Pengaruh Faktor Geometri Distorsi Pada Citra Radiografi Chapter III V
19
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUD KOTA DUMAI di bagian instalasi Radiologi yang
dilaksanakan pada bulan Juni 2017 - Juli 2017.
3.2.
Alat Dan Bahan Penelitian
3.2.1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pesawat Sinar X Simadzu MUX – 100 H manufacture 2010
2. Computer Radiografi Careastream
3. Phantom Siemens
4. Alat ukur ( Penggaris dan Rol Busurr )
5. Densitometer
3.2.1
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Film Computer Radiografi
Universitas Sumatera Utara
20
3.3.
Flow Chart Penelitian
Adapun flow chart pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Mulai
Persiapan alat
Pengaturan faktor geometri distorsi
1. ketebalan objek
2. posisi objek
Citra Radiografi
analisa
hasil
Universitas Sumatera Utara
21
3.4. Prosedur Penelitian
a. Mempersiapkan alat dan bahan penelitian
b. Pengaturan Geometri yaitu :
a. Mengukur besar dan tebal objek yang sesungguhya
b. Mengatur posisi objek
- Objek di letakkan di atas pada pertengahan kaset
- Objek di atur pada posisi kemiringan 0°,30°,45° dan 90° dengan OFD 0 cm (
menempel pada kaset )
- FFD di atur 100 cm, 130 cm, 150 cm, 200 cm
c. Lakukan expose pada semua sudut kemiringan objek dan jarak objek
d. Pengujian dan mengamati terjadi nya faktor geometri serta mengukur
magnifikasi dan distorsi yang terjadi pada citra radiografi dengan menggunakan
Computer radiografi
e. Pengujian dan mengukur densitas hasil citra radiografi dengan menggunakan alat
densitometer.
3.5.
Pengolahan Data Citra Radiografi
1. Pengolahan data
Data hasil pengukuran dimasukkan dalam tabel untuk masing-masing pengukuran
adalah sebagai berikut:
1. Diameter Objek Pada FFD 100 cm pada posisi objek 0,30,45 dan 90 derajat
dapat di lihat tada Tabel 1.
2. Diameter objek OFD 0 Derajat pada posisi FFD 100,130,150 dan 200 Cm dapat
dilihat pada Table 2.
3. Densitas Citra Pada Radiogrfi dengan FFD 100 cm pada posisi objek 0 , 30 , 45
dan 90 derajat dapat dilihat pada Table 3.
4. Densitas Citra Pada Radiogrfi dengan OFD 0 Derajat pada posisi
FFD
100,130,150 dan 200 Cm dapat dilihat pada Table 4.
Universitas Sumatera Utara
22
2. Analisis
Dari hasil gambar yang dihasilkan maka di dapatkan data dari masing masing
posisi objek, adapun masing masing objek mempunyai data yang berbeda beda sehingga
dari analisa yang dilakukan pada objek OFD 0 cm ( menempel pada kaset ) terdapat
magnifikasi yang tidak bisa di hindarkan karena terdapat jarak antara Imaging plate
terhadap kaset, di setiap hasil citra radiografi mendapatkan hasil densitas yang berbedabeda untuk mengetahui densitas pada film maka di gunakan alat ukur yaitu densitometer,
dari situ di ketahui pada masing masing posisi mendapatkan densitas yang rendah
maupun tinggi.
Universitas Sumatera Utara
23
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian
Dari penelitian yang telah dilakukan maka mendapatkan perbedaan diameter
antara ukuran objek yang sebenar dengan citra yang di hasilkan pada film CR. Gambar
pada film CR lebih kecil dari pada ukuran objek sebenarnya. Hasil dari pengukuran
diameter yang dihasilkan adalah sebagai berikut
:
4.1.1. Diameter Objek Pada jarak ( FFD ) 100 cm
FFD 100 cm dan OFD 0cm pada posisi ini Jarak antara titk focus terhadap film
tetap dan jarak antara objet terhadap film juga tetap hanya posisi objeknya saja yang
berubah:
1.
Pada posisi phantom 0° dengan OFD 0 cm ketika dilakukan pada citra radiografi di
temukan magnifikasi ada perbedaan antara ukuran objek sebenarnya dengan objek
yang ada pada citra radiografi karena diameter objek pada film lebih besar dari
objek Phantom walaupun phantom sudah di atur menempel pada kaset akan tetapi
tetap terjadi adanya magnifikasi. Hal ini di karenakan adanya jarak antara
permukaan kaset dengan IP. Namun magnifikasi tidak mempengaruhi kualitas
gambar.
