T BIND 1402689 Chapter1

BAB 1
PENDAHULUAN

Pada bagian awal ini, penulis memaparkan beberapa komponen penelitian
sebagai pendahuluan, di antaranya; 1) latar belakang masalah, 2) identifikasi
masalah, 3) batasan masalah, 4) rumusan masalah, 5) tujuan penelitian, 6) manfaat
penelitian, dan 7) struktur organisasi tesis. Bagian-bagian tersebut dipaparkan
sebagai berikut.

1.1 Latar Belakang Masalah
Babad merupakan sastra klasik yang berisi kisahan atau cerita yang
dikemas dalam bentuk puisi tradisional atau pupuh. Pengertian babad tercantum
dalam Kamus Basa Sunda (Danadibrata, 2015, hlm. 44), babad diartikan sebagai
carita kajadian jaman baheula (cerita kejadian zaman dahulu) dan disejajarkan
dengan kata sajarah (sejarah). Di dalamnya dicontohkan beberapa babad seperti
babad Galuh, Babad Sukapura, Babad Sumedang dan Babad Pulau Jawa.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan bahwa babad
adalah kisahan berbahasa Jawa, Sunda, Bali, Sasak, dan Madura yg berisi
peristiwa sejarah; cerita sejarah, disebutkan pula bahwa babad sama dengan
riwayat, sejarah, tambo, dan hikayat. Dalam dua kamus tersebut babad baru
diartikan sebagai cerita yang berisi sejarah zaman dulu yang disajikan dalam

bahasa Jawa, Sunda, Bali, Madura dan Sasak. Sumber lain menyebutkan bahwa
babad merupakan salah satu genre cerita sejarah tradisional (historigrafi
tradisional) yang ditulis dalam bentuk prosa dan tembang macapat (bentuk puisi
Jawa tradisional), (Khumairoh, 2014, hlm. 15). Lebih lanjut Khumairoh
menyebutkan bahwa umumnya babad berisi cerita tentang mitologi, legenda, adatistiadat, dan cerita sejarah.
Sebagai contoh babad yang ditemukan dan menjadi objek kajian penelitian
ini adalah Babad Sumedang. Babad Sumedang merupakan salah satu warisan
budaya yang berupa naskah kuno yang ditulis sebagai rekam jejak cerita tentang
perjalanan hidup tokoh pemimpin Sumedang pada masa lampau serta gambaran
umum Sumedang tempo dulu pada zaman kerajaan. Adapun naskah kuno
1
Dedi Irawan, 2016
KARAKTER TOKOH PEMIMPIN DALAM NASKAH BABAD SUMEDANG SERTA PEMANFAATANNYA
SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS DI SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

diartikan sebagai dokumen hasil tulisan tangan atau mesin tik yang berusia
sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun berisi berbagai pengetahuan berkaitan

dengan adat idtiadat atau budaya masa lampau yang mengandung nilai historis
yang ditulis dalam berbagai aksara dan bahasa daerah, (Zulfitri, 2014, hlm. 82).
Naskah kuno Babad Sumedang menggambarkan kepada generasi sekarang
tentang kehidupan Sumedang di zaman dahulu agar generasi ke generasi dapat
mengetahui dan tidak lupa tentang sejarahnya. Hal yang paling menonjol
diceritakan dalam naskah tersebut adalah serita sosok pemimpin Kerajaan
Sumedang yang salah satunya adalah Pangeran Geusan Ulun, Dipati Ukur, Bagus
Rangin, Pangeran Sugih dan tokoh lainnya. Hal tersebut membuat pembaca
beroleh gambaran tentang bagaimana sosok pemimpin Sumedang pada zamannya.
Naskah Babad Sumedang ditulis dalam bentuk bait tembang atau nyayian
yang diatur dengan dangding (nyanyian/lagu) pupuh sunda. Adanya naskah ini
menjadi pertanda adanya budaya menulis cerita dalam bentuk nyanyian atau
pupuh. Babad merupakan salah satu kebudayaan daerah yang hidup pada zaman
dahulu berupa kegiatan menulis cerita dalam bentuk nyanyian atau pupuh, atau
bentuk narasi. Selain babad sebenarnya masih banyak lagi naskah-naskah kuno
lain sebagai bukti perkembangannya Beberapa naskah nusantara telah berhasil
diinventarisasi oleh Edi S. Ekadjati, dkk. dalam bukunya Direktori naskah
Nusantara (2000). Sebagai contoh naskah yang ada adalah naskah Sanghyang
Siksa Kanda Ng Karesian yang selesai disusun tahun 1518 M dan naskah Carita
Bujangga Manik yang dibuat akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16. Naskahnaskah lainnya adalah Cariosan Prabu Siliwangi (abad ke-17 atau awal abad ke18), Ratu Pakuan, Wawacan Sajarah Galuh, Babad Pakuan, Carita Waruga Guru,

