Bocah Indonesia Berusia 12 Tahun Kuliah
Bocah Indonesia Berusia 12
Tahun Kuliah di Kanada
Saat anak seusianya baru masuk SMP, bocah Indonesia berusia 12
tahun ini sudah kuliah jurusan fisika dan mendapat beasiswa dari
universitas di Kanada.
September 2016, Cendikiawan (Diki) Suryaatmadja, mulai kuliah di Universitas
Waterloo, Kanada. Diki mengambil jurusan fisika dan akan mengikuti kelas
tambahan matematika, kimia, serta ekonomi di kampus bergengsi Kanada itu.
Diki tercatat menjadi mahasiswa termuda dalam sejarah yang mendaftar di
Universitas Waterloo. Di tahun 2016, usianya baru 12 tahun.
Dilansir dari Inquirer, karena dikenal jenius, selama sekolah Diki kerap
mengikuti kelas percepatan dan belajar bahasa Inggris dari menonton film.
Pihak kampus di Kanada mengatakan, usia tidak menjadi persoalan untuk
menerima Diki kuliah. Apalagi bocah kelahiran 1 Juli 2004 itu merupakan siswa
dengan catatan akademis terbaik yang diterima di Waterloo tahun ini.
Kepada stasiun televisi CBC, Diki berceloteh, ia sangat senang bakal bertemu
dengan siswa baru dan berteman dengan mereka. Selama kuliah di Kanada,
Diki tinggal di sebuah apartemen dekat kampus. Sang ayah akan menemaninya
sambil bekerja. Ia juga tidak sabar main ice-skating pada musim dingin.
Kecintaannya pada bidang fisika sudah terlihat sejak usia 9 tahun. Menurutnya,
fisika adalah ilmu yang dapat mengubah dunia, seperti dikutip TheRecord.com.
Diki bercita-cita ingin menerapkan ilmu yang dia miliki untuk pengembangan
energi terrbarukan.
Beberapa kali Diki mengikuti olimpiade fisika. Ia pun tercatat sebagai peserta
termuda Olimpiade Fisika di Kazakhstan tahun 2016.
Dikutip dari media Radar Cirebon, Diki sudah bisa menulis dan berhitung sejak
usia tiga tahun. Bocah ber-IQ 189 itu rajin membaca buku-buku milik
kakaknya. Masuk sekolah dasar pada usia 6 tahun, ia ikut kelas percepatan dan
kemudian belajar bahasa Inggris sambil studi di Singapura selama setengah
tahun. Kembali ke tanah air ia melanjutkan studi di SMA Kesatuan Bogor.
Khusus dalam mempelajari fisika ia mendapat pengarahan khusus dari ilmuwan
Profesor Yohanes Surya
Diki bukan satu-satunya yang meraih prestasi akademis di usia dini. Tahun
2016, Universitas Cornell di New York juga menerima bocah usia 12 tahun
bernama Jeremy Shuler. Dikutip dari South Cina Morning Post, bocah Amerika
bernama Michael Kearney yang lahir tahun 1984, tercatat sebagai lulusan
kampus dengan usia delapan tahun di bidang geologi dan 10 tahun di jurusan
antropologi. Ia kemudian mendapat gelar doktor di bidang komputer dan kimia.
Pada usia remaja, ia sudah mengajar di universitas.
Usia 15 Tahun, Nida Jadi Mahasiswa Termuda
UGM
Nida Aqidatus Sholikah akhirnya meraih citacitanya dengan masuk di sekolah
Vokasi (D3) Universitas Gadjah Mada (UGM) program studi Rekam Medis. Di usianya
yang ke 15 tahun 16 hari ini, Nida tercatat sebagai mahasiswa termuda UGM.
"Senang dan tidak menyangka menjadi mahasiswa termuda di UGM," ujar Nida
Aqidatus Sholikah saat ditemui Kompas.com di selasela acara pembukaan Pelatihan
Pembelajaran Sukses bagi Mahasiswa Baru UGM (PPSMB) di lapangan Grha Sabha
Pramana, Senin (1/8/2016).