Gambar 12. posisi phantom Pada 30°
Gambar 13. Citra Radiografi pada 30°
Universitas Sumatera Utara
24
2. Pada posisi phantom 30° dengan OFD 0 cm pada citra radiografi di temukan
distorsi. Karena diameter pada citra radiografi lebih besar dari ukuran objek yang
sebenarnya.
Gambar 14. posisi phantom Pada 30°
3.
Gambar 15. Citra Radiografi pada 30°
Pada posisi phantom 45° dengan OFD 0pada citra radiografi di temukan distorsi.
Karena pembesaran bayangan yang tidak merata pada diameter citra radiografi pada
bagian lebarnya sangat jauh terjadi perubahan bayangan
Gambar 16. posisi phantom Pada 45°
Gambar 17. Citra Radiografi pada 45°
4. Pada posisi phantom 90° dengan OFD 0 cm pada citra radiografi di temukan
magnifikasi. Karena diameter objek pada film lebih besar dari objek Phantom. Dan
Universitas Sumatera Utara
25
pembesaran bayangan merata pada citra radiografi. Posisi ini sama halnya pada
posisi 0°
Gambar 18. Posisi phantom Pada 90°
Gambar 19. Citra Radiografi pada 90°
Pada langkah di atas di temukan distorsi pada posisi kemiringan 30 dan 45 derajat dan di
temukan magnifikasi pada 0 dan 90 derajat. Adapun ukuran dari diameter pada tiap
posisi phantom dapat dilihat pada table di bawah ini :
Tabel 1. Diatur posisi objek 0,30,45 dan 90 derajat dengan FFD 100 cm
Posisi Objek
Diameter objek
Diameter Objek
pada film
Distorsi
Panjang
Lebar
Panjang
Lebar
Panjang
Lebar
0°
245 mm
210 mm
258 mm
224 mm
13 mm
14 mm
30°
245 mm
180 mm
274 mm
212 mm
29 mm
24 mm
45°
245 mm
157 mm
289 mm
220 mm
44 mm
63 mm
90°
245 mm
156 mm
258 mm
130 mm
13 mm
10 mm
Dari hasil tabel diatas menunjukkan bahwa pada posisi 0 dan 90 derajat, terjadi
pembesaran bayangan merata pada panjang dan lebarnya hal ini dikatakan sebagai
magnifikasi, pada posisi objek dengan sudut 90 derajat ukuran diameter tidak lagi
menjadi lebar yang di ukur karena pada posisi objek ini berubah menjadi lateral dan
Universitas Sumatera Utara
26
lebarnya berubah menjadi ketabalan objek, adapun ketebalan objek nya adalah 120 mm.
Pada posisi 30 dan 45 derajat terjadi pembesaran bayangan yang tidak merata, pada
posisi ini lebar dari citra radiografi jauh lebih besar terjadinya pembesaran bayangan
daripada panjangnya.
4.1.2. Diameter objek OFD 0 Derajat
OFD 0 cm pada posisi ini Jarak antara titk focus terhadap film berubah dan jarak
antara objek terhadap film dan posisi objeknya juga tetap:
1.
Pada posisi phantom 0 cm dengan FFD 100 cm ketika dilakukan pengukuran pada
citra radiografi di temukan magnifikasi. Karena diameter objek pada film lebih
besar dari objek phantom walaupun phantom sudah di atur menempel pada kaset
akan tetapi tetap terjadi adanya magnifikasi. Hal ini di karenakan adanya jarak
antara permukaan kaset dengan IP.
Gambar 20. FFD 100 cm
Gambar 21. Citra Radiografi dengan
FFD 100 cm
2.
Pada posisi phantom 0cm dengan FFD 130 cm pada citra radiografi di temukan
Magnifikasi. Karena diameter pada citra radiografi lebih besar dari ukuran phantom
Universitas Sumatera Utara
27
akan tetapi diameter pada posisi ini menunjukkan ia tidak terlalu berbeda jauh dari
diameter pada jarak FFD 100 cm
Gambar 22. FFD 130 cm
Gambar 23. Citra Radiografi pada
Denga n FFD 130 cm
3.