Babad Siliwangi dan lainnya (Ekadjati, 1994).
Terkait penyebutan babad di berbagai daerah sebagai tradisi sastra jawa,
seperti dijelaskan di atas bahwa babad juga dikenal dalam tradisi sastra Bali,
Sunda, Madura, dan Sasak. Namun tidak hanya itu, dalam Ensiklopedia Bahasa
Indonesia Seri Kesusastraan yang ditulis Khumairoh (2014, hlm. 17) disebutkan
bahwa teks serupa babad dalam tradisi Minangkabau disebut dengan tambo.
Dalam tradisi Melayu, babad disebut dengan hikayat. Sementara itu, babad dalam
tradisi di Filipina disebut dengan tarsilah.
Dedi Irawan, 2016
KARAKTER TOKOH PEMIMPIN DALAM NASKAH BABAD SUMEDANG SERTA PEMANFAATANNYA
SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS DI SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

Naskah Babad Sumedang sebagai salah satu warisan berharga di
Sumedang dan atau Indonesia ini sayangnya belum banyak diketahui oleh
masyarakat, baik tentang keberadaannya maupun tentang kandungan isinya. Hal
ini salah satunya diakibatkan karena jumlah eksemplar naskah yang tersebar di
masyarakat sangat sedikit, hanya tersimpan di beberapa tempat saja seperti di

Perpustakaan Museum Geusan Ulun dan beberapa orang saja yang memiliki.
Berdasarkan hasil

wawancara dengan pengelola perpustakaan museum,

diterangkan bahwa tidak banyak orang yang berkunjung dengan tujuan membaca
naskah Babad Sumedang atau sekedar membaca.
Selain itu, permasalahan terjadi pada penggunaan bahasa dalam penulisan
naskah Babad Sumedang ini. Dengan digunakannya huruf Arab Pegon dan bahasa
Sunda buhun (bahasa Sunda kuno) yang sudah jarang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari membuat kebanyakan masyarakat tidak bisa membaca atau mencerna
isi bacaan karena ketidak mengertian terhadap bahasanya, sehingga secara tidak
langsung ketertarikan masyarakat untuk mengapresiasinya menjadi berkurang.
Ketidaktersosialisasikannya naskah ini dihawatirkan lama kelamaan akan
terlupakan dan hilang dimakan waktu. Sangat disayangkan jika naskah tersebut
terlupakan dan tidak dimanfaatkan, oleh sebab itu perlu adanya pemanfaatan
naskah sebagai jalan untuk mengenalkan kepada masyarakat terkait isi kandungan
dan bentuk dari warisan budaya naskah babad ini. Pelestarian dan pengenalan
babad ini salah satunya dalam pendidikan.
Sebagai sebuah karya sastra, babad dianggap efektif untuk menjadi salah

