Analisis Peran Kredit Modal Kerja dari Bank BRI Cabang Sibuhuan Terhadap Peningkatan Pendapatan Pengusaha UMKM di Kabupaten Padang Lawas

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Bank
Apabila membahas tentang bank sebagai lembaga yang menjalankan usaha

dibidang jasa keuangan, maka bank bukanlah sembarang usaha melainkan yang
secara hukum memiliki status yang kuat dengan kekayaan sendiri yang mampu
melayani kebutuhan masyarakat. Bank dikenal sebagai lembaga keuagan yang
kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga
dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masayarakat yang
membutuhkannya. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang,
memindahkan uang atau menerima atau menerima segala macam bentuk pembayaran
dan setoran sperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah, dan
pembayaran lainnya (Kasmir, 2008 : 25).
Menurut Kasmir (2008) defenisi umum bank adalah
a.

Menurut Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan adalah badan
hukum yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.

b.

Menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998 Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

Universitas Sumatera Utara

kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dilihat dari segi fungsinya, berbagai macam defenisi tentang bank dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1. Bank dilihat dari segi penerimaan kredit. Dalam pengertian ini bank menerima
uang dan dana-dana lainnya dari masyarakat serta mencerminkan bahwa bank
melaksanakan operasi perkreditannya secara pasif dengan menghimpun dana
pihak ketiga.
2. Bank dilihat sebagai pemberi kredit. Bank melaksanakan operasi secara aktif,
jadi


fungsi

bank

terutama

dilihat

sebagai

pemberi

kredit

tanpa

mempermasalahkan apakah kredit itu berasal dari deposito atau tabungan
yang diterimanya atau bersumber pada pemberian kredit yang dilakukan oleh
bank itu sendiri.

3. Bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyarakat yang berasal dari modal
sendiri, simpanan atau tabungan masyarakat.
Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan dipertegas
lagi dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 maka jenis perbankan
terdiri dari :
a. Bank Umum
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Universitas Sumatera Utara

Adapun pengertian Bank Umum dan Bank Perkreditan rakyat sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut :
1. Dilihat dari Segi Fungsinya
a. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti
dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah
operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank Umum sering disebut bank
komersil (commercial bank).

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya disini kegiatan BPR
jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan Bank Umum.
2. Dilihat dari Segi Kepemilikannya
Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank
tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham
yang dimiliki bank yang bersangkutan.
3. Dilihat dari Segi Status
Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat maka Bank Umum
dapat dibagi ke dalam 2 macam. Pembagian jenis ini disebut juga pembagian

Universitas Sumatera Utara

berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status ini
menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi
jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Oleh karena itu, untuk
memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria
tertentu.

1.2

Kredit

1.2.1

Pengertian Kredit

Secara etimologi, istilah kredit berasal dari Bahasa Latin, yaitu “credere”, yang
berarti kepercayaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kredit adalah pinjaman
sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain. Menurut
Undang-undang Perbankan nomor 10 tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga.
1.2.2

Unsur-Unsur Kredit


Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit
adalah sebagai berikut:
1.

Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa
uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di
masa datang.

Universitas Sumatera Utara

2. Kesepakatan
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing
pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
3. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini
mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu
tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
4. Resiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko

tidak tertagihnya/ macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit
semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi
tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun
oleh resiko yang tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau
bangkrutnya usaha nasabah tanpa unsur kesengajaan lainnya.
5. Balas jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang
kita kenal dangan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya
administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank
yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
1.2.3

Tujuan dan Fungsi Kredit

Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain (Kasmir, 2008 : 100) :
1. Mencari keuntungan

Universitas Sumatera Utara

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil

tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas
jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
2. Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan
dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana
tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan
usahanya.
3. Membantu pemerintah
Menurut Kasmir (2008) ada beberapa keuntungan bagi pemerintah dengan
menyebarnya pemberian kredit adalah :
a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.
b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha
baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga
dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.
c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar
kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang
beredar di masyarakat.
d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya
diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas
kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara.


