PERBANDINGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MENURUT PILAHAN JENIS KELAMIN DI UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA | Huda | PALASTREN Jurnal Studi Gender 973 3471 1 PB

PERBANDINGAN PROKRASTINASI AKADEMIK
MENURUT PILAHAN JENIS KELAMIN DI UIN
SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

Muhammad Johan Nasrul Huda
Fakultas Ilmu Sosial dan humaniora, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, D. I. Yogyakarta, Indonesia
djohanmohammad@gmail.com

ABSTRAK
Salah satu topik penelitian yang paling sering tentang
prokrastinasi
adalah
prokrastinasi
akademik.
Prokrastinasi adalah perilaku sukarela untuk menunda
tindakan, meskipun ia telah mampu memprediksi bahwa
penundaan akan membuat hal-hal buruk. Artikel ini
membahas perilaku siswa yang menunda sejumlah tugas
akademik sampai di dekat batas waktu untuk pengajuan
tugas, atau sampai mereka mendapatkan peringatan

yang berhubungan dengan mereka dalam tindakan.
Berdasarkan survei tahun 2010 pada mahasiswa
Universitas Islam Negeri. ditemukan ada perbedaan
persentase antara mahasiswa laki-laki dan perempuan
dari kelas 2004/2005. Persentase prokrastinasi siswa
laki-laki sebanyak 78,5% sedangkan siswa perempuan
yang menunda studinya sebanyak 21,5%. Hal ini
kemudian dapat disimpulkan bahwa untuk siswa kelas
2004/2005, siswa laki-laki sering menunda studi mereka
dibandingkan dengan yang perempuan. fenomena di UIN
Sunan Kalijaga adalah bukti prestasi siswa perempuan
dalam pendidikan ditandai kemampuan siswa perempuan

PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015

423

Muhammad Johan Nasrul Huda

‘untuk menyelesaikan studi lebih cepat dibandingkan

laki-laki.
Kata kunci: Prokrastinasi Akademik, Prestasi Siswa,
Gender.

ABSTRACT
One of the most frequent research topic of procrastination
is academic procrastination. Procrastination is a voluntary
behavior to delay an action, though she/he has been able
to predict that the delay will make things Worse. This
article examines the behavior of students who put off a
number of academic duties until near the deadline for
submission of assignments, or until they get a warning
related to their in action. Based on the survey in 2010 at
the State Islamic University student. it is found there is
a difference in the percentage between male and female
students of class 2004/2005. Percentage of male students
of procrastination as much as 78.5% while the female
students who put off her studies as much as 21.5%.
It can then be concluded that for the students of class
Z004/2005, male students often postpone their studies

compared with the female ones. the phenomenon at UIN
Sunan Kalijaga is evidence of the achievements of female
students in education characterized female students’
ability to complete the study more quickly than male
ones.
Keywords: Academic Procrastination, Achievements of
Students, Gender.

A. Pendahuluan
Problem klasik dalam dunia pendidikan namun terjadi
secara terus menerus adalah berkaitan dengan mahasiswa atau
mahasiswi yang mengalami kesulitan dalam bidang akademik.
Jika dikaji secara seksama hal ini berhubungan dengan masalah
prokrastinasi. Salah satu topik prokrastinasi yang paling
banyak diteliti adalah prokrastinasi akademik. Hal ini sejalan
dengan penelitian-penelitian lain yang menggunakan metode
424

PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015


Perbandingan Prokrastinasi Akademik...

