Analisis sektor ekonomi di kabupaten malinau | Rissa | INOVASI 800 1297 1 PB

INOVASI : Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Volume 12, (1), 2016
ISSN print: 0216-7786, ISSN online: 2528-1097
http://journal.feb.unmul.ac.id

ANALISIS SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN MALINAU
Nella Rissa
Magister Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman Indonesia
ABSTRACT
This study purposed to analyze yhe economic sector in Malinau District,
which is analyzing basic sectors and non-basic, analyzing the rate of growth and
competitiveness of the economic sectors in the Malinau District. Data were obtained
from Produk Domestik Regional Bruto (PRDB) based on Constant Price in year of
2000 in the Malinau District and Province of East Borneo-North Borneo the year of
2009-2013. Data were analysed using the analisis method Location Quotient (LQ)
and Shift Share. The results showed that during the analysis period in year of 20092013 concluded each sector have their respective advantages both basic and nonbasic, rate of fast growth and slow, and has strong competitiveness and weak. It is
known that the basic sectors (superior) in Malinau District are the sector of
Agriculture, Forestry and Fisheries, the sector of Mining and Quarrying and the
Sector of Building. The sectors which have fast growth rate are the Sector of
Agriculture, Forestry and Fisheries, the Sector of Electricity, the Sector of Gas and
Water, Building, the Sector of Trade, Hotels and Restaurants, the Sector of

Transportation and Communications, the Sectors of Services. Almost all sectors have
the strong competitiveness, except the sector of Agriculture, Forestry and Fisheries
that has weak competitiveness.
Keywords : Location Qoutient, Shift Share, Sektor Ekonomi Produk Domestik
Regional Bruto.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa sektor ekonomi di Kabupaten
Malinau, yaitu menganalisis sektor basis dan non basis, menganalisis laju
pertumbuhannya dan daya saing sektor ekonomi yang terjadi di Kabupaten Malinau.
Data penelitian diperoleh dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar
Harga Konstan Tahun 2000 di Kabupaten Malinau dan Provinsi Kalimantan TimurKalimantan Utara dari tahun 2009-2013. Data analisis dengan menggunakan metode
analsis Location Quotient (LQ) dan Shift Share. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
selama periode analisis tahun 2009-2013 dapat disimpulkan setiap sektor memiliki
keunggulan masing-masing baik basis maupun non basis, laju pertumbuhan yang
cepat maupun lambat, serta memiliki daya saing yang kuat maupun lemah. Diketahui
bahwa sektor basis (unggul) di Kabupaten Malinau adalah sektor Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan, Sektor Pertambangan dan Penggalian dan Sektor

64


ANALISIS SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN MALINAU; Nella Rissa

Bangunan. Sektor yang memiliki laju pertumbuhan cepat yaitu sektor Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan, Sektor Listrik, Gas dan Air bersih, Sektor Bangunan,
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi,
Sektor Keuangan, persewaan dan Jasa perusahaan dan Sektor Jasa-jasa. Hampir
semua sektor mempunyai daya saing yang kuat, hanya satu sektor yang memiliki
daya saing lemah yaitu Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan.
Kata Kunci : Location Qoutient, Shift Share, Sektor Ekonomi Produk Domestik
Regional Bruto
PENDAHULUAN
Sektor ekonomi di Indonesia berdasarkan lapangan usaha terbagi menjadi
Sembilan sektor yang terdiri dari sector pertanian, sektor pertambangan, sektor
industri pengolahan, sektor konstruksi/bangunan, sektor listrik, gas dan air, sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan
dan sektor jasa (badan pusat statistic, 2014).
Sektor yang dominan suatu daerah bisa dikatakan sektor basis, sektor basis
merupakan sektor yang mampu bersaing dengan daerah lain untuk memenuhi
kebutuhan daerah itu sendiri serta untuk kebutuhan ekspor ke daerah lain untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Sektor ekonomi suatu daerah mempunyai laju pertumbuhan yang berbeda dalam
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan sektor tersebut menyebabkan
perubahan atau pergeseran sektoral dalam pembentukan PDRB. Perubahan ini
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pertumbuhan wilayah diatasnya,
pertumbuhan proporsional, serta keunggulan kompetitif atau daya saing. Untuk
mengetahui terjadinya sebab pertumbuhan atau perubahan kontribusi sektor ekonomi
menggunakan alat analisis shift share.
Pembangunan ekonomi Kabupaten Malinau merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari pembangunan ekonomi provinsi Kalimantan Utara saat ini. Dalam
rangka pencapaian sasaran pembangunan harus disesuaikan dengan potensi dan
permasalahan dari pembangunan yang akan dicapai. Sumbangan sektor ekonomi
terhadap PDRB suatu wilayah merupakan faktor dasar yang membedakan keadaan
suatu wilayah dengan wilayah lainnya dalam proses pembangunan. Perbedaan
tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi potensi yang dimiliki suatu wilayah.
Dari 9 faktor menurut lapangan usaha akan memberikan indikator tentang
perekonomian suatu wilayah bersamaan dengan pergeseran/perubahan yang terjadi
pada sektor ekonomi dengan melihat kontribusi PDRB atas dasar harga konstan tahun
2000 yang terjadi di Kabupaten Malinau pada tahun 2009-2013.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis akan meneliti tentang analisis
sektor ekonomi basis dan non basis serta melihat pergeseran sektor ekonomi yang

