Index of /ProdukHukum/kehutanan

RUMUSAN HASIL RAPAT
PRESENTASE HASIL STUDI DAN ANALISA KERANGKA KEBIJAKAN DAN
EKONOMI INSENTIF
SERTA INVENTARISASI POHON PLUS
Kupang, 22 April 2010
Memperhatikan :
1. Laporan co-Project ITTO PD 459/07 Rev.1
2. Sambutan Direktur BPHA Dirjen BPK Kementrian Kehutanan RI
3. Sambutan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi NTT
Masukan serta diskusi yang berkembang selama berlangsungnya rapat dengan ini
peserta rapat sepakat dan merumuskan hal-hal sebagai berikut :
SESI I
INVETARISASI POHON PLUS DI KAB. TTS
1. Beberapa masyarakat secara sadar masih berkeinginan untuk menanam dan
memelihara cendana disamping masyarakat yang memusnahkan cendana karena
trauma dihukum/dipenjarakan pada saat operasi cendana.
2. Kesadaran masyarakat untuk memelihara cendana terlihat dengan adanya
penetapan aturan adat dan menjaga tanaman cendana dengan berbagai cara agar
tidak bisa dicuri orang.
3. Pemda TTS sangat mendukung pengembangan cendana dengan intruksi Bupati
kepada seluruh masyarkat TTS untuk menanam cendana kembali.

4. Berdasarkan hasil inventarisasi potensi cendana (pohon plus) di 23 desa kab TTS
ternyata masih cukup tersedia dan tersebar dengan diamater/keliling bervariasi
yang tumbuh secara alami di lahan milik masyarakat maupun cendana yang telah
dibudidayakan oleh masyarakat itu sendiri.
5. Hasil inventarisasi pohon cendana pada lahan milik masyarakat di 23 desa terdata
sebanyak 1246 pohon dengan sebaran mulai dari tingkat anakan sampai pohon
dengan diameter lebih dari 100 cm.
6. Dalam pelaksanaan inventarisasi potensi cendana agar sekaligus dilakukan
pendataan kondisi habitat ekologi sekeliling pohon cendana dan pemetaan sebaran
pohon cendana menggunakan GPS (titik koordinat).
7. Hasil review kebijakan tentang cendana agar disosialisasikan kepada seluruh
komponen masyarakat dan semua stakeholder demi kelestarian pengelolaan
cendana ke depan.
8. Pendataan kepemilikan pohon cendana oleh masyarakat dan sertifikasi pohon
cendana
DON GILMOUR
.
1. Dukungan anggaran dan dukungan teknis (penyuluhan) untuk mengembangkan
cendana agar menjadi fokus perhatian oleh pemerintah pada petani/ masyarakat.
2. Review kebijakan terkait cendana dengan mengatur hal-hal yang menghalangi

masyarakat (semua stakeholder) untuk berinvestasi /mengembangkan cendana
3. Penyebaran artikel tentang manfaat dari pohon cendana dan keuntungan secara
finansial 100% benefit diberikan kepada siapa yang mengembangkn cendana.
4. Perlu pendampingan secara intensif dari instansi terkait dan pemberian kompensasi
(insentif ekonomi) kepada masyarakat ketika mereka menanam dan harus
menunggu dalam jangka waktu selama 20 tahun ke depan.

1

5. Regulasi sebagai produk pemda agar mengakomodir aturan adat istiadat
masayarakat dan memberikan dukungan kepada aturan adat yang ada terkait
pelestarian cendana, termasuk pengamanan dan tata niaga (pemasaran) cendana.
6. Insentif yang paling cocok untuk masyarakat dalam pelestarian cendana adalah
hasil penjualan cendana oleh masyarakat “ tidak dibebani kewajiban apa-apa”.
SESI II
KABUPATEN ALOR
1. Perda belum diterbitkan karena cendana dianggap jenis kayu lainnya dan
pengurusannya sama seperti jenis-jenis kayu lainnya dan mengacu kepada aturan
yang diterbitkan oleh gubernur
2. Persepsi masyarakat :

