Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KEJELASAN TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA SKPD PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

OLEH WINDA PRATIWI

100522014

PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NAMA : WINDA PRATIWI

NIM : 1005220014

SPROGRAM STUDI : S1 AKUNTANSI

JUDUL SKIPSI : PENGARUH KEJELASAN TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA SKPD PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tanggal ... Ketua Departemen Akuntansi

( Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak )

Tanggal ... Dekan


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

NAMA : WINDA PRATIWI

NIM : 1005220014

SPROGRAM STUDI : S1 AKUNTANSI

JUDUL SKIPSI : PENGARUH KEJELASAN TUJUAN ANGGARAN

TERHADAP KINERJA SKPD PEMERINTAH

PROVINSI SUMATERA UTARA

Medan, 2012 Menyetujui Pembimbing


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

Telah diuji pada Tanggal 2012

__________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak Pembimbing : Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak Pembaca Nilai : Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak


(5)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ” Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Maret 2012 Yang Membuat Pernyataan

Winda Pratiwi NIM: 100522014


(6)

ABSTRAK

PENGARUH KEJELASAN TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA SKPD PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah kejelesan tujuan anggaran berpengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh kejelasan tujuan anggaran terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Hipotesis dalam penelitian ini ialah kejelasan tujuan anggaran terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada responden dan mengutipnya setelah jangka waktu dua minggu. Metode analisis yang digunakan adalah assosiatif kausal dengan menggunakan regresi linier sederhana.

Pada hipotesis hasi penelitian menunjukkan bahwa secara kejelasan tujuan anggaran berpengaruh posotif terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Pengujian kualitas data yang digunakan adalah validitas data dan uji reliabilitas. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, dan uji heterokedastisitas. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji – t, dan adjusted

R2.


(7)

ABSTRACT

THE EFFECT OF BUDGET GOAL CLARITY TO THE PERFORMANCE SKPD PROVINCE OF NORTH SUMATERA

This study is aimed to see if the clarity of purpose influence performance budget SKPD North Sumatra Provincial government. Purpose of this research was to prove the influence of budget goal clarity to the performance SKPD North Sumatra Provincial government.

Hypothesis in this research is the clarity of purpose influence performance budget SKPD North Sumatra Provincial government.

Primary and secondary data collection through questionnaires distributed to respondents and pick it up after a period of two weeks. Analytical method used is causal assosiative by using simple linear regression.

The hypothesis of the research results showed that clarity of purpose influence performance budget SKPD North Sumatra Provincial government. Data quality was tested by using validity and reliability test. Classic assumption tests that being used were normality test, and heterocedastisity test. Hypothesis test that being used were, t – test, and adjusted R square.


(8)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara “. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., selaku Ketua Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak., selaku Sekretaris Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak., selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(9)

5. Bapak Drs. H. Arifin Akhmad, M.Si, Ak., selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membaca dan menilai skripsi ini.

6. Kedua orang tua saya, Ayahanda Suherman dan Ibunda Aswita, Kakakku Renny Tania, S.Psi, Mila Amelia, S.Si dan Adikku Muhammad Fauzi yang penulis sayangi yang telah memberikan semangat baik berupa moril maupun materil.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat peneliti harapkan dari para pembaca untuk penulisan selanjutnya. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Medan, Maret 2012 Penulis

Winda Pratiwi NIM: 100522014


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. i

ABSTRACT……… ii

KATAPENGANTAR……….… iii

DAFTAR ISI………... v

DAFTAR TABEL………... vii

DAFTAR GAMBAR………... viii

DAFTAR LAMPIRAN……….. ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………...… 1

1.2 Perumusan Masalah………...…... 5

1.3 Tujuan Penelitian ………...…….. 6

1.4 Manfaat Penelitian ………...……… 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ………..…. 7

2.1.1 Pengertian Dan Fungsi Anggaran……….….…... 7

2.1.1.1 Pengertian Anggaran……….……… 7

2.1.1.2 Fungsi Anggaran……….….…. 8

2.1.2 Jenis-Jenis Anggaran ……….. 12

2.1.3 Kejelasan Tujuan Anggaran ... 13

2.1.4 Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja SKPD ……… 16

2.1.5 Kinerja SKPD Pemerintah……….. 17

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ………... 19

2.3 Kerangka Konseptual Dan Hipotesis………... 21

2.3.1 Kerangka Konseptual ……….…… 21

2.3.2 Hipotesis Penelitian………... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian………...……... 24

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian………...……… 25

3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Penelitian………...…….. 26

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ……….. 27

3.4.1 Populasi Penelitian ……….. 27

3.4.2 Sampel Penelitian ……… 29

3.5 Jenis Data………...………. 30

3.6 Metode dan Prosedur Pengumpulan Data…….……… 30


(11)

3.6.2 Prosedur Pengumpulan Data………...…. 31

3.7 Teknik Analisis Data……….…………... 32

3.7.1 Teknik Analisis Data………..………... 32

3.7.2 Pengujian Kualitas Data………...………… 33

3.7.2.1 Uji Reliabilitas………...………... 33

3.7.2.2 Uji Validitas………...……….. 33

3.7.3 Pengujian Asumsi Klasik……….……….. 34

3.7.3.1 Uji Normalitas Data……….…....…… 34

3.7.3.2 Uji Heteroskedastisitas………...………… 35

3.7.4 Pengujian Hipotesis……….……… 36

3.7.4.1 Uji t………...…….. 36

3.7.4.2 Uji Koefisien Determinan (R2 4.1 Gambaran Umum……….…………. 38

) ………. 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Sejarah Singkat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara………... 38

4.1.2 Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara………...… 41

4.1.3 Keadaan Geografis……….…………... 44

4.2 Hasil Penelitian………..…………... 45

4.2.1 Statistik Deskriptif………... 45

4.2.1.1 Kejelasan Tujuan Anggaran (X)………... 45

4.2.1.2 Kinerja SKPD Pemerintah (Y)……….……. 47

4.2.2 Hasil Uji Kualitas Data ……… 50

4.2.2.1 Hasil Uji validitas dan reliabilitas Variabel Kejelasan Tujuan Anggaran (X)……… 51

4.2.2.2 Hasil Uji validitas dan reliabilitas variabel Kinerja SKPD (Y)………. 52

4.2.3 Hasil Uji Asumsi Klasik………. 53

4.2.3.1 Hasil Uji Normalitas Data………... 54

4.2.3.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas………... 56

4.2.4 Hasil Pengujian Hipotesis ... 58

4.2.4.1 Hasil Uji t ………. 59

4.2.4.2 Hasil Uji Koefisien Determinan (R2) ………… .. 60

4.3 Pembahasan ………... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……….…... 64

5.2 Keterbatasan Penelitian………... 65

5.3 Saran………... 65

DAFTAR PUSTAKA………... 67


(12)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan penelitian terdahulu ……… 19

Tabel 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ……… 25

Tabel 3.2 Definisi Operasional Dan Skala Pengukuran Variabel …………. 26

Tabel 3.3 Daftar Populasi Penelitian………... 27

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Kejelasan Tujuan Anggaran ………. 45

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Kinerja SKPD Pemerintah ………... 47

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Kejelasan Tujuan Anggaran ……….. 51

Tabel 4.4 Hasil Uji Realibilitas Item Pertanyaan Variabel Kejelasan Tujuan Anggaran ………52

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Kinerja SKPD …….52

Tabel 4.6 Hasil Uji Realibilitas Item Pertanyaan Variabel Kinerja SKPD …. 53 Tabel 4.7 One Sample Kolmogorov Smirnov Test ………. 56

Tabel 4.8 Variabel Entered/Removed ………. 58

Tabel 4.9 Coefficient (a) ………. 59


(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka konseptual penelitian ……….. 21

Gambar 4.1 Histogram ……… 54

Gambar 4.2 Normal P-P plot ………. 55

Gambar 4.3 Scatterplot ………... 57


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran i Tabulasi Hasil Kuesioner Kejelasan Tujuan Anggaran……. 70

Lampiran ii Tabulasi Hasil Kuesioner Kinerja SKPD ……….. 72

Lampiran iii Reliabilitas Kejelasan Tujuan Anggaran ………... 74

Lampiran iv Reliabilitas Kinerja SKPD ………. 75

Lampiran v Descriptive ………. 77

Lampiran vi Hasil Uji Normalitas ……….. 78

Lampiran vii Regresi ………... 79

Lampiran viii Hasil Uji Heteroskedastisitas ………. 81

Lampiran ix Kuesioner Penelitian ……….. 82

Lampiran x Struktur Organisasi ……… 85


(15)

ABSTRAK

PENGARUH KEJELASAN TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA SKPD PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah kejelesan tujuan anggaran berpengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh kejelasan tujuan anggaran terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Hipotesis dalam penelitian ini ialah kejelasan tujuan anggaran terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada responden dan mengutipnya setelah jangka waktu dua minggu. Metode analisis yang digunakan adalah assosiatif kausal dengan menggunakan regresi linier sederhana.

Pada hipotesis hasi penelitian menunjukkan bahwa secara kejelasan tujuan anggaran berpengaruh posotif terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Pengujian kualitas data yang digunakan adalah validitas data dan uji reliabilitas. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, dan uji heterokedastisitas. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji – t, dan adjusted

R2.


