Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
2.1.1 Kualitas Audit
Menurut IAI (SPAP, 2014) profesi akuntan publik adalah profesi
yang memberikan jasa yang berhubungan dengan auditing, dimana
profesi ini sangat membutuhkan kepercayaan masyarakat, maka dalam
melaksanakan tugasnya akuntan publik harus senantiasa berpedoman
pada Standar Profesional Akuntan Publik yang telah ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia. Jasa yang diberikan oleh Akuntan Publik
adalah melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan
dan memberikan pendapat atau opini tentang laporan keuangan tersebut
apakah telah wajar dan sesuai dengan Standar Laporan Keuangan yang
ditetapkan IAI.
Informasi yang tersaji dalam laporan keuangan harus bersifat
andal, akurat dan terpercaya dikarenakan informasi tersebut akan
digunakan dalam pengembilan keputusan dan akan dipublikasikan agar
dapat dilihat dan dipelajari oleh pihak – pihak yang berkepentingan
terhadap laporan keuangan tersebut. Untuk mencapai hal tersebut maka
dibutuhkan pihak ketiga yang akan menjembatani pihak – pihak yang

berkepentingan. Pihak ketiga tersebut harus bersifat independen dan
biasanya orang yang dipakai sebagai pihak ketiga adalah auditor.

9

Universitas Sumatera Utara

Apabila hal ini disadari oleh auditor, maka yang menjadi fokus
utama mereka dalam melaksanakan tugasnya adalah kualitas dari
laporan audit yang akan mereka sampaikan, karena semakin berkualitas
laporan audit yang mereka sampaikan, maka akan semakin baik
pengaruh dari laporan tersebut kepada pihak yang mereka audit.
Istilah “kualitas audit” mempunyai arti yang berbeda – beda bagi
setiap orang. Para pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa
kualitas audit yang dimaksud terjadi jika auditor dapat memberikan
jaminan bahwa tidak ada salah saji yang material (no material
misstatements) atau kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan
auditee. Sedangkan, auditor sendiri memandang kualitas audit terjadi
apabila mereka bekerja sesuai dengan standar professional yang ada,
dapat menilai resiko bisnis auditee dengan tujuan untuk meminimalisasi

resiko litigasi, dapat meminimalisasi ketidakpuasan auditee dan
menjaga reputasi auditor.
Kualitas audit adalah kemampuan dari seorang auditor dalam
melaksanakan tugasnya dimana dalam melakukan audit auditor dapat
menemukan kesalahan klien dan melaporkannya serta memberikan
rekomendasi untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) menyatakan
definisi kualitas audit adalah laporan hasil pemeriksaan yang memuat
adanya

kelemahan

dalam

pengendalian

intern,

kecurangan,


penyimpangan, dari ketentuan peraturan perundang – undangan dan

10

Universitas Sumatera Utara

ketidakpatutan dan harus dilengkapi dengan tanggapan dari pimpinan
atau pejabat yang bertanggungjawab pada entitas yang diperiksa
mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang
direncanakan.
Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan
audit telah dibuat secara wajar, lengkap, dan objektif adalah dengan
mendapatkan

review

dan

tanggapan


dari

pejabat

yang

bertanggungjawab pada entitas yang diperiksa. Tanggapan atau
pendapat dari pejabat yang bertanggungjawab tidak hanya mencakup
kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan
terhadap

ketentuan

peraturan

perundang



undangan,


atau

ketidakpatutan yang dilaporkan oleh pemeriksa, tetapi juga tindakan
perbaikan yang direncanakan. Pemeriksaan harus memuat komentar
tersebut dalam laporan auditnya.
Menurut De Angelo yang dikemukakan oleh Castellani (2008:8)
mengemukakan bahwa kualitas audit adalah kemungkinan (probability)
didalam auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang
ada dalam sistem akuntansi klien (auditee). Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) besar akan
berusaha menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan KAP
yang kecil.
Menurut Castellani (2008:8) mengemukakan bahwa ada beberapa
hal yang dijadikan indikator kualitas audit, yaitu (1) perencanaan, (2)

11

Universitas Sumatera Utara


pelaksanaan, (3) administrasi akhir, (4) kemampuan menemukan
kesalahan, (5) keberanian melaporkan kesalahan.
Menururt Wooten yang dikemukakan oleh Sari (2014:13) untuk
mengukur kualitas audit digunakan indikator, yaitu (1) deteksi salah
saji, (2) kesesuaian dengan SPAP, (3) kepatuhan terhadap SOP, (4)
risiko audit, (5) prinsip kehati – hatian, (6) proses pengendalian atas
pekerjaan oleh supervisor, dan (7) perhatian yang diberikan oleh
manajer atau partner.
Widagdo (2002:18) melakukan penelitian tentang atribut – atribut
kualitas audit oleh kantor akuntan publik yang mempunyai pengaruh
terhadap kepuasan auditee. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 7
atribut kualitas audit yang berpengaruh terhadap kepuasan auditee,
antara lain pengalaman melakukan audit, memahami indrutri auditee,
responsif atas kebutuhan auditee, taat pada standar umum, komitmen
terhadap kualitas audit dan keterlibatan komite audit. Sedangkan 5
atribut lainnya yaitu independensi, sikap hati – hati, melakukan
pekerjaan lapangan dengan tepat, standar etika yang tinggi dan tidak
mudah percaya, tidak berpengaruh terhadap kapuasan auditee.

2.1.2 Teori Motivasi

Menurut Robbins (2008:222) motivasi (motivations) adalah
proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang
individu untuk mencapai tujuannya.

12

Universitas Sumatera Utara

Motivasi dapat diartikan sebagai faktor pendorong yang berasal
dari dalam diri manusia, yang mempengaruhi cara bertindak seseorang,
maka motivasi kerja akan berpengaruh terhadap performansi kerja.
Tiga elemen utama dalam defenisi motivasi diatas adalah
intensitas, arah dan ketekunan untuk mencapai suatu tujuan. Intensitas
berhubungan dengan seberapa giat seseorang berusaha untuk mencapai
tujuannya. Arah berhubungan dengan apa yang akan kita tuju.
Sedangkan ketekunan merupakan ukuran mengenai berapa lama
seseorang bisa memepertahankan usahanya dalam mencapai tujuannya
(Robbins, 2008:223).
Menurut


teori

kebutuhan

oleh

David

McClelland

yang

dikemukakan oleh Robbins(2008:182) mengemukakan bahwa dalam
menjalankan

tugasnya

banyak

karyawan


yang

membutuhkan

penghargaan atas apa yang mereka kerjakan, karena dengan adanya
penghargaan yang mereka terima maka mereka akan merasa lebih
termotivasi lagi dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawab mereka.
Selain itu juga, pada situasi – situasi tertentu mereka ingin mendapatkan
tanggung jawab untuk menyelesaikan atau mencari sebuah solusi dari
sebuah masalah yang sedang terjadi, karena dengan demikian mereka
akan mendapat umpan balik dan mereka dapat menentukan apakah
mereka berkembang atau tidak. Karyawan yang demikian lebih
menyukai tantangan daripada menerima hasil dari individu lain.