Universitas Sumatera Utara

e. Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk
keperluan ekspor.
Disamping tujuan di atas, menurut suatu fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai
berikut (Kasmir, 2008 :101) :
a. Untuk meningkatkan daya guna uang.
b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
c. Untuk meningkatkan daya guna barang.
d.

Meningkatkan peredaran barang.

e. Sebagai alat stabilitas ekonomi.
f. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha.
g. Untuk meingkatkan pemerataan pendapatan.
h. Untuk meningkatkan hubungan internasional.
2.2.4


Jenis-Jenis Kredit Bank

Dilihat dari macam jenis kredit yang dapat diajukan kepada bank, maka secara
garis besar kredit tersebut dapat digolongkan kepada kredit tunai (cash loan) dan
kredit tidak tunai (non cash loan).
Jenis kredit secara tunai dapat dibedakan yaitu secara umum tujuan pembiayaan,
jangka waktu, sektor ekonomi, sifat, jenis penggunaan, kolektibilitas, golongan
debitur dan kebijaksanaan. Sedangkan jenis kredit non tunai yaitu dalam bentuk
pemberian bank garansi dan kredit berdokumen dalam rangka pembukaan letter of
credit (L/C).

Universitas Sumatera Utara

Jenis kredit ini perlu diketahui guna melihat jenis kredit apa yang dibutuhkan
oleh perusahaan dan perorangan pada suatu waktu tertentu dan mengetahui
perkembangan selanjutnya dari kredit tersebut ataupun kebutuhan kredit lain yang
akan muncul dikemudian hari.
Jenis Kredit secara umum :
o Kredit Komersial, yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan
atau perorangan untuk tujuan komersial. Dengan mendapatkan fasilitas kredit

ini maka perusahaan dapat meningkatkan volume penjualan yang sekaligus
juga meningkatkan perolehan laba usaha. Pelunasan kredit dan pembayaran
bunga kredit berasal dari hasil keuntungan yang diperoleh perusahaan.
o Kredit Konsumsi, yaitu jenis kredit yang diberikan biasanya kepada
perorangan untuk tujuan konsumsi. Misalnya kredit kepemilikan rumah,
kredit kendaraan, kredit untuk anak sekolah dan lain-lain. Sumber dana untuk
angsuran kredit dan pembayaran bunganya berasal dari pendapatan tetap yang
diterima oleh debitur perorangan tersebut setiap bulannya.
Jenis Kredit berdasarkan tujuan pembiayaan:
o Kredit Modal Kerja, adalah

kredit yang diberikan oleh bank kepada

perusahaanatau perorangan untuk menambah modal kerjanya. Modal kerja
meliputi biaya pembelian bahan baku, bahan pembantu, upah buruh, overhead
cost dan lain-lain. Biasanya jangka waktu perputaran dana ini tidak lebih dari
setahun.

Universitas Sumatera Utara

o Kredit Investasi, adalah kredit yang diberikan oleh bankn kepada perusahaan
untuk pembelian barang modal. Misalnya kredit untuk pembelian mesinmesin, kendaraan, peralatan dan pembangunan gedung pabrik.
Kredit ini berjangka penjang, melebihi jangka waktu satu tahun dan
pelunasannya melalui angsuran.
Kredit dibedakan dari segi waktunya yaitu (Warman Djohan, 2000 : 42) :
o Kredit Jangka Pendek, yaitu kredit berjangka waktu sampai dengan satu
tahun, biasanya kredit modal kerja.
o Kredit Jangka Menengah, yaitu kredit dengan jangka waktu di atas satu tahun
sampai dengan 5 (lima) tahun, biasanya kredit yang digunakan untuk
pembelian kendaraan, peralatan, dan mesin-mesin secara partial.
o Kredit Jangka Panjang, yaitu kredit dengan jangka waktu di atas 5 (lima)
tahun, yaitu kredit yang diberikan untuk pembiayaan pembangunan pabrik
baru dan pembiayaan proyek jangka panjang (project financing).
Kredit dapat pula dibedakan atas pembiayaan berdasarkan sektor ekonomi, yaitu :
o Kredit Pertanian, adalah kredit yang diberikan untuk pembiayaan sektor
pertaniaan termasuk perkebunan, perikanan dan kehutanan. Kredit dapat
diberikan dalam bentuk kredit modal kerja atau kredit investasi.
o Kredit Pertambangan, adalah kredit yang diberikan untuk pembiayaan sektor
pertambangan meliputi eksplorasi dan eksploitasi.
o Kredit perindustrian adalah kredit yang diberikan untuk pembiayaan pabrikpabrik, manufaktur dari segala sektor.

