Makalah kelompok ipsak

Kelas
Kelompok

INTERPRETASI - PSAP
NOMOR 02
TENTANG
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
PADA KOTA SURAKARTA TAHUN 2015

Disusun oleh :
1. Nadia Ayu Citra

( 201310170311384 )

2. Hasan Habibi

( 201310170311385 )

3. Yolanda

( 201310170311386 )


Dosen Koordinator

: Dra. Sri Wahjuni L, MM., Ak., CA

Dosen Pengampu

: Dr. Ihyaul Ulum, M.Si, Ak, CA

Program Studi Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang

: VII-G
:8

Oktober 2017

BAB I
GAMBARAN UMUM
Pada tahun 2008, kontribusi masing-masing sektor di Kota Surakarta terhadap PDRB

tidak merata. Sektor industri perdagangan, hotel dan restoran terlihat sebagai sektor yang
paling besar memberikan nilai tambah terhadap ekonomi daerah Kota Surakarta. Kontribusi
sektor ini mencapai 25,12%. Urutan kedua sebagai sektor yang memberikan kontribusi nilai
tambah bagi ekonomi Surakarta adalah sektor industri pengolahan sebesar 23,27%, sektor
bangunan 14,44%, dan sektor jasa-jasa lainya memberikan nilai tambah sebesar 12,38%.
PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) merupakan salah satu alat yang dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat dsan pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pendapatan
nasional atau regional dapat digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan nasional
dan regional, khususnya di bidang ekonomi
Nilai pendapatan nasional atau regional juga dapat dipakai sebagai bahan evaluasi
dari hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik
pemerintah pusat atau daerah, maupun pihak swasta. Walaupun PDRB atas dasar harga
berlaku dapat dijadikan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu wilayah dan
peningkatan kesejahteraan masyarakatnya, namun alat ini masih bersifat kasar.Jumlah
penduduk merupakan faktor yang signifikan dalam menentukan kapasitas pendapatan
perkapita. Untuk mengetahui pendapatan perkapita atas dasar harga berlaku dapat
dihitung dari pembagian PDRB harga berlaku dibagi dengan jumlah penduduk.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Berdasarkan data tahun 2005 sampai dengan 2009 komponen pajak daerah dan
retribusi daerah setiap tahun selalu mengalami kenaikan. Untuk data bagian laba usaha

daerah dan lain-lain pendapatan terjadi pergerakan yang fluktuatif sesuai dengan kondisi di
tahun yang bersangkutan. Pada tahun 2006 bagian laba usaha daerah mengalami penurunan,
sedangkan lain-lain pendapatan tahun 2008 mengalami penurunan.
Jika dilihat dari kontribusi, maka pajak daerah masih memberikan kontribusi terbesar
berkisar 46% lalu diikuti dengan retribusi daerah sebesar 37%. Untuk mengukur
ketergantungan anggaran belanja daerah (kemandirian anggaran) terhadap dana dari
pemerintah pusat atau propinsi, dapat dilihat dari rasio PAD terhadap APBD tahun 2009

sebesar 14% tentunya ini masih tergolong rendah karena lebih dari 85% anggaran belanja
masih ditopang dari data pemerintah pusat dan propinsi.
Jika dilihat dari kontribusi, maka pajak daerah masih memberikan kontribusi terbesar
berkisar 46% lalu diikuti dengan retribusi daerah sebesar 37%. Untuk mengukur
ketergantungan anggaran belanja daerah (kemandirian anggaran) terhadap dana dari
pemerintah pusat atau propinsi, dapat dilihat dari rasio PAD terhadap APBD tahun 2009
sebesar 14% tentunya ini masih tergolong rendah karena lebih dari 85% anggaran belanja
masih ditopang dari data pemerintah pusat dan propinsi. Jika dilihat perkembangan rasio
ketergantungan, setiap tahun rasio mengalami penurunan atau dengan kata lain terjadi
ketergantungan semakin membesar setiap tahunnya. Jika tahun 2005 rasio PAD terhadap
APBD sebesar 17,68%, maka tahun 2006 nilai rasio 15,39%, tahun 2007 nilai rasio 14,87%
dan tahun 2008 nilai rasio 13,71%. Untuk tahun 2009 diperkirakan ada perbaikan rasio akibat