(16)

ABSTRACT

THE EFFECT OF BUDGET GOAL CLARITY TO THE PERFORMANCE SKPD PROVINCE OF NORTH SUMATERA

This study is aimed to see if the clarity of purpose influence performance budget SKPD North Sumatra Provincial government. Purpose of this research was to prove the influence of budget goal clarity to the performance SKPD North Sumatra Provincial government.

Hypothesis in this research is the clarity of purpose influence performance budget SKPD North Sumatra Provincial government.

Primary and secondary data collection through questionnaires distributed to respondents and pick it up after a period of two weeks. Analytical method used is causal assosiative by using simple linear regression.

The hypothesis of the research results showed that clarity of purpose influence performance budget SKPD North Sumatra Provincial government. Data quality was tested by using validity and reliability test. Classic assumption tests that being used were normality test, and heterocedastisity test. Hypothesis test that being used were, t – test, and adjusted R square.


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kinerja yang dicapai oleh suatu organisasi pada dasarnya adalah prestasi para anggota organisasi itu sendiri, mulai dari tingkat atas sampai pada tingkat bawah. Konsep kinerja pemerintah daerah sendiri muncul ketika institusi pemerintah mulai mencoba mengenalkan konsep baru dalam pengelolaan urusan publik menjadi good governance. Organisasi yang berhasil merupakan organisasi yang memiliki visi dan misi yang jelas serta terukur, bahwa visi dan misi tidak akan bermakna ketika tidak teraktualisasikan dalam kinerja organisasi dalam kerangka menciptakan good governance. Oleh karena itu, kinerja merupakan the ultimate goals dalam setiap organisasi publik. Visi dan Misi itu sendiri mencerminkan kejelasan tujuan anggaran secara teori dan diharapkan mampu diwujudkan dengan kinerja organisasi yang baik. Menurut Kumorotomo (2005: 103), kinerja organisasi publik adalah hasil akhir (output) organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, transparan dalam pertanggungjawaban, efisien, sesuai dengan kehendak pengguna jasa informasi, visi dan misi organisasi, berkualitas, adil, serta diselenggarakan dengan sarana dan prasarana yang memadai.

Penggunaan anggaran merupakan konsep yang sering dipergunakan untuk melihat kinerja organisasi publik. Anggaran yang disusun harus dengan pendekatan kinerja. Penerapan anggaran berbasis kinerja pada instansi pemerintah di Indonesia dicanangkan melalui pemberlakuan UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan diterapkan secara bertahap mulai tahun anggaran 2005.


(18)

Namun demikian, hingga saat ini masih sulit untuk melihat tolak ukur memadai yang dapat dimanfaatkan untuk mengukur kinerja pemerintah daerah secara komprehensif. Padahal tolak ukur ini sangat diperlukan untuk menjadi pedoman, baik bagi pemerintah sendiri maupun pihak lain yang berkepentingan dalam menilai kinerja pemerintah daerah (Nordiawan, 2006:11).

Perubahan paradigma anggaran daerah dilakukan untuk menghasilkan anggaran daerah yang benar-benar mencerminkan kepentingan dan pengharapan masyarakat daerah setempat terhadap pengelolaan keuangan daerah secara ekonomis, efisien dan efektif. Reformasi anggaran daerah dimulai dengan penyusunan anggaran daerah yang tidak lagi mengacu kepada PP No 6 Tahun 1975 tentang Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah, dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja. Perubahan kebijakan tentang anggaran terjadi mengikuti perubahan kebijakan tersebut adalah dengan mulai diberlakukannya PP No 105 Tahun 2000 (Yuwono dkk, 2005:64), selanjutnya diganti dengan PP No 58 Tahun 2005, yang diikuti dengan diterbitkannya Permendagri No 13 Tahun 2006.

Penetapan UU No 22 Tahun 1999 dan UU No 25 Tahun 1999 oleh pemerintah, mengenai Pemerintah Daerah dan Pertimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, berimplikasi pada tuntutan otonomi yang lebih luas dan akuntabilitas publik yang nyata yang harus diberikan kepada pemerintah daerah (Nordiawan, 2006:9). Selanjutnya, UU ini diganti dan disempurnakan dengan UU No 32 Tahun 2004 dan UU No 33 Tahun 2004. Kedua


(19)

undang-undang tersebut telah merubah akuntabilitas atau pertanggungjawaban pemerintah daerah dari pertanggungjawaban vertikal (kepada pemerintah pusat) ke pertanggungjawaban horizontal (kepada masyarakat melalui DPRD). UU No 33/2004, pasal 72 dan Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005, pasal 36 menyatakan bahwa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), bisa Badan, Dinas, Kantor dan unit lainnya, harus menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang kemudian disebut RKA SKPD. Realisasi APBD, RKA SKPD merupakan basis bagi manajer pimpinan SKPD dalam menjalankan tanggung jawab kinerjanya.

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan instrumen manajemen pembangunan daerah yang dipimpin oleh seorang kepala SKPD. Aspek-aspek dalam manajemen pembangunan daerah terwadahi dalam satu atau beberapa SKPD. Penyusunan kebijakan dan koordinasi diwadahi dalam sekretariat, pengawasan diwadahi dalam bentuk inspektorat, perencanaan diwadahi dalam bentuk badan, unsur pendukung dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik diwadahi dalam lembaga teknis daerah, sedangkan aspek pelaksana urusan daerah diwadahi dalam dinas daerah. Kinerja SKPD menentukan kinerja pada tiap aspek manajemen pembangunan daerah, yang pada gilirannya, menentukan kinerja daerah dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat di daerah.

Lingkup anggaran menjadi relevan dan penting di lingkungan pemerintahan daerah. Hal ini terkait dengan dampak anggaran terhadap akuntabilitas pemerintah, sehubungan dengan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan


(20)

kepada masyarakat. Perencanaan dan penganggaran merupakan kegiatan yang saling terintegrasi. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) disusun berdasarkan recana kerja daerah yang telah disusun baik Rencana Kerja Jangka Panjang (RPJP), Rencana Kerja Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Pembangunan Daerah (RKPD). Pada tingkat SKPD, anggaran juga disusun berdasarkan rencana kerja menengah SKPD yang sering disebut Renstra SKPD. Renstra SKPD dan RKPD menjadi acuan bagi SKPD untuk menyusun rencana kerja (Renja) SKPD. Renstra SKPD disusun dengan cara “duduk bersama” para anggota SKPD serta mengacu kepada RPJP da RPJM baik nasional maupun daerah.

Draft Renja SKPD, khususnya Renja program pembangunan fisik disusun berdasarkan data akurat hasil survey di lapangan. Draft Renja SKPD yang akan dibahas pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) untuk Tingkat Kabupaten/Kota, dibahas terlebih dahulu pada Forum SKPD. Pada Forum SKPD, setiap SKPD memaparkan Renja SKPD dan mendiskusikan dengan pihak kecamatan, untuk menyelaraskan program/kegiatan yang telah disusun SKPD dengan hasil Musrenbang dari setiap kecamatan.

Sasaran maupun tujuan anggaran mengacu pada luasnya tujuan atau peran penting anggaran tersebut yang dinyatakan secara spesifik, jelas, dan dimengerti oleh siapa saja yang bertanggungjawab untuk menemukannya. Secara ambigu dinyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran dapat mengarahkan kepada kebingungan, ketegangan dan ketidakpuasan karyawan. Manajemen tingkat atas dapat meningkatkan kepuasan kerja, menurunkan ketegangan kerja, dan


(21)

memperbaiki anggaran yang dihubungkan dengan sikap, kinerja anggaran, dan efisiensi biaya. Kejelasan sasaran anggaran menggambarkan seberapa luasnya sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas dan spesifik dan dimengerti oleh pihak yang bertanggung jawab terhadap pencapaiannya Kenis (1979) dalam Suyanto (2011: 2).

Kejelasan sasaran anggaran dimaksud adalah berkenaan dengan luasnya sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas, spesifik, dan dipahami oleh orang yang bertanggung jawab terhadap pencapaian sasaran anggaran. Kejelasan sasaran akan meningkatkan prestasi, karena jelas apa yang harus dilaksanakan untuk mencapai sasaran anggaran. Begitu juga sasaran yang spesifik akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dari pada sasaran yang samar-samar (Dalimunthe dan Siregar, 1994:79).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “ Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara”.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dari penelitian ini adalah: “apakah kejelasan tujuan anggaran berpengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara?”


(22)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh kejelasan tujuan anggaran terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:

1. bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah kemampuan intelektual, mengembangkan wawasan berfikir, dan memperdalam pengetahuan penulis mengenai hubungan kejelasan tujuan anggaran dan kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara,

2. bagi SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, penelitian ini menjadi bahan referensi dan informasi untuk perbaikan kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara di masa yang akan datang,

3. bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan bisa dijadikan bahan referensi dan gambaran dalam melakukan penelitian selanjutnya.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian dan Fungsi Anggaran 2.1.1.1 Pengertian Anggaran

Penganggaran ialah proses penyusunan anggaran, yang dimulai pembuatan panitia, pengumpulan dan pengklasifikasian data, pengajuan rencana kerja fisik dan keuangan tiap-tiap seksi, bagian, divisi, penyusunan secara menyeluruh, merevisi, dan mengajukan kepada pimpinan puncak untuk disetuju dan dilaksanakan. Anggaran adalah rencana kerja yang di tuangkan dalam angka-angka keuangan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Anggaran lazim disebut perencanaan dan pengendalian laba yaitu proses yang ditujukan untuk membantu manajemen dalam perencanaan dan pengendalian secara efektif.

