PEMANFAATAN TANAMAN JARAK PAGAR SEBAGAI

PEMANFAATAN TANAMAN JARAK PAGAR SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN
BAKU PEMBUATAN BIODIESEL DAN PERTANAMAN CAMPURAN
(POLYCULTURE) MENGGUNAKAN METODE TUMPANGSARI
(INTERCROPPING)

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya,
sehingga kami mampu menyelesaikan karya tulis ini dengan judul “PEMANFAATAN
TANAMAN JARAK PAGAR SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKU PEMBUATAN
BIODIESEL DAN PERTANAMAN CAMPURAN (POLYCULTURE) MENGGUNAKAN
METODE TUMPANGSARI (INTERCROPPING)” , yang disusun dalam rangka mengikuti
lomba karya tulis ilmiah agroindustri IPB.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, serta
memberikan masukan dan saran selama proses penulisan dan penyusunan ini berlangsung,
Pimpinan Universitas Pancasila, seluruh dosen pengajar jurusan Teknik Industri Universitas
Pancasila khususnya Ibu Nurul Retno P. S.Si.,MT selaku pembimbing dalam penulisan karya
tulis ini. Ungkapan terima kasih juga kami sampaikan kepada orang tua serta rekan-rekan
mahasiswa teknik industri universitas pancasila, dan pihak lain yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan demi

kesempurnaan karya tulis ini, dan akan kami terima dengan senang hati. Semoga hasil karya
tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama dalam mengatasi krisis bahan bakar
minyak yang saat ini tengah melanda negara-negara khususnya Indonesia.
Jakarta, 1 Mei 2012
Penulis
DAFTAR ISI
1.
Halaman
Judul………………………………………………………………………………. i
2.
Halaman
Pengesahan……………………………………………………………………… ii
3.
Kata
Pengantar……………………………………………………………………………… iii
4.
Daftar
Isi……………………………………………………………………………………… iv
5.
Daftar Gambar dan

Tabel……………………………………………………………….. v
6.
Pendahuluan
a.
Latar belakang…………………………………………………………………………. 1
b.
Tujuan……………………………………………………………………………………..
1
7.
Gagasan Inovasi
a.
Deskripsi Teknis………………………………………………………………………. 2
b.
Potensi Pengguna…………………………………………………………………….. 5
c.
Potensi Manfaat/dampak…………………………………………………………… 9
8.
Kesimpulan………………………………………………………………………………
…… 10


9.
Saran………………………………………………………………………………………
……. 10
10. Daftar Pustaka
11. Lampiran
Daftar Gambar dan Tabel
1.
Daftar Gambar :
a.
Gambar 1. Buah jarak pagar………………………………………………………. 2
b.
Gambar 2. Jarak kastor/kaliki…………………………………………………….. 2
c.
Gambar 3. Buah jarak gurita……………………………………………………… 2
d.
Gambar 4. Pembuatan lubang tanaman jarak……………………………….. 3
e.
Gambar 5. Reaksi esterifikasi…………………………………………………….. 6
f.
Gambar 6. Reaksi transesterifikasi……………………………………………… 7

g.
Gambar 7. Tiga contoh alat pemerah minyak……………………………….. 7
h.
Gambar 8. Prototipe pemerah minyak hidrolik-manual………………….. 8
i.
Gambar 9. Peralatan unit produksi biodiesel skala partai……………….. 8
j.
Gambar 10. Pola tata letak tanaman jarak dan tanaman sela………….. 9
2.
Daftar Tabel :
a.
Tabel 1. Perbandingan kelapa sawit dengan jarak pagar………………… 4
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh bangsa indonesia saat ini adalah masalah
energi. Pasokan energi dalam negeri mengalami kendala yaitu tingkat produksi energi yang
cenderung lebih rendah dibanding dengan tingkat konsumsi oleh masyarakat. Oleh karena itu
harus dilakukan sebuah gagasan untuk melakukan balancing antara permintaan dan produksi
energi oleh negara, salah satunya dengan mencari sumber energi alternatif lain yang lebih

