Pengaruh Rotasi Kantor Akuntan Publik Mandatory dan Voluntary terhadap Kualitas Audit dengan Ukuran KAP sebagai Variabel Pemoderasi pada perusahaan yang terdaftar di BEI 2012-2014

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan teori-teori yang digunakan dan menjadi referensi
serta landasan dari penelitian ini. Bab ini mencakup pemahaman mengenai audit,
kualitas audit, regulasi yang mengatur batas waktu pemberian jasa audit di
Indonesia, serta ukuran KAP yang akan mempengaruhi kualitas audit dalam
hubungan rotasi KAP yang bersifat mandatory maupun voluntary.
Bab ini juga berisi pengembangan hipotesis yang mencakup penelitianpenelitian terdahulu mengenai pengaruh rotasi KAP secara voluntary ataupun
mandatory terhadap kualitas audit. Serta pembahasan mengenai ukuran KAP yang

mempengaruhi kualitas audit yang diberikan.
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori Kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata patuh yang menurut KBBI (Kamus
Besar Bahasa Indonesia), patuh berarti suka menurut perintah, taat
kepada perintah atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat
patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada peraturan.
Menurut Tyler (1990) terdapat dua perspektif dasar dalam litelatur
sosiologi mengenai kepatuhan pada hukum yang disebut instrumental
dan normatif . Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara
utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap


Universitas Sumatera Utara

perubahan-perubahan dalam tangibel, insentif, dan penalti yang
berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif berhubungan dengan
apa yang orang anggap sebagai moral dan berlawan dengan
kepentingan pribadi mereka.
Menurut percobaan Migram (2007) terdapat 6 faktor yang
mempengaruhi kepatuhan . Pertama status lokasi, dimana saat lokasi
tersebut memberikan prestige tertentu, maka terdapat kecenderungan
seseorang patuh terhadap peraturan. Kedua tanggung jawab personal,
dimana didapatkan bahwa ketika tanggung jawab personal berkurang
maka ketaatan meningkat. Ketiga legitimasi figur otoritas, dimana
adanya otoritas yang sah yang dimiliki atasan akan membuat bawahan
taat kepada atasan dan perintahnya. Keempat status figur otoritas,
dimana seseorang memandang superior orang yang memiliki status
sosial yang baik. Kelima dukungan sesama rekan, seseorang cenderung
berperilaku sama dengan rekan atau sesama dalam lingkungan
sosialnya. Keenam kedekatan figur otoritas, dengan kehadiran figur
otoritas maka dapat mengawasi secara langsung mengenai prosedur dan

juga arahan menegnai apa yang harus dilakukan.
Tuntutan akan kepatuhan dalam memenuhi peraturan dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang jasa
Akuntan Publik yang merupakan penyempurnaan atas Keputusan
Menteri

Keuangan

Nomor

423/KMK.06/2002

dan

Nomor

359/KMK.06/2003. Peraturan ini mewajibkan rotasi auditor partner

Universitas Sumatera Utara


setiap 3 (tiga) tahun dan rotasi KAP setiap 6 (enam) tahun. Peraturan ini
bertujuan untuk meminimalkan skandal keuangan yang melibatkan
auditor, dikarenakan ancaman independensi yang timbul dari masa
pemberian jasa audit yang panjang.
Peraturan tersebut secara hukum mengisyaratkan adanya kepatuhan
dari auditor maupun klien untuk memenuhi peraturan tersebut, hal ini
sesuai dengan teori kepatuhan (complience theory).
2.1.2 Teori Sinyal
Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik
dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar dengan demikian
pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik
dan buruk (Hartono, 2005).
Signalling theory menjelaskan bahwa laporan keuangan pada

dasarnya dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memberi sinyal (baik
positif maupun negatif) kepada para penggunanya. Signalling theory
juga dapat membantu mengurangi asimetri informasi antar perusahaan
(agent), pemilik (principal), dan pihak luar perusahaan melalui laporan
keuangan


yang

berkualitas.

Untuk

memastikan

pihak-pihak

berkepentingan tentang keandalan suatu laporan keuangan, dibutuhkan
pihak independen yang dapat memberikan opini atas kualitas laporan
keuangan yang disajikan manajemen.