Pada posisi phantom 0cm dengan FFD 150 cm pada citra radiografi masih di
temukan Magnifikasi.Karena diameter pada citra radiografi lebih kecil dari ukuran
phantom akan tetapi diameter pada posisi ini menunjukkan bahwa ada perbedaan
ukuran diameter sebelum nya yaitu pada jarak FFD 130 cm pada posisi ini masih
terjadi magnifikasi semakin akan tetapi magnifikasi semakin berkurang.
Gambar 24. FFD 150 cm
Gambar 25. Citra Radiografi dengan
FFD 150 cm
Universitas Sumatera Utara
28
4.
Pada posisi phantom 0 cm dengan FFD 200 cm pada citra sudah terlihat jelas
Magnifikasi semakin berkurang karena diameter pada citra semakin berkurang bila
di bandingkan pada FFD 100cm
Gambar 26. FFD 200 cm
Gambar 27. Citra Radiografi pada
dengan FFD 200 cm
Pada langkah ini tidak di temukan distorsi akan tetapi pada jarak FFD
100,130,150 dan 200 cm di temukan magnifikasi. Adapun ukuran dari diameter pada
tiap posisi phantom dapat dilihat pada table di bawah ini :
Tabel 2. Diatur FFD 100,130,150dan 200 Cm dengan OFD 0 Derajat
FFD
Diameter objek
Panjang
Lebar
Diameter Objek
Pada film
Panjang
Lebar
Magnifikasi
Panjang Lebar
100 cm
245mm
210 mm
259 mm
225mm
14 mm
15 mm
130 cm
245mm
210 mm
255 mm
221 mm
10 mm
11 mm
150 cm
245mm
210 mm
253 mm
217 mm
8 mm
7 mm
200 cm
245mm
210 mm
251 mm
215 mm
6 mm
5 mm
Dari hasil table diatas menunjukkan bahwa pada posisi FFD 100,130,150 dan
200 cm di temukan magnifikasi karena diameter pada citra radiografi lebih besar dati
Universitas Sumatera Utara
29
pada diameter objek namun
pada posisi FFD 130,150 dan 200 cm magnifikasi
berkurang seperti yang di tampilkan pada table di atas, pembesaran bayangan merata
pada panjang dan lebarnya hal ini dikatakan sebagai magnifikasi
4.1.3. Densitas Citra Radiogrfi
Mengukur densitas pada citra radiografi dengan menggunakan alat ukur
densitometer. Adapun hasil dari pengukuran densitas pada citra radiografi di lampirkan
pada table di bawah ini:
Dari hasil pengukuran setiap titik dengan perubahan posisi objekdiperoleh nilai
rata rata seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel 3. Hasil pengukuran densitas pada citra radiografi dengan FFD 100 cm
Hasil Densitas Optik di 3 titik
pengukuran pada citra
Posisi Objek
Radiografi
Kiri
Atas
Kanan
0°
1,60
1,61
1,60
30°
1,62
1,94
1,66
45°
1,64
1,98
1,68
90°
1,00
1,60
1,00
FFD
100 cm
Densitas
Rata - Rata
1,60
1,74
1,76
1,20
Pada Tabel 3. di atas menunjukkan bahwa setiap perubahan posisi objeknilai
densitasnya
berbeda,
untuk
pengukuran
pada
posisi0
sampai
dengan
90
derajaddiperoleh nilai rata-rata densitas dibawah ini :
1. Pada posisi 0° dengan FFD 100 cm di peroleh nilai densitas rata rata yaitu 1,60
apabila di persentasekan maka akan mendapat kan nilai 54 % derajat kehitaman
terhadap film
2. Pada posisi 30° dengan FFD 100 cm diperoleh nilai densitas rata rata yaitu 1,74
apabila di persentasekan maka akan mendapat kan nilai 57 % derajat kehitaman
terhadap film
Universitas Sumatera Utara
30
3. Pada posisi 45° dengan FFD 100 cm diperoleh nilai densitas rata rata yaitu 1,76
apabila di persentasekan maka akan mendapat kan nilai 58 % derajat kehitaman
terhadap film
4. Pada posisi 90° dengan FFD 100 cm diperoleh nilai densitas rata rata yaitu 1,20
apabila di persentasekan maka akan mendapat kan nilai 40 % derajat kehitaman
terhadap film.
