Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh Dini Dhaifina Nur (1111015000024)
JURUSAN PENDIDIKAN IPS
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2015
(2)
(3)
(4)
(5)
i
Sosiologi kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan)”.
Skripsi, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Imlu Tabiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh strategi
pembelajaran kooperatif model numbered head together terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaran sosiologi. Metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X6 yang berjumlah 33 orang dan kelas X7 yang berjumlah 32 orang. Kelas X6 sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif
model numbered head together dan kelas X7 sebagai kelas kontrol dengan
menggunakan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan adalah instrument tes dan non tes.
Untuk instrument tes, berdasarkan analisis data dengan uji-t yang dilakukan pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa hasil belajar sosiologi
siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif model numbered
head together diperoleh thitung 9.23 dan ttabel 1.67. Dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh antara strategi pembelajaran kooperatif model numbered head
together terhadap hasil belajar siswa. Selanjutnya teknik non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, yakni dengan mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung dan menilai proses pembelajaran sesuai dengan lembar observasi yang disediakan. Hasil dari instrumen non tes ini adalah proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif
model numbered head together berlangsung dengan baik.
(6)
ii
Class (Case Study: SMA Negeri 8 Kota Tagerang Selatan)”. Minithesis, Social Studies Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
The aims of this research is to find out the effect of cooperative learning strategy numbered head together models against student result on the concept of sociology. The method of research used quasi experiment. The research was conducted at Senior High School, SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan. Subject of this research is class X6 totaling 33 students and class X7 totaling 32 students. X6 as an experimental class using cooperatif learning strategy numbered head together models and class X7 as a control class using conventional models. Instrument of this research is test instrument and non-test instrument.
For test instrument, based on data analysis using “t-test” with performed on 95% confidence level indicates that the learning outcomes of students who were taught science approach to experimental method tvalues of 9.23 and ttable of
1.67. It can be concluded that there was a significant effect between cooperatif learning strategy numbered head together models approach of student learning outcome. Furthermore, non-test instrument that used in this research is observation, that is observe the learning process and assessing the learning process to the observation sheet supplied. The result of non-test instrument is the learning process by using cooperatif learning strategy numbered head together models went well.
(7)
iii
penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam meraih derajat Sarjana Pendidikan Program Strata Satu (S-1) Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian dalam Skripsi ini, penulis tidak luput dari kendala. Kendala tersebut dapat diatasi penulis berkat adanya bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Syaripulloh, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Dr. Muhammad Arif, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah
memberikan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing serta memberikan saran dalam menyelesaikan laporan skripsi ini
5. Imam Supingi, S.Pd,MM., Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Kota Tangerang
Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian
(8)
iv
7. Siswa dan siswi kelas X6 dan X7 SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan
tahun pelajaran 2014-2015 yang telah berpartisipasi dalam penelitian
8. Ayah dan Ibuku tersayang yang telah mencurahkan segenap perhatian dan
waktunya dalam mendorong penulis untuk menyelesaikan penulisan Skripsi ini
9. Aam Amaliyanti, M.Pd., kakak ku tercinta yang telah bersedia membantu dan
memberikan arahan dalam pembuatan skripsi ini
10.Keempat kakak ku tersayang yang telah mendukung dalam pembuatan skripsi
ini
11.Teman-teman seperjuangan, terimakasih atas ukhuwah dan semangat
teman-teman. Semoga kita lulus semua
12.Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga amal baik beliau diterima Allah SWT, mendapat balasan yang lebih baik dan lebih banyak dari-Nya. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini jauh dari sempurna, maka dengan kerendahan hati, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Jakarta, Oktober 2015
(9)
v
ABSTRACK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
DAFTAR DIAGRAM ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Kegunaaan Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGUJIAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik ... 7
1. Strategi Pembelajaran Kooperatif Model NHT ... 7
a. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif ... 7
b. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) 9 1) Pengertian Model Pembelajaran NHT ... 9
2) Tujuan dan Penerapan Model Pembelajaran NHT 10 3) Kelebihan dan Kekurangan Model NHT ... 10
4) Langkah-Langkah Model Pembelajaran NHT ... 11
5) Manfaat Model Pembelajaran NHT ... 12
2. Hasil Belajar ... 12
(10)
vi
3. Mata Pelajaran Sosiologi... 20
a. Pengertian Mata Pelajaran Sosiologi ... 20
b. Karakteristik Mata Pelajaran Sosiologi ... 21
c. Tujuan Mata Pelajaran Sosiologi ... 21
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 22
C. Kerangka Berpikir ... 24
D. Hipotesis Penelitian ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 26
B. Metode dan Desain Penelitian ... 26
1. Metode Penelitian... 26
2. Desain Penelitian ... 27
C. Populasi dan Sampel ... 27
1. Populasi ... 27
2. Sampel ... 28
D. Teknik Pengumpulan Data ... 28
1. Teknik Tes ... 28
2. Teknik Non tes ... 29
E. Instrumen Penelitian... 29
F. Teknik Analisis Data ... 32
1. Analisis Data Tes ... 32
a. Uji Coba Instrumen ... 32
1) Uji Validitas ... 32
2) Uji Reliabilitas ... 33
3) Analisis Daya Pembeda ... 35
4) Analisis Tingkat Keuskaran ... 35
(11)
vii
G. Hipotesis Statistik ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 42
1. Deskripsi Kegiaan Penelitian ... 42
2. Deskrpisi Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . 44 3. Deskrpisi Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 46
B. Hasil Analisis Data Tes ... 48
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 48
a. Uji Normalitas Pretest dan Posttest ... 48
b. Uji Homogenitas Pretest dan Posttest ... 48
2. Pengujian Hipotesis ... 49
C. Hasil Analisis Data Non Tes ... 51
1. Kelas Eksperimen ... 51
2. Kelas Kontrol ... 52
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55
B. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
(12)
viii
Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan Penelitian ... 26
Tabel 3.2 : Desain Kelompok Kontrol Tak Setara ... 27
Tabel 3.3 : Kisi-Kisi Soal tes ... 29
Tabel 3.4 : Instrumen Non Tes Kelas Eksperimen ... 30
Tabel 3.5 : Instrumen Non Tes Kelas Kontrol ... 31
Tabel 3.6 : Indeks Korelasi ... 33
Tabel 3.7 : Koefisien Reliabilitas Soal ... 34
Tabel 3.8 : Kriteria Daya Pembeda ... 35
Tabel 3.9 : Kriteria Tingkat Kesukaran ... 36
Tabel 3.10 : Tabel Distribusi Frekuensi ... 37
Tabel 4.1 : Deskripsi Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .. 45
Tabel 4.2 : Deskripsi Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . 47 Tabel 4.3 : Hasil Uji Normalitas Pretest dan Postetst ... 48
Tabel 4.4 : Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest ... 49
Tabel 4.5 : Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 50
Tabel 4.6 : Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 51
(13)
ix
Lampiran 3 : Uji Validitas Intrumen ... 72
Lampiran 4 : Uji Reliabilitas Intrumen ... 74
Lampiran 5 : Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian ... 76
Lampiran 6 : Analisis Daya Pembeda Instrumen Penelitian ... 77
Lampiran 7 : Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 78
Lampiran 8 : Langkah-Langkah Uji Validitas Intrumen ... 79
Lampiran 9 : Langkah-Langkah Uji Reliabilitas Instrumen ... 81
Lampiran 10 : Penghitungan Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda ... 83
Lampiran 11 : Soal Pretest dan Posttest ... 84
Lampiran 12 : RPP Kelas Eksperimen (Pertemuan 1) ... 89
Lampiran 13 : RPP Kelas Eksperimen (Pertemuan 2) ... 95
Lampiran 14 : RPP Kelas Kontrol (Pertemuan 1) ... 105
Lampiran 15 : RPP Kelas Kontrol (Pertemuan 2) ... 109
Lampiran 16 : Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ... 115
Lampiran 17 : Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol ... 119