Menurut Scott (2009),

pengambilan keputusan investasi oleh investor dilakukan secara

Universitas Sumatera Utara


rasional dalam rangka memaksimalkan utilitasnya karena rata-rata para
investor

memanfaatkan

informasi

akuntansi

keuangan

sebagai

pertimabangan keputusan investasinya sehingga diharapkan akuntan
bisa menyediakan informasi akuntansi yang lengkap, akurat dan tepat
waktu sehingga memberikan peluang bagi investor untuk mengambil
keputusan secara rasional sehingga mencapai hasil sesuai yang
diharapkan.
2.1.3 Auditing
2.1.3.1 Definisi Auditing

Auditing adalah suatu proses sistematis yang secara objektif
memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait dengan pernyataan
mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat
kesesuaian anatara pernyataan tersebut dan kriteria yang telah
ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak
berkepentingan (Guy et al , 2002).
Pengertian auditing menurut Arens dan Loebbecke (2009) adalah:
suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang
informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang
dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat
menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteriakriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh
seorang yang independen dan kompeten.

Universitas Sumatera Utara

Soekrisno Agoes (2004) menjelaskan bahwa audit adalah suatu
pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak
yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Dari definisi-definisi di atas dapat kita uraikan konsep-konsep
penting yang mendasari istilah auditing :
1. Proses Sistematis
Sebagai proses yang sistematis, audit adalah suatu
pendekatan yang logis, terstruktur, dan jelas tujuannya bagi
pengambilan keputusan; audit bukan merupakan proses yang
tidak terencana.
2. Secara Objektif Memperoleh dan Mengevaluasi Bukti
Audit berkaitan dengan pengumpulan bukti-bukti tentang
informasi yang akan mempengaruhi proses keputusan auditor.
Bukti dapat mengambil berbagai macam bentuk, seperti
dokumen pengujian, observasi oleh auditor dan konfirmasi
saldo-saldo pihak ketiga.
3. Pernyataan mengenai Tindakan atau Kejadian Ekonomi

Universitas Sumatera Utara

Pernyataan ini seringkali berhubungan dengan laporan
keuangan. Laporan keuangan ini menunjukan pernyataan pihak

yang diaudit (auditee’s assertion) mengenai tindakandan
kejadian ekonomi serta mencakup tidak hanya laporan keuangan
itu sendiri tetapi juga sistem informasi akuntansi dan proses
akuntansi.
4. Tingkat kesesuaian anatar Pernyataan dan Kriteria yang
Ditetapkan
Tujuan auditor adalah menentukan apakah pernyataan pihak
yang diaudit sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yang
biasanya menunjuk pada prinsip-prinsip PSAK yang berlaku.
5. Mengkomunikasikan Hasil kepada Pihak yang Berkepentingan
Hasil pemeriksaan auditor terhadap laporan keuangan yang
disiapkan

manajemen

dan

berupa

laporan


audit

yang

menyatakan kesesuaian antara pelaporan dengan ketetapan yang
berlaku, harus dipublikasikan kepada pemangku kepentingan.
2.1.3.2 Tujuan Audit
Pernyataan Standar Auditing (PSA) 02 menyatakan bahwa tujuan
dari audit laporan keuangan yang dilaksanakan oleh auditor
independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha,

Universitas Sumatera Utara

perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum, yakni PSAK. Auditor mengumpulkan bukti untuk
mencapai kesimpulan, yang disampaikan melalui laporan audit,
tentang apakah laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar dan
untuk menentukan efektivitas kontrol internal.

2.1.3.3 Jenis-Jenis Audit
Menurut Soekrisno (1999), terdapat 2 pengelompokan jenis audit
yang dilaksanakan oleh akuntan publik yakni berdasarkan luas
pemeriksaan dan jenis pemeriksaan.
Jenis audit berdasarkan luas pemeriksaan, yakni :
1. General Audit
Suatu pemeriksaan umum (general audit) bertujuan untuk
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
secara keseluruhan.
2. Special Audit
Suatu pemeriksaan terbatas yang dilakukan oleh KAP
independen, dan pada akhir pemeriksaan auditor tidak perlu
memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan
secara keseluruhan.
Jenis audit berdasarkan pemeriksaan, dapat dibedakan menjadi :

Universitas Sumatera Utara

1. Management Audit ( Audit Operasional)
Suatu


pemeriksaan

terhadap

kegiatan

operasi

suatu

perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan
operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk
mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan
secara efektif, efisien dan ekonomis
2. Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan)
Pemeriksaan

dilakukan

untuk

mengetahui

apakah

perusahaan sudah menaati peraturan-peraturan dan kebijakankebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern
perusahaan maupun pihak ekstern.
3. Internal Audit (Pemeriksaan Intern)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit
perusahaan baik terhadap laporan keuangan dan catatan
akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan
manajemen yang telah ditentukan.
4. Computer Audit
Pemeriksaan
perusahaan

yang

oleh

Kantor

memproses

Akuntan
data

Publik

terhadap

akuntansinya

dengan

menggunakan EDP (Electronic Data Processing) system.

