SISTEM PEMBINAAN WIRAUSAHA PADA KOMUNITAS WIRAUSAHA MUSLIM (WM) SURABAYA.

(1)

SISTEM PEMBINAAN WIRAUSAHA PADA KOMUNITAS

WIRAUSAHA MUSLIM (WM) SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

NOVI IBNU AYYINUDIN

B04212016

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Novi Ibnu Ayyinudin, B04212016 “Sistem Pembinaan Wirausaha pada Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya”, Skripsi 2017 Program Studi Manajemen Dakwah Jurusan Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Dalam penelitian ini, fokus permasalahannya adalah bagaimana Sistem Pembinaan Wirausaha pada Komunitas WM Surabaya?,Dalam penelitian ini menggunakan kualitatif. Penelitian ini menggunakandua jenis sumber data yaitu data primer (informan) dan data sekunder (dokumen). Penelitian ini terbagi atas empat tahap, yaitu tahap pra lapangan, tahap pelaksanaan di lapangan, tahap analisa data, dan tahap penulisan laporan (skripsi). Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan dengan menggunakan wawancara,observasi, dan dokumentasi. Untuk teknik validitas data menggunakan triangulasi.Dari hasil penelitian, ditemukan adanya komponen Sistem Pembinaan Wirausaha yang terdapat pada Komunitas WM, yaitu tujuan yang meliputi program pokok Ukhuwah dan Support System, didalamnya terdapat pembina dan member, terdapat dua bagian fasilitas yaitu pada formal dan informal, member terlebih dahulu dikelompokkan dalam Buddy System, kemudian melaksanakan program yang bertujuan untuk meningkatkan skillbisnis dan mempersaudarakan para member pebisnis. Program pembinaan wirausaha tersebut yaitu: 1) Project Group, 2) Pembinaan member baik formal maupun informal, dan 3) Show Case


(7)

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...iv

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN v ABSTRAK...vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR GAMBAR, TABEL, DAN BAGAN ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...6

C. Tujuan Penelitian... ...6

D. Manfaat Penelitian...6

E. Definisi Konsep...7

1. Sistem...7

2. Pembinaan... ...8


(9)

F. Sistematika Pembahasan...9

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Terdahulu yang Relevan...11

B. Kerangka Teori...14

1. Tinjauan Tentang Sistem Pembinaan Wirausaha...14

a. Sistem...15

b. Pembinaan...16

c. Wirausaha...24

2. Sistem Pembinaan Wirausaha... ...26

3. Model Sistem Pembinaan Wirausaha...28

4. Pembinaan dalam Perspektif Islam... ...29

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian...32

B. Lokasi Penelitian...34

C. Jenis dan Sumber Data...34

D. Tahap-Tahap Penelitian...36

E. Teknik Pengumpulan Data...39

F. Teknik Validitas Data...41

G. Teknik Analisis Data...42

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian...44


(10)

B. Penyajian Data...63

C. Analisis Data...91

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...97

B. Saran dan Rekomendasi...101

C. Keterbatsan Peneliti...102

Daftar Pustaka...103


(11)

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 1: Daftar Pembina WM Surabaya...67

Tabel 2: Project Group...75

Gambar 1: Logo Wirausaha Muslim...44

Gambar 2: Letak Pembinaan...45

Gambar 3: Projek 1000 Bakiak untuk Masjid...76

Gambar 4: Projek Kids Selling Competition...76

Gambar 5: Pembinaan secara Formal...81

Gambar 6: Pembinaan secara Informal...82


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan perekonomian dan perubahan lingkungan strategis yang dihadapi dunia sangat cepat dan dinamis. Perkembangan perekomian suatu negara memberikan perubahan yang besar seperti negara maju. Semakin maju suatu negara, semakin banyak orang yang terdidik dan banyak pula orang yang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya dunia kewirausahaan.

Pembelajaran terus menerus dan fleksibilitas merupakan karakteristik yang sangat penting dan yang sudah perlu dipertimbangkan oleh pelaku bisnis untuk menjawab tantangan dari perdagangan bebas yang semakin kompetitif. Mendapatkan calon karyawan yang berkualitas dan profesional tidak selalu mudah. Hal tersebut disebabkan antara lain karena ketidaksesuaian kebutuhan dengan kompetensi.1

Keinginan pemerintah untuk membina dan mengembangkan usaha kecil yang dimaksudkan untuk mengatasi kesenjangan struktur perekonomian bagi masyarakat. Bila dapat diwujudkan maka pada suatu saat pengusaha kecil dan menengah yang jumlahnya relatif banyak akan mampu berkembang dan menjadi basis perekonomian nasional.