convenient sampling dengan memilih mahasiswa sebagai
responden. Selain itu, populasi mahasiswa memang ideal
karena mahasiswa menghadapi tekanan dan tuntutan untuk
membaca literatur, menyerahkan tugas, ataupun melakukan
penyajian materi secara konstan. Dalam menyikapi tuntutan
itu, kebanyakan mahasiswa masih menunda pengerjaan tugas
sampai mendekati tenggat waktu penyerahan tugas, atau
sampai mendapat teguran terkait kelambanan mereka.
Menurut penelitian Ellis dan Knauss (dalam Lee
2003: 11) pada 1977, sekitar 70% mahasiswa dari kampus
di Amerika berprokrastinasi. Rothblum, Solomon, dan
Murakami pada l986, mendefinisikan prokrastinasi akademik
sebagai kecenderungan untuk: a) selalu atau hampir selalu
menunda pengerjaan tugas-tugas akademik, dan b) selalu
atau hampir selalu mengalami kecemasan yang mengganggu
terkait prokrastinasi (Fritzsche, Young, & Hickson, 2003: 20).
Sejalan dengan itu, Beswick, Rothblum,dan Mann pada 1988
menemukan bahwa 46% mahasiswa selalu atau hampir selalu

berprokrastinasi dalam pengerjaan tugas penulisan, 35%
mahasiswa mengaku bahwa pengerjaan tugas tersebut selalu
atau hampir selalu menimbulkan masalah, dan sekitar 62%
mahasiswa berniat menurunkan kecenderungan prokrastinasi
mereka dalam mengerjakan tugas.
Fenomena ini menarik banyak perhatian tidak hanya
disebabkan oleh besarnya proporsi mahasiswa yang mengaku
berprokrastinasi namun juga disebabkan oleh dampak-dampak
negatif yang mengikutinya(Van Eerde, 2003: 23). Dampakdampak negatif tersebut dapat ditemui pada bidang akademik
(penurunan nilai dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas
akademik), ataupun di bidang kesehatan fisik ataupun psikis
(merasa stres dan lebih sering menjalani perawatan kesehatan,
khususnya menjelang akhir semester).
Artikel ini bertujuan ingin memberikan informasi
adanya prokrastinasi akademik khususnya di lingkungan
PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015

425

Muhammad Johan Nasrul Huda


Universitas Islam Sunan Kalijaga. Berdasarkan hasil survei
yang dilakukan pada tahun 2010 menunjukkan adanya
perbedaan prokrastinasi akademik di antara mahasiswa dan
mahasiswi yang sedang studi di beberapa fakultas yang di
miliki oleh UIN Sunan Kalijaga.‘

B. Pembahasan
1. Prokrastinasi Akademik Sebagai Momok Kemajuan
Lembaga Pendidikan
Istilah prokrastinasi (procrastination dalam Bahasa
Inggris) berakar pada dua kata (adverb) Bahasa Latin, yaitu
kata pro dan crastinus. Istilah pro berarti “gerakan ke depan”
(forward motion). Istilah crastinus memuat arti “menjadi milik
esok hari” (belonging to tomorrow). Ferrari, Johnson, dan
McCown (1995: 66) menyatakan bahwa kombinasi kedua
istilah tersebut digunakan berkali-kali dalam naskah-naskah
Latin dalam pengertian yang lebih positif, yaitu memutuskan
untuk menunggu musuh keluar dan menunjukkan kesabaran
dalam konflik politik. Bagi para nenek moyang, prokrastinasi

mengandung pengambilan putusan rumit tentang saat yang
tepat untuk tidak bergerak, sebagai lawan kata dari impulsivitas
dan bertindak tanpa pertimbangan matang. Prokrastinasi
baru dimaknai negatif sejak industrialisasi (revolusi industri)
pada pertengahan abad ke-l8. Sejak itu, istilah tenggat Waktu
menjadi semakin dikenal dan prokrastinasi pun juga semakin
sering dimunculkan (van Eerde, 2003: 79).
Vestervelt (2000: 155) berpendapat bahwa sekalipun
belum ada konsensus terkait deinisi, secara umum diyakini
bahwa selain meliputi komponen perilaku, prokrastinasi
juga meliputi komponen afektif dan kognitif. Komponen
perilaku prokrastinasi diindikasikan dengan kecenderungan
kronis atau kebiasaan menunda dan bermalas-malasan
sehingga baru memulai, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas mendekati tenggat waktu. Terkait komponen kognitif,
426

PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015

Perbandingan Prokrastinasi Akademik...


