PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN REPRESENTASIPADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 1 KARTASURATAHUN PELAJARAN 2015 2016 | Ayuningtyas | Jurnal Pendidika
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT)
DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN
KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN REPRESENTASIPADA
SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 1 KARTASURATAHUN PELAJARAN
2015/2016
Winanti Ayuningtyas1), Sutopo2), Dhidhi Pambudi3)
1)Mahasiswa
2),3)
Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta
Dosen Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta
1)winanti.ayuningtyas@yahoo.com
Alamat Instansi:
Gedung D lantai 1, FKIP, Jalan Ir. Sutami No. 36A, Jawa Tengah 57126
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan 1) Untuk mengetahui proses pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar menggunakan model pembelajaran Number Head Together dengan pendekatan
kontekstual; 2) Untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dengan model
pembelajaran Number Head Togetherdengan pendekatan kontekstual; dan 3) Untuk
meningkatkan kemampuan representasi siswa dengan model pembelajaran Number Head
Together dengan pendekatan kontekstual.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Kartasura. Data
yang dikumpulkan pada penelitian ini yaitu data pelaksanaan pembelajaran dan data
kemandirian belajar siswa yang diperoleh melalui observasi, serta data kemampuan
representasi siswa yang diperoleh melalui tes. Sumber data pada penelitian ini diperoleh
dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan observasi. Teknik
uji validitas data menggunakan triangulasi sumber dan member check. Teknik analisis
data dengan teknik stastistik deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis. Indikator
keberhasilan dari penelitian ini yaitu rata-rata persentase kemandirian belajar siswa
setidaknya 60% dan rata-rata persentase kemampuan representasi siswa setidaknya 60%.
Pelaksanaan model pembelajaran tersebut dimulai dari guru menyampaikan
materi secara global kemudian siswa akan mengkonstruk informasi yang diperoleh, guru
membentuk kelompok, guru membagikan LKK yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan representasi siswa, kemudian guru memanggil nomor siswa untuk
presentasi.Pada pra siklus diperoleh rata-rata persentase kemandirian belajar siswa
29,17% dan kemampuan representasi siswa 34,12%. Pada siklus I diperoleh rata-rata
persentase kemandirian belajar siswa 40,62% dan kemampuan representasi siswa
51,25%. Pada siklus II diperoleh hasil rata-rata persentase kemandirian belajar siswa
60,54% dan kemampuan representasi siswa adalah 64,50%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Number Head Together dengan
pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemandirian belajar dan kemampuan
representasi siswa.
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
37
KATA KUNCI : Number Head Together, pendekatan kontekstual, kemandirian belajar,
kemampuan representasi
harian terakhir siswa. Banyak siswa
PENDAHULUAN
Penguasaan
oleh siswa
matematika
baik
yang belum tuntas sebanyak 20 siswa
sekolah dasar
(SD)
dari
32
siswa.
Persentase
maupun siswa sekolah menengah
kelulusan
(SMP dan SMA) selalu menjadi
dengan
permasalahan besar. Hal ini terbukti
Berdasarkan
dari hasil ujian nasional (UN) yang
dilakukan, dapat diketahui bahwa
diselenggarakan
memperlihatkan
siswa kurang menuangkan ide atau
rendahnya rata-rata kelulusan siswa
gagasan yang ada di pikiran mereka
dalam
yang
dalam bentuk visual seperti gambar
diselenggarakan di tingkat pusat
dan siswa juga jarang menuliskan
maupun daerah. Hal tersebut dapat
rumus yang akan dipakai dalam
dilihat pada aplikasi PAMER UN
menyelesaikan
2015 bahwa nilai rata-rata ujian
Selain
matematika SMP merupakan nilai
menyelesaikan suatu permasalahan
terendah dari nilai mata pelajaran
tidak dengan bahasa mereka sendiri
lainnya yaitu 56,40. Rendahnya hasil
melainkan meniru hasil pekerjaan
belajar matematika tersebut tentunya
guru, hal ini dapat dilihat dari
disebabkan oleh beberapa faktor,
beberapa jawaban siswa yang mirip
salah
dengan contoh pekerjaan guru. Dari
hal
tersebut,
satunya
yaitu
baik
kemampuan
itu,
hasil
suatu masalah.
diketahui
observasi
yang
siswa
nilai
berpikir siswa dalam memecahkan
Berdasarkan
38
total
sebesar
37,5%
rata-rata
62,5.
observasi
suatu
banyak
pengamatan
yang
persoalan.
siswa
yang
tersebut dapat
bahwa
kemampuan
berpikir siswa dalam menyelesaikan
dilakukan peneliti di kelas VIII C
masalah
SMP Negeri 1 Kartasura diperoleh
merepresentasikan ide dan gagasan
informasi bahwa hasil belajar siswa
yang dimiliki siswa masih tergolong
masih tergolong rendah. Hal tersebut
rendah.
dapat dilihat dari hasil ulangan
dengan
cara
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
Berdasarkan pengamatan yang
masih menggantungkan diri pada
dilakukan peneliti, sebanyak 75%
jawaban teman, kurang aktif dalam
siswa tidak fokus mendengarkan saat
mencari informasi dari buku, serta
guru sedang menjelaskan. Hal ini
kurang
dapat diketahui dari 32 siswa, hanya
mengikuti pembelajaran.
sekitar 8 siswa yang benar-benar
Berdasarkan
memperhatikan guru. Siswa lain
dilakukan peneliti tersebut, maka
yang tidak fokus terhadap penjelasan
dapat diketahui bahwa hasil belajar
guru dapat diketahui dari sikap
siswa
mereka seperti memainkan alat tulis
beberapa
yang terdapat di meja, tertunduk
kemampuan
menghadap meja dan tidak melihat
kemandirian
ke arah guru, serta berbicara dengan
tergolong masih rendah pula.
teman sebelahnya. Pada kegiatan
sungguh-sungguh
observasi
rendah
yang
disebabkan
faktor
oleh
diantaranya
representasi
belajar
Selama
dalam
siswa
proses
dan
yang
pembelajaran,
pembelajaran, siswa juga tidak mau
guru kurang mengajak siswa untuk
bertanya jika ada kesulitan. Saat guru
berperan
melontarkan
siswa
melontarkan pertanyaan, sehingga
bersama
siswa hanya pasif mendengarkan dan
sehingga tidak terlihat apakah semua
mencatat. Sikap pasif membuat siswa
siswa mengetahui jawabannya. Dari
bosan, cepat lelah dan tidak ada
hasil
ketertarikan
cenderung
menjawab
pengamatan tersebut dapat
disimpulkan
belajar
pertanyaan,
bahwa
siswa
Rendahnya
kemandirian
masih
kemandirian
aktif
dengan
dengan
cara
matematika.
Siswa juga masih bingung dengan
kurang.
penjelasan guru yang kadang masih
belajar
abstrak bagi siswa. Hal tersebut juga
siswa juga dapat diketahui dari siswa
dimungkinkan
yang kurang aktif di dalam proses
rendahnya hasil belajar siswa karena
pembelajaran seperti kurang berani
suasana belajar yang monoton. Oleh
dalam
karena itu peneliti menawarkan suatu
menyampaikan
pendapat,
menjadi
penyebab
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
39
solusi untuk mengatasi permasalahan
strategi belajar, dan mengevaluasi
yang telah teridentifikasi mengenai
hasil belajar.
rendahnya kemandirian belajar siswa
Menurut Song dan Hill [4],
dan kemampuan representasi dengan
kemandirian terdiri dari tiga aspek,
menerapkan
yaitu:
Number
model
Head
pembelajaran
Together
(NHT)
1) Personal Attributes
dengan pendekatan kontekstual.
Menurut
Trianto
pembelajaran
[1]
model
Number
Head
Together (NHT) merupakan salah
2) Processes
3) Learning Context
Ketiga
aspek
kemandirian
yang
belajar tersebut dapat diwujudkan
dirancang untuk memengaruhi pola
dengan rasa tanggung jawab, percaya
interaksi siswa sehingga diharapkan
diri, inisiatif, dan motivasi.
satu
model
pembelajaran
keaktifan,
Kartini[5] menyatakan bahwa
kemandirian, dan tanggung jawab
representasi matematis merupakan
dalam diri siswa. Depdiknas dalam
ungkapan-ungkapan
Suprihatiningrum
matematika (masalah, pernyataan,
dapat
kapkan
mendorong
[2]
bahwa
mengungpendekatan
definisi,
dan
dari
lain-lain)
kontekstual merupakan pendekatan
digunakan
yang
(mengkomuni-kasikan)
mengaitkan
materi
yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata.
ide-ide
untuk
yang
memperlihatkan
hasil
kerjanya dengan cara tertentu sebagai
hasil interpretasi dari pikirannya.
Gordah
TINJAUAN PUSTAKA
Knowles dalam Nurhayati [3],
Fadillah
mengelompokkan
representasi
kedalam
dimana individu mengambil inisiatif
representasi
dengan atau tanpa bantuan orang lain
berupa gambar, diagram, grafik, atau
dalam
tabel);
mendiagnosis
kebutuhan
tiga
[6]
“Kemandirian belajar yaitu proses
(2)
bentuk
visual
yaitu
(1)
(representasi
representasi
simbolik
belajar, merumuskan tujuan belajar,
(pernyataan
mengidentifikasi
matematik, numerik/simbol aljabar);
sumber
belajar,
memilih dan mengimplementasikan
40
dan
matematik/notasi
(3) representasi verbal (teks tertulis).