Lampiran 18 : Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ... 123
Lampiran 19 : Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol ... 127
Lampiran 20 : Penghitungan Uji Homogenitas Tes Pretest ... 131
Lampiran 21 : Penghitungan Uji Homogentitas Test Posttest ... 133
Lampiran 22 : Uji Hipotesis Pretest dan Posttest ... 135
Lampiran 23 : Dokumentasi Penelitian ... 139
(14)
x
Diagram 2 : Diagram Hasil Pretest Kela Kontrol ... 44 Diagram 3 : Diagram Hasil Posttest Kelas Eksperimen ... 46 Diagram 4 : Diagram Hasil Postest Kelas Kontrol ... 46
(15)
1
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Setiap manusia pasti pernah mengalami pendidikan, dimulai dari manusia tersebut dilahirkan hingga dewasa, dan bahkan hingga meninggal. Baik itu melalui pendidikan informal, formal,
maupun non formal. Menurut Yusri Panggabean, “Tujuan utama pendidikan
adalah untuk membentuk manusia yang mampu melakukan hal-hal baru, bukan hanya mengulang apa yang telah dilakukan oleh generasi sebelumnya. Tujuan kedua adalah membentuk pikiran yang dapat berpikir kritis dan suka
membuktikan sesuatu, tidak menerima saja apa yang ditawarkan kepadanya”.1
Dalam pendidikan terdapat proses belajar, dimana manusia mengenal hal-hal baru, menerima dan kemudian mengaplikasikannya dalam diri sendiri dan lingkungan masyarakat. Pembelajaran sebagai sarana yang membawa manusia ke alam kedewasaan, yang dalam arti tertentu adalah kemampuan untuk membuat pilihan bagi dirinya sendiri, perlu dilaksanakan dalam suasana merdeka dan bebas. Kemerdekaan dalam pembelajaran tidak hanya penting untuk menumbuhkan insan-insan yang bebas dan merdeka, tetapi juga memberikan peluang yang lebih besar bagi tumbuhnya kreativitas dan
semangat pembaharu dalam diri anak didik. Menurut Suyono, “Pengertian
belajar ialah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan
kepribadian”.2
1
Yusri Panggabean, B. Kresyen Purba, dan Oditha R. Hutabarat, Strategi, Model, dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2006, (Bandung: Bina Media Informasi, 2006), h. 70
2
Suyono, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) h. 9
(16)
Tujuan belajar dalam dunia pendidikan adalah untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa. Selama proses pembelajaran, siswa dituntut dapat meningkatkan aspek-aspek tersebut yang dibuktikan
dengan hasil belajar. Menurut Mohamad Surya, “Hasil belajar adalah
perubahan perilaku individu, sebagai akibat atau umpan balik dari proses pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut bukan terjadi hanya pada satu aspek saja, tetapi terjadi secara menyeluruh yang meliputi aspek kognitif,
afektif, konatif dan motorik”.3 Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai
terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik, dari yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu.
Pada dasarnya kegiatan belajar mengajar, khususnya pendidikan formal yang berlangsung di sekolah adalah adanya interaksi aktif antara siswa dan guru. Guru seharusnya bukan menjadi pusat dari kegiatan belajar mengajar, namun siswa lah yang seharusnya aktif dan menjadi pusat
pembelajaran. Seperti yang diungkapkan Puskur dalam Abdul, “Kegiatan
pembelajaran perlu: 1) berpusat pada peserta didik; 2) mengembangkan kreatifitas peserta didik; 3) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang; 4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika dan kinestetika; 5)
menyediakan pengalaman belajar yang beragam”.4
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, “Agar dapat
memancing siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran, diantaranya adalah dengan menguasai materi dan menggunakan berbagai
metode pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar lebih variatif”.5
Keberhasilan belajar pada masing-masing individu dapat diketahui dari seberapa jauh tingkatan mereka dalam mencapai hasil belajarnya sesuai
3
Mohamad Surya, Percikan Perjuangan Guru, (Bandung: Bani Quraisy,2004), h.16-17 4
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2009), Cet. 6, h. 24
5
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rhineka Cipta, 2010), h.25
(17)
dengan tingkatan hasil belajar tersebut baik pada domain kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) khususnya mata pelajaran sosiologi identik dengan hafalan dan teori. Siswa disuguhkan dengan begitu banyak pengertian-pengertian yang harus mereka pahami. Jika metode yang digunakan adalah satu arah, yakni dengan menggunakan metode ceramah guru terhadap siswa, maka siswa cepat merasa bosan dan hanya sedikit yang memperhatikan dalam proses pembelajaran tersebut, pembelajaran pun menjadi tidak bermakna.
Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan, ketika digunakan metode ceramah yang dibantu dengan media powerpoint, gambar dan video, hampir seluruh siswa dalam kelas memperhatikan dan memberikan komentar ketika dalam pemutaran video atau penampilan gambar, namun ketika kembali pada penjelasan pokok materi pembahasan, hanya segelintir siswa yang fokus dan memperhatikan penyampaian materi. Banyak juga siswa yang tidak mencatat materi pembelajaran, dan tidak bertanya ketika ada hal yang tidak mereka pahami. Hal ini pun mengakibatkan rendahnya nilai siswa dan harus melakukan perbaikan nilai pada ulangan harian.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan adanya strategi dan model pembelajaran yang dapat menciptakan siswa belajar aktif, serta dengan mudah memahami materi pembelajaran. Kozma menjelaskan, bahwa
“strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih,
yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik
menuju tercapainya suatu tujuan pembelajaran”.6 Salah satu strategi yang
menuntut siswa untuk belajar aktif adalah strategi pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan proses pembelajaran yang melibatkan
siswa secara berkelompok. Menurut Abdulhak, “Pembelajaran kooperatif
6
Lif Khoiru Ahmadi dan Hendro Ari Setyono, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP
(18)
dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat
mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri”.7
Menurut Azhar Arsyad, “Pembelajaran kooperatif menciptakan tim-tim atau kelompok-kelompok yang bertanggung jawab untuk saling mengejar pengetahuan atau keterampilan khusus secara konseptual, siswa akan belajar lebih baik dan lebih banyak jika mereka harus bertanggung jawab untuk
mengerjakan pesan atau informasi kepada yang lainnya”.8
Terdapat beberapa jenis model dalam strategi pembelajaran kooperatif.
Menurut Soekamto, “Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar”.9 Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah
model Numbered Head Together (NHT), dalam model NHT, siswa dituntut
untuk bekerjasama dalam kelompok, tiap-tiap individu diberikan nomor sebagai identitas diri pada kelompok masing-masing, pada akhir pelajaran guru memilih dengan acak nomor yang yang harus menjelaskan hasil diskusi kelompoknya tersebut. Model pembelajaran ini dapat memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam proses diskusi, memahami dan bertanggung jawab atas hasil diskusi kelompoknya. Model pembelajaran ini pun diharapkan dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran sosiologi dan dibuktikan dengan nilai yang baik pada ulangan harian.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran
Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan)”
7
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2013) h. 203
8
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) Cet. 13, h. 84
9
Junaedi dkk, Strategi Pembelajaran paket 1-7, (Learning Assistance Program For Islamic Schools, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2008), h. 4-9
(19)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat didefinisikan antara lain:
1. Model pembelajaran pada mata pelajaran sosiologi yang kurang
mendukung siswa untuk aktif dan fokus belajar.
2. Pengetahuan awal siswa pada mata pelajaran sosiologi lemah, yang
menyebabkan siswa kurang tertarik pada penjelasan guru dan pasif dalam proses pembelajaran.
3. Kurangnya minat siswa dalam mempelajarai mata pelajaran sosiologi.
4. Kemampuan bertanya siswa pada mata pelajaran sosiologi rendah.
5. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi rendah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini antara lain: Model pembelajaran pada mata pelajaran sosiologi yang kurang mendukung siswa untuk aktif dan fokus belajar serta hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi rendah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimanakah pengaruh strategi pembelajaran
kooperatif model Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaran sosiologi kelas X di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh strategi pembelajaran
kooperatif model Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaran sosiologi kelas X di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan.
