Pengaruh Konsep Diri Wanita Dan Dukungan Suami Terhadap Penyesuaian Diri Pada Masa Menopause Di Gampong Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Diri Wanita
Konsep diri adalah perasaan seseorang tentang dirinya sebagai pribadi yang
utuh dengan karakteristik yang unik, sehingga dia akan mudah dikenali sebagai sosok
yang mempunyai ciri khas tersendiri. Seseorang akan mampu memahami apa yang
menjadi kebutuhan, kelebihan dan kekurangannya. Akan mampu berpikir rasional
obyektif (Lukaningsih, 2010).
Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki oleh seorang wanita pada saat
memasuki masa menopause, tentang bagaimana dirinya yang meliputi kondisi fisik,
psikologis, sosial dan emosional, aspirasi dan prestasi. Konsep diri mencakup citra
fisik dan psikologis diri pada masa menopause. Citra fisik diri biasanya terbentuk
pertama-tama dan berkaitan dengan penampilan fisik, daya tariknya dan kesesuaian
atau ketidaksesuaian dengan jenis kelamin pada saat memasuki masa menopause.
Sedangkan citra psikologis diri pada saat menopause didasarkan atas pikiran,
perasaan dan emosi. Citra ini terdiri atas kualitas dan kemampuan yang
mempengaruhi penyesuaian pada kehidupan (Simanjuntak, 2011).
Menurut Cooley dan Mead (dalam Lukaningsih, 2010), umpan balik (feed
back), konsep ini merupakan persepsi seseorang terhadap tanggapan dan reaksi orang
lain terhadap diri orang tersebut. Maka alternatif lain yang dapat dilakukan adalah

dengan meminta masukan dan pendapat orang lain. Terkadang dalam kehidupan
11

12

dengan melihat perilaku orang lain, kita dapat memperoleh suatu penjelasan akan
makna kehidupan. Pengenalan pada diri sendiri adalah salah satu panduan individu
untuk mengembangkan kepribadiannya.
Diri adalah semua ciri, jenis kelamin, pengalaman, latar belakang budaya,
pendidikan dan sebagainya yang melekat pada seseorang. Makin dewasa dan makin
tinggi kecerdasan seseorang, makin mampu ia mengambarkan diri sendiri, makin baik
konsep dirinya. Diri, yaitu ‘diri’ dan ‘aku’. Diri adalah aku sebagaimana
dipersepsikan oleh orang lain atau diri sebagai objek (objective self), sedangkan Aku
adalah inti dari diri aktif, mengamati, berpikir, dan berkehendak. Dalam
perkembangan baik praktik maupun penelitian-penelitian sulit untuk membedakan
kedua diri ini. Oleh karena itu, kedua konsep digabung ke dalam satu konsep yang
lebih menyeluruh, yaitu kepribadian.
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada setiap orang yang dapat
membedakan ciri orang satu dengan lainnya. Perkembangan kepribadian juga dapat
menentukan bentuk perilaku seseorang (Machfoedz, 2013).

Hurlock (dalam Lukaningsih, 2010), mengemukakan bahwa konsep diri dapat
dibagi menjadi dua, yaitu konsep diri sebenarnya merupakan konsep seseorang
tentang dirinya yang sebagian besar ditentukan oleh peran dan hubungannya dengan
orang lain serta persepsinya tentang penilaian orang lain terhadap dirinya dan konsep
diri ideal, merupakan gambaran seseorang mengenai keterampilan dan kepribadian
yang didambakan. Setiap macam konsep diri mempunyai aspek fisik dan psikologis.
Aspek fisik terdiri dari konsep yang dimiliki individu tentang penampilannya,

13

kesesuaian dengan seksnya, arti penting tubuhnya dalam hubungannya dengan
perilakunya, dan gengsi yang diberikan tubuhnya dimata orang lain. Aspek psikologis
terdiri dari konsep individu tentang kemampuan dan ketidakmampuannya, harga
dirinya dan hubungannya dengan orang lain.
2.1.1. Jenis-jenis Konsep Diri
Menurut (Calhoun, 1990) dalam perkembangannya, konsep diri terbagi dua,
yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.
1) Konsep Diri Positif
Konsep diri positif lebih kepada penerimaan diri bukan sebagai suatu kebanggaan
yang besar tentang diri. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi.

Individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu betul tentang
dirinya, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacammacam tentang dirinya sendiri, evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif
dan dapat menerima keberadaan orang lain. Individu yang memiliki konsep diri
positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan
yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi
kehidupan didepannya serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses
penemuan.
Jadi seorang wanita menopause yang memiliki konsep diri yang positif adalah
wanita yang tahu betul siapa dirinya sehingga dirinya menerima segala kelebihan
dan kekurangan yang dimiliki oleh dirinya.

14

2) Konsep Diri Negatif
Calhoun (1990) membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe, yaitu :
a. Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak
memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar
tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya, atau yang dihargai dalam
kehidupannya.
b. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan terlalu teratur. Hal ini bisa

terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga
menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari
seperangkat hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat.
Jadi, wanita menopause yang memiliki konsep diri yang negatif memiliki dua tipe
yaitu, wanita menopause yang tidak tahu siapa dirinya dan tidak tahu kekurangan
dan kelebihannya, dan tipe yang kedua adalah wanita menopause yang
memandang dirinya dengan teratur dan stabil.