Universitas Sumatera Utara

2.1.3.4 Standar Auditing
Berdasarkan PSA Nomor 01 (SA Seksi 150), standar auditing
berbeda dengan prosedur audit. Prosedur menyangkut langkah yang
harus dilaksanakan sedangkan standar berkenaan dengan kriteria atau
ukuran mutu pelaksanaan serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak
dicapai dengan menggunakan prosedur yang bersangkutan. Standar
auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokan
menjadi tiga kelompok besar , yakni :
1. Standar Umum
Standar umum berkaitan dengan karakteristik seorang
auditor

dimana

auditor

tersebut

memiliki

kemahiran

profesioanal, menggunakan kemahiran tersebut dengan cermat
dan seksama serta mempertahankan sikap independensi dalam
tiap penugasan yang diberikan.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
Standar ini menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan tugas,
auditor harus membuat perencanaan yang matang atas pekerjaan
yang akan

dilakukan.

Seorang auditor wajib memiliki

pemahaman yang mumpuni atas perusahaan yang dibuat, serta
mendasarkan bukti-bukti yang kompeten dari opini atau
pendapat yang akan dikeluarkan.

Universitas Sumatera Utara

3. Standar Pelaporan
Standar ini berisi acuan bagi auditor dalam membuat laporan
auditnya. Dalam standar ini dijelaskan bahwa laporan audit
harus menyatakan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai
PSAK dan menunjukan apakah PSAK secara konsisten dipakai
menjadi dasar pembuatan laporan keuangan serta memuat
pengungkapan

informatif

untuk

pihak-pihak

yang

berkepentingan. Selain itu laporan audit harus memuat suatu
pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat
diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama
auditor yang dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan
auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan. Jika ada, tanggung jawab
yang dipikul oleh auditor.
2.1.3.5 Opini Audit
Menurut Standar Profesioanal Akuntan Publik (PSA 29), ada lima
jenis pendapat auditor yaitu :
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan yang telah
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi

Universitas Sumatera Utara

keuangan,hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
2. Pendapat Wajar dengan Bahasa Penjelas ( Unqualified Opinion
with Explanantory Language)

Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu
yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelas
dalam laporan audit. Keadan tersebut meliputi :
a. Sebagian pendapat auditor didasarkan oleh pendapat auditor
lain
b. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan
karena keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan
disajikan menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang
dikeluarkan oleh IAI
c. Laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian peristiwa
masa yang akan datang, yang hasilnya belum dapat
diperkirakan pada tanggal laporan audit
d. Terdapat keraguan yang besar tentang kemampuan satuan
usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
e. Di antara periode akuntansi terdapat suatu perubahan
material dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam
metode penerapannya

Universitas Sumatera Utara

f. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit ats
laporan keuangan komparatif
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified)
Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan auditor untuk
laporan keuangan yang telah disajikan secara wajar, dalam semua
hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas
tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan
yang dikecualikan. Keadaan-keadaan yang menyebabkan auditor
mengeluarkan pendapat ini adalah :
1. Tidak terpenuhinya bukti audit yang cukup untuk
mengeluarkan pendapat wajar tanpa pengecualian karena
adanya pembatasan ruang lingkup
2. Auditor berkeyakinan bahwa adanya penyimpangan dari
prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak
material, namun

auditor berkesimpulan untuk tidak

menyatakan pendapatan tidak wajar
4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
Pendapat ini dikeluarkan auditor pada saat laporan keuangan
tidak disajikan secara wajar mengenai posisi laporan keuangan,

Universitas Sumatera Utara

hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai dengan prinsip yang
berlaku umum.
5. Tidak memberikan pendapat (Disclaimer )
Pendapat ini dikeluarkan ketika auditor tidak mendapat
keyakinan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan

sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum. Peendapat ini cocok dikeluarkan jika terdapat
pembatasan lingkup audit terhadap auditor, sehingga auditor
tidak

dapat

melaksanakan

audit

yang

cukup

untuk

memungkinkan memberikan pendapat atas laporan keuangan.
2.1.4 Kualitas audit
Kualitas merupakan komponen profesionalisme yang benar – benar
harus dipertahankan oleh Akuntan Publik profesional. Independen
disini berarti akuntan publik lebih mengutamakan kepentingan publik di
atas kepentingan manajemen atau kepentingan auditor itu sendiri dalam
membuat laporan auditan. Oleh sebab itu, keberpihakan auditor dalam
hal ini seharusnya lebih diutamakan pada kepentingan publik (IAI,
2001).
Ada empat kelompok definisi kualitas audit yang diidentifikasi
oleh Watkins et al. (2004). Pertama adalah definisi yang diberikan oleh
De Angelo (1981). De Angelo (1981) mendefiniskan kualitas audit
sebagai