terjadi di di Kabupaten Malinau sehingga diperlukan penelitian mengenai : “Analisis
Sektor Ekonomi di di Kabupaten Malinau”

65

INOVASI : Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Volume 12, (1), 2016
ISSN print: 0216-7786, ISSN online: 2528-1097
http://journal.feb.unmul.ac.id

Landasan Teori
1. Penelitian Terdahulu
Tabel 1 Matrik Penelitian
Metode/Alat
Variabel
Analisis

No

Nama


Judul

1.

Ariyanto
(2007)

Analisis
Pegeseran
Struktur
Ekonomi dan
Identifikasi
Potensi
Ekonomi
(Sektor
Unggulan) di
Kabupaten
Paser Periode
2000-2005


Data sekunder
dengan alat
analisis LQ,
shif.
Share
klasik
dan
Shift Share

PDRB
Kabupaten
Paser
dan
PDRB
Provinsi
Kalimnatan
Timur

2.


Lsyman
Jonter
(2007)

Analisis
Potensi Sektor
Basis dan Non
Basis
serta
Pergeseran
Struktur
Ekonomi
di
kabupaten
Kutai Barat

Alat analisis
location
quotient, dan
shift share


PDRB
ADHK 2000
Kabupaten
Kutai Barat
dan Propinsi
Kalimantan
Timur.

3.

Ainiah
(2009)

Hasil

Terjadi pergeseran
struktur
perekonomian Pada
sektor

primer,
sekunder dan sektor
tersier dan terjadi
pergeseran
yang
cepat pada salah
satu sektor sekunder

Sektor bangunan,
pertanian, jasa-jasa,
pertambangan dan
penggalian,
perdagangan,
restoran dan hotel,
keuangan,
persewaan dan jasa
perusahaan
merupakan sektor
unggulan
(basis).

Dan
pergeseran
dapat dikatagorikan
lamban.
Analisis
Analisis
PDRB Kota Sektor basis atau
Struktur
location
Samarinda
unggulan
Kota
Ekonomi dan quotin,
dan dan Provinsi Samarinda adalah
Identifikasi
shift
share Kalimantan
sektor listrik, gas,
Sektor Basis dan Tipologi Timur
air minum. Sektor


66

ANALISIS SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN MALINAU; Nella Rissa

dan Non Basis Klassen
di
Kota
Samarinda

4.

Zulfi
Haris
(2012)

5.

Nella
Rissa
(2016)