(20)
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis.
1. Manfaat secara Teoritis
a. Dapat dijadikan bahan kajian untuk mengadakan penelitian sejenis
selanjutnya.
b. Mengkaji secara ilmiah mengenai pentingnya penggunaan metode
yang bervariasi dalam mata pembelajaran sosiologi.
2. Manfaat secara Praktis
a. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan pemahamannya secara
langsung, konkret, menarik dan lebih menyenangkan.
b. Bagi guru, memotivasi guru agar terbiasa menggunakan metode yang
bervariasi sehingga dapat dijadikan suatu alternatif dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
c. Bagi sekolah, dapat memberikan informasi tentang bagaimana cara
mengatasi permasalahan yang ada dalam proses belajar mengajar, terutama dalam pembelajaran sosiologi.
d. Bagi penulis, dapat menjadi dasar pengetahuan untuk melakukan
(21)
7
1. Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together
(NHT)
a. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang tersetruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individu, interaksi personal, keahlian bekerjasama, dan proses kelompok. Dalam strategi pembelajaran kooperatif, siswa diarahkan untuk bisa juga bekerja, mengembangkan diri, dan bertanggung jawab secara individu.
Menurut Masitoh dan Dewi Laksmi, “Strategi pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang di dalamnya mengkondisikan para siswa untuk bekerja bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam
belajar”.1 Melalui pembelajaran kooperatif, siswa bukan hanya belajar
dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam PBM, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa lainnya.
Strategi pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relative sama atau sejajar. Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan berkembang suasana belajar yang kolaboratif dalam hubungan pribadi yang saling membutuhkan. Pada saat itu juga siswa yang belajar dalam kelompok kecil akan tumbuh dan berkembang pola belajar tutor sebaya dan belajar secara bekerjasama. Menurut Yusri Panggabean
1
Masitoh dan Dewi Laksmi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), Cet. 1, h. 232.
(22)
dkk, “Yang juga penting diperhatikan adalah dalam strategi pembelajaran kooperatif keberhasilan belajar tidak hanya ditentukan oleh kemampuan individu semata, tetapi juga oleh peran
masing-masing anggota secara bersama di dalam kelompok”.2
Strategi pembelajaran kooperatif memiliki beberapa
karakteristik, diantaranya:
1) Individual Accountability: tiap individu dalam kelompok mempunyai peran dan tanggung jawab yang tak bisa dilepaskan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi kelompok sebagai masalah bersama.
2) Social Skills: mendidik siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri atau pengendalian diri demi mencapai kepentingan atau tujuan kelompok. 3) Positive Interdependence: siswa belajar saling tergantung
satu sama lain secara positif dalam kelompok.
4) Group Processing: memberikan kepada siswa pengalaman langsung dimana proses perolehan jawaban atas masalah yang dihadapi dikerjakan oleh kelompok secara bersama. 5) Getting better together: siswa mendapatkan sesuatu yang
lebih baik secara bersama di dalam kebersamaan.3
Pada strategi pembelajaran kooperatif, guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya narasumber dalam PBM, tetapi berperan sebagai mediator, stabilisator, dan manajer pembelajaran. Iklim belajar yang berlangsung dalam suasana keterbukaan dan demokratis akan memberikan kesempatan yang optimal bagi siswa untuk memperoleh informasi yang lebih banyak mengenai materi yang dibelajarkan dan sekaligus melatih sikap dan keterampilan sosialnya sebagai bekal dalam kehidupannya di masyarakat, sehingga perolehan dan hasil belajar siswa akan semakin meningkat.
Dalam buku Belajar dan Pembelajaran Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional karya Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa di ungkapkan bahwa terdapat
beberapa metode pebelajaran kooperatif, diantaranya STAD (Student
2
Yusri Panggabean, B. Kresyen Purba, dan Oditha R. Hutabarat, Strategi, Model, dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2006, (Bandung: Bina Media Informasi, 2006), h. 75
3
(23)
Teams Achievement Divisions), jigsaw, GI (Group Investigation), dan metode struktural. Dalam metode struktural, terbagi menjadi dua
model, diantaranya NHT (Numbered Head Together) dan
Think-Pair-Share (TPS).4
b. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
1) Pengertian Model Pembelajaran Numbered Head Together
(NHT)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Dalam pembelajaran NHT guru bersifat aktif dalam mengajar serta siswa bersifat aktif pula dalam belajar. Kegiatan
siswa yang bersifat aktif dalam mempelajari materi
pembelajaran tertentu sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Dalam kegiatan belajar siswa itu, diperlukan pula kegiatan yang bersifat aktif pada pihak guru, yaitu memberi bimbingan, dorongan, rangsangan dan arahan tentang apa yang
sepatutnya dipelajari, bagaimana mempelajarinya, serta
membantu siswa-siswa tertentu yang mendapat kesulitan
belajar.5 Untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini,
guru membuat perencanaan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya didasarkan atas rencana yang telah dibuat.
4
Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 294-297
5
(24)
2) Tujuan dan Penerapan Model Pembelajaran Numbered Head
Together (NHT)
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
a) Hasil belajar akademik stuktural, bertujuan untuk
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik.
b) Pengakuan adanya keragaman, bertujuan agar siswa
dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
c) Pengembangan keterampilan sosial, bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam
kelompok dan sebagainya.6
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim, dengan tiga langkah yaitu pembentukan kelompok, diskusi masalah, dan tukar jawaban antar
kelompok.7
3) Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Numbered
Head Together (NHT)
Menurut Ibrahim, kelebihan dan kelemahan model pembelajaran NHT adalah sebagai berikut.
Kelebihan:
a) Setiap siswa menjadi siap semua
b) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
c) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang
pandai. Kelemahan:
a) Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak
karena membutuhkan waktu yang lama.
b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.8
6
Ibrahim, dkk., Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2000), h. 29
7
Ibid., h.30 8
(25)
4) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Numbered Head
Together (NHT)
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat skenario pembelajaran dan lembar kerja siswa. Langkah 2. Pembentukan kelompok
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dengan nomor yang berdeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS. Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban Guru menyebut satu nomor dan siswa yang terpanggil menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang
disajikan.9
9
(26)
5) Manfaat Model Pembelajaran Numbered Head Together
(NHT)
Manfaat Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) adalah sebagai berikut.
a) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
b) Memperbaiki kehadiran
c) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
d) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
e) Konflik antara pribadi berkurang
f) Pemahaman yang lebih mendalam
g) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
h) Hasil belajar lebih tinggi10
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Burton dalam sebuah buku “The Guidance of Learning Activities” belajar merupakan perubahan tingkah laku
pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya. James O. Whittaker mengemukakan belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman. Sedangkan menurut Abdillah, belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman
yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.11
Dari ketiga definisi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk merubah tingkah laku individu baik pada ranah kognitif, afektif maupum psikomotoriknya. Perubahan tingkah laku tersebut merupakan hasil belajar. Jadi yang dimaksud dengan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh individu baik pada aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) selama proses belajar. Menurut, Aunurrahman, Terdapat beberapa ciri umum
kegiatan belajar, diantaranya; Pertama, belajar menunjukkan
suatu aktivitas pada seseorang yang disadari atau disengaja.
10
Ibid., h. 35 11
(27)
Aktivitas ini menunjuk pada keaktifan seseorang dalam melakukan kegiatan tertentu, baik pada aspek jasmaniah maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya
perubahan pada dirinya. Kedua, belajar merupakan interaksi
individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini
dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang
memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan sehingga memungkinkan terjadinya interaksi.
Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Oleh sebab itu melalui proses
pembelajaran, guru harus berupaya secara optimal
menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa terdorong untuk berperan aktif sebagai wujud nyata terjadinya proses
belajar. Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan
tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut dapat menyentuh perubahan pada aspek-aspek motorik, aspek afektif (termasuk perubahan emosional), dan perubahan kemampuan
berpikir.12
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua jenis saja, yaitu faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu.
a) Faktor Jasmaniah
Yang termasuk ke dalam faktor jasmani adalah faktor kesehatan dan cacat tubuh.
b) Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar.