1

Muhammad Husni Mubarok, “Strategi Pemasaran Bisnis Global dan Sumber Daya Manusia”. Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam, Vol. 1, No. 2, Desember 2013, 217.


(13)

2

Kewirausahaan merupakan karekteristik kemanusiaan yang berfungsi besar dalam mengelola suatu bisnis, karena pengusaha yang memiliki jiwa kewira-usahaan akan memperlihatkan sifat pembaharu yang dinamis, inovatif dan adaptif terhadap perubahan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kewirausahaan yang tinggi maka manajemen akan dapat diperbaiki secara terus menerus.2

Sebagai ibu kota Provinsi Jawa Timur dan kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya telah bertransformasi dari pusat kegiatan di wilayah Jawa Timur menjadi pusat penopang perekonomian wilayah Indonesia bagian tengah dan timur. Dalam kurun waktu 2 dekade, Surabaya dan kota-kota satelit di sekitarnya telah mempunyai andil finansial yang vital di Indonesia dikarenakan sektor perdagangan, industri, dan jasanya yang terus berkembang. Hal ini kemudian menyebabkan daya beli masyarakat meningkat dan indeks kepercayaan konsumen yang berkembang pesat. Hal ini tentunya menarik minat investor untuk ikut andil dalam perubahan wajah kota, sehingga mendorong munculnya "Kawasan Bisnis Terpadu" / Central Business District (CBD) sebagai pusat-pusat kegiatan bisnis di Surabaya.3

Menjamurnya semangat membuka usaha di Kota Surabaya membuat tumbuhnya komunitas-komunitas usaha kecil selain HIPMI Surabaya, Salah satu komunitas usaha yang hadir adalah Wirausaha

2

Hadiyati, Ernani.. Kreativitas dan Inovasi Berpengaruh Terhadap Kewirausahaan Usaha Kecil (Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan,Vol.13, No. 1, Maret 2011: 8-16). Malang: Universitas Gajayana Malang.

3


(14)

3

Muslim (WM). Kehadiran WM berawal pada tahun 2014 dari pembentukan grup di facebook untuk menampung aspirasi wirausahawan muslim di kota Surabaya. Dari pertemanan di grup facebook itulah kemudian secara resmi WM mendeklarasikan dirinya 2014 lalu.

Penelitian tentang peran kaum muda dalam kewirausahaan dan peningkatan ekonomi daerah, telah dilakukan oleh Manjusmita Dash & Kulveen Kaur (2012) di Orissa, India. Mereka menemukan bahwa kewirausahaan oleh kaum muda dalam beberapa tahun terakhir telah berhasil mendongkrak persaingan ekonomi dan meningkatkan pembangunan di daerah tersebut. Kewirausahaan di kalangan kaum muda jarang dieksplorasi secara khusus, bahkan kebijakan dan program seringkali dibuat satu namun berlaku untuk semua (one size fits all).

Bisnis tak lagi identik dengan suatu usaha yang dijalankan oleh mereka yang berusia matang dengan segenap kemampuan dan skill pendukung dalam mendirikan sebuah bisnis. Anak muda khususnya kaum mahasiswa dengan rentang usia antara 18-25 tahun telah banyak yang menjadi pebisnis muda atau pengusaha muda atau lebih dikenal dengan istilah young entrepreneurship. Kewirausahaan merupakan karekteristik kemanusiaan yang berfungsi besar dalam mengelola suatu bisnis. Dengan kewirausahaan yang tinggi maka manajemen akan dapat diperbaiki secara terus menerus.4

4


(15)

4

Proses komunikasi yang baik antar anggota diperlukan untuk menunjang keberlangsungan hidup suatu kelompok masyarakat. Di antara anggota tersebut harus ada two-way communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan kerjasama dengan harapan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok guna mencapai tujuan bersama. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya keinginan masing-masing individu untuk memperoleh hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan.5

Manusia sebagai mahluk sosial di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Proses komunikasi dalam komunikasi bisnis merupakan bagian terpenting dalam kehidupan sosial masyarakat yang mampu menjamin eksistensi individu maupun kelompok masyarakat (komunitas). Oleh karena itu, peneliti di sini lebih menitikberatkan pada Sistem Pembinaan pada komunitas Wirausaha Muslim (WM) sebagai wahana komunikasi bisnis.

