MAKALAH SEJARAH KEMARITIMAN INDONESIA docx

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bangsa Indonesia seharusnya dapat menghargai dan mensyukuri suatu
anugerah yang sangat besar, yaitu hidup dalam suatu Negara Kepulauan yang
merupakan wilayah sepanjang 3.000 mil laut berupa hamparan laut luas dari
Merauke sampai Sabang. Dengan jumlah pulau lebih dari 17.500 meliputi
wilayah laut yurisdiksi nasional lebih kurang 5,8 juta km2, Indonesia adalah
Negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia terletak pada posisi yang sangat
strategis, yaitu pada persilangan dua benua dan dua samudera, serta memiliki
wilayah laut yang memiliki kekayaan laut yang besar, sekaligus sebagai urat
nadi perdagangan dunia. Posisi Indonesia yang sangat strategis tersebut
memberikan konsekuensi bagi bangsa Indonesia yaitu untuk menjalankan aturan
sebagaimana yang termaktub dalam United Nation Convention on the Law of
the Sea 1982.
Indonesia telah meratifikasi UNCLOS 1982 dengan mengukuhkannya ke
dalam UU RI No 17 tahun 1985, sehingga telah resmi mempunyai hak dan
kewajiban mengatur, mengelola, dan memanfaatkan kekayaan laut nasional
untuk sebesar-besarnya kepentingan rakyat. Geografi Indonesia yang sangat
bersifat kelautan, seharusnya membuat Bangsa Indonesia terus mengembangkan
tradisi, budaya dan kesadaran bahari serta menjadikan laut sebagai tali

kehidupannya. Namun, Indonesia juga wajib memperhatikan kepentingan dunia
internasional terutama dalam menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran
internasional dalam wilayah kedaulatan dan wilayah berdaulatnya. Kewajiban
ini tersurat dalam pasal-pasal UNCLOS 1982, serta tidak kalah pentingnya,
merupakan salah satu tujuan nasional seperti termaktub dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 yang antara lain berbunyi:…… ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, ……..
Sejarah menunjukkan bahwa pada masa lalu, Indonesia memiliki
pengaruh yang sangat dominan di wilayah Asia Tenggara, terutama melalui
kekuatan maritim besar di bawah Kerajaan Sriwijaya dan kemudian Majapahit.
Wilayah laut Indonesia yang merupakan dua pertiga wilayah Nusantara
mengakibatkan sejak masa lampau, Nusantara diwarnai dengan berbagai
pergumulan kehidupan di laut. Dalam catatan sejarah terekam bukti-bukti
bahwa nenek moyang bangsa Indonesia menguasai lautan Nusantara, bahkan
mampu mengarungi samudera luas hingga ke pesisir Madagaskar, Afrika
Selatan.
Wawasan Sosial Budaya Maritim (Sejarah Kemaritiman Indonesia)

1


Penguasaan lautan oleh nenek moyang kita, baik di masa kejayaan
Kerajaan Sriwijaya, Majapahit maupun kerajaan-kerajaan Bugis-Makassar,
lebih merupakan penguasaan de facto daripada penguasaan atas suatu konsepsi
kewilayahan dan hukum. Namun, sejarah telah menunjukkan bahwa bangsa
Indonesia yang mencintai laut sejak dahulu merupakan masyarakat bahari.
Akan tetapi, oleh penjajah kolonial, bangsa Indonesia didesak ke darat, yang
mengakibatkan menurunnya jiwa bahari.
Nenek moyang bangsa Indonesia telah memahami dan menghayati arti
dan kegunaan laut sebagai sarana untuk menjamin berbagai kepentingan
antarbangsa, seperti perdagangan dan komunikasi.
Dengan latar belakang demikian, cukup jelas terlihat bahwa aspek
alamiah geografi Indonesia (bentuk dan posisinya), sejarahnya, kekayaan
alamnya dan demografinya sangat menentukan kebijakan pembangunan
nasional Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini membahas mengenai sejarah kemaritiman Indonesia, yang
mengulas tentang kemaritiman bangsa Indonesia dan dinamikanya. Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu;
1.

2.
3.
4.

Bagimana Sejarah Kemaritiman pada masa kerajaan
Bagaimana Sejarah Kemaritiman pada masa colonial
Bagaimana Sejarah Kemaritman pra kemerdekaan
Bagaimana Sejarah Kemaritiman era kemerdekaan

C.

MANFAAT TULISAN

?
?
?
?

Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan

wawasan mengenai sejarah kemaritiman yang ada di Indonesia. Manfaat lain
dari penulisan makalah ini adalah dengan adanya penulisan makalah ini
diharapkan dapat dijadikan motivasi untuk acuan dalam membangun kembali
jiwa kemaritiman Indonesia yang dulu seperti dimasa jayanya.

Wawasan Sosial Budaya Maritim (Sejarah Kemaritiman Indonesia)

2

D.

MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN

Makalah yang berjudul “ Sejarah Kemaritiman Indonesia” yang di
dalamnya membahas tentang kemaritiman pada masa kerajaan, kolonial, pra
kemerdekaan dan era kemerdekaan, dibuat dengan maksud memenuhi tugas
mata kuliah serta sebagai salah satu referensi untuk bahan pelajaran mahasiswa
khususnya dalam mata kuliah wawasan sosial budaya maritime.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah menjelaskan/mengulas kembali
tentang fakta sejarah sehingga Indonesia disebut sebagai Negara Maritim dan

mengetahui kerajaan – kerajaan Maritim yang pernah berjaya di Indonesia
sehingga dapat menumbuhkan kesadaran betapa pentingnya wilayah maritim
untuk masyarakat Indonesia.
E.

METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah
menggunakan metode tinjauan pustaka, yakni dengan cara mengumpulkan
sumber – sumber referensi yang berhubungan dengan sejarah kemaritiman
Indonesia. Sumber – sumber itu berupa buku, essay, dan artikel yang
berhubungan dengan topik yang dibahas dalam makalah ini.

Wawasan Sosial Budaya Maritim (Sejarah Kemaritiman Indonesia)

3

BAB II
PEMBAHASAN


A. KEMARITIMAN PADA ZAMAN KERAJAAN
Sejak abad ke-9 Masehi, bangsa Indonesia telah berlayar mengarungi lautan ke barat
Samudera Hindia hingga Madagaskar dan ke timur hingga Pulau Paskah.Ini menjadi bukti
bahwa masyarakat Indonesia memiliki peradaban dan budaya maritim yang maju sejak dulu
kala.Seiring semakin ramainya aktivitas melalui laut, lahirlah kerajaan-kerajaan bercorak
maritim dan memiliki armada laut besar.Perkembangan budaya maritim pun membentuk
peradaban bangsa yang maju di zamannya.Pada era Kerajaan Sriwijaya, Majapahit hingga
Demak, nusantara tampil sebagai kekuatan besar yang disegani negara di kawasan Asia dan
dunia.Sebagai kerajaan maritim yang kuat di Asia Tenggara, Sriwijaya (683-1030 M) telah
mendasarkan politik kerajaannya pada penguasaan alur pelayaran dan jalur perdagangan serta
menguasai wilayah-wilayah strategis yang digunakan sebagai pangkalan kekuatan
laut.Angkatan laut Kerajaan Sriwijaya ditempatkan di berbagai pangkalan strategis dan
mendapat tugas mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang yang berlabuh, memungut biaya
cukai, serta mencegah terjadinya pelanggaran laut di wilayah kedaulatan dan kekuasaannya.
Ketangguhan maritim juga ditunjukkan era Kerajaan Singosari di bawah pemerintahan
Kertanegara pada abad ke-13. Kekuatan armada laut yang tidak ada tandingan, pada 1275
Kertanegara mengirimkan ekspedisi bahari ke Kerajaan Melayu dan Campa untuk menjalin
persahabatan agar bersama-sama dapat menghambat gerak maju Kerajaan Mongol ke Asia
Tenggara. Pada 1284, mereka menaklukkan Bali dalam ekspedisi laut ke timur.
Puncak kejayaan maritim nusantara terjadi pada masa Kerajaan Majapahit (12931478).Di bawah Raden Wijaya, Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit berhasil