bangunan,
sektor
perdagangan, hotel
dan restoran, sektor
pengangkutan dan
komunikasi, sektor
keuangan,
persewaan, dan jasa
keuangan
dan
sektor
jasa-jasa.
Total
laju
pertumbuhan
sektor-sektor
ekonomi
adalah
positif
Analsisi
Analisis
PDRB
Terdapat
7
Penentuan
location
Kabupaten
subsektor unggulan
Sektor/Sub
quotion, shift Lampung
yang
tradeable
sektor
share
dan Utara
dan adalah sub sektor
Unggulan dan Analisis
Propinsi
kehutanan,
Kaitannya
Penentuan
Lampung,
subsektor
listrik,
Dengan
Sub
sektor RJPMD dan sub
sektor
Perencanaan
Unggulan
Alokasi
perdagangan besar
Pembangunan
Anggaran
dan
eceran,
Ekonomi
angkutan jalan raya,
Kabupaten
sub sektor industri
Lampung
Makanan
dan
Utara
minuman,
sub
sektor perbankan.
Dari ke 7 sub
sektor, hanya 6 sub
sektor yang masuk
dalam
program
prioritas RJPMD
Analisis
Analisis
PDRB
Sektor
Basis
Sektor
Location
Kabupaten
Kabupaten Malinau
Ekonomi
di Quotient dan Malinu dan adalah
Sektor
Kabupaten
Shift Share
PDRB
Pertanian,
Sektor
Malinau
Provinsi
Pertambangan,
Kalimantan
Kehutanan
dan
TimurPerikanan, Sektor
Kalimantan
Bangunan. Sektor
Utara
yang
mengalami

67

INOVASI : Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Volume 12, (1), 2016
ISSN print: 0216-7786, ISSN online: 2528-1097
http://journal.feb.unmul.ac.id

pertumbuhan cepat
yaitu
Sektor
Pertanian,
Sektor
Listrik, Gas, dan
Air Bersih, Sektor
Bangunan, Sektor
Perdagangan, Hotel
dan
Restoran,
Sektor
Pengangkutan dan
Komunikasi, Sektor
Keuangan,
Persewaan dan Jasa
Perusahaan
dan
Sektor Jasa-jasa.
2. Sektor Ekonomi
Klasifikasi sektor ekonomi di Indonesia dibagi kedalam 9 sektor ekonomi
yaitu : (Hartono, 2006:113-114).
a. Pertanian, kehutanan, perikanan dan peternakan
b. Pertambangan dan penggalian
c. Industri Pengolahan
d. Listrik, gas dan penyediaan air
e. Konstruksi/Bangunan
f.
Perdagangan, perhotelan dan restoran
g. Transportasi dan komunikasi
h. Keuangan, kepemilikan dan jasa bisnis, serta
i. Jasa-jasa lain.
Sembilan sektor diatas dibagi menjadi tiga sektor. Ketiga sektor ini adalah
sektor primer, sekunder dan tersier yang masing-masing berisi gabungan beberapa
sektor sejenis.
a. Sektor primer adalah industri yang berbasis sumber alam, termasuk
pertanian, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, dan penggalian
b. Sektor sekunder adalah industri yang mentransformasikan bahan mentah
kedalam produk manufaktur, termasuk bahan bangunan
c. Sektor tersier adalah industri yang berhubungan dengan jasa-jasa, termasuk
didalamnya listrik, gas, penyediaan air, perdagangan, perhotelan, restoran,
transportasi, kontruksi, dan komunikasi

68

ANALISIS SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN MALINAU; Nella Rissa

3. Teori Basis dan Non-Basis
Teori basis ekonomi (economic base teory) mendasarkan pandangannya
bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya
peningkatan espor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dapat dikelompokkan
atas kegiatan basis dan kegiatan non basis. Hanya kegiatan basis yang dapat
mendorong kegiatan ekonomi wilayah (Tarigan, 2012:28).
Inti dari model basis adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah
ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut. Ekspor tersebut berupa barang-barang
dan jasa, termasuk tenaga kerja. Akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran oleh
orang asing yang berada di wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak
bergerak (immobile), sector yang seperti ini disebut sektor basis (Budiharsono,
2005:33).
Kegiatan non basis adalah kegiatan yang menyediakan barang dan jasa
yang dibutuhkan masyarakat yang berada dalam batas wilayah perekonomian
yang bersangkutan. Luas lingkup produksi dan pemasaran adalah bersifat local.
Inti dari model ekonomi basis (economic base model) adalah bahwa arah dan
pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut (Emilia,
2006:23-24).
4. Location Quetient (LQ)
Location Quotient ini merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
membantu kita menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat
self-sufficiency suatu sektor (Arsyad, 2005:140-141). Dalam teknik ini kegiatan
ekonomi suatu daerah dibagi menajdi dua golongan yaitu:
a. Kegiatan industri yang melayani pasar daerah itu sendiri maupun di luar
daerah yang bersangkutan. Industri seperti ini dinamakan industry basic
b. Kegiatan ekonomi atau industri yang melayani pasar daerah tersebut. Jenis
ini dinamakan industry non basic atau industry lokal.
Pendekatan yang dilakukan melalui analisis LQ pada pokoknya mengacu
pada pendekatan basis ekonomi yang melihat ekspor sebagai sumber pendapatan
utama sector basis. Berkaitan dengan itu, maka pada tingkat lokal dibutuhkan
pengetahuan tentang sektor yang memiliki kemampuan ekspor. Dengan demikian
teknik metode LQ juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui jenis-jenis
sektor yang memiliki kapasitas ekspor dalam suatu perekonomian lokal tertentu.
Berdasarkan hal-hal tersebut, nilai LQ juga sering dipandang sebagai indikator
yang menunjukkan keunggulan komparatif suatu lokasi (Setiono, 2011:465”).
5. Shift Share
Analisis shift share membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai
sektor (industri) di daerah kita dengan wilayah nasional. Akan tetapi, metode ini
lebih tajam dibandingkan dengan metode location quotient. Metode location
quotient tidak memberikan penjelasan atas faktor penyebab perubahan sedangkan
metode shift share memperinci penyebab perubahan atas beberapa variable
69