Peraturan pemerintah No 24 Tahun 2005, “anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode” (Nordiawan, 2006:11). Sumber lain menyebutkan, “anggaran adalah rencana kerja organisasi di masa


(24)

mendatang yang diwujudkan dalam bentuk kuantitatif, formal, dan sistematis” (Rudianto, 2009: 3)

Menurut Bastian (2006:163) anggaran adalah pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang.

Menurut Freeman (2003) dalam Nordiawan (2006:48) anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya ke dalam kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas.

Dari pengertian – pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa anggaran adalah berisi rencana – rencana kerja organisasi di masa mendatang, perkiraan penerimaan dan pengeluaran terjadi dalam satu periode mendatang dan sebuah proses mengalokasikan sumber daya ke dalam kebutuhan-kebutuhan.

2.1.1.2 Fungsi Anggaran

Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama menurut Rudianto (2009:5) antara lain sebagai: alat perencanaan pengorganisasian, menggerakkan, pengendalian.

1) Anggaran sebagai Alat Perencanaan

Anggaran sebagai alat perencanaan di dalam fungsi ini berkaitan dengan segala sesuatu yang ingin dihasilkan dan dicapai organisasi dimasa mendatang, dan dalam fungsi ini


(25)

ditetapkan tujuan jangka panjang, jangka pendek, sasaran yang ingin dicapai, strategi yang akan digunakan dan sebagainya.

2) Anggaran sebagai Alat Pengorganisasian

Anggaran sebagai alat pengorganisasian berfungsi untuk sesuatu yang ingin dihasilkan dan dicapai organisasi dimasa depan telah ditetapkan, maka organisasi harus mencari sumber daya yang dibutuhkan untuk merealisasikan rencana yang telah ditetapkan tersebut.

3) Anggaran sebagai Alat Menggerakkan

Anggaran sebagai alat menggerakkan berfungsi untuk sumber daya yang dibutuhkan diperoleh, maka tugas manajemen selanjutnya adalah mengarahkan dan mengelola setiap sumber daya yang telah dimiliki organisasi tersebut agar dapat digunakan sesuai dengan fungsinya masing-masing.

4) Anggaran sebagai Alat Pengendalian

Anggaran sebagai alat pengendalian digunakan untuk berkaitan erat dengan upaya untuk menjamin bahwa setiap sumber daya organisasi telah bekerja dengan efisien dan efektif.


(26)

Menurut Nordiawan (2006:48) beberapa fungsi anggaran dalam manajemen organisasi sektor publik antara lain sebagai: alat perencanaan, pengendalian, kebijakan, politik, koordinasi dan komunikasi, penilai kinerja, serta komunikasi.

1) Anggaran sebagai alat perencanaan

Dengan adanya anggaran, organisasi tahu apa yang harus dilakukan dan ke arah mana kebijakan yang dibuat.

2) Anggaran sebagai alat pengendalian

Dengan adanya anggaran organisasi sektor publik dapat menghindari adanya pengeluaran yang terlalu besar

(overspending) atau adanya penggunaan dana yang tidak semestinya (misspending).

3) Anggaran sebagai alat kebijakan

Melalui anggaran organisasi sektor publik dapat menentukan arah atas kebijakan tertentu. Contohnya adalah apa yang dilakukan pemerintah dalam hal kebijakan fiskal, apakah melakukan kebijakan fiskal ketat atau longgar dengan mengatur besarnya pengeluaran yang direncanakan.


(27)

4) Anggaran sebagai alat politik

Dalam organisasi sektor publik, melalui anggaran dapat dilihat komitmen pengelola dalam melaksanakan program-program yang telah dijanjikan.

5) Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi

Melalui dokumen anggaran komprehensif sebuah bagian unit atau kerja atau departemen yang merupakan suborganisasi dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan juga apa yang akan dilakukan oleh bagian/unit kerja lainnya.

6) Anggaran sebagai alat penilai kinerja

Anggaran adalah suatu ukuran yang bisa menjadi patokan apakah suatu bagian/unit kerja telah memenuhi target baik berupa terlaksananya aktifitas maupun terpenuhinya efisiensi biaya.

7) Anggaran sebagai alat komunikasi

Anggaran dapat digunakan sebagai alat komunikasi dengan menjadikan nilai-nilai nominal yang tercantum sebagai target pencapaian.


(28)

2.1.2 Jenis-Jenis Anggaran

Menurut Nordiawan (2006:50) jenis anggaran sektor publik terbagi lima berdasarkan jenis aktiva yaitu anggaran operasional dan anggaran modal, berdasarkan status hukumnya anggaran tentatif dan anggaran enacted, berdasarkan pemerintahan, kekayaan negara/dana anggaran dana umum dan anggaran dana khusus, anggaran tetap dan anggaran fleksibel, berdasarkan penyusunannya anggaran eksekutif dan anggaran legislatif.

1. Anggaran Operasional dan Anggaran Modal

Anggaran operasional adalah digunakan untuk merencanakan kebutuhan dalam menjalankan operasi sehari-hari (waktu satu tahun), sedangkan anggaran modal adalah menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot dan sebagainya. 2. Anggaran Tentatif dan Anggaran Enacted

Anggaran tentatif adalah anggaran yang tidak memerlukan pengesahan dari lembaga legislatif karena kemunculannya yang di picu oleh hal-hal yang tidak di rencanakan sebelumnya, sedangkan anggaran enacted adalah anggaran yang di rencanakan kemudian di bahas dan di setujui oleh lembaga legislatif.

3. Anggaran Dana Umum dan Anggaran Dana Khusus

Anggaran dana umum adalah digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan yang bersifat umum dan sehari- hari, sedangkan anggaran dana khusus adalah di cadangkan atau dialokasikan khusus untuk tujuan tertentu.

4. Anggaran Tetap dan Anggaran Fleksibel

Anggaran tetap adalah apropriasi belanja sudah ditentukan jumlahnya di awal tahun anggaran, jumlah tersebut tidak boleh di lampauin meskipun ada peningkatan jumlah kegiatan yang di lakukan, sedangkan anggaran fleksibel adalah harga barang atau jasa per unit telah di tetapkan namun jumlah anggaran keseluruhan akan berfluktuasi berpengaruh pada banyaknya kegiatan yang di lakukan.

5. Anggaran Eksekutif dan Anggaran Legislatif

Anggaran eksekutif adalah anggaran yang di susun oleh lembaga eksekutif, dalam hal ini pemerintah, sedangkan anggaran legislatif adalah anggaran yang di susun oleh lembaga legislatif tanpa keterlibatan pihak eksekutif.


(29)

2.1.3 Kejelasan Tujuan Anggaran

Proses penganggaran daerah dengan pendekatan kinerja dalam Kepmendagri No 13 Tahun 2006 membuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang dilaksanakan oleh tim anggaran eksekutif bersama-sama unit organisasi perangkat daerah atau unit kerja. Secara umum dapat diterangkan bahwa anggaran daerah disusun berdasarkan rencana kerja daerah yang telah disusun baik rencana kerja jangka panjang (RPJP), rencana kerja jangka menengah (RPJM), dan rencana kerja pembangunan daerah (RKPD). Pada tingkat SKPD, anggaran juga disusun berdasarkan rencana jangka menengah SKPD yang sering disebut renstra SKPD. Renstra SKPD dan RKPD menjadi acuan bagi SKPD untuk menyusun rencana kerja (renja) SKPD. Renstra SKPD disusun dengan cara rapat para anggota SKPD serta mengacu kepada RPJP dan RPJM baik nasional maupun daerah. Satuan kerja perangkat daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran atau pengguna barang. Menurut Bastian (2006:17) Permendagri No. 13 Tahun 2006, pasal 10, kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf c mempunyai tugas: a. menyusun RKA-SKPD,

b. menyusun DPA-SKPD,

c. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja,

d. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya,

e. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran, f. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak,


(30)

g. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan,

h. menandatangani SPM,

i. mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya,

j. mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya,

k. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya,

l. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya,

m. melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah, dan n. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kapada kepala daerah

melalui sekretaris daerah.

Selanjutnya, pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam melaksanakan tugas-tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dapat melimpahkan sebagian/seluruh kewenangannya kepada unit kerja pada SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang. Pelimpahan sebagian kewenangannya sebagaimana tersebut sebelumnya berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.

Menurut Herzberg (1959:80) dalam Dalimunthe dan Siregar (1994:80) sasaran yang tidak jelas menimbulkan keraguan-keraguan bagi manajer dalam bertindak, karena ia tidak tahu apakah tindakannya mengarah kepada pencapaian tujuan. Keragu-raguan manajer ini tentu akan menimbulkan ketidakpuasan. Tidak adanya jaminan pekerjaan akan menyebabkan ketidakpuasan sebagaimana diungkapkan dalam dalam teori kepuasan.