menguasai dan mempersatukan nusantara. Pengaruhnya bahkan sampai ke negara-negara
asing, seperti Siam, Ayuthia, Lagor, Campa (Kamboja), Anam, India, Filipina, China.
Kejatuhan Majapahit diikuti munculnya Kerajaan Demak. Kebesaran Kerajaan Demak jarang
diberitakan, tetapi bukti kekuatan maritim Kerajaan Demak mampu mengirim armada laut
yang dipimpin Pati Unus yang bergelar Pangeran Sabrang Lor membawa 100 buah kapal
dengan 10.000 prajurit menyerang Portugis di Malaka.

Kilasan sejarah itu memberi gambaran, betapa kerajaan-kerajaan di nusantara dulu
mampu menyatukan wilayah nusantara dan disegani bangsa lain karena kehebatan armada
Wawasan Sosial Budaya Maritim (Sejarah Kemaritiman Indonesia)

4

niaga, keandalan manajemen transportasi laut, dan armada militer yang mumpuni. Sejarah
telah mencatat dengan tinta emas, bahwaSriwijaya dan Majapahit pernah menjadi center of
excellence di bidang maritim, kebudayaan, dan agama di seluruh wilayah Asia
Tenggara.Kejayaan para pendahulu negeri ini terbangun karena kemampuan mereka
membaca potensi yang dimilikihingga membentuk budaya negara maju. Ketajaman visi dan
kesadaran terhadap posisi strategis nusantara telah membawa bangsa ini besar dan disegani
negara lain.

Sayang, masa keemasan itu tinggal sejarah. Negeri ini tidak belajar dari apa yang dilakukan
para leluhur. Kejayaan bangsa tertutup potret kemiskinan yang melanda rakyat negeri
ini.Kecintaan kepada laut juga semakin dangkal.Rasa keberpihakan negara terhadap dunia
maritim pun lemah.Padahal, budaya maritim adalah roh dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dengan jutaan penduduk tersebar di ribuan pulau.
Meski kini sudah hadir Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), namun orientasi
pembangunan negara masih terfokus di sektor darat.Bahkan, sejumlah kalangan masih
menganggap sektor kelautan merupakan sebuah beban dibandingkan aset berharga.
Masalah utamanya adalah paradigma.Darat atau agraris masih melekat pada
kebanyakan masyarakat Indonesia, terutama pemerintahnya.Bangsa Indonesia masih
mengidap kerancuan identitas.Di satu pihak mempunyai persepsi kewilayahan tanah air,
tetapi memposisikan diri secara kultural sebagai bangsa agraris dengan puluhan juta petani
miskin yang tidak sanggup disejahterakan. Sementara kegiatan industri modern sulit
berkompetisi dengan bangsa lain, antara lain karena budaya kerja yang berkultur agraris
konservatif, disamping berbagai inefisiensi birokrasi dan korupsi. Industri yang dibangun
juga tidak berdasar pada keunggulan kompetitif, namun komparatif tanpa kedalaman struktur
serta keilmuan dan teknologi yang kuat.
Akibat hal tersebut pembangunan perekonomian maritim dan pembangunan sumber daya
manusia Indonesia tidak pernah dijadikan arus utama pembangunan nasional, yang
didominasi persepsi dan kepentingan daratan semata.


Bukti Budaya Maritim
Dalam perjalanan budaya bangsa Indonesia, para pakar sejarah maritim menduga
perahu telah lama memainkan peranan penting di wilayah nusantara, jauh sebelum bukti
tertulis menyebutkannya (prasasti dan naskah-naskah kuno).Dugaan ini didasarkan atas
sebaran artefak perunggu, seperti nekara, kapak, dan bejana perunggu di berbagai tempat di
Sumatera, Sulawesi Utara, Papua hingga Rote.Berdasarkan bukti-bukti tersebut, pada masa
akhir prasejarah telah dikenal adanya jaringan perdagangan antara Nusantara dan Asia
daratan.
Wawasan Sosial Budaya Maritim (Sejarah Kemaritiman Indonesia)

5

Pada sekitar awal abad pertama Masehi diduga telah ada jaringan peradaban antara nusantara
dan India.Bukti-bukti tersebut berupa barang-barang tembikar dari India (Arikamedu,
Karaikadu dan Anuradha-pura) yang ditemukan di Jawa Barat (Patenggeng) dan Bali
(Sembiran).Keberadaan barang-barang tersebut diangkut menggunakan perahu atau kapal
yang mampu mengarungi samudera.
Bukti tertulis paling tua mengenai pemakaian perahu sebagai sarana transportasi laut tercetak
dalam Prasasti Kedukan Bukit (16 Juni 682 Masehi).Pada prasasti tersebut diberitakan;

”Dapunta Hiya? bertolak dari Minana sambil membawa pasukan sebanyak dua laksa dengan
perbekalan sebanyak 200 peti naik perahu…”.
Pada masa yang sama, dalam relief Candi Borobudur (abad ke-7-8 Masehi) dipahatkan
beberapa macam bentuk kapal dan perahu. Dari relief ini dapat direkonstruksi dugaan bentukbentuk perahu atau kapal yang sisanya banyak ditemukan di beberapa tempat nusantara,
misalnya Sumatera.
Selain itu, bukti-bukti arkeologis transportasi laut banyak ditemukan di berbagai wilayah
Indonesia, seperti papan-papan kayu yang merupakan bagian dari sebuah perahu dan daun
kemudi, yang ukurannya cukup besar. Pertama, Situs Samirejo secara administratif terletak di
Desa Samirejo, Kecamatan Mariana, Kabupaten Musi Banyuasin (Sumatra Selatan).Situs ini
berada di suatu tempat lahan gambut.Sebagian besar arealnya merupakan rawarawa.Beberapa batang sungai yang berasal dari daerah rawa bermuara di Sungai Musi.
Dari lahan rawa basah ini pada Agustus 1987 ditemukan sisa-sisa perahu kayu.Sisa perahu
yang ditemukan terdiri dari sembilan bilah papan dan sebuah kemudi. Dari sembilan bilah
papan tersebut, dua bilah di antaranya berasal dari sebuah perahu, dan tujuh bilah lainnya
berasal dari perahu lain.
Sisa perahu yang ditemukan tersebut dibangun secara tradisional di daerah Asia
Tenggara dengan teknik yang disebut “papan ikat dan kupingan pengikat” (sewn-plank and
lashed-lug technique), dan diperkuat dengan pasak kayu atau bambu. Papan kayu yang
terpanjang berukuran panjang 9,95 meter dan terpendek 4,02 meter; lebar 0,23 meter; dan
tebal sekitar 3,5 cm.Pada jarak-jarak tertentu (sekitar 0,5 meter), di bilah-bilah papan kayu
terdapat bagian yang menonjol berdenah empat persegi panjang, disebut tambuko. Di bagian

itu terdapat lubang yang bergaris tengah sekitar 1 cm. Lubang-lubang itu tembus ke bagian
sisi papan.Tambuko disediakan untuk memasukkan tali pengikat ke gading-gading. Papan
kayu setebal 3,5 cm kemudian dihubungkan bagian lunas perahu dengan cara mengikatnya
satu sama lain. Tali ijuk (Arenga pinnata) mengikat bilah-bilah papan yang dilubangihingga
tersusun seperti bentuk perahu.Selanjutnya, dihubungkan dengan bagian lunas perahu hingga