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
Indikator-indikator representasi
membagi siswa menjadi beberapa
matematis yang digunakan,diadaptasi
kelompok dimana setiap kelompok
dari
terdiri
pendapat
Muzakir
dalam
dari
4
siswa.
Guru
Suryana [7] yang meliputi:
memberikan
1) Representasi berupa gambar
setiap kelompok untuk ditanggapi
2) Representasi berupa pernyataan
bersama dan setiap siswa di dalam
pertanyaan
kepada
kelompok harus mengetahui jawaban
matematis
dari pertanyaan tersebut sehingga
3) Representasi berupa kata-kata
Majid
[8]
mengungkapkan
setiap siswa memiliki peran dan
tanggung
jawab
masing-masing.
kontekstual
Guru memanggil nomor siswa secara
(contextual teaching and learning)
acak dan siswa dengan nomor yang
merupakan
yang
sama harus berdiri kemudian guru
membantu guru mengaitkan antara
memilih salah satu siswa untuk
materi yang diajarkan dengan situasi
merespon pertanyaan yang telah
dunia nyata siswa dan mendorong
diberikan. Siswa dengan nomor sama
siswa membuat hubungan antara
yang tidak maju memberi tanggapan
pengetahuan
terhadap jawaban siswa yang berada
bahwa
dengan
pendekatan
konsep
yang
belajar
dimilikinya
penerapannya
dalam
di depan kelas. Proses tersebut terus
kehidupan mereka. Pengetahuan dan
diulang
keterampilan siswa diperoleh dari
berbeda.
untuk
pertanyaan
yang
usaha siswa mengkontruksi sendiri
Secara umum langkah model
pengetahuan dan keterampilan baru
pembelajaran kooperatif tipe Number
ketika ia belajar.
Head Together yaitu menyajikan
Hunter, et al. [9] menyatakan
bahwa
kooperatif
model
tipe
pembelajaran
Number
Head
informasi, penomoran, mengajukan
pertanyaan, berfikir bersama, dan
menjawab pertanyaan.
Together (NHT) diawali dengan guru
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
41
Komponen
kontekstual
pendekatan
di
dalam
model
pembelajaran kooperatif tipe Number
Head Together (NHT) dijabarkan
menyajikan
informasi
dan
mengajukan pertanyaan.
c. Menemukan
Pada pembelajaran ini tahap
sebagai berikut:
a. Konstruktivisme(constructivism)
Pembelajaran
dengan
menemukan
pada
dasarnya
mendorong
siswa
untuk
pendekatan ini pada dasarnya
menemukan sendiri pengetahuan,
mendorong
untuk
rumus, konsep, dan prosedur.
pengetahuannya
Siswa diharapkan tidak hanya
siswa
mengkonstruk
sendiri berdasarkan masalah yang
menerima pelajaran, tetapi yang
diberikan oleh guru. Masalah
diutamakan
dalam pendekatan ini merupakan
mencari dan menemukan sendiri
masalah yang berkaitan dengan
materi
kehidupan
pembelajaran
nyata.Pada
pembelajaran
model
kooperatif
tipe
merupakan
model
kooperatif
siswa
langkah berfikir bersama.
pada
langkah
menyajikan
informasi dan berfikir bersama.
tipe
Number Head Together tahap
menemukan
mengkonstruk
proses
pelajaran.Pada
Number Head Together tahap
pengetahuannya sendiri terdapat
terdapat
pada
d. Masyarakat belajar
Pada tahap ini pada dasarnya
banyak dibentuk oleh komunikasi
atau sharing dengan orang lain
b. Bertanya
Pada
tahap
memancing
ini
siswa
menyampaikan
guru
dengan
beberapa
karena
siswa
informasi
dapat
dari
menggali
orang
yang
dianggap tahu tentang informasi
pertanyaan. Hal ini bertujuan agar
yang
rasa ingin tahu siswa terhadap
Komunikasi
materi
terjadi adalah komunikasi antara
yang
akan
diajarkan
sedang
menjadi bertambah. Pada model
siswa
pembelajaran
komunikasi
kooperatif
tipe
Number Head Together tahap
42
bertanya terdapat pada langkah
dan
dibicarakan.
yang
guru
antara
diharapkan
maupun
siswa
dan
siswa.Pada model pembelajaran
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
kooperatif tipe Number Head
refleksi dilakukan setelah langkah
Together tahap masyarakat belajar
menjawab pertanyaan.
terdapat pada langkah berfikir
g. Penilaian sebenarnya
Pada
bersama, menyajikan informasi,
mangajukan
pertanyaan,
dan
tahap
guru
mengumpulkan informasi tentang
perkembangan
menjawab pertanyaan.
ini
belajar
siswa
selama proses pembelajaran. Pada
e. Pemodelan
Model yang digunakan guru
model pembelajaran kooperatif
dalam pembelajaran dapat berupa
tipe Number Head Together tahap
alat peraga, skema, diagram, dan
penilaian
sebagainya yang diharapkan dapat
pada setiap langkah NHT dimana
memudahkan
penilaian ini berkaitan dengan
siswa
untuk
sebenarnya
terdapat
menuangkan apa yang ada di
aspek kemandirian belajar dan
dalam
Pada
kemampuan representasi siswa.
model pembelajaran kooperatif
Penilaian dilakukan dengan cara
tipe Number Head Together tahap
observasi
pemodelan terdapat pada langkah
pembelajaran
menyajikan informasi.
dengan
pikiran
mereka.
proses
berlangsung
cara
tes
dan
setelah
pembelajaran dilakukan selama
f. Refleksi
Tahap
tahap
selama
refleksi
merupakan
mengevaluasi
pembelajaran
yang
dilakukan.
ini
Hal
dua kali pertemuan.
kegiatan
telah
METODE PENELITIAN
Penelitian
dilakukan
sebagai umpan balik untuk proses
penelitian
perbaikan
dilaksanakan
dan
penyempurnaan
ini
tindakan
dalam
merupakan
kelas
dua
yang
siklus.
proses pembelajaran. Pada model
Setiap siklus terdiri dari empat tahap
pembelajaran
yaitu
kooperatif
tipe
Number Head Together tahap
perencanaan,
pelaksanaan,
pengamatan (observasi), dan refleksi.
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
43
Subyek penelitian ini adalah siswa
pengamatan
kelas VIII C SMP Negeri 1 Kartasura
observer.Pengecekan keabsahan data
tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak
untuk data kemampuan representasi
32
dilakukan
siswa.
Sumber
data
dengan
tiga
cara
member
dari guru
checkyang dilakukan peneliti dengan
dan siswa yang berupa hasil tes
guru mata pelajaran matematika.
tertulis siswa kelas VIII C SMP
Peneliti melakukan diskusi dengan
Negeri 1 Kartasura di akhir setiap
guru mengenai kesesuaian jawaban
siklus
siswa dengan indikator.
penelitian ini diperoleh
dan
lembar
observasi
pembelajaran
Teknik analisis data adalah
yang berlangsung di kelas. Teknik
dengan teknik stastistik deskriptif
pengumpulan data adalah dengan tes
komparatif dan teknik analisis kritis.
dan observasi. Observasi digunakan
Data kuantitatif dianalisis dengan
untuk mengumpulkan data tentang
teknik statistik deskriptif komparatif,
kemandirian
belajar
yaitu membandingkan hasil hitung
pembelajaran
dan
mengenai
kegiatan
siswa
pada
keterlaksanaan
dari
statistik
deskriptif.
Data
model pembelajaran Number Head
kualitatif dianalisis dengan teknik
Together (NHT) dengan pendekatan
analisis
kontekstual, sedangkan tes yang
mengidentifikasi
digunakan
ini
kelebihan kinerja siswa dan guru
adalah bentuk tes uraian untuk
selama proses penerapan tindakan.
mengetahui kemampuan representasi
Indikator keberhasilan dari penelitian
siswa. Teknik uji validitas data
ini adalah 1) Rata-rata persentase
adalah
kemandirian belajar siswa setidaknya
dalam
triangulasi
penelitian
sumber
dan
kritis,
member check.Triangulasi sumber
60%,
dilakukan dengan membandingkan
kemampuan
hasil observasi dari tiga observer.
setidaknya 60%.
Pengecekan
keabsahan
2)
yaitu
dengan
kelemahan
Rata-rata
dan
persentase
representasi
siswa
data
kemandirian belajar dan pelaksanaan
HASIL PENELITIAN DAN PEM-
pembelajaran
BAHASAN
membandingkan
44
pada
antara
dilakukan
dengan
data
hasil
Hasil Penelitian
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
Sebelum melakukan tindakan,
peneliti
melakukan
kegiatan
memungkinkan
siswa
untuk
terlibat secara mandiri dalam
prasiklus yang dilaksanakan pada
kegiatan pembelajaran.
tanggal 10 Mei 2016.Kegiatan ini
Hasil dari prasiklus diperoleh
bertujuan untuk mengetahui kondisi
bahwa
awal
melakukan
kemandirian belajar siswa 29,17%
observasi selama 2 x 40 menit
dan rata-rata persentase kemampuan
dengan dibantu oleh 3 observer. Pada
representasi
saat itu materi yang sedang diajarkan
berarti hasil tersebut masih jauh dari
yaitu luas bangun datar.
indikator keberhasilan yaitu 60%.
kelas.