13

Universitas Sumatera Utara

Belakangan ini ada sebuah teori motivasi yang paling diterima

yaitu teori harapan (expectancy theory) menurut Victor Vroom yang
dikemukakan oleh Robbins (2008:253) bahwa motivasi merupakan
akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan
yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil
yang diinginkannya tersebut. Artinya, apabila seseorang sangat
menginginkan

sesuatu,

dan

jalannya

tampak

terbuka

untuk

memperolehnya maka yang bersangkutan akan berupaya untuk

mendapatkannya.
Dari kedua teori diatas dapat disimpulkan bahwa karyawan
memiliki kebutuhan dan harapan atas apa yang mereka kerjakan baik
untuk memenuhi kebutuhan individu mereka maupun kebutuhan
pekerjaan mereka.

2.1.3 Komite Audit
2.1.3.1 Definisi dan Karakteristik Komite Audit
Responsibility Konsep komite audit mulai diperkenalkan
kepada dunia usaha di Amerika Serikat pada tahun 1930-an.
Kemudian pada tahun 1970-an, New York Stock Exchange
(NYSE) mulai mewajibkan keberadaan komite audit sebagai
persyaratan pencatatan, sejak itu banyak Negara yang membuat
ketentuan

mengenai

komite

audit.

Sejalan

dengan

kecenderungan internasional tersebut, persyaratan seperti ini
juga telah ditetapkan di Indonesia melalui pedoman Good

14

Universitas Sumatera Utara

Corporate Governance (GCG) yang diterbitkan pada bulan Mei
2002.
Menurut

keputusan

Menteri

BUMN

Nomor

KEP-

103/MBU/2002 (bagi BUMN) komite audit terdiri dari
sedikitnya tiga orang, diketuai oleh komisaris independen
perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen serta
menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan.
Menurut KNKG (2006), jumlah komite audit harus disesuaikan
dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan
efektifitas dalam pengambilan keputusan.
Komite audit timbul sebagai akibat peran pengawas dan
akuntabilitas dewan komisaris perusahaan pada umumnya
belum memadai. Komite audit adalah organ tambahan yang
diperlukan

dalam

pelaksanaan

prinsip

Good

Corporate

Governance (GCG). Komite ini dibentuk oleh dewan komisaris
untuk melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap
perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan
pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas penting
berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Anggota komite
audit harus memiliki keahlian yang memadai. Komite audit
memiliki kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data
perusahaan.

15

Universitas Sumatera Utara

Komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara
independen. Independensi komite audit tidak dapat dipisahkan
dari moralitas yang melandasi integritasnya, hal ini perlu
disadari

karena

komite

audit

merupakan

pihak

yang

menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga
sekaligus menjembatani antara fungsi pengawasan dewan
komisaris dengan internal auditor.
Komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu
atau lebih anggota dewan komisaris. Anggota komite audit dapat
berasal

dari

kalangan

luar

dengan

berbagai

keahlian,

pengalaman dan kualitas lainnya yang dibutuhkan guna
mencapai tujuan komite audit. Komite audit harus bebas dari
pengaruh direksi, eksternal auditor dan hanya bertanggung
jawab kepada dewan komisaris (Surya dan Yustiavandana,
2006:145).
Kebutuhan akan komite audit disebabkan oleh belum
memadainya peran pengawasan dan akuntabilitas dewan
komisaris perusahaan. Pemilihan anggota dewan komisaris yang
berdasarkan

kedudukan

dan

kekerabatan

menyebabkan

mekanisme check and balance terhadap direksi tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Fungsi audit internal dan eksternal
belum berjalan optimal mengingat secara struktural, auditor
berada pada posisi yang sulit untuk bersikap independen dan

16

Universitas Sumatera Utara

objektif. Oleh karena itu, muncul tuntutan adanya auditor
independen dan komite audit timbul untuk memenuhi tuntutan
tersebut.
2.1.3.2 Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Komite Audit
Menurut

Surya

dan

Yustiavandana

(2006:148)

mengemukakan bahwa komite audit mempunyai tanggung
jawab pada tiga bidang, yaitu :
1. Laporan Keuangan (financial reporting)
Laporan Keuangan ( financial reporting) Tanggung jawab
komite audit di bidang laporan keuangan adalah untuk
memastikan bahwa laporan yang dibuat manajemen telah
memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi
keuangan, hasil usaha, rencana dan komitmen perusahaan
jangka panjang.
2. Tata Kelola Perusahaan ( corporate governance )
Tanggung jawab komite audit dalam bidang tata kelola
perusahaan adalah untuk memastikan bahwa perusahaan
telah dijalankan sesuai undang – undang dan peraturan
yang berlaku dan etika, melaksanakan pengawasan secara
efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan
yang dilakukan oleh karyawan perusahaan.
3. Pengawasan Perusahaan ( corporate control )
Komite audit bertanggung jawab untuk pengawasan
perusahaan termasuk didalamnya hal – hal yang
berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian
intern serta memonitor proses.
Sedangkan menurut pedoman GCG, tugas dan tanggung
jawab komite audit adalah :
1. Mendorong terbentuknya struktur pengawasan intern yang
memadai dan dengan adanya pengawasan intern ditujukan
untuk

mewujudkan

prinsip

pertanggungjawaban

(responsibility).