ekonomis, ramah lingkungan dan bersifat renewable. Hal ini mengingatkan kita akan
ketersediaan sumber tanaman penghasil minyak nabati yang banyak ditemukan di Indonesia
dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku pembuatan biodesel. Salah satu tanaman
yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku alternatif pembuatan biodiesel
adalah tanaman jarak pagar (jatropha curcas).
Dari total 21,9 juta ha terdapat 15,3 juta ha lahan kritis dan 6,6 juta ha lahan yang
berpotensi kritis. Sehingga masih banyak lahan-lahan yang dapat dikelola untuk tanaman
jarak, karena tanaman ini dapat tumbuh pada lahan kritis. Kemudian bertambahnya jumlah
penduduk miskin dari tahun ke tahun seharusnya menjadi perhatian pemerintah untuk
meningkatkan lapangan pekerjaan agar mereka dapat mandiri. Dari total 37,4 juta jiwa,
diantaranya 12,2 juta jiwa penduduk miskin di kota, dan 25,1 juta jiwa penduduk miskin yang
berada di desa (Kantor Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat 2008), sehingga
diharapkan dengan adanya program penanaman tanaman jarak pagar ini dapat menanggulangi
masalah tersebut.
B.
Tujuan
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan dari
penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
1.
Mengetahui potensi tanaman jarak pagar (jatropha curcas) sebagai bahan baku

alternatif pembuatan biodiesel.
2.
Pemanfaatan lahan sela antara tanaman jarak agar lebih optimal dan produktif.
3.
Mengetahui dampak positif yang ditimbulkan dengan adanya realisasi program
penanaman tanaman jarak pagar ini.
GAGASAN INOVASI
A.
Deskripsi Teknis

Di indonesia dikenal beberapa jenis tanaman jarak, antara lain jarak kepyar (ricinus
communis), jarak bali (jatropha podagrica), jarak ulung (jatropha gossy pifolia), dan jarak
pagar (jatropha curcas). Tanaman jarak pagar termasuk tanaman semak (shrub), dengan
tinggi rata-rata 2 meter, bercabang tidak teratur, dan batangnya berupa kayu. Tanaman jarak
pagar akan tumbuh dan berproduksi optimal di lahan kering pada daratan rendah beriklim
kering dengan ketinggian 0 s.d 500 meter DPL degan curah hujan 300 s.d 1000 mm pertahun,
serta suhu >20°C. Tanaman jarak pagar ini dapat tumbuh pada lahan-lahan marginal (lahan
yang kurang produktif) yang miskin hara, namun harus memiliki drainase (parit) dan aerasi
(pencampuran oksigen ke air) yang baik. Produksi optimal akan diperoleh pada lahan subur
dengan perbandingan komposisi tanah, pasir, dan pupuk kandang sebesar 1 : 1 : 1 , PH tanah

sekitar 5,5 – 6,5 serta tersedianya pasokan air pada musim kemarau (Iskandar et al.2007).
Tanaman ini hidup di daerah tropis dan sub-tropis tersebar di Amerika, Asia dan Afrika
(Prihandana, 2005). Umumnya, seluruh bagian dari tanaman ini mengandung racun sehingga
semua jenis tanaman jarak ini hampir tidak memiliki hama. Tanaman jarak pagar ini mulai
berbuah pada umur 5 bulan, dan mencapai produktivitas penuh pada umur 5 tahun. Buahnya
berbentuk elips dengan panjang sekitar 1 inch (sekitar 2,5 cm) dan mengandung 2 – 3 buah
biji. Usia Jatropha curcas apabila dirawat dengan baik, dapat mencapai 50 tahun. Berikut
beberapa contoh buah dari berbagai tanaman jarak :

Gb.
2 Jarak kastor/kaliki

Gb.3 Buah Jarak Gurita

Gb.1 Buah Jarak Pagar
Penanaman jarak pagar dapat dilakukan sebagai berikut :
1)
Penanaman dilakukan pada awal atau sebelum musim hujan. Tinggi bibit dari
persemaian sudah mencapai minimal 30 cm.
2)

Lapangan dibersihkan dan dibuat lubang 30 cm x 30 cm x 30 cm, jarak tanam 2m x 2m,
lalu dibiarkan selama 2 – 3 minggu.
3)
Setelah bibit ditanam, bulan berikutnya dilakukan pembersihan gulma setiap bulan
sampai 4 bulan berikutnya.
4)
Pemupukan pada tahun pertama dilakukan 1/3 dosis dan tahun selanjutnya dengan dosis
penuh. Dosis tersebut adalah 50 kg urea, 150 kg SP-36, dan 50 kg KCl / ha. Pada tanah yg
kurang subur harus diberi kompos atau pupuk kandang sebanyak 2,5 – 5 ton / ha. Porsi urea
dan KCl bisa ditingkatkan sampai maksimum 2 kali lipat.
5)
Pemangkasan dilakukan sejak tanaman mencapai tinggi 1 m (umur 1 tahun).
Pemangkasan pada ketinggian 20 cm dari pangkal batang, dilakukan setiap tahun untuk setiap
trubusan baru.