Anak pertama pasangan Suryatna dan Yuliatin ini, sudah sejak Sekolah Dasar (SD) ia
bercitacita ingin kuliah di UGM. Sebab, UGM merupakan universitas negeri ternama
dan melahirkan lulusan yang berprestasi.
"Ayah saya dulu S2 di UGM, saya juga ingin kuliah disini mengambil rekam medis.
Saya ikut ujian tertulis gelombang dua," ucapnya.
Perempuan kelahiran 16 Juli 2001 ini mengungkapkan di usianya ke 15 tahun ia sudah
masuk ke perguruan tinggi karena menyelesaikan sekolah hanya 9 tahun. Ia bekerja
keras dengan mengikuti program akselerasi sejak Sekolah Dasar (SD).
Lewat program akselerasi, wanita asal Kebasen Purwokerto ini menempuh jenjang
Sekolah Dasar (SD) di SD Al Irsyad selama lima tahun. Setelah itu ia meneruskan ke
SMPN 1 Purwokerto dan lulus dengan waktu dua tahun.
"Di SMA 1 Purwokerto saya lulus dua tahun," ujarnya
Ia mengaku, pada awal mengikuti program akselerasi sedikit kesulitan untuk mengejar
materi pelajaran. Namun dengan gigih belajar demi mengejar citacitanya ia berhasil
lulus.
"Saya kerja keras untuk mengejar materi. Saya untuk bisa segara kuliah," ujarnya.
Menurut dia, setelah menyelesaikan jenjang D3 anak pertama dari tiga bersaudara ini
ingin melanjutkan ke jenjang S1 dan S2. Setelah itu ia ingin meraih citacitanya bekerja
di bidang kesehatan atau menjadi dosen.
"Saya ingin di dunia kesehatan atau menjadi dosen kalau sudah lulus. Kalau sudah
kerja, saya ingin membantu adik dan orang tua," sebut dia.
Tahun lalu, mahasiswa termuda UGM tercatat bernama Aldo Meyolla Geraldino.
Remaja asli Surakarta Jawa Tengah ini diterima di Fakultas Kedokteran, program Studi
Pendidikan dekter di usia 14 tahun.
Tahun Kuliah di Kanada
Saat anak seusianya baru masuk SMP, bocah Indonesia berusia 12
tahun ini sudah kuliah jurusan fisika dan mendapat beasiswa dari
universitas di Kanada.
September 2016, Cendikiawan (Diki) Suryaatmadja, mulai kuliah di Universitas
Waterloo, Kanada. Diki mengambil jurusan fisika dan akan mengikuti kelas
tambahan matematika, kimia, serta ekonomi di kampus bergengsi Kanada itu.
Diki tercatat menjadi mahasiswa termuda dalam sejarah yang mendaftar di
Universitas Waterloo. Di tahun 2016, usianya baru 12 tahun.
Dilansir dari Inquirer, karena dikenal jenius, selama sekolah Diki kerap
mengikuti kelas percepatan dan belajar bahasa Inggris dari menonton film.
Pihak kampus di Kanada mengatakan, usia tidak menjadi persoalan untuk
menerima Diki kuliah. Apalagi bocah kelahiran 1 Juli 2004 itu merupakan siswa
dengan catatan akademis terbaik yang diterima di Waterloo tahun ini.
Kepada stasiun televisi CBC, Diki berceloteh, ia sangat senang bakal bertemu
dengan siswa baru dan berteman dengan mereka. Selama kuliah di Kanada,
Diki tinggal di sebuah apartemen dekat kampus. Sang ayah akan menemaninya
sambil bekerja. Ia juga tidak sabar main ice-skating pada musim dingin.
Kecintaannya pada bidang fisika sudah terlihat sejak usia 9 tahun. Menurutnya,
fisika adalah ilmu yang dapat mengubah dunia, seperti dikutip TheRecord.com.
Diki bercita-cita ingin menerapkan ilmu yang dia miliki untuk pengembangan
energi terrbarukan.
Beberapa kali Diki mengikuti olimpiade fisika. Ia pun tercatat sebagai peserta
termuda Olimpiade Fisika di Kazakhstan tahun 2016.
