RESIKO EKONOMI SPEKULATIF BIDANG PERDAGA

MANAJEMEN RESIKO

Resiko Ekonomi Spekulatif Bidang
Perdagangan/Bisnis

FAK. EKONOMI,
MANAJEMEN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
T.A. 2015/2016

FRENKY ADRIANTO (01011281320060)

RESIKO EKONOMI SPEKULATIF BIDANG PERDAGANGAN

1. Penggolongan Resiko Bisnis Perdagangan
Resiko bisnis perdagangan adalah resiko dalam kegiatan membeli atau
menjual suatu aktiva sehingga diperoleh hasil berupa laba atau rugi. Jenis kegiatan
yang mempunyai resiko ekonomi spekulatif bidang bisnis adalah sebagai berikut
A. Resiko Spekulatif Bisnis Perusahaan Dagang
B. Resiko Spekulatif Bisnis Perdagangan Valuta Asing
C. Resiko Spekulatif Bisnis Perdagangan Berjangka

D. Resiko Spekulatif Bisnis Perdagangan Perusahaan Multinasional

2. Resiko Spekulatif Bisnis Perusahaan Dagang
Resiko untuk memperoleh laba atau rugi dalam kativitas perdagangan
perusahaan lokal ditentukan oleh dua faktor, yaitu total hasil penjualan dan total
biaya operasi perusahaan.
Pengukuran terhadap resiko spekulatif bisnis perdagangan dapat dilakukan
dengan dua metode analisis berikut :
1. Metode analisis Break Even Point (BEP)
2. Metode analisis Total Leverage

2.1. Metode Anslisis Break Even Point
BEP menyatakansuatu keadaan dimana total hasil penjualan bersih sama
dengan biaya-biaya untuk menghasilkan penjualan tersebut. Metode BEP dapat
dihitung dengan dua cara, yaitu dengan perhitungan matematis dan dengan
metode grafik.
Menghitung BEP secara matematis dapat dilakukan dengan cara berikut
a. Perhitungan BEP berdasarkan Unit Penjualan :
BEPQ =


FC
P−V

dimana : FC = Fixed Cost

S = Price per
Unit

V = Variable Cost per Unit

b. Perhitungan BEP berdasarkan Nilai Rupiah :
BEP =

FC
VC
1−
S

dimana : FC = Total Fixed Cost
VC = Total Variable Cost

S = Total Sales

Analisis BEP untuk mengukur tingkat penjulan yang dibutuhkan agar bisa
menutupi semua biaya operasi perusahaan, baik yang berupa biaya tetap maupun
biaya variabel. Jika tingkat penjualan berada di bawah BEP, berarti perusahaan
mengalami kerugian karena tingkat penjualan tidak dapat menutupi biaya-biaya
operasinya. Sebaliknya, jika penjualan berada diatas BEP maka perusahaan akan
memperoleh laba.
Metode kedua adalah menganalisa BEP dengan menggunakan grafik, yang
tersusun dari empat unsur (Fixed Cost, Variable Cost, Total Cost, Total Sales) yang
akan membentuk titik BEP. Grafik yang dihasilkan sebagai berikut :
Rupiah
Total Sales

Profit
BEP

Total Cost
Variable Cost


Loss
Fixed Cost
Quantity
Titik potong antara Total Cost dan Total Sales merupakan titik yang
menyatakan BEP, artnya pada saat kedua garis tersebut berpotongan besarnya
total cost akan sama dengan total revenue. Sementara itu pada saat garis total
sales berada di atas garis total cost, artinya nilai penjualan lebih besar daripada
total biaya yang dikeluarkan, sehingga perusahaan memperoleh profit. Pada kondisi

sebaliknya, (garis total cost berada di atas garis total sales) perusahaan akan
mengalami kerugian/loss.

2.2. Metode Analisis Total Leverage
Leverage merupakan penggunaan aktiva ataupun sumber dana yang
menyebabkan perusahaan harus menanggung sejumlah aktiva tetap atas
penggunaan aktiva atau dana tersebut, dengan tujuan memperbesar tingkat
pendapatan bagi perusahaan.
Tingkat leverage yang tinggi akan memperbesar resiko/tingkat ketidakpastian
dari penghasilan yang akan diperoleh, namun disaat bersamaan juga akan
memperbesar jumlah pendapatan yang mungkin diperoleh perusahaan.