Gambar 4. Pembuatan lubang tanaman jarak pagar
Panen biji perlu dilakukan secara benar agar tidak diperoleh biji hampa, kadar minyak
rendah, dan bahkan akan menyebabkan minyak menjadi asam. Berikut beberapa cara
penanganan biji di lapangan :
1)

Panen dilakukan pada buah yang telah masak dengan ciri kulitnya hitam atau kulit buah
terbuka.
2)
Cara pemanenan yang efisien, yaitu buah diambil per malai dengan syarat jumlah buah
yang matang lebih banyak dari buah mentah.
3)
Buah sebelum disimpan terlebih dahulu dikeringkan untuk keperluan produksi minyak.
Buah dapat langsung dikeringkan di bawah sinar matahari setiap hari sampai kulit buah
mudah dipisahkan dari biji secara manual, tetapi untuk benih cukup diangin – anginkan atau
dikeringkan di dalam oven suhu 60 0C.
4)
Pemisahan kulit buah dilakukan dengan menggunakan tangan atau mesin. Selanjutnya,
biji dikeringkan setiap hari sampai benar – benar kering (kadar air 7 – 10 %). Setelah kering,
biji disimpan di dalam kantong plastik. Kantong – kantong plastik tersebut dimasukkan ke
dalam karung plastik yang ditutup rapat menggunakan tali, kemudian disimpan di atas lantai
beralas bata atau papan. Kemasan harus dihindarkan dari kontak langsung dengan lantai agar
tidak lembab.
Tanaman ini seperti juga kelapa sawit menyimpan unsur minyak pada bijinya. Rendemen
minyak (trigliserida) dalam inti biji jarak mencapai sekitar 35 % dan lebih besar dari pada
rendemen kelapa sawit yang sekitar 22 % dari berat total biji. Minyak jarak dengan demikian

lebih layak digunakan untuk biodiesel dibandingkan minyak kelapa sawit karena masa panen
yang lebih cepat, tidak dikonsumsi oleh manusia dan harga jualnya bisa lebih murah. Berikut
Tabel Perbandingan jarak pagar dengan kelapa sawit :
Tabel 1. Perbandingan kelapa sawit dengan jarak pagar

Jarak pagar selain ramah lingkungan juga menghasilkan limbah yang nihil karena daunnya
dapat digunakan untuk makanan ulat sutra, antiseptik dan anti radang, getahnya dapat
digunakan untuk protease (curcain) penyembuh luka dan pengobatan lain. Buah atau daging
buah jarak pagar digunakan untuk bahan bakar, pupuk hijau dan produksi biogas. Biji jarak
pagar dapat menghasilkan minyak biji, bungkil biji dan cangkang biji. Minyak biji akan
menghasilkan produk biogas, bahan bakar, insektisida dan pengobatan. Bungkil biji dapat
digunakan untuk pupuk, pakan ternak dan produksi biogas. Cangkang biji dapat digunakan
untuk bahan bakar.
B.
Potensi Pengguna
Tanaman jarak menghasilkan biji jarak pagar yang terdiri dari 60 persen berat kernel (daging
bush) dan 40 persen berat kulit. Inti biji (kernel) jarak pagar mengandung sekitar 40-45
persen minyak sehingga dapat diekstrak menjadi minyak jarak dengan cara mekanis ataupun
ekstraksi menggunakan perarut seperti heksana. Minyak jarak pagar merupakan jenis minyak
yang memiliki komposisi trigliserida yang mirip dengan minyak kacang tanah. Tidak seperti