a. Cendana akan memberikan kontribusi
b. Aturan jelas perihal kepemilikan cendana
c. Sharing benefit
d. Tokoh berpengaruh berkaitan pengelolaan cendana adalah : aparat
pemerintah(dishut) /instansi terkait dan masyarkat (tokoh masyarakat/LSM)
e. Potensi konflik antar stakeholder : masyarakat, lsm, pemerintah
3. Insentif ekonomi dari pengelolaan cendana perlu diatur karena masa panen yang
cukup panjang.
4. Klarifikasi atas hak kepemilikan lahan dan pohon cendana perlu dikaji karena
jangka waktu panen yang cukup panjang.
5. Masyarakat yakin bahwa cendana akan memberikan kontribusi ekonomi untuk itu
perlu sosialisasi untuk seluruh masyarakat bukan hanya pada patner-patner kerja
pemerintah.
TIMOR TENGAH SELATAN
1. Sejak masa lampau cendana sudah esklusif yang dikuasai oleh para elit
2. Masyarakat belum rasa memiliki walaupun cendana tumbuh di lahan masyarakat
3. Pedagang sangat mengambil untung dibandingkan petani pemilik cendana
4. Perlu sosialiasi peraturan-peraturan baru tentang cendana
5. Perlu revisi aturan pada semua level dari provinsi sampai di desa-desa
6. Kepemilikan, informasi, pendampingan, kearifan tradisional menjadi poin-poin

penting untuk penyusunan regulasi ke depan
7. Dukungan investasi pusat untuk pengembangan cendana
8. Sosial forestry bisa diterapkan dalam budidaya cendana
FLORES TIMUR
1. Cendana alam yang tumbuh berdasarkan data dari dinas kehutanan kab. Flores
timur berjumlah 438 pohon
2. Kondisi alam yang ekstrim sebagai penghambat keberhasilan program penanaman
3. Masyarakat menyambut baik rencana pengembangan tanaman cendana
4. Pengembangan tanaman cendana agar diarahkan lebih pada sistem swakelola
lebih terjamin keberhasilannnya daripada sitem kontrak
5. Pembibitan bukan merupakan masalah karena ketesediaan bibit/biji cendana lewat
adanya pohon-pohon cendana penghasil biji
6. Kepemilikaan tanah dan kepemilikan pohon harus jelas dengan mengsosialisasikan
kepada masyarakat
7. Informasi pemasaran cendana disebarluaskan kepada seluruh komponen
masyarakat

2

SUMBA TIMUR

1. Masyarakat tidak terlalu tertarik dengan cendana karena adanya kepercayaan
masyarakat terhadap pohon cendana (pohon setan/hilang ketika akan diambil),
masih ada penghasilan sampingan lain seperti kesambi, dan tenunan yang
pemasarannya sudah cukup baik dengan harga jual bagus.
2. Pendataan variasi habitat tanaman cendana perlu dicatat untuk pengembangan
cendana
3. Peraturan tentang cendana agar dibebaskan kepemilikannya kepada masyarakat
seperti halnya pada tanaman kesambi.
4. Kurang memahami tentang perda yang telah ada.
5. Sistem insentif yang belum tersedia karena harus menunggu lama masa panen
6. Potensial konflik terjadi mengingat besarnya gap terkait teknologi silvikultur,
penyediaan bibit unggul, scope perdagangan dan pemasaran, kebijakan yang
belum berpihak kepada masyarakat.
HASIL DISKUSI
1. Pembelajaran pembibitan dalam budidaya cendana penting demi keberhasilan
pengembangan tanaman cendana di provinsi NTT.
2. Masalah kemiskinan dan kesehatan masyarakat agar menjadi perhatian dalam
program-program pengembangan cendana ke depan
3. Modul-modul penyuluhan dan sosialiasasi kepada masyarakan agar tidak
disamaratakan pada seluruh kabupaten tetapi beragam disesuaikan dengan kondisi

sosial biofisik daerah masing-masing.
4. Untuk kedepan agar cendana bisa diusulkan masuk dalam silabus pelajaran
muatan lokal di Provinsi NTT
5. Terkait legal draf perda agar disampaikan juga naskah akademis oleh tim konsultan
kepada pemerintah daerah.
6. Berdasarkan pengalaman yang ada agar perda yang nantinya dibuat segera
dilanjutkan dengan peraturan pelaksanaan operasional di lapangan.
7. Pengurusan cendana di lahan masyarakat dalam pengaturannya di perda bisa
mengacu seperti pengurusan kayu rakyat lainnya seperti SKAU.
8. Insentif ekonominya pada masyarakat yang terlibat dalam budidaya cendana akan
diatur dalam sistem budidaya sosial forestry seperti tumpang sari.