Wawasan Sosial Budaya Maritim (Sejarah Kemaritiman Indonesia)

6

menjadi dinding lambung.Sebagai penguat ikatan, pada jarak tertentu (sekitar 18 cm) dari
tepian papan dibuat pasak-pasak dari kayu atau bambu.
Dari hasil rekonstruksi dapat diketahui bahwa perahu yang ditemukan di desa Sambirejo
berukuran panjang 20-22 meter.Berdasarkan analisis laboratorium terhadap Karbon (C-14)
dari sisa perahu Samirejo adalah 1350 ± 50 BP, atau sekitar tahun 610-775 Masehi.
Adapun, kemudi perahu yang ditemukan mempunyai ukuran panjang 6 meter. Bagian
bilah kemudinya berukuran lebar 50 cm. Kemudi ini dibuat dari sepotong kayu, kecuali
bagian bilahnya ditambah kayu lain untuk memperlebar. Di bagian atas dari sumbu tangkai
kemudi terdapat lubang segi empat untuk memasukkan palang.
Di bagian tengah kemudi terdapat dua buah lubang yang ukurannya lebih kecil untuk
memasukkan tali pengikat kemudi pada kedudukannya.Bentuk kemudi semacam ini banyak
ditemukan pada perahu-perahu besar yang berlayar di perairan Nusantara, misalnya perahu
pinisi.
Kedua, situs Kolam Pinisi. Situs ini terletak di kaki sebelah barat Bukit Siguntang, sekitar 5
km ke arah barat dari kota Palembang. Ekskavasi yang dilakukan pada 1989 ditemukan lebih
dari 60 bilah papan sisa sebuah perahu kuno. Meskipun ditemukan dalam jumlah banyak,
namun keadaannya sudah rusak akibat aktivitas penduduk di masa lampau untuk mencari
harta karun. Papan-papan kayu tersebut pada ujungnya dilancipkan kemudian ditancapkan ke
dalam tanah untuk memperkuat lubang galian.
Papan-papan kayu yang ditemukan berukuran tebal sekitar 5 cm dan lebar antara 20-30 cm.
Seluruh papan ini mempunyai kesamaan dengan papan yang ditemukan di Situs Samirejo,
yaitu tembuko yang terdapat di salah satu permukaannya, dan lubang-lubang yang ditatah
pada tembuko-tembuko tersebut seperti halnya pada tepian papan untuk memasukkan tali ijuk
yang menyatukan papan perahu dengan gading-gading, serta menyatukan papan satu dengan
lain. Pada bagian tepi terdapat lubang-lubang yang digunakan untuk menempatkan pasak
kayu atau bambu untuk memperkuat badan perahu.Pertanggalan karbon C-14 menghasilkan
pertanggalan kalibrasi antara 434 dan 631 Masehi.
Berdasarkan tinjauan sejarah di atas, bahwa bangsa Indonesia sebenarnya memiliki darah,
watak dan budaya maritim yang kuat.Namunsemua itumemudar seiring peralihan
zaman.Agar kembalipada hakikatnyasebagai bangsa yang besar, masyarakatIndonesia harus
kembali memilikiwawasan maritim.
Permasalahannya apakah masih bisa membangkitkan kembali kejayaan masa lalu di tengah
krisis multi dimensi yang menerpa bangsa ini?Mengembalikan visi kemaritiman bukan

Wawasan Sosial Budaya Maritim (Sejarah Kemaritiman Indonesia)

7

sesuatu hal mudah.Selain dibutuhkan kemauan tinggi untuk merombak sistem yang ada,
masalah penyediaan infrastruktur menjadi permasalahan.
Diperlukan analisis dengan pendekatan konstruksi skenario guna mengetahui apa saja
kemungkinan yang bisa ditempuh untuk mewujudkan visi negara maritim. Bagaimana pula
strategi yang bisa ditempuh di tengah derasnya globalisasi yang membuat arus perdagangan
laut kian tinggi.
Bercermin dari kearifan lokal masyarakat pesisir, bangsa bahari memiliki budaya demokrasi
yang teramat tinggi di mana kebijakan yang dikeluarkan adalah keputusan dari masyarakat
bawah yang dipoles kearifan seorang pemimpin.Sudah saatnya masyarakat pesisir sebagai
wajah dari bangsa bahari diberdayakan melalui program-program pemerintah yang disusun
melalui pendekatan sosial budaya kebaharian, yaitu pendekatan hubungan manusia dengan
lingkungan dan sumberdaya laut.
Ini dapat dilihat, dari aspek kehidupan sosial dan budaya, sejarah menunjukkan bangsa
Indonesia pada masa lalu memiliki pengaruh besar di wilayah Asia Tenggara.Terutama
melalui kekuatan maritim di bawah Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.Tak heran, wilayah
laut Indonesia dengan luas dua pertiga nusantara diwarnai banyak pergumulan kehidupan di
perairan.
Jauh sebelum era kerajaan, banyak bukti pra sejarah beradaban maritim Indonesia, antara lain
di Pulau Muna, Seram dan Arguni,terdapat situs yang diperkirakan budaya manusia sekitar
10.000 tahun sebelum masehi. Bukti sejarah tersebut berupa gua yang dipenuhi lukisan
perahu layar.Ada pula peninggalan sejarah sebelum masehi berupa bekas kerajaan Marina
yang didirikan perantau dari nusantara di wilayah Madagaskar.Pengaruh dan kekuasaan
tersebut diperoleh bangsa Indonesia karena kemampuannya membangun kapal dan armada
yang berlayar lebih dari 4.000 mil.
Dalam strategi besar Majapahit mempersatukan wilayah Indonesia melalui Sumpah
Amukti Palapa dari Mahapatih Gajah Mada.Kerajaan Majapahit telah banyak mengilhami
pengembangan dan perkembangan nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sebagai
manifestasi sebuah bangsa bahari yang besar.Sayang, setelah mencapai kejayaan, Indonesia
terus mengalami kemunduran.Terutama setelah masuknya VOC dan kekuasaan kolonial
Belanda ke Indonesia. Perjanjian Giyanti pada 1755 antara Belanda dengan Raja Surakarta
dan Yogyakarta mengakibatkan kedua raja tersebut harus menyerahkan perdagangan hasil
wilayahnya kepada Belanda.Sejak itu, terjadi penurunan semangat jiwa bahari bangsa
Indonesia, dan pergeseran nilai budaya, dari budaya bahari ke budaya daratan.Namun, budaya
bahari Indonesia tidak boleh hilang karena alamiah Indonesia sebagai negara kepulauan terus
menginduksi, dan membentuk budaya maritim bangsa Indonesia.
Wawasan Sosial Budaya Maritim (Sejarah Kemaritiman Indonesia)