Kondisi perekonomian dunia yang anjlok saat ini, menyadarkan banyak orang untuk beralih pada Bisnis Islami. Dan tidak menuhankan lagi system ekonomi sekuler yang diusung negara-negara barat. Kenyataan berbicara, ekonomi yang berbasis islami mampu bertahan terhadap

5

Handoko, Hani T, dan Reksohadiprodjo Sukanto. Organisasi Perusahaan. BPFE, Yogyakarta: 2013. Hal. 13


(16)

5

terjangan krisis moneter beberapa waktu lalu. Kelompok-kelompok usaha kecil mampu bertahan dan bahkan bangkit meraih kesuksesan. Mampu mengambil alih roda perekonomian pada saat pelaku ekonomi raksasa meradang termasuk melalui diadakannya komunitas Wirausaha Muslim (WM) ini untuk mencetak seorang wirausahawan muslim yang tangguh.

Wirausaha Muslim (WM) adalah suatu komunitas yang beranggotakan para wirausahawan muda dan orang-orang yang berminat pada dunia wirausaha. Komunitas ini mempunyai puluhan anggota yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Komunitas Wirausaha Muslim meyakini bahwa wirausaha harus didasari oleh faktor saling silaturahim, berbagi, saling mendukung untuk menemukan solusi bersama dan bekerjasama untuk meraih hasil yang diharapkan secara berjamaah yang menjadi motto komunitas Wirausaha


(17)

6

B. Rumusan Masalah

Bagaimana sistem pembinaan kewirausahaan pada komunitas “Wirausaha

Muslim”(WM) Surabaya?

C. Tujuan Masalah

Untuk mengetahui sistem pembinaan kewirausahaan pada komunitas

“Wirausaha Muslim” (WM) Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini terbagi menjadi dua yakni manfaat secara teoritis dan praktis, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis:

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan topik sistem pembinaan wirausaha.

b. Dapat menjadi bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak-pihak tertentu guna menjadikan skripsi ini menjadi acuan untuk penelitian lanjutan terhadap obyek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini.

2. Manfaat Praktis: a. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dengan topik sistem pembinaan wirausaha.


(18)

7

b. Bagi komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang efektif dalam upaya mengetahui komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya dalam pembinaan kewirausahaannya.

E. Definisi Konsep

Batasan definisi konsep dapat digunakan untuk mengontrol uang kajian atau pembahasan penelitian agar tidak terjadi ambiguitas terhadap permasalahan penelitian dan tidak terjadi kesalahan dalam memahami pemakaian istilah yang terdapat pada judul penelitian ini, yaitu : Sistem Pembinaan Kewirausahaan pada Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya.

1. Sistem

Sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Seperti pencernaan makanan, pernapasan, dan peredaran darah di tubuh.6

Secara sederhana suatu sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling bergantung satu sama lain dan berpadu.7 2. Pembinaan

6

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta: 2005, hal. 1076

7

Wahyudi Kumorotomo dan Subando Agus Martono, Sistem Informasi Manajemen, Gajah Mada University Press, Yogyakarta: 1996. Hal. 8


(19)

8

Pembinaan berasal dari kata bina mendapat awalan pe- dan akhiran –an. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pembinaan berarti:

a. Proses, perbuatan, cara membina

b. Pembaharuan; penyempurnaan; usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.8

3. Wirausaha

Istilah kewirausahaan mulai dipopulerkan sejak tahun 1990. Sebelum itu kewirausahaan atauentrepreneur(bahasa prancis) adalah lebih populer yang artinya orang membeli barang dengan harga pasti, meskipun orang itu belum tahu dengan harga berapa barang itu akan dijual.

Kemudian kewirausahaan dipersamakan dengan entrepreneurship atau wirausaha diartikan berbeda beda namun pada prinsipnya maksud dan ruang lingkupnya sama. Kewirausahaan berasal dari kata Wirausaha. Wirausaha berasal dari kata wiraartinya berani, utama, mulia. Usaha berarti kegiatan bisnis komersil maupun non komersil.

Jadi kewirausahaan diartikan secara harfiah sebagai hal-hal yang menyangkut keberanian seseorang untuk melakukan kegiatan bisnis maupun non bisnis secara mandiri.9

8


(20)

9

F. Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan penelitian ini, pembahasan di susun dengan sistematikasebagai berikut:

BAB I : Merupakan pendahuluan yang didalamnya memuat latar belakang masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, definisi konsep, dan sistematika pembahasan.

BAB II : Menuliskan tentang penelitian terdahulu yang relevan, mendeskripsikan kajian pustaka : segala sesuatu yang berkaitan dengan Sistem, Pembinaan, Pengertian Pembinaan Organisasi, pembelajaran kewirausahaan, wirausaha muslim.