Dari hasil di atas menunjukkan hubungan densitas di setiap posisi dan pada
daerah pengukuran titik kiri atas dan kanan diperoleh nilai densitas yang berbeda beda
pada posisi 30 dan 45 derajat nilai densitasnya lebih tingi dibandingkan pada posisi 0
dan 90 derajat. Hal ini di karenakan terjadinya perbedaan posisi sehingga menimbulkan
jarak pada sudut tertentu yang artinya bahwa semakin besar terjadinya kemiringan objek
maka semakin banyak terjadinya distorsi sehingga bisa mempengaruhi dari densitas
pada film.
Tabel 4. Hasil Pengukuran Densitas pada citra radiografi dengan posisi objek 0º
OFD
FFD
0 cm
100 cm
130 cm
150 cm
200 cm
Hasil Densitas Optik di 3 titik
pengukuran pada citra
Radiografi
Kiri
Atas
Kanan
1,60
1,61
1,60
1,58
1,60
1,58
1,56
1,58
1,56
1,52
1,55
1,52
Densitas
Rata Rata
1,60
1,58
1,56
1,53
Pada Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa setiap perubahan posisi objek nilai
densitasnya berbeda, untuk pengukuran pada posisi FFD 100 cm sampai dengan 200 cm
diperoleh nilai rata rata densitas dibawah ini :
1. Pada FFD 100 cm dengan posisi 0° di peroleh nilai densitas rata rata yaitu 1,60
apabila di persentasekan maka akan mendapat kan nilai 54 % derajat kehitaman
terhadap film
Universitas Sumatera Utara
31
2. Pada FFD 130 cm dengan posisi 0° di peroleh nilai densitas rata rata yaitu 1,58
apabila di persentasekan maka akan mendapat kan nilai 53 % derajat kehitaman
terhadap film
3. Pada FFD 150 cm dengan posisi 0° di peroleh nilai densitas rata rata yaitu 1,56
apabila di persentasekan maka akan mendapat kan nilai 52 % derajat kehitaman
terhadap film
4. Pada FFD 200 cm dengan posisi 0° di peroleh nilai densitas rata rata yaitu 1,53
apabila di persentasekan maka akan mendapat kan nilai 51 % derajat kehitaman
terhadap film.
Dari hasil di atas menunjukkan bahwa densitas di setiap posisi pada FFD
100,130,150, dan 200 cm berbeda beda. Pada daerah tersebut diperoleh nilai densitas
lebih tinggi pada FFD 100 cm, dibandingkan pada FFD 200 cm yang artinya bahwa
semakin jauh jarak antara titik focus dengan film maka semakin rendah nilai densitasnya
yang akan terjadi pada film. Ini bisa dilihat pada tabel, dari FFD 100 cm sampai dengan
FFD 200 cm nilai densitasnya semakin menurun.
Dari kedua tabel diatas dapat dilihat pada jarak dan posisi bisa mempengaruhi
hasil densitas pada citra radiografi, pada table 3 nilai densitas masing-massing titik
yaitu titik kiri,atas dan kanan berbeda sementara pada table 4 hanya pada titik atas saja
yang berbeda sementara pada titik kiri dan kanan nilai densitas yang dihasilkan sama.
Hal ini di karenaka pada table 3 terjadi perubahan posisi objek disana sementara pada
table 4 posisi objek nya tetap.
Universitas Sumatera Utara
32
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Dari data data yang di tampilkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Ditemukan magnifikasi karena terdapat jarak antara permukaan kaset dan IP.
Akan tetapi magnifikasi dapat di kurangi dengan mengatur posisi objek benar
benar sejajar
2. Posisi kemiringan objek mempengaruhi hasil citra sehingga posisi tidak sejajar
dan semakin besar sudut objek terhadap bidang kaset maka semakin jelas distorsi
terlihat dan Jarak antara titik focus dengan objek juga mempengaruhi terhadap
citra semakin dekat titik focus terhadap objek maka akan semakin besar
bayangan yag di hasilkan
3. Jika terjadinya magnifikasi dan distorsi pada citra radiogrfi maka akan rendah
pula kualitas yang di hasilkan pada citra radiografi.
Universitas Sumatera Utara
33
5.2.
Saran
1.
Untuk menghindari terjadi distorsi maka perlu di perhatikan posisi objek
sehingga bisa benar benar sejajar pada bidang kaset
2.
Apabila hendak mengambil gambar sebaiknya objek di letakkan sedekat
mungkin terhadap bidang kaset hal ini untuk mengurangi terjasinya
magnifikasi dan distorsi. Jika objek tidak memungkinkan maka dapat
diantisifasi dengan penambahan jarak antara titik fokus terhadap objek.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUD KOTA DUMAI di bagian instalasi Radiologi yang
dilaksanakan pada bulan Juni 2017 - Juli 2017.