8

Catatan penting sejarah maritim ini menunjukkan, dibandingkan negara-negara tetangga di
kawasan Asia Tenggara, Indonesia memiliki keunggulan budaya bahari secara
alamiah.Berkurangnya budaya bahari lebih disebabkan kurang perhatian pemerintah terhadap
pembangunan maritim.Padahal, kebudayaan maritimmerupakan kunci dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Politik kebijakan penataan ruang di Indonesia belum mempertimbangkan aspek kebudayaan
bahari atau maritim.Hal tersebut berdampak pada meluasnya banjir, kerusakan lingkungan,
dan kemiskinan di kota-kota pantai Indonesia.Salah satunya adalah DKI Jakarta.
Ketua Yayasan Suluh Nuswantara Bakti, Iman Sunario menilai DKI yang memiliki 13 sungai
bermuara diTeluk Jakarta, seharusnya menjadi potensi yang dapat menjadi solusi
perkembangan transportasi air dan pariwisata. “Minimnya wawasan kelautan telah
menjadikan potensi itu berbalik menjadi ancaman berupa banjir, kemacetan, dan kemiskinan
yang urung teratasi,” kata Iman.
Berdasarkan data pemantauan 13 sungai oleh BPLHD DKI Jakarta pada September 2012,
diketahui ada 82,6 persen dari 67 titik pemantauan berstatus tercemar berat, 10,1 persen
tercemar sedang, 7,2 persen tercemar ringan, dan 0 persen kondisi baik.
Pada kondisi demikian, pesisir Teluk Jakarta ditandai pula dengan kemiskinan dan kerusakan
lingkungan yang parah. Sebagai kota pantai, Jakarta barometer pembangunan Indonesia.
“Jika kondisi sosial dan lingkungan di Teluk Jakarta, yang jaraknya hanya beberapa kilometer
dari Istana Negara, sudah rusak parah, bagaimana kita dapat berharap banyak dengan
pembangunan kota-kota pantai di timur Indonesia? Atau bahkan di pulau-pulau terdepan,”
ujar Iman.
“Dalam budaya luhur kebaharian Indonesia, sungai dan sumber daya alam adalah milik
komunal, bukan individual. Karena itu, membiarkan sungai kotor, hutan gundul, dan laut
dikavling-kavling bukanlah adab pembangunan yang mencerminkan kebudayaan Indonesia,”
jelas Iman, yang juga ahli tata kota.
Daud Aris Tanudirjo, dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM)
mencatat budaya bahari paling tua di dunia muncul di kepulauan Nusantara. Hal ini dapat
dibuktikan setelah tim arkeologi berhasil menemukan jejak-jejak kehidupan manusia Tertua
Homo Erectus di Flores pada sekitar 800.000 tahun lalu.
“Sebagian penduduk Nusantara yang telah menguasai teknologi canggih lalu berlayar ke
berbagai penjuru dunia.Para pelaut itulah yang kemudian membantu komunitas di berbagai
tempat untuk mengembangkan budaya mereka menjadi peradaban besar, seperti
Mesopotamia, Mesir, China, dan India,” jelasnya.
Wawasan Sosial Budaya Maritim (Sejarah Kemaritiman Indonesia)

9

Sementara itu, sejarahwan Universitas Indonesia (UI) JJ Rizal mengatakan, peradaban
maritim Indonesia sudah dibangun para pendiri bangsa.”Lagu tanah air menunjukkan bahwa
Indonesia masih dianggap sebagai negara daratan karena mendahulukan tanah daripada air,
harusnya di balik,” ujarnya saat memaparkan di diskusi bulanan Indonesia Maritim Institute
(IMI), beberapa waktu lalu.
Menurut Rizal, saat ini yang terjadipemerintah Indonesia cenderung melupakan air (laut).
Pada masa dulu saat semua orang konsen di laut, muncul istilah kata “lupa daratan”.Saat ini
harus dibalik “lupa lautan” karena bangsa Indonesia terlalu mencintai daratan.”Melupakan
unsur air (laut) bukan hanya mengkhianati realitas bangsa, tapi melukai semangat para
leluhur kita,” katanya.
Irawan D Nugraha, pengarang buku Majapahit: Peradaban Maritimberpendapat, bahwa
kejayaan maritim Indonesia diawaliera kerajaan-kerajaan, sepertiMajapahit dan Sriwijaya.
Bahkan sejarah mencatat bahwa kemampuan teknologi perkapalan Majapahit jauh lebih
dahsyat dari bangsa lain. Bahkan ukuran kapal Majapahit saat itu bisa memuat 600
penumpang, sementara kapal bangsa lain hanya 50 orang.
“Namun, kami melihat bahwa dari penyebutan pulau-pulau saja selalu disebutkan pulau
terluar, kenapa tidak dijadikan pulau-pulau terdepan.Yang bisa diartikan sebagai halaman
muka dari bangsa ini,” katanya.
Hal senada diungkapkan Indra J Piliang,pengurus Balitbang Partai Golkar.Dia menilai
peradaban maritim di Indonesia telah luntur.Sebagai contoh orang-orang Pariaman di Padang,
Sumbar yang notabene adalah orang laut atau pulau, tapi ketika naik kapal muntah.Bahkan
yang lebih menyedihkan, saat hendak melihat laut harus ke gunung lalu memandang laut dari
ketinggian.
“Lihat laut masa lari ke gunung dengan waktu tempuh sekitar 2 jam.Sementara jika ke pantai
hanya memakan waktu 30 menit.Jarang sekali orang Pariaman melihat laut langsung ke
pantai.Inilah pudarnya budaya maritim kita,” tuturnya.
Berbicara budaya, tidak lepas dari pembentukan watak dan peningkatan kualitas generasi
muda.Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mendorong para lulusan perguruan tinggi
lebih mengenal jati diri dan budaya bangsa.Sebagai bangsa maritim yang hidup di kepulauan
sudah seharusnya generasi muda Indonesia menjadi bangsa yang mandiri.
“Kewirausahaan mendorong budaya di Indonesia saling berbaur karena bertujuan mencapai
kemajuan ekonomi.Budaya lokal di Indonesia saat ini saling berbaur karena didorong oleh
kebutuhan yang sama yakni memajukan setiap usaha,” katanya.

Wawasan Sosial Budaya Maritim (Sejarah Kemaritiman Indonesia)

10

Dia mencontohkan budaya lokal yang berbaur adalah budaya yang tumbuh dan berkembang
di sektor maritim dan agraris.”Pada awalnya budaya maritim mendorong orang untuk
menjadi pengusaha karena orang yang tinggal di kawasan maritim cenderung agresif dan
berani mengambil risiko saat menjalankan usaha,” ungkapnya.
Sebaliknya masyarakat yang tumbuh dan berkembang di lingkungan agraris, seperti petani
cenderung tidak berani menanggung risiko. Karena itu, menurut JK, dalam perkembangannya
kedua masyarakat ini harus hidup dalam budaya saling berbaur karena memiliki tujuan sama,
yakni meningkatkan kemajuan bangsa.
Di sini budaya maritim menjadi sarana dalam membangun kembali perdaban bangsa
Indonesia yang maju.Etos kerja masyarakat maritim yang dibangun nenek moyang dulu
diharapkan bisa memperkuat NKRI, dengan menjadikan tanah dan air sebagai satu
kekuatan,yaitu negara maritim.