Vestervelt (2000:l78) mendefinisikan prokrastinasi sebagai
suatu kekurangsesuaian kronis antara intensi, prioritas, atau
penentuan tujuan terkait pengerjaan tugas-tugas yang telah
ditetapkan. Vestervelt juga mengingatkan bahwa individu
tidak dianggap berprokrastinasi apabila salah mengingat
jadwal atau tidak menyadari penundaan yang dilakukannya.
Vestervelt (2000: l00) mengatakan pula bahwa prokrastinasi
haruslah disertai afeksi negatif. misalnya merasa tertekan atau
tidak nyaman. Haycock, McCarthy, dan Skay pada 1998 (sitat
dalam Vestervelt, 2000: 90) meyakini bahwa faktor inilah
yang membedakan prokrastinasi dari sekedar memutuskan
untuk mengerjakan tugas pada waktu lain. Apabila individu
tidak merasakan afeksi negatif ketika menunda, ia bukan
prokrastinator.
Secara garis besar, semua definisi selalu meliputi unsur
penundaan, baik dalam hal keputusan atau tindakan (Steel,
2003:117).
Pembedaan tersebut dinilai penting karena
tampaknya terlalu berlebihan apabila segala bentuk penundaan

disebut prokastinasi. Seorang tidak disebut berprokrastinasi
apabila la memang sejak awal telah menolak. Selain itu,
prokrastinasi diasosiasikan dengan penundaan irasional, oleh
karena pelaku dapat memprediksi bahwa penundaan akan
merugikan dirinya sendiri. Semua pemahaman tersebut telah
diringkas dan disarikan oleh Steel (2003:201) menjadi sebuah
definisi, yaitu perilaku sukarela untuk menunda suatu tindakan
yang sudah diinginkan, sekalipun telah dapat memprediksi
bahwa penundaan akan memperburuk keadaan.
Pada 1992, Ainslie serta Ainslie dan Haslam (sitat dalam
Ferrari, Johnson, dan McCown, 1995:112) memunculkan
teori untuk menjelaskan pemilihan perilaku individu. Teori
ini disebut Picoeconomics atau Hyperbolic Discounting.
Teori ini banyak dipakai di berbagai bidang ilmu, mulai
dari psikodinamika, psikologi sosial, sosiologi. sampai ilmu
ekonomi. Teori ini menjadi populer karena kesederhanaannya.
PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015

427


Muhammad Johan Nasrul Huda

Individu diyakini selalu memilih satu di antara sekian banyak
aktivitas yang dapat memberikan keuntungan atau penguatan.
Dalam menentukan pilihan, ada kecenderungan alamiah
untuk secara berlebihan meremehkan peristiwa-peristiwa di
masa depan. Hal ini mampu menjelaskan mengapa individu
lebih memilih aktivitas jangka pendek dengan penguatan kecil
dibandingkan aktivitas jangka panjang dengan penguatan
lebih besar. Bagaimanapun juga, karena waktu terus maju ke
depan. peristiwa yang semula dianggap tidak penting semakin
dinilai bermakna dan diperhatikan. Hal ini akan memicu
timbulnya suatu penyesalan apabila individu secara irasional
pernah menunda atau menghindari suatu aktivitas yang
mengakibatkan tidak dapat tercapainya suatu tujuan.
Mahasiswa berprokrastinasi dalam kajian psikologi
pendidikan dianggap sebagai suatu masalah yang harus
segera ditangani. Meskipun tingkat risiko dari prokrastinasi
tidak secara langsung dirasakan oleh pelaku. Namun hal ini
berbeda jika dikaitkan dengan institusi pendidikan. Institusi

pendidikan akan disebut sebagai lembaga yang baik jika
mempunyai standar kelulusan mahasiswa sesuai dengan masa
studi. Jika hal ini tidak tercapai maka akan mempengaruhi
penilaian terhadap institusi tersebut.
Akreditasi bagian terpenting dari sistem penilaian
nasional terhadap proses pendidikan dari lembaga pendidikan
tinggi memiliki sasaran penilaian terhadap kualitas lulusan
dan masa studi. Semakin baik kualitas lulusan yang dihasilkan
oleh perguruan tinggi maka akan menunjang akreditasi
yang lebih baik. Demikian juga semakin sesuai peserta
didik dalam menyelesaikan studi juga akan mempengaruhi
penilaian akreditasi.
Sekelumit urgensi dari kenapa persoalan prokrastinasi
perlu menjadi perhatian adalah dikarenakan institusi menaruh
kelayakan untuk mendapatkan penilaian sistem pendidikan
yang sedang dilakukannya kepada mahasiswa. Jika mahasiswa
428

PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015

Perbandingan Prokrastinasi Akademik...

yang seharusnya lulus tepat Waktu ternyata tidak mampu
memenuhinya maka akan menjadi persoalan yang serius bagi
institusi pendidikan tinggi tersebut.

2. Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Lebih Sedikit Yang
Berprokrastinasi Akademik
Jumlah mahasiswa UIN Sunan Kalijaga hingga tahun
2010 mencapai 13147. Terdiri dari 1809 mahasiswa Fakultas
Adab dan Ilmu Budaya, 1351 mahasiswa fakultas Dakwah,
2568 Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum, 2651
mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, 1055 mahasiswa
Fakultas Ushuluddin Studi Agama dan Pemikiran Islam, 2626
mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi dan 1095 Mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora. Untuk mempermudah
mengetahui jumlah mahasiswa UIN Sunan Kalijaga hingga
tahun 2010 dapat dicermati tabel di bawah ini:
Tabel 1. Jumlah Mahasiswa/i UIN SUNAN Kalijaga
Tahun 2010/2011
FAKULTAS
ADAB & ILMU BUDAYA
DAKWAH
SYARIAH DAN HUKUM
USHULUDDIN STUDI AGAMA

JUMLAH MAHASISWA
1801
1351
2568
1055

DAN PEMIKIRAN Islam
SAIN & TEKNOLOGI
ILMU SOSIAL & HUMANIORA

2626
1095

Sumber dari bagian Akademik PA U tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas dapat diuraikan lebih luas
berkaitan dengan munculnya fakultas umum seperti Fakultas
Sains dan Teknologi memiliki jumlah mahasiswa yang paling
banyak bila dibandingkan dengan fakultas lain yang lebih
dahulu ada dengan jumlah mahasiswa 2626. Demikian
pula Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora yang baru tahun
2004 berdiri memiliki jumlah mahasiswa lebih banyak bila
PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015

429

Muhammad Johan Nasrul Huda

dibandingkan dengan Fakultas Ushuluddin Studi Agama dan
Pemikiran Islam yang sudah lama berdiri. Ini menunjukkan
bahwa program-program studi baru di UIN Sunan Kalijaga
ternyata juga mendapat perhatian yang baik dari masyarakat.
Dampak dari perubahan IAIN ke UIN telah mengubah
stereotip UIN Sunan Kalijaga yang dahulu hanya mampu
bersaing dalam bidang agama saja, saat ini perlahan-lahan
sudah mulai terkikis. Stakeholder mulai percaya bahwa UIN
tidak hanya sebagai lembaga pendidikan tinggi yang sematamata mengurusi agama, tetapi juga mampu mengemban tugas
dalam menyelenggarakan pendidikan yang berbasis pada
bidang sains, teknologi,komunikasi dan psikologi.
Animo masyarakat terhadap pembukaan studi ilmu
umum dapat terlihat dengan jumlah mahasiswa yang berada
di fakultas Sains dan Teknologi dan fakultas Ilmu Sosial
dan Humaniora. Untuk jumlah mahasiswa di fakultas Sains
dan Teknologi berjumlah 2626 lebih banyak dibandingkan
dengan fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora yang hanya
sekitar 1095.
Di balik berita baik di atas ternyata juga ada berita
yang kurang baik yaitu berkaitan dengan ketepatan studi
mahasiswa. Dari wawancara dengan beberapa mahasiswa,
terdapat kenyataan bahwa mahasiswa dari berbagai fakultas
yang ada di UIN Sunan Kalijaga belum menyelesaikan studinya
dengan tepat waktu. Terutama terjadi pada mahasiswa (yang
dikatakan terlambat menyelesaikan studi) yang mengawali
diri sebagai mahasiswa pada tahun 2003, 2004. dan 2005
dan belum lulus hingga tahun 2010. Berdasarkan data
yang diperoleh dari semua fakultas dan Bagian Akedemik
Universitas (UIN) terdapat 941 mahasiswa yang belum
menyelesaikan studi. dan terdiri dari mahasiswa angkatan
2005, 2004 dan 2003.
Fokus survei ini, selanjutnya adalah mahasiswa yang
mengalami keterlambatan studi dan pada tahun ajaran
430

PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015

Perbandingan Prokrastinasi Akademik...

2010/2011 telah berada di semester 12. Sehingga subjek
penelitian ini adalah mahasiswa yang mengawali kuliah pada
tahun ajaran 2004/2005. Dikarenakan tidak semua fakultas
yang ada di UIN Sunan Kalijaga memiliki mahasiswa angkatan
2004/2005, maka dipilih beberapa fakultas yang ketika itu
masih berada di naungan IAIN yaitu, fakultas Adab dan Ilmu
Budaya, Dakwah, Syariah dan Hukum, Tarbiyah dan Keguruan,
dan Ushuluddin Studi Agama dan Pemikiran Islam.
Berdasarkan data yang diperoleh pada Bagian
Akademik Universitas, jumlah total mahasiswa angkatan 2004
yang belum menyelesaikan studi berjumlah 228 orang. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.
Rekapitulasi Registrasi dan Heregristrasi Mahasiswa/i UIN
Sunan Kalijaga Angkatan 2004 di Semester Gasal Tahun
Akademik 2010/2011 Berdasar Jurusan dan Jenis Kelamin
FAKULTAS
ADAB & ILMU
BUDAYA

DAKWAH

SYARIAH DAN
HUKUM

TARBIYAH &
KEGURUAN

JURUSAN
BSA
SKI/SPI
IP/IPI
KPI
BPI
PMI
MD
TH
PMH
JS
MU
KUI
PAI
PBA
KI

PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015

J E N I S
KELAMIN
L
P
14
2
10
1
8
2
14
8
2
7
1
3
2
8
3
15
14
2
8
14
9
16
6
3
2
4
1

TOTAL
16
11
10
22
2
8
5
11
15
16
8
23
22
5
5

431

Muhammad Johan Nasrul Huda

USHULUDDIN
STUDI AGAMA &
PEMIKIRAN Islam
SAINS & TEKNOLOGI
TOTAL

AF
PA
TH
SA
MTK
KIMIA

13
4
11
4
7
2
179

2
3
3
2
49

15
7
14
4
7
4
228

Sesuai tabel di atas jumlah mahasiswa angkatan 2004
yang terlambat menyelesaikan studi berjenis kelamin lakilaki berjumlah 179 orang, dan berjenis kelamin perempuan
berjumlah 47 orang. Jumlah mahasiswa laki-laki yang
berprokrastinasi paling banyak terdapat pada Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) yaitu 16 orang. Sedang yang paling sedikit mahasiswa
laki-laki yang berprokrastinasi terdapat pada Fakultas Dakwah
Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) dan Fakultas Sains
dan Teknologi Jurusan Kimia, masing-masing 2 orang. Untuk
mahasiswa perempuan yang berprokrastinasi terbanyak
ditemukan di Fakultas Syariah dan Hukum berjumlah 9
orang, sedang paling sedikit terdapat di Fakultas Adab dan
Ilmu Budaya Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI), Fakultas
Dakwah Jurusan pengembangan masyarakat Islam (PMI) dan
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan.
Berdasarkan
hasil
survei
dapat
disimpulkan
bahwa persentase mahasiswa angkatan 2004/2005 yang
menunda studinya berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan
perempuan terdapat perbedaan. Persentase Mahasiswa
laki-laki yang berprokrastinasi sebanyak 78.5% sedangkan
mahasiswa perempuan yang menunda studinya sebanyak
21.5%. Hal ini kemudian dapat disimpulkan bahwa untuk
angkatan 2004/2005 mahasiswa laki-laki lebih sering
menunda studinya (berprokrastinasi) dibandingkan dengan
mahasiswa perempuan.

