengaruhi perusahaan adalah tanggungjawab manajer, dan dapat dilacak ke masingmasing manajer. Prinsip yang mendasar dari konsep ini adalah bahwa tanggung jawab para
manajer area dapat dipertanggungjawabkan hanya untuk item-item yang mereka kendalikan
(biaya, pendapatan, dan investasi).

Dua tahap akuntansi pertanggung jawaban yaitu :
1. Menciptakan serangkaian tujuan kinerja keuangan atau anggaran yang berkaitan
dengan tanggung jawab manajer; dan
2. Melaporkan dan mengukur kinerja actual ketika dibandingkan dengan tujuan-tujuan
yang ingin dicapai.
Untuk mencapai akuntabilitas, aktivitas bisnis secara teratur mengorganisasikan kegiatan
operasi kedalam unit-unit yang disebut sebagai pusat pertanggung jawaban, dengan bentuk
yang paling umum yaitu pusat biaya, pusat laba, dan pusat investasi.Sistem pelaporan yang
baik diperlukan agar dapat memantau dan mengendalikan kinerja manajer dalam
mengimplementasikan anggaran yang telah ditetapkan. Pemerintah berkewajiban untuk
memberikan informasi keuangan dan informasi lainnya yang akan digunakan untuk
pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Menghadapi akuntabilitas mengharuskan pemerintah memperhatikan beberapa hal antara
lain; anggaran dan pengendalian akuntansinya. Tercapainya sasaran anggaran dan
pengendalian akuntansi akan menentukan kualitas atau kinerja dari pemerintah daerah.

20
Universitas Sumatera Utara

Kebijakan yang ada pada daerah yang satu dengan daerah yang lain pasti berbeda, sehingga
sasaran anggaran, pengendalian dan tingkat akuntabilitas suatu daerah juga berbeda.
2.5

Review Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah antara lain oleh:
TABEL 2.1
REVIEW PENELITIAN TERDAHULU
Peneliti dan
Tahun
Harsanti
(2008)

Variabel yang Digunakan
Variabel dependen :
Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah
Variabel Moderating :
Motivasi
Variabel Independen :
Kejelasan Sasaran Anggaran,
Pengendalian Akuntansi, dan
Sistem Pelaporan.

Putri (2009)

Variabel dependen
:Persepsi Aparatur
Pemerintah Daerah atas
Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.
Variabel Independen
:Kejelasan Sasaran
Anggaran, Pengendalian
Akuntansi dan Sistem
Pelaporan.

Apriadi (2010)

Variabel dependen :
Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.
Variabel Independen :
Kejelasan Sasaran Anggaran

Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukan
bahwa kejelasan sasaran anggaran
dan pengendalian akuntansi tidak
berpengaruh terhadap kinerja
akuntabilitas instansi pemerintah,
sedangkan sistem pelaporan dan
motivasi berpengaruh terhadap
variabel dependennya.

Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kejelasan sasaran anggaran
berpengaruh terhadap persepsi
aparatur pemerintah atas
akuntabilitas kinerja, sedangkan
pengendalian akuntansi dan
sistem pelaporan tidak
menunjukan adanya pengaruh.

Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kejelasan sasaran anggaran
dan pengendalian akuntansi
berpengaruh terhadap kinerja
akuntabilitas instansi pemerintah.

21
Universitas Sumatera Utara

dan Pengendalian Akuntansi.
Nasution
(2013)

Variabel dependen :
Kinerja Manajerial
Variabel Independen :
Kejelasan Sasaran Anggaran
Dan Pengendalian Akuntansi

Masdayani
(2015)

Variabel dependen :
Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah
Variabel Independen :
Kebijakan Penyusunan
Anggaran, Penerapan
Anggaran Dan Belanja
Daerah Berbasis Kinerja

.Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel bebas, yaitu
variabel kejelasan sasaran
anggaran dan sistem
pengendalian akuntansi
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja
manajerial pada PT. Panin
Sekuritas, Tbk.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tidak terdapat pengaruh
signifikan antara variabel
kebijakan penyusunan anggaran
berbasis kinerja dan penerapan
anggaran terhadap akuntabilitas
kinerja tetapi
ada pengaruh Belanja Daerah
Berbasis Kinerja terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah

1. Harsanti (2008) yang melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang
mempengaruhi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah Kabupaten
Kudus.” Faktor yang mempengaruhi antara lain kejelasan sasaran anggaran,
pengendalian akuntansi, sistem pelaporan dan motivasi sebagai variabel
moderating. Hasil menunjukan bahwa kejelasan sasaran anggaran dan
pengendalian akuntansi tidak berpengaruh terhadapakuntabilitaskinerja instansi
pemerintah, sedangkan sistem pelaporan dan motivasi berpengaruh terhadap
variabel dependennya.
2. Putri (2009) yang melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kejelasan
Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan terhadap
Persepsi Aparatur Pemerintah Daerah atas Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah” menggunakan variabel kejelasan sasaran anggaran, pengendalian
22
Universitas Sumatera Utara

akuntansi dan sistem pelaporan sebagai variabel independennya, persepsi aparatur
pemerintah daerah sebagai variabel moderatingnya, dan