Bukti-bukti kebesaran budaya maritim Indonesia:
Arkeologi maritim menemukan banyak bangkai kapal di bawah laut negeri ini, dengan
tahun pembuatan mulai dari abad 7 SM, memiliki teknologi pembuatan yang belum ada
duanya di dunia.Catatan-catatan dari para penjelajah, geographer, atau sejarawan berbagai
belahan dunia (Mesir, Yunani, China), menggambarkan tentang penjelajahan pelaut-pelaut
Nusantara, dengan kapal, hasil bumi, dan hasil budaya tinggi, ke berbagai sudut dunia.
Penemuan artefak-artefak di berbagai belahan dunia, termasuk beberapa tempat di negeri
ini (misalnya di gua Pasemah, Sumatera Selatan, gua Made di Jombang, Jawa Timur, lembah
Mada di Sulawesi Selatan, Batujaya di Bekasi, atau banyak lokasi lain seperti Timor, Kutai,
Maluku, Halmahera) mengindikasikan bukan hanya terjadi perlintasan antar bangsa, tapi juga
kebudayaan advance yang telah dicapai.Penyebaran bahasa yang mencakup setengah dunia,
dan mengikutsertakan lebih dari 400 juta penutur membuktikan keberadaan bangsa-bangsa di
Nusantara di atas bumi ini.
Persenjataan, alat musik, hingga ilmu perbintangan dari berbagai kawasan, sejak dari
Afrika, Timur Tengah, India, hingga Polynesia, memperlihatkan bagaimana pengaruh kultural
sudah jauh lebih dulu sebelum bangsa asing datang ke negeri ini.

B. MARITIM PADA MASA KOLONIAL
Sejarah Maritim Indonesia (Masa Kolonial Hindia Belanda)Perdagangan di Asia sudah
berawal di masa Portugis dan VOC, bahkan telah ada berabad-abad sebelumnya, baik
perdagangan melalui darat (jalan sutra) maupun melalui laut Dalam masa modern awal itu
terjadi interaksi dagang antara para penguasa dan para penjajanya di Nusantara dan
Wawasan Sosial Budaya Maritim (Sejarah Kemaritiman Indonesia)

11

organisasi-organisasi dagang besar dari Eropa seperti Estado da India dan East India
Company EIC) dari Inggris serta VOC dari Belanda. Banyak bangsa-bangsa yang memasuki
Indonesia seperti Portugis, Inggris dan Belanda motivasi bangsa Eropa ke wilayah Nusantara
disebabkan oleh faktor seperti Jatuhnya Konstatinopel ke tangan Turki Ottoman yang
merupakan pusat rempa-rempah dengan itu mereka mencari sumber rempah-rempah terbaru,
lali semangat 3G (Gold, Glory, Gospel), dan perkembangan teknologi dan sistem angin
seiring berjalannya waktu Belanda berhasil berkuasa tunggal di Indonesia dengan itu VOC
pun berkuasa di nusantara[1].
Seiring berjalannya waktu karena terus merugi VOC tidak sanggup membayar dividen
dari saham yang dibeli rakyat.Oleh sebab itu, dari tahun ke tahun perusahaan itu harus
berutang kepada negara untuk membayar kewajibannya.Namun tahun 1795 negara
mengambil alih seluruh kekayaan VOC sebagai pelunasan utang-utang tersebut.Tahun 1799
VOC dinyatakan failite dan bubar.Harta kekayaan VOC yang tidak bergerak seperti bentengbenteng atau daerah-daerah produksi rempah di Nusantaar, diambil alih oleh negara. Itulah
asset kerajaan Belanda yang menjadi cikal bakal dari negara lolonial Hindia Belanda yang
berdiri sejak tahun 1817 [2]. Wilayah yang dimiliki oleh Belanda kurang strategis karena
wilayah daratannya kecil dan wilayahnya daratnnya lebih rendah daripada laut maka
merekapun bekerja keras dan menjadi cikal bakal semangat kerja dan tuntunan hidup bagi
bangsa Belanda khususnya para Pelaut Belanda itu sendiri untuk mengembangkan jiwa
bahari karena lewat laut mereka dapat mengembangkan perekonomian negeri mereka sebagai
contoh dari semangat kerja mereka yaitu Bangsa Belanda pandai membuat Kapal-kapal Laut
yang kokoh dan kuat dalam menjelajahi perairan laut maupun samudera tidak ketinggalan
para pelautnya yang sangat tangguh di lautan.
Membahas kegiatan kemaritiman pada masa Kolonial Hindia Belanda menjadi sangat
menarik, dikarenakan pada masa ini Belanda melakukan berbagai kebijakan agar keutungan
pihak Kolonial Hindia Belanda pada masa itu tetap, bahkan bertambah.
Kegiatan Pelayaran
Perkembangan armada dagang di Hindia Belanda jelas akan mempengaruhi
peningkatan aktivitas pelayaran antarpulau. Hal ini juga dipengaruhi oleh kebijakan
pemerintah colonial yang protektif terhadap pelayaran domestic. Hal ini mengakibatkan
armada Belanda mendominasi kegiatan pelayaran domestik, tahun 1879 kapal-kapal
Nederland dan Hindia Belanda merupakan 95% dari seluruh armada pelayaran antarpulau di
Hindia Belanda, dan hanya 28,5% untuk pelayaran internasional. Dalam hal ini KPM
merupakan tulang punggung pelayaran antarpulau di Hindia Belanda, dan memasuki abad
XX pelayaran antarpulau meningkat rata-rata 7,6% angka ini lebih tinggi daripada yang
dicapai pada perempatan ketiga abad XIX yang hanya mencapai 5,5% menjelang perang
dunia I angka tersebut menjadi 2,4% dikarenakan dengan stagnasi dalam perdagangan luar
negeri sebagai akibat perang. Seperti diketahui penggunan kapal uap dan motor di perairan
Indonesia lebih awal jika dibandingkan dengan negara kepulauan lain di Asia. Hingga tahun
1860-an komunikasi secara regular antarpulau menggunakan kapal layar, penggunaan kapal
uap untuk kepentingan komersial baru sejak 1868, sedangkan Hindia Belanda sejak 1842.
Penggunaan kapal uap lebih meningkat pesat dalam pelayaran antarpulau daripada pelayaran
Wawasan Sosial Budaya Maritim (Sejarah Kemaritiman Indonesia)