probabilitas

nilaian-pasar

bahwa

laporan

keuangan

Universitas Sumatera Utara

mengandung kekeliruan material dan auditor akan menemukan dan
melaporkan kekeliruan material tersebut. Kedua, adalah definisi yang
disampaikan oleh Lee, Liu , dan Wang (1999). Kualitas audit menurut
mereka adalah probabilitas bahwa auditor tidak akan melaporkan
laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian untuk lapoan
keuangan yang mengandung kekeliruan material. Definisi ketiga adalah
definisi yang diberikan oleh Titman dan Trueman (1986), Beaty (1986),
Krinsky dan Rotenberg (1989), dan Davidson dan Neu (1993). Menurut
mereka kualitas auditor diukur dari akurasi informasi yang dilaporkan
oleh auditor. Terakhir, kualitas audit ditentukan dari kemampuan audit
untuk mengurangi noise dan bias serta meningkatkan kemurnian
(fineness) pada data akuntansi (Wallace, 1980 di dalam Watkins et
al.,2004)

Dari poin-poin di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas audit
adalah kemampuan auditor dapat mendeteksi salah saji yang material
ataupun

kecurangan

serta

transparansi

auditor

yang

akan

mengungkapkan temuan tersebut dalam laporan auditnya.
Terdapat berbagai penelitian untuk mengukur kualitas audit
Menurut Lewnsohn et al (2007) dalam Widhiastika (2012) kualitas
audit diukur dengan 3 pendekatan, yaitu : (1) menggunakan proksi
kualitas audit, misalnya ukuran auditor (Mansi et al 2004), kualita laba
(Kim, 2002) , reputasi KAP (Beatty, 1989), besarnya audit fee (Copley,
1991), adanya tuntutan hukum pada auditor (Palmrose, 1988), dan lain-

Universitas Sumatera Utara

lain ; (2) pendekatan langsung, misalnya dengan melihat proses audit
yang dilakukan dan sejauh mana ketaatan KAP terhadap standar
pemeriksaan audit (Dang, 2004; O’Keefe et al, 1994) ; (3)
menggunakan presepsi dari berbagai pihak terhadap proses audit yang
dilakukan KAP (Carcello, 1992)
2.1.5 Rotasi KAP
Perusahaan melakukan pergantian auditor dengan alasan karena
diharuskan oleh peraturan yang mengatur masa penugasan auditor pada
suatu perusahaan sehingga memaksa perusahaan untuk melakukan
pergantian auditor secara mandatory. Alasan lainnya adalah karena
auditor bersikap konservatif sehingga muncul ketidaksepahaman
dengan pihak auditor sehingga perusahaan mengganti auditornya
walaupun belum mencapai batas waktu yang ditetapkan dalam
peraturan rotasi auditor atau disebut juga rotasi auditor secara
voluntary.

Terdapat dua fokus yang berbeda saat perusahaan melakukan
pergantian auditor secara mandatory dan voluntary . Saat perusahaan
melakukan pergantian auditor secara mandatory, maka yang menjadi
fokus ialah auditor pengganti. Dalam pergantian auditor secara
mandatory, dimana peraturan memebatasi tenure, perusahaan telah

memiliki informasi yang lebih besar ketimbang auditor. Perusahaan
cenderung memilih auditor yang lebih mudah menyepakati tentang

Universitas Sumatera Utara

praktik akuntansi perusahaan. Jika auditor sepakat menjadi auditor
pengganti, maka terdapat kemungkinan bahwa auditor telah memiliki
informasi yang cukup tentang perusahaan atau terdapat kepentingan
lain seperti motif finansial. Sedangkan dalam pergantian auditor secara
voluntary, yang menjadi fokus ialah perusahaan, dimana timbul

pertanyaan mengenai alasan perusahaan mengganti auditornya.
Adanya rotasi audit yang dilakukan oleh perusahaan berdampak
terhadap kualitas audit atas laporan keuangan perusahaan, hal ini
dikarenakan munculnya auditor baru yang akan diperbandingkan
kualitas auditnya antara auditor lama dengan auditor yang baru. Di
Indonesia sendiri terdapat kebijakan tentang rotasi Kantor Akuntan
Publik dan Akuntan Publik yang diatur dalam Surat Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik yang
mengatur bahwa rotasi seorang Akuntan Publik harus dilakukan setiap
3 tahun dan rotasi KAP setiap 5 tahun. Peraturan ini direvisi dengan
dikeluarkannya

Surat

359/KMK.06/2003

Keputusan

tentang

Menteri

perubahan

atas

Keuangan

Nomor

Keputusan

Menteri

Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002. Pada tahun 2008 peraturan
sebelumnya dicabut, dan diperbaharui dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008. Dalam regulasi ini, diatur rotasi
seorang Akuntan Publik tetap 3 tahun dan untuk Kantor Akuntan Publik
6 tahun.