BAB III : Metode penelitian. Pendekatan dan Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Tahap-tahap penelitian, Teknik pengumpulan data, Teknik Validitas Data, Teknik Analisis Data.

BAB IV : Memaparkan tentang gambaran umum obyek penelitian: profil Komunitas Wirausaha Muslim, visi dan misi dari Komunitas Wirausaha Muslim, gambaran umum kondisi Kewirausahaan di Komunitas Wirausaha Muslim, mengenai penerapan Kewirausahaan melalui program di Komunitas Wirausaha Muslim Surabaya beserta sistem pembinaan kewirausahaannya. Analisis data serta Pembahasan hasil penelitian.

BAB V : Merupakan bab terakhir yang berisi penutup yang meliputi, kesimpulan dan saran.

9

Daryanto & Aris D, Cahyono, Kewirausahaan (Penanaman Jiwa Kewirausahaan), Gava Media, Yogyakarta: 2013. Hal.3


(21)


(22)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Sejauh pengamatan penulis, penelitian tentang entrepreneurship atau lebih dikenal dengan dengan kewirausahaan yang diteliti oleh penulis relevan dengan peneliti lainnya tentang kewirausahaan namun untuk membuktikan bahwa penelitian penulis belum pernah diteliti, maka penulis paparkan beberapa judul skripsi, antara lain:

Penelitian terdahulu yang relevan yang pertama dalam skripsi ini

adalah penelitian yang berjudul “Pembinaan Kurikulum Pendidikan Kewirausahaan di SMKN 1 Surabaya (Aplikasi Pendidikan Kewirausahaan

Dalam Penguasaan Life Skill Siswa Kelas II Jurusan Penjualan)” yang

dilakukan oleh saudara Mohammad Azwar Anas, penelitian ini dilakukan di sekolah SMKN 1 Surabaya, pada tahun 2007, untuk memenuhi tugas akhir skripsi, Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Penelitian ini memfokuskan pada pembinaan kurikulum Pendidikan Kewirausahaan di SMKN 1 Surabaya. Berdasarkan Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 proses pendidikan yang di jalankan oleh sekolah SMK Negeri 1 Surabaya melalui pendidikan kewirausahaan bukan hanya dalam bentuk informasi, akan tetapi dikembangkan sedemikian


(23)

12

rupa sehingga mampu meningkatkan sumber daya manusia yang lebih kreatif, adaptif, dan produktif terhadap tuntutan zaman.1

Penelitian ini mempunyai persamaan yaitu sama-sama meneliti tentang pembinaan kewirausahaan.

Perbedaan penelitian ini yaitu penelitian dilakukan di sekolah SMKN 1 Surabaya serta menggunakan penelitian kuantitatif.

Penelitian terdahulu yang relevan kedua dalam skripsi ini adalah

penelitian yang berjudul “Efektivitas Pembinaan Kemandirian Santri Melalui Program Kewirausahaan Dan Implikasinya Terhadap Karakter Kerja Keras Di Pondok Pesantren Aswaja Lintang Songo Piyungan Bantul” yang

dilakukan oleh saudari Arvica Agustina Syah Putri, penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Aswaja Lintang Songo Piyungan Bantul, pada tahun 2015, untuk memenuhi tugas akhir skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Univeritas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Peneliti ini memfokuskan pada proses pembinaan kemandirian santri melalui program kewirausahaan, dalam penelitian ini pondok pesantren aswaja lintang songo piyungan bantul tidak hanya membekali para santri dengan kematangan ilmu agama dan ilmu umum saja, melainkan dibekali juga dengan skill kewirausahaan sebagai upaya membina kemandirian para santri.2

1

Mohammad Azwar Anas, 2007. “Pembinaan Kurikulum Pendidikan Kewirausahaan di SMKN 1 Surabaya (Aplikasi Pendidikan Kewirausahaan Dalam Penguasaan Life Skill Siswa Kelas II Jurusan Penjualan)”, Skripsi, JurusanKependidikan Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya..

2

ArvicaAgustinaSyahputri, 2015. “Efektivitas Pembinaan Kemandirian Santri Melalui Program Kewirausahaandan Implikasinya Terhadap Karakter Kerja Keras di Pondok Pesantren


(24)

13

Penelitian ini mempunyai persamaan yaitu untuk meneliti tentang pembinaan kewirausahaan, serta sama-sama menggunakan penelitian kualitatif.

Perbedaan penelitian ini yaitu penelitian dilakukan di pondok pesantren Aswaja Lintang Songo Piyungan Bantul.