12
(28)
Faktor-faktor itu adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
c) Faktor Kelelahan
Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat denngan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu
hilang.13
2) Faktor eksternal
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
a) Lingkungan sosial
(1) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi,
dan teman-teman sekelas.
(2) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan
masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan yang belum dimilikinya.
(3) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat
mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah),
13
http://www.idsejarah.net/2014/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-hasil.html (diakses
(29)
pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak
terhadap aktivitas belajar siswa.14
b) Lingkungan non-sosial.
(1) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar,
tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.
(2) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat
digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti
gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar,
lapangan olahraga, dan lain sebagainya. Kedua, software,
seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus, dan lain sebagainya.
(3) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor
ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi
siswa.15
c. Pengukuran/ Penilaian Hasil Belajar
Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara, “Penilaian hasil belajar adalah segala macam prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai unjuk kerja siswa atau seberapa jauh siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah
14
Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2003) h. 60-70
15
(30)
ditetapkan”.16 Alasan tentang mengapa guru menilai siswa adalah untuk hal-hal berikut ini.
1) Mendiagnosa kekuatan dan kelemahan siswa
2) Memonitor kemajuan siswa
3) Menetapkan tingkatan siswa
4) Menentukkan keefektifan instruksional”.17
Untuk menimbang sejauh mana taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar siswa secara tepat (valid) dan dapat dipercaya (reliabel), kita memerlukan informasi yang didukung oleh data yang objektif dan memadai (adequate) tentang indikator-indikator perubahan perilaku dan pribadi siswa. indikator-indikator tersebut diantaranya sebagai berikut.
Tabel. 2.1
Indikator-Indikator Perubahan Perilaku dan Pribadi Siswa Jenis Hasil
Belajar Indikator-Indikator Cara Pengukuran
1) Kognitif
- Pengamatan/
perceptual
- Hafalan/ingat
an
- Pengertian/p
emahaman
- Aplikasi/pen
ggunaan
- Analisis
- Sintesis
- Dapat
menunjukkan/membanding kan/menghubungkan
- Dapat
menyebutkan/menunjukkan lagi
- Dapat
menjelaskan/mendefinisika n dengan kata-kata sendiri
- Dapat memberikan
contoh/menggunakan dengan tepat/memecahkan masalah
- Dapat menguraikan/
mengklasifikasikan
- Dapat menghubungkan/
menyimpulkan/
- Tugas/tes/
observasi
- Pertanyaan/tugas
/tes
- Peranyaan/soala
n/tes/tugas
- Tugas/persoalan/
tes/tugas
- Tugas/persoalan/
tes
- Tugas/persoalan/
tes
16
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 144
17
(31)
- Evaluasi
2) Afektif
- Penerimaan
- Sambutan
- Penghargaan/
apresiasi
- Internalisasi/
pendalaman
- Karakterisasi
/penghayatan
3) Psikomotorik
- Keterampilan
bergerak/ bertindak
- Keterampilan
ekspresi verbal dan non verbal
menggeneralisasikan
- Dapat menginterpretasikan/
memberikan kritik/ memberikan
pertimbangan/penilaian
- Bersikap menerima/
menyetujui atau sebaliknya
- Bersedia terlibat/
partisipasi/memanfaatkan atau seballiknya
- Memandang penting/
bernilai/berfaedah/indah/ harmonis/kagum atau sebaliknya
- Mengaku/mempercayai/
meyakini ata sebaliknya
- Melembagakan/membiasak
an/ menjelmakan dalam pribadi dan perilakunya sehari-hari
- Koordinasi mata, tangan
dan kaki
- Gerak, mimic, ucapan
- Tugas/persoalan/
tes
- Pertanyaan/tes/
skala sikap
- Tugas/observasi/
tes
- Skala penilaian/
tugas/observasi
- Skala sikap/
tugas ekspresif/ proyektif
- Observasi/ tugas
ekspresif/ proyektif
- Tugas/observasi/
tes/ tindakan
- Tugas/obesrvasi/
tes/tindakan18
Terdapat beberapa tujuan atau fungsi dari evaluasi hasil belajar menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara, diantaranya sebagai berikut.
1) Diagnostik: menentukan letak kesulitan-kesulitan siswa
dalam belajar, bisa terjadi pada keseluruhan bidang yang dipelajari oleh siswa atau pada bidang-bidang tertentu saja.
2) Seleksi: menentukan mana calon siswa yang dapat diterima
di sekolah tertentu dan mana yang tidak diterima.
3) Kenaikan kelas: menentukan naik atau lulus tidaknya siswa
setelah menyelesaikan suatu program pembelajaran tertentu.
18
Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) Cet. 9, h. 167-168
(32)
4) Penempatan: menempatkan siswa sesuai dengan
kemampuan/ potensi mereka.19
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan bukti-bukti kemajuan belajar siswa, yaitu sebagai berikut.
1) Penilaian portofolio (portofolio). Portofolio merupakan
kumpulan hasil kerja siswa yang sistematis dalam satu periode.
2) Penilaian melalui unjuk kerja (performance). Penilaian ini
adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa.
3) Penilaian melalui penugasan (project). Penilaian ini
dilakukan terhadap suatu tugas atau penyelidikan yang dilakukan siswa secara individual atau kelompok untuk periode tertentu.
4) Penilaian melalui hasil kerja (product). Penilaian hasil kerja
adalah penilaian terhadap kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi dan seni seperti makanan, pahatan, dan barang logam. Cara ini tidak hanya untuk melihat hasil akhirnya saja tetapi dari proses pembuatannya juga.
5) Penilaian melalui tes tertulis (pencil and paper). Tes tertulis
biasanya diadakan untuk waktu yang terbatas dan dalam
kondisi tertentu. 20
d) Macam-Macam Instrumen Penilaian Hasil Belajar
1) Instrumen tes
Tes dapat didefinisikan sebagai suatu pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan atau psikologik, karena setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Dilihat dari konstruksinya, instrumen tes dibagi menjadi 2 macam yakni:
a) Tes esai (uraian), adalah butir soal yang mengandung
pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal
19
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 145
20
(33)
tersebut hasrus dilakukan dengan cara mengekspesikan pikiran peserta tes. Ciri khas tes esai adalah jawaban terhadap soal tersebut tidak disediakan oleh orang yang mengkonstruksikan butir soal, tetapi harus dipasok oleh peserta tes.
b) Tes objektif, adalah butir soal yang telah mengandung
kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes. Jadi, kemungkinan jawaban butirs soal telah dipasok oleh pengkonstruksi butir soal, peserta hanya harus memilih jawaban dari kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Secara umum ada 3 tipe tes objektif yakni:
(1) Benar-salah (true-false), adalah butir soal yang terdiri atas
pernyataan yang disertai dengan alternatif jawaban, yaitu menyatakan pernyataan tersebut benar atau salah, atau keharusan memilih satu dari dua alternatif jawaban lainnya. Alternatif jawaban itu dapat saja berbentuk benar-salah atau setuju-tidak setuju, baik-tidak baik atau cara lain asalkan alternatif itu mutual eksklusif.
(2) Menjodohkan (matching), tipe menjodohkan ditulis dalam
dua kolom. Kolom pertama adalah pokok soal atau stem atau biasa juga disebut premis. Kolom kedua adalah kolom jawaban. Tugas peserta ujian ialah menjodohkan pernyataan di bawah kolom premis dengan pernyataan-pernyataan yang ada di bawah kolom jawaban.