Universitas Sumatera Utara

Siregar et al. (2012) menyatakan bahwa peraturan rotasi audit
bertujuan untuk meningkatkan kualitas audit, hal tersebut didukung
dengan asumsi bahwa semakin lama hubungan antara auditor (baik
Kantor Akuntan Publik ataupun Akuntan Publik) dengan satu
perusahaan akan mengurangi sikap independensi auditor.

Namun

demikian dari segi kompetensi, rotasi audit dapat menimbulkan
penurunan

kualitas

audit.

Geiger

dan

Ranghunandan

(2002)

menemukan bahwa kegagalan audit sering terjadi pada periode awal
auditor melaksanakan penugasan audit.

Salah satu interpretasi dari

kondisi ini adalah bahwa walaupun tingkat independensi auditor relatif
lebih tinggi di awal masa penugasan namun tingkat familiaritasnya
lebih rendah, terlihat dari tingginya tingkat kegagalan audit pada masa
awal tersebut (Wibowo dan Rossieta, 2009)
2.1.6 Ukuran KAP
Kantor Akuntan Publik adalah suatu bentuk organisasi akuntan
publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang –
udangan yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam
praktek akuntan publik (Rachmawati, 2008).
Laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen
perlu diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang merupakan pihak
ketiga yang independen, untuk menilai kredibilitas dari laporan
keuangan tersebut. Maka banyak perusahaan memilih KAP yang

Universitas Sumatera Utara

memiliki reputasi baik, untuk meningkatkan kredibilitas serta
kepercayaan masyarakat terkhusus investor pada informasi yang
disampaikan melalui laporan keuangan yang telah diaudit.
De Angaelo (1981) menyatakan bahwa auditor skala besar
memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritikan kerusakan
reputasi dibandingkan pada auditor skala kecil. Auditor skala besar juga
lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada
karena mereka lebih kuat menghadapi risiko proses pengadilan.
Ukuran Kantor Akuntan Publik ditunjukan dengan afiliasinya
dengan Kantor Akuntan Publik yang berlaku universal yang dikenal
dengan Big Four Worldwide Accounting Firm (Big 4). Kategori KAP
the big four di Indonesia adalah :

1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan
.....KAP Haryanto Sahari dan rekan.

2. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler ), yang
bekerjasama dengan KAP Siddharta-Siddharta dan Widjaja.

3. KAP Ernst and Young, yang bekerjasama dengan KAP
Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja.

4.

KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerjasama dengan
KAP Osman Bing Satrio dan rekan.

Universitas Sumatera Utara

2.1.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
kualitas audit adlah sebagai berikut :

Peneliti
Chairunisa
Nindita,
Sylvia
Veronica
(2012)

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul
Variabel
Analisis
Pengaruh Independen :
Ukuran
Kantor Ukuran
Kantor
Akuntan
Publik Akuntan Publik
terhadap
Kualitas Dependen :
Audit di Indonesia
Kualitas Audit

Made Ariasta Analisis
Pengaruh
Widhiastika
Rotasi
KAP
(2012)
Mandatory
dan
Voluntary terhadap
kualitas audit dengan
kepemilikan
institusional sebagai
pemoderasi

Andrew B. Mandatory
audit
Jackson
, firm rotation and
Michael
audit quality
Moldrich,
Peter Roebuk
(2008)

Sumarwoto
(2006)

Pengaruh
KAP
kualitas
keuangan

Hasil
Ukuran KAP yang besar tidak
selalu menghasilkan kualitas
audit yang tinggi. Kualitas
audit KAP besar dan kecil
dapat
dianggap
cukup
seragam
Independen :
Rotasi KAP secara mandatory
Pengaruh
rotasi dan
voluntary
tidak
KAP
mandatory mempengaruhi kualitas audit,
dan voluntary
sedangkan
kepemilikan
institusional dapat meredam
Dependen :
hubungan negatif antara rotasi
Kualitas Audit
KAP
secara
mandatory
dengan kualitas audit.
Moderasi:
Kepemilikan
institusional
Independen :
Kualitas audit akan meningkat
Rotasi
KAP seiring adanya hubungan
mandatory
antar
auditor–klien
jika
menggunakan
proksi
Dependen :
kemungkinan
penerbitan
Kualitas Audit
opini going concern, namun
tidak
berdampak
jika
menggunakan proksi tingkat
diskresioner

Rotasi Independen :
terhadap Rotasi KAP
laporan
Dependen :
Kualitas Laporan
Keuangan
Albert
L. Mandatory
audit Independen :
Nagy (2005) firm
turnover, Mandatory audit
Financial Reporting turn over
Quality, and Client Financial reporting