3.2.
Alat Dan Bahan Penelitian
3.2.1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pesawat Sinar X Simadzu MUX – 100 H manufacture 2010
2. Computer Radiografi Careastream
3. Phantom Siemens
4. Alat ukur ( Penggaris dan Rol Busurr )
5. Densitometer
3.2.1
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Film Computer Radiografi
Universitas Sumatera Utara
20
3.3.
Flow Chart Penelitian
Adapun flow chart pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Mulai
Persiapan alat
Pengaturan faktor geometri distorsi
1. ketebalan objek
2. posisi objek
Citra Radiografi
analisa
hasil
Universitas Sumatera Utara
21
3.4. Prosedur Penelitian
a. Mempersiapkan alat dan bahan penelitian
b. Pengaturan Geometri yaitu :
a. Mengukur besar dan tebal objek yang sesungguhya
b. Mengatur posisi objek
- Objek di letakkan di atas pada pertengahan kaset
- Objek di atur pada posisi kemiringan 0°,30°,45° dan 90° dengan OFD 0 cm (
menempel pada kaset )
- FFD di atur 100 cm, 130 cm, 150 cm, 200 cm
c. Lakukan expose pada semua sudut kemiringan objek dan jarak objek
d. Pengujian dan mengamati terjadi nya faktor geometri serta mengukur
magnifikasi dan distorsi yang terjadi pada citra radiografi dengan menggunakan
Computer radiografi
e. Pengujian dan mengukur densitas hasil citra radiografi dengan menggunakan alat
densitometer.
3.5.
Pengolahan Data Citra Radiografi
1. Pengolahan data
Data hasil pengukuran dimasukkan dalam tabel untuk masing-masing pengukuran
adalah sebagai berikut:
1. Diameter Objek Pada FFD 100 cm pada posisi objek 0,30,45 dan 90 derajat
dapat di lihat tada Tabel 1.
2. Diameter objek OFD 0 Derajat pada posisi FFD 100,130,150 dan 200 Cm dapat
dilihat pada Table 2.
3. Densitas Citra Pada Radiogrfi dengan FFD 100 cm pada posisi objek 0 , 30 , 45
dan 90 derajat dapat dilihat pada Table 3.
4. Densitas Citra Pada Radiogrfi dengan OFD 0 Derajat pada posisi
FFD
100,130,150 dan 200 Cm dapat dilihat pada Table 4.
Universitas Sumatera Utara
22
2. Analisis
Dari hasil gambar yang dihasilkan maka di dapatkan data dari masing masing
posisi objek, adapun masing masing objek mempunyai data yang berbeda beda sehingga
dari analisa yang dilakukan pada objek OFD 0 cm ( menempel pada kaset ) terdapat
magnifikasi yang tidak bisa di hindarkan karena terdapat jarak antara Imaging plate
terhadap kaset, di setiap hasil citra radiografi mendapatkan hasil densitas yang berbedabeda untuk mengetahui densitas pada film maka di gunakan alat ukur yaitu densitometer,
dari situ di ketahui pada masing masing posisi mendapatkan densitas yang rendah
maupun tinggi.
Universitas Sumatera Utara
23
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian
Dari penelitian yang telah dilakukan maka mendapatkan perbedaan diameter
antara ukuran objek yang sebenar dengan citra yang di hasilkan pada film CR. Gambar
pada film CR lebih kecil dari pada ukuran objek sebenarnya. Hasil dari pengukuran
diameter yang dihasilkan adalah sebagai berikut
:
4.1.1. Diameter Objek Pada jarak ( FFD ) 100 cm
FFD 100 cm dan OFD 0cm pada posisi ini Jarak antara titk focus terhadap film
tetap dan jarak antara objet terhadap film juga tetap hanya posisi objeknya saja yang
berubah:
1.
Pada posisi phantom 0° dengan OFD 0 cm ketika dilakukan pada citra radiografi di
temukan magnifikasi ada perbedaan antara ukuran objek sebenarnya dengan objek
yang ada pada citra radiografi karena diameter objek pada film lebih besar dari
objek Phantom walaupun phantom sudah di atur menempel pada kaset akan tetapi
tetap terjadi adanya magnifikasi. Hal ini di karenakan adanya jarak antara
permukaan kaset dengan IP. Namun magnifikasi tidak mempengaruhi kualitas
gambar.