akuntabilitas kinerja

instansi pemerintah sebagai variabel dependennya. Hasilnya kejelasan sasaran
anggaran berpengaruh terhadap persepsi aparatur pemerintah atas akuntabilitas
kinerja, sedangkan pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan tidak
menunjukan adanya pengaruh.
3. Apriadi (2010) yang melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kejelasan
Sasaran Anggaran dan Pengendalian Akuntansi terhadap Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah Kabupaten Klaten” menggunakan kejelasan sasaran anggaran
dan pengendalian akuntansi sebagai variabel independennya dan akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah Kabupaten Klaten sebagai variable dependennya.
Hasilnya menyebutkan bahwa kejelasan sasaran anggaran dan pengendalian
akuntansi berpengaruh terhadap akuntabilitaskinerja instansi pemerintah.
4. Nasution (2013) yang melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kejelasan
Sasaran Anggaran Dan Pengendalian Akuntansi Terhadap Kinerja Manajerial Di
Perusahaan Panin Sekuritas” menggunakan kejelasan sasaran anggaran dan
pengendalian akuntansi sebagai variabel independen dan kinerja manajerial di
Perusahaan Panin Sekuritas sebagai variabel dependennya. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel bebas, yaitu variabel kejelasan sasaran anggaran dan
sistem pengendalian akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
manajerial pada PT. Panin Sekuritas, Tbk.
5. Masdayani (2015) yang melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh kebijakan
Penyusunan Anggaran, Penerapan Anggaran dan Belanja Daerah Berbasis Kinerja
Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Pada
Pemerintah Kabupaten Asahan)” menggunakan variabel Kebijakan Penyusunan

23
Universitas Sumatera Utara

Anggaran, Penerapan Anggaran Dan Belanja Daerah Berbasis Kinerja sebagai
variabel independen dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai
variabel dependennya. Berdasarkan hasil analisis secara parsial disimpulkan
bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel kebijakan penyusunan
anggaran berbasis kinerja (X1) terhadap akuntabilitas kinerja (Y).
2.6

Kerangka Penelitian
Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan yang mencerminkan

hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya dari penelitian yang sedang diteliti.
Adapun hubungan antara kejelasan sasaran anggaran, pengendalian internal dan
sistem pelaporan terhadap akuntabilitas instansi pemerintah dapat dilihat pada kerangka
konseptual pada gambar berikut:
GAMBAR 2.1
KERANGKA KONSEPTUAL
Kejelasan Sasaran
Anggaran
(X1)
Pengendalian Internal
(X2)

H1

Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah
(Y)

Sistem Pelaporan
(X3)

H2

24
Universitas Sumatera Utara

Dari kerangka konseptual, dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini yang
merupakan variabel independen adalah kejelasan sasaran anggaran, pengendalian internal dan
sistem pelaporan.Sedangkan variabel dependennya adalah akuntabilitas instansi pemerintah.
Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan
secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang
yang bertanggungjawab atas pencapaian tersebut sehingga akuntabilitas dapat terwujud.
(Kenis, 1979)
Pengendalian Internal meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data
akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajamen yang dapat
mempengaruhi akuntabilitas. (Mulyadi, 2001)
Sistem pelaporan mengurangi tingkat ketidakpastian yang berkaitan dengan suatu
masalah yang dihadapi pengambil keputusan, dan mempengaruhi perilaku pengambil
keputusan dengan cara yang positif sehingga akuntabilitas dapat terwujud.
Akuntabilitas (accountability) yaitu berfungsinya seluruh komponen penggerak
jalannya kegiatan perusahaan, sesuai tugas dan kewenangannya masing-masing.Akuntabilitas
dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang
dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang bersangkutan
dengannya

untuk

dapat

menjawab

hal-hal

yang

menyangkut

pertanggungjawabannya.Akuntabilitas terkait erat dengan instrumen untuk kegiatan kontrol
terutama dalam hal pencapaian hasil pada pelayanan publik dan menyampaikannya secara
transparan kepada masyarakat.

25
Universitas Sumatera Utara

Semua variabel - variabel yang telah disebutkan di atas sebagai variabel independen
merupakan variabel yang secara teori mempengaruhi akuntabilitas suatu perusahaan.Semakin
baik ketiga variabel itu terlaksana, maka pada akhirnya variabel - variabel ini dapat
mempengaruhi akuntabilitas suatu instansi.
2.7

Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

(Sugiyono, 2007:51). Dari kerangka konseptual di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian ini sebagai berikut:
H1 : Kejelasan sasaran anggaran, pengendalian internal dan sistem pelaporan berpengaruh
terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah secara simultan di BPPT wilayah Sumatera
Utara
H2 : Kejelasan sasaran anggaran, pengendalian internal dan sistem pelaporan berpengaruh
terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah secara parsial di BPPT wilayah Sumatera
Utara.

26
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

2 79 103

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, DAN SISTEM PENGENDALIAN AKUNTANSI TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DAERAH

1 4 109

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, BUDAYA ORGANISASI, PENGENDALIAN AKUNTANSI, SISTEM PELAPORAN, Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Budaya Organisasi, Pengendalian Akuntansi, Sistem Pelaporan, Dan Motivasi Kerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi

0 3 18

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, PENGENDALIAN AKUNTANSI, SISTEM PELAPORAN, DAN MOTIVASI KERJA Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi, Sistem Pelaporan, Dan Motivasi Kerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Ka

0 3 13

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, PENGENDALIAN AKUNTANSI, SISTEM PELAPORAN, DAN MOTIVASI KERJA Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi, Sistem Pelaporan, Dan Motivasi Kerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Ka

3 7 14

Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Internal dan Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (studi di Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Sumatera Utara)

0 0 12

Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Internal dan Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (studi di Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Sumatera Utara)

0 0 2

Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Internal dan Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (studi di Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Sumatera Utara)

1 2 8

Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Internal dan Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (studi di Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Sumatera Utara)

4 27 2

Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Internal dan Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (studi di Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Sumatera Utara)

0 0 7