Penelitian terdahulu yang relevan ketiga dalam skripsi ini adalah

penelitian yang berjudul “Program Pelatihan Kewirausahaan di Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) Surabaya” yang dilakukan oleh saudari Siti Nuraini, penelitian ini dilakukan di PKPU cabang Surabaya, pada tahun 2016, untuk memenuhi tugas akhir skripsi, Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Univeritas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Penelitian ini memfokuskan kepada Program Pelatihan Kewirausahaan di Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program dari PKPU yaitu pelatihan yang diberikan kepada masyarakat serta bertujuan untuk menciptakan pengusaha-pengusaha baru. Program tersebut memberikan pelatihan dan keterampilan kepada masyarakat. Hal tersebut dilaksanakan untuk mengurangi pengangguran terdidik atau pengangguran intelek yang terjadi di Negara Indonesia.3

Dalam penelitian ini terdapat beberapa kesamaan yaitu peneliti sama-sama meneliti pelatihan atau pembinaan kewirausahaan, serta sama-sama-sama-sama menggunakan penelitian kualitatif.

AswajaLintangSongoPiyunganBantul”, Skripsi, JurusanPendidikan Agama Islam FakultasTarbiahdanKeguruan, UniversitasNegeriSunanKalijaga Yogyakarta.

3

Siti Nuraini, 2016, Program Pelatihan Kewirausahaan di Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU),

skripsi, Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.


(25)

14

Perbedaan dari penelitian ini yaitu penelitian dilakukan di Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) Surabaya dan organisasi ini berinstansi kepemerintahan sedangkan di komunitas Wirausaha Muslim milik organisasi pribadi yang telah diakui oleh pemerintah.

Judul skripsi yang telah dipaparkan di atas memiliki kemiripan dengan penelitian yang diajukan peneliti, tetapi penelitian-penelitian tersebut hanya menekankan pada teori, model, tata cara, nilai-nilai umum dalam pembinaannya atau pengembangan melalui pendidikan, sedangkan peneliti menekankan kepada sistem pembinaan wirausaha pada komunitas Wirausaha Muslim (WM) di Surabaya.

B. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Sistem Pembinaan Wirausaha

Sebelum membahas sistem pembinaan wirausaha lebih jauh, perlu kiranya diketahui terlebih dahulu mengenai sistem, pembinaan, dan wirausaha, agar mudah memahami dan mengambil kesimpulan arti tentang sistem pembinaan wirausaha.

a. Sistem

Sistem adalah suatu susunan yang berfungsi dan bergerak, sesuatu cabang ilmu niscaya mempunyai obyeknya, dan obyek yang menjadi sasaran itu umumnya dibatasi.4

4

Koentjaraningrat,Metode-metode Penelitian Masyarakat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 1994. Hal. 5


(26)

15

Sedangkan Menurut L. ACKOF, sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.5

Menurut Tatang M. Amrin dalam bukunya “Pokok-pokok Teori

Sistem” menjelaskan bahwa secara sederhana sistem itu merupakan

sehimpunan unsur-unsur yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan bersama.6

Agus Ristono menjelaskan bahwa definisi formal dari konsep sistem adalah sebagai berikut:

1. Sebuah sistem adalah sebuah gabungan komponen yang teratur.

“Teratur” berarti bahwa ada hubungan khusus antara komponen.

2. Sistem melakukan sesuatu yang dengan kata lain bahwa ia menunjukkan sebuah tipe perilaku yang unik untuk sistem tersebut.

3. Tiap komponen berkontribusi terhadap perilaku sistem dan dipengaruhi karena berada di dalam sistem. Tidak ada komponen yang memiliki efek independen dalam sistem. Perilaku dalam sistem dapat diubah jika komponen manapun dipindahkan atau meninggalkan.

5

M. Faisal, SistemInformasi Manajemen Jaringan, UIN-MALANG PRESS, Malang: 2008. hal. 14

6


(27)

16

4. Kelompok komponen di dalam sistem bisa jadi mereka juga memiliki properti nomor (1), (2) dan (3), sehingga mereka dapat membentuk sub-sistem.

5. Sistem memiliki sesuatu yang berada di luar tersebut sebagai lingkungan, yang memberikan input ke dalam sistem dan menerima output dari sistem.