peningkatan PAD yang signifikan.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sejatinya merupakan amanat
dari rakyat untuk mengelola uang yang dikumpulkan dari rakyat (seperti pajak dan
retribusi) dan digunakan untuk pembangunan daerah dan kemakmuran rakyat ( Pasal
23 UUD 1945 hasil amandemen ke 4). Karena itu perlu dicermati adalah adanya upaya
untuk memprioritaskan anggaran untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat yang
menjadi kewajiban pemerintah daerah. Kegiatan ini berupa pembangunan di sektor
peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas
umum. Yang perlu dicermati dalam analisis membesar setiap tahunnya. Jika tahun 2005
rasio PAD terhadap APBD sebesar 17,68%, maka tahun 2006 nilai rasio 15,39%, tahun
2007 nilai rasio 14,87% dan tahun 2008 nilai rasio 13,71%. Untuk tahun 2009
diperkirakan ada perbaikan rasio akibat peningkatan PAD yang signifikan.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sejatinya merupakan amanat
dari rakyat untuk mengelola uang yang dikumpulkan dari rakyat (seperti pajak dan
retribusi) dan digunakan untuk pembangunan daerah dan kemakmuran rakyat ( Pasal
23 UUD 1945 hasil amandemen ke 4). Karena itu perlu dicermati adalah adanya upaya
untuk memprioritaskan anggaran untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat yang
menjadi kewajiban pemerintah daerah. Kegiatan ini berupa pembangunan di sektor
peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas
umum.


BAB II
RINGKASAN PSAP 02
2.1. Identifikasi Akun
 Pendapatan LRA (basis kas)
Pendapatan adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Daerah yang menambah
saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang
menjadi hak pemerintah kota, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah kota.
 Belanja
Belanja (basis kas) adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Daerah yang
mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun angaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah kota.
 Transfer
Transfer adalah penerimaan/ pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan dari/
kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
 Surplus atau defisit
Surplus adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja selama satu periode
pelaporan.
Defisit adalah selisih kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode
pelaporan.

 Pembiayaan
Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/ pengeluaran yang tidak
berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun
anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah daerah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
 Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman atau hasil divestasi.
Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok
pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitaslain, atau penyertaan modal oleh
pemerintah kota.
 Pengeluaran pembiayaan

Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum
Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan
modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun
anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan.
 Pembiayaan neto
Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi
pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu.

 Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA / SiKPA)
Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran adalah selisih 29 lebih/kurang antara
realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu 30 periode pelaporan.
2.2. Pengukuran
Menurut SAP Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, bahwa “Pengukuran
adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam
laporan keuangan”. Pengukuran pos- pos dalam laporan keuangan menggunakan nilai
perolehan historis. Pengukuran pos- pos dalam laporan keuangan menggunakan mata
uang rupiah. Apabila transaksi dalam mata uang asing dibukukan dalam mata uang
rupiah dengan menjabarkan jumlah mata uang asing tersebut menurut kurs tengah bank
sentral pada tanggal transaksi.
2.3. Pengakuan
a. Pendapatan LRA
Pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah.
b. Belanja
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau pengesahan dari Bendahara Umum Negara/ Kuasa Bendahara
Umum Negara.
Pengembalian belanja atas belanja tahun anggaran berjalan diakui sebagai
pengurang belanja tahun anggaran berjalan. Sedangkan, pengembalian belanja atas

belanja pada tahun anggaran sebelumnya diakui sebagai pendapatan lain–lain
(LRA).
c. Transfer

Pengeluaran transfer diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Kas Negara atau
pada saat terbitnya dokumen pengeluaran yang sah (SPM/SP2D).
d. Pembiayaan
Pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah.
e. Penerimaan pembiayaan
Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum
Negara/Daerah.
f. Pengeluaran pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah
g. Pembiayaan Neto
h. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA / SiKPA)
2.4. Penyajian
a. Pendapatan LRA disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran.
b. Belanja disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran.
c. Transfer disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran.

d. Pembiayaan disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran.
e. Penerimaan pembiayaan disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran.
f. Pengeluaran pembiayaan disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran.
g. Pembiayaan Neto disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran.
h. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA / SiKPA) disajikan pada Laporan
Realisasi Anggaran.