Universitas Sumatera Utara

o KreditKonstruksi adalah kredit yang diberikan kepada kontraktor untuk
pembiayaan pembangunan proyek sampai dengan proyek selasai (building
finance). Pembangunan proyek ini meliputi pembangunan gedung, jalan
danjembatan serta prasarana lainnya.
o Kredit perdagangan, restoran dan hotel adalah kredit yang diberikan untuk
membantu kebutuhan modal perdagangan antar kota, antar pulau dan
perdagangan lokal serta untuk restoran dan hotel-hotel.
o Kredit pengangkutan, pergudangan adalah kredit yang diberikan untuk
pengangkutan,

distribusi

barang-barang

dan

pergudangan.

Termasuk

didalamnya kredit distribusi, yaitu pembelian barang-barang dalam jumlah
besar dan kemudian dijual dalam jumlah kecil.
o Kredit jasa-jasa dunia usaha, adalah kredit yang diberikan untuk perusahaan
jasa seperti konsultan, akuntan, dokter pengacara dan pendidikan.
Dilihat dari sifatnya, kredit yang diberikan oleh bank digolongkan menjadi (Warman
Djohan, 2000 : 44) :
o Kredit revolving, yaitu fasilitas kredit yang diberikan atas dasar limit atau
plafon tertentu dapat dipakai berulang-ulang sampai dengan batas limityang
telah ditentukan tersebut. Kredit ini biasanya dalam bentuk kredit modal kerja
atas rekening koran dengan jangka waktu tidak melebihi satu tahun.
o Kredit aflopend, yaitu fasilitas kredit yang diberikan satu kali penggunaan
atau sesuai skedul dan tidak dapat dipakai berulang.
Dari jenis penggunaannya kredit dapat dibedakan menjadi :

Universitas Sumatera Utara

o Kredit usaha, adalah kredit yang digunakan untuk pembiayaan dalam bentuk
modal kerja atau investasi. Pembayaran bungan dan pelunasan kredit berasal
dari keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha perusahaan.
o Kredit konsumsi, adalah kredit yang digunakan untuk pembelian barangbarang konsumsi bukan untuk usaha. Misalnya kredit pemilikan rumah, kredit
kendaraan dan kredit untuk pembeliaan peralatan rumah tangga. Sumber
pembayaran bunga dan angsuran kredit berasal dari pendapatan tetap debitur.
2.2.5

Prinsip-Prinsip Dasar Kredit

Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama.
Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian
setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk
mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis
5C dan 7P (Kasmir, 2008 : 109). Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5C kredit
adalah sebagai berikut:
1. Character, dalam hal ini pihak bank akan menilai sifat dan watak calon debitur
seperti latar belakangcalon, pekerjaan maupun kepribadian seperti cara/gaya
hidup, hoby, keadaan keluarga dan sebagainya. Character calon ini diyakini
akan berpengaruh kepada kemauan membayar kembali kredit yang akan
diperolehnyadari bank.
2. Capacity, analisis capacity ini adalah menyangkut kemampuan calon debitur
dalam bidang bisnis yang ada atau yang direncanakan. Dalam hal ini akan
diperhatikan seperti kesesuian tingkat pendidikan, ada tidaknya pengalaman yang