3

Hasil notulis 2
ANALISA KEBIJAKAN DAN EKONOMI INSENTIF
TERKAIT PENGELOLAAN CENDANA DI NUSA TENGGARA TIMUR
Session II.
Kupang, 22 April 2010
4 (EMPAT) PERTANYAAN MENDASAR

1. APAKAH KEBIJAKAN SUDAH CUKUP MELIBATKAN PASRTISIPASI
MASYARAKAT ?
2. BAGAMANAN IMPACT KEBIJAKAN YANG ADA TERKAIT KEHIDUPAN DAN
PENDAPATAN MASYARAKAT ?
3. APA PENDAPAT MASYARAKAT TENTANG KEBIJAKAN YANG ADA SEKARANG ?
4. BAGAIMANA INSENTIF EKONOMI YANG TERBAIK YANG DAPAT
MEMBANGKITKAN ANIMO MASYARAKAT TERKAIT PENGEMBANGAN
CENDANA ?
DENGAN MENJAWAB 4 PERTANYAAN DIATAS DAPAT DI REKOMENDASIKAN
INTERVENSI APA MELALUI KEBIJAKAN YANG BISA MENINGKATKAN
PARTISIPASI MASYARAKAT ?
Lokasi riset : ALOR, FLORES TIMUR, SUMBA TIMUR, TTS
I. ALOR :
Masalah/temuan :
1. Tidak ada perda yang mengatur, pengaturan cendana disamakan dengan kayu
rakyat lainnya
2. Masyarakat masih punya pandangan positif tentang cendana (prospektif)
3. Pihak paling berpengaruh dalam pengelolaan cendana yaitu pemerintah dan
masyarakat
4. Potensi konflik antara masyarakat, swasta dan LSM dengan pemerintah

5. Insentif ekonomi belum dirasakan karena cendana masih baru, belum cukup usia
panen.
Rekomendasi :
1. Mempertemukan 2 pihak yang paling berpengaruh (Pemerintah dan masyarakat)
2. Pembuatan Aturan baru yang mengatur peran para pihak
II. TTS :
Masalah :
1. Akar masalah sudah muncul jauh sebelum pemerintahan Indonesia ( timbul
saat masa penjajahan Portugis dan Belanda) yaitu pembagian hasil yang tidak
adil kepada rakyat pemilik cendana.
2. Cendana dikuasai kalangan elite sejak dahulu mulai raja-raja, Portugis,
Belanda, sampai pemerintah Indonesia.
3. Peraturan dan kebijakan yang tidak berpihak masyarakat
Keinginan Masyarakat :
1. Penghapusan trauma
2. Kebijakan yang mengembalikan hak penuh masyarakat atas cendana

4

Rekomendasi :

1. Revisi Kebijakan
2. Pertimbangan teknis, pendanaan, ekonomi, political
3. info pasar,
4. pendampingan
5. kearifan tradisional
6. investasi pengusaha
III. FLORES TIMUR
1. Masyarakat tidak mengalami trauma seperti ditemui di tempat lain sehingga
keinginan budidaya cendana cukup besar
2. Teknologi budidaya sudah dikuasai masyarakat
3. Status kepemilikan masih dipertanyakan jika tiba masa panen.
4. Berdasarkan pengalaman, Tingkat keberhasilan swakelola lebih tinggi dibanding
sistem kontrak. (rekomendasi)
IV. SUMBA TIMUR
1. Masyarakat belum terlalu mengetahui tentang adanya PERDA cendana
2. Pengetahuan tentang cendana hanya diketahui sedikit orang
3 Masyarakat menyambut baik adanya program pengembangan cendana.
4. Ketidakjelasan hak bagi hasil penjualan.
Kekuatan
1. Cendana masuk dalam RPJMD

2. Kemauan kuat untuk budidaya oleh masyarakat
3. Masih terdapat tegakan alam di semua daerah
4. Kelembagaan adat masih kuat yang bisa mendukung di tingkat bawah
Kelemahan
1. Tenure (kepastian status lahan)
2. Masa yang lama untuk panen
3. Kurang peduli masyarakat terhadap aturan
4. Partisipasi lemah
Peluang
1. harga pasaran dunia yang tinggi
2. Aturan kebijakan tingkat Nasional yang bisa dikaitkan dengan cendana
3. Tokoh-tokoh panutan (agent of change)
Ancaman
1. Ketakutan panen berlebihan
2. Biofisik (kondisi alam yang keras)
3. Posisi cendana dengan tanaman lain yang lebih cepat panen
4. Kebakaran
Strategi
1. Kebijakan partisipatif yag lebih kondunsif terhadap masyarakat
2. Integrasi program RHL dengan pengembangan cendana (bagi hasil yang jelas)