Leverage dibagi menjadi 3 jenis sebagai berikut :
a. Operating leverage
b. Financial leverage
c. Total leverage
Ketiga jenis leverage tersebut dapat dihitung secara statis maupun dinamis.

a. Pengukuran Leverage Secara Statis
Analisis leverage statis merupakan penilaian leverage untuk satu waktu
tertentu saja.

Operating Leverage Statis =

EBIT
Net Sales

Pengukuran ini untuk mengetahui seberapa besar tingkat keuntungan operasi
yang diperoleh dari seluruh penjualan bersih selama setahun.

Financial Leverage Statis =


EAT : Jumlah Saham
EBIT

Pengukuran ini untuk mengetahui seberapa besar laba per lembar saham
yang dapat diberikan oleh EBIT yang dihasilkan perusahaan selama setahun.

Total Leverage Statis = Operating Leverage x Financial Leverage

Pengukuran ini untuk mengetahui seberapa besar laba per lembaryang akan
diperoleh investor yang memiliki saham di perusahaan tersebut sebagai hasil dari
penjualan bersih yang diperoleh selama setahun.

b. Pengukuran Leverage secara Dinamis
Pengukuran secara dinamis bertujuan mengetahui perkembangan leverage
dari suatu periode waktu ke periode waktu berikutnya melalui persentase
perubahan yang terjadi.

Degree of Operating Leverage = % perubahan EBIT : % perubahan penjualan
DOL menggambarkan keadaan dimana perusahaan menunjukkan
kemampuan untuk menutupi biaya operasinya, sehingga tingkat BEP perusahaan

menjadi bertambah besar.

Degree of Financial Leverage = % perubahan EPS : % perubahan EBIT
Financial leverage bergerak dua arah, yaitu meperbesar pengaruh terhadap
perubahan EBIT, dan mempengaruhi EPS. Hal ini karena adanya kewajiban
keuangan untuk membayar biaya tetap beupa bunga atas utang dan pembayaran
dividen saham preferen. Tingginya DFL adalah akibat dari besarnya kewajiban
finansial perusahaan sehingga menyebabkan semakin tingginya reiko keuangan
perusahaan.

Degree of Total Leverage = DOL x DFL
Besarnya DFL menunjukkan tingginya resiko peeusahaan akibat tingginya
biaya tetap operasional maupun biaya keuangan. Karena merupakan gabungan dari
DOL dan DFL, , DTL mencerminkan total resiko yang dikaitkan dengan kemampuan
perusahaan dalam menutupi biaya operasi dan biaya keuangannya.

3. Resiko Spekulatif Perdagangan Valuta Asing
Perdagangan valuta asing merupakan pertukaran suatu mata uang asing
dengan mata uang negara lainnya dengan kurs tertentu dalam suatu pasar valas.
Transaksi atas valuta asing dapat menerikan keuntungan atau kerugian fiansial bagi

pihak investor baik institusi maupun individu.
Pasar valuta asing merupakan pasar yang memperdagangkan mata uang
asing dan merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli valuta asing. Ada
dua tingkat pasar valas, yang pertama adalah pasar dimana individu maupun
lembaga keuangan membeli atau menjual valuta asing kepada bank. Apabila bank
tidak memiliki valuta asing yang diinginkan, maka bank akan memasuki pasar

Interbank. Pasar yang kedua adalah pasar Interbank, yaitu pembelian dan penjualan
valuta asing antar bank, baik dengan bank lain di dalam negeri maupun dengan
bank lain secara internasional. Pasar Interbak melakukan transaksi dalam jumlah
yang besar.
Transaksi pada pasar valuta asing dibagi menjadi dua jenis :
1. Transaksi spot, adalah jual beli valuta asing yang disertai kewajiban bagi pihak
pembeli dan penjual untuk saling menyerahkan mata uangnya dalam kurun waktu
maksimum dua hari kerja setelah terjadinya kontrak. Tanggal dimana dua mata
uang saling diserahterimakan-yaitu dua hari kerja setelah tanggal kontrak,
dinamakan value spot. Meskipun jangka waktu yang standar adalah dua hari, serah
terima spot dapat pula dituntaskan pada tanggal kontrak, atau satu hari setelah
tanggal kontrak.
2. Transaksi forward, adalah jual beli valuta asing yang disertai kewajiban bagi pihak