Universitas Sumatera Utara

mendukung kearah keberhasilan bisnis dan sebagainya. Analisis ini akan
bermuara kepada kesimpulan mampu atau tidak calon debitur membayar kembali
angsuran kredit sekiranya permohonan diterima.
3. Capital, sumber-sumber dan penggunaan modal calon debitur akan dianalisis
perbankan untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat tentang calon debitur.
Sekiranya bisnis calon debitur telah berjalan sebelumnya, maka kondisi akan
keefektifan modal calon debitur dapat dilihat dari laporan keuangan
perusahaannya seperti tingkat likuiditas, solvabilitas dan juga rentabilitasnya.
4. Collateral, bermakna bahwa jaminan yang akan diberikan calon debitur kepada
pihak perbankan jika permohonan kreditnya disetujui. Jaminan ini misalnya suratsurat berharga seperti sertifikat tanah, surat tanda nomor kendaraan dan
sebagainya. Pihak bank akan memastikan keabsahan jaminan tersebut dan
memastikan bahwa nilai jaminan salalu lebih besar daripada jumlah kredit yang
akan diberikan oleh bank. Pihak bank akan menggunakan jaminan tersebut jika
debitur gagal mengembalikan pinjaman kreditnya dengan melakukan penyitaan.
5. Condition, pihak bank akan mengkaji tentang kondisi perekonomian saat ini dan
juga kemungkinan-kemungkinan yang akan dating terutama berkaitan dengan
sektor bisnis yang dimaksudkan oleh calon debitur. Pihak bank akan memastikan
bahwa prospek bisnis yang dimaksudkan calon debitur tersebut relatif baik dan
memuaskan sehingga kredit yang dicairkan bank memiliki tingkat resiko yang
relatif kecil.

Universitas Sumatera Utara

Kemudian penilaian kredit dengan metode analisis 7P adalah sebagai berikut:
1. Personality, yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya
seharihari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi,
tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi sesuatu.
2. Party, yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau
golongangolongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.
Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan
fasilitas yang berbeda dari bank.
3. Purpose, yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat
bermacam-macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi,
konsumtif dan produktif.
4. Prospect, yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau
sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai
tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.
5. Payment, merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang
telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit.
Semakin banyak sumber penghasilan debitur, maka akan semakin baik. Sehingga
jika salah satu usahanya ditutupi oleh sektor lainnya.

Universitas Sumatera Utara

6. Profitability, untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari
nasabah. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau
semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kedit yang akan diperolehnya.
7. Protection, tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan
mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang
atau jaminan asuransi.
2.3

Kredit Modal Kerja

2.3.1

Pengertian Kredit Modal Kerja

Kredit Modal kerja merupakan bagian dari kredit koorporasi, yang khusus
diberikan kepada Badan Usaha untuk membeli barang-barang modal maupun
membiayai modal kerja.
Pengertian Kredit Modal Kerja adalah fasilitas kredit yang digunakan untuk
menutupi kebutuhan modal kerja dalam rangka membiayai kegiatan usahanya seharihari dengan jangka waktu paling lama 1 tahun. Misalnya membeli bahan baku, bahan
penolong, untuk mengupah tenaga kerja, membiayai persediaan, untuk membiayai
hutang dan kebutuhan akan uang tunai. Kredit modal kerja biasanya berjangka
pendek dan disesuaikan dengan jangka waktu perputaran modal kerja nasabah.
Prinsipnya ciri modal kerja ini adalah penggunaan modal yang akan habis dalam
satu siklus usaha yaitu dimulai dari perolehan uang tunai dari kredit bank kemudian
digunakan untuk membeli barang dagangan atau bahan-bahan baku (kemudian
diproses menjadi barang jadi) lalu dijual (bisa dengan kredit atau tunai) selanjutnya
memperoleh uang kas kembali.

Universitas Sumatera Utara

Tujuan dari diberikannya kredit modal kerja adalah untuk meningkatkan
produksi baik peningkatan kuantitatif maupun kualitatif. Peningkatan kuantitatif
produksi dimaksudkan untuk jumlah dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan,
sedangkan peningkatan kualitatif dimaksudkan untuk meningkatkan mutu atau
kualitas produk yang dihasilkan.
2.3.2

Jenis Kredit Modal Kerja

Pembagian jenis kredit modal kerja secara umum adalah berdasarkan jangka
waktunya. Ditinjau dari jangka waktunya, kredit modal kerja terdiri dari 2 (dua)
macam, yaitu:
a. Kredit Modal Kerja Revolving
Apabila kegiatan usaha debitur dapat diharapkan berlangsung secara kontiniu
dalam jangka panjang dan pihak bank cukup mempercayai kemampuan dan
kemauan nasabah, maka fasilitas kredit modal kerja nasabah dapat diperpanjang
setiap periodenya tanpa harus mengajukan permohonan kredit baru. Kredit modal
kerja semacam ini disebut sebagai kredit modal kerja Revolving. Bank hanya
perlu secara berkala meninjau kinerja nasabah berdasarkan laporan kegiatan usaha
yang wajib diserahkan nasabah secara rutin, hanya apabila pihak bank mulai
meragukan kinerja nasabah, maka bank dapat saja meninjau kembali pemberian
fasilitas kredit modal kerja revolving kepada nasabah.
b. Kredit Modal Kerja Einmaleg
Apabila volume usaha debitur sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu dan
atau pihak bank kurang mempercayai kemampuan dan kemauan nasabah, maka

Universitas Sumatera Utara

pihak bank merasa lebih aman kalau memberikan kredit modal kerja Einmaleg.
Fasilitas kredit modal kerja ini hanya diberikan sebatas satu kali perputaran usaha
nasabah, dan apabila pada periode selanjutnya nasabah menghendaki kredit modal
kerja lagi maka nasabah harus mengajukan permohonan kredit baru. Kredit Modal
Kerja jenis ini juga dapat diberikan kepada debitur yang kegiatan usahanya sangat
tergantung pada proyek yang diperoleh.
2.3.3

Bentuk-Bentuk Kredit Modal Kerja

Terdapat berbagai macam bentuk-bentuk kredit modal kerja seperti kredit modal
kerja untuk perdagangan, kredit modal kerja bidang industri, perkebunan/pertanian
dan lain-lainnya. Bentuk-bentuk kredit modal kerja tersebut dapat dilihat sebagai
berikut :
a. Kredit modal kerja untuk perdagangan, antara lain:
1. Kredit Ekspor
2. Kredit pertokoan, dll.
b. Kredit modal kerja bidang industri, antara lain:
1. Kredit modal kerja pabrik makanan/minumandalam kemasan.
2. Kredit modal kerja pabrik tekstil, dll.
c. Kredit modal kerja untuk bidang perkebunan/pertanian, antara lain:
1. Kredit untuk membeli pupuk
2. Kredit untuk membeli obat-obatan anti hama, dll.
d. Kredit modal untuk kontraktor bangunan.

Universitas Sumatera Utara

e. Kredit modal kerja untuk perbengkelan atau service station.
f. Dan sebagainya.
2.3.4

Ketentuan Umum Kredit Modal Kerja

Ketentuan umum kredit modal kerja dilihat dari dua hal berikut :
a. Dalam pemberian kredit modal kerja kepada pemborong/rekanan, bank
pelaksana hendaknya tetap memperhatikan bonafiditas dan kriteria-kriteria
yang lazim berlaku dalam dunia perbankan.
b. Dalam penilaian kredit hendaknya diperhatikan bahwa pemborong/rekanan
tersebut benar-benar mengutamakan pemakaian barang-barang hasil produksi
dalam negeri.
2.4

Pendapatan

2.4.1

Pengertian Pendapatan

Menurut Rahardja dan Manurung (2006: 292) pendapatan merupakan total dari
penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama
periode tertentu. Pendapatan adalah konsep aliran (flow concept). Terdapat tiga
sumber penerimaan pada rumah tangga, yakni:
1. Pendapatan dari gaji dan upah, Gaji merupakan balas jasa terhadap kesediaan
menjadi tenaga kerja. Besar dari gaji seseorang tersebut tergantung dari
produktivitasnya. Faktor–faktor yang mempengaruhi produktivitas, yakni
Keahlian, Mutu modal manusia, dan Kondisi kerja.

Universitas Sumatera Utara

2. Pendapatan dari aset produktif, Aset produktif mrerupakan aset yang memberikan
masukan terhadap balas jasa penggunaanya. Aset ini terbagi dua yakni aset
finansial dan aset bukan financial.
3. Pendapatan dari Pemerintah, Pendapatan dari pemerintah merupakan pendapatan
yang diterima bukan atas balas jasa yang telah dilakukan maupun diberikan. Hal
ini biasanya terdapat pada negara-negara maju yang memberikan tunjangan
penghasilan bagi para penganggur dan sebagainya.
Dalam kegiatan perusahaan, keuntungan ditentukan dengan cara mengurangi
berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan yang diperoleh. Istilah
pendapatan digunakan apabila berhubungan dengan aliran penghasilan pada suatu
periode tertentu yang berasal dari penyediaan faktor-faktor produksi (sumber daya
alam, tenaga kerja, dan modal) masing-masing dalam bentuk sewa, upah, dan bunga,
secara berurutan. Dalam analisis Ekonomi Makro menurut Mankiw (2007 : 17)
pendapatan nasional (nationalincome) dapat diukur dengan Produk Domestik Bruto
(PDB). PDB dianggap sebagai ukuran terbaik dalam kinerja perekonomian. Ada dua
cara dalam melihat statistik PDB, yaitu dengan melihat PDB sebagai pendapatan total
dari setiap orang di dalam perekonomian dan sebagai pengeluaran total atas output
barang dan jasa perekonomian. PDB dipakai berhubungan dengan pendapatan
agregat suatu Negara dari sewa, upah, bunga dan pembayaran, namun tidak termasuk
pembayaran transfer (tunjangan pengangguran, uang pensiun dan lain sebagainya).
2.4.2

Sumber-Sumber Pendapatan

Menurut Boediono (2002: 170-174) income seseorang ditentukan oleh :

Universitas Sumatera Utara

1. Jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada hasil-hasil
tabungannya di tahun-tahun yang lalu dan warisan (pemberian), dan
2. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini ditentukan
oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar faktor produksi. Penawaran dan
permintaan dari masing – masing produksi ditentukan oleh faktor – faktor yang
berbeda yakni:
a. Permintaan dan Penawaran Tanah, tanah dan kakayaan yang ada didalamnya
mempunyai penawaran yang dianggap tidak akan bertambah lagi.
b. Permintaan dan Penawaran Modal, modal (sumber-sumber ekonomi ciptaan
manusia) mempunyai penawaran yang lebih elastis karena dari waktu ke
waktu warga masyarakat menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk
ditabung (saving) dan kemudian sektor produksi akan menggunakan dana
tabungan ini untuk digunakan di pabrikpabrik baru, seperti membeli mesin–
mesin (yaitu investasi).
c. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja, tenaga kerja mempunyai penawaran
yang cenderung terus menerus naik (pertumbuhan penduduk) sehingga ada
kecenderungan bagi upah yang semakin menurun.
d. Kepengusahaan (entrepreneurship) merupakan faktor produksi yang paling
sukar untuk dianalisa, karena faktor-faktor yang menentukan penawaran dan
permintaannya sangat beraneka ragam (misalnya: faktor-faktor motivasi).
Pada umumnya penawaran orang-orang yang berjiwa “entrepreneur” masih

Universitas Sumatera Utara

sangat kecil pada negara-negara yang berkembang. Inilah sebabnya
penghasilan untuk pengusaha yang sukses cukup besar di negara berkembang.
2.5

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

2.5.1

Defenisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Defenisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perjalanan
sejarahnya telah berkembang dan berubah-ubah sesuai perekonomian dan kebijakan
pemerintah. Usaha Kecil pertama kali diatur oleh Undang-Undang No.9 Tahun 1995,
Usaha Menengah sesuai Instruktur Presiden No. 10 Tahun 1999 dan terakhir diubah
Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang UMKM, sebagai berikut :
a. Usaha Mikro adalah unit usaha yang memiliki nilai asset paling banyak Rp 50
juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp 300 juta.
b. Usaha Kecil dengan nilai asset lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling banyak
Rp 500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp 300 juta.
c. Usaha Menengah adalah perusahaan dengan nilai kekayaan bersih lebih dari Rp
500 juta hingga paling banyak Rp 10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan di atas Rp 2,5 miliar sampai
paling tinggi Rp 50 miliar.
2.5.2

Manfaat Memiliki Izin UMKM

Tidak

sedikit

kios-kios

pedagang

ditertibkan

atau

terkena

tindakan

pembongkaran lantaran tidak memiliki izin usaha. Kejadian tersebut kerap sekali

Universitas Sumatera Utara

menimpa para pedagang kecil dimanapun mereka berada baik di Jakarta, Surabaya,
Medan atau kota-kota lainnya. Miris sekali kedengarannya. Namun, penertiban hanya
akan diberlakukan lantaran tidak ada unsur legalitas dalam usaha yang didirikan.
Untuk itu, keberadaan izin usaha dalam melengkapi kegiatan perdagangan yang
dilakukan sangat memiliki arti penting. Izin usaha memiliki beberapa manfaat,
manfaat izin usaha sebagai berikut :
1. Sarana perlindungan hukum
2. Sarana promosi
3. Bukti kepatuhan terhadap aturan hukum
4. Mempermudah mendapatkan suatu proyek
5. Mempermudah pengembangan usaha
2.5.3

Jenis-jenis UMKM

Berdasarkan total asset, total penjualan dan status usaha, Kementrian Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah, mengelompokkan UMKM menjadi tiga kelompok
sebagai berikut.
1. Usaha mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat
tradisional dan informal, dalam arti belum tercatat dan belum berbadan hukum.
Hasil penjualan bisnis tersebut paling banyak Rp 100.000.000,00.
2. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memenuhi kriteria sebagai
berikut :
a. Usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00,
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

Universitas Sumatera Utara

b. Usaha yang memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00.
c. Usaha yang berdiri sendiri, bukan perusahaan atau cabang yang dimiliki,
dikuasai atau berafiliasi baik secara langsung dengan usaha menengah atau
skala besar.
d. Berbentuk usaha yang dimiliki orang perorang, badan usaha yang tidak
berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
3. Usaha menengah adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memenuhi kriteria sebagai
berikut :
a. Usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih besar Rp 200.000.000,00 sampai
dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00, tidak termasuk tanah dan
bangunan usaha.
b. Usaha yang berdiri sendiri, bukan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai dan berafiliasi baik secara langsung dengan usaha
menegah atau skala besar.
c. Berbentuk usaha yang dimiliki orang perorang, badan usaha yang tidak
berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Berdasarkan skala usahanya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu skala
rumahan dan skala toko.
1. Skala rumahan
Keterbatasan dana kerapkali melatarbelakangi tumbuhnya UMKM skala
rumahan. Dengan mendirikan usaha dirumah tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk menyewa tempat. Dengan begitu dapat digunakan dana yang seharusnya

Universitas Sumatera Utara

untuk menyewa tempat untuk keperluan pengadaan bahan-bahan dagangan.
Selain faktor keuangan, UMKM skala rumahan dipilih karena faktor kemudahan
dalam mengawasinya.
2. Skala toko
Jika usaha yang dijalankanmengalami kemajuan, tidak ada salahnya menyewa
sebuah tokodengan tujuan mengembangkan usaha. Sebab, kemajuan tanpa
dibarengi dengan tindakan merupakan kesempatan yang sia-sia. Kepemilikan toko
akan membantu untuk mempromosikan komoditas lebih jauh. Dengan keberadaan
toko maka usaha akan makin dikenal oleh konsumen. Usaha yang dijalani pun
akan menghasilkan keuntungan yang berlipat.
Pada prinsipnya ada empat jenis usaha, yaitu produksi, perdagangan dan jasa.
1. Produksi, usaha produksi adalah jenis usaha yang bergerak dalam kegiatan proses
perubahan suatu bahan/produk menjadi produk baru yang berbeda bentuknyadan
mempunyai nilai tambah. Kegiatan ini dapat berupa produksi pangan, peralatan
rumah tangga, kerajinan, dan lain-lain.
2. Perdagangan, jenis usaha ini merupakan usaha yang bergerak dalam
memindahkan barang dari produsen/tempat ke konsumen/tempat lain yang
membutuhkan. Jenis usaha ini berupa toko, warung, rumah makan, penyalur,
pedagang, dan lain-lain.
3. Pertanian, meliputi perkebunan misalnya untuk pembibitan dan kebun buahbuahan, sayur-sayuran, dan lain-lain. Peternakan untuk ternak ayam, petelur, susu