(3) Pilihan ganda (multiple choice), adalah suatu butir soal
yang alternatif jawabannya lebih dari dua. Pada umumnya, jumlah alternatif jawaban berkisar antara empat atau lima
jawaban.21
2) Instrumen Non Tes
Instrumen non tes berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati oleh indera. Menurut Asmawi Zainul dan Noehi
21
(34)
Nasution, “Alat ukur keberhasilan belajar non tes yang umum digunakan yaitu bagan partisipasi, daftar cek, skala lajuan dan
skala sikap”. 22
3. Mata Pelajaran Sosiologi
a. Pengertian Mata Pelajaran Sosiologi
Dikutip dari www.koranpendidikan.com, Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai ilmu dan sebagai metode. Sebagai ilmu, sosiologi merupakan kumpulan pengetahuan tentang masyarakat dan kebudayaan yang disusun secara sistematis berdasarkan analisis berpikir logis. Sebagai metode, sosiologi adalah cara berpikir untuk mengungkapkan realitas sosial dan budaya yang ada dalam
masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat
dipertanggung jawabkan.23
Terdapat beberapa pengertian sosiologi menurut para ahli
diantaranya menurut Emile Durkheim, “Sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari fakta-fakta sosial, yaitu fakta-fakta yang berisi cara bertindak, berpikir dan berperasaan yang ada di luar individu.
Fakta-fakta tersebut mempunyai kekuatan untuk mengendalikan individu”.24
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, “Sosiologi merupakan ilmu
yang mempelajari masyarakat secara kesulurahan dan
hubungan-hubungan antara orang-orang dalam masyarakat”. 25 Adapula
pengertian sosiologi menurut Selo Soemardjan dan Soeleman
Soemardi, “Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan
proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial”.26
Dari beberapa pengertian sosiologi di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat, baik tingkah lakunya, pola berpikirnya dan kebiasaan-kebiasaan yang
22
Ibid., h.154-155 23
http://www.koranpendidikan.com/view/616/bedah-skl-mapel-sosiologi.html (diakses pada
27 Agustus 2015, pukul 21.04) 24
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2004) h. 5 25
Elly M Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Kencana, 2011) h. 3 26
(35)
dilakukan oleh individu antar individu, individu antar kelompok maupun kelompok antar kelompok dalam suatu lingkungan masyarakat.
Sosiologi dimaksudkan untuk memberikan kompetensi kepada peserta didik dalam memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik sampai pada terciptanya integrasi sosial. Dengan mempelajari konsep-konsep sosiologi tersebut, peserta didik diharapkan mampu beradaptasi dan memahami keadaan lingkugan masyarakat sekitarya.
b. Karakteristik Mata Pelajaran Sosiologi
Terdapat beberapa karakteristik mata pelajaran sosiologi, diantaranya sebagai berikut.
1) Sosiologi merupakan disiplin intelektual mengenai
pengembangan pengetahuan yang sistematis dan
terandalkan tentang hubungan sosial manusia pada umumnya dan tentang produk hubungan tersebut.
2) Materi sosiologi mempelajari perilaku, interaksi perilaku
dan interaksi kelompok, menelusuri asal usul pertumbuhan serta menganalisis pengaruh kegiatan kelompok.
3) Tema-tema esensial dalam sosiologi dipilih dan bersumber
serta merupakan kajian tentang masyarakat dan perilaku manusia dengan meneliti kelompok yang membangunnya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, komunitas, dan pemerintah sebagai organisasi sosial, agama, politik, bisnis, dan organisasi lainnya.
4) Materi sosiologi dikembangkan sebagai suatu lembaga
pengetahuan ilmiah dengan pengembangan teori yang didasakan pada observasi ilmiah, bukan lagi pada spekulasi
dikembangkan di meja atau observasi impersonal.27
c. Tujuan Mata Pelajaran Sosiologi
Dilansir oleh www.koranpendidikan.com, Mata pelajaran
sosiologi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
27
(36)
1) Memahami konsep-konsep soisologi seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik sampai terciptanya integrasi sosial
2) Memahami berbagai peran sosial dalam kehidupan
bermasyarakat
3) Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian sosial
dalam kehidupan bermasyarakat.
4) Meningkatkan pemahaman terhadap ciri-ciri dan
sifat-sifat masyarakat serta meningkatkan daya adaptasi dengan lingkungan hidup, terutama lingkungan sosial
budaya.28
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa hasil penelitian yang mendukung dilaksanakannya penelitian ini, diantaranya:
1. Achmad Chaerul Pahmi dengan judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran IPS MIS Mathlaul’Huda” menunjukkan bahwa
rata-rata hasil posttest kelas NHT lebih besar dari pada rata-rata posttest
kelas kontrol, yaitu 77.23 untuk kelas NHT dan 66.80 untuk kelas kontrol. Serta terdapat perbedaan hasil yang signifikan pada uji hipotesis posttest kelompok NHT dan kelompok kontrol. Dapat disimpulkan metode NHT
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.29
2. Febri Indrawan dengan judul “Pengaruh Strategi Pemecahan Masalah
“Ideal” dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together(NHT) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa”
menunjukkan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang menggunakan strategi pemecahan masalah IDEAL dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi dari pada kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang menggunakan metode konvesional
28
http://www.koranpendidikan.com/view/616/bedah-skl-mapel-sosiologi.html (diakses
pada 27 Agustus 2015, pukul 21.04) 29
Achmad Chaerul Pahmi, Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS MIS Mathlaul’Huda,
(37)
(thitung = 2.38 > ttabel = 1.67). Sehingga pembelajaran dengan menggunakan
strategi pemecahan masalah IDEAL dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan pengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis matematik siswa.30
3. Septia Rahayu dengan judul “Pengaruh Metode Numbered Head Together
(NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di SMP AL-Zahra Indonesia Pamulang” menunjukkan hasil posttest kelas eksperimen yang menggunakan metode NHT memperoleh rata-rata 87 dan nilai rata-rata kelas kontrol 78, dengan demikian nilai rata-rata hasil belajar Fiqih siswa yang diajar dengan metode NHT secara signifikan lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan dengan metode puzzle pada kelas kontrol. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode NHT
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.31
Ketiga penelitian di atas hanya menggunakan satu instrumen penelitian saja, yakni instrumen tes, berbeda dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Instrumen penelitian tidak hanya tes saja tetapi non tes berupa observasi pun menjadi bagian dari penelitian ini. Yang berbeda pula dari masing-masing penelitian di atas yakni jika penelitan yang relevan nomor 1 mencari pengaruh terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS di tingkat sekolah dasar, penelitian yang relevan nomor 2 mencari pegaruh terhadap hasil belajar matematika di tingkat sekolah menengah pertama dan penelitian yang relevan nomor 3 mencari pengaruh terhadap hasil belajar fiqih di tingkat sekolah menengah pertama, maka dalam penelitian ini peneliti akan mencari pengaruh terhadap hasil belajar sosiologi di tingkat sekolah menegah atas.
30Febri Indrawan, Pengaruh Strategi Pemecahan Masalah “IDEAL” dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa, 2014, (http://repository.uinjkt.ac.id)
31
Septia Rahayu, Pengaruh Metode Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di SMP AL-Zahra Indonesia Pamulang, 2014(http://repository.uinjkt.ac.id)
(38)
C. Kerangka Berpikir
Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang didapat setelah terjadinya proses pembelajaran. Tentunya perubahan tingkah laku diharapkan mengarah pada kemajuan, bukan kemunduran. Untuk mengusahakannya maka dibutuhkannya proses pembelajaran yang berkualitas dan bermakna agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, paham dan dapat mengingat materi yang dipelajari, dan mendapatkan hasil belajar yang baik pula. Guru sebagai pengajar dituntut untuk menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas dan bermakna tersebut. Disamping penguasaan materi, kelancaran komunikasi dan penyediaan media, penggunaan strategi dan model pembelajaran merupakan salah satu kunci utama untuk menghasilkan pembelajaran yang bermakna.
Strategi dan model yang dianggap cocok adalah strategi pembelajaran
kooperatif dengan model Numbered Head Together (NHT). Karena dengan
model ini siswa dituntut belajar aktif diskusi dengan kelompok dalam pemecahan masalah, memahami materi, dan seluruh siswa harus siap mempresentasikan materi atau hasil diskusi kelompoknya. Dengan penemuan-penemuan yang didapat siswa dalam diskusi kelompok tersebut, siswa diharapkan dapat mudah mengingat materi yang dipelajari.