pembeli dan penjual untuk saling menyerahkan mata uangnya pada tanggal
tertentu di masa yang akan datang. Nilai kurs yang ditetapkan pada saat kontrak
disetujui. Jangka waktu kontrak bervariasi, mulai dari dua minggu hingga satu tahu.
Para pelaku di pasar valas juga dapat melakukan arbitrase, yaitu membeli
valas kemudian menjualnya kembali di pasar yang berbeda. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan keuntungan dari selisih harga jual dan harga beli. Ada 3 jenis
arbitrase internasional, yaitu :
a. Arbitrase lokasi, terjadi apabila kurs berbeda antar lokasi di suatu pasar
valas.
b. Arbitrase segitiga, terjadi apabila terdapat perbedaan kurs pada tiga
tempat yang berbeda.
c. Arbitrase suku bunga, yaitu mencoba mendapatkan keuntungan lewat
perbedaan suku bunga yang ada di dua negara.

3.1. Mengantisipasi Resiko Bisnis Valuta Asing
Beberapa alat yang berguna untuk mengantisipasi resiko di pasar valuta
asing adalah sebagai berikut :
1. Kontrak Futures, yaitu kontrak yang berisi kewajiban untuk memperdagangkan
valuta asing dengan tingkat kurs yang telah ditetapkan sebelumnya untuk
digunakan pada saat jatuh tempo dimasa yang akan datang. Pihak berkewajiban

membeli valuta asing tersebut dikatakan berada dalam posisi long, semntara
pihak ynag berkewajiban menjual valuta asing tersebut dikatakan berada pada
posisi short. Kontrak futures diperdagangkan di bursa dengan nilai standar kontrak
yang telah ditetapkan oleh bursa. Jika kontrak dilakukan dilakukan di luar bursa

yang memberikan kebebasan untuk menentukan nilai kontrak dan tanggal jatuh
tempo sesuai dengan kebutuhan, maka kontrak tersebut dinamakan kontrak
forward.
2. Kontrak Opsi, yaitu kontrak yang memberikan hak kepada pemilik opsi untuk
menjual ataupun membeli suatu valuta asing dengan harga tertentu selama
periode/jangka waktu tertentu hingga kontrak tersebut jatuh tempo. Pemilik opsi
tidak wajib untuk menggunakan hak opsi-nya apabila tidak memperoleh
keuntungan dari pelaksanaan hak tersebut, dan dapat membiarkan opsi tersebut
jatuh tempo. Apabila opsi tersebut tidak digunakan hingga jatuh tempo, maka
pemilik opsi harus membayar. sejumlah biaya yang disebut sebagai premi. Opsi
diperdagangkan pada pasar antar bank, bursa opsi, dan international monetary
market.

4. Resiko Spekulatif Perdagangan di Bursa Berjangka
Perdagangan bursa berjangka adalah suatu sistem perdagangan terhadap

komoditi tertentu yang dilakukan dengan kontrak berjangka yang persetujuannya
dibuat sekarang , namun penyerahan komoditinya baru akan dilakukan pada saat
jatuh tempo dan tempat perdagangannya di bursa berjangka.
Selain itu juga terdapat opsi atas kontrak berjangka, yang berupa hak untuk
membeli atau menjual kontrak berjangka atas komoditi tertentu dengan tingkat
harga, jumlah barang, dan jangka waktu yang telah ditetapkan terlebih dahulu
dengan membayar sejumlah premi.
Tujuan mencari laba pada perdagangan berjangka ini lebih dipengaruhi oleh
unsur spekulasi dibandingkan dengan perdagangan biasa, sehingga ancaman
kerugian akan lebih besar, maka dari itu dapat dilakukan hedging untuk melindungi
perusahaan dari kemungkinan rugi.
Hedging pada pasar berjangka dilakukan dengan proses pengambilan posisi
long/short pada pasar fisik, dan disaat bersamaan mengambil posisi sebaliknya di
pasar berjangka. Harga di pasar berjangka biasanya lebih tinggi dari harga di pasar
fisik, karena adanya biaya penyimpanan, biaya asuransi, bunga bank, dll.
Praktek hedging pada pasar berjangka cukup mudah untuk dilakukan.
Misalnya sebuah perusahaan dengan persediaan bahan baku yang cukup besar
memperkirakan akan terancam rugi karena akan terjadi penurunan harga di pasar
fisik. Pada situasi ini perusahaan dapat mengambil posisi jual dengan harga lebih
tinggi di pasar berjangka, dan pada saat kebutuhan baku nanti perusahaan dapat
membeli dengan harga lebih murah di pasar fisik.