Peneliti
Berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan peneliti sebelum
penerapan
model
kooperatif
tipe
Head
Together (NHT) dengan pendekatan
kontekstual,
Kemudian
34,12%
peneliti
yang
melakukan
diperoleh
dapat
meningkat
mencapai
indikator
yang
dan
telah
ditentukan.
Pelaksanaan tindakan siklus I
memperoleh
terdiri dari dua kali pertemuan untuk
dari
proses
tindakan dan satu kali pertemuan
pembelajaran di kelas VIII C sebagai
untuk tes akhir siklus I. Pertemuan
berikut :
pertama
a.
Siswa cenderung pasif dan tidak
Selasa, 17 Mei 2016 membahas
memperhatikan penjelasan guru.
volume kubus dan balok, pertemuan
Pembelajaran lebih didominasi
kedua dilaksanakan pada hari Kamis,
oleh guru karena umpan balik di
19 Mei 2016 membahas volume
antara guru dan siswa jarang
prisma
terjadi.
pertemuan
beberapa
b.
c.
peneliti
siswa
persentase
kegiatan siklus I agar hasil yang
pembelajaran
Number
rata-rata
kelemahan
Model
digunakan
pembelajaran
guru
yang
kurang
dilaksanakan
dan
limas,
tes
akhir
pada
dan
hari
untuk
siklus
I
dilaksanakan pada hari Sabtu, 21 Mei
2016.
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
45
secara acak kemudiansiswa yang
Pelaksanaan tindakan siklus I
mempunyai nomor sama berdiri.
antara lain:
1.
2.
Guru
membuka
Guru menunjuk salah satu siswa
pelajaran
dengan mengucapkan salam.
tersebut
Guru
siswa
mempresentasikan hasil diskusi
pelajaran
dan meminta siswa lain untuk
untuk
mempersiapkan
menerima
menanggapi.
dengan menanyakan pekerjaan
9.
rumah.
3.
4.
pengarahan
yang telah dipresentasikan dan
tentang
yang
meminta siswa memberi tepuk
kegiatan
akan
berlangsung.
tangan kepada siswa yang telah
Guru kemudian menyampaikan
maju.
pembelajaran
secara
alat peraga berupa kerangka
pengumuman tentang kelompok
kubus, balok, prisma, dan limas.
teraktif.
Guru membagi siswa menjadi 6
tetapi
Setiap
kelompok
karena
seluruh
siswa
berjumlah 32 maka terdapat 2
46
dan
memberi
11. Guru memberi tahu materi yang
akan dibahas pada pertemuan
selanjutnya.
12. Guru memberikan siswa PR.
13. Guru
mengakhiri
pertemuan
kelompok yang beranggotakan 6
dengan mengucapkan salam.
sehingga 2 kelompok tersebut
Dari hasil tindakan siklus I ada
mendapat nomor kepala 1-6.
beberapa hal yang perlu diperbaiki,
Guru
antara lain:
membagikan
Lembar
Kerja Kelompok (LKK).
8.
menyimpulkan
pembelajaran
mendapatkan nomor kepala 1-5,
7.
10. Guru
singkat dengan menggunakan
kelompok.
6.
Guru membahas hasil diskusi
Guru memberikan
materi
5.
untuk
1) Siswa masih terlihat kurang aktif
Siswa melakukan diskusi dan
saat menjawab pertanyaan dari
guru berkeliling membimbing
guru, saat menanggapi jawaban
siswa menyelesaikan LKK.
teman,
Guru memanggil nomor tertentu
mengemukakan pendapat serta
dan
kurang
aktif
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
bertanya tentang hal yang belum
representasi
dimengerti.
berarti hasil tersebut masih belum
2) Beberapa
siswa
menjawab
mencapai
siswa
indikator
yang
keberhasilan
pertanyaan guru dengan serentak
yaitu
sehingga suasana kelas menjadi
melakukan kegiatan siklus II agar
sedikit ramai.
hasil yang diperoleh dapat meningkat
3) Banyak siswa yang lama dalam
menentukan
tempat
duduk
60%.
51,25%
Kemudian
kembali dan mencapai indikator yang
telah
ditentukan
serta
sehingga suasana kelas menjadi
mengatasi
gaduh dan waktu yang yang
yang terdapat pada siklus I.
kelemahan-kelemahan
sama dengan tindakan siklus I yaitu
terbuang.
terdapat
beberapa
dengan
menerapkan
kelompok yang ramai setelah
pembelajaran
mendapat LKK karena masih
Together
bingung
menambahkan
bagaimana
cara
beberapa
Number
(NHT),
tetapi
model
Head
dengan
perbaikan-perbaikan
dari siklus I. Pertemuan pertama
mengerjakannya.
5) Ada
dapat
Pelaksanaan tindakan siklus II
dilakukan untuk diskusi menjadi
4) Masih
peneliti
siswa
yang
dilaksanakan pada hari Selasa, 24
langsung bertanya kepada guru
Mei 2016 membahas volume kubus
mengenai permasalahan
dan
yang
balok,
pertemuan
kedua
dilaksanakan pada hari Kamis, 26
terdapat pada LKK.
6) Banyak siswa yang belum siap
Mei 2016 membahas volume prisma
jika nomornya dipanggil oleh
dan limas, dan untuk pertemuan tes
suasana kelas menjadi gaduh.
akhir siklus II dilaksanakan pada hari
Hasil dari siklus I diperoleh
Sabtu,
28
Mei
2016.
Materi
persentase
pembelajaran pada siklus II juga
kemandirian belajar siswa 40,62%
masih sama dengan siklus I karena
dan rata-rata persentase kemampuan
materi pada semester tersebut telah
bahwa
rata-rata
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
47
habis
sehingga
guru
seluruh
tetap
berjumlah
32
mengajarkan volume kubus, balok,
maka terdapat 2 kelompok yang
prisma, dan limas.
beranggotakan 6 sehingga 2
kelompok
Pelaksanaan tindakan siklus
1.
Guru
membuka
pelajaran
7.
Guru
mempersiapkan
untuk
menerima
siswa
rumah
dan
kesulitan
yang
menanyakan
dialami
saat
6.
membagikan
Lembar
Guru
menjelaskan
cara
mengerjakan LKK.
9.
Guru
meminta
siswa
untuk
membuka buku catatan dan buku
paket
untuk
mendapatkan
informasi ketika menyelesaikan
Guru memotivasi siswa agar
LKK.
10. Siswa melakukan diskusi dan
menanggapi.
guru berkeliling membimbing
Guru kemudian menyampaikan
siswa menyelesaikan LKK.
materi
5.
Guru
mengerjakan tes siklus I.
siswa aktif dalam bertanya dan
4.
8.
pelajaran
dengan menanyakan pekerjaan
3.
mendapat
Kerja Kelompok (LKK).
dengan mengucapkan salam.
2.
tersebut
nomor kepala 1-6.
II antara lain:
48
siswa
pembelajaran
secara
11. Guru mengingatkan siswa agar
singkat dengan menggunakan
memahami
langkah-langkah
alat peraga berupa kerangka
dalam menyelesaikan LKK.
kubus, balok, prisma, dan limas.
12. Guru memanggil nomor tertentu
Guru memberikan
pengarahan
secara acak kemudiansiswa yang
tentang
yang
mempunyai nomor sama berdiri.
kegiatan
akan
berlangsung.
Guru menunjuk salah satu siswa
Guru membagi siswa menjadi 6
tersebut
kelompok dan menyuruh siswa
mempresentasikan hasil diskusi
berkumpul ke tempat duduk
dan meminta siswa lain untuk
yang telah diatur oleh guru.
menanggapi.
untuk
Setiap kelompok mendapatkan
13. Guru membahas hasil diskusi
nomor kepala 1-5, tetapi karena
yang telah dipresentasikan dan
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
meminta siswa memberi tepuk
3) Masih ada siswa yang langsung
tangan kepada siswa yang telah
bertanya kepada guru mengenai
maju.
permasalahan
14. Guru
menyimpulkan
pembelajaran
dan
memberi
yang
terdapat
pada LKK.
4) Pada
tahap
menjawab
pengumuman tentang kelompok
pertanyaan, siswa yang memiliki
teraktif.
rasa tanggung jawab juga belum
15. Guru memberi tahu materi yang
ada setengah dari jumlah siswa
akan dibahas pada pertemuan
seluruhnya.
selanjutnya.
Hasil dari siklus II diperoleh
16. Guru memberikan siswa PR.
bahwa
17. Guru
kemandirian belajar siswa 61,20%
mengakhiri
pertemuan
rata-rata
persentase
dengan mengucapkan salam.
dan rata-rata persentase kemampuan
Dalam pelaksanaan siklus II
representasi
siswa
64,50%
yang
masih ada kekurangan yang terjadi,
berarti hasil tersebut sudah mencapai
antara lain:
indikator keberhasilan yaitu 60%.
1) Siswa masih terlihat kurang aktif
Karena
hasil
penelitian
sudah
saat menjawab pertanyaan dari
mencapai indikator yang ditentukan
guru, saat menanggapi jawaban
maka penelitian tidak dilanjutkan ke
teman, dan kurang aktif bertanya
siklus berikutnya.
tentang hal yang belum
Pembahasan
dimengerti.
Walaupun
siklus
sudah
II
Rata-rata
pada
terdapat
peningkatan dibanding siklus I.
2) Masih ada siswa yang menjawab
persentase
kemandirian belajar siswa pada tahap
pra
siklus
sebesar
29,17%.