Dikutip dari media Radar Cirebon, Diki sudah bisa menulis dan berhitung sejak
usia tiga tahun. Bocah ber-IQ 189 itu rajin membaca buku-buku milik
kakaknya. Masuk sekolah dasar pada usia 6 tahun, ia ikut kelas percepatan dan
kemudian belajar bahasa Inggris sambil studi di Singapura selama setengah
tahun. Kembali ke tanah air ia melanjutkan studi di SMA Kesatuan Bogor.
Khusus dalam mempelajari fisika ia mendapat pengarahan khusus dari ilmuwan
Profesor Yohanes Surya
Diki bukan satu-satunya yang meraih prestasi akademis di usia dini. Tahun
2016, Universitas Cornell di New York juga menerima bocah usia 12 tahun
bernama Jeremy Shuler. Dikutip dari South Cina Morning Post, bocah Amerika
bernama Michael Kearney yang lahir tahun 1984, tercatat sebagai lulusan
kampus dengan usia delapan tahun di bidang geologi dan 10 tahun di jurusan
antropologi. Ia kemudian mendapat gelar doktor di bidang komputer dan kimia.
Pada usia remaja, ia sudah mengajar di universitas.
Usia 15 Tahun, Nida Jadi Mahasiswa Termuda
UGM
Nida Aqidatus Sholikah akhirnya meraih citacitanya dengan masuk di sekolah
Vokasi (D3) Universitas Gadjah Mada (UGM) program studi Rekam Medis. Di usianya
yang ke 15 tahun 16 hari ini, Nida tercatat sebagai mahasiswa termuda UGM.
"Senang dan tidak menyangka menjadi mahasiswa termuda di UGM," ujar Nida
Aqidatus Sholikah saat ditemui Kompas.com di selasela acara pembukaan Pelatihan
Pembelajaran Sukses bagi Mahasiswa Baru UGM (PPSMB) di lapangan Grha Sabha
Pramana, Senin (1/8/2016).
Anak pertama pasangan Suryatna dan Yuliatin ini, sudah sejak Sekolah Dasar (SD) ia
bercitacita ingin kuliah di UGM. Sebab, UGM merupakan universitas negeri ternama
dan melahirkan lulusan yang berprestasi.
"Ayah saya dulu S2 di UGM, saya juga ingin kuliah disini mengambil rekam medis.
Saya ikut ujian tertulis gelombang dua," ucapnya.
Perempuan kelahiran 16 Juli 2001 ini mengungkapkan di usianya ke 15 tahun ia sudah
masuk ke perguruan tinggi karena menyelesaikan sekolah hanya 9 tahun. Ia bekerja
keras dengan mengikuti program akselerasi sejak Sekolah Dasar (SD).
Lewat program akselerasi, wanita asal Kebasen Purwokerto ini menempuh jenjang
Sekolah Dasar (SD) di SD Al Irsyad selama lima tahun. Setelah itu ia meneruskan ke
SMPN 1 Purwokerto dan lulus dengan waktu dua tahun.
"Di SMA 1 Purwokerto saya lulus dua tahun," ujarnya
Ia mengaku, pada awal mengikuti program akselerasi sedikit kesulitan untuk mengejar
materi pelajaran. Namun dengan gigih belajar demi mengejar citacitanya ia berhasil
lulus.
"Saya kerja keras untuk mengejar materi. Saya untuk bisa segara kuliah," ujarnya.
Menurut dia, setelah menyelesaikan jenjang D3 anak pertama dari tiga bersaudara ini
ingin melanjutkan ke jenjang S1 dan S2. Setelah itu ia ingin meraih citacitanya bekerja
di bidang kesehatan atau menjadi dosen.
"Saya ingin di dunia kesehatan atau menjadi dosen kalau sudah lulus. Kalau sudah
kerja, saya ingin membantu adik dan orang tua," sebut dia.
Tahun lalu, mahasiswa termuda UGM tercatat bernama Aldo Meyolla Geraldino.
Remaja asli Surakarta Jawa Tengah ini diterima di Fakultas Kedokteran, program Studi
Pendidikan dekter di usia 14 tahun.