4.1. Jenis – Jenis Hedging di Pasar Berjangka
a. Selling Hedge (Short Hedge)
Adalah suatu tindakan mengambil posisi jual di pasar berjangka untuk
melindungi turunnya nilai persediaan bahan baku atau komoditi yang akan
dihasilkan sebagai akibat fluktuasi harga.
b.. Buying Hedge (Long Hedge)
Adalah tindakan mengambil posisi beli di pasar berjangka untuk melindungi
usahanya dari kemungkinan perubahan harga komoditi yang harus dibeli.

4.2. Pihak – Pihak yang Terlibat di Pasar Berjangka
Beberapa pihak yang terlibat di pasar berjangka yaitu :
a. Bank
Bank adalah pihak yang memnberikan kreditbagi perusahaan yang akan
membeli komoditi di pasar berjangka dan sekaligus bertindak sebagai penjamin
keuangan bagi perusahaan yang ingin melakukan hedging pembelian maupun
hedging penjualan terhadap komoditas di pasar berjangka.

b. Spekulator
Spekulator memasuki bursa komoditi untuk mendapatkan keuntungan dari
fluktuasi harga yang terjadi di masa mendatang sehingga dapat menghasilkan
keuntungan pada transaksi spekulatif. Kehadiran spekulator dapat meningkatkan
likuiditas di pasar berjangka sehingga akan meningkatkan efisiensi bursa komoditi.
c. Lembaga Kliring
Lembaga kliring merupakan lembaga yang bertugas untuk menyelesaiakan
persoalan keuangan dari setiap transaksi yang terjadi, termasuk dalam
meyelesaikan masalah keuangan atas kontrak yang dibuat di pasar berjangka.

5. Resiko Perdagangan Internasional pada MNC
Perdagangan internasional yang dilakukan oleh MNC mempunyai cabang di
berbagai negara di dunia. Sebagai dampak dari ekspansi perdagangan internasional
yang melibatkan berbagai mata uang asing tersebut, resiko yang dihadapi oleh MNC
dalam perdagangan internasional bertumpu pada fluktuasi kurs valuta asing.

Karena itu peramalan terhadap perubahan kurs valas merupakan langkah strategis
yang penting bagi keberhasilan bisnis internasional.

5.1. Pentingnya Peramalan Kurs bagi MNC
Pentingnya peramalan kurs bagi MNC adalah sebagai berikut :
a. Kebijakan Pemegang Risiko (Hedging Decision), untuk melindungi utang dan
piutang dalam valuta asing dari ancaman resiko perubahan kurs di masa yang
akan datang.
b. Kebijakan Pendanaan Jangka Pendek, dalam hal mendapatkan dana jangka
pendek MNC dapat meminjam dari luar negara asalnya. Untuk melakukan hal
tersebut, setidaknya ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu dana tersebut
harus (1) memiliki tingkat suku bunga yang rendah dan (2) memiliki nilai mata
uang yang rendah dalam periode keuangan tertentu. Dengan memperhatikan
kedua faktor tersebut MNC dapat menghemat pengeluaran guna pembayaran
pinjaman (seandainya nilai mata uang negara yang di pinjam dananya oleh MNC
mengalami depresiasi terhadap nilai mata uang negara asal MNC). Peramalan kurs
akan membantu MNC dalam melakukan pertimbangan di atas.
c. Kebijakan Investasi Jangka Pendek, dalam beroperasi, kadang kala MNC
memegang sejumlah dana yang “menganggur”. Untuk memanfaatkan dana yang
menganggur tersebut, MNC dapat mendepositokannya pada bank di dalam
maupun diluar negeri agar diperoleh keuntungan yang optimal dari depositonya
(terutama diluar negeri). Ada 2 hal yang perlu dipertibangkan, yaitu negara tujuan
harus (1) memiliki suku bunga yang tinggi, dan (2) memiliki nilai mata uang yang
kuat dalam periode investasi tertentu sehingga bila terjadi apresiasi, MNC akan
memperoleh keuntungan yang maksimal. Peramalan nilai mata uang akan sangat
membantu kebijakan ini.
d. Kebijakan Penganggaran Modal (Capital Budgeting), dalam melakukan
perencanaan guna mendirikan cabang di negara lain, MNC perlu melakukan
analisis penganggaran modal dengan memperkirakan aliran kas (Cash Flow) dari
hasil pendirian cabang tersebut. Perkiraan aliran kas ini sangat bergantung pada
nilai mata uang negara tujuan dimasa yang akan datang. Ketergantungan tersebut
dapat terjadi bila (1) dilakukan konversi dari hasil inflow atau outflow mata uang
negara tujuan ke negara asal MNC, dan (2) pengaruh peramalan kurs terhadap
permintaan modal MNC di negara tujuan. Peramlan kurs mata uang yang akurat
kan emakin mempertajam perkiraan aliran kas dan pengambilan keputusan MNC.
e. Kebijakan Pendanaan Jangka Panjang, untuk mendapatkan dana jangka panjang,
MNC dapat mengeluarkan obligasi dan menjualnya ke pasar modal luar negeri
(dengan menggunakan harga mata uang negara tujuan). Peramalan kurs akan

membantu perkiraan dana yang hrus dibayarkan bila terjadi depresiasi ataupun
epresiasi di negara tujuan. Pengambilan keputusan penjualan obligasi sangat
bergantung pada peramalan tersebut (obligasi yang akan diterbitkan di negara
yang diperkirakan mengalami depresiasi).
f. Penafsiran Pendapatan, saat laporan keuangan MNC disusun secara utuh, lapotan
keuangan dari cabang MNC juga diperhitungkan. Perhitungan ini membutuhkan
“penyesuaian” kurs dalam suatu mata uang, sehingga dapat terjadi kemungkinan
bahwa keuntungan di satu negara cabang akan meningkat bila terjadi apresiasi
dan menurun bila terjadi depresiasi. Peramalan kurs memegang peranan yang
sangat penting dalam pengkonsilidasian pendapatan secara keseluruhan karena
MNC dapat melakukan alternatif lain (investasi, pengedaran obligasi, dan
sebagainya) guna menuntup kemungkinan terjadinya penurunan keuntungan.
g. Penilaian Laba, keputusan induk perusahaan mengenai apakah anak perusahaan
akan menginvestasikan kembali labanya di negara asing atau mengirim laba pada
induk perusahaan dapat diperngaruhi oleh ramalan kurs. Jika mata uang asing
tertentu di perkirakan akan melemah cukup jauh terhadap mata uang induk
perusahaan tersebut mungkin lebih memilih untuk mempercepat pengiriman laba
anak perusahaan sebelum mata uang asing melemah. Ramalan kurs juga
bermanfaat untuk memprediksi laba MNC. Saat laba MNC di laporkan, laba anak
perusahaan di konsolidasi dan dinyatakan dalam satuan mata uang yang
digunakan oleh negara asal induk perusahaan.

5.2. Peramalan Kurs Valuta Asing
Peramalan perubahan kurs valas dapat dilakukan dengan tiga cara :
a. Peramalan Tekhnis, yaitu peramalan dengan memanfaatkan data – data historis
nilai tukar valuta asing, untuk memprediksikan kurs valas di masa yang akan
datang berdasarkan trend atau kecenderungan pergerakan kurs valuta asing.
Trend atas pergerakan harga valas dibuat dengan persamaan Y = a + bX , dimana
Y adalah variabel waktu dan X adalah variabel kurs. Dengan menggunakan garis
trend maka dapat dilakukan peramalan nilai kurs di masa yang akan datang.
b. Peramalan Fundamental, peramalan ini didasarkan pada hubungan fundamental
antara variabel ekonomi dan tingkat kurs. Dengan pemberian nilai tertentu pada
variabel – variabel nilai, maka perusahaan dapat mengembangkan proyeksi
tingkat kurs di masa yang akan datang. Peramalan dilakukan dengan cara
memberikan penilaian subjektif pada tingkat di mana pergerakan variabel ekonomi
secara umum akan mempengaruhi tingkat kurs.
c. Peramalan Metode Market-based, yaitu proses membuat peramalan dari indicator
pasar, biasanya dikembangkan berdasarkan kurs spot dan kurs forward. Kurs spot