satu cara untuk mengembangkan karakter siswa. Sebagaimana diungkapkan
Kosasih (2013, hlm. 1) bahwa pelajaran sastra merupakan wahana efektif bagi
pengembangan karakter siswa, disebabkan karena dalam karya sastra terdapat
unsur emosional, intelektual, sosial, dan moralitas. Dikatakan pula oleh Syarief
Hidayat, dosen Fakultas Ilmu Budaya UNPAD, bahwa naskah kuno bisa menjadi
inspirasi pembinaan karakter masa kini, sebab naskah kuno mampu mengungkap
pola pikir dan aktivitas kehidupan masyarakat nusantara lama. Dengan meninjau
pendapat tersebut, Babad sebagai karya sastra klasik yang

memiliki kisah

menarik terkait sejarah yang memungkinkan di dalamnya ditemukan nilai-nilai
kehidupan yang dapat digali dan lebih lanjut diterapkan dalam kehidupan sebagai
Dedi Irawan, 2016
KARAKTER TOKOH PEMIMPIN DALAM NASKAH BABAD SUMEDANG SERTA PEMANFAATANNYA
SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS DI SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4


warisan nenek moyang dalam berprilaku. Sebagaimana dalam naskah Babad
Sumedang, prilaku dan karakter tokoh pemerintahan Sumedang ditunjukan dalam
naskah sehingga penulis memiliki asumsi bahwa karakter tersebut bisa menjadi
gambaran, pembelajaran dan panutan dalam berprilaku khususnya pada generasi
muda (siswa). Selain itu, sastra klasik dipandang cukup perlu diajarkan pada siswa
karena merupakan bagian dari kompetensi daar dalam kurikulum pembalajaran
Bahasa Indonesia. Dengan demikian, sastra klasik berupa babad tersebut yang
mengandung

karakter

dan

nilai-nilai

kepribadian

yang

luhur


mampu

disosialisasikan dan diperkenalkan kepada peserta didik sebagai generasi muda
dalam ranah pendidikan formal.
Pendidikan

merupakan

usaha

sadar

yang

bertujuan

untuk

menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajarnya. Pada umumnya pendidikan
memiliki tujuan yang sangat mulia, di antaranya membentuk manusia yang kuat,
berkarakter positif, dan banyak lagi tujuan baik lainnya. Dalam konteks Negara
Indonesia tujuan dan misi pendidikan nasional telah dirumuskan dan UndangUndang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis dan
bertanggung jawab (Samani, 2012, hlm. 26).
Melihat tujuan pendidikan yang tercantum di atas, pendidikan memiliki
tujuan yang sangat mulia. Namun, pembangunan karakter yang merupakan upaya
perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh
permasalahan kebangsaan yang berkembang akhir-akhir ini. Permasalahn tersebut
misalnya disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila, bergesernya
nilai karakter dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, mundurnya kesadaran
terhadap nilai-nilai budaya bangsa, ancaman disintegrasi bangsa, dan melemahnya
kemandirian bangsa (Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter

Dedi Irawan, 2016

KARAKTER TOKOH PEMIMPIN DALAM NASKAH BABAD SUMEDANG SERTA PEMANFAATANNYA
SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS DI SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

Bangsa, 2010). Untuk mengantisifasi dan mengatasi permasalahan tersebut,
pemerintah mengutamakan pendidikan karakter dalam pembangunan nasional.
Pendidikan karakter yang berusaha mengembangkan karakter positif pada
usia remaja akan menjadi sangat penting. Dengan memahami diri sendiri, orang
lain dan lingkungan sekitarnya remaja dapat memahami nilai-nilai yang perlu
dijunjung tinggi dan ditumbuhkan dalam dirinya. Seorang remaja yang dapat
memahami diri sendiri senantiasa akan mempu mengontrol diri sendiri dalam
menjalani hidupnya sehingga timbul prilaku yang baik, baik untuk dirinya
maupun berprilaku kepada orang lain. Nilai-nilai karekter yang ada belum
tertanam secara optimal pada siswa khususnya dan pada masyarakat pada
umumnya, seperti disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila,
bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memudarnya
kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, ancaman disintegrasi bangsa, dan
melemahnya kemandirian bangsa (Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan

Karakter Bangsa, 2010-2025).
Hakikat pendidikan karakter dalam arti luas adalah menyiapkan
lingkungan pembelajaran yang memungkinkan interaksi di antara faktor khas
yang ada dalam diri seseorang dan lingkungannya memberikan kontribusi
maksimal untuk menguatkan dan mengembangkan kebajikan yang ada dalam diri
orang yang bersangkutan (Raka, dkk., 2011, hlm. 44). Dari hakikat tersebut,
peneliti memaknai pendidikan karakter adalah upaya bersama yang terencana oleh
seluruh masyarakat yang ada di lingkungan sekolah, mulai dari kepala sekolah
dan seluruh tenaga pendidik dan non-pendidik. Hal ini akan menjadikan peserta
didik mengenal, peduli, dan mengembangkan karakter yang dia miliki. Misalnya
guru, guru harus mempersiapkan faktor pembelajaran seperti materi, model,
media, dan faktor lainnya sehingga mendukung optimalnya pembelajaran
bermuatan karakter.
Pembelajaran sebagai salah satu ujung tombak pendidikan formal sekolah,
merupakan jalur yang cukup jitu untuk memperkenalkan pengetahuan,
pengalaman dan keterampilan dalam mengapresiasi naskah babad sehingga
peserta didik mengenal dan mengeksplorasikannya. Sebagaiman dikemukakan
dalam Permendikbud No. 81A 2013 (2013, hlm. 33) tentang Implementasi
Dedi Irawan, 2016
KARAKTER TOKOH PEMIMPIN DALAM NASKAH BABAD SUMEDANG SERTA PEMANFAATANNYA

SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS DI SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

Kurikulum

Pedoman

Umum

Pembelajaran

dipaparkan

bahwa

kegiatan

pembelajaran proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan potensi dalam hal sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Dalam pembelajaran masa kini, yang mana masa ini bisa dikatakan
masa transisi atau masa peralihan kurikulum dari Kurikulum 2006 atau Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Kurikulum 2013 (Kurikulum Nasional)
menuntut siswa untuk lebih aktif belajar secara mandiri dengan didukung oleh
guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan strategi, metode, dan bahan
pembelajaran yang bisa memaksimalkan hal tersebut.
Proses memahami nilai-nilai positif yang telah dimiliki siswa sebagai
remaja dan bagaimana mereka menghargai nilai-nilai tersebut yang kemudian
diwujudkan dalam bentuk prilaku pembelajaran dan pada akhirnya menjadi
prilaku dan nilai dalam kehidupan sehari-hari. Menurut pandangan penulis,
relevansi nilai karakter dengan keterampilan yang harus dimiliki siswa dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa hendaknya memiliki keterampilan
berbahasa yang dibarengi dengan nilai karakter yang positif. Oleh karena itu,
pendidik pun diharapkan untuk selalu aktif yang berkaitan dengan upaya untuk
menghidupkan nilai-nilai dalam pembelajaran, seperti nilai kepemimpinan,
kerjasama, dan nilai lainnya.
Keterampilan berbahasa seperti menyimak, berbicara, membaca dan
menulis yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Salah satu keterampilan
berbahasa yang sulit untuk ditumbuhkan pada siswa adalah keterampilan menulis,
sebab keterampilan ini merupakan ujung

keterampilan yang akan diperoleh

apabila sudah mampu melakukan tiga keterampilan lainnya, yaitu menyimak,
berbicara dan membaca. Keterampilan menulis merupakan kemampuan
mengungkapkan ide, pikiran, pengetahuan, dan pengalaman dalam bentuk tulisan.
Untuk pengungkapkannya membutuhkan pikiran yang teratur dan pengalaman
dalam menulis terutama pengalaman yang menjadi inpirasi dan sumber penulisan.
Di samping itu, dibutuhkan pula keterangan menyusun sesuai dengan isi tulisan,
aspek kebahasaan serta teknik penulisan. Aktivitas seseorang dalam menulis
membutuhkan aktivitas psikis yang meliputi kegiatan berpikir serta fisik yaitu
gerakan tangan dalam membentuk lambing tulisan. Gambaran pikiran dapat
Dedi Irawan, 2016
KARAKTER TOKOH PEMIMPIN DALAM NASKAH BABAD SUMEDANG SERTA PEMANFAATANNYA
SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS DI SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