17

Universitas Sumatera Utara

2. Meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan keuangan,
dimana prinsip transparansi (transparancy) dikembangkan
dalam tugas ini.
3. Mengkaji ruang lingkup dan ketepatan eksternal audit,
kewajaran biaya eksternal audit, serta kemandirian dan
objektivitas eksternal auditor. Komite audit dalam hal ini
menjalankan prinsip akuntabilitas (accountability).
4. Mempersiapkan surat uraian tugas dan tanggung jawab
komite audit selama tahun buku yang sedang diperiksa
eksternal

audit,

hal

ini

terkait

dengan

prinsip

pertanggungjawaban (responsibility).
Komite audit juga memiliki wewenang, yaitu :
1. Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup
tugasnya.
2. Mencari informasi yang relevan dari setiap karyawan.
3. Mengusahakan saran hukum dan profesional lainnya
yang independen apabila dipandang perlu.
4. Mengundang kehadiran pihak luar dengan pengalaman
sesuai, apabila dianggap perlu.
Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada
dibawah dewan komisaris. Keberadaan komite audit dalam
suatu perseroan terbatas untuk membantu pemberdayaan
(empowerment)

dewan

komisaris.

Oleh

karena

itu,

18

Universitas Sumatera Utara

pertanggungjawaban komite audit adalah kepada dewan
komisaris.
2.1.3.3 Karakteristik Komite Audit
Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris dengan
beberapa karakteristik karakteristik tertentu yaitu ukuran komite
audit, independensianggota komite audit, frekuensi pertemuan
komite audit, dan jumlah ahlikeuangan dalam komite audit.
Karakteristik komite audit erat hubungannyadengan kinerja
komite audit.
Komite audit dengan karakteristik yang baik akan
menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien. Anggraeni
(2010:4) mengemukakan bahwaEfektivitas kinerja dari komite
audit dapat diukur melalui beberapa hal, yaitu :
1. Ukuran Komite Audit
Ukuran komite audit adalah jumlah seluruh anggota
komite audit. Jumlah anggota komite audit memiliki kaitan
yang erat dengan seberapa banyak sumber daya yang
dialokasikan untuk menghadapi permasalahan yang
dihadapi perusahaan. Komite audit haruslah memiliki
jumlah yang memadai untuk mengemban tanggung jawab
pengendalian dan pengawasan aktivitas manajemen puncak.
Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK No.IX.1.5
mengenai “Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja
Komite Audit” menyatakan bahwa emiten atau perusahaan
publik wajib memiliki komite audit. Komite audit memiliki
minimal tiga orang anggota yang terdiri dari satu orang
komisaris independen yang bertugas sebagai ketua komite
audit dan dua orang anggota independen dari luar
perusahaan. Namun Jumlah efektif yang direkomendasikan
KNKG adalah 3-5 orang (KNKG, 2006).
Komite audit yang memiliki sedikit anggota
cenderung dapat bertindak lebih efisien dan efektif, tetapi
komite audit dengan anggota terlalu sedikit memiliki

19

Universitas Sumatera Utara

kelemahan yaitu minimnya pengalaman anggotanya.
Komite audit dengan ukuran yang tepat memungkinkan
anggotanya untuk menggunakan pengalaman dan keahlian
mereka untuk kepentingan yang terbaik bagi pemegang
saham.
2. Independensi Komite Audit
Sukrisno (2012: 4), menjelaskan Independensi adalah:
“Independensi artinya tidak mudah dipengaruhi, karena
auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan
umum.” Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa auditor
tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa pun,
sebab bagaimanapu sempurnanya keahlian teknis yang
dimiliki, auditor akan kehilangan sikap tidak memihak yang
justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan
pendapatanya. Pengertian independensi juga terdiri dari tiga
jenis yaitu:
a. Independensi dalam penampilan (Independent In
Appearance) merupakan independensi yang selama
bertugas selalu menghindari keadaan yang dapat
menyebabkan pihak lain meragukan independensinya.
b. Independensi dalam kenyataan/fakta (Independent In
Fact) merupakan sikap auditor dalam menjalankan
tugasnya selalu mematuhi kode etik internal auditor dan
professional framework of internal auditor.
c. Independensi dalam pikiran (Independent In Mind)
merupakan sudut pandang keahlian terkait erat dengan
kecakapan professional auditor.
Dari ketiga pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa
independensi yaitu sikap mental yang bebas dari pengaruh,
tidak dikendalikan oleh pihak lain, serta tidak bergantung
pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran
dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan
objektif Independensi anggota.
Komite audit dapat dilihat dari persyaratan
keanggotaan komite audit, seprti tertuang dalam Peraturan
No. IX.1.5 tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan
kerja Komite Audit, lampiran ketua Bapepam No.
29/PM/2000. Menurut Islahuzzaman (2012), Independensi
adalah: “Auditor yang independen adalah auditor yang tidak
dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar
diri auditor dalam mempertimbangkan fakta yang
dijumpainya dalam audit. Independensi lebih banyak
ditentukan faktor luar diri auditor.”
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa auditor dalam
penugasannya harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan
yang menimbulkan konflik kepentingan atau menimbulkan

20

Universitas Sumatera Utara

prasangka yang meragukan untuk dapat melaksanakan tugas
dan profesinya secara objektif.
3. Frekuensi Pertemuan Komite Audit
Pertemuan komite audit merupakan hal penting bagi
kesuksesan komite audit. Komite audit juga mengadakan
pertemuan eksekutif dengan pihak-pihak luar keanggotaan
komite audit yang diundang sesuai dengan keperluan atau
secara periodik. Pihak-pihak luar tersbut antara lain
komisaris, manajemen senior, kepala auditor internal, dan
kepala auditor eksternal.
Pertemuan komite audit adalah frekuensi pertemuan
komite audit. Dalam setiap audit committee charter yang
dimiliki oleh masing-masing anggota, komite audit akan
mengadakan pertemuan untuk rapat secara periodik dan
dapat mengadakan rapat tambahan atau rapat-rapat khusus
bila diperlukan. Pertemuan secara periodik ini sebagaimana
ditetapkan oleh komite audit sendiri dan dilakukan
sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan rapat dewan
komisaris yang ditentukan dalam anggaran dasar
perusahaan. Komite audit biasanya perlu mengadakan
pertemuan tiga sampai empat kali dalam satu tahun untuk
melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya (FCGI,
2002).
Komite audit juga dapat mengadakan pertemuan
eksekutif dengan pihak-pihak luar keanggotaan komite
audit yang diundang sesuai dengan keperluan atau secara
periodik. Pihak-pihak luar tersebut antara lain komisaris,
manajemen senior, kepala auditor internal dan kepala
auditor eksternal.
Hasil rapat komite audit dituangkan dalam risalah
rapat yang ditandatangani oleh semua anggota komite audit.
Ketua komite audit bertanggung jawab atas agenda dan
bahan-bahan pendukung yang diperlukan serta wajib
melaporkan aktivitas pertemuan komite audit kepada dewan
komisaris.
Frekuensi dan isi pertemuan tergantung pada tugas
dan tanggungjawab yang diberikan kepada komite audit.
Jumlah pertemuan ditentukan berdasarkan ukuran
perusahaan dan besarnya tugas yang diberikan kepada
komite audit. Komite audit biasanya perlu untuk
mengadakan pertemuan tiga sampai empat kali dalam satu
tahun
untuk
melaksanakan
kewajiban
dan
tanggungjawabnya (FCGI, 2002). Pada umumnya komite
audit melakukan pertemuan tiga sampai empat kali dalam
setahun yaitu sebelum laporan keuangan dikeluarkan,