digunakan sebagai taksiran atas kurs spot dimasa depan. Untuk melihat mengapa
kurs spot dapat digunakan dalam peramalan berbasis pasar, asumsikan bahwa
poundsterling Inggris diperkirakan akan mengalami apresiasi terhadap dollar
dalam jangka waktu dekat. Perkiraan ini akan mendorong spekulan untuk membeli
poundsterling menggunakan dollar AS saat ini untuk mengantisipasi apresiasi
poundsterling dan pembelian ini dapat mendorong naik nilai poundsterling.
Sebaliknya, jika poundsterling diperkirakan akan mengalami depresiasi terhadap
dollar, spekulan akan menjual poundsterling sekarang, dengan harapan dapat
membeli poundsterling kembali dengan harga yang lebih murah setelah nilainya
turun. Tindakan tersebut dapat membuat depresiasi poundsterling langsung
terjadi. Karenanya nilai poundsterling saat ini seharusnya mencerminkan perkiraan
nilai poundsterling dalam jangka waktu dekat. Perusahaan dapat menggunakan
kurs spot dalam peramalkan, karena kurs ini mencerminkan perkiraan pasar atas
kurs spot dalam jangka waktu dekat.
Kurs forward digunakan sebagai perkiraan kurs spot di masa depan. Kurs forward
berjangka 30 hari merupakan perkiraan kurs spot 30 hari mendatang, kurs forward
berjangka 90 hari merupakan perkiraan kurs spot 90 hari mendatang , dan
seterusnya.

5.3. Jenis – Jenis Eksposur Resiko MNC
Adanya resiko fluktuasi kurs valas terhadap kondisi keuangan MNC dalam
perdagangan internasional dapat diamati dalam bentuk eksposur resiko sebagai
berikut :
5.3.1. Eksposur Transaksi
Eksposure transaksi adalah suatu kondisi nilai transaksi-transaksi kas masa
depan yang dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar. Artinya nilai arus kas yang
diterima suatu perusahaan dalam berbagai satuan mata uang dapat terkena
dampak kurs dari masing masing mata uang saat dikonversi menjadi mata uang
yang diinginkan.
Strategi yang banyak ditempuh untuk mengelola eksposur transaksi adalah :
1. Dengan teknik kontraktual: yaitu dengan menggunakan hedging di pasar forward,
futures, uang , dan opsi, termasuk berbagai persetujuan swap baik berupa back to
back loan, swap mata uang maupun kredit swap.
2. Dengan menerapkan strategi operasi, termasuk di dalamnya lags dalam
pembayaran valuta asing dan leads dalam penagihan valuta asing.
3. Forward market hedge : perusahaan yang berada dalam posisi long akan menjual
valas forward, sementara perusahaan pada posisi short akan membeli forward

tersebut. Dengan cara ini, perusahaan dapat mematok nilai dolar dari aliran kas
valas
4. Money Market Hedge : melalui kegiatan meminjam dan sekaligus meminjamkan
dalam dua nata uang berbeda, dengan tujuan mengunci nilai dolar dari aliran kas
valas di masa mendatang
5.. Risk Shifting : memindahkan risiko dapat dilakukan dengan mencoba
mengekspor dalam mata uang yang menguat nilainya dan mengimpor dalam mata
uang yang nilainya melemah
6. Pricing decisions : mengkonversi antara harga valas dan harga dolar dengan
menggunakan kurs forward, bukan kurs spot. Bila harga dolar cukup tinggi
eksportir sebaiknyamengikuti dengan melakukan penjualan. Sebaliknya bila harga
dolar dalam impor cukup rendah importer sebaiknya mengikuti dengan melakukan
pembelian. Harga valas merupakan rata – rata tertimbang dengan dari kurs
forward untuk penuerahan pada tanggal tersebut.
7. Exposure netting: menghilangkan eksposur dalam satu mata uang dengan
eksposur dalam mata uang yang sama atau mata uang yang lain, sedemikian rupa
sehingga laba/ rugi dalam kedua posisi mata uang akan dapat saling meniadakan
eksposur satu sama lain
8. Currency risk sharing : membagi risiko mata uang dapat dilakukan dengan
mengembangkan kontrak customized hedge yang melekat pada transaksi
perdagangan. Kontrak ini berbentuk klausul penyesuaian harga dimana harga
dasar disesuaikan untuk mencerminkan perubahan kurs tertentu.
9. Foreign currency options : Bila jumlah aliran kas keluar dari valas tidak diketahui,
maka sebaiknya membeli currency forward, namun bila jumlah tersebut diketahui,
sebaiknya beli call option pada mata uang tersebut. Bila jumlah aliran kas masuk
dari valas diketahui, sebaiknya jual currency forward, namun bila jumlah tersebut
tidak diketahui, sebaiknya beli put option pada mata uang tersebut.