diungkapkan dalam tulisan secara runtut dan sistematis. Hal ini menunjukan
keruntutan dan kesistematisan pikiran penulis dalam berpikir. Keterampilan
menulis memang sudah diajarkan mulai dari sekolah taman kanak-kanak sampai
perguruan tinggi. Hal ini menunjukan betapa pentingnya seseorang memiliki dan
terus mengasah keterampilan menulis sebagai salah satu upaya meningkatkan
kualitas seseorang dalam mengakses pengetahuan. pada penelitian ini pun, peneliti
membuat tindak lanjut hasil penelitian untuk dimanfaatkan sebagai bahan dan
kegiatan pembelajaran menulis di sekolah menengah atas (SMA) sederajat.
Salah satu tulisan yang dianggap baik tentu saja yang bisa memberikan
manfaat dan kebaikan baik untuk diri sendiri maupun orang lain yang membaca
tulisannya. Selain itu tulisan harus sesuai dengan kaidah-kaidah teks yang ditulis.
Demikian juga dengan siswa, siswa dituntut mampu membuat tulisan sesuai
kaidah serta memiliki isi yang memberikan kebermanfaatan baik untuk dirinya
sendiri maupun orang lain di lingkungan sekitarnya. Untuk memaksimalkan hal
tersebut, dalam pembelajaran menulis siswa harus diberi waktu lebih lama,
sementara kenyataannya pembelajaran terbatas waktu. Kurangnya waktu belajar
menulis pada siswa menjadi salah satu permasalahan pembelajaran. Waktu
pembelajaran yang tersedia di sekolah tentu diperuntukan untuk semua aspek atau
indikator pembelajaran, sehingga waktu untuk menulis dianggap kurang
terfasilitasi. Oleh sebab itu, perlu ada sebuah jalan keluar untuk memaksimalkan
siswa dalam mengembangkan keterampilan menulisnya, salah satunya dengan
pemberian tugas rumah.
Penambahan waktu belajar siswa melalui pekerjaan rumah perlu
dibimbing dengan adanya modul pembelajaran, sehingga siswa belajar terarah dan
mudah meski tanpa bimbingan guru secara langsung. Meskipun belajar secara
mandiri, tahapan pembelajaran seperti memahami, menanya, mengumpulkan
informasi, mencipta, dan mengomunikasikan sebagai tahapan proses pembelajaran
kurikulum 2013. Sebagaimana diungkapkan Kosasih (2014: hlm. 10) dalam
Kurukulum 2013 disebutkan bahwa proses pembelajaran terdiri atas lima
pengalaman belajar pokok yaitu: (1) mengamati, (2) menanya, (3) mengumpulkan
informasi (menalar), (4) mengasosiasi (mencipta), dan (5) mengomunikasikan.
Untuk mendukung proses tersebut guru hendaknya mampu memilih dan
Dedi Irawan, 2016
KARAKTER TOKOH PEMIMPIN DALAM NASKAH BABAD SUMEDANG SERTA PEMANFAATANNYA
SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS DI SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