Kualitas laporan keuangan
yang dihasilkan dari rotasi
KAP secara mandatory lebih
tinggi dibandingkan dengan
rotasi KAP yang dilakukan
secara voluntary
Pada
perusahaan
kecil,
terdapat peningkatan kualitas
audit pada rotasi KAP secara
mandatory, sedangkan pada

Universitas Sumatera Utara

Bargaining Power :
The Case of Arthur
Andersen

quality

Dependen :
Client Bargaining
Power

rotasi KAP secara voluntary
ada kecenderungan penurunan
kualitas audit

Sumber data : Diolah (2015)
Nindita (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh ukuran
Kantor Akuntan Publik Terhadap Kualitas Audit . Ukuran KAP dilihat
dari jumlah rekan, jumlah klien dan jumlah pendapatan KAP terhadap
kualitas audit yang diukur dengan akrual diskresioner dan opini going
concern. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI tahun 2006-2008 dengan observasi sebanyak 348
perusahaan. Hasil penelitian secara keseluruhan, menunjukan bahwa
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran KAP dengan
kualitas audit. Ukuran KAP yang besar tidak selalu menghasilkan
kualitas audit yang tinggi. Kualitas audit KAP besar dan kecil dapat
dianggap seragam.
Widhiastika (2012) melakukan penelitian mengenai rotasi KAP
secara mandatory dan voluntary terhadap kualitas audit dimana
kepemilikan

institusional

menjadi

pemoderasi.

Penelitian

ini

menggunakan 222 perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI
dalam rentang waktu tahun 2009-2010. Dalam penelitian ini kualitas
audit diukur melalui tingkat akrual dikresioner perusahaan dengan
model Kasznik. Penelitian ini mengungkapkan bahwa rotasi KAP
secara mandatory ataupun voluntary tidak berpengaruh terhadap
kualitas

audit.

Sedangkan

kepemilikan

institusional

dapat

Universitas Sumatera Utara

memperlemah pengaruh hubungan rotasi KAP mandatory dengan
kualitas audit, sementara pada rotasi KAP secara voluntary tidak
berpengaruh sama sekali.

Sumarwoto (2006) melakukan penelitian mengenai rotasi audit
dengan kualitas audit, walaupun yang diteliti dalam penelitian ini
adalah kualitas keuangan tetapi proksi yang digunakan untuk
mengukurnya sama dengan proksi untuk mengukur kualitas audit yaitu
tingkat akrual dikresioner. Sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek
Indonesia) pada tahun 2004 kecuali perusahaan yang berada di sektor
keuangan. Hasil dari penelitian ini adalah rotasi KAP secara mandatory
tidak memperngaruhi kualitas laporan keuangan, tetapi rotasi KAP
secara voluntary menurunkan kualitas keuangan.
Nagy (2005) melakukan penelitian mengenai rotasi KAP secara
mandatory di Amerika pada kebangkrutan KAP besar Arthur Andersen.

Perusahaan-perusahaan yang diaudit oleh KAP Arthur Andersen
dipaksa untuk melakukan pergantian auditornya sehingga timbul
lingkungan rotasi KAP secara mandatory. Penelitian ini berhasil
menemukan adanya peningkatan kualitas audit pada perusahaan kecil
yang merupakan mantan klien Arthur Andersen yang melakukan rotasi
KAP secara mandatory. Tenure audit yang pendek menimbulkan
kualiats adit menurun, serta rotasi KAP secara voluntary menimbulkan

Universitas Sumatera Utara

kualitas audit menurun dikarenakan adanya kecenderungan klien
mencari auditor yang memiliki pemikiran yang sama dengan klien.

Jackson et.al (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh dari
kewajiban yang dibuat untuk melakukan rotasi KAP terhadap kualitas
audit. Variabel audit tenure ditambahkan karena kecenderungan bahwa
rotasi KAP dilakukan untuk menghindari terciptanya hubungan yang
dekat antara auditor dan klien. Mereka mengukur kualitas audit dengan
dua pendekatan, kecenderungan untuk menerbitkan opini going concern
dan tingkat kebijaksanaan akrual. Objek penelitian adalah praktek audit
switching yang dilakukan perusahaan – perusahaan di Australia pada

periode 1995 – 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas
audit akan meningkat dengan adanya hubungan yang dekat antara
auditor – klien ketika diproksikan dengan kecenderungan menerbitkan
opini going concern dan tidak berpengaruh ketika diproksikan dengan
tingkat kebijaksanaan akrual.