Salah satu keunggulan NHT adalah pembicara yang akan menyampaikan hasil diskusi kelompok ditentukan ketika waktu diskusi hampir selesai, dan pembicara tidak ditentukan oleh kelompoknya masing. Melainkan ditentukan oleh undian berdasarkan nomor kepala masing-masing anggota kelompok. Jadi siapa saja yang terpilih menjadi pembicara, siap tidak siap, mau tidak mau, harus menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Pembelajaran NHT menuntut seluruh siswa untuk memahami dan menguasai pembahasan yang sedang dipelajari.
Langkah-langkah pembelajaran NHT sendiri dimulai dengan menyampaian indikator-indikator dan tujuan pembelajaran oleh guru, kemudian guru menjelaskan garis besar materi yang akan dipelajari, guru menjelaskan proses pembelajaran NHT pada siswa, guru membentuk siswa ke
(39)
dalam beberapa kelompok, guru membagikan lembar kerja siswa, siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya, guru mengamati dan membimbing siswa dalam tiap-tiap kelompok, guru mengundi siswa mana saja yang akan
menjelaskan hasil diskusi kelompoknya, kemudian siswa terpilih
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, dan guru memberi penghargaan pada siswa. Diakhir pelajaran, guru dan siswa sama-sama merangkum dan membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari.
Dengan diterapkannya strategi pembelajaran kooperatif model NHT ini diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang berkualitas dan bermakna serta meningkatkan hasil belajar siswa.
D. Hipotesis Penelitian
Menurut Arikunto, “Agar penelitian ini lebih terarah dan memberikan tujuan yang tegas, maka perlu adanya hipotesa, yaitu jawaban sementara dari
suatu penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.32 Adapun
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “strategi pembelajaran
kooperatif model Numbered Head Together (NHT) berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi”. Hipotesis penelitian kemudian dinyatakan dalam hipotesis statistik untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruhstrategi pembelajaran kooperatif model Numbered Head Together
(NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi, yaitu:
H0: Tidak terdapat pengaruh antara strategi pembelajaran kooperatif model
Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi kelas X di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan.
Ha: Terdapat pengaruh antara strategi pembelajaran kooperatif model
Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi kelas X di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan.
32
(40)
26
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan, yang berlokasi di jalan Cireundeu Raya No. 5 Ciputat. Waktu penelitian yakni pada semester genap tahun pelajaran 2015. Penelitian ini dilakukan kurang-lebih selama 3 bulan. Berikut jadwal kegiatan penelitian.
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Waktu Kegiatan
1 1 – 31 Maret 2015
Pengamatan, perumusan masalah,
penentuan judul dan pembuatan
proposal.
2 6 – 17 April 2015 Uji Validitas Instrumen
3 20 April 2015 Pretest
4 27 April – 4, 11 Mei 2015 Penelitian Experimen
5 18 April 2015 Postest
6 1 Juni – 30 September 2015 Revisi, pengolahan dan penyusunan hasil penelitian
7 Oktober 2015 Sidang Skripsi
8 November 2015 Wisuda
B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi
eksperimen (eksperimen semu). Menurut Yatim Riyanto, “Penelitian
eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti dalam
melakukan Kontrol terhadap kondisi”.1 Dalam penelitian eksperimen
terdapat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok
1
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Cet. 2, h. 56
(41)
tersebut sedapat mungkin memiliki karakteristik yang sama. Pada
kelompok eksperimen diberikan treatment tertentu, sedangkan pada
kelompok kontrol tidak.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah desain dengan kelompok kontrol tak setara. Pelaksanaan desain ini adalah dengan cara memilih kelompok-kelompok subjek yang ada (jumlah subjek pada masing-masing kelompok-kelompok berpeluang tidak setara) untuk dijadikan kelompok eksperimen yang akan
diberikan perlakuan dengan pembelajaran Kooperatif model Numbered
Head Together (NHT), dan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan.
Menurut Mohamad Ali, Terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sebelum pelaksanaan pemberian perlakuan,
dilakukan pengukuran awal atau pretest (O1). Selanjutnya terhadap
kelompok eksperimen diberikan perlakuan (X), sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Selanjutnya terhadap kedua
kelompok tersebut diberikan postest (O2).2
Desain penelitian tersebut dapat dilihat pada table berikut. Tabel 3.2
Desain Kelompok Kontrol Tak Setara
Kelompok Pretest Perlakuan Postest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 O2
C. Populasi dan Sample 1. Populasi
Menurut Budi Susetyo, “Populasi adalah keseluruhan data atau objek yang diteliti berupa karakteristik tertentu terhadap gejala, fenomena,
2
Mohammad Ali, Metodologi dan Aplikasi Riset Penelitian, (Bandung: Pustaka Cendekia Utama, 2010), h. 107
(42)
peristiwa atau kejadian-kejadian”.3 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan yang akan di fokuskan pada kelas X semester 2 tahun ajaran 2015.
2. Sampel
Sampel sering didefinisikan sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh (master) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Dalam penelitian ini, cara yang akan digunakan dalam menentukan sampel
adalah purposive sampling, menurut Nurul Zuriah, “Purposive sampling
adalah pemelihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan populasi yang
diketahui sebelumnya”.4 Adapun subjek yang akan dijadikan sampel
adalah kelas X6 sebagai kelas eksperimen dan kelas X7 sebagai kelas kontrol.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah teknisk tes dan non tes. Teknik tes tersebut digunakan untuk mengukur hasil belajar yang dicapai siswa, dan teknis non tes digunakan sebagai observasi (pengamatan) ketika pembelajaran sedang berlangsung.
1. Teknik Tes
Menurut Nurul Zuriah, “Tes ialah seperangkat rangsangan
(stimulus) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penepatan skor
angka”.5 Tes yang akan diujikan kepada objek penelitian adalah tes tertulis
berupa pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda dengan cakupan materi sosiologi bab pengendalian sosial. Tes tersebut harus bersifat valid, reliabel, objektif, diagnostik dan efisien.
3
Budi Susetyo, Statistika Untuk Analisis Data Penelitian, (Bandung: Refika Aditama. 2010) h. 139
4
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Cet. 2, h. 124
5
(43)
2. Teknik Non Tes
Teknik non tes yang digunakan dalam peneletian ini adalah teknik observasi, yakni dengan mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung dan menilai proses pembelajaran sesuai dengan lembar observasi yang disediakan. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disiapkan dan sesuai dengan strategi
pembelajaran kooperatif model Numbered Head Together (pada kelas
eksperimen) atau tidak. Observer dalam penelitian ini adalah guru pamong mata pelajaran sosiologi SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan.
E. Instrumen Penelitian
Menurut Nurul Zuriah, “Instrumen penelitian merupakan alat bantu
bagi peneliti dalam mengumpulkan data”.6 Seperti yang telah dijelaskan pada
poin teknik pengumpulan data, teknik yang digunakan adalah tes dan non tes.
Untuk tes dilakukan dua kali selama berlangsungnya penelitian, yakni pretest
dan posttest, dengan beberapa soal pilihan ganda yang mencakup materi pengendalian sosial. Adapun kisi-kisi soal tes tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Tes
Kompetensi Dasar Indikator Aspek Kognitif
C1 C2 C3 C4
Mendeskripsikan terjadinya perilaku menyimpang dan sikap-sikap anti sosial
Menjelaskan sifat pengendalian sosial
1, 23, 24
22, 26, 34
38,
Membedakan proses/cara
pengendalian sosial
13, 10,
12, 28
2, 30, 33
3, 39, 40
Memperkirakan 29, 31, 36
6
(44)
fungsi pengendalian sosial
32, 25
Menjabarkan jenis lembaga
pengendalian sosial
7, 11, 21
4, 8, 9, 37
35
Menguraikan bentuk-bentuk pengendalian sosial
5, 6, 14, 15, 17, 20
16, 19 27 18
Selanjutnya adalah instrumen non tes dengan menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa.