jarak (ricinus communis) kandungan asam lemak esensial dalam rninyak jarak pagar cukup
tinggi sehingga minyak jarak pagar merupakan sebetulnya dapat dikonsumsi sebagai minyak
makan asal saja racun yang berupa phorbol ester dan curcin dapat dihilangkan.
Dalam proses pengolahan biji jarak menjadi biodiesel, dilakukan dengan beberapa tahap yaitu
:
1)
Proses Pembuatan Crude Jatropha Oil (CJO)
a)
Biji jarak dibersihkan dari kotoran dengan cara dicuci secara manual atau dengan
mesin.
b)
Biji direndam sekitar 5 menit di dalam air mendidih, kemudian ditiriskan sampai air
tidak menetes lagi.
c)
Biji dikeringkan dengan menggunakan alat pengering atau dijemur di bawah matahari
sampai cukup kering, kemudian biji tersebut dimasukkan ke dalam mesin pemisah untuk
memisahkan daging biji dari kulit bijinya.
d) Daging biji yang telah terpisah dari kulitnya, digiling dan siap untuk dipres. Lama
tenggang waktu dari penggilingan ke pengepresan diupayakan sesingkat mungkin untuk
menghindari oksidasi.
e)
Proses pengepresan biasanya meninggalkan ampas yang masih mengandung 7 – 10 %
minyak. Oleh sebab itu, ampas dari proses pengepresan dilakukan proses ekstraksi pelarut,
sehingga ampasnya hanya mengandung minyak kurang dari 0,1% dari berat keringnya.
Pelarut yang biasa digunakan adalah pelarut n – heksan dengan rentang didih 60 – 70 0C.
f)
Tahap ini menghasilkan Crude Jatropha Oil (CJO), yang selanjutnya akan diproses
menjadi Jatropha Oil (JO).
2)
Proses Pembuatan Biodiesel
a)
Reaksi Esterifikasi : CJO mempunyai komponen utama berupa trigliserida dan asam
lemak bebas. Asam lemak bebas harus dihilangkan terlebih dahulu agar tidak mengganggu
reaksi pembuatan biodiesel (reaksi transesterifikasi). Penghilangan asam lemak bebas ini
dapat dilakukan melalui reaksi esterifikasi. Secara umum reaksi esterifikasi adalah sebagai
berikut :

Gambar 5. Reaksi esterifikasi
Pada reaksi ini asam lemak bebas direaksikan dengan metanol menjadi biodiesel sehingga
tidak mengurangi perolehan biodiesel. Tahap ini menghasilkan Jatropa Oil (JO) yang sudah
tidak mengandung asam lemak bebas, sehingga dapat dikonversi menjadi biodiesel melalui
reaksi transesterifikasi.
b)
Reaksi Transesterifikasi : Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi utama dalam
pembuatan biodiesel. Secara umum reaksi transesterifikasi adalah sebagai berikut :

Gambar 6. Reaksi Transesterifikasi
Pada reaksi ini, trigliserida (minyak) bereaksi dengan metanol dalam katalis basa untuk
menghasilkan biodiesel dan gliserol (gliserin).

Sampai pada tahap ini, pembuatan biodiesel menggunakan bahan baku alternatif tanaman
jarak pagar telah selesai dan dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti
minyak solar. Berikut ini beberapa gambar mengenai proses pembuatan biodiesel dari
tanaman jarak :

Gambar 7. Tiga contoh alat pemerah minyak

Gb.8 Prototipe pemerah minyak hidrolik-manual (kap. 2 kg inti-biji/partai)

Gambar 9. Peralatan unit produksi biodiesel skala partai
Pada tahun pertama, untuk menambah pendapatan petani tanaman jarak, yaitu berasal dari
hasil produksi tanaman sela (intercroping) yang ditanam disekitar tanaman jarak pagar, selain
itu hasil biji serta hasil penebangan tanaman jarak yang dilakukan secara selang-seling yaitu

berupa bahan stek yang dapat dijual atau untuk pengembangan perluasan areal. Pada tahun
kedua setelah penebangan tanaman jarak yang berselang-seling berarti akan terdapat ruang
tumbuh baru yang dapat dimanfaatkan sebagai media untuk penanaman tanaman sela.
Perlakuan jenis tanaman sela seperti tomat, terung dan lombok besar keriting masing-masing
memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan awal tanaman jarak pagar yang
meliputi: tinggi tanaman, panjang tanaman, jumlah daun, (luas daun,indeks luas daun lebar
kanopi, jumlah tunas, panjang tunas, panjang batang tunas, dan jumlah buah. Nilai R/C
dihitung dengan menjumlah pendapatan tanaman sela dengan asumsii penjualan stek hasil
pemangkasan tanaman jarak pada umur 1 tahun. Sedangkan biaya produksi dihitung dengan
menjumlah biaya produksi tanaman sela dengan biaya budidaya tanaman pokok jarak serta
biaya sewa tanah Rp 1.000.000,-/tahun (khusus dihitung untuk tanaman jarak) (Widaryanto,
2008). Sistem penanaman jarak yang rapat telah mendapatkan R/C ratio di atas 1, yaitu dari
hasil penjualan stek saja telah mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1.332.000,-. Sedangkan
R/C ratio yang didapatkan dari perlakuan tumpangsari dengan tanaman sela seperti tomat,
terung dan lombok besar didapatkan nilai R/C rasio yang lebih tinggi dibanding dengan
perlakuan kontrol.