432

PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015

Perbandingan Prokrastinasi Akademik...

3. Mahasiswi dan Emansipasi Pendidikan
Fakta di atas menarik untuk dikaji mengingat perempuan
selama ini cenderung dianggap sebagai entitas yang tidak
berdaya. Namun dalam bidang pendidikan perempuan justru
lebih sedikit melakukan prokrastinasi dibandingkan laki-laki.
Mungkinkah perempuan terpengaruh iklim pendidikan yang
menyadarkan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dalam bidang prestasi?
Mengkaji persoalan mahasiswa laki-laki lebih banyak
berprokrastinasi dari pada perempuan akan lebih mendalam
dengan mengaitkan fakta sejarah yang melingkupinya. Dalam
sejarahnya pendidikan formal bagi perempuan tidak jarang
dibatasi oleh undang-undang dan adat-istiadat, hal ini terjadi
sepanjang sebagian besar sejarah awal di Amerika Serikat.
Adanya undang-undang menunjukkan, bahwa dasar melek
huruf bagi perempuan dianjurkan agar bisa mengajarkan
anak-anaknya sendiri untuk membaca dan berhitung, namun
meneruskan pendidikan tinggi tak dianjurkan (Ollcnburger
dan Moore, 2002:143).
Perluasan pendidikan bagi perempuan sejak tahun
1860-an tak pernah merata. Proporsi wanita kulit putih yang
di didik dalam sekolah-sekolah dasar dan sekolah lanjutan
pertama telah meluas, terus menerus bertambah, namun
tingkat kelulusan mereka sedikit ketinggalan dari laki-laki
kulit putih hingga tahun I970-an. Kini kalangan kulit putih
laki-laki dan perempuan menyelesaikan lanjutan sekolah atas
pada tingkat yang relatif sama (Ollenburger dan Moore. 2002:
144). Pada tahun 1987, 78.6 persen wanita kulit putih dan
77, 3 persen laki-laki kulit putih, mendapatkan ijazah sekolah
lanjutan atas (lihat tabel). Tingkat lulusan lanjutan atas bagi
kulit hitam dan hispanik, khususnya kelompok-kelompok
Puerto-Rico dan Amerika keturunan Meksiko, tertinggal di
belakang kulit putih. Ketertinggalan pendidikan ini merupakan
konsekuensi faktor-faktor yang kompleks, meliputi bahasa,
PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015

433

Muhammad Johan Nasrul Huda

dan prasangka-prasangka kultural dan kurikulum pendidikan,
kurangnya sumber-sumber ekonomi yang menyokong
partisipasi pendidikan secara terus-menerus, serta realitas
ekonomi bahwa banyak pekerjaan dalam angkatan kerja
tidak memerlukan atau memberi penghargaan pada kemajuan
pendidikan (Ollenburger dan Moore, 2002: 147).
Proporsi perempuan yang mendapatkan tingkat
pendidikan lebih tinggi, juga bertambah dari tahun l850an
hingga sesudah perang dunia II. Ketika jumlah besar laki-laki
yang kembali dari aktivitas perang membanjiri kampus-kampus
perguruan tinggi. Walaupun jumlah wanita tetap mantap,
perluasan pendidikan yang lebih tinggi pascaperang terutama
menguntungkan laki-laki hingga akhir tahun 1970-an. Ketika
proporsi perempuan mulai meningkat lagi. Sekarang gelar B.A.
dan M.A yang diberikan kepada perempuan dan laki-laki kulit
putih yang berusia 25-34 hampir seimbang. Tetapi, tingkat
Ph.D atau tingkat profesional perempuan masih ketinggalan
jauh di belakang. Pada tahun 1988, perempuan mendapatkan
52.3 persen dari semua sarjana muda, 51,4 persen tingkat
master, tetapi hanya 35 persen tingkat Ph.D (Ollenburger
dan Moore, 2002: 148). Melihat fakta mengenai perempuan
yang menempuh pendidikan di atas menunjukkan bahwa
perempuan memiliki kemampuan yang sama dengan laki-laki
dalam bidang pendidikan. Justru perempuan seolah-olah telah
mampu menunjukkan dirinya dapat melakukan hal terbaik
daripada laki-laki. Meskipun lebih lambat dalam memasuki
dunia pendidikan perempuan mampu mensejajarkan dengan
laki-laki bahkan mengunggulinya. Ini merupakan bukti bahwa
perempuan lebih cepat menyelesaikan pendidikan daripada
laki-laki bukan sekedar fenomena yang marginal. Fenomena
di UIN Sunan Kalijaga adalah bukti yang memperkuat adanya
emansipasi perempuan dalam bidang pendidikan. Perempuan
lebih cepat menyelesaikan studi daripada laki-laki sangat
terkait dengan kemampuan perempuan itu sendiri. Hal ini
434

PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015

Perbandingan Prokrastinasi Akademik...

secara tidak langsung dapat dikatakan bawah mahasiswi UIN
Sunan Kalijaga anti terhadap prokrastinasi akademik.
Keberanian untuk melampaui pandangan-pandangan
budaya dan aturan-aturan patriakhal telah menghantarkan
perempuan selangkah lebih maju daripada generasi-generasi
sebelumnya. Inilah Wujud dari adanya keseimbangan antara
laki-laki dan perempuan yang ada dalam diktum pendidikan.
Perempuan berhasil menyelesaikan studi lebih cepat
dibandingkan dengan laki-laki telah membuka mata semua
pihak bahwa perempuan juga bisa berbuat untuk peradaban
yang lebih baik.

C. Simpulan
Berdasarkan hasil survei diperoleh, terdapat perbedaan
persentase dari mahasiswa angkatan 2004/2005 yang menunda
studinya berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Persentase Mahasiswa laki-laki yang berprokrastinasi
sebanyak 78.5% sedangkan mahasiswa perempuan yang
menunda studinya sebanyak 21.5%. Hal ini kemudian dapat
disimpulkan bahwa untuk angkatan 2004/2005 mahasiswa
laki-laki lebih sering menunda studinya (berprokrastinasi)
dibandingkan dengan mahasiswa perempuan. Fenomena di
UIN Sunan Kalijaga adalah bukti yang memperkuat adanya
emansipasi perempuan dalam bidang pendidikan. Perempuan
lebih cepat menyelesaikan studi daripada laki-laki sangat
terkait dengan kemampuan perempuan itu sendiri. Keberanian
untuk melampaui pandangan-pandangan budaya dan
aturan-aturan patriakhal telah menghantarkan perempuan
selangkah lebih maju daripada generasi-generasi sebelumnya.
Inilah wujud dari adanya keseimbangan antara laki-laki dan
perempuan yang ada dalam diktum pendidikan. Perempuan
berhasil menyelesaikan studi lebih cepat dibandingkan dengan
laki-laki, telah membuka mata semua pihak bahwa perempuan
juga bisa berbuat untuk peradaban yang lebih baik
PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015

435

Muhammad Johan Nasrul Huda

DAFTAR PUSTAKA

Banister, P et all. 1994. Qualitative Methods in Psychology:
A Research Guide. Buckingham, Philadelpia: Open
University Press.
Calvin, S. H & Lindzay, G. 1993. Teori-teori Sifat dan
Behavioristik. Kanisius. Yogyakarta
Christine M. Caffary & Sandra L. Schneider. 2000. “WhyDo
They Do It?. Affective Motivators In Adolescent’s
Decisions To Participate In Risk Behaviour.” Journal
Cognitive And Emotion. Psychology Press. Ltd.
Chu, A.H.C., & Choi, J.N. 2005. Rethinking procrastination:
Positive effects of “active” procrastination behavior
on attitudes and performance. The Journal of Social
Psychology.
Degirmencioglo, S.M & Urberg. 1995. Friend Influence,
Selection And De-selection Subtance Use : A two wave
analysis.
Durden, C.A. 1997. “ Life satisfaction as related to
procrastination and delay of Gratification’ . Unpublished
master is thesis, University of Angelo State.
Elvers, G.C., Polzella, D.J., & Graetz, K. 2003. Procrastination
in Online Courses: Performance and attitudinal
differences. Teaching of Psy-chology.
Ennett dan Baum, 1994. The Contribution Of Influence and
Selection To Adolescen Peer Group Homogeneity: The
Case Of Adolescent Smoking Journal Of Personality
And Social Psychology

436

PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015

Perbandingan Prokrastinasi Akademik...

Ferrari, J. R., Johnson, J. L., & l\/1cCoWn, W. G. 1995,
Procrastination and task avoidance; Theory, research,
and treatment, New York: Plenum Press.
Fisher & Bauman. 1988. Influence And Selection In The FriendAdolescent Relationship: Finding From Studies Of
Adolescent Smoking And Drinking, Smoking. Journal
Of Personality And Social Psychology
Fritzsche, B.A., Young, B.R., & Hickson, K.C. 2003. Individual
differences in academic procrastination tendency and
writing success. Journal Personality and Individual
Diflerences.
Hartup. W. I993. “Adolescen And Their Friends” . In B
Laursan (Ed) Close Friendships In Adolescent. Journal
New Directions For Child Development No. 6. San
Francisco.
Kathryn A.Urberg, Serdar M. Degirmencioglu and Collen
PiIgrim, l997. Close Friend And Group Influence
On Adolescent Cigarette Smoking And Alcohol Use.
Developmental Psychology Journal.
Kate C. Tilleczek, Donald W. Hine, 2006. “The Meaning Of
Smoking AsHealth And Social Risk In Adolescence”.
Journal Of Adolescence. 29,
Kenneth A. Michelle B, J.E Grobe & A Wilson, 2000. Greater
Sensitivity To Subject Effect Of Nicotine In Nonsmoker
High In Sensation Seeking. Journal Experimental And
Clinical Psychopharmology MericanPsychological
Association. Inc. Vol 8.
Lee, D.G. 2003. “A Cluster Analysis of Procrastination
and Coping”. Unpublished Doctoral’s dissertation,
Columbia : University of Missouri.

PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015

437

Muhammad Johan Nasrul Huda

Marnat, G. G. 1984. Handbook of psychological measurement.
New York: Van Nostrand Reinhold Company Inc.
Mead, C.H. 1934. Mind, Self and Society. Chicago : Un. of
Chicago Press.
Mounts & Steinberg. I995. An Cological Analysis Of Peer
Influence On Adolescent. Journal Of Marriage And The
Family, 55.
Muszynski, S.Y. & Akamatsu, T..I. l99l. Delay in completion
of doctoral dissertations in clinical psychology.
Professional Psychology: Re-search and Practice, 22
(2), 119-123.
Ollenburger C. Jane & Moore A. Helen. 2002. Sosiologi
Wanita. Jakarta. Rineka Cipta.
Rahim, M.A., & Mohamed, Z. l997. Structural equations
models of achievement striving and impatience:
Irritability dimensions of typirritabillity dimensions of
type A Behavior and Academic Performance. Journal of
Education for Business, 72 (3).
Rothblum, E.D., Solomon, L.J., & Murakami, J. l986. Affective,
cognitive, and behavioral differences between high and
low procrastinators. Journal of Counseling Psychology,
33 ( 4).
Schouwenburg, H.C. 1995. “Academic procrastination:
Theoretycal Notions, Measurement, and Research.
In Ferrari, J. R.. Johnson, J. L.,& McCown, W. G.
Procrastination and task avoidance: Theory, re-search,
and treatment. New York: Plenum Press.
Schouwenburg, H.C., Lay, C.H., Pychyl, T.A., & Ferrari,
J.R. 2004. Counseling the procrastinator in academic
settings. Washington, DC: American Psychological
Association.
438

PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015