Gambar 12. posisi phantom Pada 30°
Gambar 13. Citra Radiografi pada 30°
Universitas Sumatera Utara
24
2. Pada posisi phantom 30° dengan OFD 0 cm pada citra radiografi di temukan
distorsi. Karena diameter pada citra radiografi lebih besar dari ukuran objek yang
sebenarnya.
Gambar 14. posisi phantom Pada 30°
3.
Gambar 15. Citra Radiografi pada 30°
Pada posisi phantom 45° dengan OFD 0pada citra radiografi di temukan distorsi.
Karena pembesaran bayangan yang tidak merata pada diameter citra radiografi pada
bagian lebarnya sangat jauh terjadi perubahan bayangan
Gambar 16. posisi phantom Pada 45°
Gambar 17. Citra Radiografi pada 45°
4. Pada posisi phantom 90° dengan OFD 0 cm pada citra radiografi di temukan
magnifikasi. Karena diameter objek pada film lebih besar dari objek Phantom. Dan
Universitas Sumatera Utara
25
pembesaran bayangan merata pada citra radiografi. Posisi ini sama halnya pada
posisi 0°
Gambar 18. Posisi phantom Pada 90°
Gambar 19. Citra Radiografi pada 90°
Pada langkah di atas di temukan distorsi pada posisi kemiringan 30 dan 45 derajat dan di
temukan magnifikasi pada 0 dan 90 derajat. Adapun ukuran dari diameter pada tiap
posisi phantom dapat dilihat pada table di bawah ini :
Tabel 1. Diatur posisi objek 0,30,45 dan 90 derajat dengan FFD 100 cm
Posisi Objek
Diameter objek
Diameter Objek
pada film
Distorsi
Panjang
Lebar
Panjang
Lebar
Panjang
Lebar
0°
245 mm
210 mm
258 mm
224 mm
13 mm
14 mm
30°
245 mm
180 mm
274 mm
212 mm
29 mm
24 mm
45°
245 mm
157 mm
289 mm
220 mm
44 mm
63 mm
90°
245 mm
156 mm
258 mm
130 mm
13 mm
10 mm
Dari hasil tabel diatas menunjukkan bahwa pada posisi 0 dan 90 derajat, terjadi
pembesaran bayangan merata pada panjang dan lebarnya hal ini dikatakan sebagai
magnifikasi, pada posisi objek dengan sudut 90 derajat ukuran diameter tidak lagi
menjadi lebar yang di ukur karena pada posisi objek ini berubah menjadi lateral dan
Universitas Sumatera Utara
26
lebarnya berubah menjadi ketabalan objek, adapun ketebalan objek nya adalah 120 mm.
Pada posisi 30 dan 45 derajat terjadi pembesaran bayangan yang tidak merata, pada
posisi ini lebar dari citra radiografi jauh lebih besar terjadinya pembesaran bayangan
daripada panjangnya.
4.1.2. Diameter objek OFD 0 Derajat
OFD 0 cm pada posisi ini Jarak antara titk focus terhadap film berubah dan jarak
antara objek terhadap film dan posisi objeknya juga tetap:
1.
Pada posisi phantom 0 cm dengan FFD 100 cm ketika dilakukan pengukuran pada
citra radiografi di temukan magnifikasi. Karena diameter objek pada film lebih
besar dari objek phantom walaupun phantom sudah di atur menempel pada kaset
akan tetapi tetap terjadi adanya magnifikasi. Hal ini di karenakan adanya jarak
antara permukaan kaset dengan IP.
Gambar 20. FFD 100 cm
Gambar 21. Citra Radiografi dengan
FFD 100 cm
2.
Pada posisi phantom 0cm dengan FFD 130 cm pada citra radiografi di temukan
Magnifikasi. Karena diameter pada citra radiografi lebih besar dari ukuran phantom
Universitas Sumatera Utara
27
akan tetapi diameter pada posisi ini menunjukkan ia tidak terlalu berbeda jauh dari
diameter pada jarak FFD 100 cm
Gambar 22. FFD 130 cm
Gambar 23. Citra Radiografi pada
Denga n FFD 130 cm
3.