Gambar 10. Pola tata letak tanaman jarak dan tanaman sela
C.
Potensi Manfaat / dampak
Selain potensi pengguna, ada beberapa manfaat serta dampak jika program penanaman
tanaman jarak ini direalisasikan, antara lain:
1)
Sebagai tanaman untuk program reboisasi lahan kritis/tandus/non-produktif. Budidaya
tanaman jarak pagar akan mampu mengurangi lahan kritis/tandus/non-produktif di Indonesia
seluas + 1,5 juta ha jika minyak jarak pagar dapat mengganti kebutuhan solar sebanyak + 5
juta liter.
2)
Menarik para investor luar guna menanamkan modalnya untuk membudidayakan
tanaman jarak pagar di Indonesia.
3)
Menyerap cukup banyak tenaga kerja/mengurangi jumlah pengangguran.
4)
Mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui peningkatan pendapatan,
baik dari hasil penjualan bibit jarak maupun minyak jarak.
5)
Mengembalikan fungsi lingkungan, khususnya menghijaukan kembali kawasan gundul,
mengembalikan fungsi lahan kritis sekaligus menjaga kelestarian sumber mata air.
KESIMPULAN
1. Tanaman jarak pagar berpotensi sebagai bahan baku alternatif pembuatan biodiesel
yang di harapkan akan mampu menambah pasokan energi, serta cadangan energi untuk masa
mendatang.

2.
Metode intercropping adalah salah satu cara pemanfaatan lahan sela antara pohon jarak,
tanaman yang memungkinkan sebagai intercropping tersebut antara lain tomat, terung dan
lombok besar keriting.
3.
Dampak positif terhadap masyarakat adalah terciptanya lapangan pekerjaan baru
sehingga mengurangi jumlah pengangguran dan kemiskinan, serta sebagai salah satu cara
untuk menarik investor asing.
SARAN
Agar hasil produksi pohon jarak itu maksimal, maka lebih baik pohon jarak di tanam di lahan
yang memiliki tingkat kesuburan yang tinggi dan akan lebih baik lagi jika untuk kedepannya
dilakukan studi tentang rekayasa genetika terhadap tanaman jarak ini. Sehingga pemerintah
harus terus mendukung para peneliti untuk melakukan riset lebih lanjut tentang rekayasa
genetik pohon jarak.
DAFTAR PUSTAKA
Warsana,SP.M.Si. 2009. Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung Dan Kacang Tanah.
Iskandar.M.P.(et.al). 2007. Analisis Sosial Ekonomi Pembibitan Dan Budidaya Tanaman
Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Sebagai Sumber Bahan Bakar Alternatif (Biodiesel) Yang
Ramah Lingkungan.
Syahirah.I. 2011. A Researcher Biodiesel.
M.Syakir. 2010. Prospek Dan Kendala Pengembangan Jarak Pagar (Jatropha curcas L)
Sebagai Bahan Bakar Nabati Di Indonesia.
I Ketut.A.(et.al). 2008. Pengembangan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Mendukung
Kawasan Mandiri Energi Di Nusa Denida, Bali.
Edy Purwanto. 2010. Melalui Gerakan Reboisasi 10 Juta Hektar Lahan Kritis Dengan
Tanaman Jarak.
Eko.W. 2007. Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Dengan Penanaman Rapat Dan Tumpangsari
Dengan Tanaman Sayuran Pada Pertanaman Jarak (Jatropha curcas L) Sebelum Mencapai
Kestabilan Produksi.
Prihandana, 2005. Proses Pengolahan Dan Pemanfaatan Minyak Jarak Menjadi Biodiesel
Pada Berbagai Skala Industri.
Rahman.M. 2011. Teknik Metabolic Engineering Untuk Peningkatan Produktifitas Biodiesel
Dari Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L)
Soerawidjaja.H.(et.al). 2005. Prospek,Status & Tantangan Penegakan Industri Biodiesel Di
Indonesia.
Hambali.E. 2006. Prospek Pengembangan Tanaman Jarak Pagar Untuk Biodiesel Dan Produk
Turunan Lainnya.
E.Widaryanto. 2008. Usaha tani budidaya tanaman jarak (jatropha curcas), Biodiesel dan
harga minyak dunia.