(31)

Menurut Kepmendagri No. 13 Tahun 2006, pasal 89, isi dari pedoman penyusunan RKA-SKPD ini yaitu:

a. prioritas dan plafon anggaran (PPA) yang dialokasikan untuk setiap program SKPD berikut rencana pendapatan dan pembiayaan,

b. sinkronisasi program dan kegiatan antara SKPD dengan kinerja SKPD berkenaan sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan, c. batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD,

d. hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD terkait dengan prinsip-prinsip peningkatan efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas penyusunan anggaran dalam rangka pencapaian prestasi kerja,

e. dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode rekening APBD, format RKA_SKPD, analisis standar belanja, dan standar satuan harga.

Dokumen pelaksanaan anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA-SKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh penggunaan anggaran. PPA adalah program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagia acuan dalam penyusunan RKA-SKPD setelah disepakati dengan DPRD. Rencana kerja dan anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RKA-SKPD adalah dokumen perencanan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD. Pengguna anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.


(32)

2.1.4 Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja SKPD

Kejelasan tujuan dapat meningkatkan kinerja, sedangkan kurangnya kejelasan mengarah pada kebingungan dan ketidakpuasan para pelaksana, yang berakibat pada penurunan kinerja. Beberapa penelitian mendukung pengaruh positif kejelasan tujuan terhadap kinerja. Manajer yang bekerja tanpa tujuan yang jelas akan dihadapkan pada tingginya ketidakpastian atas pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan landasan teori dan temuan empiris di atas, karena kejelasan tujuan anggaran diharapkan akan meningkatkan kinerja individu yang terlibat di dalamnya.

Kejelasan sasaran anggaran dimaksud adalah berkenaan dengan luasnya sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas, spesifik, dan dipahami oleh orang yang bertanggung jawab terhadap pencapaian sasaran anggaran. Kejelasan sasaran akan meningkatkan prestasi, karena jelas apa yang harus dilaksanakan untuk mencapai sasaran anggaran. Begitu juga sasaran yang spesifik akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dari pada sasaran yang samar-samar (Dalimunthe dan Siregar, 1994:79).

Menurut Locke (1968:79) dalam Dalimunthe dan Siregar (1994:79), sasaran yang disadari adalah determinan utama perilaku. Dengan kata lain sasaran yang disadari akan mengatur perilaku. Perilaku ini akan berlangsung terus untuk mencapai penyelesaian. Hasil penelitian Latham dan Yuk (1975:79), Steers (1976:79), Ivancevich (1976:79) dalam Dalimunthe dan Siregar (1994:79), menunjukkan adanya pengaruh positif antara kejelasan


(33)

sasaran anggaran dengan kepuasan kerja dan keterikatan sasaran serta pencapaian sasaran.

2.1.5 Kinerja SKPD Pemerintah

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan pusat

pertanggungjawaban yang dipimpin oleh kepala satuan kerja dan bertanggung jawab atas entitasnya, misalnya: dinas kesehatan, dinas pendidikan, dinas pemuda dan olahraga dan lainnya. Kumorotomo (2005:103), mengungkapkan kinerja organisasi publik adalah “hasil akhir (output) organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, transparan dalam pertanggungjawaban, efisien, sesuai dengan kehendak pengguna jasa organisasi, visi dan misi organisasi, berkualitas, adil, serta diselenggarakan dengan sarana dan prasarana yang memadai”. Mahsun (2006:198), mengungkapkan bahwa:

pengukuran kinerja pemerintah daerah diarahkan pada masing-masing satuan kerja yang telah diberi wewenang mengelola sumber daya sebagaimana bidangnya, setiap satuan kerja adalah pusat pertanggungjawaban yang memiliki keunikan sendiri-sendiri, dengan demikian perumuan indikator kinerja tidak bisa seragam untuk diterapkan pada semua Satun Kerja yang ada, namun demikian, dengan pengukuran kinerja setiap satuan kerja ini harus tetap dimulai dari pengidentifiksian visi, misi, falsafah, kebijakan, tujuan, sasaran, program, anggaran serta tugas dan fungsi yang telah ditetapkan.

Bastian (2006:267), “indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhitungkan indikator masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (outcome), manfaat (benefits), dan dampak (impact)”.


(34)

Lebih lanjut Bastian (2006:267) menjelaskan bahwa syarat-syarat indikator kinerja adalah sebagai berikut:

a. spesifikasi jelas, dan tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi, b. dapat diukur secara objektif baik yang bersifat kuantitatif maupun

kualitatif dan relevan,

c. dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan masukan, proses keluaran, hasil, manfaat serta dampak, d. harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan/penyesuaian

pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan efektif.

Whittaker (1993) dalam Bastian (2006: 274) mengungkapkan “pengukuran/penilaian kinerja adalah suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas”. Lain halnya menurut Bastian (2006: 276), “aspek yang diukur dalam pengukuran kinerja adalah aspek finansial, kepuasan pelanggan, operasi dan bisnis interal, kepuasan pegawai, kepuasan komunitas dan shareholders, serta waktu”. Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003, maka penyusunan anggaran dilakukan dengan mengintegrasikan program dan kegiatan masing-masing satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan. Dengan demikian, akan tercipta sinergi dan rasionalitas yang tinggi dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas (Nordiawan, 2006:12).


(35)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mendapat ide dan pengetahuan dari penelitian terdahulu yang beragam. Penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terahulu Peneliti Variabel Peneliti Hasil Penelitian

Elizar Sinambela (2003) Variabel Independen: Partisipasi Anggaran Variabel Dependen: Kinerja Manajerial

1. Partisipasi dalam penyusunan anggaran telah diterapkan pada perguruan tinggi swasta di Kota Medan.

2. Partisipasi penyusunan anggaran mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial. Kersna Minan (2005) Variabel Independen: Komitmen Organisasi dan Partisipasi Anggaran Variabel Dependen: Senjangan Anggaran

1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara partisipasi anggaran dan senjangan anggaran secara langsung.

2. Tidak terdapat pengaruh komitmen organisasi terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan senjangan anggaran. Ilham Rajasa Nasution (2006) Variabel Independen: Partisipasi Anggaran dan Motivasi Pegawai Variabel Dependen: Kinerja Manajerial

1. Partisipasi anggaran berpengaruh negatif dengan kinerja manajerial. 2. Motivasi anggaran berpengaruh

positif dengan kinerja manajerial.

Peneliti Sinambela (2003) melakukan studi empiris pada Perguruan Tinggi Swasta Kota Medan. Penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu partisipasi anggaran dan variabel dependen kinerja manajerial. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisa regresi sederhana. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial.


(36)

Minan (2005) melakukan penelitian pada Perguruan Tinggi Swasta di Kota Medan. Penelitian ini menghubungkan dua variabel independen yaitu komitmen organisasi dan partisipasi anggaran dengan satu variabel dependennya senjangan anggaran. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara partisipasi anggaran dan senjangan anggaran secara langsung dan tidak terdapat pengaruh komitmen organisasi terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan senjangan anggaran.

Nasution (2006) melakukan penelitian pada pegawai SKPD Pemerintah Kota Binjai. Penelitian ini menghubungkan dua variabel independennya yaitu partisipasi anggaran dan motivasi pegawai dengan satu variabel dependennya kinerja manajerial, bahwa partisipasi anggaran berpengaruh negatif dengan kinerja manejerial sedangkan motivasi memberikan pengaruh positif terhadap kinerja manejerial.

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian terdahulu Nasution (2006) yang menguji pengaruh partisipasi anggaran dan motivasi pegawai terhadap kinerja manajerial. Perbedaan penelitian ini menggunakan variabel independennya mengenai kejelasan tujuan anggaran, oleh karena itu penelitian sebelumnya dilakukan pada 51 SKPD pada Pemko Binjai dengan menyerahkan kuesioner kepada 45 pegawai, peneliti ingin menguji ulang pengaruh kejelasan tujuan anggaran terhadap kinerja SKPD Provinsi Sumatera Utara, agar bisa melihat konsistensi hasil penelitian sebelumnya.


(37)

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari kejadian teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis dan merupakan tempat penelitian serta merumuskan hipotesis dan merupakan tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel ataupun masalah yang ada dalam penelitian.

Penelitian ini merupakan suatu kajian yang berangkat dari berbagai konsep teori kejelasan tujuan anggaran menggambarkan seberapa luasnya tujuan anggaran yang dinyatakan secara jelas dan spesifik dan dimengerti oleh pihak yang bertanggungjawab terhadap pencapaiannya Kenis (1979) dalam Suyanto (2011:2) dan kajian penelitian yang mendahuluinya. Penelitian ini menggunakan satu variabel penelitian yaitu kejelasan tujuan anggaran serta satu variabel dependen yaitu kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Berikut ini gambar kerangka konseptual dari penelitian yang saya lakukan.