Universitas Sumatera Utara

2.2 Kerangka Konseptual

Rotasi KAP
mandatory

H1

Kualitas Audit

Rotasi KAP voluntary
H2

H3

H4

Ukuran KAP

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Widhiastika (2012)
serta Sumarwoto (2006), sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
penelitian ini disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widhiastika
(2012) dan Sumarwoto (2006). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
rotasi KAP secara mandatory serta voluntary, sedangkan variabel terikatnya
adalah kualitas audit, dimana terdapat pemoderasi yaitu ukuran Kantor
Akuntan Publik.

Universitas Sumatera Utara

Hubungan antara variabel-variabel tersebut didasarkan pada teori
kepatuhan (complience theory) serta teori sinyal (signalling theory). Tuntutan
atas kepatuhan dalam rangka meningkatkan kualitas audit diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan RI No.17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan
Publik” pasal 3 yang merupakan pembaharuan dari Keputusan Menteri
Keuangan No. 423/KMK.06/2002. Peraturan ini mewajibkan perusahaan
untuk melakukan rotasi auditor partner setiap 3 (tiga) tahun dan rotasi KAP
setiap 6 (enam) tahun , hal ini dilakukan untuk meminimalkan adanya skandal
keuangan yang melibatkan akuntan publik serta untuk mempertahankan sikap
mental independen akuntan publik sebagaimana diatur dalam standar
profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI.
Signalling Theory menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya

dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memberi sinyal (baik positif maupun
negatif) kepada para penggunanya. Signalling theory juga dapat membantu
mengurangi asimetri informasi antara perusahaan (agent), pemilik (principal),
dan pihak luar perusahaan melalui laporan keuangan yang berkualitas.
2.3 Hipotesis Penelitian
2.3.1 Pengaruh rotasi KAP secara mandatory terhadap kualitas audit
Rotasi KAP secara mandatory merupakan pergantian auditor yang
dilakukan klien dikarenakan adanya regulasi yang mengatur batas
waktu auditor dalam melakukan praktek auditnya pada satu klien.
Pembatasan ini dilakukan agar tidak terjadi hubungan yang terlalu dekat

Universitas Sumatera Utara

antara manajemen dan auditor, yang dapat mengancam independensi
dari auditor. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa rotasi KAP
maupun auditor secara mandatory dapat meningkatkan kualitas audit.
Dopuch et al. (2001), auditor lebih sering memberikan opini bahwa
investasi manajer (klien ) menguntungkan daripada fakta sebenarnya
jika rotasi maupun retensi atas masa tugas auditor tidak diatur;
sebaliknya, auditor paling jarang memberikan opini tersebut jika rotasi
dan retensi atas masa tugas mereka diatur. Hubungan negatif antara
masa penugasan (tenure) KAP yang pendek dan kualitas laporan
keuangan berkurang secara efektif berkurang setelah periode Arthur
Andersen ditemukan pada penelitian Nagy (2005)
Pada lingkungan rotasi KAP yang bersifat mandatory, perusahaan
akan melakukan rotasi KAP pada batas waktu paling lama 6 tahun.
Sehingga tidak terdapat tendensi menurunnya independensi dari auditor
dikarenakan tenure yang lama. Selain itu pergantian pada KAP yang
baru akan membawa skeptisme yang lebih besar pada audit, KAP baru
tidak akan memandang klien sebagai sumber penghasilan, dikarenakan
adanya pembatasan waktu pada penugasan.
H1 : Rotasi KAP secara mandatory berpengaruh positif terhadap
kualitas audit

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Rotasi KAP voluntary dengan kualitas audit
Manajemen perusahaan yang melakukan rotasi KAP sebelum
waktu yang ditentukan oleh peraturan, merupakan perusahaan yang
memiliki ketidaksepakatan dengan auditor terkait mengenai praktik
akuntansi tertentu. Dengan kata lain auditor lebih bersifat konservatif.
Dalam Rotasi KAP voluntary klien dapat memecat auditor, atau
auditor yang mengundurkan diri. Bockus dan Gigler (1998)
menyimpulkan bahwa auditor lebih suka mengundurkan diri jika risiko
yang mereka hadapi dari mengaudit satu klien membesar. Oleh karena
itu klien akan mencari auditor yang cenderung bersepakat dengan
praktik akuntansi yang mereka usulkan.
Menurut Park (1990) dalam Chung (2004) perusahaan yang
menerima opini tidak wajar lebih sering melakukan rotasi KAP
daripada perusahaan yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian,
hal ini dapat menandakan manajemen melakukan opinion shopping
dalam pergantian auditornya agar mendapatkan opini audit yang lebih
baik (Widiastika, 2012).
Pada lingkungan rotasi KAP yang bersifat voluntary, perusahaan
melakukan rotasi KAP dikarenakan adanya kecenderungan untuk
mendapatkan opini yang lebih baik dengan mencari auditor yang bisa
memberikan sinyal baik walaupun tidak sesuai dengan kondisi