2.2. Dukungan Suami
Dukungan suami merupakan bantuan yang diberikan suami sehingga mampu
membuat ibu merasa nyaman baik secara fisik maupun psikis sebagai bukti bahwa
mereka diperhatikan dan dicintai (Kaheksi, dkk, 2013).
Dukungan suami merupakan salah satu sumber dukungan sosial yang berasal
dari lingkungan keluarga. Dukungan sosial memiliki empat jenis yang berbeda yang
disesuaikan dengan situasi yang dibutuhkan

15

1. Dukungan Emosional
Mencakup ungkapan simpati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang yang

membutuhkan sehingga dukungan tersebut memberikan rasa aman dan rasa
mengasihi.
2. Dukungan Penghargaan
Meliputi ungkapan hormat, dorongan untuk maju, serta membantu seseorang untuk
melihat segi-segi positif yang ada dalam dirinya dengan keadaan orang lain,
sehingga orang tersebut dapat merasakan penghargaan dirinya.
3. Dukungan Insrumental
Meliputi bantuan secara langsung sesuai dengan yang dibutuhkan oleh seseorang
misalnya memberikan penyediaan sarana atau memberikan pernyataan yang
bersifat memotivasi.
4. Dukungan Informatif
Mencakup pemberian nasihat secara langsung, saran-saran petunjuk dan umpan
balik. Peran suami dalam menghidupkan kasih sayang dan harga diri pada ibu
dapat dicurahkan melalui sikap perhatian serta pemberian dukungan kepada ibu.
Dukungan suami dapat diungkapkan dengan penghargaan terhadap ibu melalui
rasa simpati, berminat terhadap ibu, bersikap toleran terhadap kelemahankelemahan ibu, menunjukkan kehangatan dan rasa tenang atau suka tanpa syarat
dan juga mencoba untuk membantu ibu dalam menghadapi suatu permasalahan.
Bagi ibu, dukungan suami terhadap ibu merupakan sikap yang harus
dikembangkan, karena pada hakikatnya ibu selalu dibayang-bayangi oleh


16

kebutuhan-kebutuhan, terutama kebutuhan untuk tetap mendapatkan kasih sayang
atau dicintai.
Partisipasi suami yang dapat dilakukan oleh suami dalam memahami dan
memberikan ketenangan kepada istri menopause antara lain adalah :
1. Memahami bahwa suatu saat istri akan berhenti haid dan tidak bisa hamil lagi.
2. Ketika penampilan fisik istri akan menurun karena mengalami menopause,
misalnya kulit menjadi lebih kasar dan berkerut, maka suami harus membantu
istri agar tidak kehilangan kepercayaan dirinya. Suami harus meyakinkan istri
bahwa ia tetap menyayangi istrinya, sehingga istri merasa diterima.
3. Suami harus memberikan perhatian lebih pada kondisi kesehatan istri di saat
istri mengalami ketidaknyamanan fisik, seperti rasa panas, tegang, pegal-pegal,
jantung berdebar-debar dan lain sebagainya
4. Mengajak istri untuk berolah raga dan memperbaiki pola makan karena berat
badan istri akan bertambah pada saat mulai menopause.
5. Akibat dari menurunnya fungsi sel telur, mungkin akan terjadi penonjolan pada
persendiaan terutama pada jari dan akan terasa sakit. Suami harus menenangkan
istri bahwa hal tersebut merupakan hal yang lumrah terjadi ketika menopause.
6. Istri akan mudah tersinggung, marah-marah, kecewa dan sebagainya. Hal ini

dapat menyebabkan timbulnya sikap yang tidak menyenangkan bagi suami dan
anak-anaknya, untuk itu para suami harus bersikap sabar. Selain itu,
pemahaman suami terhadap perubahan seksual yang muncul pada istrinya juga
akan membantu perempuan menopause untuk tidak cemas. Perlu diketahui

17

bahwa sesungguhnya gairah seksual perempuan tidak menurun ketika
menopause karena memang bukan hormon estrogen yang berperan dalam hal
ini, melainkan androgen. Jadi berkurangnya estrogen saat perempuan
menopause tidak serta merta menjadikan perempuan kehilangan hasrat
seksualnya (Prabandani, 2009).

2.3. Penyesuaian Diri pada Masa Menopause
Penyesuaian diri adalah hubungan manusia dengan lingkungannya, di mana
manusia, demi kelangsungan hidupnya, harus menyesuaikan diri. Penyesuaian diri ini
tidak bisa berlangsung sewenang-wenang karena ada norma-norma. Norma tersebut
bisa berupa aturan hukum yang tertulis maupun norma yang tidak formal seperti adatistiadat, kebiasaan-kebiasaan di lingkungan kelompok atau masyarakat tertentu.
Dengan demikian, penyesuaian diri merupakan faktor yang penting dalam
kehidupan manusia. Begitu pentingnya hal ini sampai kita sering menjumpai

pernyataan-peryataan dalam literatur yang kira-kira berbunyi, “Hidup manusia sejak
lahir sampai mati tidak lain adalah perjuangan untuk penyesuaian.
Dalam lapangan psikologi klinis juga terdapat pernyataan-pernyataan yang
sangat ditonjolkan oleh para ahli yaitu, “kelainan-kelainan kepribadian tidak lain
adalah kelainan-kelainan penyesuaian diri”. Tidaklah mengherankan jika untuk
menunjukkan kelainan-kelainan kepribadian seseorang, sering dikemukakan istilah
“maladjustment”, yang berarti tidak ada penyesuaian (Gunarsa, 2012).

18

Kunci dari kepribadian yang sehat adalah penyesuaian diri (adjusment).
Hurlock (dalam Hidayat, 2009) menyebutkan karakteristik kepribadian yang sehat
yaitu mampu menilai diri secara realistik, mampu menilai situasi secara realistik,
mampu menilai prestasi yang diperolehnya secara rasional tidak angkuh/sombong,
bertanggung jawab, mandiri, dapat mengontrol emosi, berorientasi kepada tujuan,
peduli dan empati terhadap orang lain, mau terlibat dalam kegiatan sosial, memiliki
falsafah hidup, merasa berbahagia.
Menurut Putri dkk, (2007) seorang wanita akan mengalami depresi karena
keluhan menopause memuncak serta banyak terjadi perubahan kepada dirinya,
sehingga ketika mereka tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang

terjadi, mereka tidak bisa menerima itu, dan mereka menganggap bahwa menopause
adalah peristiwa negatif dalam hidupnya, depresi bisa muncul. Salah satu fase
menopause yang memiliki tingkat depresi yang tinggi berada pada fase
perimenopause. Wanita yang berada pada fase perimenopause akan sangat
dipengaruhi oleh penerimaan diri atas perubahan yang akan ia alami yang
menyebabkan ia mengalami depresi.
Sampai sejauh ini penyesuaian diri yang paling sulit dilakukan pada usia
dewasa madya adalah adanya perubahan fungsi seksual yaitu menopause pada wanita.
Seseorang akan dikatakan memiliki penerimaan diri yang baik, ketika mereka sudah
dapat memahami dan menerima segala kelebihan serta kekurangan yang dimilikinya.