Gambar 2.1 Kerangka konseptual penelitian KEJELASAN TUJUAN

ANGGARAN (X)

KINERJA SKPD PEMPROVSU


(38)

Secara teoritis kejelasan sasaran anggaran adalah berkenaan dengan luasnya sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas, spesifik, dan dipahami oleh orang yang bertanggung jawab terhadap pencapaian sasaran anggaran. Kejelasan sasaran akan meningkatkan prestasi, karena jelas apa yang harus dilaksanakan untuk mencapai sasaran anggaran. Begitu juga sasaran yang spesifik akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dari pada sasaran yang samar-samar (Dalimunthe dan Siregar, 1994:79). Dengan adanya kejelasan dalam tujuan anggaran mempunyai pengaruh yang kuat terhadap prestasi kerja, mengatur perilaku, dan kepuasan kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya bahwa kejelasan tujuan anggaran berpengaruh positif terhadap prestasi kerja dan kepuasan kerja. Dengan demikian, kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Y) itu sendiri dapat dipengaruhi oleh kejelasan tujuan anggaran (X), dan dari alasan-alasan logis bahwa kejelasan tujuan anggaran adalah dimana tujuan anggaran tersebut harus dijelaskan dan dimengerti oleh pihak yang bertindak terhadap pencapaian tujuan anggaran. Sasaran yang tidak jelas akan menimbulkan keragu-raguan bagi pihak yang bertindak karena ia tidak tahu apakah tindakannya mengarah kepada pencapaian tujuan. Keragu-raguan pihak ini tentu akan menimbulkan ketidakpuasan. Tidak adanya jaminan pekerjaan akan menyebabkan ketidakpuasan.


(39)

2.3.2Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Sugiyono (2004:51) merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan hipotesis yaitu kejelasan tujuan anggaran berpengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal, yaitu penelitian yang berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antara variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana satu variabel mempengaruhi variabel lain (Umar, 2003:30). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan apakah ada pengaruh antara kejelasan tujuan anggaran sebagai variabel independen terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sebagai variabel dependen.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Untuk keperluan dalam penelitian, penulis melakukan riset pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Dalam melakukan penelitian, waktu penelitian yang dilakukan adalah selama lima bulan. Awal minggu ketiga bulan September 2011, penulis mengajukan judul skripsi yang akan diteliti. Kemudian judul yang penulis ajukan disetujui oleh ketua jurusan akuntansi pada minggu ketiga bulan Desember 2011. Dalam minggu yang sama, yaitu minggu ketiga bulan Desember 2011 penulis telah membuat, melakukan bimbingan dan mengajukan proposal yang telah penulis buat. Bimbingan proposal ini berlangsung selama dua minggu, atau sampai minggu keempat pada bulan Desember 2011.

Setelah proposal skripsi disetujui, pada minggu kedua sampai minggu keempat bulan Januari 2012 penulis melakukan pengumpulan data dengan cara


(41)

melakukan penyebaran kuesioner pada seluruh SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Kuesioner yang telah dibagikan dan kembali ke penulis kemudian diolah dengan menggunakan SPSS versi 17 pada minggu pertama dan kedua pada bulan Februari 2012. Pada minggu kedua bulan Februari 2012, penulis juga telah melakukan bimbingan terhadap hasil olahan data yang telah diperoleh tersebut. Kemudian minggu pertama dan kedua bulan Maret 2012 penulis melakukan bimbingan dan perbaikan – perbaikan terhadap skripsi yang penulis buat, sehingga pada minggu ketiga bulan Maret 2012 skripsi ini selesai dikerjakan. Untuk mempermudah, waktu penelitian yang penulis lakukan dapat dilihat pada tabel 3.1. Penelitian dilakukan di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang ada di kota Medan.

Tabel 3.1 Waktu Penelitian Tahapan

Penelitian

Nov 2011 Des 2011 Jan 2012 Feb 2012 Mar 2012

Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan

Judul Pengajuan Proposal Bimbingan Proposal Pengumpulan Data

Pengolahan Data Bimbingan dan

Penyelesaian Skripsi


(42)

3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Penelitian

Berikut ini dapat dilihat dalam tabel mengenai definisi operasional dan pengukuran masing-masing variabel penelitian.

Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala Independen:

Kejelasan Tujuan Anggaran

Tujuan anggaran saya jelas dan terperinci, Saya kira tujuan anggaran saya mendua dan tidak jelas, Saya sangat memahami yang mana dari tujuan anggaran sayalebih penting dari yang lain.

Menggunakan indikator-indikator yang dikembangkan oleh Kennis, Izzetin (1979), yang terdiri dari tiga pertanyaan dengan 3 skala likert.

Interval Dependen: Kinerja SPKD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

Seberapa jauh kemampuan individu tersebut dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang meliputi: perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staff, negosiasi, perwakilan dan kinerja.

Menggunakan indikator yang dikembangkan oleh Mahoney T.A, Jerdee T.H dan S.J Karol (1963) yang terdiri dari sembilan pertanyaan dengan 9 skala likert.

Interval

Variabel penelitian terdiri dari variabel independen dan dependen. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel kejelasan tujuan anggaran sebagai variabel independen dan kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sebagai variabel dependen.

Variabel kejelasan tujuan anggaran sebagai variabel independen diukur dengan menggunakan indikator yang dikembangkan oleh Kennis (1979), meliputi: tujuan anggaran saya jelas dan terperinci, Saya kira tujuan anggaran saya mendua dan tidak jelas, Saya sangat memahami yang manyadari tujuan anggaran saya lebih penting dari yang lain. Variabel kinerja SKPD Pemerintah sebagai variabel


(43)

dependen diukur dengan menggunakan indikator yang dikembangkan oleh Mahoney et. al (1963:12), meliputi: perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, pengaturan, staffing, perwakilan, pengawasan, dan evaluasi.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah suatu kelompok dari elemen penelitian, dimana elemen adalah unit terkecil yang merupakan sumber dari data yang diperlukan (Helmi, 2008:128). Penelitian ini menggunakan instansi perangkat daerah sebagai unit analisis. Rincian SKPD yang ada di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sejumlah 45 responden yang bertanda centang dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

No SKPD Keterangan

1. Sekretariat Daerah X

2. Sekretariat DPRD X

3. Biro Pemerintahan Umum 

4. Biro Otonomi Daerah 

5. Biro Organisasi dan Tata Laksana 

6. Biro Perekonomian 

7. Biro Administrasi Pembangunan 

8. Biro Hukum 

9. Biro Bina Kemasyarakatan dan Sosial 


(44)

11. Biro Umum 

12. Biro Perlengkapan & Pengelolaan Aset 

13. Biro Keuangan 

14. Inspektorat Provinsi 

15. Bappeda 

16. Badan Diklat 

17. Badan Lingkumgan Hidup 

18. Badan Penanaman Modal dan Promosi 

19. Badan Penelitian dan Pengembangan 

20. Badan Kepegawaian Daerah 

21. Badan Pemberdayaan Masyarakat 

22. Badan Kesatuan Bangsa dan Linmas 

23. Badan Ketahanan Pangan 

24. Badan Perpus, Arsip, dan Dokumentasi 

25. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu 

26. Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

27. Badan Penanggulangan Bencana Daerah X

28. Kantor Penghubung X

29. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja 

30. Komisi Penyiaran Daerah Indonesi Daerah 

31. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 

32. Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman 

33. Dinas Kesehatan 

34. Dinas Pendidikan 


(45)

36. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 

37. Dinas Kehutanan 

38. Dinas Pertambangan dan Energi 

39. Dinas Perhubungan 

40. Dinas Perindustrian dan Perdagangan 

41. Dinas Koperasi dan UKM 

42. Dinas Bina Marga 

43. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air 

44. Dinas Pendapatan 

45. Dinas Pemuda Olah Raga X

46. Dinas Perkebunan 

47. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan 

48. Dinas Kelautan dan Perikanan 

49. Dinas Komunikasi dan Informasi 

50. Dinas Pertanian 

51. Rumah Sakit Jiwa Daerah X

Sumber : Pemerintah Provinsi Sumatera Utara 2011

3.4.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya (Helmi, 2008:125). Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode sensus, dimana informasi dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Semua populasi dijadikan sampel, yang menjadi


(46)

responden adalah Staf seperti Biro, Badan, Kantor, Dinas yang ada di masing-masing SKPD di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

3.5 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data primer berupa jawaban atas kuesioner yang diberikan. Kuesioner diambil dari penelitan sebelumnya yang telah teruji. Instrumen dalam kuesionerkejelasan tujuan anggaran diadopsi dari Kenis (1979), dan kuesioner kinerja diadopsi dari Mahoney (1979). Data sekunder yang digunakan berupa data yang telah diolah yang diperoleh dari pemerintah seperti sejarah ringkas Pemerintahan Sumatera Utara. Dimensi waktu penelitian adalah

cross sectional yaitu melibatkan satu waktu tertentu dengan banyak sampel.

3.6 Metode dan Prosedur Pengumpulan Data 3.6.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik kuesioner dan teknik wawancara. Kuesioner merupakan serangkaian pertanyaan yang tersusun secara sistematis dan standar sehingga pertanyaan yang sama dapat diajukan kepada setiap responden.


(47)

3.6.2 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data atau pengiriman kuesioner sebagai berikut ini.

1. sebelum pembagian kuesioner, dilakukan pengajuan surat izin dari universitas kepada SKPD yang menjadi objek penelitian,

2. kuesioner langsung diantar ke responden dan diserahkan kepada semua sampel,

3. kuesioner dikumpul setelah 4 minggu,

4. jika ada responden yang belum mengumpulkan kuesioner maka mereka diberikan waktu 2 hari,

5. setelah batas waktu yang telah ditentukan dan kuesioner telah dikembalikan oleh responden, maka peneliti akan mengolah data jika jumlah data yang terkumpul sudah lebih dari 30, tetapi jika data belum mencukupi, maka akan dicoba kembali untuk mengirimkan kuesioner kepada responden yang belum mengembalikan kuesioner tersebut.