Persentase tersebut masih jauh dari
bersama-
target yang telah ditentukan. Setelah
sama walaupun lebih sedikit dari
dilakukan tindakan pada siklus I,
siklus I.
rata-rata
pertanyaan
dengan
persentase
kemandirian
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
49
belajar siswa meningkat menjadi
pembelajaran
40,62%.
tersebut
Together (NHT).
sebesar
Rata-rata
Persentase
mengalami
peningkatan
Head
persentase
11,45% dari kondisi awal di pra
kemampuan representasi siswa pada
siklus.
rata-rata
tahap pra siklus sebesar 34,12%.
persentase kemandirian belajar siswa
Setelah dilakukan tindakan pada
kembali meningkat menjadi 60,54%
siklus
yang berarti mengalami peningkatan
kemampuan
representasi
sebesar
Peningkatan
meningkat
menjadi
indikator tiap siklus yang diadaptasi
Persentase
dari aspek kemandirian belajar yang
peningkatan sebesar 17,00% dari
diungkapkan oleh Song dan Hill [4]
kondisi awal di pra siklus. Pada
yang meliputi personal attributes,
siklus
Pada
siklus
19,92%.
processes,
dan
membuktikan
50
Number
II
rata-rata
tersebut
II
persentase
siswa
51,12%.
mengalami
rata-rata
persentase
context
kemandirian belajar siswa kembali
pemilihan
meningkat menjadi 64,50% yang
learning
bahwa
I,
model pembelajaran Number Head
berarti
mengalami
peningkatan
Together (NHT) dengan pendekatan
sebesar
13,38%.
Peningkatan
kontekstual mampu meningkatkan
indikator tiap siklus yang diadaptasi
kemandirian belajar siswa. Hal ini
dari
dapat dikaitkan dengan penelitian
Suryana [7] yang membagi bentuk
Irawati Arlinda [10]yang berjudul
representasi
“Upaya Meningkatkan Kemandirian
representasi visual, pernyataan atau
Belajar
ekspresi matematis, dan kata-kata
Siswa
dan
Ketuntasan
pendapat
Muzakir
menjadi
tiga
dalam
yaitu
Belajar Siswa pada Pokok Bahasan
atau teks tertulis membuktikan
Aritmatika Sosial melalui Penerapan
bahwa
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
pembelajaran
Number Head Together”. Hasil yang
Together (NHT) dengan pendekatan
diperoleh
penelitian
kontekstual mampu meningkatkan
tersebut yaitu kemandirian belajar
kemampuan representasi siswa. Hal
siswa siswa meningkat pada tiap
ini dapat dikaitkan dengan penelitian
siklus
Edy Surya (2013) [11] yang berjudul
dari
setelah
kedua
penerapan
model
pemilihan
Number
model
Head
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
”Peningkatan
Kemampuan
dengan menyapa dan memberi
Representasi Visual Thinking pada
salam.Guru
Pemecahan Masalah Matematis dan
apersepsi dan menyampaikan
Kemandirian Belajar Siswa SMP
motivasi.
melalui Pembelajaran Kontekstual.”
b. Kegiatan Inti
Hasil
tersebut
Pada
pendekatan
informasi
guru
menarik
meningkatkan
perhatian
siswa
dengan
penelitian
menunjukkan
bahwa
kontekstual
dapat
memberikan
tahap
menyajikan
menyampaikan
kemampuan representasi.
informasi-
informasi yang sering dijumpai
siswa dalam kehidupan sehari-
SIMPULAN DAN SARAN
Penerapan model pembelajaran
hari. Guru menjelaskan bahwa
(NHT)
pembelajaran akan berlangsung
dengan model pembelajaran
Number
Head
dengan
pendekatan
kontekstual
meningkatkan
kemandirian
untuk
Together
belajar dan kemampuan representasi
Number Head Together.
Pada
tahap
penomoran
siswa kelas VIII C SMP Negeri 1
guru mengelompokkan siswa
Kartasura dapat disimpulkan sebagai
menjadi 6 kelompok. Guru
berikut:
membagikan
1.
Proses
pembelajaran
dengan
model
pembelajaran
Number
Head Together (NHT) dengan
pendekatan
dilakukan
setiap
sehingga
siswa
kepala
kelompok
memiliki
nomor yang berbeda.
kontekstual
Pada tahap mengajukan
langkah-
pertanyaan guru memberikan
dengan
pertanyaan kepada setiap
langkah sebagai berikut:
kelompok
a. Kegiatan Pendahuluan
Pada awal pelajaran guru
menyiapkan
kepada
nomor
peserta
didik
melalui
Lembar
Kerja Kelompok (LKK). Guru
menjelaskan
langkah-langkah
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
51
mengerjakan
LKK.
jawaban
Guru
telah
meminta siswa untuk saling
dipresentasikan. Guru meminta
bekerja sama dalam diskusi
siswa untuk memberi umpan
dan mengingatkan siswa agar
balik
paham dengan setiap langkah
kepada
yang mereka kerjakan.
melakukan presentasi.
Pada
tahap
bersama
siswa
diskusi
bersama
berfikir
c.
berupa
tepuk
siswa
yang
telah
Kegiatan Penutup
Guru
melakukan
tangan
menyimpulkan
anggota
materi pembelajaran yang telah
kelompoknya. Guru berkeliling
dilakukan. Guru memberikan
pada setiap kelompok untuk
pengumuman kelompok yang
memberikan bimbingan serta
teraktif.
mengingatkan
agar
tugas sebagai pekerjaan rumah
teradap
dan memberitahu materi yang
dalam
akan dipelajari pada pertemuan
benar-benar
siswa
paham
langkah-langkah
Pada
tahap
pelajaran
menjawab
salah satu nomor kemudian
dengan
nomor
yang
2.
Rata-rata
menutup
mengucap
persentase
kemandirian
meningkat
berdiri, guru memilih salah
pada
satu
tersebut
untuk
Guru
dengan
sama dari setiap kelompok
siswa
memberikan
salam.
pertanyaan guru memanggil
siswa
Guru
selanjutnya.
mengerjakan LKK.
belajar
menjadi
siklus
I.
siswa
40,62%
Persentase
mengalami
hasil
peningkatan sebesar 11,45%
diskusi. Siswa dengan nomor
dari kondisi awal di pra siklus.
sama
Pada siklus II rata-rata
mempresentasikan
52
yang
yang
tidak
maju
diharapkan menanggapi hasil
persentase kemandirian belajar
presentasi, siswa lain yang
siswa
tidak
menjadi 61,20% yang berarti
maju
juga
diberi
kembali
kesempatan untuk menanggapi
mengalami
presentasi.
sebesar 20,58%.
Guru
membahas
meningkat
peningkatan
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
3.
Rata-rata
Online
Environments.
Journal of Interactive
Online Learning, 6(1), 32.
persentase
kemampuan representasi siswa
meningkat
pada
menjadi
siklus
I.
51,12%
Persentase
tersebut
[5]
mengalami
peningkatan sebesar 17,00%
dari kondisi awal di pra siklus.
Pada
siklus
II
rata-rata
persentase kemandirian belajar
siswa
kembali
meningkat
menjadi 64,50% yang berarti
mengalami
peningkatan
sebesar 13,38%.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
Trianto. (2010). Mendesain
Model
Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana.
Suprihatiningrum, J. (2013).
Strategi
Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
[3] Nurhayati, Eti. (2011). Psikologi
Pendidikan
Inovatif.
Yogyakarta : Pustaka
Belajar.
[6] Gordah dan Fadillah. (2014).
Pengaruh
Penggunaan
Bahan Ajar Kalkulus
Diferensial
Berbasis
Pendekatan Open Ended
Terhadap
Kemampuan
Representasi
Matematis
Mahasiswa.
Jurnal
Pendidikan
&
Kebudayaan. 20 (3). 344345.
[7] Suryana, A. (2012). Prosiding
Seminar
Nasional
Matematika
dan
Pendidikan
Matematika
dengan Tema Kontribusi
Pendidikan
Matematika
dan Matematika dalam
Membangun
Karakter
Guru dan Siswa, FMIPA
Universitas
Negeri
Yogyakarta.
[8]
[4] Song, L & Hill, J. R. (2007). A
Conceptual Model for
Understanding
SelfDirected
Learning
in
Kartini.
(2009).
Peranan
Representasi
dalam
Pembelajaran Matematika.
Seminar
Nasional
Matematika
dan
Pendidikan
Matematika
2009, 3 (2), 362-366.
Majid, A. (2013). Strategi
Pembelajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
[9] Hunter, William C., et al. (2015).
Numbered Heads Together
as a tier 1 instructional
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
53
strategy in multitiered
systems
of
support.
Education & Treatment of
Children, 38(3), 350.
[10] Arlinda, I. (2015). Upaya
Meningkatkan
Kemandirian
Belajar
Siswa dan Ketuntasan
Belajar Siswa pada Pokok
Bahasan Aritmatika Sosial
melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif
Tipe
Number
Head
Together
(Penelitian
Tindakan Kelas pada
Siswa Kelas VII A SMP
Muhammadiyah
04).
Skripsi
Tidak
Dipublikasikan.
54
Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
[11] Surya, E. (2013). Peningkatan
Kemampuan Representasi
Visual Thinking pada
Pemecahan
Masalah
Matematis
dan
Kemandirian
Belajar
Siswa
SMP
melalui
Pembelajaran
Kontekstual. Tesis Tidak
Dipublikasikan.