6. Sistem telah diidentifikasi oleh seseorang sebagai kepentingan khusus (memiliki tujuan tertentu).7

Isi penting dari sebuah sistem adalah komponennya, hubungan antar komponen, perilaku atau aktivitas atau proses transformasi dari sistem, lingkungannya, input dari lingkungan, output ke lingkungan dan kepentingan khusus dari pengamat.

b. Pembinaan

Pembinaan adalah bagian dari upaya memelihara, menumbuhkan, mengembangkan, menyempurnakan atau membawa pada keadaan yang lebih baik. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa merumuskan definisi pembinaan sebagai usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.8

Menurut Wagnel dan Funk yang dikutip oleh Sunarti, dkk dalam bukunya “Pola Pengasuhan Anak Secara Tradisional di Kelurahan

7

Agus Ristono,Pemodelan Sistem,Graha Ilmu,Yogyakarta: 2011. Hal. 17-18 8

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,Kamus Besar Bahasa Indonesia.(Jakarta: Balai Pustaka, 1996), p. 134


(28)

17

Kebagusan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta” bahwa pembinaan itu meliputi menjaga serta memberi bimbingan menuju pertumbuhan kearah kedewasaan dengan memberikan pendidikan, tuntunan dan sebagainya terhadap mereka yang dibina.9

Sedangkan menurut Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto dalam

bukunya “Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum” memberikan arti pembinaan adalah menunjuk pada suatu kegiatan mempertahankan dan menyempurnakan yang telah ada.10

Metode Pembinaan

Upaya pengembangan bersifat edukatif dengan penggunaan berbagai cara, antara lain persuasi, pembimbingan, stimulasi, pemantauan dan evaluasi sehingga dapat membantu masyarakat dalam hal pengembangan penalaran, minat kegemaran, pengabdian masyarakat serta sikap positif.

Penerapan metode pembinaan dan pembimbingan memper-timbangkan komponen penting sebagai berikut:

o Tujuan yang akan dicapai. o Materi kegiatan.

o Karakteristik pembimbing, termasuk kemampuan dan

kepribadiannya

9

Sunarti, dkk.Pola Pengasuhan Anak Secara Tradisional di Kelurahan Kebagusan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta(Jakarta: Depdiknas, 2009)

10

Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, Bumi Aksara, Jakarta: 1993. Hal. 43


(29)

18

o Lingkungan, termasuk lingkungan sosial budaya.

o Fasilitas, waktu dan dana yang bersumber dari Komunitas

Wirausaha Muslim (WM), atau sumber lain yang tidak mengikat dan dari member sendiri.

o Karakteristik para member yang melaksanakan kegiatan tersebut

termasuk kemampuan dan kondisi sosial member.

o Keterkaitan kegiatan secara sequensial dengan

memper-timbangkan fasilitas, waktu, tenaga, dana dan kemampuan.

Manfaat Pembinaan

Pembinaan yang dilakukan terus menerus diharapkan pengusaha dan pengrajin akan menjadi lebih baik dan lebih sesuai dengan budaya yang digunakan dalam organisasi, seperti bekerja keras, bekerja dengan baik, mempunyai semangat yang tinggi, memiliki mental yang kuat, mempunyai rasa kepedulian yang tinggi terhadap prestasi.

Tujuan Pembinaan

Menurut Oemar Hamlik yang dikutip oleh Susi Hendriani, & Sony A. Nulhaqim dalam Jurnal “Kependudukan Padjadjaran”

bahwa Tujuan dari pembinaan dan juga dapat dirumuskan pendidikan nasional, yang juga terkait dengan upaya meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kapada Tuhan yang Maha Esa (YME), berbudi pekerti luhur,


(30)

19

berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, ber etos kerja, profesional, bertanggung jawab dan proaktif serta sehat jasmani dan rohani.11

Pembinaan di Suatu Organisasi

Didalam suatu komunitas terdapat kegiatan yang tak lepas dari kendali seorang pembina. Dalam hal ini komunitas merupakan suatu organisasi milik pribadi yang juga butuh seorang pembina atau jika di perusahaan mereka adalah seorang manajer.

Ketika berperan sebagai pembina, seorang manajer secara sadar menuntun orang lain ke arah kinerja yang lebih efektif melalui proses belajar yang terencana.

cara manajer memberikan panduan dapat beragam, melalui model yang pada pokoknya adalah pandangan yang reflektif sampai model yang lebih ke arah instruksi langsung.12 Pembinaan

dapat ditujukan untuk:

• Membantu orang lain memecahkan masalah; • Memperbaiki perilaku;

• Menambah pengetahuan dan wawasan;

Seperti yang akan kita lihat bahwa ini, pembinaan, dibandingkan dengan bimbingan:

11

Susi Hendriani, & Sony A. Nulhaqim, “Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan Dalam Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Mitra Binaan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Dumai”.Kependudukan Padjadjaran, Vol. 10, No. 2, Jakarta: 2008. Hal. 157

12


(31)

20

• Kemungkinan lebih terfokus untuk jangka pendek daripada jangka panjang

• Kemungkinan lebih spesifik ketimbang secara umum

• Kemungkinan lebih berorientasi pada persyaratan-persyaratan kinerja seseorang

• Kemungkinan lebih mengambil tempat di dalam organisasi • Kemungkinan lebih diberikan oleh manajer dari seorang

manajer, ketimbang oleh rekan kerja atau pembimbing

• Kemungkinan lebih terpusat pada keterampilan atau kecakapan yang spesifik

Sangat mungkin di dorong oleh kombinasi kebutuhan-kebutuhan yang dipahami oleh individu, pembina dan organisasi untuk memenuhi persyaratan kinerja.13

Menurut Miftah Thoha dalam bukunya “Pembinaan Organisasi”, Pembinaan adalah suatu tindakan, proses, hasil, atau

pernyataan menjadi lebih baik. Dalam hal ini menunjukan adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan, berkembang, atau peningkatan atas sesuatu. Ada dua unsur dari pengertian ini yakni pembinaan itu sendiri bisa berupa suatu tindakan, proses atau pernyataan dari suatu tujuan, dan ke dua

13

Alan Mumford,Mencetak Manajer Andal, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta: 1996. Hal. 117-118


(32)

21

pembinaan itu bisa menunjukkan kepada “perbaikan” atas

sesuatu.14

Semula beliau mempergunakan istilah pembinaan itu dalam

menerjemahkan “Organization Development”. Teman sejawatnya

menyarankan agar diganti dengan pengembangan, karena istilah pembinaan itu hanya diperuntukkan kepada unsur manusia, bukan unsur benda atau organisasi. Sekarang ini, beliau tidak membedakan apakah pembinaan atau pengembangan, karena yang beliau utamakan bagaimana membawa pengertian Organization Development itu bisa dimengerti dan diamalkan oleh masyarakat administrasi kita.15

Menurut beliau, Pembinaan Organisasi merupakan suatu preskripsi untuk suatu perubahan, pembaharuan, dan penyempurnaan yang berencana di dalam suatu organisasi tertentu. Adapun unsur-unsur pokok dari preskripsi yang beliau kemukakan tersebut antara lain:

1. Berencana dan Berjangka Panjang

Sifat dari usaha atau program Pembinaan Organisasi ini merupakan program yang berjangka panjang, berencana, dan menyangkut proses dari suatu sistem yang luas. Suatu perubahan merupakan suatu proses bukan suatu peristiwa. Oleh karena itu,

14

Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi), RajaGrafindo Persada, Jakarta: 1997. Hal. 7

15

Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi), RajaGrafindo Persada, Jakarta: 1997. Hal. 7-8


(33)

22

supaya perubahan tersebut bisa berhasil hendaknya direncanakan dan berjangka panjang. Menurut pengalaman Warner Burke, sedikitnya ia melakukan selama lebih dari sembilan bulan hanya untuk menentukan dan memahami masalahnya saja. Jadi dapat dibayangkan, kalau menentukan masalah yang akan dipecahkan saja lebih dari sembilan bulan, berapa bulan lagi untuk terapi dan intervensinya. Itulah sebabnya, jika mau berhasil dengan Pembinaan Organisasi diperlukan perencanaan yang berjangka panjang.16

2. Organisasi secara keseluruhan

Pembaharuan, perubahan dan penyempurnaan yang terjadi di dalam organisasi tersebut, hendaknya berlaku untuk organisasi secara keseluruhan, bukannya secara parsial sepotong demi sepotong. Dengan demikian jika hendak melakukan perubahan, jangan dilakukan dengan melihat organisasi sebagai kumpulan dari bagian-bagian yang terpisah satu sama lain. Umpamanya akan melakukan perubahan struktur organisasi akan saling berhubungan dengan pola aktivitas interaksi, norma organisasi, perasaan orang-orang, kepercayaan, sikap, nilai, dan hasil kerja.