(48)

3.7 Teknik Analisis Data 3.7.1 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari statistik deskriptif mengenai variabel penelitian, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. Untuk memberikan gambaran tentang variabel penelitian yaitu kejelasan tujuan anggaran dan kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, peneliti menggunakan tabel statistik deskriptif, yang menggambarkan mean, standar deviasi, jumlah jawaban keseluruhan dari responden serta jumlah jawaban minimum dan maksimum.Untuk menguji hipotesis, metode analisis data yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Sederhana, karena menyangkut sebuah variabel independen dan sebuah variabel dependen. Disamping itu, metode analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara kedua variabel tersebut. Model persamaan regresi untuk menguji hipotesis, dengan formulasi sebagai berikut :

Keterangan

Y = Kinerja SKPD a = Konstanta

X = Kejelasan tujuan anggaran b = Koefisien regresi

e = Tingkat kesalahan pengganggu


(49)

Dalam menganalisis data, digunakan program SPSS (Statistic Product and Service Solution) release 17.

3.7.2 Pengujian Kualitas Data 3.7.2.1 Uji Reliabilitas

Uji reabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indicator dari variable atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable apabila jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten. Tujuan pengujian ini untuk melihat reliabilitas masing-masing instrumen yang digunakan dengan koefisien cronbach alpha. “Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,6” Nunnally (1960:45) dalam Ghozali (2006:45). Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS.

3.7.2.2 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006:49). Kriteria pengujian validitas adalah sebagai berikut ini.

1) Jika r hitung positif r hitung > r table maka butir pertanyaan


(50)

2) Jika r hitung negatif dan r hitung < r tabel maka butir

pertanyaan tersebut tidak valid.

3.7.3 Pengujian Asumsi Klasik 3.7.3.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Uji normalitas dilakukan untuk menentukan alat statistik yang dilakukan. Jika data yang diperoleh itu terdistribusi normal dan variansinya sama, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan alat statistik parametrik. Jika data yang diperoleh itu tidak terdistribusi normal atau variansinya tidak sama, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan alat statistik nonparametik. Pengujian normalitas data dilakukan dengan melihat grafik penyebaran data. Karakteristik grafik histogram adalah bahwa pada grafik histogram memberikan pola distribusi yang menceng

(skewness) ke kiri dan tidak normal, sedangkan pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya agak jauh dari garis diagonal. Pengujian normalitas data juga dengan melakukan uji Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S). Jika tingkat signifikannya lebih besar dari 0,05, maka data itu


(51)

terdistribusi normal. Jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal (Ghozali, 2006:147).

3.7.3.2 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006:125). Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot di sekitar nilai X dan Y. Jika ada pola tertentu itu maka telah terjadi gejala heteroskedastisitas.

Uji asumsi klasik yang digunakan hanya terbatas pada kedua uji di atas, sedangkan uji autokorelasi dan uji miltikolinearilitas tidak digunakan. Hal ini dikarenakan menurut (Ghozali, 2006:160) uji autokorelasi hanya digunakan untuk data penelitian yang berdimensi waktu timeseries. Sedangkan uji multikolinearilitas digunakan untuk penelitian yang menggunakan lebih dari satu variabel independen.


(52)

3.7.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ditujukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan analisa regresi sederhana.

3.7.4.1 Uji Signifikan t

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2006:88). Berikut ini bentuk pengujiannya.

- Ho: b1 =

- H

0, artinya suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

a: b1

yang signifikan terhadap variabel dependen.

≠ 0, artinya variabel tersebut merupakan penjelas

- Kriteria pengambilan keputusan: jika probabilitas < 0.05, maka Ha diterima dan jika probabilitas > 0.05, maka Ha

ditolak.

3.7.4.2 Koefisien Determinasi (R2

Koefisien determinasi (R

) 2

) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006:87). Nilai koefisien determinasi


(53)

adalah antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R2≤ 1). Hal ini berarti bila R2 = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila R2 semakin besar mendekati 1 menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila R2 semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Sejarah Singkat Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara

Pada zaman pemerintahan Belanda, Sumatera Utara merupakan suatu pemerintahan yang bernama Gouvernement Van Sumatera yang meliputi seluruh sumatera yang dikepalai oleh seorang Gubernur berkedudukan di Medan. Sumatera Utara terdiri dari daerah-daerah administratif yang dinamakan keresidenan. Pada sidang I Komite Nasional Daerah (KND) Provinsi Sumatera Utara diputuskan untuk dibagi menjadi 3 sub Provinsi yaitu sub Provinsi Sumatera Utara (yang terdiri dari Keresidenan Aceh, Keresidenan Sumatera Timur, dan Keresidenan Tapanuli), sub Provinsi Sumatera Tengah dan sub Provinsi Sumatera Selatan.

Melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1948 tanggal 15 April 1948 pemerintah menetapkan Sumatera menjadi 3 Provinsi yang masing-masing berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri yaitu Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan. Dan pada tanggal 15 selanjutnya ditetapkan menjadi hari jadi Provinsi Sumatera Utara.

Awal tahun 1949 diadakan reorganisasi pemerintah di Sumatera. Dengan keputusan Pemerintah Darurat RI tanggal 17 Mei 1949 Nomor


(55)

22/Pem/PDRI jabatan Gubernur Sumatera Utara ditiadakan, selanjutnya dengan ketetapan Pemerintah Darurat RI tanggal 17 Desember 1949 dibentuk Provinsi Aceh dan Provinsi Tapanuli/Sumatera Timur kemudian dengan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950, ketetapan ini dicabut dan kembali dibentuk Provinsi Sumatera Utara.

Sumatera Utara tersohor karena luas perkebunannya, hingga kini, perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian provinsi. Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun Negara. Sumatera utara menghasilkan karet, coklat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan.

Komoditas tersebut telah diekspor ke berbagai Negara dan memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi Indonesia. Selain komoditas perkebunan, Sumatera Utara juga dikenal sebagai penghasil komoditas holtikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan); misalnya Jeruk Medan, Jambu Deli, Salak, Sayur Kol, Tomat, Kentang dan Wortel yang dihasilkan oleh Kabupaten Karo, Simalungun, dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut telah diekspor ke Malaysia dan Singapura.

Pemerintah Sumatera Sumatera Utara juga sudah membangun berbagai prasarana dan infrastruktur untuk memperlancar perdagangan baik antar kabupaten di Sumatera Utara maupun antara Sumatera Utara dengan


(56)

provinsi lain. Sektor swasta juga terlibat dengan mendirikan berbagai properti untuk pedagangan, perkantoran, hotel dan lain-lain. Tentu saja sektor lain, seperti koperasi, pertambangan dan energi, industri, pariwisata, pos dan telekomunikasi, transmigrasi dan sektor sosial kemasyarakatan juga ikut dikembangkan. Untuk memudahkan koordinasi pembangunan, maka Sumatera Utara dibagi kedalam empat wilayah pembangunan.

Sumatera Utara merupakan provinsi yang ke empat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990, penduduk Sumatera Utara pada tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,81 juta jiwa dan pada tahun 2002, jumlah penduduk Sumatera Utara diperkirakan sebesar 11,85 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2 dan tahun 2002 meningkat menjadi 165 jiwa per km2, sedangkan laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20 persen per tahun.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatera Utara setiap tahunnya tampak berfluktuasi. Pada tahun 2000, TPAK di daerah ini sebesar 57,34 persen, tahun 2001 naik menjadi 57,70 persen dan tahun 2002 naik lagi menjadi 69,45 persen.


(57)

4.1.2 Visi dan Misi Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara

Visi Sumatera Utara “ Sumatera Utara yang maju dan sejahtera dalam harmoni keberagaman”. Pemahaman terhadap visi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sumatera Utara yang Maju

Bermakna masyarakatnya berpengetahuan dan sabar akan kebutuhan secara individual atau kelompok, serta menggunakan akal sehat dapat mengikuti dan menyesuaikan dengan perkembangan nasional dan global, namun tetap mempertahankan ciri dan identitas masyarakat Sumatera Utara yang majemuk serta bijaksana menghargai adat.

2. Sumatera Utara yang Sejahtera

Adalah masyarakat yang terpenuhinya kebutuhan secara lahir dan batin berdasarkan keperluan baik individu maupun kelompok yang dipenuhi yang dipenuhi secara tertib berdasarkan program. Melalui pelaksanaan visi ini diharapkan akan terwujud derajat kehidupan penduduk Sumatera Utara yang sehat, layak dan manusiawi.

3. Sumatera Utara dalam Harmoni Keberagaman

Bermakna terbentuknya kesesuaian dan keharmonisan masyarakat Sumatera Utara yang beragam di mana hak, kesempatan dan


(58)

keberagaman tersebut untuk dapat dinikmati secara bersama-sama dan adil oleh setiap kelompok dalam masyarakat di Sumatera Utara.