19

2.3.1. Karakteristik Penyesuaian Diri
Tidak selamanya individu berhasil melakukan penyesuaian diri, karena
terkadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Ada individu-individu yang mampu melakukan
penyesuaian diri secara positif, namun ada pula individu-individu yang melakukan
penyesuaian diri yang salah (Sunarto & hartono dalam Agnatasia, 2009).
Karakteristik penyesuaian diri terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Penyesuaian diri secara positif
Individu yang mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal
sebagai berikut :
1. Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional
2. Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis
3. Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi
4. Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri
5. Mampu dalam belajar
6. Menghargai pengalaman
7. Bersikap realistik dan objektif
Individu akan melakukan penyesuaian diri secara positif dalam berbagai bentuk,
antara lain :
1. Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung, yaitu secara
langsung menghadapi masalah dengan segala akibatnya dan melakukan segala
tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi individu.

20

2. Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan), yaitu mencari
berbagai bahan pengalaman untuk dapat menghadapi dan memecahkan masalah

individu.
3. Penyesuaian dengan trial and error (coba-coba), yaitu melakukan tindakan
coba-coba, dalam arti kalau menguntungkan diteruskan dan kalau gagal tidak
diteruskan.
4. Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti).
5. Penyesuaian dengan menggali kemampuan diri, yaitu individu menggali
kemampuan-kemampuan khusus dalam diri, dan kemudian dikembangkan
sehingga dapat membantu penyesuaian diri.
6. Penyesuaian dengan belajar, yaitu menggunakan pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh dari belajar untuk membantu penyesuaian diri.
7. Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri, yaitu memilih tindakan
yang tepat dan mengendalikan diri secara tepat dalam melakukan tindakannya.
8. Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat, yaitu mengambil keputusan
setelah dipertimbangkan segi untung dan ruginya.
b. Penyesuaian diri yang salah
Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan
individu melakukan penyesuaian yang salah, yang ditandai dengan berbagai
bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak
realistik, agresif, dan sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang
salah, yaitu :

21

1. Reaksi

bertahan

(Defence

reaction),

yaitu

individu

berusaha

untuk

mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan dan selalu
berusaha untuk menunjukkan dirinya tidak mengalami kegagalan.
2. Reaksi menyerang (Aggressive Reaction), yaitu menyerang untuk menutupi
kesalahan dan tidak mau menyadari kegagalan, yang tampak dalam perilaku
selalu membenarkan diri sendiri, mau berkuasa dalam setiap situasi, keras
kepala dalam perbuatan, menggertak baik dengan ucapan dan perbuatan,
menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka, dan sebagainya.
3. Reaksi melarikan diri, yaitu melarikan diri dari situasi yang menimbulkan
kegagalannya, yang tampak dalam perilaku berfantasi, banyak tidur, minumminuman keras, bunuh diri, dan sebagainya.
Penerimaan diri pada masa menopause dipandang sebagai suatu keadaan dimana
seseorang memiliki penghargaan yang tinggi pada dirinya sendiri. Untuk mencapai
suatu konsep diri pada masa menopause, maka seseorang harus dapat menjalankan
penyesuaian yang baik atas dirinya. jika seseorang memiliki konsep diri yang
positif maka ia akan memiliki penerimaan diri yang positif, dan jika ia memiliki
konsep diri yang negatif maka ia tidak akan memiliki penerimaan atas dirinya.
Berikut dua kelompok bentuk penyesuaian diri yang dikemukakan oleh Gunarsa
(2012) :
1. Adaptif
Bentuk penyesuaian diri ini sering dikenal dengan istilah adaptasi dan lebih
bersifat badani. Artinya, terjadi perubahan dalam proses badani untuk

22

menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan. Misalnya, berkeringat adalah
usaha tubuh untuk ”mendinginkan” tubuh dari suhu yang panas. Di tempattempat dingin, sebaliknya, kita harus berpakaian tebal agar tubuh menjadi
”hangat”. Berkeringat atau berpakaian tebal merupakan bentuk penyesuaian diri
terhadap lingkungan.
2. Adjustif
Bentuk penyesuaian ini menyangkut kehidupan psikis kita. Misalnya, jika kita
harus pergi mengunjungi tetangga atau teman yang tengah berdukacita karena
kematian salah seorang anggota keluarganya, maka mungkin sekali wajah kita
dapat diatur sedemikian rupa sehingga menampilkan suatu wajah duka, sebagai
tanda menyesuaikan diri terhadap suasana sedih dalam keluarga tersebut.
Mungkin kita benar-benar ikut bersedih hati, tetapi mungkin juga oleh
kemampuan kita membawakan diri, kita tampil sebagai orang yang benar-benar
sedih sekalipun keadaan sebenarnya tidak demikian.
Karena kehidupan psikis berpengaruh dalam bentuk adjustif ini, dengan sendirinya
penyesuaian ini berhubungan dengan perilaku. Sebagaimana kita ketahui, perilaku
manusia sebagian besar dilatarbelakangi oleh hal-hal psikis, kecuali perilaku
tertentu dalam bentuk gerakan-gerakan yang sudah menjadi kebiasaan atau refleks.
Untuk itu, penyesuaian perilaku terhadap lingkungan memiliki aturan atau norma.
Dengan kata lain, penyesuaian diri terhadap norma-norma.