Universitas
Pendidikan
Indonesia, Bandung.
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN
KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN REPRESENTASIPADA
SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 1 KARTASURATAHUN PELAJARAN
2015/2016
Winanti Ayuningtyas1), Sutopo2), Dhidhi Pambudi3)
1)Mahasiswa
2),3)
Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta
Dosen Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta
1)winanti.ayuningtyas@yahoo.com
Alamat Instansi:
Gedung D lantai 1, FKIP, Jalan Ir. Sutami No. 36A, Jawa Tengah 57126
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan 1) Untuk mengetahui proses pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar menggunakan model pembelajaran Number Head Together dengan pendekatan
kontekstual; 2) Untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dengan model
pembelajaran Number Head Togetherdengan pendekatan kontekstual; dan 3) Untuk
meningkatkan kemampuan representasi siswa dengan model pembelajaran Number Head
Together dengan pendekatan kontekstual.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Kartasura. Data
yang dikumpulkan pada penelitian ini yaitu data pelaksanaan pembelajaran dan data
kemandirian belajar siswa yang diperoleh melalui observasi, serta data kemampuan
representasi siswa yang diperoleh melalui tes. Sumber data pada penelitian ini diperoleh
dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan observasi. Teknik
uji validitas data menggunakan triangulasi sumber dan member check. Teknik analisis
data dengan teknik stastistik deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis. Indikator
keberhasilan dari penelitian ini yaitu rata-rata persentase kemandirian belajar siswa
setidaknya 60% dan rata-rata persentase kemampuan representasi siswa setidaknya 60%.
Pelaksanaan model pembelajaran tersebut dimulai dari guru menyampaikan
materi secara global kemudian siswa akan mengkonstruk informasi yang diperoleh, guru
membentuk kelompok, guru membagikan LKK yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan representasi siswa, kemudian guru memanggil nomor siswa untuk
presentasi.Pada pra siklus diperoleh rata-rata persentase kemandirian belajar siswa
29,17% dan kemampuan representasi siswa 34,12%. Pada siklus I diperoleh rata-rata
persentase kemandirian belajar siswa 40,62% dan kemampuan representasi siswa
51,25%. Pada siklus II diperoleh hasil rata-rata persentase kemandirian belajar siswa
60,54% dan kemampuan representasi siswa adalah 64,50%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Number Head Together dengan
pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemandirian belajar dan kemampuan
representasi siswa.
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
37
KATA KUNCI : Number Head Together, pendekatan kontekstual, kemandirian belajar,
kemampuan representasi
harian terakhir siswa. Banyak siswa
PENDAHULUAN
Penguasaan
oleh siswa
matematika
baik
yang belum tuntas sebanyak 20 siswa
sekolah dasar
(SD)
dari
32
siswa.
Persentase
maupun siswa sekolah menengah
kelulusan
(SMP dan SMA) selalu menjadi
dengan
permasalahan besar. Hal ini terbukti
Berdasarkan
dari hasil ujian nasional (UN) yang
dilakukan, dapat diketahui bahwa
diselenggarakan
memperlihatkan
siswa kurang menuangkan ide atau
rendahnya rata-rata kelulusan siswa
gagasan yang ada di pikiran mereka
dalam
yang
dalam bentuk visual seperti gambar
diselenggarakan di tingkat pusat
dan siswa juga jarang menuliskan
maupun daerah. Hal tersebut dapat
rumus yang akan dipakai dalam
dilihat pada aplikasi PAMER UN
menyelesaikan
2015 bahwa nilai rata-rata ujian
Selain
matematika SMP merupakan nilai
menyelesaikan suatu permasalahan
terendah dari nilai mata pelajaran
tidak dengan bahasa mereka sendiri
lainnya yaitu 56,40. Rendahnya hasil
melainkan meniru hasil pekerjaan
belajar matematika tersebut tentunya
guru, hal ini dapat dilihat dari
disebabkan oleh beberapa faktor,
beberapa jawaban siswa yang mirip
salah
dengan contoh pekerjaan guru. Dari
hal
tersebut,
satunya
yaitu
baik
kemampuan
itu,
hasil
suatu masalah.
diketahui
observasi
yang
siswa
nilai
berpikir siswa dalam memecahkan
Berdasarkan
38
total
sebesar
37,5%
rata-rata
62,5.
observasi
suatu
banyak
pengamatan
yang
persoalan.
siswa
yang
tersebut dapat
bahwa
kemampuan
berpikir siswa dalam menyelesaikan
dilakukan peneliti di kelas VIII C
masalah
SMP Negeri 1 Kartasura diperoleh
merepresentasikan ide dan gagasan
informasi bahwa hasil belajar siswa
yang dimiliki siswa masih tergolong
masih tergolong rendah. Hal tersebut
rendah.
dapat dilihat dari hasil ulangan
dengan
cara
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
Berdasarkan pengamatan yang
masih menggantungkan diri pada
dilakukan peneliti, sebanyak 75%
jawaban teman, kurang aktif dalam
siswa tidak fokus mendengarkan saat
mencari informasi dari buku, serta
guru sedang menjelaskan. Hal ini
kurang
dapat diketahui dari 32 siswa, hanya
mengikuti pembelajaran.
sekitar 8 siswa yang benar-benar
Berdasarkan
memperhatikan guru. Siswa lain
dilakukan peneliti tersebut, maka
yang tidak fokus terhadap penjelasan
dapat diketahui bahwa hasil belajar
guru dapat diketahui dari sikap
siswa
mereka seperti memainkan alat tulis
beberapa
yang terdapat di meja, tertunduk
kemampuan
menghadap meja dan tidak melihat
kemandirian
ke arah guru, serta berbicara dengan
tergolong masih rendah pula.
teman sebelahnya. Pada kegiatan
sungguh-sungguh
observasi
rendah
yang
disebabkan
faktor
oleh
diantaranya
representasi
belajar
Selama
dalam
siswa
proses
dan
yang
pembelajaran,
pembelajaran, siswa juga tidak mau
guru kurang mengajak siswa untuk
bertanya jika ada kesulitan. Saat guru
berperan
melontarkan
siswa
melontarkan pertanyaan, sehingga
bersama
siswa hanya pasif mendengarkan dan
sehingga tidak terlihat apakah semua
mencatat. Sikap pasif membuat siswa
siswa mengetahui jawabannya. Dari
bosan, cepat lelah dan tidak ada
hasil
ketertarikan
cenderung
menjawab
pengamatan tersebut dapat
disimpulkan
belajar
pertanyaan,
bahwa
siswa
Rendahnya
kemandirian
masih
kemandirian
aktif
dengan
dengan
cara
matematika.
Siswa juga masih bingung dengan
kurang.
penjelasan guru yang kadang masih
belajar
abstrak bagi siswa. Hal tersebut juga
siswa juga dapat diketahui dari siswa
dimungkinkan
yang kurang aktif di dalam proses
rendahnya hasil belajar siswa karena
pembelajaran seperti kurang berani
suasana belajar yang monoton. Oleh
dalam
karena itu peneliti menawarkan suatu
menyampaikan
pendapat,
menjadi
penyebab
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
39
solusi untuk mengatasi permasalahan
strategi belajar, dan mengevaluasi
yang telah teridentifikasi mengenai
hasil belajar.
rendahnya kemandirian belajar siswa
Menurut Song dan Hill [4],
dan kemampuan representasi dengan
kemandirian terdiri dari tiga aspek,
menerapkan
yaitu:
Number
model
Head
pembelajaran
Together
(NHT)
1) Personal Attributes
dengan pendekatan kontekstual.
Menurut
Trianto
pembelajaran
[1]
model
Number
Head
Together (NHT) merupakan salah
2) Processes
3) Learning Context
Ketiga
aspek
kemandirian
yang
belajar tersebut dapat diwujudkan
dirancang untuk memengaruhi pola
dengan rasa tanggung jawab, percaya
interaksi siswa sehingga diharapkan
diri, inisiatif, dan motivasi.
satu
model
pembelajaran
keaktifan,
Kartini[5] menyatakan bahwa
kemandirian, dan tanggung jawab
representasi matematis merupakan
dalam diri siswa. Depdiknas dalam
ungkapan-ungkapan
Suprihatiningrum
matematika (masalah, pernyataan,
dapat
kapkan
mendorong
[2]
bahwa
mengungpendekatan
definisi,
dan
dari
lain-lain)
kontekstual merupakan pendekatan
digunakan
yang
(mengkomuni-kasikan)
mengaitkan
materi
yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata.
ide-ide
untuk
yang
memperlihatkan
hasil
kerjanya dengan cara tertentu sebagai
hasil interpretasi dari pikirannya.
Gordah
TINJAUAN PUSTAKA
Knowles dalam Nurhayati [3],
Fadillah
mengelompokkan
representasi
kedalam
dimana individu mengambil inisiatif
representasi
dengan atau tanpa bantuan orang lain
berupa gambar, diagram, grafik, atau
dalam
tabel);
mendiagnosis
kebutuhan
tiga
[6]
“Kemandirian belajar yaitu proses
(2)
bentuk
visual
yaitu
(1)
(representasi
representasi
simbolik
belajar, merumuskan tujuan belajar,
(pernyataan
mengidentifikasi
matematik, numerik/simbol aljabar);
sumber
belajar,
memilih dan mengimplementasikan
40
dan
matematik/notasi
(3) representasi verbal (teks tertulis).