Tabel 3.4
Instrumen Non Tes kelas Eksperimen
No. Aspek yang diamati
Penilaian Pengamat 1 2 3 4
A PENDAHULUAN
1 Mengulangi materi pembelajaran pertemuan sebelumnya
2 Menyampaikan tujuan pembelajaran
B KEGIATAN INTI
1 Mempersiapkan materi pokok yang mendukung tugas belajar
kelompok dengan cara demonstrasi atau teks.
2 Mengatur siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
3 Membimbing siswa mengerjakan LKS.
4
Mendorong dan membimbing dilakukannya keterampilan kooperatif oleh siswa seperti:
Mengajukan pertanyaan
Menjawab pertanyaan/menanggapi Menyampaikan ide/pendapat Mendengarkan secara aktif Berada dalam tugas
5 Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran.
6 Memberi bantuan kepada kelompok yang membutuhkan.
7 Memberikan resitasi/umpan balik/evaluasi
C PENUTUP:
1 Membimbing siswa membuat rangkuman.
(45)
D PENGELOLAAN WAKTU E SUASANA KELAS:
1 Berpusat pada siswa.
2 Siswa antuasias
3 Guru antusias
Keterangan:
1. tidak baik 2. kurang baik
3. cukup 4. baik
Tabel 3.5
Instrumen Non Tes kelas Kontrol
No. Aspek yang diamati
Penilaian Pengamat 1 2 3 4
A PENDAHULUAN
1 Mengulangi materi pertemuan sebelumnya
2 Menyampaikan tujuan pembelajaran
B KEGIATAN INTI
1 Menampilkan foto-foto dan video tentang materi yang akan
dipelajari dalam kegiatan pembelajaran
2 Menjelaskan pengertian, sifat, dan proses pengendalian sosial.
3 Siswa memperhatikan penjelasan guru, video dan gambar
serta memberikan tanggapan
4 Siswa bertanya kepada guru jika ada materi yang kurang
dipahami
5 Memberikan resitasi/umpan balik/evaluasi
C PENUTUP:
1 Guru dan siswa sama-sama merangkum materi yang telah
dipelajari
D PENGELOLAAN WAKTU
E SUASANA KELAS:
1 Siswa antuasias
2 Guru antusias
Keterangan:
1. tidak baik 2. kurang baik
(46)
F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Tes
a. Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen penelitian diberikan kepada objek penelitian, baik tes maupun non tes harus diujikan terlebih dahulu apakah instrumen tersebut layak atau tidak digunakan sebagai acuan dalam penelitian.Untuk instrumen non tes pengujian dilakukan melalui penilaian para ahli, seperti dosen pembimbing. Dan untuk instrumen tes pengujian dilakukan dengan 4 tahap, yakni uji validitas, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran soal dan uji daya pembeda soal.
1) Uji Validitas
Uji validitas diawalai dengan menguji cobakan instrumen terbelih dahulu kepada subjek yang tidak menjadi objek penelitian. Uji coba instrumen penelitian ini baiknya diberikan kepada kelas yang sudah pernah mempelajari materi yang akan disampaikan dalam penelitian kuasi eksperimen. Karena kelas yang akan diteliti adalah kelas X, maka uji coba instrumen akan dilakukan pada kelas XI yang pernah mempelajari materi pengendalian sosial. Uji validitas ini dimaksudkan bahwa instrumen penelitian harus memiliki tingkat ketepatan yang tinggi dalam mengungkap aspek-aspek yang hendak diukur. Setiap butir soal diujikan apakah soal tersebut valid atau tidak.
Untuk menguji setiap butir soal, digunakan dengan rumus
pearson product moment.
∑ ∑ ∑
√[ ∑ ∑ ] [ ∑ ∑ ]
rhitung = koefisien korelasi
∑X = jumlah skor item
∑Y = jumlah skor total (seluruh item
n = jumlah responden7
7
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 6, h. 98
(47)
Table 3.6 Indeks korelasi Harga koefisien korelasi
validitas Keterangan
0,800 – 1,000 Sangat tinggi
0,600 – 0,799 Tinggi
0,400 – 0,599 Cukup tinggi
0,200 – 0,399 Rendah
0,000 – 0.199 Sangat rendah (tidak valid)
Butir soal dinyatakan valid apabila rhitung lebih besar atau
sama dengan rtabel (rhitung>rtabel). Namun, apabila rhitung lebih kecil
dari rtable (rhitung<rtabel) maka butir tersebut dinyatakan tidak valid
dan sebaiknya tidak digunakan.
Untuk mempermudah perhitungan uji validitas, yakni dengan perhitungan langsung menggunakan Microsoft Excel. (lihat lampiran 8)
Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan
dengan n=25 siswa dan α= 5%, dari 40 soal terdapat 23 soal yang
valid, diantaranya 1, 2, 3, 7, 8, 9, 15, 16, 17, 20, 21, 23, 25, 26, 29, 30, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 40. Untuk lebih jelasnya, perhitungan soal validitas dapat dilihat pada lampiran 3.
2) Uji Reliabilitas
Setelah diuji validitas, maka langkah selanjutnya adalah
uji reliabilitas. Menurut Nurul Zuriah, “Tes yang reliabel jika tes
tersebut mampu memberikan hasil yang relatif tetap apabila
dilakukan secara berulang pada kelompok individu yang sama”.8
Uji reliabilitas ini pertama dengan mencari koefisien relasi
soal ganji genap yang dihitung menggunakan rumus Pearson
8
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Cet. 2, h. 184
(48)
Product Moment, selanjutnya untuk mencari reliabilitas seluruh
tes digunakan rumus Spearman Brown.
Uji koefisien korelasi ganjil genap rumus Pearson
Product Moment :
∑ ∑ ∑
√[ ∑ ∑ ] [ ∑ ∑ ]
rhitung = koefisien korelasi
∑X = jumlah skor item
∑Y = jumlah skor total (seluruh item
n = jumlah responden
Reliabilitas instrumen diperoleh dengan menggunakan
rumus SpearmanBrown :
r11= koefisien reliabilitas instrumen;
rb = koefisien korelasi ganjil genap.9
Tabel 3. 7
Koefisien Reliabilitas Soal Harga koefisien korelasi
validitas Keterangan
0,800 – 1,000 Sangat tinggi
0,600 – 0,799 Tinggi
0,400 – 0,599 Cukup tinggi
0,200 – 0,399 Rendah
0,000 – 0.199 Sangat rendah (tidak valid)
Untuk mempermudah perhitungan uji reliabilitas, yakni dengan perhitungan langsung menggunakan Microsoft Excel. (lihat lampiran 9)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh tingkat reliabel adalah 0.841028 (sangat tinggi).
9
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 6, h. 105
(49)
3) Analisis Daya Pembeda
Menurut Ahmad Sofyan, “Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang
mampu (rendah prestasinya)”.10 Untuk menghitung daya pembeda
menggunakan rumus:
% 100 x N
B B DP
A B A
BA = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok atas;
BB = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah;
NA = jumlah siswa pada kelompok atas.
Table 3.8
Kriteria Daya Pembeda
Indeks DP (%) Keterangan
< 9 sangat buruk
10 – 19 Buruk
20 – 29 Agak baik
30 – 49 Baik
50 < Sangat baik
4) Analisis Tingkat Kesukaran
Untuk dapat menganalisis tingkat kesukaran soal digunakan rumus:
P = Indeks tingkat kesukaran
B = Jumlah siswa yang menjawab soal benar
JS = Jumlah seluruh sisiwa peserta tes 11
10
Ahmad Sofyan, Evaluasi Pendidikan IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) h. 103
11
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 208
(50)
Tabel 3.9
Kriteria Tingkat Kesukaran
Indeks TK (%) Keterangan
0 – 30 Sukar
30 – 70 Sedang
70 – 100 Mudah
b. Pengujian Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis diperlukan guna mengetahui apakah analisis data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Pengujian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Jika data yang diperoleh berdistribusi normal dan mempunyai ragam yang homogen maka pengujian hipotesis dapat dilanjutkan, namun jika data tidak berdistribusi normal atau mempunyai ragam yang tidak homogen maka pengujian hipotesis tidak dapat dilanjutkan. Adapun langkah-langkah pengujian prasyarat analisis sebagai berikut.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu Uji Kertas Peluang Normal, Uji Liliefors, dan Uji Chi-Kuadrat. Dalam penelitian ini akan digunakan Uji Chi-Chi-Kuadrat.