Pada posisi phantom 0cm dengan FFD 150 cm pada citra radiografi masih di
temukan Magnifikasi.Karena diameter pada citra radiografi lebih kecil dari ukuran
phantom akan tetapi diameter pada posisi ini menunjukkan bahwa ada perbedaan
ukuran diameter sebelum nya yaitu pada jarak FFD 130 cm pada posisi ini masih
terjadi magnifikasi semakin akan tetapi magnifikasi semakin berkurang.
Gambar 24. FFD 150 cm
Gambar 25. Citra Radiografi dengan
FFD 150 cm
Universitas Sumatera Utara
28
4.
Pada posisi phantom 0 cm dengan FFD 200 cm pada citra sudah terlihat jelas
Magnifikasi semakin berkurang karena diameter pada citra semakin berkurang bila
di bandingkan pada FFD 100cm
Gambar 26. FFD 200 cm
Gambar 27. Citra Radiografi pada
dengan FFD 200 cm
Pada langkah ini tidak di temukan distorsi akan tetapi pada jarak FFD
100,130,150 dan 200 cm di temukan magnifikasi. Adapun ukuran dari diameter pada
tiap posisi phantom dapat dilihat pada table di bawah ini :
Tabel 2. Diatur FFD 100,130,150dan 200 Cm dengan OFD 0 Derajat
FFD
Diameter objek
Panjang
Lebar
Diameter Objek
Pada film
Panjang
Lebar
Magnifikasi
Panjang Lebar
100 cm
245mm
210 mm
259 mm
225mm
14 mm
15 mm
130 cm
245mm
210 mm
255 mm
221 mm
10 mm
11 mm
150 cm
245mm
210 mm
253 mm
217 mm
8 mm
7 mm
200 cm
245mm
210 mm
251 mm
215 mm
6 mm
5 mm
Dari hasil table diatas menunjukkan bahwa pada posisi FFD 100,130,150 dan
200 cm di temukan magnifikasi karena diameter pada citra radiografi lebih besar dati
Universitas Sumatera Utara
29
pada diameter objek namun
pada posisi FFD 130,150 dan 200 cm magnifikasi
berkurang seperti yang di tampilkan pada table di atas, pembesaran bayangan merata
pada panjang dan lebarnya hal ini dikatakan sebagai magnifikasi
4.1.3. Densitas Citra Radiogrfi
Mengukur densitas pada citra radiografi dengan menggunakan alat ukur
densitometer. Adapun hasil dari pengukuran densitas pada citra radiografi di lampirkan
pada table di bawah ini:
Dari hasil pengukuran setiap titik dengan perubahan posisi objekdiperoleh nilai
rata rata seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel 3. Hasil pengukuran densitas pada citra radiografi dengan FFD 100 cm
Hasil Densitas Optik di 3 titik
pengukuran pada citra
Posisi Objek
Radiografi
Kiri
Atas
Kanan
0°
1,60
1,61
1,60
30°
1,62
1,94
1,66
45°
1,64
1,98
1,68
90°
1,00
1,60
1,00
FFD
100 cm
Densitas
Rata - Rata
1,60
1,74
1,76
1,20
Pada Tabel 3. di atas menunjukkan bahwa setiap perubahan posisi objeknilai
densitasnya
berbeda,
untuk
pengukuran
pada
posisi0
sampai
dengan
90
derajaddiperoleh nilai rata-rata densitas dibawah ini :
1. Pada posisi 0° dengan FFD 100 cm di peroleh nilai densitas rata rata yaitu 1,60
apabila di persentasekan maka akan mendapat kan nilai 54 % derajat kehitaman
terhadap film
2. Pada posisi 30° dengan FFD 100 cm diperoleh nilai densitas rata rata yaitu 1,74
apabila di persentasekan maka akan mendapat kan nilai 57 % derajat kehitaman
terhadap film
Universitas Sumatera Utara
30
3. Pada posisi 45° dengan FFD 100 cm diperoleh nilai densitas rata rata yaitu 1,76
apabila di persentasekan maka akan mendapat kan nilai 58 % derajat kehitaman
terhadap film
4. Pada posisi 90° dengan FFD 100 cm diperoleh nilai densitas rata rata yaitu 1,20
apabila di persentasekan maka akan mendapat kan nilai 40 % derajat kehitaman
terhadap film.