menyusun bahan pembelajaran sehingga siswa mampu melaksanakan proses
belajar dan memperoleh hasil pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Kebiasaan buruk yang sering dilakukan sebagian guru adalah terlalu
terpaku pada bahan atau materi pembelajaran yang ada pada satu buku, seperti
buku yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk buku pegangan guru dan buku
pegangan siswa saja, sementara bahan ajar yang ideal salah satunya harus
memiliki kriteria seperti sesuai dengan kepentingan siswa, kerelevanan dengan
karakteristik lingkungan dan daerah, sementara yang ada pada buku pakat sifatnya
umum atau menyeluruh peruntukannya untuk semua karakter sekolah di tanah air.
Seperti yang diungkapkan Kosasih (2014: hlm. 34) bahwa kriteria yang harus
diperhatiakn di dalam pengembangan materi pembelajaran, di antaranya (1)
kepentingan siswa, (2) relevan dengan karakter lingkungan dan daerah, dan (3)
sesuai perkembangan zaman. Oleh karena itu, guru hendaknya mampu memilahmilah materi atau bahan pembelajaran yang hendak diberikan kepada siswa
disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku, sehingga mempermudah siswa
dalam pemerolehan hasil pembelajaran yang maksimal baik kognitif, afektif,
maupun psikomotor.
Pembuatan bahan ajar atau penentuan bahan pembelajara dalam
pendidikan karakter bahan harus memancing siswa menemukan karakter positif,
menguatkan dan mengembangkan karakter yang ada pada diri siswa sebagai
imbas percontohan dalam bahan tersebut. Pengalaman penulis, setelah mengikuti
pelatihan tenaga kependidikan bersama Prof. Yus Rusyana sebagai pembicaranya,
tentang pembelajaran harmoni berbasis lingkungan (Sumedang, 9 November
2015). Dari pelatihan tersebut, penulis mendapatkan pencerahan tentang bahan
pembelajatan dan model pembelajaran yang menitik beratkan pada lingkungan.
Lingkungan bisa menjadi sumber belajar sekaligus bahan pembelajaran.
Pemanfaatan lingkungan ini akan membuat siswa lebih mudah mencerna materi
karena secara situasi dan kondisi mereka sudah mengenalnya. Selain itu secara
tidak langsung bisa mengagali potensi-potensi yang ada pada lingkungan, salah
satunya kebudayaan. Memanfaatkan kebudayaan atau warisan budaya zaman
dahulu memungkinkan terdapatknya karakter yang dimiliki oleh nenek moyang

Dedi Irawan, 2016
KARAKTER TOKOH PEMIMPIN DALAM NASKAH BABAD SUMEDANG SERTA PEMANFAATANNYA
SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS DI SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

baik dari kemasyarakatannya maupun dari kepemimpinan kerajaan atau
pemerintahan zaman dulu.
Berdasakan latar belakang yang diungkapkan di atas, peneliti beranggapan
akan pentingnya penelitian yang akan dilaksanakan ini. Babad Sumedang penulis
anggap sebagai dokumen atau naskah sastra klasik yang dapat memberikan
gambaran tentang kehidupan masyarakat terutama tokoh-tokoh Sumedang dengan
karakter tokoh yang dapat menjadi teladan untuk siswa dalam mengembangkan
nilai karakter. Tidak hanya itu, hasil penelitian tersebut lebih lanjut dijadikan
sebagai bahan pembelajaran serta diterampkan dalam sebuah kegiatan
pembelajaran menulis bermuatan karakter di SMA khususnya di Sumedang,
sehingga dengan begitu secara tidak langsung naskah kuno semisal babad akan
diperkenalkan kembali kepada generasi-generasi muda dan mereka mengetahui
tentang kehidupan sejarah kepemimpinan Sumedang.

1.2 Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan adanya masalah,
yaitu sebagai berikut.
1) Naskah Babad Sumedang dalam penulisannya menggunakan bahasa Sunda
buhun yang saat ini hampir tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari
sehinga

tidak

banyak

orang

yang

mengerti

dan

tertarik

untuk

mengapresiasinya. Apalagi dahulu sebelum ditransliterasikan naskah tersebut
menggunakan aksara Arab Pegon.
2) Naskah Babad Sumedang yang ada dan tersebar di masyarakat sangat terbatas
baik dalam jumlah eksemplarnya maupun dalam penyebarannya. Naskah ini
hanya tersimpan dibeberapa tempat saja seperti koleksi pribadi dan
perpustakaan-perpustakaan

tertentu.

Sehingga

naskah

tersebut

tidak

tersosialisasikan pada masyarakat dan membuat tidak banyak orang yang
mengetahui keberadaannya.
3) Nilai-nilai karakter dalam naskah Babad Sumedang belum teranalisis dan
dimanfaatkan untuk kepentingan penumbuhan dan pengembangan karakter
pada masyarakat, khususnya pada dunia pendidikan.