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
Indikator-indikator representasi
membagi siswa menjadi beberapa
matematis yang digunakan,diadaptasi
kelompok dimana setiap kelompok
dari
terdiri
pendapat
Muzakir
dalam
dari
4
siswa.
Guru
Suryana [7] yang meliputi:
memberikan
1) Representasi berupa gambar
setiap kelompok untuk ditanggapi
2) Representasi berupa pernyataan
bersama dan setiap siswa di dalam
pertanyaan
kepada
kelompok harus mengetahui jawaban
matematis
dari pertanyaan tersebut sehingga
3) Representasi berupa kata-kata
Majid
[8]
mengungkapkan
setiap siswa memiliki peran dan
tanggung
jawab
masing-masing.
kontekstual
Guru memanggil nomor siswa secara
(contextual teaching and learning)
acak dan siswa dengan nomor yang
merupakan
yang
sama harus berdiri kemudian guru
membantu guru mengaitkan antara
memilih salah satu siswa untuk
materi yang diajarkan dengan situasi
merespon pertanyaan yang telah
dunia nyata siswa dan mendorong
diberikan. Siswa dengan nomor sama
siswa membuat hubungan antara
yang tidak maju memberi tanggapan
pengetahuan
terhadap jawaban siswa yang berada
bahwa
dengan
pendekatan
konsep
yang
belajar
dimilikinya
penerapannya
dalam
di depan kelas. Proses tersebut terus
kehidupan mereka. Pengetahuan dan
diulang
keterampilan siswa diperoleh dari
berbeda.
untuk
pertanyaan
yang
usaha siswa mengkontruksi sendiri
Secara umum langkah model
pengetahuan dan keterampilan baru
pembelajaran kooperatif tipe Number
ketika ia belajar.
Head Together yaitu menyajikan
Hunter, et al. [9] menyatakan
bahwa
kooperatif
model
tipe
pembelajaran
Number
Head
informasi, penomoran, mengajukan
pertanyaan, berfikir bersama, dan
menjawab pertanyaan.
Together (NHT) diawali dengan guru
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
41
Komponen
kontekstual
pendekatan
di
dalam
model
pembelajaran kooperatif tipe Number
Head Together (NHT) dijabarkan
menyajikan
informasi
dan
mengajukan pertanyaan.
c. Menemukan
Pada pembelajaran ini tahap
sebagai berikut:
a. Konstruktivisme(constructivism)
Pembelajaran
dengan
menemukan
pada
dasarnya
mendorong
siswa
untuk
pendekatan ini pada dasarnya
menemukan sendiri pengetahuan,
mendorong
untuk
rumus, konsep, dan prosedur.
pengetahuannya
Siswa diharapkan tidak hanya
siswa
mengkonstruk
sendiri berdasarkan masalah yang
menerima pelajaran, tetapi yang
diberikan oleh guru. Masalah
diutamakan
dalam pendekatan ini merupakan
mencari dan menemukan sendiri
masalah yang berkaitan dengan
materi
kehidupan
pembelajaran
nyata.Pada
pembelajaran
model
kooperatif
tipe
merupakan
model
kooperatif
siswa
langkah berfikir bersama.
pada
langkah
menyajikan
informasi dan berfikir bersama.
tipe
Number Head Together tahap
menemukan
mengkonstruk
proses
pelajaran.Pada
Number Head Together tahap
pengetahuannya sendiri terdapat
terdapat
pada
d. Masyarakat belajar
Pada tahap ini pada dasarnya
banyak dibentuk oleh komunikasi
atau sharing dengan orang lain
b. Bertanya
Pada
tahap
memancing
ini
siswa
menyampaikan
guru
dengan
beberapa
karena
siswa
informasi
dapat
dari
menggali
orang
yang
dianggap tahu tentang informasi
pertanyaan. Hal ini bertujuan agar
yang
rasa ingin tahu siswa terhadap
Komunikasi
materi
terjadi adalah komunikasi antara
yang
akan
diajarkan
sedang
menjadi bertambah. Pada model
siswa
pembelajaran
komunikasi
kooperatif
tipe
Number Head Together tahap
42
bertanya terdapat pada langkah
dan
dibicarakan.
yang
guru
antara
diharapkan
maupun
siswa
dan
siswa.Pada model pembelajaran
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
kooperatif tipe Number Head
refleksi dilakukan setelah langkah
Together tahap masyarakat belajar
menjawab pertanyaan.
terdapat pada langkah berfikir
g. Penilaian sebenarnya
Pada
bersama, menyajikan informasi,
mangajukan
pertanyaan,
dan
tahap
guru
mengumpulkan informasi tentang
perkembangan
menjawab pertanyaan.
ini
belajar
siswa
selama proses pembelajaran. Pada
e. Pemodelan
Model yang digunakan guru
model pembelajaran kooperatif
dalam pembelajaran dapat berupa
tipe Number Head Together tahap
alat peraga, skema, diagram, dan
penilaian
sebagainya yang diharapkan dapat
pada setiap langkah NHT dimana
memudahkan
penilaian ini berkaitan dengan
siswa
untuk
sebenarnya
terdapat
menuangkan apa yang ada di
aspek kemandirian belajar dan
dalam
Pada
kemampuan representasi siswa.
model pembelajaran kooperatif
Penilaian dilakukan dengan cara
tipe Number Head Together tahap
observasi
pemodelan terdapat pada langkah
pembelajaran
menyajikan informasi.
dengan
pikiran
mereka.
proses
berlangsung
cara
tes
dan
setelah
pembelajaran dilakukan selama
f. Refleksi
Tahap
tahap
selama
refleksi
merupakan
mengevaluasi
pembelajaran
yang
dilakukan.
ini
Hal
dua kali pertemuan.
kegiatan
telah
METODE PENELITIAN
Penelitian
dilakukan
sebagai umpan balik untuk proses
penelitian
perbaikan
dilaksanakan
dan
penyempurnaan
ini
tindakan
dalam
merupakan
kelas
dua
yang
siklus.
proses pembelajaran. Pada model
Setiap siklus terdiri dari empat tahap
pembelajaran
yaitu
kooperatif
tipe
Number Head Together tahap
perencanaan,
pelaksanaan,
pengamatan (observasi), dan refleksi.
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
43
Subyek penelitian ini adalah siswa
pengamatan
kelas VIII C SMP Negeri 1 Kartasura
observer.Pengecekan keabsahan data
tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak
untuk data kemampuan representasi
32
dilakukan
siswa.
Sumber
data
dengan
tiga
cara
member
dari guru
checkyang dilakukan peneliti dengan
dan siswa yang berupa hasil tes
guru mata pelajaran matematika.
tertulis siswa kelas VIII C SMP
Peneliti melakukan diskusi dengan
Negeri 1 Kartasura di akhir setiap
guru mengenai kesesuaian jawaban
siklus
siswa dengan indikator.
penelitian ini diperoleh
dan
lembar
observasi
pembelajaran
Teknik analisis data adalah
yang berlangsung di kelas. Teknik
dengan teknik stastistik deskriptif
pengumpulan data adalah dengan tes
komparatif dan teknik analisis kritis.
dan observasi. Observasi digunakan
Data kuantitatif dianalisis dengan
untuk mengumpulkan data tentang
teknik statistik deskriptif komparatif,
kemandirian
belajar
yaitu membandingkan hasil hitung
pembelajaran
dan
mengenai
kegiatan
siswa
pada
keterlaksanaan
dari
statistik
deskriptif.
Data
model pembelajaran Number Head
kualitatif dianalisis dengan teknik
Together (NHT) dengan pendekatan
analisis
kontekstual, sedangkan tes yang
mengidentifikasi
digunakan
ini
kelebihan kinerja siswa dan guru
adalah bentuk tes uraian untuk
selama proses penerapan tindakan.
mengetahui kemampuan representasi
Indikator keberhasilan dari penelitian
siswa. Teknik uji validitas data
ini adalah 1) Rata-rata persentase
adalah
kemandirian belajar siswa setidaknya
dalam
triangulasi
penelitian
sumber
dan
kritis,
member check.Triangulasi sumber
60%,
dilakukan dengan membandingkan
kemampuan
hasil observasi dari tiga observer.
setidaknya 60%.
Pengecekan
keabsahan
2)
yaitu
dengan
kelemahan
Rata-rata
dan
persentase
representasi
siswa
data
kemandirian belajar dan pelaksanaan
HASIL PENELITIAN DAN PEM-
pembelajaran
BAHASAN
membandingkan
44
pada
antara
dilakukan
dengan
data
hasil
Hasil Penelitian
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
Sebelum melakukan tindakan,
peneliti
melakukan
kegiatan
memungkinkan
siswa
untuk
terlibat secara mandiri dalam
prasiklus yang dilaksanakan pada
kegiatan pembelajaran.
tanggal 10 Mei 2016.Kegiatan ini
Hasil dari prasiklus diperoleh
bertujuan untuk mengetahui kondisi
bahwa
awal
melakukan
kemandirian belajar siswa 29,17%
observasi selama 2 x 40 menit
dan rata-rata persentase kemampuan
dengan dibantu oleh 3 observer. Pada
representasi
saat itu materi yang sedang diajarkan
berarti hasil tersebut masih jauh dari
yaitu luas bangun datar.
indikator keberhasilan yaitu 60%.
kelas.