21

Universitas Sumatera Utara

sesudah pelaksanaan audit, dan sesudah laporan keuangan
dikeluarkan, serta sebelum RUPS tahunan (Ataina, 2000).
4. Kompetensi Komite Audit
Kompetensi merupakan professional yang mempunyai
latar belakang pendidikan dan berpengalaman dalam bidang
akuntansi dan auditing. Menurut Hiro Tugiman (2006) :
“Peningkatan kompetensi internal auditor secara signifikan
dilakukan melalui program sertifikasi profesi, baik
sertifikasi tingkat nasional maupun internasional.”
Berdasarkan pendapat di atas untuk pengembangan
kompetensi Komite Audit dibutuhkan keahlian dan
pelatihan, namun tetap mengikuti perkembangan zaman dan
terus menjaga tingkat kemampuannya salama karier
profesinya.
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Nomor: PER211/K/JF/2010 tentang standar kompetensi auditor bahwa:
“Kompetensi auditor adalah ukuran kemampuan minimal
yang harus dimiliki auditor yang mencakup aspek
pengetahuan (knowledge), keterampilan/keahlian (skill) dan
sikap perilaku (attitude) untuk dapat melakukan tugas-tugas
dalam jabatan fungsional auditor dengan hasil baik.
Berdasarkan keputusan diatas seorang auditor
diakatakan kompeten jika memiliki pengetahuan,
keterampilan/keahlian, dan sikap perilaku yang sesuai
dengan peraturan yang telah ditentukan agar dapat
melakukan tugas-tugasnya dengan baik. Kompetensi
seseorang juga memiliki pengaruh positif terhadap
pekerjaan yang dilakukannya yaitu sejauh mana peran orang
itu dapat dinilai sebagai individu dalam pengambilan
keputusan dan efektif dalam penyelesaian pekerjaannya.
2.1.4 Stres Kerja
Struktur Pekerjaan audit harus dilakukan oleh auditor yang
profesional, artinya audit harus dilakukan oleh orang yang memiliki
pengetahuan dan kemampuan teknis yang disyaratkan demi menjamin
kegiatan audit dilakukan secara efektif, efisien, ekonomis dan
berkualitas. Demi menjamin terwujudnya kegiatan audit tersebut,

22

Universitas Sumatera Utara

seorang auditor diharapkan memiliki tingkat ketelitian yang tinggi, rasa
ingin tahu yang tinggi, serta memiliki jiwa pantang menyerah.
Di sisi lain, kualitas audit tidak dapat dipisahkan dari keberadaan
auditor dan kondisi lingkungan kerja yang dihadapi pada saat itu.
Maksudnya adalah dimana kondisi lingkungan kerja di sini bisa berasal
dari lingkungan dalam yakni sifat bawaan yang melekat pada individu
auditor seperti pengetahuan, usia, pendidikan dan sebagainya, dan
lingkungan luar auditor misalnya teman sejawat, atasan, pihak yang
diaudit (auditee), pihak yang mempunyai kepentingan dengan audit.
Tuntutan dan lingkungan kerja yang dihadapi auditor ketika
menjalankan tugas audit sangat dinamis, sehingga tidak semua tuntutan
tersebut dapat dipenuhi auditor. Lingkungan kerja yang dihadapi
auditor juga membutuhkan penyesuaian, dan belum tentu dapat juga
dipenuhi oleh auditor. Kondisi tersebut apabila tidak ditemukan jalan
keluarnya dapat menimbulkan stress pada diri auditor.
Jika mengalami stres, auditor tidak mampu bekerja dengan baik
yang berakibat pada temuan audit menjadi tidak akurat, saran atau
rekomendasi yang diberikan tidak tepat. Oleh karena itu, stres yang
dialami auditor sangat merugikan organisasi yang diaudit, dimana hasil
auditnya tidak dapat digunakan untuk menghilangkan masalah yang
dihadapi organisasi dan bagi organisasi audit juga dirugikan karena
audit yang dilakukan auditor tidak ekonomis atau terjadi pemborosan.

23

Universitas Sumatera Utara

Menurut Robbins (2008:320) mengemukakan bahwa stres adalah
suatu kondisi dinamik dimana seorang individu dikonfrontasikan
dengan suatu peluang, kendala (constaints), ataupun tuntutan (demands)
yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang
hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting.
Tuntutan – tuntutan atau faktor – faktor lingkungan yang
menimbulkan stres disebut stressor. Dengan kata lain stressor adalah
suatu prasyarat untuk mengalami respon stres. Respon stres adalah
suatu langkah yang penting dan perlu dalam upaya untuk mengatasi
stres secara efektif. Istilah respon stres menggambarkan serangkaian
respon yang berbeda yang dibuat oleh tubuh manusia terhadap tuntutan
atau tekanan yang dihadapinya. Stres yang terlalu besar dapat
mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Sebagai hasilnya, pada diri karyawan berkembang berbagai gejala stres
yang dapat mengganggu pekerjaan karyawan.
Menurut Nimran (2004:102) mengemukakan bahwa stres kerja
dapat diukur dengan beberapa komponen indikator, yaitu konflik peran,
kelebihan beban kerja, waktu kerja, ketidakjelasan peran dan pengaruh
pimpinan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anatan
(2007:55) mengemukakan bahwa stres kerja terjadi jika tuntutan kerja
melebihi kemampuan atau kapasitas yang dimiliki seorang karyawan.
Pemberian beban kerja yang berlebihan terhadap pegawai dapat