INOVASI : Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Volume 12, (1), 2016
ISSN print: 0216-7786, ISSN online: 2528-1097
http://journal.feb.unmul.ac.id

Analisis ini diasumsikan bahwa pertumbuhan tenaga kerja/produksi di suatu
wilayah antara tahun dasar dengan tahun akhir analisis dibagi menjadi tiga
komponen pertumbuhan, yaitu : komponen pertumbuhan nasional (national growt
component) disingkat PN, komponen pertumbuhan proporsional (proportional or
industrial mix growt component) disingkat PP dan komponen pertumbuhan
pangsa wilayah (regional share growth component) disingkat PPW.
6. Kerangka Konsep Penelitian
Sektor ekonomi terbagi menjadi 9 (sembilan) sektor. Dari sektor-sektor
tersebut terjadi kegiatan ekonomi yang terlihat dari produk domestik bruto
(PDRB). Pertumbuhan PDRB sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor
ekonomi. Semakin tinggi pertumbuhan sektoral maka PDRB juga akan
meningkat. Daerah memiliki potensi ekonomi dapat terlihat dari besarnya PDRB
yang dihasilkan. Dari data PDRB dapat diketahui output yang dihasilkan setiap
sektor serta digunakan untuk menentukan sektor basis dan sektor yang
mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialis.
Analisis sektor basis suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui
apakah sektor tersebut mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri juga daerah
lain. Sektor basis dinilai dari kemampuan barang disuatu daerah yang diekspor ke
daerah lain karena daerah bersangkutan surplus dihitung dengan location
quotient.
Pertumbuhan sektor ekonomi setiap tahun mengalami perubahan yang
fluktuatif. Hal ini berakibat pada kontribusi sektoral terhadap PDRB. Kontribusi
sektor ekonomi terhadap PDRB yang berbeda tiap tahunnya ada yang naik atau
turun, kondisi ini menimbulkan pergeseran secara sektoral. Analisis shift share
digunakan untuk mengetahui perubahan ekonomi daerah yang memiliki potensi
dilihat dari keunggulan kompetitif. Dan untuk mengetahui pertumbuhan cepat
atau lambat suatu daerah.

70

ANALISIS SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN MALINAU; Nella Rissa

Sektor Ekonomi:
1. Pertanian
2. Pertambangan dan
penggalian
3. Industri pengolahan
4. Listrik, gas dan air bersih
5. Bangunan
6. Perdagangan, hotel dan
restoran
7. Pengangkutan dan
kemunikasi
8. Keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan
9. Jasa-jasa

Location Quotient (LQ)
- Basis
- Non Basis

Metode Shift Share
Tumbuh
Cepat
-

-

Tumbuh
Lambat

Kesimpulan:
Basis/Non Basis
Tumbuh Cepat/Tumbuh
Lambat

METODE PENELITIAN
Batasan operasional untuk kepentingan ini indikator-indikator yang dimaksud
dijelaskan dengan definisi operasional sebagai berikut:
1. Sektor ekonomi adalah 9 sektor yang ada di Kabupaten Malinau yaitu : 1.
Pertanian, 2. Pertambangan&penggalian, 3. Industri pengolahan, 4. Listrik, gas
dan air bersih, 5. Bangunan, 6. Perdagangan, hotel dan restoran, 7.
Pengangkutan dan komunikasi, 8. Keuangan, 9. Jasa-jasa tahun 2009-2013.
Ukuran yang digunakan dalam sektor ekonomi adalah rupiah.
2. Sektor basis adalah kemampuan sektor ekonomi dalam memenuhi kebutuhan
barang dan jasa sendiri (lokal) maupun ekspor kedaerah lain yang terjadi di
Kabupaten Malinau tahun 2009-2013. Ukuran yang digunakan dalam sektor
unggulan adalah rasio.
71

INOVASI : Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Volume 12, (1), 2016
ISSN print: 0216-7786, ISSN online: 2528-1097
http://journal.feb.unmul.ac.id

3. Sektor non basis adalah kemampuan sektor ekonomi dalam memenuhi
kebutuhan lokal Kabupaten Malinau tahun 2009-2013. Ukuran yang digunakan
dalam sektor non unggulan adalah rasio
4. Pergeseran sektor adalah perubahan kontribusi sektor-sektor ekonomi dalam
PDRB Kabupaten Malinau tahun 2009-2013. Ukuran yang digunakan dalam
pergeseran sektor ekonomi adalah rasio.
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah dirumuskan maka metode
analisis dalam penelitian ini adalah metode analisi kuantitatif, yaitu dimana data yang
digunakan dalam penelitian dalam bentuk angka, dalam penelitian ini metode yang
digunakan adalah kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan,
meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau beberapa variable yang timbul
di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi,
kemudian mengangkat kepermukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi
ataupun variable tersebut.
Alat analisis yang digunakan dalam pengolahan data tesis ini adalah teknik
location quotient (LQ) dan Shift Share dan diolah dengan menggunakan Microsoft
Office Excel. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis location quotient (LQ)
2. Analisis Shift Share
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Untuk mengetahui besaran sumbangan setiap sektor ekonomi dalam
pembangunan suatu daerah dapat digunakan berdasarkan data Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Dan untuk mengetahui pertumbuhan sektor-sektor
ekonomi Kabupaten Malinau maka digunakan Produk Domestik Regional Bruto
Kabupaten Malinau, serta untuk membandingkan pertumbuhan sektor-sektor
ekonomi Propinsi Kalimantan Timur serta Kalimantan Utara dengan periode
pengamatan yaitu 2009-2013. Perhitungan angka PDRB menggunakkan tahun
dasar 2000. Bila dilihat dari perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku
selama kurun waktu 2009-2013, besaran nilai PDRB Kabupaten Malinau selalu
meningkat. Pada tahun 2009, nilai PDRB Kabupaten Malinau sebesar
1.563.192,42 juta rupiah dan meningkat terus hingga mencapai 3.270.953,75 juta
rupiah
Sementara itu, nilai PDRB atas dasar harga konstan (yang digunakan untuk
menghitung pertumbuhan ekonomi) tahun 2013 mencapai 936.311,33 juta rupiah,
lebih tinggi daripada nilai tahun 2012 yang mencapai 858.802,30 juta rupiah.
Namun laju pertumbuhan ekonomi tahun 2013 menurun yang pada tahun sebelum
sekitar 11,18 persen menjadi 9,03 persen. Menurunnya pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Malinau pada tahun 2013 dipengaruhi oleh beberapa sektor kegiatan

72

ANALISIS SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN MALINAU; Nella Rissa

ekonomi yang mengalami penurunan produksi antara lain sektor pertanian pada
sub sektor kehutanan dan sektor industri pengolahan.
Secara sektoral, pertumbuhan terjadi pada semua sektor dengan tingkat yang
sangat bervariasi atau fluktuatif. Sektor yang mengalami pertumbuhan yang
sangat tinggi adalah sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yang mencapai 20,22
persen dan diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai 16,36
persen. Tingginya angka pertumbuhan ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah
pemakaian listrik dan air bersih baik perkantoran, rumah tangga, pertokoan, hotel,
tempat ibadah, rumah sakit maupun sarana umum lainnya yang berada di wilayah
Kabupaten Malinau.
Sementara sektor yang mengalami pertumbuhan yang paling rendah
dibawah angka 1 persen yakni sektor industri pengolahan hanya sebesar 0,09
persen dan diikuti oleh sektor jasa sebesar 0,12 persen
Berdasarkan analisis PDRB harga berlaku sekitar 50,99 persen PDRB
Kabupaten Malinau berasal dari tambah sektor Pertambangan dan Penggalian dan
12,34 persen berasal dari sektor pertanian. Dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, peran sektor pertambangan dan penggalian mengalami peningkatan
yang signifikat. Hal ini tidak lepas dari peningkatan produksi sub sektor
Pertambangan Tanpa Migas (batu bara) di Kabupaten Malinau sebesar 46,20
persen. Meningkatnya produksi batu bara ini disebabkan oleh ditemukannya
tambang-tambang baru dan semakin banyak perusahaan tambang batu bara yang
mulai beroperasi pada saat itu di kabupaten Malinau. Sementara untuk sektor
Pertanian, mengalami penurunan pada semua sub sektor jika dibandingkan pada
tahun 2011.
Bila diamati peran sub sektor, tampak bahwa bila kontribusi subsektor
Pertambangan tanpa migas pada sektor Pertambangan dan Penggalian
ditambahkan dengan kontribusi sub sektor kehutanan pada sektor Pertanian akan
mencapai 56,16 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa struktur perekonomian
Kabupaten Malinau masih sangat bergantung pada sektor primer yang
mengandalkan sumber daya alam. Tentunya kondisi ini harus di perhatikan untuk
masa depan, karena bagaimanapun sumber daya alam masih bersifat terbatas dan
sebagian diantaranya bahkan tidak dapat diperbaharui lagi.
Kontribusi sektor lainnya dalam struktur perekonomian Kabupaten Malinau
adalah Sektor Jasa-jasa yang mencapai 12,21 persen. Dibandingkan pada tahun
sebelumnya tampak terjadi penurunan yang cukup berarti.
Sektor yang mempunyai kontribusi terbesar keeempat adalah sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sektor ini mempunyai kontribusi sebesar 10,81
persen dan perannya mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 12,43 persen. Terjadinya pergeseran ini karena
beberapa sektor lainnya mengalami peningkatan produksi dari sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran
1. Analisi LQ
73

INOVASI : Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Volume 12, (1), 2016
ISSN print: 0216-7786, ISSN online: 2528-1097
http://journal.feb.unmul.ac.id

Analisis sektor basis dan non basis dalam peneitian ini menggunakan
teknik Location Quotient (LQ). Teknik LQ merupakan salah satu teknik analisis
untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam kegiatan ekonomi. Alat ini
memberikan gambaran apakah suatu daerah dapat memenuhi kebutuhannya
sendiri atau tidak. Apabila LQ lebih besar dari satu (LQ>1) berarti sektor
tersebut merupakan sektor basis sekaligus unggulan yang mempunyai potensi
ekspor untuk kegiatan tertentu. Sebaliknya apabila nilai LQ lebih kecil dari satu
(LQ1 yaitu Sektor Bangunan sebesar 3,09, Sektor Pertambangan dan
Penggalian sebesar 1,57 dan Sektor Pertanian, Kehutanan dan Penggalian sebesar
1,01. Sektor basis berdasarkan hasil perhitungan Location Quotient di atas
ditinjau secara teori untuk sektor bangunan bukan merupakan hasil daerah yang
dapat di ekspor melainkan hasil dari luar disebabkan kebutuhan akan bangunan
infrastruktur sangat besar karena pada masa itu Kabupaten Malinau membutuhkan
pembangunan infrastruktur. Tetapi sektor bangunan perannya sangat besar dalam
menaikkan PDRB Kabupaten Malinau.

74

ANALISIS SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN MALINAU; Nella Rissa

Sektor Bangunan merupakan sektor dengan nilai LQ tertinggi, namun sektor
ini nilai LQ semakin menurun. Nilai LQ tahun 2009 sebesar 6,38 menjadi sebesar
3,04 di tahun 2013. Namun pada sektor Pertambangan dan Penggalian mengalami
peningkatan dalam setiap tahunnya, pada tahun 2009 sebesar 0,52 menjadi 1,57
pada tahun 2013. Dan dapat diartikan sebagai sektor yang mampu memcukupi
kebutuhan Kabupaten Malinau dan mempunyai kelebihan untuk dijadikan ekspor.
Sedangkan sektor yang nilai LQ