23

2.3.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyesuaian Diri
Cara-cara penyesuaian diri ini adalah hasil dari latihan atau pelajaran yang
telah dilakukan baik sengaja maupun tidak. Contoh ketika wanita menopause sedang
dalam keadaan stress atau terlibat konflik, maka apakah bisa wanita menopause
tersebut belajar menyesuaikan diri dengan baik atau tidak. Hasil latihan itu diperoleh
dari luar dirinya atau lingkungannya, khususnya lingkungan sosial adalah :
1. Penyesuaian diri dipengaruhi oleh hal-hal yang diperoleh
Suatu kenyataan bahwa kesukaran-kesukaran dalam penyesuaian diri yang
dikarenakan sikap pemalu, pendiam, tidak banyak bicara, sukar mengemukakan
pendapat, dan lain-lain, adalah bagian dari sifat dasar seseorang. Sebaliknya,
melalui latihan terus-menerus dan bimbingan yang teratur, sifat-sifat dasar ini
dapat dipengaruhi sehingga memengaruhi juga cara-cara penyesuaian dirinya,
sekalipun hal ini kadang-kadang sulit terjadi.
2. Penyesuaian diri dan kebutuhan-kebutuhan pribadi
Cara memperlihatkan perilaku atas dasar kebutuhan yang secara relatif sama
mungkin akan berbeda-beda. Hal ini antara lain disebabkan oleh mekanisme
persepsi seseorang terhadap kebutuhannya, dan itu memengaruhi caranya
berperilaku dan menyesuaikan diri terhadap tujuan atau objeknya. Kebutuhankebutuhan pribadi ini tidak saja menyangkut hal-hal yang sifatnya psikis.
Kebutuhan akan rasa aman, diterima orang lain, dan kebutuhan lain yang sifatnya
sangat pribadi, juga memengaruhi cara-cara penyesuaian terhadap lingkungan.
3. Penyesuaian diri dan pembentukan kebiasaan

24

Pada hakikatnya, pembentukan kebiasaan dapat dimulai sejak masi bayi. Meskipun
kebiasaan-kebiasaan yang hendak ditanamkan dapat terjadi secara tidak langsung,
ia semakin lama dan kadang-kadang harus menyesuaikan diri terhadap hal-hal dari
luar diri. Bukan sebaliknya, penyesuaian diri semata-mata atas dasar kepentingan
dan kepuasaan pribadi.
Dari lingkungan motivasi dapat dilihat bahwa dorongan dan motif kebutuhan
yang juga dapat disebut keinginan merupakan faktor individual. Dorongan dan
keinginan bersifat pribadi, tetapi tingkah laku sebagai ekspresi keinginan tersebut
ditujukan ke lingkungan. Walaupun keinginan bersifat pribadi, hasil pengalamannya
dalam bentuk tingkah laku sering mengikutsertakan orang lain, sehingga hal ini juga
bersifat sosial.
Dalam usaha penyesuaian, seseorang mengadakan perubahan tingkah laku dan
sikap supaya ia mencapai kepuasaan dan sukses dalam aktivitasnya, penyesuaian ini
disebut baik bila sikap-sikap yang membangun dan sehat serta tingkah laku yang
timbul dalam hubungan dengan dorongan dan pengaruh faktor lingkungan telah
tercapai.
Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri adalah :
1. Perilaku Kompensatoris merupakan konsep umum yang meliputi berbagai macam
bentuk khusus penyesuaian terhadap kegagalan dan ketidakcocokan. Penekanan
diberikan pada berfungsinya suatu sifat atau ciri tertentu yang dipakai untuk
mengalihkan perhatian orang lain dari defeknya/kerusakan. Perilaku pengganti
atau kompensatoris ini mungkin dapat diterima dan mungkin juga ditolak.

25

2. Perilaku menarik perhatian orang (attention-seeking behavior) adalah keinginan
untuk memperoleh perhatian. Penerimaan sosial biasanya paling memuaskan.
Bahkan masih lebih memuaskan apabila seseorang ditolak oleh umum daripada
diacuhkan/diabaikan oleh beberapa orang. Ia akan melakukan tindakan yang
menghebohkan untuk menarik perhatian orang.
3. Memperkuat diri melalui kritik. Merupakan cara untuk memperbaiki tingkah laku
sendiri yang merupakan suatu bentuk tingkah laku penyesuaian.
4. Identifikasi. Pembentukan pola-pola identifikasi merupakan bentuk penyesuaian
yang tidak merugikan. Pada umumnya, manusia merupakan bagian dari suatu
kelompok. Sudah selayaknya kita mengidentifikasikan diri dengan mereka yang
berhasil dan bangga dalam keberhasilan anggota kelompok yang menonjol
tersebut.
5. Sikap proyeksi. Adalah sikap yang dipakai sebagai pembenaran suatu kesalahan.
Dalam hal ini, proyeksi melindungi individu terhadap perasaan sia-sia, sebagai
akibat pengaruh kesalahannya.
6. Rasionalisasi. Merupakan usaha untuk memaafkan tingkah laku yang oleh pelaku
dianggap sebagai tidak diinginkan, aneh, tetapi menimbulkan suatu kepuasan
emosi tertentu.
7. Sublimasi. Seseorang dapat menyalurkan aktivitasnya dengan aktivitas pengganti
(substitute) yang dapat diterima umum untuk menghindari stres emosi. Seseorang
akan sungguh-sungguh yakin bahwa aktivitas pengganti telah digerakkan oleh
sikap sosial yang baik.

26

8. Melamun dan mengkhayal sebagai cara penyesuaian. Seorang dewasa atau lanjut
usia dengan penyesuaian diri yang baik dapat mengubah impiannya ke dalam
aktivitas yang produktif. Orang lanjut usia yang pengalaman masa lalunya cukup
memuaskan akan mengenang kembali keberhasilan yang telah diperolehnya pada
masa lampau.
9. Represi (conscious forgetting). Pada umumnya, seseorang akan menghindari
tempat, orang, atau hal yang berhubungan dengan pengalaman yang tidak
menyenangkan. Demikian pula seseorang ingin melupakan segala hal yang
berhubungan dengan suatu situasi penghinaan atau kekesalan. Dasar-dasar represi
adalah lupa akan hal-hal yang tidak menyenangkan.
Cara penyesuaian diri yang wajar adalah prinsip realitas, menerima
kecemasan, sedapat mungkin tidak memakai mekanisme pertahanan, mengerti motifmotif (Gunarsa, 2012).