Dedi Irawan, 2016
KARAKTER TOKOH PEMIMPIN DALAM NASKAH BABAD SUMEDANG SERTA PEMANFAATANNYA
SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS DI SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10

4) Pembelajaran menulis belum memiliki alokasi waktu yang proporsional atau
mencukupi sehingga kurang optimalnya pengembangan keterampilan menulis
pada siswa karena untuk menulis siswa akan memakan waktu yang cukup
lama.

1.3 Batasan Penelitian
Suatu penelitian memerlukan pembatasan yang jelas dalam permasalahan
yang diangkat. Hal ini sangat penting, baik untuk keperluan penulis maupun bagi
pembaca. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis akan membatasi
permasalahan untuk lebih mempertegas arah dan tujuan penelitian sebagai berikut.
1) Struktur teks yang dianalisis dari naskah Babad Sumedang berupa unsurunsur pembangun cerita naratif seperti alur, latar, tokoh/penokohan dan tema.
2) Nilai karakter yang diambil dari naskah Babad Sumedang adalah karakter
yang dimiliki atau ditunjukan oleh tokoh pemimpin Sumedang yaitu
Pangeran Geusan Ulun sebagai tokoh utama cerita.
3) Bahan pembelajaran yang dirancang berupa modul pembelajaran bahasa
Indonesia pada pembelajaran menulis teks cerita sejarah untuk siswa kelas
XII SMA/SMK, hal ini disebabkan karena babad Sumedang penceritaannya
mengenai sejarah dan sangat cocok dijadikan sumber pembelajaran menulis
teks sejarah.
4) Kegiatan pembelajaran disajikan hanya dalam bentuk rancangan rencana
pembelajaran dalam pembelajaran menulis dengan menggunakan satu model
pilihan yang dianggap pas dengan modul yang telah disusun dalam
pembelajaran menulis sebuah teks dalam Kurikulum 2013.

1.4 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan penelitian
yang timbul sesuai dengan latar belakang dan masalah yang teridentifikasi.
Adapun pertanyaan penelitiannya yaitu sebagai berikut.
1) Bagaimana struktur teks dari Babad Sumedang karya R.A.A Martanagara?
2) Nilai karakter apa saja yang terkandung di dalam Babad Sumedang karya
R.A.A Martanagara?
Dedi Irawan, 2016
KARAKTER TOKOH PEMIMPIN DALAM NASKAH BABAD SUMEDANG SERTA PEMANFAATANNYA
SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS DI SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11

3) Bagaimana pemanfaatan hasil analisis Babad Sumedang karya R.A.A
Martadinata sebagai bahan dan kegiatan pembelajaran menulis bermuatan
karakter di SMA?

1.5 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memiliki beberapa tujuan, di antaranya
sebagai berikut.
1) Mendeskripsikan struktur teks Babad Sumedang karya R.A.A Martanagara.
2) Mendeskripsikan nilai-nilai karakter yang terdapat dalam naskah Babad
Sumedang karya R.A.A Martanagara.
3) Merancang bahan dan kegiatan pembelajaran menulis bermuatan karakter
dengan memanfaatkan hasil analisis naskah Babad Sumedang karya R.A.A
Martanagara.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada pihak-pihak
terkait. Manfaat penelitian ini meliputi manfaat teoretis dan manfaat praktis.
Beberapa manfaat dalam aspek teoretis yang diharapkan penulis di
antaranya:
1) memberikan gambaran teori tentang struktur teks dan nilai karakter yang
terdapat dalam naskah Babad Sumedang karya Raden Adipati Aria
Martanagara;
2) teori terkait struktur teks dan nilai karakter sebagai hasil analisis dari naskah
dapat dikembangkan dalam penyusunan bahan dan kegiatan menulis pada
siswa SMA;
3) memberikan pengetahuan lebih tentang sejarah Sumedang kepada masyarakat
khususnya masyarakat Kabupaten Sumedang; dan
4) penelitian ini bisa dimanfaatkan untuk peneliti lain yang berkaitan dengan
penelitian ini.
Selanjutnya beberapa manfaat praktis dari penelitian ini di antaranya:
1) mengangkat kembali dan mengembangkan kekayaan kebudayaan daerah
sebagai penyokong kekayaan budaya nusantara;
Dedi Irawan, 2016
KARAKTER TOKOH PEMIMPIN DALAM NASKAH BABAD SUMEDANG SERTA PEMANFAATANNYA
SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS DI SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