Universitas Sumatera Utara

sebenarnya, hal ini dapat mengancam kualitas audit yang dihasilkan
oleh auditor dalam lingkungan rotasi KAP secara voluntary.
H2 : Rotasi KAP secara voluntary berpengaruh negatif terhadap kualitas
audit.
2.3.3 Ukuran KAP dengan kualitas audit
Peran kantor akuntan publik lebih dikenal dengan adanya berbagai
macam

peristiwa

mengenai

skandal

dan

penyimpangan

yang

melibatkan pertanggungjawaban keuangan oleh akuntan publik.
Menurut Regar (2005) dalam kenyataannya harus diakui bahwa ada
kantor akuntan yang kurang atau tidak bermutu dan dikaitkan dengan
besar kecilnya kantor akuntan yang juga dihubungkan dengan adanya
afiliasi kantor akuntan dan kantor akuntan asing. Seolah-olah KAP
yang berukuran kecil tidak bermutu, sedangkan KAP yang besar
terutama yang berafiliasi dengan kantor akuntan asing jauh lebih
bermutu dan telah melakukan fungsi audit sesuai dengan standar profesi
dan kode etik yang berlaku.
Proses

audit

yang

berkualitas

sangatlah

penting

untuk

menghasilkan informasi yang bermutu dan relevan. Namun proses audit
yang berkualitas hanya dapat dihasilkan apabila dilakukan oleh auditor
yang benar-benar kompeten dan independen. De Angelo (1981)
menyatakan bahwa kualitas audit dari akuntan publik dapat dilihat dari
ukuran KAP yang melakukan audit. KAP besar (Big 4 accounting

Universitas Sumatera Utara

firms) diyakini melakukan audit lebih berkualitas dibandingkan KAP

kecil (Non-Big 4 accounting firms).
Rotasi KAP yang dilakukan oleh klien, membuat klien untuk
mencari auditor yang baru. Dalam hal ini, klien dapat memilih auditor
yang termasuk dalam Big 4 atau Non Big 4 yang akan melakukan audit
pada perusahaannya. Ukuran KAP yang dipilih oleh klien akan
memperlemah atau memperkuat hubungan antara rotasi KAP dengan
kualitas audit.
H3 : Ukuran KAP memperkuat hubungan positif antara rotasi KAP
secara mandatory terhadap kualitas audit.
H4 : Ukuran KAP memperlemah hubungan negatif antara rotasi KAP
secara voluntary terhadap kualitas audit.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

PENGARUH AUDIT TENURE, ROTASI AUDITOR, UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN FEE AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2015)

11 58 25

PENGARUH AUDIT TENURE, ROTASI AUDITOR, UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN FEE AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2015)

1 30 28

Pengaruh Rotasi Kantor Akuntan Publik Mandatory dan Voluntary terhadap Kualitas Audit dengan Ukuran KAP sebagai Variabel Pemoderasi pada perusahaan yang terdaftar di BEI 2012-2014

0 8 107

PENGARUH FEE AUDIT, ROTASI KAP, UKURAN KAP DAN AUDIT Pengaruh Fee Audit, Rotasi Kap, Ukuran Kap Dan Audit Tenure Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2012-2015).

1 3 14

Analisis Pengaruh Audit Tenure, Ukuran Kantor Akuntan Publik, Spesialisasi Kantor Akuntan Publik, dan Rotasi Kantor Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di BEI pada tahun 2012-2014).

0 1 6

PENGARUH ROTASI AUDIT, UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KONSENTRASI PASAR AUDIT DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 2 16

Pengaruh Rotasi Kantor Akuntan Publik Mandatory dan Voluntary terhadap Kualitas Audit dengan Ukuran KAP sebagai Variabel Pemoderasi pada perusahaan yang terdaftar di BEI 2012-2014

0 0 12

Pengaruh Rotasi Kantor Akuntan Publik Mandatory dan Voluntary terhadap Kualitas Audit dengan Ukuran KAP sebagai Variabel Pemoderasi pada perusahaan yang terdaftar di BEI 2012-2014

0 0 2

Pengaruh Rotasi Kantor Akuntan Publik Mandatory dan Voluntary terhadap Kualitas Audit dengan Ukuran KAP sebagai Variabel Pemoderasi pada perusahaan yang terdaftar di BEI 2012-2014

0 0 10

Pengaruh Rotasi Kantor Akuntan Publik Mandatory dan Voluntary terhadap Kualitas Audit dengan Ukuran KAP sebagai Variabel Pemoderasi pada perusahaan yang terdaftar di BEI 2012-2014

0 0 26