Dari hasil di atas menunjukkan hubungan densitas di setiap posisi dan pada
daerah pengukuran titik kiri atas dan kanan diperoleh nilai densitas yang berbeda beda
pada posisi 30 dan 45 derajat nilai densitasnya lebih tingi dibandingkan pada posisi 0
dan 90 derajat. Hal ini di karenakan terjadinya perbedaan posisi sehingga menimbulkan
jarak pada sudut tertentu yang artinya bahwa semakin besar terjadinya kemiringan objek
maka semakin banyak terjadinya distorsi sehingga bisa mempengaruhi dari densitas
pada film.
Tabel 4. Hasil Pengukuran Densitas pada citra radiografi dengan posisi objek 0º
OFD
FFD
0 cm
100 cm
130 cm
150 cm
200 cm
Hasil Densitas Optik di 3 titik
pengukuran pada citra
Radiografi
Kiri
Atas
Kanan
1,60
1,61
1,60
1,58
1,60
1,58
1,56
1,58
1,56
1,52
1,55
1,52
Densitas
Rata Rata
1,60
1,58
1,56
1,53
Pada Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa setiap perubahan posisi objek nilai
densitasnya berbeda, untuk pengukuran pada posisi FFD 100 cm sampai dengan 200 cm
diperoleh nilai rata rata densitas dibawah ini :
1. Pada FFD 100 cm dengan posisi 0° di peroleh nilai densitas rata rata yaitu 1,60
apabila di persentasekan maka akan mendapat kan nilai 54 % derajat kehitaman
terhadap film
Universitas Sumatera Utara
31
2. Pada FFD 130 cm dengan posisi 0° di peroleh nilai densitas rata rata yaitu 1,58
apabila di persentasekan maka akan mendapat kan nilai 53 % derajat kehitaman
terhadap film
3. Pada FFD 150 cm dengan posisi 0° di peroleh nilai densitas rata rata yaitu 1,56
apabila di persentasekan maka akan mendapat kan nilai 52 % derajat kehitaman
terhadap film
4. Pada FFD 200 cm dengan posisi 0° di peroleh nilai densitas rata rata yaitu 1,53
apabila di persentasekan maka akan mendapat kan nilai 51 % derajat kehitaman
terhadap film.
Dari hasil di atas menunjukkan bahwa densitas di setiap posisi pada FFD
100,130,150, dan 200 cm berbeda beda. Pada daerah tersebut diperoleh nilai densitas
lebih tinggi pada FFD 100 cm, dibandingkan pada FFD 200 cm yang artinya bahwa
semakin jauh jarak antara titik focus dengan film maka semakin rendah nilai densitasnya
yang akan terjadi pada film. Ini bisa dilihat pada tabel, dari FFD 100 cm sampai dengan
FFD 200 cm nilai densitasnya semakin menurun.
Dari kedua tabel diatas dapat dilihat pada jarak dan posisi bisa mempengaruhi
hasil densitas pada citra radiografi, pada table 3 nilai densitas masing-massing titik
yaitu titik kiri,atas dan kanan berbeda sementara pada table 4 hanya pada titik atas saja
yang berbeda sementara pada titik kiri dan kanan nilai densitas yang dihasilkan sama.
Hal ini di karenaka pada table 3 terjadi perubahan posisi objek disana sementara pada
table 4 posisi objek nya tetap.
Universitas Sumatera Utara
32
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Dari data data yang di tampilkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Ditemukan magnifikasi karena terdapat jarak antara permukaan kaset dan IP.
Akan tetapi magnifikasi dapat di kurangi dengan mengatur posisi objek benar
benar sejajar
2. Posisi kemiringan objek mempengaruhi hasil citra sehingga posisi tidak sejajar
dan semakin besar sudut objek terhadap bidang kaset maka semakin jelas distorsi
terlihat dan Jarak antara titik focus dengan objek juga mempengaruhi terhadap
citra semakin dekat titik focus terhadap objek maka akan semakin besar
bayangan yag di hasilkan
3. Jika terjadinya magnifikasi dan distorsi pada citra radiogrfi maka akan rendah
pula kualitas yang di hasilkan pada citra radiografi.
Universitas Sumatera Utara
33
5.2.
Saran
1.
Untuk menghindari terjadi distorsi maka perlu di perhatikan posisi objek
sehingga bisa benar benar sejajar pada bidang kaset
2.
Apabila hendak mengambil gambar sebaiknya objek di letakkan sedekat
mungkin terhadap bidang kaset hal ini untuk mengurangi terjasinya
magnifikasi dan distorsi. Jika objek tidak memungkinkan maka dapat
diantisifasi dengan penambahan jarak antara titik fokus terhadap objek.
Universitas Sumatera Utara