PERDA KOTA BIMA NO 13 TAHUN 2010
L A B O
PERATURAN DAERAH KOTA BIMA
NOMOR 13 TAHUN 2010
TENTANG
RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK
DAN AKTA CATATAN SIPIL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA BIMA,
Menimbang
: a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, maka Peraturan
Daerah Kota Bima Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi
penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan
Sipil perlu disesuaikan dengan kriteria sebagaimana yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 yang dimaksud;
b. bahwa pelayanan pembuatan/pencetakan Kartu Tanda Penduduk
dan Akta Catatan Sipil merupakan
salah satu sumber
pendapatan asli daerah yang penting guna membiayai
peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta mewujudkan
kemandirian Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf
a dan huruf b diatas, maka perlu membentuk Peraturan Daerah
tentang Retribusi pelayanan pembuatan/pencetakan Kartu Tanda
Penduduk dan Akta Catatan Sipil.
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pembentukan
Kota Bima di Propinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4118);
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan, (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 4389);
3. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126 ,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4438);
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan
Retribusi Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4139);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BIMA
dan
WALIKOTA BIMA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN
DAERAH
TENTANG
RETRIBUSI
PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN
AKTA CATATAN SIPIL
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan;
1. Daerah adalah Daerah Kota Bima.
2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Walikota adalah Walikota Bima.
4.
DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bima.
5. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat
tinggal di Indonesia.
6.
Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai Warga
Negara Indonesia.
7. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia.
8. Penyelenggara adalah Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota yang bertanggung jawab dan berwenang dalam urusan
Administrasi Kependudukan.
9. Instansi Pelaksana adalah perangkat pemerintah kabupaten/ kota yang
bertanggung jawab dan berwenang melaksanakan pelayanan dalam urusan
Administrasi Kependudukan.
10.Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instansi
Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang
dihasilkan dari pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
11.Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat yang
terstruktur sebagai hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan
Sipil.
12.Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata Penduduk, pencatatan atas
pelaporan Peristiwa Kependudukan dan pendataan Penduduk rentan Administrasi
Kependudukan serta penerbitan Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas
atau surat keterangan kependudukan.
13.Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami Penduduk yang harus
dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu
Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan/atau surat keterangan kependudukan
lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamat, serta status tinggal terbatas
menjadi tinggal tetap.
14.Nomor Induk Kependudukan, selanjutnya disingkat NIK, adalah nomor identitas
Penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang
yang terdaftar sebagai Penduduk Indonesia.
15.Kartu Keluarga, selanjutnya disingkat KK, adalah kartu identitas keluarga yang
memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta
identitas anggota keluarga.
16.Kartu Tanda Penduduk, selanjutnya disingkat KTP. adalah identitas resmi
Penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang
berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
17.Pencatatan Sipil adalah pencatatan Peristiwa Penting yang dialami oleh
seseorang dalam register Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana.
18.Pejabat Pencatatan Sipil adalah pejabat yang melakukan pencatatan Peristiwa
Penting yang dialami seseorang pada Instansi Pelaksana yang pengangkatannya
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
19.Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi
kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak,
pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status
kewarganegaraan.
20.Izin Tinggal Terbatas adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing
untuk tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka
waktu yang terbatas sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
21.Izin Tinggal Tetap adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing untuk
tinggal menetap di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
22.Petugas Registrasi adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas dan tanggung
jawab memberikan pelayanan pelaporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa
Penting serta pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan di desa/kelurahan.
23.Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, selanjutnya disingkat SIAK, adalah
sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan di tingkat
Penyelenggara dan Instansi Pelaksana sebagai satu kesatuan.
24.Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dan
dijaga kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya.
25.Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah
surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;
26.Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjunya disingkat STRD adalah surat
untuk melakukan tagihan retribusi atau sanksi administrasi berupa bunga
atau denda;
27. Surat Keketapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat
SKRDKB adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi
terutang, jumlah kredit retribusi, jumlah kekurangan pembayaran pokok
retribusi, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar;
28. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya
disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas
jumlah retribusi yang telah ditetapkan;
29. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah surat
yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melakukan pembayaran atau
penyetoran retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau tempat lain yang
ditentukan oleh Walikota Bima;
30. Perhitungan Retribusi Daerah adalah Rincian besarnya Retribusi yang harus di
bayar oleh wajib Retribusi baik pokok Retribusi, Bunga, kekurangan
pembayaran retribusi, kelebihan pembayaran retribusi maupun sanksi
administrasi;
31.Pembayaran Retribusi Daerah adalah besarnya kewajiban yang harus
dipenuhi oleh wajib retribusi sesuai dengan SKRD dan STRD ke Kas Daerah
atau ketempat lain yang ditunjuk dengan batas waktu yang telah
ditentukan.
BAB II
NAMA, OBYEK, SUBYEK DAN GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta
Catatan Sipil, dipungut Retribusi atas setiap peleyanan jasa yang diberikan.
Pasal 3
(1) Obyek retribusi adalah jasa yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah
berupa penerbitan / pembuatan KK, KTP dan Akta catatan Sipil yang meliputi
pelayanan :
a. Kartu Tanda Penduduk
b. Kartu Identitas Kerja
c. Kartu Penduduk Sementara
d. Kartu Identitas Penduduk Musiman
e. Kartu Keluarga
f. Akta Kematian
g. Akta Perkawinan
h. Akta Perceraian
i. Akta Pengesahan dan Pengakuan anak
j. Akta ganti nama bagi WNA
Pasal 4
(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi yang memperoleh jasa penerbitan/
pembuatan KTP dan Akta catatan Sipil.
(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi yang memperoleh jasa penerbitan/
pembuatan KTP dan Akta catatan Sipil.
Pasal 5
Retribusi Pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil digolongkan
sebagai Retribusi Jasa Umum.
BAB III
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Cara mengukur tingkat penggunaan jasa adalah berdasarkan jenis layanan dan
frekwensi.
BAB IV
PRINSIP PENETAPAN,STRUKTUR
DAN BESARNYA TARIF
Pasal 7
Prinsip penetapan Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan
akta catatan Sipil dengan memperhitungkan biaya pengadministrasian dan
pencetakan.
Pasal 8
(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan jasa Penggantian Biaya Cetak
Kartu Tanda Penduduk dan akta catatan Sipil di ukur berdasarkan akumulasi
dari biaya cetak dan biaya administrasi.
(2) Besarnya tarif Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan akta catatan
Sipil, adalah sebagai berikut:
NO
JENIS PELAYANAN
TARIF
RETRIBUSI (Rp)
10,000
1
Kartu Tanda Penduduk
2
Kartu Identitas Kerja
5,000
3
Kartu Penduduk Sementara
7,500
4
Kartu Identitas Penduduk Musiman
7,500
5
Kartu Keluarga
10,000
6
Akta Kematian
20,000
250
7
Akta Perkawinan
8
Akta Perceraian
2
50,000
9
Akta Pengesahan anak
50,000
Akta Pengakuan anak
Akta ganti nama bagi WNA
50,000
50,0
10
,000
11
00
BAB V
PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Bagian Kesatu
Tata Cara Dan Wilayah Pemungutan
Pasal 9
(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan ;
(2)
Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa kwitansi.
(4) Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan
Walikota.
(5) Wilayah pungutan adalah wilayah Kota Bima
Bagian Kedua
Pemanfaatan
Pasal 10
(1) Pemanfaatan dari penerimaan Retribusi diutamakan untuk mendanai kegiatan
yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan jasa pencetakan
Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil.
(2) Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan Retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
BAB VI
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 11
(1) Pembayaran retribusi harus dilakukan di kas Daerah atau di tempat lain yang
di tunjuk sesuai waktu yang di tentukan dengan menggunakan SKRD:
(2) Dalam hal pembayaran yang dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka
hasil penerimaan retribusi harus di setor ke kas Daerah selambat-lambatnya 1
x 24 jam.
Pasal 12
Pembayaran Retribusi harus dilakukan secara tunai / lunas;
Pasal 13
(1) Pembayaran Retibusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 Peraturan Daerah
ini diberikan tanda bukti pembayaran;
(2) Setiap Pembayaran dicatat dalam buku penerimaan;
(3) Bentuk, isi, Kualitas ukuran buku dan tanda bukti pembayaran retribusi
ditetapkan oleh Walikota.
Pasal 14
(1) Besarnya penetapan dan penyetoran retribusi dihimpun dalam buku jenis
retribusi;
(2) Tatacara pemeriksaan retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota
BAB VII
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 15
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentif atas
dasar pencapaian kinerja tertentu;
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota;
BAB VIII
PENGURANGAN, KERINGANAN
DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 16
(1) Walikota dapat memberikan Pengurangan, keringanan dan Pembebasan yang
diberikan dengan melihat kemampuan Wajib Retribusi
(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan Peraturan Walikota;
BAB IX
PENAGIHAN RETRIBUSI
Pasal 17
(1) Penagihan retribusi terutang menggunakan STRD dan di dahului dengan Surat
Teguran.
(2) Pengeluaran surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal
tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 3 (tiga)
hari sejak jatuh tempo pembayaran.
(3) Dalam
jangka
waktu
7
(tujuh)
hari
setelah
tanggal
surat
teguran/peringatan/surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi
retribusinya yang terutang.
(4) Surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang di tunjuk.
BAB X
PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KADALUWARSA
Pasal 18
(1)
Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah
melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi,
kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi.
(2)
Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tertangguh jika :
a.
diterbitkan Surat Teguran; atau
b.
ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung
maupun tidak langsung.
(3)
Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat
Teguran tersebut.
(4)
Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan
masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada
Pemerintah Daerah.
(5)
Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran
atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib
Retribusi.
(6)
Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk
melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(7)
Walikota menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah
kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(8)
Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur
dengan Peraturan Walikota.
BAB XI
PENYIDIKAN
Pasal 19
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana
di bidang Retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri
sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan
dengan tindak pidana Retribusi Daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak
pidana di bidang Retribusi Daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan
bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang dan Retribusi Daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan
atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi
Daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j.
menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4)
Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum
melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
BAB XII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 20
Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau
kurang membayar, di kenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 %
(dua per seratus) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau
kurang dibayar
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 21
(1) Setiap orang pribadi yang tidak melaksanakan ketentuan pasal 8 ayat (2)
dalam Peraturan Daerah ini, sehingga merugikan keuangan daerah diancam
pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 3
(tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang di bayar;
(2)
Tindak pidana sebagaimana di maksud pada ayat (1)
adalah pelanggaran;
(3)
Denda sebagaimana di maksud pada ayat (1) merupakan
penerimaan Negara.
BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Pada saat Peraturan Daerah ini diundangkan, maka peraturan daerah nomor 5
Tahun 2005 tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk Dan
catatan Sipil di cabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 23
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bima.
Ditetapkan di Raba – Bima,
Pada Tanggal 28 Agustus
2010
WALIKOTA BIMA
Diundangkan di Raba
Pada tanggal 28 Agustus 2010
QURAIS H. ABIDIN
Plt. SEKRETARIS DAERAH
M.
NURDIN, SH
LEMBARAN DAERAH KOTA BIMA TAHUN 2010 NOMOR 110
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BIMA
NOMOR 13 TAHUN 2010
TENTANG
RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA
CATATAN SIPIL
A. PENJELASAN UMUM
Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah,
salah satu yang diaturnya adalah sumber Pendapatan Daerah terdiri dari :
a. Pendapatan Asli Daerah, yaitu :
1) Hasil Pajak Daerah
2) Hasil Retribusi Daerah
3) Hasil Perusahaan milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
b.
Dana Perimbangan
c.
d.
Pinjaman Daerah; dan
Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
Sumber pendapatan tersebut diharapkan mampu menjadi sumber pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah serta dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu di perlukan ketentuan yang dapat memberikan
pedoman dan arahan bagi Pemerintah Kota Bima dalam hal pemungutan retribusi daerah
Berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah sebagaimana telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun
2009, maka seluruh ketentuan yang mengatur tentang pajak daerah dan retribusi daerah
di Kota Bima perlu mengacu pada Undang-undang dimaksud, termasuk Retribusi
Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil.
Dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya bagi pemohon
Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga dan Akta Pencatatan Sipil lainya, maka diperlukan
pengaturan retribusi yang di tetapkan dengan Peraturan Daerah.
B. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Cukup Jelas
Ditetapkan di Raba – Bima,
Pada Tanggal 28 Agustus 2010
WALIKOTA BIMA
Diundangkan di Raba
Pada tanggal 28 Agustus 2010
Plt. SEKRETARIS DAERAH
H. NURDIN
M. QURAIS H. ABIDIN
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA BIMA TAHUN 2010 NOMOR...
PERATURAN DAERAH KOTA BIMA
NOMOR 13 TAHUN 2010
TENTANG
RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK
DAN AKTA CATATAN SIPIL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA BIMA,
Menimbang
: a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, maka Peraturan
Daerah Kota Bima Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi
penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan
Sipil perlu disesuaikan dengan kriteria sebagaimana yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 yang dimaksud;
b. bahwa pelayanan pembuatan/pencetakan Kartu Tanda Penduduk
dan Akta Catatan Sipil merupakan
salah satu sumber
pendapatan asli daerah yang penting guna membiayai
peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta mewujudkan
kemandirian Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf
a dan huruf b diatas, maka perlu membentuk Peraturan Daerah
tentang Retribusi pelayanan pembuatan/pencetakan Kartu Tanda
Penduduk dan Akta Catatan Sipil.
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pembentukan
Kota Bima di Propinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4118);
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan, (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 4389);
3. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126 ,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4438);
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan
Retribusi Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4139);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BIMA
dan
WALIKOTA BIMA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN
DAERAH
TENTANG
RETRIBUSI
PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN
AKTA CATATAN SIPIL
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan;
1. Daerah adalah Daerah Kota Bima.
2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Walikota adalah Walikota Bima.
4.
DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bima.
5. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat
tinggal di Indonesia.
6.
Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai Warga
Negara Indonesia.
7. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia.
8. Penyelenggara adalah Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota yang bertanggung jawab dan berwenang dalam urusan
Administrasi Kependudukan.
9. Instansi Pelaksana adalah perangkat pemerintah kabupaten/ kota yang
bertanggung jawab dan berwenang melaksanakan pelayanan dalam urusan
Administrasi Kependudukan.
10.Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instansi
Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang
dihasilkan dari pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
11.Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat yang
terstruktur sebagai hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan
Sipil.
12.Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata Penduduk, pencatatan atas
pelaporan Peristiwa Kependudukan dan pendataan Penduduk rentan Administrasi
Kependudukan serta penerbitan Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas
atau surat keterangan kependudukan.
13.Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami Penduduk yang harus
dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu
Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan/atau surat keterangan kependudukan
lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamat, serta status tinggal terbatas
menjadi tinggal tetap.
14.Nomor Induk Kependudukan, selanjutnya disingkat NIK, adalah nomor identitas
Penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang
yang terdaftar sebagai Penduduk Indonesia.
15.Kartu Keluarga, selanjutnya disingkat KK, adalah kartu identitas keluarga yang
memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta
identitas anggota keluarga.
16.Kartu Tanda Penduduk, selanjutnya disingkat KTP. adalah identitas resmi
Penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang
berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
17.Pencatatan Sipil adalah pencatatan Peristiwa Penting yang dialami oleh
seseorang dalam register Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana.
18.Pejabat Pencatatan Sipil adalah pejabat yang melakukan pencatatan Peristiwa
Penting yang dialami seseorang pada Instansi Pelaksana yang pengangkatannya
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
19.Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi
kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak,
pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status
kewarganegaraan.
20.Izin Tinggal Terbatas adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing
untuk tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka
waktu yang terbatas sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
21.Izin Tinggal Tetap adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing untuk
tinggal menetap di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
22.Petugas Registrasi adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas dan tanggung
jawab memberikan pelayanan pelaporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa
Penting serta pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan di desa/kelurahan.
23.Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, selanjutnya disingkat SIAK, adalah
sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan di tingkat
Penyelenggara dan Instansi Pelaksana sebagai satu kesatuan.
24.Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dan
dijaga kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya.
25.Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah
surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;
26.Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjunya disingkat STRD adalah surat
untuk melakukan tagihan retribusi atau sanksi administrasi berupa bunga
atau denda;
27. Surat Keketapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat
SKRDKB adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi
terutang, jumlah kredit retribusi, jumlah kekurangan pembayaran pokok
retribusi, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar;
28. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya
disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas
jumlah retribusi yang telah ditetapkan;
29. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah surat
yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melakukan pembayaran atau
penyetoran retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau tempat lain yang
ditentukan oleh Walikota Bima;
30. Perhitungan Retribusi Daerah adalah Rincian besarnya Retribusi yang harus di
bayar oleh wajib Retribusi baik pokok Retribusi, Bunga, kekurangan
pembayaran retribusi, kelebihan pembayaran retribusi maupun sanksi
administrasi;
31.Pembayaran Retribusi Daerah adalah besarnya kewajiban yang harus
dipenuhi oleh wajib retribusi sesuai dengan SKRD dan STRD ke Kas Daerah
atau ketempat lain yang ditunjuk dengan batas waktu yang telah
ditentukan.
BAB II
NAMA, OBYEK, SUBYEK DAN GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta
Catatan Sipil, dipungut Retribusi atas setiap peleyanan jasa yang diberikan.
Pasal 3
(1) Obyek retribusi adalah jasa yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah
berupa penerbitan / pembuatan KK, KTP dan Akta catatan Sipil yang meliputi
pelayanan :
a. Kartu Tanda Penduduk
b. Kartu Identitas Kerja
c. Kartu Penduduk Sementara
d. Kartu Identitas Penduduk Musiman
e. Kartu Keluarga
f. Akta Kematian
g. Akta Perkawinan
h. Akta Perceraian
i. Akta Pengesahan dan Pengakuan anak
j. Akta ganti nama bagi WNA
Pasal 4
(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi yang memperoleh jasa penerbitan/
pembuatan KTP dan Akta catatan Sipil.
(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi yang memperoleh jasa penerbitan/
pembuatan KTP dan Akta catatan Sipil.
Pasal 5
Retribusi Pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil digolongkan
sebagai Retribusi Jasa Umum.
BAB III
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Cara mengukur tingkat penggunaan jasa adalah berdasarkan jenis layanan dan
frekwensi.
BAB IV
PRINSIP PENETAPAN,STRUKTUR
DAN BESARNYA TARIF
Pasal 7
Prinsip penetapan Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan
akta catatan Sipil dengan memperhitungkan biaya pengadministrasian dan
pencetakan.
Pasal 8
(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan jasa Penggantian Biaya Cetak
Kartu Tanda Penduduk dan akta catatan Sipil di ukur berdasarkan akumulasi
dari biaya cetak dan biaya administrasi.
(2) Besarnya tarif Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan akta catatan
Sipil, adalah sebagai berikut:
NO
JENIS PELAYANAN
TARIF
RETRIBUSI (Rp)
10,000
1
Kartu Tanda Penduduk
2
Kartu Identitas Kerja
5,000
3
Kartu Penduduk Sementara
7,500
4
Kartu Identitas Penduduk Musiman
7,500
5
Kartu Keluarga
10,000
6
Akta Kematian
20,000
250
7
Akta Perkawinan
8
Akta Perceraian
2
50,000
9
Akta Pengesahan anak
50,000
Akta Pengakuan anak
Akta ganti nama bagi WNA
50,000
50,0
10
,000
11
00
BAB V
PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Bagian Kesatu
Tata Cara Dan Wilayah Pemungutan
Pasal 9
(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan ;
(2)
Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa kwitansi.
(4) Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan
Walikota.
(5) Wilayah pungutan adalah wilayah Kota Bima
Bagian Kedua
Pemanfaatan
Pasal 10
(1) Pemanfaatan dari penerimaan Retribusi diutamakan untuk mendanai kegiatan
yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan jasa pencetakan
Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil.
(2) Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan Retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
BAB VI
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 11
(1) Pembayaran retribusi harus dilakukan di kas Daerah atau di tempat lain yang
di tunjuk sesuai waktu yang di tentukan dengan menggunakan SKRD:
(2) Dalam hal pembayaran yang dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka
hasil penerimaan retribusi harus di setor ke kas Daerah selambat-lambatnya 1
x 24 jam.
Pasal 12
Pembayaran Retribusi harus dilakukan secara tunai / lunas;
Pasal 13
(1) Pembayaran Retibusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 Peraturan Daerah
ini diberikan tanda bukti pembayaran;
(2) Setiap Pembayaran dicatat dalam buku penerimaan;
(3) Bentuk, isi, Kualitas ukuran buku dan tanda bukti pembayaran retribusi
ditetapkan oleh Walikota.
Pasal 14
(1) Besarnya penetapan dan penyetoran retribusi dihimpun dalam buku jenis
retribusi;
(2) Tatacara pemeriksaan retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota
BAB VII
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 15
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentif atas
dasar pencapaian kinerja tertentu;
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota;
BAB VIII
PENGURANGAN, KERINGANAN
DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 16
(1) Walikota dapat memberikan Pengurangan, keringanan dan Pembebasan yang
diberikan dengan melihat kemampuan Wajib Retribusi
(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan Peraturan Walikota;
BAB IX
PENAGIHAN RETRIBUSI
Pasal 17
(1) Penagihan retribusi terutang menggunakan STRD dan di dahului dengan Surat
Teguran.
(2) Pengeluaran surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal
tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 3 (tiga)
hari sejak jatuh tempo pembayaran.
(3) Dalam
jangka
waktu
7
(tujuh)
hari
setelah
tanggal
surat
teguran/peringatan/surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi
retribusinya yang terutang.
(4) Surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang di tunjuk.
BAB X
PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KADALUWARSA
Pasal 18
(1)
Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah
melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi,
kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi.
(2)
Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tertangguh jika :
a.
diterbitkan Surat Teguran; atau
b.
ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung
maupun tidak langsung.
(3)
Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat
Teguran tersebut.
(4)
Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan
masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada
Pemerintah Daerah.
(5)
Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran
atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib
Retribusi.
(6)
Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk
melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(7)
Walikota menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah
kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(8)
Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur
dengan Peraturan Walikota.
BAB XI
PENYIDIKAN
Pasal 19
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana
di bidang Retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri
sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan
dengan tindak pidana Retribusi Daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak
pidana di bidang Retribusi Daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan
bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang dan Retribusi Daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan
atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi
Daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j.
menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4)
Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum
melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
BAB XII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 20
Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau
kurang membayar, di kenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 %
(dua per seratus) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau
kurang dibayar
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 21
(1) Setiap orang pribadi yang tidak melaksanakan ketentuan pasal 8 ayat (2)
dalam Peraturan Daerah ini, sehingga merugikan keuangan daerah diancam
pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 3
(tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang di bayar;
(2)
Tindak pidana sebagaimana di maksud pada ayat (1)
adalah pelanggaran;
(3)
Denda sebagaimana di maksud pada ayat (1) merupakan
penerimaan Negara.
BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Pada saat Peraturan Daerah ini diundangkan, maka peraturan daerah nomor 5
Tahun 2005 tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk Dan
catatan Sipil di cabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 23
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bima.
Ditetapkan di Raba – Bima,
Pada Tanggal 28 Agustus
2010
WALIKOTA BIMA
Diundangkan di Raba
Pada tanggal 28 Agustus 2010
QURAIS H. ABIDIN
Plt. SEKRETARIS DAERAH
M.
NURDIN, SH
LEMBARAN DAERAH KOTA BIMA TAHUN 2010 NOMOR 110
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BIMA
NOMOR 13 TAHUN 2010
TENTANG
RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA
CATATAN SIPIL
A. PENJELASAN UMUM
Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah,
salah satu yang diaturnya adalah sumber Pendapatan Daerah terdiri dari :
a. Pendapatan Asli Daerah, yaitu :
1) Hasil Pajak Daerah
2) Hasil Retribusi Daerah
3) Hasil Perusahaan milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
b.
Dana Perimbangan
c.
d.
Pinjaman Daerah; dan
Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
Sumber pendapatan tersebut diharapkan mampu menjadi sumber pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah serta dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu di perlukan ketentuan yang dapat memberikan
pedoman dan arahan bagi Pemerintah Kota Bima dalam hal pemungutan retribusi daerah
Berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah sebagaimana telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun
2009, maka seluruh ketentuan yang mengatur tentang pajak daerah dan retribusi daerah
di Kota Bima perlu mengacu pada Undang-undang dimaksud, termasuk Retribusi
Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil.
Dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya bagi pemohon
Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga dan Akta Pencatatan Sipil lainya, maka diperlukan
pengaturan retribusi yang di tetapkan dengan Peraturan Daerah.
B. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Cukup Jelas
Ditetapkan di Raba – Bima,
Pada Tanggal 28 Agustus 2010
WALIKOTA BIMA
Diundangkan di Raba
Pada tanggal 28 Agustus 2010
Plt. SEKRETARIS DAERAH
H. NURDIN
M. QURAIS H. ABIDIN
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA BIMA TAHUN 2010 NOMOR...