12

Internasioanl hal imi menunjukkan bahwa pentingnya pelayaran antarpulau Bagi Hindia
Belanda, bukan hanya kepentingan Ekonomi juga mengamankan koloni dari merembesnya
kekuatan asing serta dari perlawanan masyarakat setempat, disamping itu juga untuk
menggapai integrasi negara colonial dibawah bendera Pax Neerlandica.
Pemerintah Kolonial lebih berhasil melakukan proteksi terhadap pelayaran antarpulau
daripada pelayaran internasional di Hindia Belanda hal ini berhubungan dengan tuntutan
Inggris kepada Belanda untuk melakukan liberalisasi pelayaran di koloninya, namun yang
dilakukan Belanda liberalisasi lebih mengacu kepada pelayaran internasional seperti
pembukaan pelabuhan internasional dan pelabuhan bebas serta penghapusan tarif differensial
hal ini telah memungkinkan berkembangnya pelayaran Internasional di perairan nusantara.
Belanda pun menguasai daerah Pantai Barat Sumatera, akan tetapi wilayah kekuasaan
yang seharusnya dari kawasan Singkel hingga Indrapura, namun realitanya Belanda hanya
menguasai wilayah kota Padang dan wilayah yang berada di selatannya. Disamping itu
Sibolga, Natal, Air Bangis masih menjadi kekuasaan Belanda. Bajak laut hamper ditemukan
diseluruh perairan Indonesia. Namun kawasan laut yang paling terkenal daerah operasi bajak
laut adalah Selat Malaka, Laut Cina Selatan dan kawasan laut Sulawesi. Kawasan ini
(terutama Selat Malaka) memang merupakan rute perdagangan dan pelayaran yang tersibuk
di Asia Tenggara, kegiatan bajak laut di Pantai barat Sumatera tidak begitu banyak yang
beroperasi didaerah ini, untuk menanggulangi aktivitas bajak laut, Pemerintah Hindia
Belanda mendirikan berbagai pos pengamanan di beberapa kota pantai serta berkali-kali
mengirim ekspedisi militer ke kawasan utara, pada 1860-an tidak ditemukan lagi laporan
mengenai bajak laut [5].
Wilayah pantai Barat Sumatera menjadi penting bagi Kolonial Hindia Belanda,
dikarena di wilayah ini lah Kolonial Hindia Belanda memfokuskan kegiatan maritimnya
dikawasan ini, sebab dikawasan pantai timur Sumatera atau wilayah dekat Selat Malaka
terdapat pusat perdagangan dunia yang berada diwilayah Tumasik (Singapura) dan itu
merupakan wilayah bagian dari Inggris yang menjadi penguasa didaerah tersebut, dan
wilayah pantai barat juga merupakan tempat komoditi utama pada masa itu dan pemerintah
Belanda pun berfokus kepada aktivitas perkebunan di wilayah Sumatera tersebut.
Aktivitas Pelayaran di wilayah Makassar dipengaruhi karena Angin Muson baratlaut
yang biasa digunakan untuk pelayaran perdagangan, dimanfaatkan oleh para pedagang
wilayah barat seperti Malaka, Riau, Johor, dan Batavia, untuk berlayar kearah timur ke Kota
Makassar dan kepulauan Maluku. Pelayaran ke kepulauan Maluku dari kota Makassar dapat
dibagi menjadi dua jalur, yaitu : pertama dengan menyusur ke Selatan kemudian belok kiri
melayari pesisir hingga Buton dan selanjutnya berlayar ke Maluku. Kedua menyusuri Selat
Makassar berlayar kea rah timur memasuki pelabuhan Manado dan terus ke pulau Ternate;
bila perlu berlayar ke selatan hingga mencapai pulau Seram atau Papua. Angin Muson Utara
dan Tenggara memungkinkan terciptanya jalur pelayaran Utara-Selatan (Amoy dan KantonMakassar-Kepulauan Indonesia bagian Timur) [6].
Wilayah Sulawesi menjadi istimewa dikarenakan menjadi pusat perniagaan
dikarenakan beberapa faktor pertama : letaknya strategis (berada ditengah-tengah dunia
Wawasan Sosial Budaya Maritim (Sejarah Kemaritiman Indonesia)

13

perdagangan). Kedua munculnya intervensi bangsa Eropa sehingga sehingga pedagang di
pusat niaga mengalihkan kegiatan mereka ke tempat lain, salah satunya ke Makassar. Ketiga
pedagang dan pelaut setempat melakukan pelayaran niaga ke daerah-daerah penghasil dan
Bandar niaga lain[7] .
Kegiatan Perdagangan Maritim
Kegiatan perdagangan Maritim pada masa ini terjadi monopoli cengkeh di Ambon.
Cengkeh dan Pala di Indonesia Timur sama kedudukannya dengan Lada di Indonesia Barat
yang tumbuh di Sumatera, Malaka, dan Jawa Barat dan terjadilah monopoli Lada yang
Suamatera bagian Utara dikuasai Aceh, dan Sumatera bagian Selatan dikuasai Banten.
Perdagangan daerah Makassar ditandai dengan melemahnya monopoli dan berkembangnya
perdagangan bebas dan menjadikan Makassar sebagai Bandar niaga Internasional dan
pelabuhan transit terpenting di kepulauan Hindia Belanda dibagian timur dipertengahan abad
19. Belanda dan Inggris bersaing ketat dalam penjualan komoditi Teh dan berniat menguasai
perdagangan Cina, akan tetapi Belanda lebih menguntungkan karena wilayah koloninya
banyak menghasilkan yang diperlukan Cina mereka pun melakukan perjanjian tetapi Belanda
ingkar janji dan Inggris mencari pelabuhan yang aman untuk pelayaran ke Cina dan tahun
1819 Inggris pun mendapatkan Singapura. Di wilayah Pantai Barat Sumatera pada sekitar
abad ke-19 NHM membuat tiga kegiatan utama yaitu Perbankan, Perdagangan, dan
Perkebunan hanyalah Perkebunan yang berhasil dikarena kegiatan Perbankan memghasilkan
kredit macet dan kegiatan Perdagangan yang tidak memberikan untung, hanyalah Perkebunan
dalam hal ini perkebunan Kopi yang menguntungkan lalu kopi-kopi itu akhirnya di ekspor ke
Belanda dan termasuk sebagai perdagangan maritim
Perkembangan Kerajaan-Kerajaan
Tipe raja laut mewakili kekuatan Bahari yang sah yakni yang diakui dalam dalam
pergaulan antarbangsa. Dalam realitas abad XIX dan sebelumnya keabsahan demikian lebih
banyak ditentukan oleh kekuatan fisik, jadi dalam hal kekuatan laut berarti pemilikan armada
tempur dan pertahanan yang memadai.Di wilayah laut Sulawesi diantara kekuatan laut yang
muncul hanya kerajaan Sulu dan Maguidanao yang berhasil menjadi kekuatan maritime
terbesar.Tetapi sejak pertengahan abad XIX Maguidanao terpecah belah dan mulai dikuasai
Spanyol sehingga akhirnya hanya Sulu yang dapat bertahan sebagai Raja laut pribumi
dikawasan ini.Raja-raja di pantai timur Kalimantan dan dibagian utara Sulawesi tidak
berhasil mengembangkan suatu armada yang besar.Begitu pula di Kepulauan Sangihe-Talaud,
walaupun penduduknya berkebudayaan maritim, fragmentasi dalam satuan-satuan kecil tidak
bisa menampilkan suatu kekuatan laut yang berjangkauan regional. Sebagaimana telah
diketengahkan di depan, dalam hal ini Raja Laut harus bekerjasama dengan orang laut untuk
membina kekuatan bahari. Umumnya kerajaan-kerajaan ini mempunyai penduduk yang
terbatas sehingga tidak sanggup membentuk kekuatan laut yang besar.Kekurangan penduduk
di Sulu dan lembah sungai Pulangi di Mindanao Selatan dapat diatasi dengan mengadakan
ekspedisi lintas laut yang mendatangkan ratusan bahkan ribuan budak sebagai sumber tenaga
kerja. Dengan kata lain Raja laut, bekerjasama dengan Bajak laut untuk menjamin adanya
suplai tenaga kerja yang tetap .
Wawasan Sosial Budaya Maritim (Sejarah Kemaritiman Indonesia)