BAB III
Interpretasi PSAP No. 02
3.1 Implementasi PSAP 02 pada Laporan Realisasi Anggaran Kota Surakarta
1. Identifikasi akun-akun pada LRA memuat informasi mengenai :
a. Pendapatan
 Pendapatan asli daerah meliputi pendapatan pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
 Pendapatan

transfer

meliputi


transfer

pemerintah

pusat-dana

perimbangan, transfer pemerintah pusat-lainnya, pendapatan transfer
pemerintah daerah lainnya, lain-lain pendapatan yang sah. (Ada dalam
Laporan Keuangan Tahun 2016)
b. Belanja
 Belanja operasi meliputi belanja pegawai, barang, bunga, hibah,
bantuan sosial, bantuan keuangan
 Belanja modal meliputi tanah, peralatan dan mesin, bangunan dan
gedung, jalan irigasi jaringan dan aset tetap lainnya
 Belanja Tak Terduga
 Belanja Transfer. (Ada dalam Laporan Keuangan Tahun 2016)
c. Pembiayaan daerah
 Penerimaan pembiayaan
 Pengeluaran pembiayaan. (Ada dalam Laporan Keuangan Tahun
2016)

2. Pengukuran
a. Pendapatan LRA
1. Pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya
( setelah dikompensasi dengan pengeluaran )

2. Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA bruto ( biaya )
bersifat variabel terhadap pendapatan yang dimaksud dan tidak dapat
dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka azas
bruto dapat dikecualikan. ( Ada pada LKJIP Kota Surakarta Tahun 2016
halaman 130 )
 Pendapatan asli daerah-LRA, diukur sesuai dengan jumlah nilai
yang diterima dan tercantum dalam bukti penerimaan atau surat
tanda setoran
 Pendapatan transfer-LRA, diukur sesuai dengn jumlah nominal
alokasi dana yang diterima RKUD . (Ada dalam LKJIP Kota
Surakarta Tahun 2016 halaman 132 )
b. Belanja
1. Pengukuran belanja berdasarkan realisasi klasifikasi yang ditetapkan
dalam dokumen anggaran.
2. Pengukuran belanja dilaksanakan berdasarkan azas bruto dan diukur
berdasarkan nilai nominal yang dikeluarkan dan tercantum dalam
dokumen pengeluaran yang sah. (Ada dalam LKJIP Kota Surakarta Tahun
2016 halaman 136 )
c. Pembiayaan Daerah
1. Penerimaan pembiayaan, diukur berdasarkan nilai nominal dari tranaksi.
Penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto dan tidak
mencatat jumlah netonya ( setelah dikompensasi dengan pengeluaran ).
2. Pengeluaran pembiayaan, diukur berdasarkan nilai nominal transaksi.
Pengeluaran pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto. (Ada dalam
LKJIP Kota Surakarta Tahun 2016 halaman 144 )
3. Pengakuan
a. Pendapatan
Sesuai paragraf 21 PSAP No.02 Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 dan
paragraf 22 PSAP No. 02 Lampiran II PP No. 71 Tahun 2010 maka pengakuan
telah diinterpretasikan dalam IPSAP 02. Pengakuan pendapatan ditentukan

oleh Bendahara Umum Daerah sebagai pemegang otoritas dan bukan sematamata oleh Rekening Kas Umum Daerah sebagai penampungnya.
Pendapatan LRA diakui menjadi pendapatan daerah pada saat :


Kas atas pendapatan tersebut telah diterima oleh RKUD



Kas atas pendapatan tersebut diterima oleh bendahara penerimaan dan hingga
tanggal pelaporan belum disetorkan ke RKUD



Kas atas pendapatan itu telah diterima oleh satker/SKPD dan digunakna
langsung tanpa disetor ke RKUD



Kas yang berasal dari pendapatan yang berasal dari hibah langsung dalam/luar
negeri yang digunakan untuk mendanai pengeluaran entitas telah diterima,
dengan syarat entitas penerima wajib melaporkannya ke BUD



Kas atas pendapatan yang diterima entitas lain diluar entitas pemerintah
berdasarkan otoritas yang diberikan BUD, dan BUD mengakuinya sebagai
pendapatan. ( Ada pada LKJIP Kota Surakarta Tahun 2016 halaman 130 )
 Pendapatan daerah-LRA diakui pada saat kas atas pendapatan
tersebut telah diterima oleh Bendahara Penerimaan
 Pendapatan

transfer-LRA

diakui

pada

saat

diterimanya

Pendapatan transfer pada rekening kas umum daerah. Pengakuan
ini dapat didasarkan pada dokumen nota kredit dari bank yang
ditunjuk sebagai RKUD. (Ada dalam LKJIP Kota Surakarta
Tahun 2016 halaman 132 )
b. Belanja
Belanja diakui pada saat :
1. Terjadinya pengeluaran dari RKUD
2. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi
pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh
unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan dengan terbitnya SP2D GU.
3. Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan menacu pada
peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.
(Ada dalam LKJIP Kota Surakarta Tahun 2016 halaman 136 )

c. Pembiayaan Daerah
1. Penerimaan pembiayaan, diakui pada saat diterima pada Rekening Kas
Umum Daerah ( RKUD ).
2. Pengeluaran pembiayaan, diakui pada saat terjadinya pengeluaran kas dari
Rekening Kas Umum Daerah. (Ada dalam LKJIP Kota Surakarta Tahun
2016 halaman 144 )
4. Penyajian

3.2 Interpretsi PSAP no 2 Kota Surakarta
Dalam laporan realisasi anggaran (LRA) Kota Surakarta tahun 2016 kami anggap
sudah sesuai dengan PSAP no 2 karena dalam laporan realisasi anggaran sudah
mencantumkan pos Pendapatan, Belanja, Transfer, Surplus atau defisit, Penerimaan
pembiayaan, Pengeluaran pembiayaan, Pembiayaan neto, Sisa lebih/kurang pembiayaan
anggaran (SiLPA / SiKPA). (Ada dalam Laporan Keuangan Tahun 2016)
Informasi Belanja Fungsi-fungsi juga sudah sesuai dengan PSAP no 2 didalamnya
disebutkan pembelanjaan-pembelanjaan tersebut diberikan dibagian-bagian mana saja
sehingga sangat mudah untuk melihat kejelasan penggunaan dana ( ada pada LKJIP Kota
Surakarta Tahun 2016 halaman 190)
Informasi menggenai belanja menurut kegiatan atau dalam PSAP no 2 disebut sebagai
belanjan ekonomi yaitu Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan
pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi untuk
pemerintah pusat yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi,
hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah
meliputi terdiri dari belanja pegawai, belanja barang , belanja modal, bunga, subsidi, hibah,
bantuan sosial, dan belanja tak terduga. ( ada pada LKJIP Kota Surakarta Tahun 2016
halaman 192 )
Adanya Informasi Silpa / surplus pada akun pendapatan yang hal ini adalah sesuai
dengan PSAP no 2 bahwa Surplus adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja selama
satu periode pelaporan (pada LKJIP Kota Surakarta Tahun 2016 halaman 186)

Ditemukan adanya Pembiayaan karena Kota Surakarta masih memiliki selisih lebih/
surplus sehingga dana digunakan untuk kegiatan lain adapun Pembiayaan (financing) adalah
seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu
dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan
pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara,
pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman,
pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah (Ada pada
APBD Kota Surakarta tahun 2016)

3.2.1 Temuan-temuan
1. Adanya kesesuaian PSAP no 2 dengan laporan keuangan Kota Surakarta tahun
2016
2. Sudah sangat jelas dijelaskan menggenai Pendapatan dan Belanja
3. Ditemukannya kegiatan pembiayaan untuk menghabiskan nilai surplus pada
realisasi anggaran Kota Surakarta