2.4. Menopause
Menopause adalah penghentian permanen masa menstruasi (haid), berarti ini
menjadi tanda akhir dari masa reproduktif. Beberapa wanita mempunyai siklus
menstruasi tanpa penyulit. Tetapi kebanyakan wanita mengalami siklus anovulasi
yang ditandai oleh mestruasi dengan perdarahan yang sedikit-sedikit atau perdarahan
banyak yang berlangsung lama, atau bisa juga keduanya (Purwoastuti, 2012).

27

Secara biological, menopause didefinisikan sebagai pengakhiran masa
menstruasi, ini pertanda hilangnya kemampuan seorang wanita untuk menhasilkan
keturunan (Noviana, 2014).
Menopause memiliki banyak arti atau makna yang terdiri dari kata men dan
pauseis yang berasal dari bahasa yunani, yang digunakan untuk menjelaskan
gambaran berhentinya haid atau menstruasi. Ini merupakan akhir proses biologis dari
siklus menstruasi, yang dikarenakan terjadinya perubahan hormon yaitu penurunan
produksi hormon estrogen yang dihasilkan oleh ovarium.
Kenyataan yang ada di masyarakat menunjukkan banyak kaum ibu mengalami
masalah dalam menghadapi menopause. Masalah-masalah yang sering dihadapi oleh
kaum ibu antara lain adalah gangguan dalam kehidupan seksual suami istri, seperti
keringat yang berlebihan dan rasa panas pada muka. Juga timbul perasaan-perasaan
yang tidak menyenangkan, seperti gejolak emosi yang berlebihan dan perasaan tidak
berguna karena tidak bisa melahirkan anak lagi. Selain hal-hal tersebut, ketidaksiapan
kaum ibu dalam menghadapi proses penuaan merupakan satu masalah tersendiri.
Berkurangnya kadar hormon estrogen dapat menyebabkan berkurangnya kelembaban
kulit sehingga kulit menjadi keriput. (Cristiani dkk, 2000).
Adanya penurunan hormon estrogen, menyebabkan siklus menstruasi menjadi
tidak teratur, hal ini juga dapat dijadikan sebagai petunjuk terjadinya menopause.
Menopause juga dapat diartikan sebagai haid terakhir. Terjadinya menopause ada
hubungan dengan menarche (pertama haid), makin dini menarche terjadi, maka
makin lambat atau lama menopause timbul (Mulyani, 2013).

28

2.4.1

Tahap-tahap Menopause
Dalam masa menopause, terdapat tiga tahapan yang harus dihadapi. Menurut

Mulyani (2013), menopause di bagi dalam beberapa tahapan yaitu sebagai berikut :
1. Pra menopause
Fase ini terjadi pada usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterium. Gejala yang
timbul pada masa pramenopause yaitu : siklus mestruasi menjadi tidak teratur,
perdarahan menstruasi memanjang, jumlah darah menstruasi menjadi lebih
banyak, adanya rasa nyeri saat menstruasi.
2. Perimenopause
Yaitu fase peralihan antara masa pramenopause dan pasca menopause. Gejalagejala yang timbul pada masa perimenopause yaitu : siklus menstruasi menjadi
tidak teratur, siklus menstruasi menjadi lebih panjang.
3. Menopause
Yaitu fase dimana berhentinya menstruasi atau haid terakhir akibat adanya
perubahan kadar hormon dalam tubuh yaitu menurunnya fungsi estrogen dalam
tubuh. Gejala-gejala yang terjadi pada masa menopause yaitu sebagai berikut :
keringat yang biasanya timbul pada malam hari, lebih mudah marah atau emosi,
sulit istirahat atau tidur, haid menjadi tidak teratur, terjadi gangguan fungsi
seksual, badan bertambah gemuk, sering kali tidak mampu untuk menahan
kencing, stress dan depresi, nyeri otot sendi, hot flush atau sering terasa panas,
terjadinya kekeringan pada vagina karena berkurangnya produksi lender pada

29

vagina, terjadinya gangguan pada tulang, gelisah, khawatir, sulit konsentrasi, dan
mudah lupa.
4. Postmenopause
Postmenopause adalah kondisi dimana seorang wanita telah mencapai masa
menopause. Pada masa postmenopause seorang wanita akan mudah sekali
mengidap penyakit jantung dan pengeroposan tulang (osteoporosis).
2.4.2. Usia Memasuki Menopause
Bagi kebanyakan wanita, haid terakhir terjadi pada usia 50-51 tahun, dengan
klimaksterium dimulai beberapa tahun sesudahnya. Menopause juga terjadi pada
wanita

yang

mengalami

pengangkatan

rahim/uterus

yang

disebut

dengan

Hysterectomi, misalnya sebagai akibat adanya tumor di uterus, dan mereka akan
mengalami gejala menopause pada usia yang lebih muda. Menopause terjadi sekitar
satu tahun lebih awal dari rata-rata pada wanita yang merokok dan setahun lebih lama
pada wanita yang buta sejak lahir (Purwoastuti, 2012).
Usia rata-rata perempuan mengalami menopause di Amerika Serikat adalah
50-52 tahun, tetapi dalam beberapa kasus mungkin terjadi lebih awal atau lebih
lambat. Tidak ada seorang pun yang dapat memastikan kapan menopause ini akan
datang. Kebanyakan wanita akan mengalaminya pada usia 50 tahun tetapi tidak
menutup kemungkinan jika terjadi lebih cepat atau lebih lambat. Usia menopause itu
bervariasi, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti dipengaruhi oleh
keturunan, jadi jika ibu kandung menopause di usia 40 tahun, kemungkinan si anak

