Pasar dan Perilaku Konsumen pdf

KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Agung, Shalawat serta Salam
tercurah limpah kepada baginda Nabi Besar Muhammad Saw, juga kepada
keluarganya, para shahabatnya, pengikut dan orang-orang yang berada di jalannya
hingga akhir zaman. Alhamdulillaah dengan segala syukur kami sebagai penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pasar dan Perilaku Konsumen”.
Makalah ini adalah hasil dari kesabaran dan perjuangan meskipun kami
menyadari masih ada kekurangan di dalamnya.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Farah Ruqoyah, S.S.,
M.Si, selaku Dosen Mata Kuliah Sosiologi Ekonomi yang telah memberikan tugas
ini kepada kami dan membantu kami sebagai penulis menyelesaikan makalah ini.
Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini dan bekerja sama menyusun makalah ini.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas kelompok, menambah wawasan bagi para pembaca, memberikan gambaran
tentang pasar dan proses perilaku konsumen dalam ekonomi khususnya yang
berkaitan dengan pasar secara ringkas dan mudah dipahami. Kemudian, kami
berharap para pembaca bisa mengambil pelajaran dan mempraktekkannya dalam
kehidupan sehari-hari serta mengamalkannya.
Semoga makalah ini bermanfaat dan bisa menjadi bahan evaluasi dan tolak
ukur dalam makalah-makalah lainnya khususnya bagi mata kuliah Sosiologi

Ekonomi di masa yang akan datang. Mohon kritik dan sarannya. Terima kasih.
Penulis,

Kelompok 3

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C.

Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Pasar Konsumen .......................................... Error! Bookmark not defined.
B. Perilaku Konsumen ...................................................................................... 9
C. Model Perilaku Konsumen ......................................................................... 11
D. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Konsumen ............................ 16
E. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen ............................................... 18
G.

Studi Kasus Pasar dan Perilaku Konsumen .............................................. 24

BAB III ................................................................................................................. 26
PENUTUP ............................................................................................................. 26
A. Simpulan .................................................................................................... 26
B. Saran ........................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Secara sosiologis, pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi,
prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa
dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Transaksi ini terjadi
atas dasar kesepakatan atas dua belah pihak, yaitu penjual dan pembeli. Di setiap
wilayah, khususnya di Indonesia, kita dapat menjumpai pasar dengan mudah.
Karena pasar merupakan sumber kehidupan bagi warga masyarakat maka pasar
banyak dijumpai di setiap wilayah di Indonesia.
Pasar merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang ada dalam masyarakat,
bahkan aktivitas pasar merupakan puncak aktivitas ekonomi setiap individu untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Pasar menjadi cerminan aktivitas ekonomi yang di
dalamnya tidak hanya terjadi proses jual beli, tetapi banyak hal yang bisa
dilakukan seperti interaksi sosial yang menjadi dasar perilaku individu untuk
menentukan tindakan ekonomi.
Konsumen membuat banyak keputusan pembelian setiap hari. Kebanyakan
perusahaan besar meneliti keputusan pembelian konsumen secara sangat rinci
untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang dibeli konsumen, dimana mereka
membeli, bagaimana dan berapa banyak yang mereka beli, kapan mereka
membeli, dan mengapa mereka membeli.1
Pemasar dapat mempelajari pembelian konsumen yang sebenarnya untuk

menemukan apa yang mereka beli, di mana dan berapa banyak. Tetapi
mempelajari tentang mengapa terjadi suatu perilaku pembelian konsumen tidaklah
mudah jawabannya sering terkunci jauh didalam pikiran konsumen.

1

Philip Kotler dan Gary Amstrong. Prinsip-prinsip Pemasaran (Terjemahan oleh
Hendra)n. (Jakarta: Erlangga, 2004), hlm. 25.

1

Konsumen merupakan unsur terpenting ekonomi, perilakunya sangat
penting dalam kemajuan ekonomi dan menentukkan ekonomi masyarakat. Dalam
aktivitasnya, konsumen selaku penikmat mempunyai banyak sekali perilaku yng
perlu untuk dipahami. Oleh karena itu penting untuk di rumuskan dalam makalah
dengan judul Pasar dan Perilaku Konsumen.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalaha tersebut, maka dapat di simpulkan
bahwa rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud pasar pasar?
2. Apa saja unsur-unsur pasar dan penggolongan pasar?
3. Bagaimana konsep, model, dan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi
perilaku konsumen?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka diambil tujuan makalahnya
dalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pasar pasar;
2. unsur-unsur pasar dan penggolongan pasar
3. Untuk mengetahui konsep, model, dan faktor-fktor yang mempengaruhi
konsumen;

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pasar
Berbicara pasar secara sempit tentunya bicara tentang suatu tempat
bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli dan jasa,
dalam hal secara sempitnya. Sedangkan pengertian pasar secara luas adalah

tempat bertemunya penjual yang mempunyai kemampuan untuk menjual barang
atau jasa dan pembeli yang mengeluarkan uang untuk membeli barang dengan
harga tertentu.
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan
sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk
orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat
pembayaran yang sah seperti uang. Kegiatan ini merupakan bagian dari
perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual
untuk item pertukaran. Persaingan sangat penting dalam pasar, dan memisahkan
pasar dari perdagangan. Dua orang mungkin melakukan perdagangan, tetapi
dibutuhkan setidaknya tiga orang untuk memiliki pasar, sehingga ada persaingan
pada setidaknya satu dari dua belah pihak. Pasar bervariasi dalam ukuran,
jangkauan, skala geografis, lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta
jenis barang dan jasa yang diperdagangkan. Beberapa contoh termasuk pasar
petani lokal yang diadakan di alun-alun kota atau tempat parkir, pusat
perbelanjaan dan pusat perbelanjaan, mata uang internasional dan pasar
komoditas, hukum menciptakan pasar seperti untuk izin polusi, dan pasar ilegal
seperti pasar untuk obat-obatan terlarang.
Dalam ilmu ekonomi, konsep pasar adalah setiap struktur yang
memungkinkan pembeli dan penjual untuk menukar jenis barang, jasa dan

informasi. Pertukaran barang atau jasa untuk uang adalah transaksi. Pasar peserta
terdiri dari semua pembeli dan penjual yang baik yang memengaruhi harga nya.