Peneliti
Berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan peneliti sebelum
penerapan
model
kooperatif
tipe
Head
Together (NHT) dengan pendekatan
kontekstual,
Kemudian
34,12%
peneliti
yang
melakukan
diperoleh
dapat
meningkat
mencapai
indikator
yang
dan
telah
ditentukan.
Pelaksanaan tindakan siklus I
memperoleh
terdiri dari dua kali pertemuan untuk
dari
proses
tindakan dan satu kali pertemuan
pembelajaran di kelas VIII C sebagai
untuk tes akhir siklus I. Pertemuan
berikut :
pertama
a.
Siswa cenderung pasif dan tidak
Selasa, 17 Mei 2016 membahas
memperhatikan penjelasan guru.
volume kubus dan balok, pertemuan
Pembelajaran lebih didominasi
kedua dilaksanakan pada hari Kamis,
oleh guru karena umpan balik di
19 Mei 2016 membahas volume
antara guru dan siswa jarang
prisma
terjadi.
pertemuan
beberapa
b.
c.
peneliti
siswa
persentase
kegiatan siklus I agar hasil yang
pembelajaran
Number
rata-rata
kelemahan
Model
digunakan
pembelajaran
guru
yang
kurang
dilaksanakan
dan
limas,
tes
akhir
pada
dan
hari
untuk
siklus
I
dilaksanakan pada hari Sabtu, 21 Mei
2016.
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
45
secara acak kemudiansiswa yang
Pelaksanaan tindakan siklus I
mempunyai nomor sama berdiri.
antara lain:
1.
2.
Guru
membuka
Guru menunjuk salah satu siswa
pelajaran
dengan mengucapkan salam.
tersebut
Guru
siswa
mempresentasikan hasil diskusi
pelajaran
dan meminta siswa lain untuk
untuk
mempersiapkan
menerima
menanggapi.
dengan menanyakan pekerjaan
9.
rumah.
3.
4.
pengarahan
yang telah dipresentasikan dan
tentang
yang
meminta siswa memberi tepuk
kegiatan
akan
berlangsung.
tangan kepada siswa yang telah
Guru kemudian menyampaikan
maju.
pembelajaran
secara
alat peraga berupa kerangka
pengumuman tentang kelompok
kubus, balok, prisma, dan limas.
teraktif.
Guru membagi siswa menjadi 6
tetapi
Setiap
kelompok
karena
seluruh
siswa
berjumlah 32 maka terdapat 2
46
dan
memberi
11. Guru memberi tahu materi yang
akan dibahas pada pertemuan
selanjutnya.
12. Guru memberikan siswa PR.
13. Guru
mengakhiri
pertemuan
kelompok yang beranggotakan 6
dengan mengucapkan salam.
sehingga 2 kelompok tersebut
Dari hasil tindakan siklus I ada
mendapat nomor kepala 1-6.
beberapa hal yang perlu diperbaiki,
Guru
antara lain:
membagikan
Lembar
Kerja Kelompok (LKK).
8.
menyimpulkan
pembelajaran
mendapatkan nomor kepala 1-5,
7.
10. Guru
singkat dengan menggunakan
kelompok.
6.
Guru membahas hasil diskusi
Guru memberikan
materi
5.
untuk
1) Siswa masih terlihat kurang aktif
Siswa melakukan diskusi dan
saat menjawab pertanyaan dari
guru berkeliling membimbing
guru, saat menanggapi jawaban
siswa menyelesaikan LKK.
teman,
Guru memanggil nomor tertentu
mengemukakan pendapat serta
dan
kurang
aktif
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
bertanya tentang hal yang belum
representasi
dimengerti.
berarti hasil tersebut masih belum
2) Beberapa
siswa
menjawab
mencapai
siswa
indikator
yang
keberhasilan
pertanyaan guru dengan serentak
yaitu
sehingga suasana kelas menjadi
melakukan kegiatan siklus II agar
sedikit ramai.
hasil yang diperoleh dapat meningkat
3) Banyak siswa yang lama dalam
menentukan
tempat
duduk
60%.
51,25%
Kemudian
kembali dan mencapai indikator yang
telah
ditentukan
serta
sehingga suasana kelas menjadi
mengatasi
gaduh dan waktu yang yang
yang terdapat pada siklus I.
kelemahan-kelemahan
sama dengan tindakan siklus I yaitu
terbuang.
terdapat
beberapa
dengan
menerapkan
kelompok yang ramai setelah
pembelajaran
mendapat LKK karena masih
Together
bingung
menambahkan
bagaimana
cara
beberapa
Number
(NHT),
tetapi
model
Head
dengan
perbaikan-perbaikan
dari siklus I. Pertemuan pertama
mengerjakannya.
5) Ada
dapat
Pelaksanaan tindakan siklus II
dilakukan untuk diskusi menjadi
4) Masih
peneliti
siswa
yang
dilaksanakan pada hari Selasa, 24
langsung bertanya kepada guru
Mei 2016 membahas volume kubus
mengenai permasalahan
dan
yang
balok,
pertemuan
kedua
dilaksanakan pada hari Kamis, 26
terdapat pada LKK.
6) Banyak siswa yang belum siap
Mei 2016 membahas volume prisma
jika nomornya dipanggil oleh
dan limas, dan untuk pertemuan tes
suasana kelas menjadi gaduh.
akhir siklus II dilaksanakan pada hari
Hasil dari siklus I diperoleh
Sabtu,
28
Mei
2016.
Materi
persentase
pembelajaran pada siklus II juga
kemandirian belajar siswa 40,62%
masih sama dengan siklus I karena
dan rata-rata persentase kemampuan
materi pada semester tersebut telah
bahwa
rata-rata
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
47
habis
sehingga
guru
seluruh
tetap
berjumlah
32
mengajarkan volume kubus, balok,
maka terdapat 2 kelompok yang
prisma, dan limas.
beranggotakan 6 sehingga 2
kelompok
Pelaksanaan tindakan siklus
1.
Guru
membuka
pelajaran
7.
Guru
mempersiapkan
untuk
menerima
siswa
rumah
dan
kesulitan
yang
menanyakan
dialami
saat
6.
membagikan
Lembar
Guru
menjelaskan
cara
mengerjakan LKK.
9.
Guru
meminta
siswa
untuk
membuka buku catatan dan buku
paket
untuk
mendapatkan
informasi ketika menyelesaikan
Guru memotivasi siswa agar
LKK.
10. Siswa melakukan diskusi dan
menanggapi.
guru berkeliling membimbing
Guru kemudian menyampaikan
siswa menyelesaikan LKK.
materi
5.
Guru
mengerjakan tes siklus I.
siswa aktif dalam bertanya dan
4.
8.
pelajaran
dengan menanyakan pekerjaan
3.
mendapat
Kerja Kelompok (LKK).
dengan mengucapkan salam.
2.
tersebut
nomor kepala 1-6.
II antara lain:
48
siswa
pembelajaran
secara
11. Guru mengingatkan siswa agar
singkat dengan menggunakan
memahami
langkah-langkah
alat peraga berupa kerangka
dalam menyelesaikan LKK.
kubus, balok, prisma, dan limas.
12. Guru memanggil nomor tertentu
Guru memberikan
pengarahan
secara acak kemudiansiswa yang
tentang
yang
mempunyai nomor sama berdiri.
kegiatan
akan
berlangsung.
Guru menunjuk salah satu siswa
Guru membagi siswa menjadi 6
tersebut
kelompok dan menyuruh siswa
mempresentasikan hasil diskusi
berkumpul ke tempat duduk
dan meminta siswa lain untuk
yang telah diatur oleh guru.
menanggapi.
untuk
Setiap kelompok mendapatkan
13. Guru membahas hasil diskusi
nomor kepala 1-5, tetapi karena
yang telah dipresentasikan dan
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
meminta siswa memberi tepuk
3) Masih ada siswa yang langsung
tangan kepada siswa yang telah
bertanya kepada guru mengenai
maju.
permasalahan
14. Guru
menyimpulkan
pembelajaran
dan
memberi
yang
terdapat
pada LKK.
4) Pada
tahap
menjawab
pengumuman tentang kelompok
pertanyaan, siswa yang memiliki
teraktif.
rasa tanggung jawab juga belum
15. Guru memberi tahu materi yang
ada setengah dari jumlah siswa
akan dibahas pada pertemuan
seluruhnya.
selanjutnya.
Hasil dari siklus II diperoleh
16. Guru memberikan siswa PR.
bahwa
17. Guru
kemandirian belajar siswa 61,20%
mengakhiri
pertemuan
rata-rata
persentase
dengan mengucapkan salam.
dan rata-rata persentase kemampuan
Dalam pelaksanaan siklus II
representasi
siswa
64,50%
yang
masih ada kekurangan yang terjadi,
berarti hasil tersebut sudah mencapai
antara lain:
indikator keberhasilan yaitu 60%.
1) Siswa masih terlihat kurang aktif
Karena
hasil
penelitian
sudah
saat menjawab pertanyaan dari
mencapai indikator yang ditentukan
guru, saat menanggapi jawaban
maka penelitian tidak dilanjutkan ke
teman, dan kurang aktif bertanya
siklus berikutnya.
tentang hal yang belum
Pembahasan
dimengerti.
Walaupun
siklus
sudah
II
Rata-rata
pada
terdapat
peningkatan dibanding siklus I.
2) Masih ada siswa yang menjawab
persentase
kemandirian belajar siswa pada tahap
pra
siklus
sebesar
29,17%.