30

juga akan menopause di usia tersebut, faktor kesehatan umum, serta pola hidup juga
dapat mempengaruhi kapan terjadinya menopause (Mulyani, 2013).
Menopause biasanya terjadi pada usia 45-55 tahun, meskipun bisa juga terjadi
lebih awal pada wanita yang menjalani histerektomi. Menurunnya produksi hormon
estrogen menyebabkan terjadinya menopause sebagai tanda berakhirnya masa
kesuburan, produksi dan pelepasan sel telur (ovulasi), dan menstruasi (Bandiyah,
2009).
Sedangkan menurut Proverawati (2010), sebagian besar wanita mulai
mengalami gejala premenopause pada usia 40-an dan puncaknya tercapai pada usia
50 tahun yaitu terjadinya masa menopause dimana pada masa menopause ini wanita
sudah tidak mengalami haid lagi. Kebanyakan wanita mengalami menopause kurang
dari 5 tahun dan sebagian kecil lebih dari 5 tahun. Jadi dapat di simpulkan bahwa,
rata-rata umumnya seorang wanita akan mengalami menopause sekitar usia 45-50
tahun.
2.4.3. Penyebab Terjadinya Menopause
Tubuh wanita mempunyai persediaan sel telur atau ovum dengan jumlah yang
terbatas dan masa menopause itu terjadi ketika ovarium atau indung telur telah
kehabisan sel telur atau ovum, hal ini menyebabkan produksi hormon dalam tubuh
terganggu yaitu berhentinya produksi hormon seks wanita yang tidak lain adalah
hormon estrogen dan progesteron.
Penurunan fungsi hormon dalam tubuh akan menyebabkan terjadinya
penurunan fungsi tubuh dan gejala-gejala menopause akan mulai timbul dan terasa

31

meskipun mestruasi masih datang. Saat itu akan mulai terlihat adanya perubahan pada
haid yang mungkin menjadi lebih lama atau lebih singkat dan untuk jumlah darah
menstruasi yang dikeluarkan menjadi tidak konsisten yaitu relatif menjadi lebih
banyak dari sebelumnya (Mulyani, 2013).
Usia 45-55 tahun menandakan berakhirnya masa subur dan berkurangnya
kadar hormon estrogen serta progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan
beberapa perubahan pada tubuh yaitu wajah kemerahan, keringat di malam hari, rasa
sakit dan nyeri, kekeringan di daerah vagina, masalah kandung kemih, hubungan
seksual yang menimbulkan rasa nyeri, kulit kering, gangguan tidur, emosi yang
mudah berubah-ubah, perdarahan menstruasi yang tidak teratur. Sedangkan jangka
panjang akan meningkatkan resiko terkena penyakit jantung dan osteoporosis/rapuh
tulang (Kesuma, 2009).
Menurut Manuaba dkk (2009), keluhan akibat penurunan hormon terbagi dua
yaitu :
1. Keluhan Psikologis
Menurunnya kemampuan berpikir dan ingatan sehingga menimbulkan penyakit
”pikun” atau Alzheimer. Gangguan emosi berupa rasa takut bila disebut tua, rasa
takut menjadi tua dan tidak menarik, sukar tidur atau cepat bangun, mudah
tersinggung dan mudah marah, sangat emosional dan spontan, merasa tertekan dan
sedih tanpa diketahui sebabnya. Rasa takut kehilangan suami, anak, dan
ditinggalkan sendiri. Keinginan seks menurun dan sulit untuk dirangsang. Situasi

32

demikian dapat terjadi bila individu belum siap untuk menghadapi klimakterium,
menopause, dan senium.
2. Keluhan Fisik
Tidak semua keluhan fisik dapat terjadi pada seseorang, dan tidak semuanya pula
dapat dijabarkan secara rinci, tetapi keluhan yang dominan dan sering dijumpai
dapat dijelaskan berikut ini :
a. Jantung dan pembuluh darah
Keluhan yang memengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darah meliputi kulit
terasa kering, keriput, dan longgar. Oleh karena turunnya sirkulasi menuju kulit,
badan terasa panas termasuk wajah, terjadi perubahan sirkulasi pada wajah yang
dapat melebar ke tengkuk bewarna merah (hot flushes), mudah berdebar-debar,
terjadi tekanan darah tinggi yang berlanjut ke penyakit jantung koroner.
b. Genitalia
Keluhan yang dirasakan mengenai alat kelamin meliputi liang senggama terasa
kering, sulit menerima rangsangan karena sensitivitasnya sudah menurun, epitel
liang senggama dan sekitarnya menipis, sehingga mudah terjadi infeksi, dalam
melakukan hubungan seks kering terasa sakit (dispareunia), elastisitas sudah
menurun sehingga terasa longgar.
c. Sistem hormonal
Secara menyeluruh sistem hormonal sudah menurun fungsinya sehingga
memengaruhi metabolisme tubuh yang cenderung menurun. Oleh karena itu
diperlukan perhatian terhadap pola makan yang sebaiknya vegetarian. Penyakit

33

metabolisme yang dapat terjadi pada masa klimakterium dan menopause adalah
cepat menjadi gemuk, kelebihan bahan makanan disimpan dalam bentuk lemak
di bokong, payudara, dan perut.
d. Fungsi saraf
Pada lansia, keluhan saraf disebabkan oleh degenerasi sel saraf dan sel otak
sehingga menimbulkan manifestasi klinis. Panca indera mengalami kemunduran
fungsi sehingga perlu perhatian, penglihatan dan pendengaran kurang berfungsi
sehingga memerlukan bantuan alat untuk meningkatkan fungsi.
e. Fungsi motorik
Keluhan fungsi motorik meliputi otot mulai lemah untuk memegang atau
mengambil barang, koordinasi sudah kurang tepat dan pegangan sering lepas,
gerakan otot mulai sulit dikendalikan sehingga sering gemetar (tremor).
f. Fungsi sensoris
Keluhan saraf sensoris yang sering muncul adalah kram atau sakit. Gejala ini
timbul saat berdiam diri dan akan menghilang bila digerakkan. Kemunduran
fungsi saraf menyebabkan gangguan sirkulasi darah dan menimbulkan
gangguan rasa perabaan, karena saraf peraba mengalami kemunduran fungsi.
g. Fungsi tulang
Tulang sebagai penyangga utama tubuh, karena proses penuaan, dapat terjadi
pengurasan kalsium tulang, sehingga menjadi keropos dan mudah patah.
Tempat yang paling banyak terjadi patah tulang adalah pada persendian tulang
paha, sekalipun jatuh tidak terlalu keras. Metabolisme kalsium, sebagai bahan