Dalam mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka misi yang dilaksanakan adalah :

a. Mewujudkan Sumatera Utara yang maju, aman, bersatu, rukun

dan damai dalam kesetaraan, bermakna bahwa untuk

mewujudkan kondisi sumatera yang maju, aman, bersatu, rukun dan damai dalam kesetaraan maka arah kebijakan pembangunan kedepannya difokuskan kepada mewujudkan pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan yang ditopang oleh peningkatan daya guna dan daya hasil yang lebih maksimal dari berbagai sektor-sektor potensial seperti bidang pertanian, kehutanan, industri, usaha kecil dan menengah dan pariwisata.

b. Mewujudkan masyarakat Sumatera Utara yang mandiri dan

sejahtera dan berwawasan lingkungan, bermakna bahwa untuk

mewujudkan kondisi masyarakat Sumatera Utara yang mandiri dan sejahtera maka arah kebijakan pembangunan kedepannya difokuskan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan hak-hak dasar masyarakat serta meningkatkan kepekaan sosial melalui pengembangan berbagai program yang lebih menyentuh kepada


(59)

kebutuhan masyarakat terutama dalam bidang pendidikan dan kesehatan, yang berlandaskan pada pembangunan berkelanjutan

(sustainable development).

c. Mewujudkan Sumatera Utara yang berbudaya, religius dan

keberagaman, bermakna bahwa untuk mewujudkan kondisi

Sumatera Utara yang berbudaya, religius dalam keberagaman maka arah kebijakan pembangunan kedepannya difokuskan kepada kebijakan-kebijakan yang mampu menciptakan suasana kehidupan intern dan antar umat yang saling menghormati dalam rangka menciptakan suasana yang aman dan damai serta meningkatkan kualitas pelayanan kehidupan beragama bagi seluruh lapisan masyarakat agar dapat memperoleh hak-hak dasar dalam memeluk agamanya masing-masing dan beribadah sesuai agama dan kepercayaannya.

d. Mewujudkan masyarakat Sumatera Utara yang partisipatif dan

peduli terhadap proses pembangunan, bermakna bahwa untuk

mewujudkan kondisi pemberdayaan masyarakat demi menciptakan masyarakat yang mandiri arah kebijakan kebijakan pembangunan kedepannya diarahkan kepada: penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling): memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat

(empowering) serta melindungi kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, dan mencegah terjadinya persaingan


(60)

yang tidak seimbang serta eksplotasi yang kuat atas yang lemah (Sumutprov, 2012:1).

4.1.3 Keadaan Geografis

Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km². Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya. Pada masa kolonial Oostkust bersama

Di wilayah tengah provinsi berjajar pegunungan ini terdapat beberapa wilayah yang menjadi kantong-kantong konsentrasi merupakan daerah padat penduduk yang menggantungkan hidupnya kepada danau ini. Pesisir barat merupakan wilayah yang cukup sempit, dengan komposisi penduduk yang terdiri dari masyarakat Batak, Minangkabau, dan Aceh.


(61)

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Statistik Deskriptif

4.2.1.1 Kejelasan Tujuan Anggaran (X)

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Kejelasan Tujuan Anggaran (X)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pertanyaan 1 45 1 5 3.53 1.516

Pertanyaan 2 45 1 5 3.33 1.758

Pertanyaan 3 45 1 5 2.88 1.433

Valid N (listwise) 45

Berikut ini deskripsi tabel 4.1 mengenai statistik deskriptif variabel kejelasan tujuan anggaran.

1) Jawaban terhadap pertanyaan pertama, yang berkaitan dengan seberapa besar pengaruh pegawai SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara dalam menentukan tujuan anggaran. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi adalah 5, dengan rata-rata 3.53. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memberikan kontribusi yang tinggi terhadap tujuan anggaran. Nilai standar deviasi sebesar 1.516 menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang outlier. Dikatakan outlier apabila data tersebut nilainya lebih besar dari 2,5 standar deviasi.

2) Jawaban terhadap pertanyaan kedua, yang berkaitan dengan seberapa besar pengaruh pegawai SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera


(62)

Utara dalam merumuskan tujuan anggaran. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi adalah 5, dengan rata-rata 3.33. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memberikan kontribusi yang tinggi terhadap tujuan anggaran. Nilai standar deviasi sebesar 1.758 menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang outlier.

3) Jawaban terhadap pertanyaan ketiga, yang berkaitan dengan seberapa besar pengaruh pegawai SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara dalam penetapan tujuan anggaran dengan pengendalian. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi adalah 5, dengan rata-rata 2.88. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memberikan kontribusi yang tinggi terhadap tujuan anggaran. Nilai standar deviasi sebesar 1.433 menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang outlier.


(63)

4.2.1.2 Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Y) Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Kinerja SKPD (Y)

Berikut ini deskripsi tabel 4.2 mengenai statistik deskriptif variabel kinerja.

1) Jawaban terhadap pertanyaan pertama, yang berkaitan dengan mengukur seberapa tinggi kemampuan para pejabat SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan perencanaan. Jawaban terendah adalah 4, jawaban tertinggi adalah 8, dengan rata-rata 6,8444. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang rata-rata. Nilai standar deviasi sebesar 0,97597 menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang outlier.

2) Jawaban terhadap pertanyaan kedua, yang berkaitan dengan mengukur seberapa tinggi kemampuan para pejabat SKPD di Pemerintahan

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KS1 45 4.00 8.00 6.8444 .97597

KS2 45 5.00 9.00 7.1778 .74739

KS3 45 5.00 9.00 7.2889 .94441

KS4 45 5.00 9.00 7.2222 .92660

KS5 45 5.00 9.00 7.4444 .98985

KS6 45 1.00 9.00 6.6000 1.46784

KS7 45 1.00 9.00 6.5333 1.50151

KS8 45 2.00 9.00 7.1333 1.30732

KS9 45 5.00 9.00 7.4000 .83666

Valid N


(64)

Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan investigasi. Jawaban terendah adalah 5, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 7,1778. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi. Nilai standar deviasi sebesar 0,74739 menunjukkan bahwa tidak terdapat jawaban yang outlier.

3) Jawaban terhadap pertanyaan ketiga, yang berkaitan dengan mengukur seberapa baik kemampuan para pejabat SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan koordinasi. Jawaban terendah adalah 5, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 7,2889. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi. Nilai standar deviasi sebesar 0,94441 menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang outlier.

4) Jawaban terhadap pertanyaan keempat, yang berkaitan dengan mengukur seberapa baik kemampuan para pejabat SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan evaluasi. Jawaban terendah adalah 5, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 7,2222. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi. Nilai standar deviasi sebesar 0,92660 menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang outlier.

5) Jawaban terhadap pertanyaan kelima, yang berkaitan dengan mengukur seberapa baik kemampuan para pejabat SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan pengawasan.


(65)

Jawaban terendah adalah 5, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 7,4444. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi. Nilai standar deviasi sebesar 0,98985 menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang outlier.

6) Jawaban terhadap pertanyaan keenam, yang berkaitan dengan mengukur seberapa baik kemampuan para pejabat SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utar dalam melakukan staffing. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 6,6000. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang rata-rata. Nilai standar deviasi sebesar 1,46788 menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang outlier.

7) Jawaban terhadap pertanyaan ketujuh, yang berkaitan dengan mengukur seberapa baik kemampuan para pejabat SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan negosiasi. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 6,5333. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang rata-rata. Nilai standar deviasi sebesar 1,50151 menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang outlier.

8) Jawaban terhadap pertanyaan kedelapan, yang berkaitan dengan seberapa baik kemampuan para pejabat SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan perwakilan. Jawaban terendah adalah 2, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 7,1333.


(66)

Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi. Nilai standar deviasi sebesar 1,30732 menunjukkan bahwa tidak ada jawaban yang bersifat ekstrim, dan tidak terdapat data yang

outlier.

9) Jawaban terhadap pertanyaan kesembilan, yang berkaitan dengan seberapa baik kemampuan para pejabat SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera dalam mengevaluasi kinerja secara menyeluruh. Jawaban terendah adalah 5, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 7,4000. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi. Nilai standar deviasi sebesar 0,83666 menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang outlier.

4.2.2 Hasil Uji Kualitas Data

Pengujian terhadap validitas dan reliabilitas instrumen kuesioner diadopsi dari Mahoney dkk (1979).


(67)

4.2.2.1 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Variabel Kejelasan Tujuan Anggaran (X)

Tabel 4.3 berikut ini menyajikan hasil uji validitas terhadap item pertanyaan variabel kejelasan anggaran.

Tabel 4.3

Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Kejelasan Tujuan Anggaran

Item r-hitung r-tabel Keterangan

Pertanyaan 1 0,954 0,294 Valid

Pertanyaan 2 0,942 0,294 Valid

Pertanyaan 3 0,888 0,294 Valid

Berdasarkan hasil pengujian seperti pada tabel 4.3, ketiga item pertanyaan menghasilkan koefisien korelasi yang lebih besar dari r-tabel. Hal ini berarti ketiga pertanyaan mampu mengukur partisipasi responden dalam tujuan anggaran. Berdasarkan hasil ini maka item pertanyaan variabel kejelasan tujuan anggaran dapat disimpulkan lolos uji validitas. Tabel 4.4 berikut ini menyajikan hasil uji reliabilitas terhadap item pertanyaan variabel kejelasan tujuan anggaran.


(68)

Tabel 4.4

Hasil Uji Reliabilitas Item Pertanyaan Variabel Kejelasan Tujuan Anggaran

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.962 3

Hasil pengujian terhadap reliabilitas kuesioner menghasilkan angka-angka Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,6 yaitu sebesar 0,962, berdasarkan hasil ini juga dapat disimpulkan item pertanyaan kuesioner memiliki reliabilitas yang tinggi.

4.2.2.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kinerja SKPD (Y)

Tabel 4.5 berikut ini menyajikan hasil uji validitas terhadap item pertanyaan variabel kinerja SKPD.

Tabel 4.5

Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Kinerja SKPD

Item r-hitung r- table Keterangan

Pertanyaan 1 0,615 0,294 Valid

Pertanyaan 2 0,409 0,294 Valid

Pertanyaan 3 0,309 0,294 Valid

Pertanyaan 4 0,378 0,294 Valid

Pertanyaan 5 0,347 0,294 Valid

Pertanyaan 6 0,605 0,294 Valid

Pertanyaan 7 0,640 0,294 Valid

Pertanyaan 8 0,597 0,294 Valid


(69)

Berdasarkan hasil pengujian seperti pada tabel 4.5, kesembilan item pertanyaan menghasilkan koefisien korelasi yang lebih besar dari r-tabel. Hal ini berarti kesembilan item pertanyaan mampu mengukur kinerja SKPD. Berdasarkan hasil ini maka item pertanyaan variabel kinerja SKPD dapat disimpulkan lolos uji validitas.

Tabel 4.6 berikut ini menyajikan hasil uji reliabilitas terhadap item pertanyaan variabel kinerja SKPD.

Tabel 4.6

Hasil Uji Reliabilitas Item Pertanyaan Variabel Kinerja SKPD Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.798 9

Hasil pengujian terhadap reliabilitas kuesioner menghasilkan angka Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,6 yaitu sebesar 0,798, berdasarkan hasil ini juga dapat disimpulkan item pertanyaan kuesioner memiliki reliabilitas yang tinggi.

4.2.3 Hasil Uji Asumsi Klasik

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi linier sederhana. Uji-uji ini terdiri atas uji normalitas data, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas.


(70)

4.2.3.1. Hasil Uji Normalitas Data

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Apabila asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi, maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Cara yang digunakan kali ini adalah dengan menggunakan analisis grafik.

Gambar berikut ini menunjukkan hasil pengujian normalitas data yang ditunjukkan dalam histogram dan grafik.

Gambar 4.1 Histogram


(71)

Gambar 4.2 Normal P-P Plot

Dengan melihat tampilan histogram maupun grafik normal plot maka dapat disimpulkan bahwa grafik histogram pola distribusi yang menceng ke kanan, berbentuk lonceng dan normal. Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebarannya tidak jauh dari garis diagonal. Kedua grafik tersebut menunjukkan bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas.


(1)

Lampiran ix

KUISIONER

IDENTITAS RESPONDEN

Usia :

Jenis Kelamin :

Tingkat Pendidikan :

Jabatan :

Masa Kerja :

Tanda Tangan Responden :

A. Kuisioner Kinerja SKPD

_____________________

Yth. Bapak/Ibu Responden Assalamu’alaikum. Wr.Wb. Dengan hormat,

Melalui surat ini, izinkan kami untuk meminta sedikit waktu Bapak/Ibu untuk sudi kiranya menjawab beberapa pertanyaan dengan cara memberikan Nilai (skor) di setiap kolom yang telah disediakan untuk setiap pertanyaan. Pertanyaan yang kami ajukan ini akan kami manfaatkan hanya untuk kepentingan penyelesaian skripsi semata.

(Diadopsi dari Mahoney et. al.,1963)

Kuisioner ini menggunakan skala 1 sampai dengan 9 sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kinerja Rendah Kinerja Rata-rata Kinerja diatas Rata-rata Kepada Bapak/Ibu diminta untuk memberikan nilai (1,2,3,4,5,6,7,8 atau 9) untuk setiap pertanyaan pada kotak yang telah disediakan.

Silahkan buka halaman berikutnya……

No. Kegiatan Uraian Nilai

1. Perencanaan

Menentukan tujuan, kebijakan dan tindakan/pelaksanaan, penjadwalan kerja, penganggaran, merancang prosedur, pemrograman.


(2)

Lampiran ix (lanjutan)

2. Investigasi

Mengumpulkan dan menyiapkan informasi untuk catatan, laporan dan rekening; mengukur hasil; menentukan persediaan, analisa pekerjaan

3. Pengkoordinasian

Tukar – menukar informasi dengan orang di bagian organisasi yang lain untuk mengaitkan dan menyesuaikan program; memberitahu departemen lain, hubungan dengan manajer yang lain.

4. Evaluasi

Menilai dan mengukur proposal, kinerja yang diamati atau dilaporkan; penilaian pegawai, penilaian laporan keuangan; pemeriksaan produk.

5. Pengawasan

Mengarahkan, memimpin dan mengembangkan bawahan Anda; membimbing, melatih dan menjelaskan peraturan kerja pada bawahan; memberi tugas pekerjaan dan menangani keluhan.

6. Pemilihan Staff

Mempertahankan angkatan kerja di bagian Anda; merekrut, mewawancarai dan memilih pegawai baru; menempatkan, mempromosikan dan memutasi pegawai.

7. Negosiasi

Pembelian, penjualan atau melakukan kontrak untuk barang dan jasa,

menghubungi pemasok, tawar - menawar dengan wakil penjualan, tawar - menawar secara kelompok.

8. Perwakilan

Menghadiri pertemuan, pertemuan dengan perusahaan lain, pertemuan bisnis, pidato untuk acara-acara kemasyarakatan, pendekatan kemasyarakat,

mempromosikan tujuan umum organisasi anda.


(3)

Lampiran ix (lanjutan)

B. Kuisioner Kejelasan Tujuan Anggaran di SKPD

(Diadopsi dari Kennis Izzettin ,1979)

Kuisioner ini menggunakan skala 1 sampai dengan 5 sebagai berikut:

Sangat Tidak Tidak Setuju Sangat

Tidak setuju Setuju Pasti Setuju

1 2 3 4 5

Kepada Bapak/Ibu diminta untuk memberikan nilai (1,2,3,4, atau 5) untuk setiap pertanyaan pada kotak yang telah disediakan.

No. Uraian Nilai

1.

Tujuan anggaran saya jelas dan terperinci. Saya mengetahui dengan tepat apa yang menjadi tujuan anggaran.

2. Saya kira tujuan anggaran saya mendua dan tidak jelas.

3.

Saya sangat memahami yang mana dari tujuan anggaran saya lebih penting dari yang lain. Saya mengetahui dengan jelas apa yang menjadi prioritas anggaran ini.

TERIMA KASIH KAMI UCAPKAN

ATAS PARTISIPASI DAN WAKTU YANG TELAH BAPAK/IBU BERIKAN


(4)

Lampiran x

Struktur Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

STRUKTUR PEMERINTAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

PLT GUBERNUR

H. GATOT PUJO NUGROHO, ST SEKRETARIS DAERAH

H. NURDIN LUBIS, SH, MM

ASISTEN

STAF AHLI GUBERNUR

DINAS-DINAS DAERAH

LEMBAGA TEKNIS DAERAH

SEKRETARIAT DEWAN DAN SEKRETARIAT DAERAH


(5)

Lampiran xi Tabel r

N 1-tailed 2-tailed N 1-tailed 2-tailed

3 0,988 0,997 46 0,246 0,291

4 0,900 0,950 47 0,243 0,288

5 0,805 0,878 48 0,240 0,285

6 0,729 0,811 49 0,238 0,282

7 0,669 0,755 50 0,235 0,279

8 0,622 0,707 51 0,233 0,276

9 0,582 0,666 52 0,231 0,273

10 0,549 0,632 53 0,228 0,270

11 0,521 0,602 54 0,226 0,268

12 0,497 0,576 55 0,224 0,265

13 0,476 0,553 56 0,222 0,263

14 0,458 0,532 57 0,220 0,261

15 0,441 0,514 58 0,218 0,258

16 0,426 0,497 59 0,216 0,256

17 0,412 0,482 60 0,214 0,254

18 0,400 0,468 61 0,213 0,252

19 0,389 0,456 62 0,211 0,250

20 0,378 0,444 63 0,209 0,248

21 0,369 0,433 64 0,207 0,246

22 0,360 0,423 65 0,206 0,244

23 0,352 0,413 66 0,204 0,242

24 0,344 0,404 67 0,203 0,240

25 0,337 0,396 68 0,201 0,239

26 0,330 0,388 69 0,200 0,237

27 0,323 0,381 70 0,198 0,235

28 0,317 0,374 71 0,197 0,233

29 0,312 0,367 72 0,195 0,232

30 0,306 0,361 73 0,194 0,230

31 0,301 0,355 74 0,193 0229

32 0,296 0,349 75 0,191 0,227

33 0,291 0,344 76 0,190 0,226

34 0,287 0,339 77 0,189 0,224

35 0,283 0,334 78 0,188 0,223

36 0,279 0,329 79 0,186 0,221

37 0,275 0,325 80 0,185 0,220

38 0,271 0,320 81 0,184 0,219

39 0,267 0,316 82 0,183 0,217

40 0,264 0,312 83 0,182 0,216

41 0,261 0,308 84 0,181 0,215

42 0,257 0,304 85 0,180 0,213

43 0,254 0,301 86 0,179 0,212

44 0,251 0,297 87 0,178 0,211


(6)