24

Universitas Sumatera Utara

menimbulkan stres yang berkepanjangan, yaitu kondisi atau keadaan
yang tidak menyenangkan yang dihadapi oleh setiap orang baik secara
fisik maupun mental.
Menurut Gitosudarmo dan Sudito (2000:54) mengemukakan
bahwa:
stres mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positif
pada tingkat rendah sampai moderate dapat berperan sebagai
motivasi karyawan untuk meningkatkan kinerjanya, sedangkan
dampak negatif stres pada tingkat tinggi (overstress) adalah
kinerja karyawan menurun secara drastis. Kondisi ini terjadi
karena karyawan akan lebih banyak menggunakan tenaganya
untuk melawan stres daripada untuk melakukannya.
Menurut Robbins (2008:370) mengemukakan bahwa ada tiga
kategori potensi pemicu stres kerja, yaitu :
1. Faktor-faktor lingkungan
a. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian
ekonomi.
b. Ketidakpastian politik.
c. Peubahan teknologi dikarenakan inovasi-inovasi baru
yang dapat membuat bentuk inovasi teknologi lain yang
serupa merupakan ancaman bagi banyak orang dan
mengalibatkan stres.
2. Faktor-faktor perusahaan
a. Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan
pekerjaan sesorang, kondisi kerja dan tata letak fisik
pekerjaan.
b. Tututan peran adalah beban peran yang berlebihan dialami
ketika karyawan diharapkan melakukan lebih banyak
daripada waktu yang ada. Ambiguitas peran dimana
ekspektasi peran tidak dipahami secara jelas dan karyawan
tidak yakin apa yang hatus dikerjakan.
c. Tuntutan antar pribadi yaitu tekanan yang diciptakan oleh
karyawan lain, tidak adanya dukungan dari kolega dan
hubungan antarpribadi yang buruk.
3. Faktor-faktor pribadi
Faktor pribadi menyangkut masalah keluarga, ekonomi
pribadi serta karakter yang melekat dalam diri seseorang.

25

Universitas Sumatera Utara

Menurut

Sedarmayanti

(2011:59)

mengungkapkan

bahwa

memungkinkan menyebabkan timbul dan berkembangnya stres adalah
hal-hal yang berhubungan dengan: cara hidup, cara mengadakan
rekreasi, cara bekerja, sifat pekerjaan, harapan untuk berprestasi
kegagalan berprestasi, dan cuaca. Cara bekerja dan sifat pekerjaan,
harapan berprestasi dan kegagalan berprestasi merupakan situasi yang
secara nyata dialami dan harus dihadapi oleh pegawai.
Beberapa gejala stress dalam pekerjaan meliputi hal - hal sebagai
berikut :
a. Tidak merasa dihargai atas pekerjaan mereka, tidak mengetahui
bagaimana merayakan kesuksesan.
b. Mereka merasa hidup mereka tidak seimbang, terlalu banyak energi
difokuskan pada pekerjaan dan terlalu sedikit untuk keluarga dan
pribadi.
c. Perasaan bahwa tidak peduli seberapa banyak mereka bekerja, tetap
tidak mencukupi.
d. Adanya biaya perawatan kesehatan yang berkaitan dengan stres.
e. Adanya perasaan bahwa atasan mereka tidak memperdulikan
mereka.
f. Malu untuk mendiskusikan permasalahan pribadi mereka ditempat
kerja.
g. Selalu memikirkan bagaiman melindungi karir mereka dari pada
melayani pelanggan.

26

Universitas Sumatera Utara

h. Tidak mengikuti aturan yang ada.
i. Membicarakan

ketidaksetujuan

melalui

saluran

komunikasi

informal yang bukan formal.
2.1.5 Pergantian Auditor
Pergantian

auditor

merupakan

perpindahan

auditor

atau

perpindahan KAP yang dilakukan oleh perusahaan klien. Pergantian
auditor ini dapat terjadi karena adanya regulasi dari pemerintah yang
membatasi pemberian jasa audit yang diatur dalam Keputusan Menteri
Keuangan No. 17/PMK.01/2008, dimana pemberi jasa audit umum atas
laporan keuangan dari entitas dilakukan KAP paling lama 6 (enam)
tahun buku berturut – turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling
lama 3 (tiga) tahun buku berturut – turut, sehingga perusahaan memiliki
beberapa alasan dan pertimbangan sehingga melakukan pergantian
auditor tersebut. Jika suatu pergantian auditor terjadi karena
pelaksanaan regulasi terkait dengan pembatasan jasa audit maka
pergantian

tersebut

diistilahkan

dengan

rotasi

audit.

Menurut

Damayanti (2007: 2) mengemukakan bahwa jika suatu pergantian
auditor dilakukan bukan karena masa pemberian jasa audit sesuai
regulasi telah selesai tetapi karena alasan di luar itu maka diistilahkan
sebagai pergantian auditor yang disebut auditor switching. Penelitian
ini membatasi diri pada kajian tentang pergantian auditor yang
disebabkan bukan karena adanya regulasi dari pemerintah.

27

Universitas Sumatera Utara

Regulasi terkain dengan jasa akuntan publik di Indonesia diatur
dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 43/KMK.017/1997, kemudian
diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 470/KMK.017/1999.
Regulasi ini kemudian diubah kembali dengan Keputusan Menteri
Keuangan No. 423/KMK.06/2002, di mana salah satu hal yang diatur
dalam KMK ini adalah bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan
keuangan dari satu entitas dilakukan Kantor Akuntan Publik (KAP)
paling lama 5 (lima) tahun berturut – turut dan oleh akuntan publik
paling lama untuk 3 (tiga) tahun. Regulasi ini kemudian disempurnakan
kembali dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008,
dimana pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu
entitas dilakukan oleh KAP paling lama 6 (enam) tahun buku berturut –
turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama 3 (tiga) tahun buku
berturut – turut.
Menurut Mardiyah (2003:23) mengemukakan bahwa selain
karena adanya regulasi dari pemerintah, ada alasan lain yang
mempengaruhi manajemen perusahaan untuk mengganti auditor atau
KAPnya antara lain karena manajemen merasa opini yang disampaikan
auditor tidak sesuai dengan yang diinginkan, disamping itu juga karena
adanya tekanan keuangan dalam perusahaan. Misalnya, perusahaan
cenderung membuat income naik saat laporan keuangan distress, yaitu
dengan mengubah metode akuntansi dibanding jika kondisi keuangan
perusahaan sehat. Dalam kondisi seperti ini (terdapat bad news dalam

28

Universitas Sumatera Utara

laporan keuangan), maka perusahaan akan mencari auditor baru. Bila
dilihat dari sudut pandang perusahaan sebagai klien, manajemen
memerlukan auditor yang kompeten sesuai dengan PABU (Prinsip –
prinsip Auditing yang Berlaku Umum). Jika auditor mempunyai
kredibilitas, maka auditor bisa mendeteksi adanya penyajian kesalahan
yang material dan memberikan nasehat kepada pihak manajemen
perusahaan. Implikasi selanjutnya jika auditor yang dipilih berkualitas,
maka shareholders akan puas dengan kinerja manajemen.
Klien yang diaudit oleh KAP baru mungkin akan merasa lebih
puas bila dibandingkan dengan KAP yang lama. Terdapat banyak
alasan mengenai hal tersebut, antara lain sebagai berikut :
a. Adanya kecenderungan perusahaan melakukan pergantian auditor
karena merasa kurang puas dengan pelayanan yang diberikan KAP
sebelumnya, atau karena mereka menghadapi berbagai kendala
dengan KAP sebelumnya.
b. Adanya ketidakpastian pada sebagian manajemen klien tentang
kualitas pelayanan yang diberikan oleh KAP dan hasilnya ada
dorongan yang kuat pada KAP untuk mengutamakan pelayanan
pada klien yang baru didapatkannya. Klien baru mungkin
menerima perhatian khusus dan klien baru tersebut menikmati
perhatian tersebut.
c. Auditor banyak menurunkan fee mereka untuk memperoleh klien
baru. Pada awal tahun beberapa klien percaya bahwa mereka akan

29

Universitas Sumatera Utara

memperoleh keuntungan dari penurunan fee tersebut, sehingga
tingkat kepuasan mereka juga akan meningkat.
d. Adanya penurunan hasil usaha menyebabkan perusahaan akan
mempertimbangkan untuk melakukan pergantian auditor, dan
biasanya

untuk

menghemat

pengeluaran

perusahaan

maka

perusahaan akan mengganti KAP-nya dengan KAP

yang

menawarkan fee yang lebih rendah.
Hasil penelitian Behn yang dikemukakan dalam Hanafi (2004:21)
menunjukkan bahwa pergantian auditor mempengaruhi kepuasan klien.
Seorang auditor baru akan cenderung memperlihatkan kinerjanya pada
tahun – tahun pertama saat auditor melakukan audit. Pada awal tahun
kontrak pelaksanaan audit, auditor baru akan berusaha mencari tahu
kinerja

auditor

lama

dan

untuk

itu

auditor

baru

akan

membandingkannya dengan kinerja yang mungkin dapat dicapainya.
Harapan seorang auditor baru adalah pelaksanaan audit sebaik –
baiknya, tanpa mengurangi sikap profesionalnya sebagai seorang
auditor, hal tersebut dilakukan karena kainginan auditor memenuhi
harapan dan memuaskan klien.
Beberapa penyebab klien berpindah auditor atau KAP seperti
yang dinyatakan dalam Tampubolon (2011:33), adalah sebagai berikut :
1. Merger antara dua perusahaan yang Kantor Akuntan Publiknya
berbeda. Dua perusahaan yang meger dan diaudit oleh KAP
yang berbeda, dapat menyebabkan perusahaan tersebut
meneruskan pada salah satu KAP terdahulu atau menunjuk KAP
baru.

30

Universitas Sumatera Utara

2. Ketidakpuasan terhadap Kantor Akuntan Publik yang terdahulu,
misalnya :
a. Klien merasa fee KAP lama terlalu tinggi dan klien merasa
keberatan.
b. Klien membutuhkan jasa professional yang lebih luas yang
tidak sekedar audit atas laporan keuangan saja, tetapi jasa
profesi lainnya.
c. Klien mencari KAP yang kredibilitasnya tinggi untuk
meningkatkan kredibilitas laporan keuangan dimata
pemakainya.
d. Tuntutan lembaga yang berwenang, misalnya : Bapepam,
Dirjen Pajak dan sebagainya agar laporan keuangan
perusahaan tersebut diaudit oleh KAP yang berlisensi dari
lembaga tersebut.
e. Adanya ketidakpastian pada sebagian manajemen klien
tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh KAP,
sehingga ada dorongan yang kuat pada KAP untuk
mengutamakan pelayanan pada klien yang baru
didapatkannya. Klien baru mungkin menerima perhatian
khusus dan klien baru tersebut menikmati perhatian
tersebut.
3. Merger antar Kantor Akuntan Publik. Adanya merger dari dua
atau lebih KAP dapat berakibat pada berpindahnya klien yang
mereka miliki sebelumnya, hal ini menyebabkan merger antar
KAP tersebut menjadi lebih besar dan klien tidak dapat
mengimbangi keinginan KAP yang merger tersebut sehingga
klien berpindah ke KAP lain.
2.1.6 Biaya Eksternal Audit
Fee audit adalah besaran biaya yang diterima oleh auditor dengan
mempertimbangkan berbagai hal seperti kompleksitas jasa yang
diberikan, tingkat keahlian dan lain – lain.
Menurut Agoes (2012:18) fee audit adalah :
“Besarnya biaya tergantung antara lain penugasan, kompleksitas
jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan
pertimbangan profesional lainnya.”

31

Universitas Sumatera Utara

Menurut Agoes (2009:18) mengemukakan bahwa indikator dari
fee audit dapat diukur dari beberapa hal, seperti :
1. resiko penugasan,
2. kompleksitas jasa yang diberikan,
3. struktur biaya Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan dan
pertimbangan profesi lainnya,
4. ukuran Kantor Akuntan Publik.
Di Indonesia besarnya fee audit masih menjadi perbincangan
yang cukup panjang, mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti yang disebutkan di atas. Selain faktor tersebut, dalam
menetapkan imbalan jasa atau fee audit, Akuntan Publik harus
mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut :
1. kebutuhan klien,
2. tugas dan tanggungjawab menurut hukum (statutory duties),
3. independensi,
4. tingkat keahlian (levels of expertise),
5. tanggung jawab,
6. banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif
digunakan Akuntan Publik.
Penetapan jasa audit yang dilakukan oleh KAP biasanya didasari
perhitungan dari biaya pokok pemeriksaan yang terdiri dari biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri biaya tenaga,
yaitu : Manager, Supervisor, Auditor Senior dan Auditor Junior. Untuk
biaya tidak langsung, seperti : percetakan, biaya penyusutan komputer,
gedung dan asuransi.