34

tulang, dipengaruhi oleh hormon paratiroid, estrogen, vitamin E dan D. lansia
perlu berhati-hati agar tidak terjadi patah tulang, yang pengobatannya sulit
dilaksanakan.
Gejala-gejala yang ditemukan pada wanita menopause menurut Prayitno
(2014) adalah sebagai berikut :
1. Hot Flushes yang terjadi akibat peningkatan aliran darah di dalam pembuluh
darah wajah, leher, dada, dan punggung. Kulit menjadi merah dan hangat
disertai keringat yang berlebihan. Hot flushes dialami oleh sekitar 75%
wanita menopause. Kebanyakan hot flushes dialami selama lebih dari 1
tahun dan 25%-50% wanita mengalaminya sampai lebih dari 5 tahun. Hot
flushes berlangsung selama 30 detik sampai 5 menit.
2. Vagina menjadi kering lantaran penipisan jaringan pada dinding vagina
sehingga sering menimbulkan rasa nyeri ketika melakukan hubungan
seksual.
3. Gejala psikis dan emosional, seperti kelelahan, mudah tersinggung, susah
tidur dan gelisah bisa disebabkan oleh berkurangnya kadar estrogen.
Berkeringat pada malam hari menyebabkan gangguan tidur sehingga
kelelahan semakin memburuk dan yang bersangkutan menjadi semakin
mudah tersinggung.
4. Pusing, kesemutan, palpitasi (jantung berdebar).
5. Hilangnya kendali terhadap kandung kemih (sering buang air kecil)
6. Peradangan kandung kemih atau vagina

35

7. Osteoporosis
8. Penyakit jantung dan pembuluh darah

2.4.4. Faktor yang Memengaruhi Menopause
Faktor yang memengaruhi menopause adalah sebagai berikut :
1. Usia saat haid pertama kali (Menarche)
Ada hubungan antara usia pertama kali mendapat haid dengan usia seorang wanita
memasuki menopause. Semakin muda seorang wanita mendapatkan haid maka
semakin tua atau lama wanita tersebut memasuki menopause.
2. Faktor psikis
Wanita yang tidak menikah dan bekerja akan mempengaruhi perkembangan psikis
seorang wanita karena mereka akan mengalami menopause lebih muda
dibandingkan dengan wanita yang telah menikah dan bekerja.
3. Jumlah anak
Semakin sering seorang wanita melahirkan maka semakin tua atau lama mereka
memasuki masa menopause.
4. Usia melahirkan
Penelitian yang dilakukan oleh Beth Israel Deaconess Medcal Center in Boston
mengungkapkan bahwa wanita yang masih melahirkan diatas usia 40 tahun akan
mengalami usia menopause yang lebih tua atau lama. Hal ini disebabkan karena
kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi.
Bahkan akan memperlambat sistem penuaan organ tubuh.

36

5. Merokok
Wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa menopause karena hal ini
berkaitan dengan kandungan yang ada di dalam rokok yang sangat berpengaruh
terhadap menopause.
6. Pemakaian kontrasepsi
Kontrasepsi dalam hal ini yaitu kontrasepsi hormonal. Hal ini dikarenakan cara
kerja kontrasepsi yang menekan kerja ovarium atau indung telur. Pada wanita yang
menggunakan alat kontrasepsi hormonal akan lebih lama atau tua memasuki masa
menopause.
7. Sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi seseorang akan mempengaruhi faktor fisik, kesehatan dan
pendidikan. Bila faktor tersebut cukup baik, akan mempengaruhi beban fisiologis.
8. Cemas
Kecemasan yang dirasakan wanita akan sangat menentukan waktu kecepatan atau
bahkan keterlambatan masa-masa menopause. Faktor yang mempengaruhi
kecemasan diantaranya faktor keluarga dan lingkungan sosial.
9. Stres
Jika seorang wanita sering stres, maka sama juga dengan cemas, yang
menyebabkan lebih dini mengalami masa menopause (Astutik, 2013).

37

2.5. Konsep Diri terhadap Penyesuaian Selama Masa Menopause
Konsep diri dalam penyesuaian di masa menopause menurut Mulyani (2013)
adalah :
1. Bersikap positif
Meskipun

menopause

dapat

mengakibatkan

gejala-gejala

yang

tidak

menyenangkan akan tetapi hal tersebut bukan penyakit. Menopause adalah hal
yang alami dan akan dilalui oleh setiap wanita. Berfikirlah positif bahwa telah
bebas dari haid dan tidak membutuhkan lagi kontrasepsi. Wanita menopause akan
mengalami perubahan dalam otaknya yaitu karena adanya penurunan tingkat
estrogen dan progesteron yang akan mempengaruhi cara wanita untuk berfikir
sebelumnya, selama dan setelah menopause. Adanya tingkat hormon yang tidak
teratur pada perimenopause akan menyebabkan fluktuasi yang berkaitan dengan
suasana hati, libido, pola tidur, hot flush, kegelisahan dan cepat marah.
2. Mengatasi Blues
Jika memandang menopause secara negatif maka depresi akan timbul. Depresi
sering berhubungan dengan kemarahan, kadang juga depresi berasal dari
ketidakbahagiaan dengan situasi dalam hidup. Untuk mengatasinya dengan cara
memperlakukan diri dengan lebih baik dan hal yang perlu diingat bahwa tidak ada
seorang pun yang bahagia sepanjang waktu.