Alternatif untuk menghilangkan eksposur transaksi yaitu :
1. Leads dan Lags
Istilah leads berarti mempercepat pembayaran dan lags memperlambat
pembayaran. Jika sebuah perusahaan memiliki utang dalam mata uang kuat
dunia,dimana kemungkinan mata uang tersebut untuk berapresiasi terhadap mata
uang domestik cukup besar, maka akan lebih aman kalau perusahaan membayar
lebih awal hutangnya. Kalau perusahaan berhutang dalam mata uang lemah dunia,
yang cenderung terdepresiasi terhadap mata uang domestik, maka akan lebih
menguntungkan kalau perusahaan memperlambat pembayaran utangnya.

2. Reinvoicing Centers
Sebuah reinvoicing centers adalah anak perusahaan dari suatu perusahaan
multinasional yang berada di suatu negara tertentu yang berfungsi mengelola
eksposur transaksi perusahaan-perusahaan afiliasi.
Keuntungan utama dari reinvoicing center adalah manajemen eksposur
transaksi antar perusahaan afiliasi dipusatkan pada satu lokasi. Karena semua
transaksi dipusatkan di satu tempat, volume transaksi akan sangat besar sekali.
Disini reinvoicing center memiliki posisi tawar menawar yang kaat dengan bank
untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Sedangkan kerugian utamanya adalah perusahaan harus mendirikan suatu
anak perusahaan khusus untuk mengelola reinvoicing center, dimana biaya yang
dikeluarkan mungkin lebih besar dari manfaat yang diperoleh.
3. Cross Hedging
Dengan melakukan hedging posisi terbuka pad suatu mata uang asing dan
melakukan hedging posisi terbuka pada mata uang lainnya yang mempunyai
korelasi erat antara mata uang tersebut.
4. Currency Diversification
Yaitu menerima aliran kas masuk di masa depan dari valuta asing yang tidak
berkorelasi positif.

5.3.2. Eksposur Ekonomi
Eksposur Ekonomi adalah suatu kondisi dimana present value dari arus kas
masa depan suatu perusahaan akan dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar. Semua
jenis antisipasi transaksi masa depan yang menyebabkan eksposur transaksi juga
akan menyebabkan eksposur ekonomi, karena transaksi ini mencerminkan arus kas
yang dapat dipengaruhi oleh fluktuasi kurs.
Faktor penentu derajat eksposur ekonomi adalah :
a. semua faktor penentu pada eksposur transaksi
b. dampak fluktuasi valas terhadap aliran kas yang didenominasi dalam mata uang
negara induk perusahaan.
Dampak eksposur ekonomi terbagi menjaid 4 tahap :
a. Dampak jangka pendek, yaitu terhadap aliran kas perusahaan dalam satu tahun.
Keuntungan atau kerugian perusahaan tergantung dari mata uang yang mendasari
aliran kas yang diharapkan.

b.Dampak jangka menengah, yaitu damapak terhadap aliran kas selama dua hingga
lima tahun mendatang, dengan asumsi kondisi ekuilibrium terjadi antara kurs
valas, inflasi, dan suku bunga domestik, dimana perusahaan dapat menyesuaikan
harga dan biaya sepanjang waktu untuk mempertahankan aliran kas pada tingkat
yang diharapkan.
c. Kondisi jangka menengah dalam kondisi ketidakseimbangan, yaitu aliran kas
jangka menengah dengan asumsi terjadi ketidakseimbangan dimana perusahaan
tidak dapat menyesuaikan harga dan biaya yang diakibatkan oleh perubahan kurs
valas, sehingga aliran kas berada dibawah tingkat yang diharapkan.
d. Dampak jangka panjang, yaitu periode di atas lima tahun dimana aliran kas
perusahaan akan dipengaruhi oleh reaksi para peasaing maupun potensi
pertumbuhan kurs dalam kondisi ketidakseimbangan.
Metode mengukur eksposur resiko ekonomi dilakukan deangan cara :
a. Metode sensitifitas penerimaan dan biaya terhadap perubahan kurs valas, yaitu
dengan mengklasifikasikan aliran kas ke dalam pos –pos laporan laba rugi yang
berbeda dan secara subjektif memprediksi pos tersebut berdasarkan ramalan kurs
valas.
b. Analisis regresi terhadap data historis dari aliran kas dan perubahan kurs dari
waktu ke waktu.
Metode mengukur eksposur resiko ekonomi dilakukan dengan cara – antara
lain :
a. Metode diversifikasi operasi meliputi diversifikasi penjualan, lokasi produksi, dan
bahan baku.
b. Metode diversifikasi dasra pembiayaan yaitu mendapatkan dana untuk
pembiayaan modal perusahaan melalui dua atau lebih pasar modal dan pasar
uang.