14

Perkembangan Sosial
Pengawasan laut yang teliti sekali untuk melindungi monopoli kompeni tak mungkin
dapat masyarakat lakukan karena adanya tempat berjaga Hindia Belanda yang berjumlah
beribu-ribu didaerah yang amat luas ini perdagangan gelap tetap berlangsung terutama di
bagian Indonesia Barat. Monopoli kompeni memang terasa pengaruhnya diseluruh Indonesia,
tetapi terutama menekan daerah Maluku, dirugikannya perdagangan laut Indonesia
menyebabkan timbulnya kembali para perompak perlu diketahui bahwa zaman dahulu
perompak tidak termasuk kejahatan, pada masa itu dibeberapa bagian dunia perompakan
termasuk institusi sosial yang diakui pusat perompak yang paling terkenal ialah Tibelo
(Pantai Utara Halmahera). Dalam perjalanannya mereka banyak membunuh dan menawan
orang untuk dijadikan budak. Biasanya raja dan kaum bangsawan turut serta dalam pelajaran
perompakan ini, malahan merekalah yang seringkali memegang pucuk pimpinan .
C. MARITIM PADA PRA KEMERDEKAAN
Dalam catatan sejarah kerajaan-kerajaan Nusantara, pada masa jauh sebelum Indonesia
merdeka, semangat maritim sudah menggelora di bumi Nusantara. Bahkan beberapa kerajaan
pada zaman itu seperti Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit telah mampu menguasai
lautan dengan armada perang, perdagangan yang besar serta pengaruhnya hingga negaranegara di kawasan Asia Tenggara.
Sejarah mencatat bangsa Indonesia sudah dikenal dunia sebagai bangsa maritim yang
memiliki peradaban maju. Bahkan, bangsa ini pernah mengalami masa keemasan sejak awal
abad masehi.Menggunakan kapal bercadik, mereka berlayar mengelilingi dunia dan menjadi
bangsa yang disegani.
Berbakal alat navigasi seadanya, bangsa Indonesia mampu berlayar ke utara, memotong
lautan Hindia-Madagaskar, dan berlanjut ke timur hingga Pulau Paskah.Seiring perjalanan
waktu, ramainya alur pengangkutan komoditas perdagangan melalui laut, mendorong
munculnya kerajaan-kerajaan di Nusantara yang memiliki armada laut besar.
Memasuki masa kerajaan Sriwijaya, Majapahit hingga Demak, Nusantara adalah negara kuat
yang disegani di kawasan Asia.Sebagai kerajaan maritim yang kuat di Asia Tenggara,
Sriwijaya (683-1030 M) telah mendasarkan politik kerajaannya pada penguasaan alur
pelayaran dan jalur perdagangan, serta menguasai wilayah wilayah strategis yang digunakan
sebagai pangkalan kekuatan laut.
Puncak kejayaan maritim Nusantara terjadi pada masa Kerajaan Majapahit (1293-1478).Di
bawah Raden Wijaya, Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit berhasil menguasai
dan mempersatukan Nusantara. Pengaruhnya bahkan sampai ke negara-negara asing, seperti
Wawasan Sosial Budaya Maritim (Sejarah Kemaritiman Indonesia)

15

Siam, Ayuthia, Lagor, Campa (Kamboja), Anam, India, Filipina, China. Kilasan sejarah itu
memberi gambaran, betapa besarnya kerajaan-kerajaan di Nusantara. Mereka mampu
menyatukan wilayah Nusantara dan disegani bangsa lain. Paradigma masyarakatnya mampu
menciptakan visi maritim sebagai bagian utama dari kemajuan budaya, ekonomi, politik dan
sosial. Sejarah telah mencatat dengan tinta emas bahwa Sriwijaya dan Majapahit pernah
menjadi kiblat di bidang maritim, kebudayaan, dan agama di seluruh wilayah Asia. Namun di
masa kekuasaan Kolonial Belanda dan pengaruh ilmu pengetahuan dari dataran Eropa yang
berkuasa di Indonesia kurang lebih selama 3,5 abad., sangat memberikan dampak yang
sangat signifikan terhadap semangat maritim nusantara. Pengikisan semangat bermaritim
akhirnya menggiring bangsa ini hanya berkutat di sektor agraris demi kepentingan kaum
kolonialis.Kesuraman budaya maritim Indonesia semakin parah dan berlanjut pada masa orde
baru sampai sekarang.keberpihakan Pemerintah semakin jelas condong ke wilayah pertanian.
Minimnya keberpihakan pemerintah pada sektor maritim (maritime policy) menyebabkan
masih semrawutnya penataan Selat Malaka yang sejatinya menjadi sumber devisa. Hal
lainnya adalah pelabuhan negeri ini belum menjadi international hub port, Zona Ekonomi
Ekslusif (ZEE) yang telantar, penamaan dan pengembangan pulau-pulau kecil, terutama di
wilayah perbatasan negara tidak kunjung tuntas.Ditambah, semakin maraknya praktik illegal
fishing, illegal drug traficking, illegal people, dan penyelundupan di perairan Indonesia.
Padahal, sejatinya posisi strategis Indonesia banyak memberikan manfaat, setidaknya dalam
tiga aspek, yaitu alur laut kepulauan bagi pelayaran internasional (innocent passage, transit
passage, dan archipelagic sea lane passage) berdasarkan ketentuan IMO; luas laut territorial
yang dilaksanakan sejak Deklarasi Djuanda 1957 sampai dengan Unclos 1982 yang
mempunyai sumberdaya kelautan demikian melimpah; dan sumber devisa yang luar biasa
jika dikelola dengan baik. Terkait dengan visi pembangunan nasional yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia secara menyeluruh dan merata, dibutuhkan
kemampuan pertahanan dan keamanan yang harus senantiasa ditingkatkan agar dapat
melindungi dan mengamankan hasil pembangunan yang telah dicapai.Pesatnya
perkembangan teknologi dan tuntutan penyediaan kebutuhan sumber daya yang semakin
besar mengakibatkan sektor laut dan pesisir menjadi sangat penting bagi pembangunan
kepentingan bangsa bangsa ini.nasional.Karena itu, perubahan orientasi pembangunan
nasional Indonesia ke arah pendekatan maritim merupakan suatu hal yang sangat penting dan
mendesak.
D. MARITIM PADA ERA KEMERDEKAAN
Indonesia merdeka dan berusaha memanfaatkan keuntungan geografis yang dimilikinya.
Posisi silang Indonesia yang diapit oleh samudera Pasifik dan Hindia, serta diapit benua Asia
dan Australia, membuat Indonesia memiliki Semangat negara maritim ini dituangkan pendiri
Republik Indonesia di dalam Pancasila dan UUD 1945. Pemerintahan Soekarno pun berusaha
membuat Indonesia sebagai poros maritim.Banyak perusahaan pelayaran Indonesia pun
Wawasan Sosial Budaya Maritim (Sejarah Kemaritiman Indonesia)

16

tumbuh.Salah satunya yakni Jakarta Lloyd yang didirikan oleh beberapa orang TNI dari
angkatanlautpada1950.
"Jadi sebenarnya konsep poros maritim itu sudah berusaha dibuat sejak zaman Presiden
Soekarno," kata purnawirawan Mayor Jenderal TNI TB Hassanudin saat berbincang
denganmetrotvnews.com.
Pemerintah juga berusaha menutup "lubang" di laut antar pulau dengan memperjuangkan
konsep negara kepulauan dengan mengeluarkan deklarasi Juanda. Berdasarkan hukum laut
yang berlaku saat itu, batas teritorial diukur dari garis pantai dan menyebabkan ada laut bebas
di antara pulau-pulau Indonesia. Indonesia terus mengupayakan konsep negara kepulauan
diterima negara lain dan menggunakan patokan pantai terluar sebagai titik ukur batas
teritorial. Konsep ini pun disetujui dalam PBB lewat UNCLOS (Konvensi Hukum Laut PBB)
1982 yang diratifikasi dalam UU 17 tahun 1985. Akhirnya luas laut Indonesia bertambah
hingga 2,5 kali. Industri maritim Indonesia pun semakin menggeliat.Beberapa perusahaan
pelayaran niaga bermunculan dan semakin makmur. Selain menguasai perniagaan di laut
Indonesia yang memiliki luas 5,8 juta km2, industri maritim Indonesia juga berhasil
menembus pasar dunia. "Para era saya masih berlayar tahun 80an, Indonesia bisa dibilang
menguasai ASEAN," kata Bobby. Kapal berbendera Indonesia pun bisa ditemui hampir di
seluruh pelabuhan negara Asia Tenggara.
Kemunduran industri maritim Indonesia
Pemerintah Soeharto membuat sebuah 'blunder' dengan mengeluarkan kebijakan
membesituakan (scrapping) kapal berusia di atas 25 tahun. Kebijakan ini membuat kapal
Indonesia terpaksa dipensiunkan. Kebijakan yang menampar keras perusahaan pelayaran ini
pun akhirnya membuat industri maritim Indonesia semakin mundur.Cita-cita membuat poros
maritim ini pun jadi semakin jauh dari kenyataan. "Scrapping kapal membuat kita
kekurangan kapal," tutur Ketua Umum Indonesian National Shipowners' Association (INSA)
Carmelita Hartoto saat berdiskusi denganmetrotvnews.com, Selasa, 13 Oktober 2015. Hal ini
juga diakui oleh Bobby yang sempat merasakan langsung dampak kebijakan ini kepada
industri maritim Indonesia."Itu tidak bias dipungkiri," ungkap dia. Karena kekurangan kapal,
perusahaan pelayaran asing pun menyasar kekosongan ini.Akibatnya pelayaran asing
mendominasi industri maritim Indonesia.Pada tahun 1995 misalnya, jumlah kapal asing
mencapai 6.397 unit sedangkan kapal nasional hanya 5.050 unit. Bahkan sebelum asas
cabotage dikeluarkan pada 2005, 46 perse angkutan domestik dan 96 persen ekspor-impor
dikuasai asing. "Sejak diterapkan, asas sabotage memberi dampak positif kepada pelayaran
nasional," tutur CarmelitaNamun kebijakan yang tidak konsisten antar rezim membuat
pengusaha pemilik kapal dan industri maritim masih sulit berkembang. Komunikasi antar
kementerian terkait pun tidak lancar dan menyebabkan industri maritim tak dapat berlari.
Namun dengan naiknya Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang
mengusung semangat menjadikan Indonesia poros maritim dunia, membawa angin segar bagi
industri ini.
"Kami menyambut baik saat Presiden Jokowi menyatakan akan menjadikan laut sebagai
pendorong utama ekonomi nasional," pungkas Carmelita.

Wawasan Sosial Budaya Maritim (Sejarah Kemaritiman Indonesia)

17

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi, tidak bisa dibantahkan lagi bahwa sesungguhnya Indonesia terlahir sebagai Negara
maritim. Hal ini terbukti dari berbagai fakta sejarah yang ada, serta bukti kejayaan nenek
moyang kita pada masa kerajaan – kerajaan, ditambah dengan peninggalan – peninggalan
sejarah yang makin menguatkan fakta tersebut. Namun keadaan maritim Indonesia saat ini
justru mengalami kemunduran yang signifikan, dikarenakan visi maritim tida lagi jelas dan
tidak mampunya masyarakat Indonesia melihat potensi dari posisi strategis nusantara.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya jita kembali kapada visi maritim yang dulu seperti
diterapkan nenek moyang kita, karena sejatinya Indonesia menyandang predikat “Negara
Maritim” atau negara kepulauan. Sehingga dengan mengoptimalkan letak strategis dari
Indonesia dan kekayaan sember daya bahari yang melimpah, maka bukan mustahil jika
Indonesia akan menjadi bangsa yang disegani dan diperhitunkan di dunia dalam bidang
maritim layaknya dimasa jayanya dulu., tidak dapat dibantahkan lagi bahwa Indonesia
memang terlahir sebagai Negara maritime.Sebelum Indonesia merdeka, nenek moyang telah
menunjukkan bahwa Indonesia pada zaman dahulu sudah berlayar jauh dengan perahu
sederhana dan ilmu yang mereka miliki melalui kebudayaannya. Hingga munculnya
kerajaan-kerajaan maritime yang semakin memperkuat konsep “kemaritiman” Indonesia.
Ditambah dengan puncak kejayaan Indonesia yang diraih oleh kerajaan Sriwijaya pada abad
ke-11 semakin menambah keyakinan kita bahwa Indonesia memang Negara maritime yang
kuat dulunya.Selain itu, kegiatan pengembaraan dan perikanan nelayan Indonesia pada masa
lampau sangat menggambarkan jiwa kemaritiman yang tinggi.Mereka berlayar sampai ke
NTT, Maluku, bahkan ke pantai utara Australia.

Wawasan Sosial Budaya Maritim (Sejarah Kemaritiman Indonesia)

18

B. KRITIK DAN SARAN
Sebaiknya pemerintah bersama pemimpin – pemimpinya menciptakan persepsi kelautan
yang tepat bagi bangsa Indonesia, yakni laut sebagai tali kehidupan dan masa depan bangsa.
Dengan persepsi demikian tersebut dapat memacu kesadaran akan arti penting maritim dalam
pembangunan nasional.
Beberapa fungsi laut yang harusnya menjadi pertimbangan pemerintah dalam menetapkan
kebijakan-kebijakan berbasis maritim adalah; laut sebagai media pemersatu bangsa, media
perhubungan, media sumberdaya, media pertahanan dan keamanan sebagai negara kepulauan
serta media untuk membangun pengaruh ke seluruh dunia, yang tujuan akhirnya tentulah
penguasaan laut nasional yang dapat menegakkan harga diri bangsa.

Wawasan Sosial Budaya Maritim (Sejarah Kemaritiman Indonesia)

19

DAFTAR PUSTAKA
A. M Djuliati Suroyo, dkk, Sejarah Maritim Indonesia 1 (Semarang : Jeda, 2007) hlm. 206.
https://wahyuwidodok.blogspot.co.id/
Bakrie, C. R. (2010, Juli 09). Indonesia Maritime Institute. Dipetik Desember 23, 2013, dari
Negara Visi Maritim : http://indomaritimeinstitute.org /2010/07/negara-visi-maritim.
Setiawan, E. (t.thn.). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dipetik Desember 23, 2013,
dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) web site: http://kbbi.web.id/maritim.
UU. No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran.
Inpres V Tahun 2005 Tentang Pengembangan Industri Pelayaran Niaga
Nasional.
Perpres No. 19 Tahun 1960 Tentang Pembentukan Dewan Maritim.
http://dl-lintar.blogspot.co.id/2015/06/sejarah-maritim-indonesia-masa-kolonial.html
http://blogzulkiflirahman.blogspot.co.id/2012/09/makalah-wsbm.html
https://www.academia.edu/8734640/SEJARAH_KEMARITIMAN_INDONESIA
http://maritimemagz.com/budaya-maritim-keluhuran-nusantara/
https://saripedia.wordpress.com/tag/era-pra-kolonial/
http://dl-lintar.blogspot.co.id/2015/06/sejarah-maritim-indonesia-masa-kolonial.html
http://maritimemagz.com/masa-suram-peradaban-maritim-indonesia
http://telusur.metrotvnews.com/read/2015/10/15/441238/riwayat-maritim-indonesia
http://mahasiswamengabdi.blogspot.co.id/2016/04/makalah-kemaritiman-indonesia

Wawasan Sosial Budaya Maritim (Sejarah Kemaritiman Indonesia)

20

LAMPIRAN

Wawasan Sosial Budaya Maritim (Sejarah Kemaritiman Indonesia)

21