Penyelesaian Sengketa Administrasi Pemilihan Umum

ABSTRAKSI
Paskah Mentari A. Pasaribu1
Armansyah2
Edy Murya3
Pelaksanaan Pemilihan Umum yang demokratis tidak hanya memiliki
regulasi yang mengatur tentang proses pelaksanaan dan lembaga penyelenggara
yang baik tetapi juga harus menyediakan mekanisme hukum untuk menyelesaikan
kemungkinan adanya pelanggaran-pelanggaran Pemilu. Hal itu diperlukan oleh
karena dalam proses penyelenggaraan Pemilu tidak lepas dari permasalahan yang
menuntut proses penyelesaian yang sesuai. Dalam pelaksanaan Pemilu terdapat
salah satu jenis sengketa yang dianggap remeh dibandingkan sengketa lainnya
namun sesungguhnya dapat merugikan terlebih bagi peserta Pemilu jika tidak
diselesaikan dengan baik yaitu sengketa
administrasi pemilihan umum.
Berdasarkan pokok pemikiran diatas maka pembahasan inti akan berkaitan dengan
proses penyelesaian sengketa administrasi dibandingkan dengan pelanggaran
Pemilu lainnya.
Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota
DPR, DPD, dan DPRD mengatur bahwa sengketa administrasi Pemilihan Umum
dapat terjadi jika terdapat tata cara, prosedur, dan mekanisme yang berkaitan
dengan administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaraan

Pemilu di luar tindak pidana Pemilu dan pelanggaran kode etik penyelenggara
Pemilu. KPU adalah lembaga yang diamanahkan sebagai wadah yang berwenang
untuk menyelesaikan sengketa administrasi Pemilu. Ketika rekomendasi dugaan
atas pelanggaran administrasi Pemilu telah diterima, maka dalam jangka waktu
paling lama 7 (tujuh) hari pelanggaran tersebut akan diselesaikan oleh KPU, KPU
Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, atau PPS sesuai tingkatannya. Keputusan
yang dihasilkan bersifat final dan mengikat. Namun ternyata dalam praktiknya
berdasarkan Keputusan KPU Nomor 05/Kpts/KPU/Tahun 2013 terkait penetapan
Partai Keadilan Persatuan Indonesia (PKPI) yang tidak memenuhi syarat sebagai
peserta Pemilu 2014, pengaplikasian proses penyelesaian sengketa administrasi
pemilihan umum tersebut tidak semudah yang dibayangkan. Sehingga kerap kali
keputusan yang dihasilkan digugat kembali kepada lembaga yang berwenang.
KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, atau PPS yang bertugas untuk
menyelesaikan sengketa ini masih minim koordinasi sehingga menghasilkan suatu
keputusan yang tidak sesuai dengan realita yang ada. Hal ini sebenarnya berkaitan
dengan jangka waktu yang sangat singkat untuk melakukan pemeriksaan dan
memberikan putusan terhadap sengketa yang berkaitan. Sehingga sebaiknya perlu
dilakukan penambahan waktu untuk menyelesaikan sengketa administrasi pemilu,
agar proses penyelesaian sengketa maksimal dan menghasilkan keputusan yang
tidak salah.

                                                            

Mahasiswa Fakultas Hukum USU 
Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar di Fakultas Hukum USU 
3
Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar di Fakultas Hukum USU 
1
2

 

 
Universitas Sumatera Utara