5.3.3. Eksposur Resiko Translasi / Resiko Akuntansi
Eksposur Translasi adalah bentuk eksposur laporan keuangan konsolidasi
perusahaan multinasional (MNC) terhadap fluktuasi nilai tukar. Eksposur ini muncul
karena proses konversi laporaan keuangan dari operasi perusahaan di luar negeri
yang menunggu kenaikan mata uang lokal ke dalam mata uang negara asal.
Kegiatan translasi tidak diperlukan jika masing – masing anak perusahaan
menyusun laporan keuangan dengan mata uang yang sama yang digunakan dalam
laporan keuangan perusahaan induk.

Kegiatan translasi dapat dilakukan dengan beberrapa metode, antara lain :
a. Current / Noncurrent Method
Model ini merupakan metode yang paling lazim dipakai dalam translasi
laporan keuangan. Dengan metode ini semua aset lancar dan utang lancar
perusahaan yang beroperasi di luar negeri ditranslasikan ke dalam home currency
pada nilai tukar sekarang (current exchange rate). Sedang aset atau utang tidak
lancar ditranslasikan menurut historical exchange rate, yaitu nilai tukar saat aset
tersebut diperoleh atau utang tersebut terjadi.
b.Monetary / Nonmonetary Method
Pada metode ini aset dan utang dibedakan menjadi monetary dan
nonmonetary. Aset dan utang yang monetary adalah merupakan klaim yang akan
diterima, kewajiban yang harus dibayar, dengan nilai tertentu, missal; kas, utang
jangka panjang dan account payable dan receivable. Monetary asset & liquidity
(mis; persediaan, aset tetap, investasi jangka panjang) ditranslasikan dengan
menggunakan historical rate.
c. Temporal Method
Metode ini merupakan modifikasi dari monetary/nonmonetary method.
Perbedaannya adalah jika pada metode monetary/nonmonetary method persediaan
selalu ditranslasikan dengan historical rate, maka dengan metode ini persediaan
dapat ditranslasikan baik dengan historical rate maupun current rate. Ditranslasikan
dengan current rate jika dalam neraca persediaan dihitung dalam nilai pasarnya.
d. Current Rate Method
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana, karena semua item
dalam neraca dan laporan rugi laba ditranslasikan menggunakan current rate.
Metode ini banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan Inggris.

Beberapa faktor yang mempengaruhi eksposur translasi adalah :
a. Seberapa jauh peranan cabang-cabang perusahaan di luar negeri.
Semakin besar persentase bisnis perusahaan yang dilakukan oleh cabang di
luar negeri, semakin besar persentase pos-pos laporan keuangan yang mudah
terpengaruh eksposur akuntansi.
b. Lokasi cabang-cabang perusahaan di luar negeri.
Ini diakibatkan karena pos-pos laporan keuangan di setiap cabang biasanya
dinyatakan dalam mata uang local di negara tersebut.

c. Standar akuntansi yang digunakan.
Setiap negara umumnya mempunyai standar akuntansi yang sudah baku ,
yang amat bervariasi antar negara.

Mengelola Eksposur Translasi
Exposure translasi muncul pada saat sebuah perusahaan multinasional
mentranslasikan data – data keuangan dari tiap anak perusahaan ke dalam valuta
Negara asal bagi tujuan konsolidasi. Sejumlah perusahaan multinasional berupaya
menghindari exposure translasi dengan mencocokkan kewajiban luar negeri dengan
aktiva – aktiva luar negeri.
Pemakaian Kontrak Forward untuk Hedging Exposure Translasi
Jumlah laba yang dihasilkan kontrak forward secara pasti akan tergantung
pada kurs spot negara yang sensitive terhadap nilai tukar pada akhir tahun. Jika
kurs negara yang sensitive terhadap nilai tukar mengalami apresiasi sepanjang
tahun fiscal, kerugian translasi akan ditutupi oleh keuntungan yang diperoleh dari
kontrak forward.