12

2) menjadi alternatif bagi guru dalam membuat dan atau memilih bahan
pembelajaran dan penyusunan rencana kegiatan pembelajaran menulis;
3) menggali minat siswa dalam mempelajari budaya-budaya lokal daerah dari
karya-karya sastra atau naskah-naskah zaman dulu sehingga cerita dan
kebudayaannya dapat terwariskan kepada generasi muda secara terusmenerus; dan
4) membuat generasi muda mampu meniru dan menerapkan nilai karakter yang
terkandung dari kisah kehidupan masa lalu pemerintahan Kabupaten
Sumedang.

1.7 Struktur Organisasi Tesis
Dalam menyususn tesis ini, penulis memberikan struktur yang menjadi
tuntunan penulisan. Struktur penulisan ini sebagai organisasi terpadu sebagai
sistematika penulisan yang diwujudkan dengan ranah dan cakupan disiplin bidang
ilmu yang ada di lembaga universitas yang bersangkutan. Dalam hal ini, struktur
organisasi tesis terdiri dari beberapa bagian, di antaranya adalah sebagai berikut.

1) Bagian Awal
Dalam bagian awal ini memuat beberapa unsur yang terdapat di dalamnya,
di antaranya halaman judul, halaman pengesahan, abstrak, kata pengantar, ucapan
terima kasih, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

2) Bagian Inti
Dalam bagian inti ini merupakan isi pokok dari penulisan tesis yang
dibentuk dalam enam bab atau bagian, di antaranya sebagai berikut.
Bab 1 sebagai pendahuluan yang memuat latar belakang masalah,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan struktur penulisan tesis. Bab 2 yang memuat landasan
teoretis yang mengemukakan teori-teori yang mendasari penelitian, di antaranya
teori mengenai babad, karya sastra klasik, struktur teks, nilai karakter, bahan
pembelajaran, modul, serta penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Bab 3
sebagai bagian yang memuat metodologi penelitian, mencakup metode penelitian,
Dedi Irawan, 2016
KARAKTER TOKOH PEMIMPIN DALAM NASKAH BABAD SUMEDANG SERTA PEMANFAATANNYA
SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS DI SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

13

data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen, teknik pengolahan
data,
Bab 4 mencakup proses penganalisisan yang memuat tinjauan umum
babad Sumedang, Sinopsis cerita Babad Sumedang, analisis struktur cerita,
analisis nilai karakter Pangeran Geusan Ulun, dan pembahasan hasil analisis.
Selanjutnya bab 5 sebagai bagian yang memaparkah pemanfaatan hasil penelitian
yang didalamnya mencakup pembahasan perancangan modul dan perancangan
kegiatan pembelajaran. Bab 6 memuat simpulan penelitian, implikasi dari
penelitian yang dilakukan dan rekomendasi atau saran yang penulis berikan untuk
beberapa pihak berkaitan dengan hasil penelitian.

3) Bagian Akhir
Pada bagian akhir ini mencakup tiga bagian, mencakup daftar pustaka,
lampiran-lampiran seperti surat keputusan tesis, modul pembelajaran, terjemahan
naskah, hasil penelaahan modul, serta riwayat hidup penulis.

Dedi Irawan, 2016
KARAKTER TOKOH PEMIMPIN DALAM NASKAH BABAD SUMEDANG SERTA PEMANFAATANNYA
SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS DI SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu