PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN SETING PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBER HEAD TOGETHER) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA SMP KELAS VII.

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak lepas dari peranan penting pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran pengetahuan yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Sesuai dengan tujuan UUD 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa maka pendidikan sangat diperlukan. Pendidikan juga merupakan suatu rangkaian peristiwa yang cukup kompleks yang membutuhkan kegiatan komunikasi antar manusia.

Pendidikan menurut Ihsan (1996: 7) adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani) dan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan). Pendidikan memiliki berbagai tujuan yang dapat meningkatkan kualitas maupun kuantitas hidup manusia. Tujuan pendidikan yang tercantum dalam UU No.20 Tahun 2003 adalah untuk mencetak generasi bangsa yang beriman dan bertaqwa, berbudi luhur, cerdas, dan kreatif. Untuk memenuhi tujuan pendidikan tersebut, maka tidak lepas dari peran pemerintah dalam menentukan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan jaman. Sesuai dengan Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014, kurikulum pada Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yang telah dilaksanakan sejak tahun 2013/2014 disebut Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madraasah Tsanawiyah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dibentuk guna


(2)

2

menunjang kegiatan pembelajaran dan bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013).

Tujuan dari kurikulum 2013 tidak bisa tercapai jika tidak didukung oleh kegiatan pembelajaran yang sesuai. Pembelajaran menurut Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 adalah proses interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum 2013 yang juga tercantum dalam Permendikbud Nomor 103 Tahun 2013 adalah pembelajaran yang interaktif, inspiratif, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, kontekstual dan kolaboratif, memberikan ruang bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik, serta sesuai dengan bakat minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 membutuhkan partisipasi aktif dari siswa atau student centered yaitu kegiatan berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator dan mediator. Fungsi utama guru adalah sebagai fasilitator, sumber ajar, dan memonitor kegiatan siswa (Marsigit, 2009:9). Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 adalah pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa


(3)

3

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Hosnan, 2014: 267).

Pembelajaran kontekstual juga dapat dipadukan dengan pembelajaran secara kooperatif. Menurut Hosnan (2014: 235), pembelajaran kooperatif merupakan suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih, dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri. Di dalam pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam kelompok supaya tujuan yang hendak dicapai oleh kelompok tersebut dapat terpenuhi.

Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah metode NHT (Number Head Together) yaitu metode pembelajaran kooperatif yang mengutamakan adanya kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Langkah yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT bertujuan untuk membuat siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu langkah dari tipe pembelajaran ini adalah pengambilan nomor secara acak, sehingga masing-masing siswa dari tiap kelompok dituntut harus mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Beberapa mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan yang menggunakan kurikulum 2013, salah satunya adalah pelajaran matematika. Dalam kegiatan pembelajaran, metode yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika yang disesuaikan dengan kurikulum 2013 juga membutuhkan perangkat pembelajaran untuk menunjang kegiatan pembelajaran tersebut. Perangkat pembelajaran yang


(4)

4

digunakan adalah berupa RPP dan LKS yang juga disesuaikan dengan kurikulum 2013. Perangkat pembelajaran yang baik menjadikan salah satu faktor penunjang untuk meningkatkan kemampuan siswa dan proses pembelajaran dengan suatu metode dapat dilaksanakan dengan baik. Kegiatan pembelajaran dengan metode dan media yang baik diharapkan mampu untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotorik siswa.

Suatu permasalahan yang berkaitan dengan matematika membutuhkan kemampuan penalaran yang cukup baik untuk mencari solusi dan menyelesaikan permasalahan tersebut. NCTM (National Council of Teacher of Mathematics) dalam buku Principles and Standards for School Mathematics (2000: 3) mengemukakan terdapat lima proses standar bagi peserta didik dalam memperoleh dan menggunakan pengetahuan matematik yaitu : pemecahan masalah, penalaran dan pembuktian, komunikasi, koneksi, dan representasi.

Seperti yang termuat dalam proses standar NCTM, peserta didik memperoleh pengetahuan matematik salah satunya adalah kemampuan penalaran yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan bagi siswa untuk mengambil kesimpulan dan menetapkan pernyataan berdasarkan pemikiran siswa sendiri daripada hanya berdasarkan keterangan dari guru atau buku. Kemampuan berpikir dan penalaran yang tinggi dapat menunjang keberhasilan peserta didik.

Banyak hasil studi mengenai kemampuan penalaran siswa. Salah satu studi dilakukan oleh TIMSS. TIMSS adalah studi internasional yang mengukur kemampuan siswa di bidang matematika dan sains dan bertujuan untuk melihat bagaimana kurikulum yang dicanangkan oleh setiap negara diimplementasikan


(5)

5

dan capaian siswa khususnya pada bidang matematika dan sains. TIMSS diselenggarakan setiap 4 tahun sekali dikoordinasikan oleh IEA (the International Association for the Evaluation of Educational Achievement). Indonesia berpartisipasi sejak tahun 1999 dan tahun terbaru adalah 2015. Pada tahun 2015 target populasinya adalah kelas 4 SD/MI, sedangkan di tahun sebelumnya yaitu 2011 target populasinya adalah kelas 8 SMP/MTs. Pencapaian siswa Indonesia pada tahun 2015 menduduki peringkat 45 dari 50 dan dapat disimpulkan bahwa pada pelajaran matematika siswa masih perlu penguatan dalam kemampuan mengintegrasikan informasi, menarik simpulan, serta menggeneralisir pengetahuan yang dimiliki ke hal-hal yang lain (Rahmawati, 2015: 5). Sedangkan pencapaian pada tahun 2011 juga hampir serupa yaitu peringkat 38 dari 42 dan menurut Rosnawati (2013: 5) siswa masih rendah dalam hal kemampuan penalaran yang memuat kemampuan menganalisis, mengeneralisasi, sintesa, menilai, dan penyelesaian masalah non rutin. Oleh karena itu, kemampuan penalaran sangat perlu untuk ditingkatkan.

Sesuai dengan Permendikbud nomor 24 Tahun 2016 tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar pelajaran pada kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah, salah satu materi yang dipelajari dalam matematika adalah materi geometri mengenai segiempat dan segitiga. Berdasarkan kompetensi dasar yang termuat dalam permendikbud tersebut, siswa harus mampu untuk menganalisis, menurunkan rumus, dan menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan bangun datar segiempat dan segitiga. Kemampuan penalaran yang bertujuan untuk mengambil keputusan dibutuhkan untuk mencapai tujuan


(6)

6

dari kompetensi dasar tersebut dan salah satu metode yang tepat yang sesuai dengan materi segiempat dan segitiga adalah melalui pembelajaran kontekstual dan pembelajaran kooperatif dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang baik.

SMPN 2 Muntilan merupakan salah satu SMP di Kabupaten Magelang Jawa Tengah yang sudah menerapkan kurikulum 2013. Berdasarkan hasil Observasi dan bertanya kepada guru mata pelajaran Matematika yang dilakukan di kelas VII SMPN 2 Muntilan, siswa lebih tertarik untuk mempelajari matematika terutama dalam materi geometri secara berkelompok dan menggunakan perangkat pembelajaran yang lebih menarik. Kebanyakan siswa masih sulit untuk memahami materi sehingga kemampuan siswa dalam penalaran juga masih kurang, siswa masih banyak yang kurang dapat menyimpulkan materi yang dipelajari atau memberikan alasan atas jawaban dan menyampaikan hasil penalaran yang didapat dari suatu permasalahan. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana guru dapat mengembangkan suatu perangkat pembelajaran yang membimbing siswa dalam menemukan konsep matematika dan meningkatkan kemampuan penalaran. Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS melalui pembelajaran kontekstual dengan seting pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan mampu untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengembangkan perangkat pembelajaran geometri berupa RPP dan LKS melalui pembelajaran kontekstual dengan seting pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam materi segitiga segiempat untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa, yang


(7)

7

dilaksanakan dengan penelitian berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Geometri Tipe NHT (Number Head Together) dengan Seting Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Siswa SMP Kelas VII”. Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model ADDIE yang terdiri dari Analyze, Design, Develop, Implementatiton, dan Evaluation.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Belum tersedianya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) melalui pembelajaran kontekstual dengan seting pembelajaran kooperatif tipe NHT yang akan digunakan untuk kegiatan pembelajaran matematika.

2. Belum tersedianya Lembar Kegiatan Siswa (LKS) melalui pembelajaran kontekstual dengan seting pembelajaran kooperatif tipe NHT yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran matematika.

3. Kurangnya rata-rata kemampuan penalaran siswa dalam pembelajaran matematika kelas VII SMP N 2 Muntilan.

C. Batasan Masalah

Penelitian dibatasi pada pengembangan perangkat pembelajaran geometri berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) melalui pembelajaran kontekstual dengan seting pembelajaran kooperatif


(8)

8

tipe NHT pada materi Segitiga Segiempat untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Muntilan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, rumusan masalah yang dapat dibuat sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil pengembangan perangkat pembelajaran geometri melalui pembelajaran kontekstual dengan seting pembelajaran kooperatif tipe NHT? 2. Bagaimana hasil uji coba perangkat pembelajaran geometri (materi segitiga

segiempat) berupa RPP dan LKS melalui pembelajaran kontekstual dengan seting pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan kemampuan penalaran pada siswa SMP Kelas VII ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menyajikan hasil pengembangan perangkat pembelajaran geometri (materi segitiga segiempat) melalui pembelajaran kontekstual dengan seting pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2. Mendeskripsikan hasil uji coba dari perangkat pembelajaran geometri (materi segitiga segiempat) berupa RPP dan LKS melalui pembelajaran kontekstual dengan seting pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan


(9)

9

kemampuan penalaran siswa ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.

F. Manfaat Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian, diharapkan penelitian ini memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi guru:

Memberikan bahan pertimbangan untuk membuat perangkat pembelajaran melalui pembelajaran kontekstual dengan seting pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pembelajaran matematika untuk mengasah kemampuan siswa terutama kemampuan penalaran siswa.

2. Bagi siswa:

Memberikan pengalaman bagi siswa untuk mengikuti pembelajaran matematika dengan perangkat pembelajaran yang dihasilkan dan memanfaatkan perangkat pembelajaran tersebut sebagai panduan belajar di kelas maupun di luar kelas.

3. Bagi peneliti:

Menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman dalam kegiatan pembelajaran matematika menggunakan perangkat pembelajaran yang telah disusun dan dapat meningkatkan kreativitas maupun inovasi untuk membuat suatu perangkat pembelajaran yang baru sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


(10)

10 BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

Beberapa teori yang relevan diperlukan untuk mendukung penelitian ini yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Geometri melalui Pembelajaran Kontekstual dengan Seting Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number Head Together)untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Siswa SMP Kelas VII”. Teori-teori tersebut antara lain mengenai pembelajaran dan pembelajaran matematika, perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS, pembelajaran kontekstual, pembelajaran kooperatif tipe NHT, kemampuan penalaran, dan materi Segitiga Segiempat.

1. Pembelajaran dan Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Pembelajaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 20 merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar. Pembelajaran merupakan upaya untuk membantu siswa agar dapat menerima pengetahuan yang diberikan dan membantu untuk memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran. (Suprihatiningrum, 2014)


(11)

11

Wenger (dalam Huda, 2013:2) mengemukakan bahwa pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika ia tidak melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan oleh seseorang. Lebih dari itu, pembelajaran bisa terjadi di mana saja dan pada level yang berbeda-beda, secara individual, kolektif, ataupun sosial.

Pembelajaran menurut Siregar & Nara (2010:13) merupakan usaha sadar yang dilakukan secara sengaja, terarah, dan terencana, yang bertujuan untuk membuat siswa belajar dan tujuan tersebut sudah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaan pembelajaran harus terkendali, baik isi, waktu, proses maupun hasilnya dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang.

Pembelajaran diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kondisi yang kondusif agar terjadi interaksi komunikasi belajar mengajar secara langsung maupun tidak langsung antara guru, peserta didik, dan komponen pembelajaran lainnya yang saling berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. (Hosnan, 2014:18)

Pembelajaran merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menyampaikan berbagai ilmu pengetahuan dengan melakukan kegiatan belajar secara aktif, efektif sehingga tercapai tujuan dan hasil yang optimal. Proses pembelajaran dapat dilakukan di manapun. Salah satu kegiatan pembelajaran dilakukan di sekolah contohnya pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mentransfer ilmu berupa mata pelajaran matematika kepada siswa untuk mencapai suatu tujuan tertentu.


(12)

12

Proses pembelajaran matematika pada dasarnya bukanlah sekedar transfer gagasan dari guru kepada siswa, namun merupakan suatu proses dimana guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melihat dan memikirkan gagasan yang diberikan (Herman, 2007).

Definisi pembelajaran matematika yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah terutama di Sekolah Menengah Pertama lebih ditekankan dengan definisi matematika sekolah. Ebbutt, S dan Straker A (dalam Marsigit, 2009: 7) mendefinisikan matematika sekolah sebagai suatu kegiatan penelusuran pola dan hubungan yang memerlukan kreativitas, imajinasi, intuisi dan penemuan yang selanjutnya hasil kegiatan tersebut dikomunikasikan sehingga interaksi sosial diperlukan dalam kegiatan tersebut. Menurut Marsigit (2009: 7), pembudayaan matematika di sekolah menekankan hubungan antar manusia dan menghargai adanya perbedaan individu baik dalam kemampuan maupun pengalamannya.

Matematika sekolah memiliki karakteristik yang dalam pelaksanaannya harus memerhatikan ruang lingkup matematika sekolah. Perbedaan antara matematika sebagai ilmu dan matematika sekolah yang dikutip dari Fathani (2012: 72-73) antara lain:

a. Penyajian

Penyajian matematika tidak harus diawali dengan teorema maupun definisi, tetapi haruslah disessuaikan dengan perkembangan intelektual siswa.

b. Pola pikir

Pembelajaran matematika sekolah dapat menggunakan pola pikir deduktif maupun induktif. Hal ini harus disesuaikan dengan topik bahasaan dan tingkat intelektual siswa. Untuk tingkat SMP maupun SMA, pola pikir induktif harus ditekankan.

c. Semesta pembicaraan

Semakin meningkat setiap perkembangan intelektual siswa, semesta matematikanyapun semakin diperluas.


(13)

13 d. Tingkat keabstrakan

Tingkat keabstrakan matematika juga harus menyesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual siswa.

Pembelajaran matematika selalu berkembang seirama dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini selaras dengan pengertian matematika sendiri yang berkenaan dengan ide-ide maupun konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya secara induktif. Penalaran secara induktif adalah penalaran yang bersifat umum ke khusus, maksudnya di dalam kegiatan pembelajaran matematika, yang harus diberikan terlebih dahulu adalah contoh-contoh kemudian merujuk ke definisi, atau dari yang konkret baru kemudian abstrak.

2. Pembelajaran Kontekstual

Kontekstual menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti berhubungan dengan konteks. Banyak teori yang mendasari pendekatan kontekstual. Pada dasarnya, pendekatan kontekstual juga merupakan pendekatan dengan teori kontruktivis yaitu melibatkan siswa untuk membangun pemikiran dan pemahaman sendiri.

Teori konstruktivis yang melibatkan siswa bertujuan untuk membangun pengetahuan sendiri sesuai dengan yang dikemukakan oleh Slavin (dalam Surya, Sabandar, Kusumah, et al, 2013 : 117) bahwa belajar adalah siswa itu sendiri menurut konstruktivism harus aktif mencari dan mentransfer atau membangun pengetahuan yang akan menjadi miliknya.

Menurut Klassen (2006 : 35) pendekatan kontekstual berarti suatu pendekatan pembelajaran yang terhubung ke suatu fokus tertentu secara ilmiah


(14)

14

baik konsep atau keterampilan. Atau dengan kata lain, pendekatan kontekstual dapat disimpulkan sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang mengandung suatu konteks tertentu yang dapat dihubungkan dengan kehidupan nyata. Pendekatan kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang bermakna, karena disamping mengaitkan dengan konteks nyata, juga sebagai cara untuk membangun sendiri pemahaman yang diperoleh (kontruktivisme).

Pendekatan kontekstual menurut Hosnan (2014: 267) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu dalam proses belajar mengajar di sekolah. Definisi mendasar tentang pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Menurut Nurdin & Andriantoni (2016: 200) Pendekatan kontekstual adalah suatu pendekatan yang menekankan proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata.

Sedangkan menurut Suprihatiningrum (2014: 179) Pendekatan kontekstual diartikan sebagai sebuah sistem pembelajaran untuk menyusun pola yang bermakna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.

Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara


(15)

15

pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari, siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal dalam memecahkan masalah kehidupannya sebagai anggota masyarakat. (Siregar & Nara, 2010: 123)

Trianto (dalam Hosnan, 2014: 269) mengemukakan karakteristik pendekatan kontekstual dengan pendekatan lainnya yang meliputi adanya kerjasama, saling menunjang, menyenangkan dan mengasyikkan, tidak membosankan, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, dan menggunakan berbagai sumber siswa aktif.

Pendekatan kontekstual memiliki lima strategi dalam proses pembelajaran meliputi : Relating, Experiencing, Cooperating, Applying, Transferring. (Hosnan, 2014: 269)

Hosnan (2014: 269) juga mengemukakan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual yakni :

1) Konstruktivisme (constructivism)

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep, dan kaidah yang siap dipraktikan tetapi harus dikonstruksikan dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. 2) Menemukan (inquiry)

Inquiry artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Proses pembelajaran


(16)

16

yang didasarkan pada pencarian dan penemuan diawali dari pengamatan terhadap suatu fenomena, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. 3) Bertanya (questioning)

Dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual, guru tidak menyampaikan begitu saja, tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Bertanya sangat penting dilakukan karena melalui pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan, guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan materi yang dipelajarinya.

4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Hasil belajar bisa diperoleh dengan saling memberikan informasi kepada teman, kelompok, atau dari yang tahu kepada yang tidak tahu baik yang ada di dalam kelas maupun di luar kelas.

5) Refleksi (reflection)

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa pembelajaran yang sudah dilalui.

6) Penilaian Nyata (Authentiic Assesment)

Penilaian nyata dapat berupa penilaian dalam sikap, pengetahuan dan keterampilan yang berlangsung selama proses pembelajaran secara terintegrasi. Penilaian nyata dilakukan melalui tes maupun nontes dalam bentuk kinerja, observasi, portofolio, maupun jurnal.


(17)

17

Prinsip pembelajaran kontekstual menurut Elaine B. Jhonson (dalam Hosnan, 2014:276) ada tiga yang utama dan sering digunakan yaitu :

1) Prinsip saling ketergantungan (interdepence)

Pembelajaran kontekstual menekankan hubungan antara bahan pelajaran dengan bahan lainnya, antara teori dengan praktik, antara bahan yang bersifat konsep dengan penerapannya dalam kehidupan nyata sehingga adanya prinsip saling ketergantungan ini menyatukan berbagai pengalaman dari masing-masing peserta didik dan memotivasi dirinya untuk mencapai standar akademik yang tinggi.

2) Prinsip Perbedaan (Differentiaton)

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Prinsip perbedaan mendorong peserta didik menghasilkan keberagaman, perbedaan, dan keunikan sehingga tercipta kemandirian dalam belajar yang dapat mngonstruksi peserta didik untuk belajar mandiri dalam sebuah kelompok dnegan menghubungkan antara bahan ajar dengan kehidupan nyata untuk mencapai tujuan yang lebih bermakna.

3) Pengorganisasian diri (self organization)

Prinsip pengorganisasian diri menyatakan bahwa proses pembelajaran disadari sendiri oleh peserta diri dalam merealisasikan seluruh potensi yang dimilikinya. Pembelajaran kontekstual diarahkan untuk membantu para siswa mengoptimalkan potensi untuk mencapai keunggulan akademik, penguasaan keterampilan dan mengembangkan sikap serta moral dari peserta didik itu sendiri.


(18)

18

Pendekatan kontekstual adalah sebuah proses yang bertujuan untuk menolong peserta didik melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan menghubungkan subjek akademik dengan konteks kehidupan nyata yang meliputi konteks pribadi, sosial maupun budaya.Di dalam pendekatan kontekstual, guru hanya sebagai mediator dan fasilitator yang membantu peserta didik untuk menemukan sendiri konsep pengetahuan yang ada. Pendekatan kontekstual adalah pendekatan dengan siswa sebagai pelaku aktif di dalam kegiatan pembelajaran (student centered).

Kegiatan dalam pembelajaran kontekstual yang sesuai dengan beberapa teori diatas dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Relating

Dalam kegiatan relating, guru mengaitkan materi pembelajaran dengan materi yang sudah pernah dipelajari oleh siswa dan contohnya dalam kehidupan nyata. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajarann kontekstual yaitu konstruktivis dimana guru membimbing siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang telah mereka peroleh.

2) Experiencing

Dalam kegiatan experiencing, guru membimbing siswa untuk menemukan pengetahuan baru dengan beberapa kegiatan seperti kegiatan bertanya dan mengumpulkan informasi. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran kontekstual yaitu inquiry dan questioning.


(19)

19 3) Cooperating

Dalam kegiatan cooperating, guru membimbing siswa untuk belajar dalam suatu kelompok sehingga mereka dapat berbagi pendapat untuk menyimpulkan suatu materi tertentu. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran kontekstual yaitu learning community atau masyarakat belajar.

4) Applying

Dalam kegiatan applying, guru membimbing siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan materi pelajaran, membuat pemodelan dan menyimpulkan dengan bahasa mereka sendiri.

5) Transferring

Kegiatan transferring berisi kegiatan yang sama dengan kegiatan applying yaitu guru membimbing siswa untuk dapat menyimpulkan materi yang telah mereka pelajari dan dapat mentransfer ilmunya untuk menyelesaikan permasalahan nyata yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Kegiatan applying dan transferring sesuai dengan prinsip pembelajaran kontekstual yaitu dalam pemodelan dan reflection.

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number Head Together)

Suatu metode atau model sangat dibutuhkan dalam suatu pembelajaran. Dengan adanya metode, pembelajaran yang terjadi akan terasa lebih mudah dan menyenangkan. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang masih kurang disukai oleh siswa karena terasa sulit dan terlalu banyak rumus. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu metode salah satunya dengan pembelajaran kooperatif.


(20)

20

Kooperatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bersifat kerjasama. Peembelajaran dengan metode kooperatif dapat dinyatakan sebagai suatu pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok.

Pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih, dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri. (hosnan, 2014 : 235)

Menurut Karlina (2012) Hubungan kerjasama memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok.

Pembelajaran kooperatif menurut Siregar & Nara (2010: 123) menekankan pada aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar yang berbentuk kelompok, mencari materi pelajaran dan memecahkan masalah secara kolektif kolaboratif.

Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran, yang mana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif diperlukan adanya perencanaan yang di dalamnya meliputi pemilihan pendekatan, pemilihan materi yang sesuai, pembentukan kelompok siswa, mengenalkan siswa pada tugas dan peran, serta merencanakan waktu dan tempat. (Suprihatiningrum, 2014: 191)

Pada dasarnya tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah melatih siswa agar mampu berpikir dan bekerja secara berkelompok, berdiskusi untuk


(21)

21

memecahkan suatu permasalahan dan selanjutnya bertanggung jawab untuk melaporkan jawabannya kepada anggota kelompok yang lain (Pietersz & Saragih, 2010).

Pembelajaran kooperatif menurut (Nurdin & Andriantoni, 2016: 184) adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan anggota lainnya dan bertujuan untuk memiliki tanggung jawab sebagai pembelajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.

Roger dan David Johnson (dalam Hosnan, 2014) mengemukakan enam model pembelajaran gotong royong yang harus diterapkan dalam pembelajaran : 1) Saling ketergantungan positif

2) Interaksi tatap muka 3) Akuntabilitas individual

4) Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi 5) Komunikasi antaranggota

6) Evaluasi proses kelompok

Pembelajaran kooperatif disusun untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dalam berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya (Hosnan, 2014 : 238).

Hosnan (2014 : 241) mengemukakan beberapa karakteristik dari pembelajaran kooperatif antara lain :


(22)

22

a. Positive intersependece, adanya rasa saling ketergantungan antaranggota kelompok.

b. Individual accountability, setiap individu memiliki rasa tanggung jawab menyelesaikan pekerjaan.

c. Face to face promotive interaction, antaranggota saling membantu agar tujuan dapat tercapai.

d. Appropiate use of collaborative skills, setiap individu harus bisa dipercaya, mempunyai jiwa kepemimpinan, dapat mengambil keputusan, mampu berkomunikasi, dan memiliki keterampilan.

e. Group processing, setiap anggota harus dapat mengatur keberhasilan kelompok.

Tiga konsep yang melandasi metode kooperatif menurut Siregar & Nara (2010: 114) :

1) Team rewards : tiap kelompok atau tim mendapat hadiah apabila mencapai kriteria tertentu yang ditetapkan

2) Iindividual accountability : setiap anggota dalam kelompok bertanggung jawab untuk membantu kegiatan belajar dan keberhasilan bagi kelompok. 3) Equal opportunities for success : setiap anggota dalam kelompok

memperbaiki hasil belajarnya sendiri sehingga dapat berkontribusi dalam kelompok.

Sedangkan lima prinsip utama dalam pembelajaran kooperatif menurut Siregar & Nara (2010: 114) adalah sebagai berikut :


(23)

23

1) Saling ketergantungan positif : keberhasilan kelompok merupakan hasil kerjasama dari semua anggota

2) Tanggungjawab perseorangan : setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggungjawab yang sudah dibagi sendiri-sendiri demi keberhasilan kelompok tersebut.

3) Interaksi tatap muka : hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk berinteraksi satu sama lain.

4) Komunikasi antar anggota : keberhasilan kelompok bergantung pada kesediaan setiap anggota untuk saling berkomunikasi satu sama lain dengan cara memberikan berbagai pendapat yang nantinya dibahas untuk menentukan yang terbaik.

5) Evaluasi proses secara kelompok : evaluasi diperlukan untuk mengoreksi hasil dari kerjasama yang sudah dilakukan agar selanjutnya dapat bekerjasama lebih baik lagi.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok kecil sehingga tercipta kerjasama antar anggota kelompok dan memudahkan kelompok dalam menyelesaikan persoalan yang ada pada pembelajaran tersebut. Tujuan adanya pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan rasa kepedulian dan gotong royong antaranggota dalam kelompok tersebut untuk mencapai suatu tujuan yang disepakati bersama.


(24)

24

Terdapat beberapa macam tipe pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together). Pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang diranccang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik (hosnan, 2014 : 252).

Model Number Head Together (NHT) adalah salah satu jenis pembelajaran kooperatif yang menekankan struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan siswa (Lince, 2016).

Menurut Lestari & Yudhanegara (2015: 44) NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mengondisikan siswa untuk berpikir bersama secara berkelompok di mana masing-masing siswa diberi nomor dan memiliki kesempatan yang sama dalam menjawab permasalahan yang diajukan oleh guru melalui pemanggilan nomor secara acak.

Menurut Huda (2013 : 203) Tujuan dari NHT adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain untuk meningkatkan kerja sama siswa, NHT juga bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Kagan (1989) mengemukakan 4 cara menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT :

1) Guru membentuk siswa menjadi kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang dan masing-masing diberi nomor 1,2,3 atau 4


(25)

25 2) Guru memberikan pertanyaan

3) Guru menjelaskan kepada siswa untuk “put their heads together” atau dengan kata lain mengakat kepala mereka masing-masing untuk memastikan bahwa setiap individu dalam kelompok mengetahui jawabannya.

4) Guru memanggil nomor (1,2,3 atau 4) dan siswa dengan nomor yang sama dapat mengangkat tangan mereka untuk menjawab pertanyaan.

Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe NHT seperti dikemukakan oleh Agustin, Ariyanto, dan Sukmaantara (2013 : 203) antara lain :

1) Meningkatkan motivasi siswa 2) Meningkatkan ingatan siswa 3) Memajukan kompetisi yang positif

4) Memajukan diskusi setiap individu dan akuntabilitas kelompok

Selain memiliki kelebihan, pembelajaran kooperatif tipe NHT juga memiliki beberapa kelemahan (Agustin, Ariyanto, & Sukmaantara, 2013) antara lain : 1) Dalam Teknik NHT, pembagian kelompok harus sama, yang berarti bahwa

setiap kelompok terdiri dari achiever lebih tinggi, rata-rata dan berprestasi rendah. Oleh karena itu pembagian kelompok harus dilakukan oleh guru. Ada kemungkinan bahwa siswa menolak kelompok yang dibagi oleh guru.

2) Ada kemungkinan bahwa siswa mendengar atau mencontek dari kelompok lain. Untuk mengatasinya, guru akan mengatur jarak antara kelompok. Jika siswa menyontek dari kelompok lain, guru akan menghukum kelompok dengan tidak memberikan poin untuk kelompok meskipun jawaban kelompok benar.


(26)

26

Dari penjelasan para ahli mengenai pembelajaran kooperatif tipe NHT, dapat disimpulkan bahwa NHT (Number Head Together) adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif yang membentuk siswa untuk bekerja sama dalam sebuah kelompok belajar dengan anggota 3-4 orang, kemudian masing-masing anggota dalam kelompok tersebut diberi nomor dan memiliki kesempatan yang sama dalam memberikan jawaban atas persoalan yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa dituntut untuk dapat mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru karena pengambilan nomor untuk memberikan jawaban maupun presentasi dilakukan secara acak. Hal ini dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dan tidak ada siswa yang tidak bekerja dalam kelompok. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk menyampaikan jawaban mereka masing-masing.

4. Kemampuan Penalaran

Matematika merupakan suatu objek pembelajaran yang membutuhkan beberapa kemampuan untuk bisa menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan matematika itu sendiri. Kemampuan penalaran merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah matematika yang cukup sulit. Kemampuan ini diperlukan karena seperti yang dikemukakan oleh Sujono (dalam Fathani, 2009: 19) matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang eksak, terorganisasi secara sistematik, ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik, berhubungan dengan bilangan dan juga merupakan ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan.


(27)

27

Penalaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya proses mental dalam mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip. Penalaran mengacu pada kemampuan untuk mengenali dan memanipulasi sifat dari objek dan hubungan antara objek-objek (Mulligan, 2015).

Menurut Hartono (2013: 83) Penalaran merupakan suatu kemampuan bernalar yang prosesnya adalah dengan menyeleksi dan menganalisa informasi yang diterima hingga sampai pada sebuah kesimpulan yang sah berdasarkan data-data yang ada.

Gagne (dalam Lestari & Yudhanegara, 2015: 82) mengungkapkan bahwa penalaran matematis adalah kemampuan menganalisis, menggeneralisasi, mensintesis/mengintegrasikan, memberikan alasan yang tepat dan menyelesaikan masalah tidak rutin.

Ciri-ciri penalaran antara lain :

1) Adanya suatu pola pikir yang disebut logika 2) Proses berpikir bersifat analitik

Kemampuan penalaran meliputi :

1) Penalaran umum yang berhubungan dengan kemampuan untuk menemukan penyelesaian atau pemecahan masalah

2) Kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan menilai implikasi dari suatu argumentasi

3) Kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan, tidak hanya hubungan antara benda-benda tetapi juga hubungan antara ide-ide, dan kemudian


(28)

28

mempergunakan hubungan itu untuk memperoleh benda-benda atau ide-ide lain.

Kemampuan penalaran perlu dikuasai agar dapat bermanfaat dalam kehidupan nyata untuk menyelesaikan suatu persoalan. Kemampuan penalaran juga penting digunakan dan dikuasai pada pelajaran matematika untuk menyelesaikan permasalahan terkait dengan matematika. Salah satu kemampuan yang tercantum dalam Standar Isi Kurikulum 2013 (Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013) dan harus dikuasai yaitu menalar baik dalam ranah konkret maupun abstrak. Kemampuan penalaran dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kelompok yang menuntut kerjasama dengan cara exploratory talk(Webb & Treagust, 2006).

Melalui kemampuan penalaran, siswa diharapkan mampu untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang sulit dan membutuhkan penalaran yang tinggi dalam ranah konkret maupun abstrak, sehingga persoalan yang akan diselesaikan dapat mempunyai nilai kebermaknaan yang tinggi.

Enam indikator penalaran matematika menurut Wardhani (dalam Hartono, 2013: 84) :

1) Kemampuan mengajukan dugaan

2) Kemampuan melakukan manipulasi matematika

3) Kemampuan menarik kesimpulan, menyusun bukti serta memberikan alasan atau bukti dari suatu permasalahan matematika

4) Kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan. 5) Kemampuan memeriksa kebenaran suatu argumen

6) Kemampuan menentukan suatu pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi dan kesimpulan.


(29)

29

Sedangkan menurut Sumarmo (dalam Lestari & Yudhanegara, 2015: 82) indikator kemampuan penalaran matematis dibagi menjadi 9 indikator yaitu :

1) Menarik kesimpulan logis

2) Memberikan penjelasan dengan model, fakta, sifat-sifat, dan hubungan.

3) Memperkirakan jawaban dan proses solusi

4) Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi atau membuat analogi dan generalisasi

5) Menyusun dan menguji konjektur 6) Membuat counter example

7) Mengikuti aturan inferensi dan memeriksa validitas argumen 8) Menyusun argumen yang valid

9) Menyusun pembuktian langsung, tidak langsung, dan menggunakan induksi matematika.

Seseorang dikatakan memiliki kemampuan penalaran yang tinggi jika dapat menyelesaikan suatu permasalahan secara logis dan juga dapat menyampaikan atau memberi alasan maupun bukti terhadap solusi yang diberikan. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran adalah kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah dan merumuskan kesimpulan berdasarkan pernyataan-pernyataan yang ada. Indikator kemampuan penalaran matematis yang dapat disimpulkan berdasarkan uraian di atas yang disesuaikan dengan materi segiempat dan segitiga adalah sebagai berikut:

1) Mengolah informasi dan mengeksplorasi fakta dari suatu permasalahan segiempat dengan menyajikan pernyataan matematika secara tertulis maupun gambar.

2) Mengajukan dugaan dan kesimpulan dari suatu permasalahan segiempat. 3) Melakukan manipulasi dari sebuah pernyataan matematika mengenai


(30)

30

4) Menyusun bukti serta memberikan alasan terhadap solusi matematika mengenai segiempat maupun segitiga yang diajukan.

5) Memeriksa dan membuktikan kebenaran suatu pernyataan matematika mengenai segiempat maupun segitiga.

6) Menentukan dan membentuk suatu pola atau sifat dari suatu permasalahan matematika mengenai segiempat maupun segitiga untuk membuat generalisasi dan kesimpulan.

Indikator kemampuan penalaran yang telah disimpulkan tersebut digunakan sebagai acuan untuk membuat instrumen penelitian berupa kisi-kisi soal pretest dan posttest.

5. Perangkat Pembelajaran a. RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau biasa disingkat menjadi RPP adalah salah satu perangkat pembelajaran yang dibuat sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung. Menurut Nurdin & Andriantoni (2016: 94) RPP merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan di lakukan dalam pembelajaran dan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.

Pengertian RPP yang dikutip dari Daryanto (2014: 84) menyebutkan bahwa: Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.

Terdapat beberapa prinsip penyusunan RPP menurut Akbar (2013: 42) yaitu:


(31)

31

1) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik 2) Mendorong partisipasi aktif peserta didik

3) Mengembangkan budaya membaca dan menulis 4) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut 5) Keterkaitan dan keterpaduan

6) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi

RPP juga mempunyai dua fungsi dasar seperti disebutkan dalam Nurdin & Andriantoni (2016: 94) yaitu :

1) Fungsi perencanaan

Setiap akan melakukan pembelajaran, guru wajib memiliki persiapan baik tertulis maupun tidak tertulis. Rencana pelaksanaan pembelajaran dapat mendorong guru lebih siap membuat kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang.

2) Fungsi pelaksanaan

Rencana pelaksanaan pembelajaran berfungsi untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan. Kegiatan pembelajaran harus terorganisasi melalui serangkaian kegiatan tertentu dengan strategi yang tepat dan mumpuni.

Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses disebutkan bahwa setiap pendidik berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang


(32)

32

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik dengan strategi yang benar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Rencana pelaksanaan pembelajaran perlu dikembangkan guna menunjang kegiatan pembelajaran yang lebih baik. Menurut Nurdin & Andriantoni (2016: 95) pengembangan RPP harus memperhatikan perhatian dan karakteristik peserta didik terhadap materi standar yang dijadikan bahan kajian, guru tidak hanya sebagai transformator tetapi juga motivator yang memmbangkitkan keinginan belajar dan mendorong peserta didik untuk belajar dengan menggunakan variasi media, dan sumber belajar yang sesuai, serta menunjang pembentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan RPP menurut Nurdin & Andriantoni (2016: 96) yaitu :

a) Indikator kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas.

b) Kegiatan pembelajaran yang disusun dan dikembangkan dalam RPP harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi daasar, indikator dan tujuan pembelajaran yang akan diwujudkan.

c) Harus ada kesesuaian media dan sumber belajar yang dipilih dengan karakter indikator dan materi pokok yang ada.

d) Harus ada kesesuaian antara penilaian dalam RPP dengan komponen Inti. e) RPP harus sederhana dan fleksibel

f) RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh


(33)

33

Beberapa hal yang harus diketahui dalam pengembangan RPP, yang dikutip dari Daryanto (2014: 85) antara lain :

a) RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar.

b) Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis.

c) RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.

d) Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.

Komponen RPP menurut Daryanto (2014: 86) yang sesuai dengan kurikulum 2013 berisi tentang :

1) Identitas mata pelajaran 2) Kompetensi dasar

3) Indikator pencapaian kompetensi 4) Tujuan pembelajaran

5) Materi ajar 6) Alokasi waktu

7) Metode pembelajaran 8) Kegiatan pembelajaran 9) Penilaian hasil belajar 10) Sumber belajar

Menurut Sa’dun Akbar (2013: 143) langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam penyusunan RPP adalah sebagai berikut :


(34)

34

Pendahuluan berisi penyiapan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran, apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menjelaskan cakupan materi.

b) Kegiatan Inti

Kegiatan inti berisi proses pembelajaran atau pengalaman belajar untuk mencapai kompetensi dasar.

c) Kegiatan Penutup

Hal yang dilakukan dalam kegiatan penutup antara lain :

 Guru bersama peserta didik merangkum dan menyimpulkan.

 Guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan.

 Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.  Guru menyampaikan pesan moral, merencanakan kegiatan tindak lanjut,

dan menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya.

Kesimpulan yang bisa didapat dari pengertian RPP dan pengembangan RPP bahwasanya RPP merupakan suatu perencanaan yang dibuat oleh guru untuk memperkirakan apa yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. RPP juga perlu dikembangkan guna membantu guru untuk lebih mempersiapkan diri dan mempersiapkan materi yang akan digunakan ketika proses pembelajaran berlangsung. Kualitas RPP yang dikembangkan harus sesuai dengan indikator penilaian RPP yang berupa:


(35)

35

1) Kejelasan dan kelengkapan identitas RPP yang mencantumkan nama sekolah, identitas mata pelajaran, kelas, semester, topik mata pelajaran, alokasi waktu, dan tahun pelajaran.

2) Kelengkapan komponen RPP yang mencantumkan KI, KD, Indikator Pencapaian Kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, alat/media/sumber belajar, langkah kegiatan pembelajaran, dan penilaian hasil belajar.

3) Ketepatan alokasi waktu.

4) Kesesuaian rumusan indikator dan tujuan pembelajaran dengan KI, KD, indikator pencapaian kompetensi, dan penggunaan kata kerja operasional yang dapat diamati/diukur.

5) Kecakupan rumusan indikator dan tujuan pembelajaran. 6) Kesesuaian materi pembelajaran dengan tujuan pembelajaran.

7) Kesesuaian materi pembelajaran dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. 8) Sistematika materi pembelajaran.

9) Kesesuaian metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan karakteristik siswa.

10) Kesesuaian alat, media, dan sumber belajar dengan indikator, tujuan, materi, metode, dan karakteristik siswa.

11) Kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan metode maupun model pembelajaran


(36)

36

Indikator yang telah diuraikan di atas dapat digunakan sebagai acuan atau kisi-kisi dalam pembuatan instrumen penelitian yang berupa lembar penilaian dan validasi RPP yang nantinya divalidasi dan dinilai oleh validator. Lembar penilaian RPP digunakan untuk mengetahui kualitas dari RPP yang dikembangkan.

b. LKS

LKS atau Lembar Kegiatan Siswa merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang dapat berfungsi sebagai sumber belajar maupun media pembelajaran yang membantu siswa maupun guru dalam proses pembelajaran atau bisa juga diartikan lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik (Nurdin & Andriantoni, 2016: 111).

Menurut Abdul Majid (2007: 176), Lembar Kegiatan Siswa adalah lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Lembar Kegiatan Siswa yang dibuat harus sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.

Menurut Trianto (2010: 222), LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah, berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi.

Selanjutnya Trianto (2010: 223) mengemukakan bahwa LKS memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.


(37)

37

Tujuan LKS menurut Achmadi (dalam Nurdin & Andriantoni, 2016: 112) antara lain :

a) Mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. b) Membantu siswa mengembangkan konsep.

c) Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan keterampilan proses. d) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses kegiatan

pembelajaran.

e) Membantu siswa dalam memperoleh catatan materi yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran.

Prosedur penyusunan LKS yang dikutip dari Nurdin & Andriantoni (2016: 113) antara lain :

a) Menentukan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran untuk dimodifikasi ke bentuk pembelajaran dengan LKS.

b) Menentukan keterampilan proses terhadap kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran.

c) Menentukan kegiatan yang harus dilakukan siswa sesuai dengan kompetensi dasar indikator dan tujuan pembelajaran.

d) Menentukan alat, bahan dan sumber belajar.

e) Menemukan perolehan hasil sesuai tujuan pembelajaran.

Terdapat beberapa hal penting dalam pembuatan LKS menurut Nurdin & Andriantoni (2016: 116), antara lain:

a) Mempunyai tujuan yang ingin dicapai.

b) Tata letak harus dapat menunjukkan urutan kegiatan secara logis dan sistematis.


(38)

38

d) Gambar ilustrasi dan skema sebaiknya membantu peserta didik menunjukkan cara, menyusun, dan merangkai sehingga membantu anak didik berpikir kritis.

Menurut BSNP dalam Depdiknas (2007: 53) penyusunan LKS harus memenuhi beberapa aspek persyaratan antara lain:

1) Aspek kelayakan isi

Kelayakan isi dapat dilihat dari kesesuaian isi yang ada di dalam LKS dengan tujuan, indikator, KI, KD, materi pembelajaran, dan metode pembelajaran yang digunakan

2) Aspek penyajian materi/isi

Penyajian materi atau isi di dalam LKS harus sesuai dengan materi pelajaran yang hendak diberikan.

3) Aspek kebahasaan

Bahasa yang digunakan dalam LKS juga harus disesuaikan dengan karakteristik dan perkembangan kognitif siswa.

4) Aspek kegrafikaan

Aspek kegrafikaan dapat dilihat dari penampilan LKS yang dikembangkan harus menarik, inovatif, dan sesuai dengan materi, metode, maupun karakteristik siswa.

Dapat disimpulkan bahwa lembar kerja siswa merupakan bahan pembelajan berupa lembaran tugas maupun kegiatan yang perlu dikerjakan oleh peserta didik dan diharapkan mampu untuk digunakan peserta didik dalam meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotorik. LKS perlu untuk


(39)

39

dikembangkan dan dibuat inovasi sesuai dengan kurikulum, metode yang digunakan, dan juga karakteristik siswa. Adapun indikator untuk pengembangan LKS yang dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas yang sesuai dengan aspek kelayakan isi, penyajian materi, kebahasaan, dan kegrafikaan antara lain: 1) Tujuan pembelajaran dalam LKS harus sesuai dengan Indikator, KI dan KD. 2) Isi maupun kegiatan yang disajikan dalam LKS harus sesuai dengan tujuan,

materi pembelajaran, metode yang digunakan, dan dapat memfasilitasi siswa untuk menyelesaikan permasalahan.

3) Isi maupun kegiatan yang disajikan dalam LKS harus runtut, jelas, konsisten, mendorong siswa untuk menyelesaikan masalah, menganalisis, dan menyimpulkan penyelesaian masalah sesuai dengan materi pelajaran dan metode yang digunakan.

4) Bahasa yang digunakan dalam LKS harus jelas, mudah dimengerti, tidak menimbulkan salah tafsir, dan konsisten.

5) LKS yang disajikan harus menarik dengan desain yang sesuai dengan materi pelajaran, metode yang digunakan, dan karakteristik siswa.

Indikator pengembangan LKS yang disebutkan di atas dapat digunakan untuk membuat instrumen penelitian yang berupa kisi-kisi untuk lembar penilaian dan validasi LKS yang dinilai dan divalidasi oleh validator.

6. Topik Segiempat dan Segitiga

Penelitian ini akan dilakukan pada SMP Kelas VII Semester 2 dengan materi Segitiga Segiempat. Terdapat empat kompetensi dasar yang harus dicapai dalam materi Segitiga Segiempat yang termuat dalam Buku Guru dan Buku Siswa


(40)

40

revisi 2016. Kompetensi dasar yang pertama dan kedua adalah mengenai kompetensi pengetahuan, sedangkan yang ketiga dan keempat adalah kompetensi keterampilan. Kompetensi dasar pada materi segitiga segiempat adalah sebagai berikut:

3.14 Menganalisis berbagai bangun datar segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang) dan segitiga berdasarkan sisi, sudut, dan hubungan antar sisi dan antar sudut.

3.15 Menurunkan rumus untuk menentukan keliling dan luas segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang) dan segitiga.

4.14 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang) dan segitiga.

4.15 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan luas dan keliling segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang).

7. Perangkat Pembelajaran Geometri melalui Pembelajaran Kontekstual dengan Seting Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number Head Together) untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan, maka yang dimaksud dengan perangkat pembelajaran geometri melalui pembelajaran kontekstual dengan seting pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan kemampuan penalaran adalah suatu perangkat pembelajaran untuk memberikan pelajaran mengenai


(41)

41

materi geometri yaitu segitiga dan segiempat pada kelas VII SMP yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dikembangkan melalui pembelajaran kontekstual dengan setting pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa. RPP yang dikembangkan disesuaikan dengan komponen-komponen RPP dengan tahapan pembelajaran kontekstual dan NHT. Sementara itu LKS yang dikembangkan disesuaikan dengan syarat-syarat kelayakan isi, penyajian materi, kebahasaan dan kegrafikaan.

Langkah-langkah pembelajaran pada RPP meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup sesuai dengan tahapan pembelajaran kontekstual dengan seting pembelajaran kooperatif tipe NHT dijabarkan sebagai berikut:

1) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan disesuaikan dengan pembelajaran kontekstual dengan seting pembelajaran kooperatif tipe NHT, terdiri dari:

a) Relating

Kegiatan relating adalah kegiatan untuk mengaitkan materi pembelajaran dengan materi yang sudah dipelajari oleh siswa dan contohnya dalam kehidupan nyata. Dibagi menjadi beberapa kegiatan sebagai berikut:

a. Pemberian Apersepsi

Guru memberikan apersepsi kepada siswa berupa pertanyaan-pertanyaan untuk mengingat kembali materi prasyarat yang berkaitan dengan materi baru yang akan dipelajari. Secara individu siswa dapat menganalisis materi-materi prasyarat yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.


(42)

42 b. Motivasi

Guru memberikan motivasi kepada siswa berupa pengalaman belajar yang akan diperoleh siswa dengan mengaitkan materi pelajaran dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari.

c. Tujuan pembelajaran

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai berkaitan dengan materi sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dicapai.

b) Cooperating

Guru membentuk siswa ke dalam beberapa kelompok dengan anggota 3-4 orang. Pembentukan kelompok dilakukan sesuai dengan langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu guru meminta setiap siswa dari setiap kelompok untuk mengambil nomor dari 1-4.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti dalam pembelajaran kontekstual dengan seting pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut:

a. Experiencing

Guru memberikan beberapa permasalahan nyata yang berkaitan dengan materi dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi sebelum LKS diberikan.

b. Applying

Kegiatan Applying dilakukan dengan pemberian LKS kepada siswa. Masing-masing kelompok diminta untuk mengerjakan LKS sesuai dengan petunjuk


(43)

43

dan bimbingan dari guru. Secara berkelompok siswa menganalisis, menyelesaikan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam LKS, dan membuat kesimpulan mengenai apa yang telah dikerjakan. Setiap siswa harus mengetahui jawaban dari kegiatan yang terdapat dalam LKS dan mampu untuk memberikan kesimpulan dengan bahasa sendiri.

c. Transferring

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil diskusi. Sesuai dengan tahapan NHT, guru memastikan semua siswa mengetahui penyelesaian masalah yang ada di LKS dengan meminta semua siswa mengangkat kepala mereka (put their head together) dan mengambil salah satu nomor yaitu antara 1-4, kemudian nomor sesuai dengan nomor yang terambil, maka setiap siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor tersebut yang harus menyampaikan hasil diskusi dan kesimpulan yang didapat dari pengerjaan LKS ke depan kelas.

3) Kegiatan Penutup

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari, kemudian bersama-sama menyamakan persepsi dan memberikan pekerjaan rumah atau menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

Sintaks atau langkah-langkah mengerjakan kegiatan di LKS, dijabarkan sebagai berikut:


(44)

44 1) Kegiatan Cooperating

Siswa berkelompok sesuai dengan pembagian kelompok yang dilakukan oleh guru. Sebelum memulai pengerjaan LKS, siswa diminta untuk mengambil nomor dari 1-4 yang nantinya digunakan untuk kegiatan presentasi atau penyampaian hasil diskusi. Siswa menuliskan nama anggota kelompok pada kolom yang tertera pada LKS.

2) Kegiatan relating

Secara berkelompok siswa menyelesaikan kegiatan “relating” yang terdapat pada LKS berisi pertanyaan yang berkaitan dengan materi sebelumnya. Siswa mengingat kembali materi yang pernah diajarkan, bertukar pendapat dengan anggota kelompok, dan menuliskan jawaban yang telah didiskusikan ke dalam LKS.

3) Kegitan experiencing

Siswa menyelesaikan kegiatan “experiencing” yang terdapat pada LKS dengan kelompoknya masing-masing, mengumpulkan informasi dari kegiatan tersebut, mengajukan dugaan, memberikan penjelasan dengan model maupun sifat dan mendiskusikan hasil pemikiran individu dengan teman satu kelompok, kemudian menuliskan hasil diskusi dalam LKS.

4) Kegiatan applying

Setiap siswa memahami, memberikan bukti maupun alasan, dan menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam kegiatan “applying” yang kemudian didiskusikan dalam kelompok dan menuliskan hasil diskusi ke


(45)

45

dalam LKS. Setiap siswa harus mengetahui jawaban maupun hasil diskusi dari kegiatan yang ada di LKS.

5) Kegiatan transferring

Siswa menyelesaikan kegiatan yang terdapat dalam LKS, menyamakan pendapat dari hasil pemikiran masing-masing kemudian berdiskusi untuk mendapatkan kesimpulan dari penyelesaian kegiatan di LKS. Guru memastikan semua siswa mengetahui penyelesaian masalah yang ada di LKS dengan meminta semua siswa mengangkat kepala mereka (put their head together)dan mengambil nomor secara acak antara 1-4, kemudian siswa yang nomornya terambil menyampaikan hasil diskusi dan memberikan kesimpulan dari kegiatan LKS yang telah mereka kerjakan di depan kelas.

Perangkat pembelajaran geometri yang dikembangkan melalui pembelajaran kontekstual dengan setting pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) diharapkan mampu untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa pada materi segitiga dan segiempat.

8. Kriteria Kualitas Produk

Kualitas produk atau hasil pengembangan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam suatu penelitian dan pengembangan. Kriteria kualitas suatu produk menurut Rochmad (2012: 68) ditinjau melalui tiga aspek, yaitu:

a. Kevalidan

Aspek kevalidan merupakan kesesuaian pengembangan perangkat pembelajaran dengan teoritiknya dan konsistensi internal pada setiap komponennya. Menurut Nieveen (dalam Rochmad, 2012: 69) validitas dapat


(46)

46

dilihat dari kesesuaian dan konsistensi komponen perangkat pembelajaran dengan kurikulum atau model pembelajaran. Perangkat pembelajaran dikatakan valid jika berdasarkan teori yang memadai dan semua komponen berhubungan secara konsisten. Indikator yang digunakan untuk menyatakan bahwa model pembelajaran valid sebagai berikut:

1) Validitas isi, yaitu menunjukkan bahwa perangkat yang dikembangkan berdasarkan kurikulum, metode pembelajaran yang digunakan, dan kemampuan yang ditingkatkan.

2) Validitas konstruk, yaitu mengukur komponen perangkat sesuai dan berkaitan satu sama lain.

Pada penelitian ini, tingkat kevalidan ditentukan oleh penilaian ahli atau validator yaitu dosen ahli dan guru matematika. Instrumen yang divalidasi adalah lembar penilaian perangkat pembelajaran berupa lembar penilaian RPP dan lembar penilaian LKS. Lembar penilaian tersebut divalidasi terlebih dahulu kemudian perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dinilai oleh validator. Perangkat pembelajaran dikatakan valid apabila memenuhi kriteria sekurang-kurangnya Baik/Valid.

b. Kepraktisan

Indikator untuk menyatakan keterlaksanaan perangkat pembelajaran dikatakan baik adalah dengan melihat komponen-komponen dilaksanakan dengan tepat oleh guru di kelas. Berkaitan dengan kepraktisan ditinjau dari apakah guru dapat melaksanakan pembelajaran di kelas, pengamat atau observer bertugas untuk mengamati aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan peneliti


(47)

47

juga harus mengetahui respon siswa terkait dengan perangkat pembelajaran di kelas. Kepraktisan perangkat pembelajaran diperoleh dari hasil angket respon siswa dan lembar observasi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran. Angket respon siswa dibuat untuk mengetahui respon siswa terhadap LKS yang dikembangkan apakah sesuai dengan aspek kelayakan isi, penyajian materi, kebahasaan dan kegrafikaan. Sedangkan lembar observasi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dibuat untuk mengetahui apakah kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan RPP yang dikembangkan. Perangkat pembelajaran dikatakan praktis apabila memenuhi kriteria sekurang-kurangnya baik/praktis ditinjau dari angket respon siswa (lampiran B.11) dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran (lampiran B.12).

c. Keefektifan

Indikator untuk menyatakan bahwa keterlaksanaan perangkat pembelajaran dikatakan efektif apabila dilihat dari komponen-komponen yang ditentukan. Keefektifan perangkat pembelajaran diperoleh dari hasil tes kemampuan penalaran dan dikatakan efektif jika dapat membantu mencapai kompetensi yang ditentukan atau memenuhi kriteria sekurang-kurangnya baik/efektif.

B. Kerangka Berpikir

Salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dari jenjang SD hingga Sekolah Menengah Atas/Kejuruan adalah matematika. Matematika merupakan mata pelajaran yang digunakan untuk meningkatkan berbagai kemampuan salah satunya adalah kemampuan penalaran matematis siswa.


(48)

48

Kemampuan penalaran adalah salah satu kemampuan untuk merumuskan kesimpulan berdasarkan pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan. Seseorang dikatakan memiliki kemampuan penalaran yang tinggi jika dapat menyelesaikan suatu permasalahan secara logis dan juga dapat menyampaikan atau memberi alasan maupun bukti terhadap solusi yang diberikan. Untuk dapat meningkatkan kemampuan penalaran dibutuhkan strategi dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dilakukan supaya tujuan dari kegiatan pembelajaran dan tujuan untuk meningkatkan kemampuan penalaran dapat tercapai. Kegiatan maupun strategi pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik siswa. Guru harus memfasilitasi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Salah satu strategi untuk mencapai tujuan itu adalah dengan mengembangkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS. Melalui RPP, guru dapat merancang dan mempersiapkan pembelajaran. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru dapat memfasilitasi siswa dengan LKS. LKS yang dibuat oleh guru harus berisi tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh peserta didik untuk memperoleh pengetahuannya. Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran geometri berupa RPP dan LKS melalui pembelajaran kontekstual dengan seting pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pembelajaran kontekstual menggunakan konteks yang akan dihubungkan dengan masalah nyata sebagai materi belajar untuk melatih siswa agar memiliki kemampuan matematis salah satunya adalah kemampuan penalaran.


(49)

49

Bagan alur kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai berikut:

Siswa mengalami kesulitan dalam penalaran dan

kemampuan penalaran siswa masih kurang

Pembelajaran Matematika di SMP N 2 Muntilan

Tujuan Upaya yang dilakukan Akibat

Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Berpikir Guru belum menggunakan

pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang tersedia masih terbatas

Kendala yang ditemukan

Dapat meningkatkan kemampuan penalaran Mengembangkan perangkat

pembelajaran geometri berupa RPP dan LKS melalui pembelajaran kontekstual dengan seting pembelajaran Kooperatif tipe NHT pada materi segitiga segiempat kelas VII SMP


(50)

50 C. Penelitian yang Relevan

Terdapat penelitian lain yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan, hasil penelitian tersebut akan digunakan sebagai bahan pengembangan untuk kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan.

Penelitian Yeni Fitriah (2014) tentang pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan problem solving dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi bangun ruang sisi datar untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah untuk siswa SMP. Berdasarkan hasil penelitiannya disimpulkan bahwa:

1) RPP dan LKS yang dikembangkan dengan pendekatan problem solving dan model pembelajaran NHT valid dengan kriteria sangat baik.

2) RPP dan LKS yang dikembangkan praktis ditinjau dari angket respon siswa dan observasi pembelajaran dengan kriteria sangat baik.

3) RPP dan LKS yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Penelitian lain yang relevan adalah penelitian oleh Venti Indiani (2015) tentang pengembangan perangkat pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) pada materi barisan dan deret untuk siswa SMA Kelas X dengan hasil sebagai berikut:

1) RPP dan LKS yang dikembangkan menggunakan CTL memenuhi kriteria sangat valid.

2) RPP dan LKS yang dikembangkan memenuhi kriteria sangat praktis. 3) RPP dan LKS yang dikembangkan memenuhi kriteria sangat efektif.


(51)

51 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan pengembangan (Research and Development). Research and Development (R&D) merupakan salah satu jenis penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2007: 297). Dikatakan pengembangan karena penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu produk. Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah suatu perangkat pembelajaran geometri berupa RPP dan LKS melalui pembelajaran kontekstual dengan seting pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi Segitiga Segiempat untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa SMP Kelas VII. Penelitian pengembangan ini juga bertujuan untuk mengetahui kualitas dari perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian R&D ini adalah menggunakan model ADDIE (Analyze, Design, Develop, Implement, Evaluate). Desain penelitian ADDIE berlandaskan pendekatan sistem. Model ADDIE sendiri terdiri dari beberapa kata yaitu:

Analyze yang berarti menganalisi kebutuhan, peserta didik, dan seterusnya.  Design yang berarti mendesain rumusan kompetensi maupun strategi.  Develop yang berarti mengembangkan materi ajar, media, dan seterusnya.


(52)

52

Implement yang berarti melaksanakan tatap muka, asesmen, dan seterusnya.  Evaluate yang berarti menilai program pembelajaran dan perbaikan.

Model ADDIE dikembangkan oleh Dick and Carry untuk merancang sistem pembelajaran. Tahapan pengembangan menggunakan model ADDIE menurut Mulyatiningsih (2012: 183-186) sebagai berikut:

1. Analyze (Analisis)

Tahap analisis berguna untuk mengetahui kebutuhan yang akan menghasilkan sebuah produk yang berkualitas. Tahap analisis dalam penelitian ini dilakukan terhadap perlunya pengembangan perangkat pembelajaran geometri melalui pembelajaran kontekstual dengan seting pembelajaran kooperatif tipe NHT. Tahap analisis terdiri dari analisis kebutuhan, analisis karakteristik siswa, dan analisis kurikulum.

a. Analisis kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui berbagai masalah dalam pembelajaran matematika yang ada di sekolah terutama pembelajaran geometri pada materi segitiga segiempat pada siswa kelas VII SMP. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi ketersediaan dan keadaan perangkat pembelajaran yang mendukung kegiatan pembelajaran.

b. Analisis karakteristik siswa

Analisis karakterisitik siswa dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik siswa dan perangkat pembelajaran yang sesuai yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.


(53)

53 c. Analisis kurikulum

Analisis kurikulum dilakukan untuk mengidentifikasi kompetensi yang menjadi masalah siswa dalam kegiatan pembelajaran. Analisis dilakukan dengan mengkaji kompetensi pencapaian pada kurikulum yang sedang digunakan.

2. Design (perancangan)

Tahap perancangan dilakukan dengan menyusun rancangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang telah diuraikan. Pada tahap perancangan akan dilakukan penyusunan rancangan instrumen untuk menilai kualitas perangkat pembelajaran berupa lembar penilaian perangkat pembelajaran, angket respon siswa, lembar keterlaksanaan kegiatan pembelajaran, dan soal tes kemampuan penalaran yang berupa soal Pretest dan Posttest.

3. Develop (Pengembangan)

Pengembangan dilakuakan dengan beberapa kegiatan yang meliputi: a. Pengembangan dan validasi perangkat pembelajaran

Pengembangan perangkat pembelajaran dilakukan berdasarkan rancangan awal yang telah disusun dan menghasilkan produk berupa RPP dan LKS pada materi segitiga segiempat melalui pembelajaran kontekstual dengan seting pembelajaran kooperatif tipe NHT. Produk awal perangkat dikonsultasikan kepada dosen pembimbing kemudian divalidasi oleh dosen ahli dan guru matematika SMP Kelas VII. Validasi dilakukan untuk mengetahui kualitas


(54)

54

dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan lembar penilaian RPP dan LKS.

b. Pengembangan dan validasi instrumen penelitian

Pengembangan instrumen dalam penelitian ini adalah berupa lembar penilaian perangkat pembelajaran, angket respon siswa, lembar observasi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dan soal kemampuan penalaran. Sebelum digunakan untuk mengukur kualitas perangkat pembelajaran, instrumen dikonsultasikan kepada dosen pembimbing yang selanjutnya divalidasi oleh dosen ahli dan guru matematika.

c. Revisi perangkat pembelajaran berdasarkan hasil validasi

Perangkat pembelajaran yang sudah divalidasi oleh validator kemudian direvisi dan diperbaiki sesuai dengan masukan maupun saran yang telah diberikan.

4. Implement (Implementasi)

Perangkat pembelajaran yang telah divalidasi dan dikatakan valid, maka dapat diujicobakan kepada subjek penelitian yang telah ditentukan. Tahap implementasi dilakukan untuk memperoleh data kualitas perangkat pembelajaran berdasarkan aspek kepraktisan dan keefektifan. Kepraktisan diketahui dari angket respon siswa dan hasil observasi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran. Keefektifan diketahui dar hasil tes kemampuan penalaran.

5. Evaluate (Evaluasi)

Tahap evaluasi dilakukan untuk mengetahui kevalidan, keefektifan, dan kepraktisan perangkat pembelajaran yang dihasilkan.


(55)

55 C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Muntilan, Magelang tahun ajaran 2016/2017.

D. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran geometri berupa RPP dan LKS melalui pembelajaran kontekstual dengan seting pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi Segitiga Segiempat untuk siswa kelas VII SMP semester genap.

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Muntilan, Magelang. Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2016/2017 pada bulan Mei.

F. Spesifikasi Produk

Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini berupa RPP dan LKS. Adapun sesifikasi RPP dan LKS yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut: 1. Spesifikasi RPP

a. RPP dirancang melalui pembelajaran kontekstual dengan seting pembelajaran kooperatif tipe NHT.

b. Kegiatan pembelajaran dalam RPP disesuaikan dengan LKS yang digunakan yaitu dengan pembelajaran kontekstual.


(56)

56

c. RPP memuat karakter yang diharapkan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

d. Alokasi waktu dalam RPP disesuaikan dengan pembelajaran menggunakan LKS yang dikembangkan.

2. Spesifikasi LKS

a. LKS memuat kegiatan pembelajaran materi segitiga segiempat yang disesuaikan dengan RPP yang dikembangkan.

b. Di dalam LKS terdapat aktivitas diskusi kelompok sesuai dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT.

c. Di dalam LKS terdapat beberapa kegiatan yang dihubungkan dengan masalah nyata dalam menyelesaikan suatu persoalan.

d. Di dalam LKS terdapat ruang yang memberikan fasilitas kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi yang telah mereka laksanakan.

e. LKS didesain dengan gambar yang membuat tampilan menjadi lebih menarik sehingga pembelajaran materi segitiga segiempat juga lebih mudah dipahami. G. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar penilaian perangkat pembelajaran, angket respon siswa, lembar observasi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran, dan tes kemampuan penalaran siswa. Penjelasan dari masing-masing instrumen adalah sebagai berikut:


(57)

57 1. Lembar Penilaian Perangkat Pembelajaran

Lembar penilaian perangkat pembelajaran digunakan untuk mengukur kevalidan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Lembar penilaian diisi oleh dosen ahli dan guru matematika.

Lembar penilaian perangkat pembelajaran menggunakan skala likert 1-5 dengan kriteria Sangat Kurang (SK), Kurang (K), Cukup (C), Baik (B), Sangat Baik (SB). Dasar penyusunan lembar penelitian ini mengacu pada lembar penilaian yang disusun oleh Hasnan Aufika (2015) yang telah dinyatakan valid dan layak. Lembar penilaian perangkat pembelajaran dibagi menjadi dua, yaitu: a. Lembar penilaian RPP

Lembar penilaian RPP digunakan untuk mengetahui kevalidan dari RPP yang dikembangkan. Penilaian dilakukan oleh dosen ahli dan guru matematika. Penyusunan lembar penilaian didasarkan pada prinsip dan komponen RPP. b. Lembar penilaian LKS

Lembar penilaian LKS digunakan untuk mengetahui kevalidan dari LKS yang dikembangkan berdasarkan aspek kelayakan isi, penyajian materi, kebahasaan, dan kegrafikaan. Penilaian dilakukan oleh dosen ahli dan guru matematika.

2. Angket Respon Siswa

Angket respon siswa digunakan untuk memperoleh data mengenai respon siswa terhadap kepraktisan LKS yang dikembangkan dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Kepraktisan LKS ditinjau dari kelayakan isi, penyajian materi, kelayakan bahasa, dan kegrafikaan. Angket respon siswa menggunakan


(1)

38 Menentukan dan memahami Keliling dan Luas Segitiga

Perhatikan segitiga sembarang di bawah ini :

Jika diketahui panjang sisi segitiga ABC adalah a ,b, dan c, maka bagaimana cara mengukur keliling segitiga ABC tersebut?

KEGIATAN 4.1

Petunjuk :

1. Kerjakan setiap kegiatan dan pertanyaan sesuai dengan langkah-langkah maupun petunjuk yang ada pada LKS ini.

2. Tulis jawaban pada kolom jawaban yang telah disediakan.

3. Setiap anggota kelompok wajib untuk memahami dan berkesempatan untuk menjelaskan di depan kelas.

4. Jika mengalami kesulitan, bertanyalah kepada guru.

5. Kerjakan secara berkelompok dengan sungguh-sungguh dan bertanggungjawab.

Keliling Segitiga

Menjumlahkan ketiga sisi-sisinya

Kesimpulan

Keliling segitiga dapat ditentukan dengan cara menjumlahkan ketiga sisi-sisinya.

Relating &


(2)

39 Perhatikan permasalahan berikut !

Sumber Kemendikbud

Seorang nelayan ingin mengganti layar perahunya dengan jenis kain yang lebih tebal agar mampu menahan angin. Bahan kain yang tersedia berbentuk persegi dengan ukuran panjang 10 m. Sesuai ukuran kayu penyangga kain layar perahu sebelumnya, nelayan tersebut harus memotong bahan kain layar dari mulai titik tengah salah satu sisi kain menuju dua titik sudut permukaan kain tersebut. berapa luas permukaan layar perahu yang tersisa? Berapa luas kain yang tersisa? (Kelas VII Matematika Buku Siswa Semester 2 revisi 2016)

Sebelum menjawab pertanyaaan tersebut, kalian harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana mengukur segitiga.

Perhatikan gambar persegi panjang ABCD di bawah ini !

Jawablah pertanyaan di bawah ini :

a. Jika diketahui panjang segiempat adalah p dan lebarnya l, maka berapa luas persegi panjang tersebut?


(3)

40 b. Perhatikan diagonal persegi panjang tersebut, apakah membentuk

segitiga?

c. Bangun ADC merupakan bangun apa?

d. Apakah bangun ADC merupakan setengah dari persegi panjang ABCD?

e. Berapa luas dari bangun ADC?

f. Jika dalam segitiga terdapat alas dan tinggi, maka bagaimana hubungannya dengan panjang dan lebar pada persegi panjang?

Menyelesaikan masalah keliling dan luas segitiga Jawablah permasalahan di bawah ini !

Applying &

Treansferring

Kesimpulan

Jika alas segitiga adalah a dan tinggi segitiga adalah t, maka rumus luas segitiga adalah,

L = ½ x a x t

Luas persegi panjang = p x l

Ya

Segitiga siku-siku

Ya

Luas ADC = ½ x p x l

Panjang = alas, lebar = tinggi


(4)

41 1. Apabila diketahui sisi-sisi segitiga ABC adalah 2x cm, 3x cm, dan 4x cm

serta keliling segitiga ABC adalah 18 cm, tentukan nilai x dan panjang ketiga sisi segitiga ABC tersebut !

2. Sebuah segitiga sama kaki mempunyai keliling 160 cm. Bila panjang sisi yang tidak sama panjang dari segitiga itu adalah 40 cm, berapakah panjang sisi lainnya?

Diketahui :

- Sisi-sisi segitiga 2x, 3x, dan 4x - Keliling = 18

Ditanya : nilai x dan panjang ketiga sisi segitiga ABC Jawab :

- Keliling = 2x + 3x + 4x = 9x - 18 = 9x

- x = 18 : 9 = 2

- sisi-sisi segitiga tersebut adalah 4, 6 dan 8

Diketahui :

- Segitiga sama kaki dengan keliling 160 cm - Sisi yang tidak sama panjang 40 cm Tanya : berapa panjang sisi lainnya? Jawab : a = b

K = a + b + c 160 = 2a + 40 120 = 2a a = 60

jadi panjang sisi lainnya adalah 60 cm

A B

C

a b


(5)

42 3. Segitiga ABC mempunyai titik-titik sudut A(-1,1), B(3,2), dan C(-1,4).

a. Gambarkan segitiga ABC pada bidang koordinat !

b. Berapa luas segitiga ABC?

Diketahui :

- Alas = 3 satuan - Tinggi = 4 satuan Tanya : Luas segitiga Jawab : L = ½ x a x t

L = ½ x 3 x 4 L = 6 satuan


(6)

43 4. Luas sebuah segitiga adalah 35 cm2 dan alasnya 10 cm. Tentukan tinggi

segitiga tersebut !

5. Segitiga siku-siku sama kaki mempunyai luas 32 cm2. Berapa panjang sisi siku-siku tersebut?

Diketahui : - L = 35 cm2 - a = 10 cm tanya : tinggi ? Jawab : L = ½ x a x t

35 = ½ x 10 x t 35 = 5 x t t = 7 cm

jadi, tinggi segitiga tersebut adalah 7 cm

Diketahui :

- Segitiga siku-siku sama kaki dengan Luas 32 cm2 Tanya : panjang sisi siku-siku?

Jawab :

L = ½ a x t ; a = t 32 = ½ x a x a 32 = ½ x a2 a2 = 64 a = 8


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE NHT PADA SISWA KELAS VII SMPN 18 MALANG

0 15 16

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Pengaruh strategi pemecahan masalah “ideal” dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa

1 10 208

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DI SMP KELAS VIII.

0 1 41

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 10 Surakarta).

0 1 10

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BEKERJASAMA SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS.

0 2 16

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK.

0 0 33

Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah untuk Siswa SMP.

0 2 508

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) - HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DI KELAS VII SMP NEGERI KECAMATAN SEBERANG ULU 1 PALEMBANG -

0 1 63