38

3. Mencari bantuan orang lain
Sangat penting menambah jaringan sosial yaitu bisa meluangkan waktu rutin untuk
menengok keluarga dan teman-teman. Hal ini dikarenakan jaringan sosial yang
baik maka memiliki kesehatan mental yang lebih baik.
4. Mengelola tingkat stres
Stres dan kecemasan selama dan setelah menopause dapat meningkatkan serangan
panas (flushing), insomnia, depresi, dan gejala lainnya. Hal ini menganggu
kemampuan kelenjar adrenal untuk memproduksi adrostenedion. Mengelola
tingkat stres akan membantu mengontrol gejala-gejala menopause dan akan
mengurangi risiko yang membahayakan jiwa.
5. Meditasi
Jika meditasi rutin dilakukan, dapat menurunkan tingkat hormon stres,
menghilangkan kecemasan, mengurangi kelelahan, meningkatkan energi dan
membersihkan pikiran. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan duduk nyaman
sambil menutup mata. Bernafaslah dari hidung pelan dan dalam, kempiskan perut
dan pilihlah kata yang memberikan ketenangan misalnya tenang, damai, harmonis,
atau santai.
6. Tertawa
Tertawa dapat mengurangi hormon stres kortisol dan meningkatkan serotonin yang
dapat meningkatkan suasana hati.
7. Melatih kesadaran
Yaitu kita tidak dapat mengubah masa lalu atau memprediksi masa depan.

39

2.6. Dukungan Suami terhadap Penyesuaian dalam Masa Menopause
Pola kehidupan keluarga mengalami perubahan seiring meningkatnya usia
seseorang. Keluarga merupakan sumber utama terpenuhinya kebutuhan emosional,
semakin besar dukungan emosional dalam keluarga semakin menimbulkan rasa
senang dan bahagia dalam keluarga sebaliknya semakin miskin dukungan emosional
semakin menimbulkan perasaan tidak senang dalam keluarga. Penyesuaian dalam
keluarga yang dianggap penting menurut Hurlock (1993:42)

adalah

hubungan

dengan pasangan hidupnya, perubahan perilaku seksual, hubungan dengan anak,
ketergantungan orangtua, hubungan dengan cucu (Suardiman, 2011).
Sebagian besar wanita mengalami masa menopause bersamaan dengan
pencapaian karir suaminya, sehingga suami sangat disibukkan dengan pekerjaannya
dan waktu untuk istri semakin berkurang. Anak menginjak dewasa dan mulai
disibukkan dengan kegiatannya. Hal ini akan menimbulkan kesan bahwa anak tidak
lagi membutuhkan ibunya. Perasaan tidak berharga lagi akan menurunkan keinginan
wanita untuk melakukan aktivitasnya. Wanita yang sudah mengalami menopause
akan kehilangan daya tarik seksualnya dan menurun aktivitas seksualnya. Ada
beberapa wanita beranggapan bahwa sesudah menopause tidak bisa memberikan
kepuasan seksual bagi suaminya (Mulyani, 2013).
Selain itu, pemahaman suami terhadap perubahan seksual yang muncul pada
istrinya juga akan membantu perempuan menopause untuk tidak cemas. Perlu
diketahui bahwa sesungguhnya gairah seksual perempuan tidak menurun ketika
menopause karena memang bukan hormon estrogen yang berperan dalam hal ini,

40

melainkan androgen. Jadi berkurangnya estrogen saat perempuan menopause tidak
serta merta menjadikan perempuan kehilangan hasrat seksualnya (Prabandani, 2009).
Dukungan suami termasuk dalam dukungan sosial yang sangat penting bagi
seorang istri untuk bisa menghadapi menopause ini dengan lebih baik karena menurut
Saparinah Sadli (dalam Wawan, 2011) membagi individu dengan lingkungan sosial
yang saling mempengaruhi sebagai berikut :
a) Perilaku kesehatan individu; sikap dan kebiasaan individu yang erat kaitannya
dengan lingkungan.
b) Lingkungan keluarga; kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai
kesehatan
c) Lingkungan terbatas; tradisi, adat- istiadat dan kepercayaan masyarakat
sehubungan dengan kesehatan
d) Lingkungan umum; kebijakan-kebijakan pemerintah dibidang kesehatan, undangundang kesehatan, program-program kesehatan.

2.7. Landasan Teori
Menurut Robert dan Jack (dalam Tyastuti, 2009) konsep diri adalah
pandangan kita mengenai siapa diri kita yang kita dapat dari informasi orang lain
kepada kita. Konsep diri kita yang paling awal biasa dipengaruhi oleh keluarga dan
orang-orang dekat disekitar kita yang disebut significant others.
Aspek-aspek konsep diri seperti agama, jenis kelamin, pendidikan,
pengalaman, rupa fisik dll diinternalisasi lewat pernyataan orang lain yang

41

menegaskan aspek-aspek tersebut kepada kita. Identitas etnik merupakan unsur
penting dalam konsep diri. George Herbert Mead mengatakan setiap manusia
mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam
masyarakat. Dan dilakukan dengan komunikasi. Proses konsep diri berlangsung
sepanjang hidup, dan dapat berubah-ubah dan bergantung pada respon orang terhadap
kita. Kesan orang lain tentang diri kita dan cara mereka bereaksi dipengaruhi oleh
komunikasi kita dengan mereka (Tyastuti, 2009).
Timbulnya rasa rendah diri, tidak menarik, tidak bugar, dan tidak cantik,
terancam, dan tidak berdaya pada manusia yang mangalami menopause adalah
tergantung dari bagaimana individu tersebut mempersepsikan masa menopause
melalui penyesuaian diri yang dilakukannya (Sibero, 2010).
Dukungan suami merupakan salah satu sumber dukungan sosial yang berasal
dari lingkungan keluarga yang dapat memengaruhi konsep diri wanita menopause
tersebut. Menurut Kaheksi, dkk (2013) Dukungan sosial memiliki empat jenis yaitu
dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan
informatif.

42

2.8. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang dikemukakan di atas,
maka penulis dapat merumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
Variabel Independen

Variabel Dependen

Konsep Diri
Penyesuaian Diri Pada
Masa Menopause
Dukungan Suami
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep tersebut bahwa konsep diri yang dialami wanita
pada masa menopause serta adanya dukungan suami pada istri yang mengalami masa
menopause diharapakan dapat menimbulkan reaksi atau dapat memengaruhi
perubahan penyesuaian diri yang baik terhadap wanita yang sedang menghadapi masa
menopause tersebut.