Persentase tersebut masih jauh dari
bersama-
target yang telah ditentukan. Setelah
sama walaupun lebih sedikit dari
dilakukan tindakan pada siklus I,
siklus I.
rata-rata
pertanyaan
dengan
persentase
kemandirian
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
49
belajar siswa meningkat menjadi
pembelajaran
40,62%.
tersebut
Together (NHT).
sebesar
Rata-rata
Persentase
mengalami
peningkatan
Head
persentase
11,45% dari kondisi awal di pra
kemampuan representasi siswa pada
siklus.
rata-rata
tahap pra siklus sebesar 34,12%.
persentase kemandirian belajar siswa
Setelah dilakukan tindakan pada
kembali meningkat menjadi 60,54%
siklus
yang berarti mengalami peningkatan
kemampuan
representasi
sebesar
Peningkatan
meningkat
menjadi
indikator tiap siklus yang diadaptasi
Persentase
dari aspek kemandirian belajar yang
peningkatan sebesar 17,00% dari
diungkapkan oleh Song dan Hill [4]
kondisi awal di pra siklus. Pada
yang meliputi personal attributes,
siklus
Pada
siklus
19,92%.
processes,
dan
membuktikan
50
Number
II
rata-rata
tersebut
II
persentase
siswa
51,12%.
mengalami
rata-rata
persentase
context
kemandirian belajar siswa kembali
pemilihan
meningkat menjadi 64,50% yang
learning
bahwa
I,
model pembelajaran Number Head
berarti
mengalami
peningkatan
Together (NHT) dengan pendekatan
sebesar
13,38%.
Peningkatan
kontekstual mampu meningkatkan
indikator tiap siklus yang diadaptasi
kemandirian belajar siswa. Hal ini
dari
dapat dikaitkan dengan penelitian
Suryana [7] yang membagi bentuk
Irawati Arlinda [10]yang berjudul
representasi
“Upaya Meningkatkan Kemandirian
representasi visual, pernyataan atau
Belajar
ekspresi matematis, dan kata-kata
Siswa
dan
Ketuntasan
pendapat
Muzakir
menjadi
tiga
dalam
yaitu
Belajar Siswa pada Pokok Bahasan
atau teks tertulis membuktikan
Aritmatika Sosial melalui Penerapan
bahwa
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
pembelajaran
Number Head Together”. Hasil yang
Together (NHT) dengan pendekatan
diperoleh
penelitian
kontekstual mampu meningkatkan
tersebut yaitu kemandirian belajar
kemampuan representasi siswa. Hal
siswa siswa meningkat pada tiap
ini dapat dikaitkan dengan penelitian
siklus
Edy Surya (2013) [11] yang berjudul
dari
setelah
kedua
penerapan
model
pemilihan
Number
model
Head
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
”Peningkatan
Kemampuan
dengan menyapa dan memberi
Representasi Visual Thinking pada
salam.Guru
Pemecahan Masalah Matematis dan
apersepsi dan menyampaikan
Kemandirian Belajar Siswa SMP
motivasi.
melalui Pembelajaran Kontekstual.”
b. Kegiatan Inti
Hasil
tersebut
Pada
pendekatan
informasi
guru
menarik
meningkatkan
perhatian
siswa
dengan
penelitian
menunjukkan
bahwa
kontekstual
dapat
memberikan
tahap
menyajikan
menyampaikan
kemampuan representasi.
informasi-
informasi yang sering dijumpai
siswa dalam kehidupan sehari-
SIMPULAN DAN SARAN
Penerapan model pembelajaran
hari. Guru menjelaskan bahwa
(NHT)
pembelajaran akan berlangsung
dengan model pembelajaran
Number
Head
dengan
pendekatan
kontekstual
meningkatkan
kemandirian
untuk
Together
belajar dan kemampuan representasi
Number Head Together.
Pada
tahap
penomoran
siswa kelas VIII C SMP Negeri 1
guru mengelompokkan siswa
Kartasura dapat disimpulkan sebagai
menjadi 6 kelompok. Guru
berikut:
membagikan
1.
Proses
pembelajaran
dengan
model
pembelajaran
Number
Head Together (NHT) dengan
pendekatan
dilakukan
setiap
sehingga
siswa
kepala
kelompok
memiliki
nomor yang berbeda.
kontekstual
Pada tahap mengajukan
langkah-
pertanyaan guru memberikan
dengan
pertanyaan kepada setiap
langkah sebagai berikut:
kelompok
a. Kegiatan Pendahuluan
Pada awal pelajaran guru
menyiapkan
kepada
nomor
peserta
didik
melalui
Lembar
Kerja Kelompok (LKK). Guru
menjelaskan
langkah-langkah
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
51
mengerjakan
LKK.
jawaban
Guru
telah
meminta siswa untuk saling
dipresentasikan. Guru meminta
bekerja sama dalam diskusi
siswa untuk memberi umpan
dan mengingatkan siswa agar
balik
paham dengan setiap langkah
kepada
yang mereka kerjakan.
melakukan presentasi.
Pada
tahap
bersama
siswa
diskusi
bersama
berfikir
c.
berupa
tepuk
siswa
yang
telah
Kegiatan Penutup
Guru
melakukan
tangan
menyimpulkan
anggota
materi pembelajaran yang telah
kelompoknya. Guru berkeliling
dilakukan. Guru memberikan
pada setiap kelompok untuk
pengumuman kelompok yang
memberikan bimbingan serta
teraktif.
mengingatkan
agar
tugas sebagai pekerjaan rumah
teradap
dan memberitahu materi yang
dalam
akan dipelajari pada pertemuan
benar-benar
siswa
paham
langkah-langkah
Pada
tahap
pelajaran
menjawab
salah satu nomor kemudian
dengan
nomor
yang
2.
Rata-rata
menutup
mengucap
persentase
kemandirian
meningkat
berdiri, guru memilih salah
pada
satu
tersebut
untuk
Guru
dengan
sama dari setiap kelompok
siswa
memberikan
salam.
pertanyaan guru memanggil
siswa
Guru
selanjutnya.
mengerjakan LKK.
belajar
menjadi
siklus
I.
siswa
40,62%
Persentase
mengalami
hasil
peningkatan sebesar 11,45%
diskusi. Siswa dengan nomor
dari kondisi awal di pra siklus.
sama
Pada siklus II rata-rata
mempresentasikan
52
yang
yang
tidak
maju
diharapkan menanggapi hasil
persentase kemandirian belajar
presentasi, siswa lain yang
siswa
tidak
menjadi 61,20% yang berarti
maju
juga
diberi
kembali
kesempatan untuk menanggapi
mengalami
presentasi.
sebesar 20,58%.
Guru
membahas
meningkat
peningkatan
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
3.
Rata-rata
Online
Environments.
Journal of Interactive
Online Learning, 6(1), 32.
persentase
kemampuan representasi siswa
meningkat
pada
menjadi
siklus
I.
51,12%
Persentase
tersebut
[5]
mengalami
peningkatan sebesar 17,00%
dari kondisi awal di pra siklus.
Pada
siklus
II
rata-rata
persentase kemandirian belajar
siswa
kembali
meningkat
menjadi 64,50% yang berarti
mengalami
peningkatan
sebesar 13,38%.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
Trianto. (2010). Mendesain
Model
Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana.
Suprihatiningrum, J. (2013).
Strategi
Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
[3] Nurhayati, Eti. (2011). Psikologi
Pendidikan
Inovatif.
Yogyakarta : Pustaka
Belajar.
[6] Gordah dan Fadillah. (2014).
Pengaruh
Penggunaan
Bahan Ajar Kalkulus
Diferensial
Berbasis
Pendekatan Open Ended
Terhadap
Kemampuan
Representasi
Matematis
Mahasiswa.
Jurnal
Pendidikan
&
Kebudayaan. 20 (3). 344345.
[7] Suryana, A. (2012). Prosiding
Seminar
Nasional
Matematika
dan
Pendidikan
Matematika
dengan Tema Kontribusi
Pendidikan
Matematika
dan Matematika dalam
Membangun
Karakter
Guru dan Siswa, FMIPA
Universitas
Negeri
Yogyakarta.
[8]
[4] Song, L & Hill, J. R. (2007). A
Conceptual Model for
Understanding
SelfDirected
Learning
in
Kartini.
(2009).
Peranan
Representasi
dalam
Pembelajaran Matematika.
Seminar
Nasional
Matematika
dan
Pendidikan
Matematika
2009, 3 (2), 362-366.
Majid, A. (2013). Strategi
Pembelajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
[9] Hunter, William C., et al. (2015).
Numbered Heads Together
as a tier 1 instructional
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017
53
strategy in multitiered
systems
of
support.
Education & Treatment of
Children, 38(3), 350.
[10] Arlinda, I. (2015). Upaya
Meningkatkan
Kemandirian
Belajar
Siswa dan Ketuntasan
Belajar Siswa pada Pokok
Bahasan Aritmatika Sosial
melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif
Tipe
Number
Head
Together
(Penelitian
Tindakan Kelas pada
Siswa Kelas VII A SMP
Muhammadiyah
04).
Skripsi
Tidak
Dipublikasikan.
54
Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
[11] Surya, E. (2013). Peningkatan
Kemampuan Representasi
Visual Thinking pada
Pemecahan
Masalah
Matematis
dan
Kemandirian
Belajar
Siswa
SMP
melalui
Pembelajaran
Kontekstual. Tesis Tidak
Dipublikasikan.
Universitas
Pendidikan
Indonesia, Bandung.
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.2 Maret 2017