Universitas Sumatera Utara

sapi. Dan perikanan misalnya untuk darat/laut seperti tambak udang, kolam ikan,
dan lain-lain.
4. Jasa. usaha jasa meupakan usaha yang bergerak dalam kegiatan pelayanan atau
menjual jasa. Contohnya, asuransi, konsultan, biro perjalanan, benkel, salon, dan
lain-lain.
2.5.4

Kekuatan Dan Kelemahan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah

Menurut Alma (2005) dapat dikatakan ada empat (4) faktor umum yang
mempengaruhi kegagalan usaha kecil, yaitu :
1. Manajerial yang tidak kompeten.
2. Kurang memberi perhatian.
3. Sistem kontrol yang lemah.
4. Kurangnya modal.
Sedangkan yang mempengaruhi keberhasilan usaha kecil ada empat (4) faktor dasar
yaitu :
1.

Kerja keras, motivasi, dan dedikasi.

2. Permintaan pasar akan produk atau jasa yang disediakan.
3. Kompetensi manajerial.
4. Keberuntungan.
Kombinasi antara kekuatan dan kelemahan tersebut sangat menentukan
kemampuan UMKM dalam menghadapi tantangan-tantangan yang aktual saat ini
yaitu perkembangan produk dan teknologi informasi yang pesat, akses ke pasar dan
persaingan semakin bebas.

Universitas Sumatera Utara

2.6

Penelitian Terdahulu

1. Rasidah

Armaini

(2007),

dengan

judul

“Analisis

Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhi Permintaan Kredit Modal kerja PT Bank Sumut oleh Usaha Kecil
dan Menengah di Medan” menyimpulkan bahwa :
a. Variabel tingkat suku bunga kredit modal kerja (X1) dan variable
jaminan/agunan yang harus diberikan usaha kecil dan menengah (X2)
berpengaruh cukup nyata terhadap permintaan kredit modal kerja PT Bank
Sumut cabang Medan oleh usaha kecil dan menengah.
b. Koefisien tingkat suku bunga kredit modal kerja PT Bank sumut dan besarnya
jumlah jaminan /agunan yang harus diberikan usaha kecil dan menengah
berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit modal kerja PT bank Sumut
oleh usaha kecil menengah.
c. Koefisien determinasi (r2- 0,193) atau sebesar 19,30% menunjukkan
kemampuan variabel tingkat suku bunga kredit dan jumlah jaminan/agunan
yang harus diberikan usaha kecil dan menengah hanya mampu memberikan
penjelasan terhadap permintaan kredit modal kerja usaha kecil dan menengah
sebesar 19,30%. Sedangkan sisanya sebesar 80,70% (100%-19,30%)
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.
d. Hasil uji F diketahui bahwa Fhitung adaalah 3,956. Sedangkan Ftabel diperoleh
adalah 3,32 dengan demikian Fhitung > Ftabel (3,956>3,32), maka Hi diterima.
Artinya secara bersama-sama variabel tingkat suku bunga kredit modal kerja
dan tingkat jumlah jaminan/agunan berpengaruh cukup nyata terhadap

Universitas Sumatera Utara

besarnya permintaan kredit modal kerja PT Bank Sumut Cabang Medan oleh
usaha kecil dan menengah pada tingkat kepercayaan 95% (α=5%).
2. Elmeria L.Hutagalung (2004) dengan judul “Peranan PT.Bank Bukopin Sebagai
Lembaga

Pemberi

Kredit

Terhadap

Perkembangan

Pengusaha

kecil”

menyimpulkan bahwa :
a. Keterbatasan faktor modal yang dimiliki pengusaha golongan ekonomi lemah
dalam meningkatkan produksinya maka mereka memerlukan modal dari luar
seperti lembaga-lemabaga keuangan. Kredit yang disalurkan BUKOPIN
Cabang

Medan

secara

nyata

mempunyai

hubungan

positif

dalam

meningkatkan pendapatan pengusaha golongan ekonomi lemah, dimana
dengan penambahan modal kredit dapat meningkatkan pendapatan.
b. Tingkat penggunaan kredit bank untuk pengembangan usahanya dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar debitur menggunakan kredit yang
diberikan kepadanya untuk pengembangan usaha yang dijalankannya yaitu
sebesasar 70%-100%.

Universitas Sumatera Utara