32

Universitas Sumatera Utara

Selain itu, dalam menetapkan imbalan jasa atau fee audit,
Akuntan Publik juga harus memperhatikan tahapan – tahapan pekerjaan
audit dan tahap pelaporan.
Besarnya fee audit yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik
merupakan salah satu objek yang menarik untuk diteliti. Selama dua
dekade terakhir penelitian mengenai pasar jasa audit telah tumbuh
secara signifikan. Namun, penelitian mengenai fee audit di Negara –
Negara berkembang masih jarang dilakukan. Di Indonesia sendiri
penelitian mengenai fee audit mungkin dilakukan tetapi tidak
terpublikasikan di jurnal ilmiah.
Menurut De Angelo yang dikemukakan oleh Rizqiah (2011:15)
mengemukakan bahwa :
fee audit merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi karena
tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti,
ukuran perusahaan klien, kompleksitas jasa audit yang dihadapi
auditor, risiko audit yang dihadapi auditor dari klien serta nama
Kantor Akuntan Publik yang melakukan jasa audit.
Menurut Sankaraguruswamy et al. (2003:9) fee audit merupakan
pendapatan yang besarnya bervariasi tergantung dari beberapa faktor
dalam penugasan audit seperti, keuangan klien, ukuran perusahaan
klien, ukuran auditor (KAP), keahlian yang dimiliki auditor tentang
industry, serta efisiensi yang dimiliki auditor.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat
Keputusan No.KEP.024/IAPI/VII/2008 pada tanggal 2 Juli 2008
tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit. Dalam bagian lampiran 1

33

Universitas Sumatera Utara

dijelaskan bahwa panduan ini dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh
Anggota Institusi Akuntan Publik Indonesia yang menjalankan praktik
sebagai akuntan publik dalam menetapkan besaran imbalan yang wajar
atas jasa profesional yang diberikannya.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam menetapkan imbalan jasa
yang wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam
jumlah yang pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan
tuntutan standar profesional akuntan publik yang berlaku. Imbalan jasa
yang terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih rendah dari yang
dikenakan oleh auditor atau akuntan pendahulu atau dianjurkan oleh
auditor atau akuntan lain, akan menimbulkan keraguan mengenai
kemampuan dan kompetensi anggota dalam menerapkan standar teknis
dan standar professional yang berlaku.
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti
Dwilita
(2008)

Hartadi
(2009)

Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Analisis
Pengaruh
Motivasi, Stres
dan Rekan Kerja
Tehadap Kinerja
Auditor di
Kantor Akuntan
Publik Medan

Variabel Independen :
Motivasi, stres kerja dan
rekan kerja
Variabel Dependen :
Kinerja Auditor

Pengaruh fee
Audit, Rotasi
KAP, dan
Reputasi Auditor

Variabel Independen :
Fee Audit, Rotasi KAP,
dan Reputasi KAP
Variabel Dependen :

Hasil Penelitian
Motivasi tidak berpengaruh
signifakan terhadap kualitas
kinerja auditor.
Stres kerja berpengaruh
signifikan terhadap kualitas
kinerja auditor.
Rekan kerja tidak
berpengaruh sigifikan
terhadap kualitas kinerja
auditor.
Fee audit berpengaruh
signifikan terhadap kualitas
audit. Rotasi KAP tidak
berpengaruh signifikan

34

Universitas Sumatera Utara

Nama
Peneliti

Judul Penelitian

Terhadap
Kualitas Audit Di
Bursa Efek
Indonesia
Rustriarini Komite Audit
(2011)
dan Kualitas
Audit : Kajian
Berdasarkan
Karakteristik,
Kompetensi dan
Aktivitas Komite
Audit.

Badjuri
(2012)

Purba
(2013)

Variabel Penelitian
Kualitas audit

Variabel Independen :
Karakteristik Komite
Audit (usia dan gender),
Kompetensi Komite
Audit (independensi,
tingkat pendidikan,
keahlian di bidang
akuntansi dan
pengalaman
kerja) dan Aktivitas
Komite Audit (frekuensi
pertemuan, jumlah
anggota dan komitmen
waktu)
Variabel Dependen :
Kualias Audit
Analisis Faktor – Variabel Independen :
faktor yang
Pengalaman kerja
Mempengaruhi
auditor, Independensi,
Kualitas Hasil
Obyektivitas, Integritas
Pemeriksaan
auditor, Kompetensi
Audit Sektor
auditor
Publik (Studi
Variabel Dependen :
Empiris pada
Kualitas hasil
BPKBPerwakilan Pemeriksaan
Jawa Tengah)
Pengaruh Fee
Variabel Independen :
Audit dan
Fee audit dan
Pengalaman
pengalaman auditor
Auditor
eksternal
Eksternal
Variabel Dependen :
Terhadap
Kualitas Audit
Kualitas Audit

Hasil Penelitian
terhadap kualitas audit dan
reputasi KAP tidak
berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa usia,
gender, tingkat pendidikan,
keahlian dibidang akuntansi
dan frekuensi pertemuan
berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit,
sedangkan independensi,
komitmen waktu,
pengalaman kerja dan jumlah
anggota tidak berpengaruh
terhadap kualitas audit

Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa
integritas dan kompetensi
audit sektor publik
berpengaruh signifikan
Integritas auditor, c v
Variabel Dependen :
Kualitas hasil pemeriksaan

Secara parsial, fee audit
berpengaruh signifkan
terhadap kualitas audit, ketika
fee audit yang diterima tinggi
maka kualitas yang dihasilkan
akan baik. Secara parsial,
pengalaman auditor eksternal
berpengaruh terhadap kualitas
audit. Semakin banyak
pengalaman auditor eksternal
dalam bidang audit maka kualit
audit yang dihasilkan
menjadi lebih baik. Secara
simultan, fee audit dan
pengalaman auditor eksternal
berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.

35

Universitas Sumatera Utara

2.3

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menjelaskan
hubungan suatu teori dengan faktor – faktor penting yang telah
diketahui dalam suatu masalah. Hubungan antara variabel bebas
(independen) dengan variabel terikat (dependen) akan dihubungkan
secara teoritis melalui kerangka konseptual. Adapun yang menjadi
variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik komite
audit, (dimana didalam penelitian ini karakteristik komite audit diteliti
berdasarkan gender, dan usia), stress kerja (diteliti berdasarkan waktu
mengaudit), pergantian auditor dan biaya eksternal audit. Sedangkan
variabel dependennya adalah kualitas audit. Hubungan antara variabel –
variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Karakteristik Komite Audit
Gender Komite
Audit(X1)

H1

Usia Komite Audit (X2)

H2

Stres Kerja
Waktu Mengaudit (X3)

H3

Pergantian Auditor (X4)

H4

Biaya Eksternal Audit (X5)

Variabel Dependen

Kualitas Auditor
(Y)