3

Pengaruh ini merupakan studi utama ekonomi dan telah melahirkan beberapa teori
dan model tentang kekuatan pasar dasar penawaran dan permintaan. Ada dua
peran di pasar, pembeli dan penjual. Pasar memfasilitasi perdagangan dan
memungkinkan distribusi dan alokasi sumber daya dalam masyarakat. Pasar
mengizinkan semua item yang diperdagangkan untuk dievaluasi dan harga.
Sebuah pasar muncul lebih atau kurang spontan atau sengaja dibangun oleh
interaksi manusia untuk memungkinkan pertukaran hak (kepemilikan) jasa dan
barang.
Beberapa ahli di bidang ekonomi pernah menjelaskan tentang definisi
pasar. Berikut adalah penjelasan mengenai pengertian pasar menurut para ahli:

1. William J. Stanton
Menurut William J. Stanton, pengertian pasar adalah sekumpulan orang
yang ingin meraih kepuasan dengan menggunakan uang untuk berbelanja, serta
memiliki kemauan untuk membelanjakan uang tersebut.


2. Kotler dan Amstrong
Pengertian pasar menurut Kotler dan Amstrong adalah sejumlah pembeli
aktual dan juga potensial dari sebuah produk atau jasa. Besarnya pasar tergantung
pada jumlah orang yang punya kebutuhan dan mau melakukan transaksi. Banyak
pemasar yang manganggap bahwa pembeli dan penjual adalah sebuah pasar,
dimana pembeli akan menerima produk/ jasa yang diinginkan setelah melakukan
pembayaran. Dan penjual akan mengirimkan produk/ jasa yang telah dibayar oleh
si pembeli.

3. Simamora
Pengertian Pasar menurut Simamora adalah sekumpulan orang yang
memiliki kebutuhan dan keinginan terhadap produk tertentu, memiliki
kemampuan dan kemauan untuk membeli produk tersebut, dan memiliki
kesempatan untuk memutuskan membeli sebuah produk.

4

4. Handri Ma’aruf
Pengertian pasar menurut Handri Ma’aruf adalah tempat bertemunya

antara penjual dan pembeli, dimana terjadi interaksi permintaan dan penawaran
antara penjual dan pembeli hingga terjadi transaksi jual dan beli.

5. Atep Adya Barata
Pengertian pasar menurut Atep Adya Barata adalah tempat dimana
berkumpulnya penjual dan calon pembeli, baik secara langsung maupun tak
langsung saling berhubungan melaksanakan pertukaran, baik barang maupun jasa.

6. Dr. Winardi SE
Menurut Dr. Winardi SE, Pengertian Pasar adalah sebuah tempat dimana
secara ideal harga-harga pada waktu tertentu adalah sama untuk semua penjual
dan pembeli.

7. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Pengertian pasar menurut KBBI adalah sekumpulan orang yang
melakukan kegiatan transaksi jual-beli. Pasar merupakan sebuah tempat untuk
kegiatan jual-beli yang diselenggarakan oleh sebuah organisasi atau perkumpulan
dengan maksud untuk mencari derma.
Dari penjelasan tersebut, maka kita dapat menyimpulkan bahwa pasar
adalah tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi

jual dan beli untuk memenuhi kebutuhan.
B. Unsur-unsur dan Penggolongan Pasar
Dari penjelasan definisi pasar maka kita dapat mengetahui ciri-ciri pasar,
yaitu:
Ada barang atau jasa yang diperjualbelikan
b. Terjadi transaksi jual beli
a.

c.

Adanya proses permintaan dan tawar menawar

5

Terjadinya interaksi antara pembeli dan penjual
e. Transaksi terjadi ketika ada kesepakatan antaran penjual dan pembeli
d.

Secara umum pasar dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu pasar
tradisional dan pasar modern. Walaupun pasar tradisional telah mengalami

gempuran dari pasar modern, namun cukup banyak masyarakat yang lebih
memilih belanja di pasar tradisional.

1. Pasar Tradisional
Pengertian pasar tradisional adalah sebuah tempat bertemunya para
penjual dan pembeli serta terjadi proses jual beli secara langsung yang melalui
proses tawar menawar. Bentuk bangunan pasar tradisional ini berupa kios, los,
atau gerai.
Barang yang dijual di pasar tradisional adalah barang-barang kebutuhan
sehari-hari. Pasar jenis ini mudah ditemukan di berbagai daerah, misalnya pasar
Klewer di Solo, pasar Minggu di Jakarta, dan pasar Beringharjo di Yogyakarta.

2. Pasar Modern
Pasar modern adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
melakukan transaksi. Namun, di pasar modern tidak terjadi proses tawar menawar
karena barang yang dijual sudah diberi label harga pas.
Bentuk pasar modern ini berada di dalam bangunan dimana para
pelayanannya dilakukan secara mandiri atau swalayan, dan bisa juga dilayani oleh
seorang pramuniaga. Barang-barang yang dijual di pasar tradisional biasanya
kebutuhan sehari-hari dan barang lain yang tahan lama. Contoh pasar pasar
modern; minimarket, supermarket, dan lain sebagainya.
1. Jenis-Jenis Pasar yang Ada di Masyarakat
Jenis-jenis pasar dapat kita bedakan berdasarkan cara transaksi, bentuk
kegiatan, berdasarkan waktunya, dan berdasarkan jenis barang yang dijual.

6

a. Pasar Berdasarkan Sifat dan Waktu Kegiatannya
Jenis pasar yang satu ini dapat kita ketahui dengan melihat sifat dan waktu
kegiatannya. Diantaranya adalah:
Pasar harian: pasar yang kegiatannya dilakukan setiap hari, misalnya pasar

a.

tanah abang.
Pasar mingguan: pasar yang kegiatannya hanya terjadi sekali dalam

b.

seminggu, misalnya pasar minggu.
Ada Pasar tahunan: pasar yang kegiatannya hanya terjadi sekali dalam satu

c.

tahun, misalnya Pasar Raya Jakarta (PRJ)
Pasar Temporer: pasar yang kegiatannya hanya pada waktu tertentu saja,

d.

misalnya bazar murah

b. Pasar Berdasarkan Wujudnya
Jenis pasar ini bisa kita kenali dengan melihat wujudnya. Diantaranya
adalah:
a.

Pasar konkret (pasar nyata): pasar dimana terjadi hubungan langsung
antara penjual dan pembeli, misalnya pasar tradisional dan pasar swalayan

b.

Pasar Abstrak (pasar tak nyata): pasar dimana terjadi pertemuan langsung
antara penjual dan pembeli, namun barang yang diperjualbelikan tidak
secara langsung, misalnya pasar modal.

c. Pasar Berdasarkan Jangkauannya
Betnuk pasar ini mudah kita kenali dengan melihat jangkauannya di
masyarakat, diantaranya adalah:
a.