3. Penyuluhan, fasilitas penyuluhan
Usul saran
1. Sertifikasi sumber benih
2. Kebun sumber benih
3. Muatan lokal Sekolah Dasar

5

4. Peraturan Pelaksanaan PERDA
5. Pelatihan teknik budidaya cendana bagi petani dan Diklat GIS pejabat dinas
Kabupaten
6. Penyusunan PERDA oleh eksekutif sejak awal hingga 80 % setelah itu
diserahkan ke legislatif.

6

Daftar Peserta Rapat
Presentasi Hasil Study dan Analisa Kebijakan dan Ekonomi Insentif serta
Penyajian Hasil Inventarisasi Pohon Plus di Kabupaten TTS
Hotel Sylvia, Kupang, 22 April 2010
No

Nama

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

Agus Wibowo
Agus Widyanto
Ayub F Adu
Bambang Dwi N
Bertho Dasilva
Bony Moke
C.Ch.Ratri S
Chris Adutae
Christian L. E. Koenunu
D. Nikolaus
Dede Rohadi
Deetje E Kiuk
Denny H
Don Gilmour
Eko Budi S
Elisabeth Lukas
Erick Mustika
Esther Martha
Fatmawati
Fransiskus M
Imanuel Ndun
Iwan Wurwanto
Joko Riyanto
Kenan Tandipuang
L. Michael Riwu Kaho
M.D. Jalla
M.R. Pabisangan
Marthen Mesakh
Mirkan Elyani
Nandang
Oteng A
Palulun Boroh
Retno Maryani
Rufinus Purba
S Agung Sri Rahardjo
S.S. Demoor
Siswadi
Smarthenrich L. Manao
Tedjo Purwoto
Titiek Setiawati
Yani Septiani
Yoseph D Diaz
Z.M.M. Faah

Institusi
Kabid Hutan, Menko Perekonomian, Jakarta
Biro Perencanaan Kementerian Kehutanan
Staff, Biro Hukum NTT
Kasi PEHP, BP2HP IX Denpasar, Bali
ITTO
Staff SDM Kupang
Kepala Seksi Dinas Kehutanan Provinsi NTT
Kasie, Dishut Propinsi NTT
National Consultant ITTO PD 459/07 Rev.1 (F)
Kasie PPHH, Dishut Sumba Timur
CIFOR - Bogor
Staff, Dishut Provinsi NTT
Staff, Menko Perekonomian, Jakarta
International Consultant / Australia
Kasubbag PA, Biro Perencanaan Kementerian Kehutanan
Field Coordinator ITTO PD 459/07 Rev. 1(F)
Staff Intag, Dishut Provinsi NTT
ITTO PD 459/07 Rev..1 (F)
Widyaswara, Balai Diklat Kehutanan Kupang
Staff, Biro Perekonomian
Staff, Balai BKSDA NTT
Staf, BPTH Bali Nustra
Kasubdit Produksi Hutan Alam, Ditjen BPK, Kementerian Kehutanan
Widyaswara, Balai Diklat Kehutanan Kupang
National Consultant ITTO PD 459/07 Rev.1 (F)
Kasubag, Biro Hukum
Kabid Intag, Dinas Kehutanan Provinsi NTT
Kasie Evaluasi BPDAS Benain Noelmina
Kasie ISDH, BPKH XIV
RF, UNDP
Staf, Ditjen BPK, Kementerian Kehutanan
National Consultant ITTO PD 459/07 Rev.1 (F)
National Consultant ITTO PD 459/07 Rev.1 (F)
Kepala Dinas Dishutbun TTS
Peneliti, BPK Kupang
Kasie, Dishutbun Flores Timur
Peneliti, BPK Kupang
Staff Dinas Kehutanan Provinsi NTT
Kasie, Dit BUPS
National Consultant ITTO PD 459/07 Rev.1 (F)
Project Coordinator ITTO PD 459/07 Rev.1 (F)
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi NTT
Staff, Dinas Kehutanan Provinsi NTT
7

Photo

8

9

10

11