H5
H6

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
36

Universitas Sumatera Utara

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu untuk
menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
secara parsial dan secara simultan.
Karakteristik komite audit dalam penelitian ini diproksikan
dengan usia dan gender komite audit. Usia dan gender dinilai
berpengaruh pada kualitas audit karena dengan kematangan usia dan
keberadaan wanita dalam komite audit akan memberikan dampak
positif kepada perusahaan, dimana mereka akan bekerja dengan baik
terutama dalam mengawasi kinerja auditor sehingga menghasilkan
laporan audit yang berkualitas. Stress kerja auditor pada penelitian ini
diproksikan dengan lama waktu mengaudit. Lama waktu yang
dibutuhkan auditor untuk mengaudit juga dinilai mempengaruhi
kualitas audit. Karena menurut penelitian terdahulu semakin lama
waktu yang dibutuhkan auditor untuk mengaudit maka semakin rendah
pula kualitas audit yang mereka hasilkan. Pergantian auditor merupakan
perpindahan auditor atau KAP yang dilakukan oleh perusahaan.
Pergantian auditor juga dinilai mampu mempengaruhi kualitas audit,
karena dengan seringnya perusahaan berganti auditor maka kualitas
audit yang dihasilkan tidak akan konsisten karena setiap auditor akan
menghasilkan kualitas audit yang berbeda – beda pula. Biaya eksternal
audit adalah besaran biaya (fee) audit yang diterima oleh auditor dari
pekerjaan mengaudit yang mereka kerjakan. Biaya eksternal audit
dinilai mampu mempengaruhi kualitas audit karena menurut penelitian

37

Universitas Sumatera Utara

terdahulu semakin besar biaya eksternal audit maka semakin berkualitas
pula laporan audit yang dihasilkan.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis atau dugaan sementara merupakan penjelasan atau
jawaban sementara mengenai perilaku, fenomena atau keadaan tertentu
yang telah terjadi atau yang akan terjadi dan masih akan diuji
kebenarannya lebih lanjut.
Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengaruh Gender Komite Audit terhadap Kualitas Audit
Gender merupakan hal yang perlu diperhatikan didalam sebuah
organisasi. Ada yang menganggap keberadaan pria lebih dibutuhkan
didalam organisasi karena menurut sebagian orang pria lebih berani
dan tegas dalam pengambilan keputusan. Hasil penelitian Rustriarini
(2011:19) menyimpulkan bahwa gender berpengaruh pada kualitas
audit berarti keberadaan wanita dalam komite audit mampu
menambah tingkat kualiats audit. Hal ini karena sikap wanita yang
cenderung konservatis, menghindari risiko, teliti, dan berhati-hati
dalam pengambilan keputusan merupakan karakteristik penting
dalam malaporkan laporan audit.
H1 : Gender Komite Audit berpengaruh terhadap kualitas audit.

38

Universitas Sumatera Utara

2. Pengaruh UsiaKomite Audit terhadap Kualitas Audit
Usia merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
seseorang dalam menjalankan tugasnya. Anggota komite audit yang
berusia dewasa madya (40 – 60 tahun) akan mencapai jenjang karir
sejauh yang mereka mampu serta posisi karir yang paling stabil.
Dalam kaitannya dengankualitas audit, Rustriarini (2011:20) dalam
penelitiannya membuktikan bahwa Semakin bertambah usia
seseorang, maka semakin bijaksana dan bertanggungjawab atas
pekerjaan yang diberikan, serta semakin banyak pengalaman dan
praktik yang pernah dilakukan.
H2 : Usiakomite audit berpengaruh terhadap kualitas audit.
3. Pengaruh Waktu Mengauditterhadap Kualitas Audit
Didalam menjalankan tugasnya auditor membutuhkan waktu
dan lamanya waktu mengaudit dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik yang berasal dari dalam diri auditor itu sendiri ataupun
dari luar dirinya seperti masalah pribadi maupun masalah yang
timbul dari organisasi atau perusahaan yang diaudit yang dapat
menyebabkan

seorang

auditordapat

mengalami

stres

dalam

pekerjaannya. Dwilita (2008:75) dalam penelitiannya menemukan
faktor stres dapat mempengaruhi auditor secara positif, ketika stres
meningkat maka dapat meningkatkan kinerja auditor dalam
menyelesaikan laporan auditnya. Pekerjaan auditor selalu berada
dalam tekanan dengan keharusan penyelesaian tugas tepat waktu,

39

Universitas Sumatera Utara

waktu penyelesaian yang terbatas, tekanan dari pimpinan maupun
tekanan yang berasal dari klien.
H3 :

Waktu mengaudit berpengaruh terhadap kualitas audit.

4. Pengaruh Pergantian Auditorterhadap Kualitas Audit
Pergantian auditor merupakan perpindahan auditor atau
perpindahan KAP yang dilakukan oleh perusahaan klien.Imam
Hanafi

(2004:56)

menunjukkan

bahwa

pergantian

auditor

mempengaruhi kepuasan klien yang berujung pada kualitas audit
yang

dihasilkan.

Seorang

auditor

baru

akan

cenderung

memperlihatkan kinerjanya pada tahun – tahun pertama saat auditor
melakukan audit. Hartadi (2009) dalam penelitiannya menemukan
bahwa rotasi KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit.
H4 : Pergantian auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
5. Pengaruh Biaya Eksternal Audit terhadap Kualitas Audit
Biaya eksternal audit adalah imbalan yang diterima auditor
atas jasa mengaudit yang telah dilakukannya. Hasil penelitian Purba
(2013:36) menemukan bahwa fee audit berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa
ketika fee audit yang diterima tinggi maka kualitas yang dihasilkan
akan baik. Secara parsial, pengalaman auditor eksternal berpengaruh
terhadap fee auditnya, dikarenakan semakin banyak pengalaman

40

Universitas Sumatera Utara

auditor eksternal dalam bidang audit maka kualitas audit yang
dihasilkan menjadi lebih baik.
H5 : Biaya eksternal berpengaruh terhadap kualitas audit.

6.Pengaruh Gender, Usia, Waktu Mengaudit, Pergantian auditor
dan Biaya Eksternal Audit secara simultan (bersama-sama)
terhadap Kualitas Audit
H6 : Gender, Usia, Waktu Mengaudit, Pergantian auditor dan Biaya
Eksternal Audit berpengaruhsecara simultan (bersama-sama)
terhadap Kualitas Auditor

41

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

5 103 106

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 1 3

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 15

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 17

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 2 30

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 9

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 11