Pasar lokal: pasar yang pelaksanaannya berada di lokasi atau di daerah
tertentu, misalnya pasar Tanah Abang.

7

Pasar nasional: pasar yang menjangkau pembeli di dalam satu negara.

b.

Dengan kata lain, pasar nasional ini dapat melayani permintaan dari
berbagai daerah dalam satu negara.
Pasar internasional: pasar yang penjualannya sudah bisa menjangkau

c.

berbagai negara di seluruh dunia.

d. Pasar Berdasarkan Bentuk dan Strukturnya
Jenis pasar dapat kita kenali dari bentuk dan strukturnya, diantaranya
adalah:
1. Pasar persaingan sempurna (Perfect Competition Market)
Pasar yang di dalamnya terdapat banyak pembeli dan penjual dan mereka
sudah paham tentang keadaan pasar tersebut
2. Pasar persaingan tak sempurna (Inperfect Competition Market)
Pasar yang terdiri dari beberapa penjual yang menguasai pasar, jumlah
penjual biasanya tidak terlalu banyak.
Lebih lanjut, pasar persaingan tidak sempurna dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
pasar oligopoli, pasar monopoli, dan pasar monopolistik.
a.

Bentuk Pasar Oligopoli: pasar yang terdiri dari dari beberapa penjual yang
memasarkan barang khusus, dimana masing-masing penjual dapat saling
mempengaruhi

harga,

misalnya

perusahaan

semen

dan

industri

telekomunikasi.
b.

Pasar Monopoli: pasar dimana seluruh penawaran terhadap permintaan
telah dikuasai oleh satu organisasi penjual tertentu.

c.

Pasar Monopolistik: pasar yang di dalamnya terdapat banyak penjual
dengan produk yang berbeda. Biasanya pasar jenis ini banyak dijumpai
pada retailer dan jasa, misalnya apotik, toko kelontong.

8

2. Peran dan Fungsi Pasar di Masyarakat
Secara umum, ada 5 fungsi dan peran pasar bagi masyarakat, diantaranya
adalah:
a. Menetapkan harga; menetapkan harga suatu barang/ jasa sesuai
dengan permintaan dan penawaran di pasar.
b. Mengorganisir produksi; menentukan metode produksi yang paling
sesuai dengan memaksimalkan rasio antara output produk dengan
input sumber daya.
c. Mendistribusikan produksi; pasar berperan sebagai distributor
pembayaran kepada para pelaku pasar, dalam hal ini tenaga kerja
sesuai produktifitasnya.
d. Menyelenggarakan

penjatahan; bertujuan

untuk

membatasi

konsumsi dari produksi yang tersedia. Masing-masing pembeli
mendapatkan jatah sesuai dengan daya belinya.
e. Menyediakan barang dan jasa untuk masa depan; pasar turut
berperan sebagai fasilitator dalam hal pengelolaan tabungan dan
investasi. Pasar yang memfasilitasi investasi dan tabungan adalah
pasar modal.

C. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah suatu tingkah laku dari konsumen, dimana
mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan,
mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Fokus dari
perilaku konsumen adalah bagaimana individu membuat keputusan untuk
menggunakan sumber daya mereka yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu
barang. Selain itu, ada beberapa pengertian perilaku konsumen menurut para ahli,
antara lain:
Menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be
defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using,
evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy

9

they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen
dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk,
jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat
memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang
ditawarkan.
Menurut Ebert dan Griffin (1995) Consumer behavior dijelaskan sebagai:
“The various facets of the decision of the decision process by which customers
come to purchase and consume a product”. Dapat dijelaskan sebagai upaya
konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan
dikonsumsi.
Ada tiga wujud konsumen yaitu:
1. Personal Consumer: konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau
jasa untuk penggunaannya sendiri.
2. Organizational Consumer: konsumen ini membeli atau menggunakan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi
tersebut.
3. Konsumsi dalam pandangan sosiologi sebagai masalah selera, identitas,
atau gaya hidup maksudnya terkait kepada aspek-aspek sosial budaya.
Sosiolog memandang dari segi selera sebagai sesuatu yang dapat berubah,
difokuskan pada kualitas simbolik dari barang (maksudnya jika di lihat orang
menjadi menarik dan modis), dan tergantung dari persepsi tentang selera orang
lain. Konsumsi adalah kegiatan atau tindakan mempergunakan komoditas
barang atau jasa untuk memenuhi keinginan, dengan cara atau sikap yang
umum, yang dipengaruhi oleh struktur dan pranata sosial di sekitarnya.
Berdasarkan landasan teori, ada dua faktor dasar yang mempengaruhi
perilaku konsumen yaitu:
a. Faktor eksternal adalah merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga,
kelas sosial, kebudayaan, marketing strategi, dan kelompok referensi. Kelompok
referensi merupakan kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak

10

langsung pada sikap dan perilaku konsumen. Kelompok referensi akan
mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan
pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.
b. Faktor internal adalah merupakan faktor yang termasuk adalah motivasi,
persepsi, sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan
perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman.
Seringkali perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu.
Selain itu perilku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993)
adalah: “Consumer behavior may be defined as the decision process and physical
activity individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of

goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses
pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini
melibatkan

individu

dalam

menilai,

mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.

mendapatkan,

menggunakan,

atau

2

D. Model Perilaku Konsumen
Kegiatan konsumsi adalah tindakan atau kegiatan mempergunakan
barang/jasa, di mana tindakan itu didasarkan pada makna subjektif, rasionalitas,
emosi dan motif tertentu dari individu agar di mengerti dan dipahami oleh orang
lain.
Weber (1978) berpendapat bahwa selera merupakan pengikat kelompok
dalam (ingroup). Actor-aktor kolektif berkompetisi dalam penggunaan barangbarang simbolik. Keberhasilan dalam berkompetisi ditandai dengan kemampuan
untuk memonopoli sumber budaya, sehingga akan meningkatkan prestis dan
solidaritas kelompok dalam.
Sedangkan Veblen (1973) memandang selera sebagai senjata dalam
berkompetisi. Kompetisi tersebut berlangsung antar pribadi, antara seseorang
dengan orang lain. Jika dalam masyarakat tradisional, keperkasaan seseorang
2

Ibid, hlm. 44-47.

11

sangat dihargai; sedangkan dalam masyarakat modern, penghargaan diletakkan
atas dasar selera dengan mengkonsumsi sesuatu yang merupakan refleksi dari
kepemilikan. Dalam masyarakat perkotaan, anggota kelas tertentu mempunyai
kemampuan untuk mengonsumsi barang-barang tertentu yang dilekatkan pada
gaya hidup dari kelompok status tertentu.
Kapitalisme pasar membentuk manusia menjadi makhluk ekonomi sebagai
satu-satunya dimensi kehidupannya. Tentu saja, kemudian, hubungan sosial antar
sesama manusia sarat dengan simbol dan logika ekonomi.
Ketika produksi kapitalisme mencapai puncak kelimpahan barang,
sehingga kebutuhan tercukupi, perusahaan berusaha bukan hanya mencipta
barang, namun sekaligus menciptakan kebutuhan. Ini merupakan upaya
kapitalisme pasar untuk terus menguasai kehidupan. Melalui berbagai instrumen
dan cara-cara persuasif, kapitalisme memaksa masyarakat mengkonsumsi tanpa
henti. Muncul kemudian kebutuhan semu, bukan karena butuh (need), namun
lebih pada ingin (want).
Produksi tentu tak lepas dari konsumsi, pasangannya. Sebab keduanya
saling membutuhkan. Pada awal perkembangan masyarakat, produksi adalah
upaya usaha memenuhi kebutuhan sendiri. Namun, karena barang yang dihasilkan
berlebih maka ditukarkan barang lain, untuk tujuan yang berbeda. Pertukaran
barang ini kemudian memunculkan pasar, dan barang tersebut berubah nilainya
menjadi komoditas. Karl Marx melihat hal tersebut sebagai perubahan nilai guna
(use value) menjadi nilai tukar (exchange value).
Dari gambaran di atas kita melihat bahwa, mengkonsumsi sebenarnya
bukan hanya persoalan pada zaman kini, ketika mall dan pusat perbelanjaan
menjamur. Konsumsi merupakan perilaku primitif manusia. Bahkan, menurut
Plato, terbentuknya masyarakat merupakan akibat manusia tak mampu mencukupi
kebutuhannya sendiri. Yang nampak berbeda adalah intensifikasi dan perluasan
jaringan pemasaran yang lebih kompleks. Munculnya pusat perbelanjaan dalam
bentuk yang lebih “baru”, membuat konsumsi menjadi sebentuk candu.

12

Tentu saja perubahan pola perilaku konsumsi tidak terjadi begitu saja.
Perubahan pola dan perilaku konsumsi terjadi seiring perkembangan infrastruktur
masyarakat. Berbagai penemuan di bidang teknologi dan meletusnya Revolusi
Industri, mengkonsumsi menjadi niscaya setelah produksi. Produksi barang secara
massal meniscayakan proses produksi mengalami percepatan. Begitu pula usaha
untuk menghabiskan dan menggunakan barang. Zaman ini memunculkan
masyarakat baru yakni masyarakat konsumen. Masyarakat inilah yang menjadi
pengguna barang yang dihasilkan oleh produksi massal tersebut.
Perubahan sosial serta produksi massa industrial yang mempengaruhi pola
perilaku mengkonsumsi mendorong beberapa tokoh untuk mengkajinya. Oleh
Haryanto Soedjatmiko, dalam Saya Berbelanja, maka Saya Ada: Ketika Konsumsi
dan Desain Menjadi Gaya Hidup Konsumeris (Jalasutra: 2008), membagi perilaku
konsumsi ke dalam tiga periode dengan masing-masing kondisi sosial di
sekitarnya. Tiga periode tersebut yakni; periode klasik, kemunculan sosiologi
konsumsi, dan periode posmodernis.
Teori konsumsi klasik digawangi oleh Karl Marx, Max Weber, dan
George Simmel. Pada dasarnya Marx adalah seorang yang lantang mengecam
kapitalisme

dengan

berbagai

implikasi

eksploitasinya.

Sehingga,

tak

mengherankan bila Marx mengatakan bahwa hasil produksi tidak secara langsung
terkait dengan kebutuhan masyarakat. Barang produksi adalah komoditas yang
mendahulukan nilai tukar daripada nilai guna. Dalam kondisi demikian,
masyarakat merupakan obyek yang didorong produsen untuk mengkonsumsi.
Masyarakat berada pada subordinat produksi, di mana produsen mampu
menciptakan kebutuhan masyarakat.
Pada saat kapitalisme mulai meletakkan dasar-dasarnya dengan kuat.
Berikutnya Weber muncul dengan ide tentang Etika Protestan dan Semangat
Kapitalisme. Kritik Weber bahwa, etika Protestan bukan hanya menghabiskan
barang konsumsi sebagaimana yang dilakukan masyarakatnya saat itu. Namun,
pada investasi dan kerja keras. Weber tampak ingin semakin memperjelas dan
memperkokoh kapitalisme dengan bentuk investasi kembali keuntungan produksi.
Meskipun masyarakat kental dengan semangat Kalvinisme ini, namun perilaku

13

konsumsi tidak berhenti. Masyarakat mulai sadar akan kesenangan berkat
kemajuan industri.
Tokoh berikutnya adalah George Simmel, yang menekankan interaksi
pertukaran, terutama dalam perekonomian. Munculnya uang sebagai alat tukar
dan munculnya perkotaan memunculkan model baru dalam mengkonsumsi.
Pertumbuhan kelas sosial urban dan model konsumsi baru tersebut tidak bisa
dipisahkan dari modifikasi barang konsumsi. Pertumbuhan imajinasi mengenai
barang konsumsi muncul dari penilaian terhadap barang konsumsi. Puncak
imajinasi itu bergantung dan berperan pada munculnya masyarakat urban yang
berorientasi pada pemasaran mode (fashion) (Chaney, 2006: 55). Simmel
menyimpulkan bahwa mengkonsumsi membentuk konstruksi masyarakat dan
menimbulkan budaya baru masyarakat. Di sini terjadi pergeseran dari masyarakat
konsumen (consumer society) menjadi budaya konsumen (consumer culture).
Kemudian muncul seorang sosiolog dari Prancis, Pierre Bourdieu, yang
yang menurut buku ini mempelopori kemunculan periode sosiologi konsumsi.
Bourdieu menghubungkan konsumsi dengan simbol-simbol sosial dalam
masyarakat. Dalam pandangannya produk konsumsi, merupakan simbol status dan
kelas sosial seseorang. Musik klasik misalnya, hanya dinikmati orang-orang
tertentu (biasanya dari kelas atas). Konsumsi dibentuk oleh ide, simbol, selera,
yang kemudian secara tidak langsung maupun tidak menciptakan pembedaan
dalam masyarakat. Dalam konsumsi, selera, preferensi, gaya hidup, dan standar
nilai ditentukan oleh kelas yang lebih superior. Kelas atas bukan hanya unggul
secara ekonomi politik, namun juga budaya dengan menentukan dan melakukan
hegemoni dalam pola-pola konsumsi.
Pada perkembangan kapitalisme akhir, dalam teori-teori sosial muncul
posmodernisme. Posmodernitas menurut Baudrillard adalah dunia yang penuh
dengan

simbol

dan

citra.

Termasuk

dalam

konsumsi.

Ketika

orang

mengkonsumsi, maka yang dikonsumsi sebenarnya bukan nilai barang, namun
citra atas barang tersebut. Konsumsi dirayakan seiring dengan munculnya pusat
perbelanjaan (super)modern, kapitalisme neoliberal, dan pasar bebas. Kajian

14

terhadap konsumsi masyarakat posmodern oleh buku ini diwakili dua tokoh
posmodernis, yakni Mike Featherstone dan Jean Baudrillard.
Berbeda dengan dua zaman sebelumnya atau juga dalam pandangan
Featherstone, di mana konsumsi menjadi sumber diferensiasi masyarakat. Justru
posmodernitas menurut Baudrillard megaburkan kelas dan status sosial. Bahkan
Baudrillard menyatakan era posmodern sebagai “matinya yang social”, kematian
masyarakat. Siapa pun yang mampu bisa merayakan konsumsi tanpa memandang
kelas dan status sosial. Konsumsi memberikan identitas tertentu tanpa
memandang batas-batas sosial.
Featherstone menjelaskan budaya konsumen dengan membaginya ke
dalam tiga tipe Chaney, 2006: 67); pertama, konsumerisme merupakan tahap
tertentu kapitalis. Kedua, konsumerisme dan konsumsi merupakan persoalan yang
lebih sosiologis mengenai relasi benda-benda dan cara melukiskan status. Praktik
konsumsi merupakan strategi untuk menciptakan dan membedaan status sosial.
Tipe kedua dari konsumsi ini dapat kita lihat dengan munculnya komunitas
pengguna barang tertentu, misalnya klub motor merk tertentu. Pandangan ini
berbeda dengan pandangan Baudrillard di atas. Ketiga, Featherstone melihat
munculnya kreativitas konsumsi. Kreativitas konsumsi ini terkait dengan
estetikasi konsumsi yang pada perkembangan selanjutnya menciptakan mode,
estetisasi bentuk, dan gaya hidup.
Tokoh selanjutnya, Jean Baudrillard, melihat konsumerisme sebagai logika
untuk memenuhi kepuasan hasrat. Melimpahnya barang konsumsi bukan lagi
karena kebutuhan masyarakat, namun lebih pada pemuasan nafsu mereka. Dalam
pandangan Baudrillard, kapitalisme akhir memanfaatkan mesin hasrat tersebut
untuk terus membelenggu masyarakat dalam jerat konsumerisme.
Praktik-praktik konsumsi selanjutnya menjadi gaya hidup masyarakat.
Konsumsi menjadi cara pandang (baru) masyarakat. Seiring dengan terus
beroperasinya industri lintas negara dan tumbuhnya supermarket, hipermarket,
dan mall. Bahkan dengan strateginya yang cantik, barang konsumsi disesuaikan
dengan pengalaman dan pandangan filosofis masyarakat setempat (fordisme).

15

Munculnya strategi fordisme tersebut terus-menerus menempatkan masyarakat
dalam kubangan konsumerisme.
Kajian tentang konsumerisme dan sosiologi konsumsi menjadi penting
saat ini. Sigfikansinya adalah, perubahan masyarakat saat ini cenderung menuju
pada budaya komsumeris seiring menjamurnya pusat perbelanjaan. Kajian ini
dimulai dari tokoh klasik, tokoh sosiologi konsumsi, dan teori posmodern dengan
konteks sosial masing-masing zaman mereka. Kajian keilmuan sosiologi dalam
masyarakat konsumsi jelas akan senantiasa penting di masa yang akan datang. 3

E. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) keputusan pembelian
dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, social:
1. Faktor Budaya
2. Faktor Sosial
1. Faktor Budaya
a. Budaya
Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan tingkah laku
sesorang karena budaya tumbuh dalam suatu masyarakat sejak kecil. Pengertian
budaya itu sendiri adalah kumpulan nila-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan
tingkah laku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan
lembaga penting lainnya (Philip Kotler, 1997). Setiap masyarakat mempunyai
budaya dan pengaruh budaya pada tingkah laku pembelian bervariasi amat besar,
oleh karenanya pemasar selalu mencoba menemukan pergeseran budaya agar
dapat mengetahui produk baru yang mungkin diinginkan.

3

Amestia Prasinata Panggabean, Kualitas Interaksi Sosial antara Penjual dan Pembeli di Taman
Pintar Book Store Yogyakarta, Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 2 No. 2 2017, Universitas Negeri
Yogyakarta.

16

Contoh: Pergeseran budaya dalam hal pakaian yang menuju ke nonformalitas, maka mengasilkan meningkatnya permintaan pakaian-pakaian santai,
dan munculnya perusahaan garmen dan UKM dimana-mana.
b. Sub Budaya
Sub budaya adalah sekelompok orang yang mempunyai sistem nilai sama
berdasarkan pada pengalaman hidup dan situasi, termasuk juga agama, kelompok
ras, dan wilayah geografi (Philip Kotler,1997). Banyak sub budaya membentuk
segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang produk dan program
pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Contoh: Supermarket di New York, dimana orang Asia mencakup lebih
dari 13% populasi menyediakan CD dan Video artis Asia, produk kesehatan dan
kecantikan yang disukai orang Asia yang bertujuan untuk menjual barang-barang
untuk melayani bangsa Asia.
c. Kelas sosial
Kelas sosial adalah divisi masyarakat yang relatif permanen dan teratur
dengan para anggota yang menganut nilai-nilai, minat, dan tingkah laku yang
serupa (Philip Kotler, 1997). Kelas sosial menentukan pemilihan produk dan
merek tertentu dalam bidang-bidang seperti pakaian, peralatan rumah tangga dan
sebagainya.
Contoh: Suatu perusahaan membuat berbagai macam desain produk dan
variasi harga mahal untuk memenuhi

kepuasan orang-orang yang sangat

memperhatikan selera dan merek, contoh mobil mewah, rumah elit, pakaian
mahal, dan lain-lain.
2. Faktor Sosial
a. Kelompok kecil
Tingkah laku seseorang yang dipengaruhi oleh kelompok kecil. Kelompok
yang mempunyai pengaruh langsung dan seseorang yang menjadi anggotanya
disebut kelompok keanggotaan. Beberapa merupakan kelompok primer yang

17

mempunyai interaksi reguler tapi informal, seperti keluarga, teman, tetangga, dan
rekan kerja. Beberapa merupakan kelompok sekunder, mempunyai interaksi lebih
formal dan kurang reguler, mencakup kelompok keagamaan, asosiasi professional,
dan serikat pekerja. Kelompok acuan berfungsi sebagai titik perbandingan atau
acuan langsung (tatap muka) atau tidak langsung dalam membentuk sikap dan
tingkah laku sesorang (Philip Kotler,1997). Contoh: Jaringan social Facebook,
Twitter, instagram, WhatApss, dan lain-lain.
b. Keluarga
Selain kelompok keluarga juga sangat mempengaruhi tingkah laku
pembeli. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam masyarakat, salah satu contoh yang paling dominan adalah keterlibatan
suami-istri dalam proses pembelian.(Philip Kotler, 1997)
Contoh: Anak-anak sangat mempengaruhi keputusan keluarga tentang
kemana mereka akan berlibur atau berbelanja. Hasilnya banyak pusat
perbelanjaan yang menyediakan wahana bermain untuk anak sehingga mereka
bias berbelanja sekaligus mengajak anak-anaknya berlibur.
c. Status dan Peran
Status dan peran seseorang ketika dia menjadi anggota kelompok, klub
organisasi, posisinya ditentukan banyak peran dan status seseorang itu sendiri
dalam organisasi, setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan
yang diberikan oleh masyarakat misalnya peran manajer masyarakat mempunyai
status yang lebih tinggi dalam masyarakat dibanding peran masyarakat lain pada
umumnya.
Contoh: Seorang ibu yang bekerja disebuah perusahaan sebagai manajer,
secara otomatis akan membeli pakaian yang sesuai dgn perannya yang rapi, maka
muncullah seragam kerja dan lain-lain.
F. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

18

Perilaku konsumen terpusat pada cara individu mengambil keputusan
untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha)
guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Hal ini
mencakup apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, kapan mereka
membeli, dimana mereka membeli, seberapa sering mereka membeli, dan
seberapa sering mereka menggunakannya. 4
G. Kepercayaan
Dalam terminology sosiologi, konsep kepercayaan dikenal dengan trust.
Definisi kepercayaan (trust) dalam Oxford English Dictionary dijelaskan sebagai
confidence in yang berarti yakin pada dan reliance on yang bermakna percaya atas

beberapa kualitas atau atribut sesuatu atau seseorang, atau kebenaran suatu
pernyataan.5
Torvik (2000), menyebutkan kepercayaan merupakan “kecenderungan
perilaku tertentu yang dapat mengurangi risiko yang muncul dari perilakunya”.
Pengertian kepercayaan yang dikaitkan dengan risiko dikritik oleh beberapa
teoritis, salah satu diantaranya adalah Giddens (2005). Menurut Giddens (2005)
kepercayaan pada dasarnya terikat, bukan kepada risiko, namun kepada berbagai
kemungkinan. Kepercayaan selalu mengandung konotasi keyakinan ditengahtengah berbagai akibat yang serba mungkin, apakah dia berhubungan dengan
tindakan individu atau dengan beroperasinya system. Dalam kasus kepercayaan
terhadap agen manusia, dugaan akan keyakinan melibatkan “kebaikan”
(penghargaan) atau cinta kasih. Itulah mengapa kepercayaan kepada seseorang
secara psikologis mengandung konsekuensi bagi individu yang percaya: sandera
moral terhadap keberuntungan diserahkan. Kepercayaan, menurut Giddens
(2005), didefinisikan sebagai keyakinan akan rehabilitas seseorang atau sistem,
terkait

dengan

berbagai

hasil

atau

peristiwa,

dimana

keyakinan

itu

4

Loc.cit., , hlm. 6
Damsar dan Indrayani, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Penadamedia Group, 2016), hlm.
185

5

19

memngekspresikan suatu iman (faith) terhadap integrase atau cinta kasih orang
lain, atau terhadap ketepatan prinsip abstrak (pengetahuan teknis).6
Definisi

kepercayaan

yang tidak

dikaitkan

dengan

risiko,

juga

dikemukakan oleh Zucker (1986). Zucker memberi batasan kepercayaan sebagai
“seperangkat harapan yang dimiliki bersama-sama oleh semua yang berada dalam
pertukaran”. Definisi Zucker tersebut dekat dengan batasan yang diberikan oleh
Lawang. Menurut Lawang (2004) kepercayaan merupakan “hubungan antara dua
belah pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu
pihak atau kedua belah pihak melaui interaksi social”. Selanjutnya Lawang(2004)
menyimpulkan inti konsep kepercayaan sebagai berikut: (1) hubungan social
anatara dua orang atau lebih. Termasuk dalam hubungan ini adanya institusi, yang
dalam pengertian diwakili orang. (2) harapan yang terkandung dalam hubungan
itu yang kalua direalisasi tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak.
(3) interaksi yang memungkinkan hubungan dan harapan itu terwujud.
Suatu kepercayaan jika dihubungkan dengan pasar, khususnya interaksi
antara pembeli dan pedagang merupakan hubungan yang diperoleh karena pada
dasarnya mereka saling berinteraksi dan saling membutuhan. Interaksi sosial yang
sering dan mendalam sehingga dapat dipahami oleh penjual maupun pembeli,
apalagi hal tersebut terjadi pada pasar tradisional yang masih terdapat budaya
tawar-menawar. Kepercayaan akan terbentuk diantara penjual dan pembeli apabila
suatu proses jual beli sring dilakukan dan kerjasama meluas ke berbagai hal.
Menurut Sandstrom dan Dunn (2014), interaksi sosial juga dapat
membangun kepercayaan antara kedua pihak, termasuk penjual dan pembeli.
Kepercayaan akan terbentuk melalui interaksi antara satu pihak dengan pihak
yang lainnya secara terus menerus. Kepercayaan menurut Rousseau et al.
(dalam wahyudi, Milla, dan Muluk, 2017), adalah wilayah psikologis yang
merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan harapan terhadap
perilaku yang baik dari orang lain.

6

Ibid . Hlm 185-186

20

Kepercayaan

ini

yang

nantinya

dapat mempengaruhi loyalitas

konsumen atau pembeli terhadap penjual. Morgan dan Hunt (dalam Aryani
dan

Rosinta,

2010) mengatakan bahwa tingginya kepercayaan akan

dapat

berpengaruh terhadap menurunnya kemungkinan untuk melakukan perpindahan
terhadap penjual lainnya, atau sering disebut dengan loyalitas. Kepercayaan
dapat mempengaruhi loyalitas (Bastian, 2014).
Menurut Reichheld dan Sasser (dalam Aryani dan Rosinta, 2010),
Loyalitas pelanggan

merupakan

suatu

bentuk perilaku

konsumen

yang

mengarah pada kemungkinan pembelian ulang, meningkatnya loyalitas pada
harga, dan memberikan rekomendasi pada pihak lain (Foster dan Cadogan,
dalam Bastian, 2014).
a. Lingkungan Kepercayaan
Setiap

kepercayaan

dimiliki

suatu

lingkungan.

Giddens

(2005)

menentukan dua setting yang berbeda bagi tumbuh dan berkembangnya suatu
lingkungan kepercayaan., yaitu masyarakat pra-modern dan modern.
1. Masyarakat pra-modern
Dalam masyarakat pra-modern, menurut Giddens, ditemukan 4 lingkungan
yang

menumbuhkembangkan

kepercayaan,

yaitu

hubungan

kekerabatan,

komunitas masyarakat lokal, kosmologi religious, dan tradisi. Pada masyarakat
pra-modern hubungan kekerabatan merupakan konteks lingkungan yang dapat
menjadi asal muasal tumbuh kembangnya suatu kepercayaan. Hubungan
kekerabatan menyediakan suatu mata rantai hubungan social yang dapat
diandalkan, yang secara prinsip dan umum dilakukan, membentuk media
pengorganisasian relasi kepercayaan (Giddens, 2005).
Tradisi juga dapat menjadi lingkungan bagiperkembangan keprcayaan
masyarakat. Tradisi merupakan sarana untuk mengaitukan masa kini dengan masa
depan, berorientasi pada masa lalu dan waktu yang dapat berulang. Tradisi adalah
rutinitas. Namun dia adalah rutinitas yang penuh makna secata instinsik, krimbang
hanya sekedar perilaku kosong yang hanya berorientasi kepada kebiasaan semata.

21

Makna aktifitas rutin beada di dalam tradisi dan dalam kaitan antara tardisi dan
ritual (Gidden, 2005).7
2. Masyarakat Modern dan Pengaruh Adanya Kepercayaan (Trust)
Berbeda dengan masyarakat pra-modern, masih berdasarkan pandangan
Giddens, dalam masyarakat modern terdapat 3 lingkungan yang dapat
menimbulkan kepercayaan, yaitu sistem abstrak, relasi personal dan orientasi
masa depan. Sistem abstrak merupakan lingkungan utama bagi tumbuh
kembangnya kepercayaan pada masyarakat modern.
Munculnya kepercayaan antara penjual dan pembeli dimulai karena
adanya interaksi sosial. Interaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli, baik
itu di pasar tradisional maupun pasar modern adalah bentuk transaksi
perdagangan. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi sosial antara penjual dan
pembeli tergolong kepada interaksi sosial asosiatif dengan bentuk kerja sama
(cooperation). Cooley (Soekanto, 2012) mengatakan bahwa kerja sama adalah
proses apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingankepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup
pengetahuan

dan

pengendalian terhadap

diri

sendiri

kepentingan tersebut. Hal ini sesuai dengan tujuan

untuk

penjual

dan

memenuhi
pembeli

melakukan interaksi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau kepentingankepentingan yang sama.
Setelah adanya interaksi sosial, adanya kegiatan ekonomi atau kebutuhan
antara pembeli dan penjual menjadi faktor utama. Pembeli membutuhkan barang
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik pangan, sandang, dan papan. Panjual
membutuhkan uang sebagai profit dari hasil penjulan mereka. Kebutuhan dasar
ekonomi tersebut yang mendasari besarnya trust di masyarakat. Selain itu,
perkembangan budaya masyarakat juga menjadi faktor adanya kepercayaan dalam
penjual dan pembeli`
Bentuk Kepercayaan8

7

Ibid., hlm. 191-193

22

Diskusi tentang sosiologis tentang kepercayaan umunya dikaitkankan
dengan keterbatasan perkiraan dan ketidakpastian yang berkenan dengan perilaku
orang lain dan motif mereka (Gambetta, 1998).
Luhmann (1973) memandang bahwa kepercayaan merupakan suatu cara
yang terpenting dari orientasi manusia terhadap dunia. Kepercayaan adalah suatu
mekanisme yang mereduksi kompleksitas sosial. Ia memelihara keberlangsungan
suatu masyarakat.
Bentuk kepercayaan itu bisa dilihat dari kemunculan kepercayaan tersebut.
Berdasrkan munculnya, bentuk kepercayaan dapat dibagi atsa keprcayaan askriptif
dan kepercayaan prosesual. Kepercayaan askriptif muncul dari hubungan yng
dipeoleh berdasarkan atas ciri-ciri yang melekat pada pribadi seperti latar belakng
kekerabatan, dan etnis. Sedangkan kepercayaan prosesual muncul melaui proses
interaksi social yang dibangun oleh para aktor yang terlibat.
Selanjutnya Luhmann (1973) juga mebedakan antara bentuk kepercayaan
keseharian

(everyday

trust)

termasuk kepercayaan pribadi dan

system

kepercayaan (system trust) sebagai suatu bentuk yang lebih impersonal.
Masyarakat modern lebih banyak berjalan di atas system kepercayaan yang
didasarkan atas cara0cara dimana institusi hadir dihadapan kita dibandingkan pada
kepercayaan emosional pribadi (Dunn, 1984).
Berbeda denga Luhmann, Sako (1992) melihat kepercayaan dalam konteks
bisnis. Sako menemukan 3 bentuk, yaitu: kepercayaan kompetensi, kepercayaan
kontraktual, dan kepercayaan niat baik. Kepercayaan komptensi menunjuk pada
keyakinan bahwa mitra dagang akan memperlihatkan kewajiban mereka
berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang diakui mereka miliki. Sementara
kepercayaan kontaktual mencakup suatu keyakinan bahwa orang atau pihak yang
terlibat pada suatu perjanjian tertulis akan menempati janji yang telah diingkarkan
bersama tentang suatu transaksi. Kepercayaan kontraktual meliputi dari perjanjian
tertulis yang terinci, jelas dan tegas tentang tanggal pengiriman, spesifikasi
produk, kerahasiaan dan prosedur pemecahan pertikaian, sampai perjanjian yang
8

Ibid, hlm. 201-203

23

bersifat umum dan garis besar saja. Oleh sebab itu semakin bersifat tidak rinci dan
tidak tegas suatu kontrak maka semakin tinggi ketergantungan pada janji-janji
yang digantungkan pada kontrak tersebut. Sedangkan kepercayaan niat baik
menunjuk pada harapan bersama pihak yang terlibat memiliki komitmen terbuka
satu sama lainnya untuk melakukan sesuatu yang terbaik bagi keuntungan
bersama.9

H. Studi Kasus Pasar dan Perilaku Konsumen
Dalam jurnal yang berjudul “Perilaku Konsumen Dalam Berbelanja
Pakaian Wanita Di Pasar Pagi Samarinda” yang ditulis oleh M. Fahrul Ainul
Yakin, diperoleh beberapa kesimpulan, sebagai berikut:
1. Faktor kebudayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
perilaku konsumen dalam berbelanja pakaian wanita di Pasar Pagi
Samarinda.
2. Faktor sosial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
perilaku konsumen dalam berbelanja pakaian wanita di Pasar Pagi
Samarinda.
3. Faktor pribadi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
perilaku konsumen dalam berbelanja pakaian wanita di Pasar Pagi
Samarinda.
4. Faktor psikologis berpengaruh positif dan signifikan terhadap
perilaku konsumen dalam berbelanja pakaian wanita di Pasar Pagi
Samarinda.
Berdasarkan hasil analisis, pembahasan, dan kesimpulan tersebut di
atas serta menyadari bahwa kenyataan tentang faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen dalam berbelanja pakaian wanita di Pasar Pagi Samarinda,
maka berikut ini ada beberapa hal yang dapat disarankan yaitu sebagai berikut:

9

Ibid, hlm. 203-204

24

1. Adanya hasil penelitian ini dapat mepertimbangkan strategi – stategi
yang lebih baik untuk meningkatkan pangsa pasar sesuai dengan trend
saat ini, dengan indictor indikator yang telah dianalisa, maka mentuk
faktor-faktor yang dapat dijadikan referensi untuk membuat kebijakan.
2. Perilaku
pembelian

konsumen
mereka.

akan menentukan pengambilan keputusan dalam
Proses tersebut

merupakan

sebuah pendekatan

penyelesaian masalah yang terdiri atas enam tahap yaitu: menganalisa
keinginan

dan kebutuhan,

menilai

beberapa sumber

yang

ada,

menetapkan tujuan pembelian, mengidentifikasikan alternatif pembelian,
mengambil keputusan untuk membeli dan perilaku sesudah pembelian.
Maka perusahaan harus lebih meningkatkan kualitas dan kinerjanya
melalui kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologi.
3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah variabel lain
selain variabel kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologi.

25

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pasar merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang ada dalam masyarakat,
bahkan aktivitas pasar merupakan puncak aktivitas ekonomi setiap individu untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Pasar menjadi cerminan aktivitas ekonomi yang di
dalamnya tidak hanya terjadi proses jual beli, tetapi banyak hal yang bisa
dilakukan seperti interaksi sosial yang menjadi dasar perilaku individu untuk
menentukan tindakan ekonomi.
Adanya suatu kegiatan atau aktivitas ekonomi dalam pasar karena adanya
kepercayaan (trust) dalam kegiatan ekonomi masyarakat tersebut. Kepercayaan ini
uncul karena adanya interaksi dan faktor salaing membutuhkkan dalam ekonomi
sehingga menyebar kepada adanya kepercayaan dalam berjual beli antara penjual
dan pembeli. Hal tersebut juga tidak terlepas darai adanya faktor keterlekatan
sosial, dimana penjual dan pembeli melaksanakan kegiatan ekonomi dipengaruhi
oleh faktor sosial, budaya, politik, selera, fashion, dan agama.
Kepuasan merupakan fungsi kedekatan antara harapan dan dan kinerja
anggapan produk. Jika kinerja tidak memenuhi harapan, konsumen kecewa; jika
memenuhi harapan, konsumen puas; jika melebihi harapan, konsumen sangat
puas. Jika konsumen puas, ia mungkin ingin membeli produk itu kembali.
Pelanggan yang puas juga cenderung mengatakan hal-hal baik tentang merek
kepada orang lain. Dipihak lain, konsumen yang kecewa mungkin mengabaikan
atau mengembalikan produk. Mereka mungkin mencari informasi yang
memastikan nilai produk yang tinggi. Pemasar juga harus mengamati bagaimana
pembeli menggunakan dan menyingkirkan produk.
B. Saran
Pasar di Indonesia diantaranya ada pasar tradisional ada pasar modern,
pasar tradisional bergerak pada pemenuhan kebutuhan di berbagai elemen, sama
halnya dengan pasar modern. Perbedaannya adalah dalam tata kelola, dimana
terdapat banyak sekali permasalahan dalam tubuh pasra modern, padahal pasar

26

tradisional masih menjadi ikon perekonomian Indonesia yang berdasarkan
ekonomi gotong royong. Pekerjaaan kita bersama untuk kembali kepada pasar
tradisional meskipun dibalik kompleksitas permasalahan yang ada dengan
memberikan sumbangsih dan solusi bersama.

DAFTAR PUSTAKA
Damsar dan Indrayani, 2016, Pengantar Sosiologi Ekonomi, Jakarta:
Prenadamedia Group
Schiffman, Leon dan Leslie Lazar Kanuk, 2007, Perilaku Konsumen edisi
ketujuh, Jakarta: Indeks
Silalahi, Ulbert, 2016, Studi tentang Ilmu Administrasi, Bandung: Sinar Baru
Alglesindo
Suyanto, Bagong, 2014, Sosiologi Ekonomi, Jakarta: Prenadamedia Group
Basu Swastha, dan Handoko, T. Hani. Manajemen Pemasaran: Analisa
Perilaku Konsumen, Edisi Pertama. (Yogyakarta: BPFE, 2000),
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Surabaya, Andi, 2015
Philip Kotler dan Gary Amstrong. Prinsip-prinsip Pemasaran (Terjemahan
oleh Hendra (Jakarta: Erlangga, 2004
Sandstrom, G, M., & Dunn, E, W. (2014). Social interactions and wellbeing: The Surprising Power of Weak Ties. Personality and Social
Psychology Bulletin. Retrieved November 29, 2014.
Amestia Prasinata Panggabean, Kualitas Interaksi Sosial antara Penjual dan
Pembeli di Taman Pintar Book Store Yogyakarta, Jurnal Ilmiah Psikologi Vol.
2 No. 2 2017, Universitas Negeri Yogyakarta.

27