Rumus Chi-Kuadrat Hitung (X2):
∑
fo= frekuensi dari hasil penelitian
fe= frekuensi yang diharapkan
Kriteria tes yang digunakan adalah jika hitung ≥ tabel,
artinya distribusi data tidak normal dan jika hitung ≤ tabel,
artinya data berdistribusi normal. Langkah-langkah untuk
mengetahui adalah sebagai berikut:
(a) Mencari skor terbesar dan terkecil
(b) Mencari nilai Rentangan (R) dengan cara:
(51)
(c) Mencari Banyaknya Kelas (BK) BK = 1 + 3,3 Log n (Rumus Sturgess)
(d) Mencari nilai panjang kelas (i)
(e) Membuat tabulais dengan tabel penolong.
Tabel 3.10
Tabel Distribusi Frekuensi
No Kelas
Interval F Nilai Tengah Proporsi Xi
2
f.Xi f.Xi2
1 2
Jumlah ∑ f.Xi ∑ f.Xi2
(f) Mencari rata-rata (mean)
̅ ∑
(g) Mencari simpangan baku
∑ ∑
(h) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan
cara:
(1) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri
kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor-skor kanan kelas interval ditambah 0,5
(2) Mencari Z-score untuk batasan kelas interval
dengan rumus
̅
(3) Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva 0 – Z dengan
menggunakan angka-angka untuk batas kelas
(4) Mencari luas tiap kelas interval dengan cara
mengurangkan angka-angka 0 – Z yaitu angka
baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua dikurangi baris ketiga dan begitu seterusnya, kecuali untuk angka yang berbeda pada baris paling tengan ditambahkan dengan angka pada baris berikutnya
(5) Mencari frekuensi yangdiharapkan (fe) dengan
cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden
(52)
(j) Membandingkan hitung dengan tabel12
2) Uji Homogenitas (Uji Dua Varians)
Uji homogenitas yang akan dilakukan dalam uji prasyarat analisis ini adalah Uji-Fisher dengan rumus sebagai
berikut.13
Dimana:
∑ ∑
Langkah yang dapat ditempuh untuk melakukan uji Fisher adalah:
(a) Menetapkan hipotesis dalam bentuk:
(b) Membagi data menjadi dua kelompok
(c) Mencari varians dari masing-masing kelas (kelas
kontrol dan kelas eksperimen)
(d) Menentukan Fhitung dengan rumus:
(e) Menentukan kriteria pengujian dalam bentuk:
(1) Jika Fhitung< Ftabel, maka H0 diterima, kedua
kelompok berasal dari populasi yang homogen.
(2) Jika Fhitung> Ftabel, maka H1 diterima, kedua
kelompok berasal dari populasi yang tidak homogen.
(f) Mencari dk pembilang (varians terbesar) dan dk
penyebut (varians terkecil), dengan rumus: dk1 = n – 1
dk2 = n – 1
12
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 6, h. 121-124
13
Herinaldi, Prinsip-Prinsip Statistik Untuk Teknik dan Sains, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 169
(53)
(g) Menentukan Fhitung dan Ftabel, kemudian
membandingkan hasil Fhitung dan Ftabel berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan.14
c. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata hasil Pretest dan Posttest
Setelah uji prasyarat dan data dinyatakan berdistribusi normal dan homogen, maka langkah selanjutnya adalah uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah dengan menggunakan t.rumus uji-t sebagai berikuuji-t.
̅ ̅
√
Dengan:
√
Keterangan:
̅ : rata-rata skor kelas eksperimen
̅ : rata-rata skor kelas kontrol
: jumlah anggota sampel kelompok eksperimen : jumlah anggota sampel kelompok kontrol : varians kelompok eksperimen
: varians kelompok kontrol
: varians gabungan15
Langkah mengajukan hipotesis sebagai berikut.
1) Uji kesamaan dua rata-rata hasil pretest
H0 : X = Y, maksudnya adalah tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata skor prestest kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen.
14
Achmad Chaerul Pahmi, Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPM MIS
Mathlaul’Huda, 2014, h. 39-40 (http://repository.uinjkt.ac.id) 15
(54)
Ha : X ≠ Y, maksudnya adalah terdapat perbedaan yang signifikan
antara rata-rata skor pretest kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen.
2) Uji kesamaan dua rata-rata posttest
H0 : X = Y, maksudnya adalah tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen.
Ha : X ≠ Y, maksudnya adalah terdapat perbedaan yang signifikan
antara rata-rata skor posttest kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen.
Setelah melakukan uji kesamaan rata-rata pretest dan posttes, langkah selanjutnya adalah:
1) Menghitung nilai thitung dengan menggunakan rumus uji-t
2) Menentukan derajat kebebasan (dk)
dk = (n1– 1) + (n2– 1)
3) Menetukan nilai ttabeldengan α = 0.95
4) Menuji hipotesis dengan ketentuan
Jika -ttabel≤ thitung ≤ ttabel maka H0 diterimadan Ha ditolak
jika thitung ≤ -ttabel atau thitung ≥ ttabel maka Ha diterima dan H0 ditolak
2. Analisis Data Non Tes
Dalam analisis data non tes, yakni observasi kegiatan pembelajaran digunakan rumus sebagai berikut.
Persentase (%) =
Keterangan n : Skor yang diperoleh
N : Jumlah seluruh nilai ideal tiap item % : Angka persentase
(55)
Hasil perhitungan yang digunakan dalam penelitian ini dikategorikan sebagai berikut:
76% - 100% = Baik
56% - 75% = Cukup Baik
40% - 55% = Kurang Baik
Di bawah 40% = Tidak Baik
G. Hipotesis Statistik
H0 : ì1 = ì2
Ha: ì1≠ ì2
Keterangan:
H0: Tidak terdapat pengaruh antara strategi pembelajaran kooperatif model
Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi kelas X di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan
Ha: Terdapat pengaruh antara strategi pembelajaran kooperatif model
Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran sosiologi kelas X di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan
ì1: Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran
Numbered Head Together (NHT)
ì2: Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran
(56)
42
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Kegiatan Penelitian
Penelitian Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model
Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelas, yakni kelas X6 yang berjumlah 33 siswa sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model
Numbered Head Together (NHT) dan kelas X7 yang berjumlah 32 siswa sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.
Sebelum melaksanakan penelitian, diadakan pretest terlebih dahulu
pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Soal pretest ini telah diujikan pada kelas XI IPS 1 yang pernah mempelajari materi yang akan digunakan dalam penelitian, yakni materi tentang Pengendalian Sosial.
Soal pretest ini pun telah diuji validitas dan reliabilitasnya, yakni dari 40
soal yang diujikan pada kelas XI IPS 1 dengan jumlah siswa sebanyak 25 orang, terdapat 23 soal valid, dan hanya 20 soal saja yang digunakan sebagai soal pretest.
Penelitian pun dilakukan pada pertemuan selanjutnya setelah
pertemuan sebelumnya diadakan pretest. Penelitian kuasi eksperimen
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Numbered Head Together ini dilaksanakan 2 kali pertemuan, yakni pertemuan pertama pada tanggal 27 April 2015 dan pertemuan ke 2 pada tanggal 2 Mei 2015.
Adapun langkah-langkah Numbered Head Together sendiri adalah:
a. Untuk memancing daya tarik siswa, terlebih dahulu peneliti
menampilkan foto-foto dan video tentang materi yang akan dipelajari dalam kegiatan pembelajaran, kemudian peniliti menampilkan bagan materi yang akan dipelajari
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)