3. Dikelola

16

Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi), RajaGrafindo Persada, Jakarta: 1997. Hal. 13


(34)

23

Sebagai konsekuensi dari program yang berencana dan berjangka panjang maka pembinaan organisasi menekankan adanya sistem pengelolaan ini.17

4. Efektivitas dan Kesehatan Organisasi

Pembinaan Organisasi berorientasi pada hasil, dan penyesuaian dengan kemampuan organisasi untuk mencapai hasil-hasil tersebut. Hal ini berarti bahwa organisasi ingin mencapai efektivitas, dan sekaligus usaha-usahanya dilakukan secara sehat. 5. Intervensi yang berencana

Intervensi merupakan salah satu usaha Pembinaan Organisasi untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh organisasi secara keseluruhan. Intervensi yang dijalankan ini berupaya untuk melakukan perubahan, pembaharuan, dan penyempurnaan dalam organisasi. Intervensi ini harus direncanakan secara seksama, agar dicapai efektivitas dan efisiensi perubahan. Bentuk-bentuk intervensi Pembinaan Organisasi dapat melalui pendidikan, latihan, metode reflektif, pengamatan diri, dan belajar mengerjakan sendiri.18

6. Pengetahuan Ilmu perilaku

Sejak perang dunia kedua berakhir, ahli-ahli ilmu sosial yang mempelajari organisasi, semakin bertambah keinginannya untuk

17

Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi), RajaGrafindo Persada, Jakarta: 1997. Hal. 14

18

Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi), RajaGrafindo Persada, Jakarta: 1997. Hal. 15


(35)

24

mempelajari ilmu-ilmu empiris dan yang berdasarkan pada penelitian.19

c. Wirausaha

Menurut John J. Kao, kewirausahaan adalah usaha untuk menciptakan nilai tambah melalui pengenalan terhadap peluang bisnis, manajemen pengambilan resiko dan komunikasi. Sedangkan menurut Robert D. Hisrich, wirausaha adalah seseorang yang membawa sumber daya, pekerjaan, material atau aset lain menjadi suatu kombinasi yang membuat mereka memiliki nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya, seorang wirausaha juga memperkenalkan perubahan dan inovasi.20

Sri Edi Swasono (1978:38) mengatakan dalam konteks bisnis, wirausaha adalah Pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha, wirausaha adalah pelopor dalam bisnis, inovator, penanggung risiko, yang mempunyai visi ke depan, dan memiliki keunggulan dalam berprestasi dibidang usaha. Sujuti Jahja (1977) membagi nilai kewirausahaan dalam dua dimensi nilai yaitu:

1. Pasangan sistem nilai kewirausahaan yang berorientasi materi dan non materi.

2. Nilai yang berorientasi pada kemajuan dari nilai-nilai kebiasaan. Selanjutnya beliau menguraikan bahwa:

19

Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi), RajaGrafindo Persada, Jakarta: 1997. Hal. 16

20


(36)

25

• Wirausaha yang berorientasi kemajuan untuk memperoleh materi, ciri-cirinya mengambil risiko, terbuka terhadap teknologi dan mengutamakan materi.

• Wirausaha yang berorientasi pada kemajuan tetapi bukan untuk mengejar materi, wirausaha ini hanya ingin mewujudkan rasa tanggung jawab, pelayanan, sikap positif dan kreativitas.

• Wirausaha yang berorientasi pada materi, dan berpatokan pada kebiasaan yang sudah ada, misalnya dalam perhitungan usaha dengan kira-kira, sering menghadap kearah tertentu (aliran Fengsui) supaya berhasil.

• Wirausaha yang berorientasi pada materi , dengan bekerja berdasarkan kebiasaan, wirausaha model ini biasanya tergantung pada pengalaman, berhitung dengan menggunakan mistik, faham etnosentris dan taat pada tata cara leluhur.21

2. Sistem Pembinaan Wirausaha

Setelah dijelaskan mengenai sistem, pembinaan, dan wirausaha, penulis mengambil kesimpulan arti tentang sistem pembinaan wirausaha. Dalam hal ini, penulis menggunakan istilah sistem pembinaan dengan sistem pelatihan.

21

Daryanto & Aris D, Cahyono, Kewirausahaan (Penanaman Jiwa Kewirausahaan), Gava Media, Yogyakarta: 2013. Hal. 4


(37)

26

Dalam meningkatkan dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan kepada masyarakat bisnis atau non bisnis dilakukan upaya pembinaan, pelatihan dan pendidikan. Ketiga upaya ini saling memliki keterkaitan, namun pembinaan pada hakikatnya mengandung unsur-unsur pelatihan dan pendidikan. Secara operasional sistem pelatihan kewirausahaan meliputi beberapa hal antara lain sebagai berikut:

a. Pelatihan kewirausahaan adalah suatu proses yang merupakan suatu fungsi manajemen yang perlu dilakukan secara terus-menerus dalam rangka pembinaan pelatihan dalam suatu organisasi atau lembaga secara spesifik.

b. Pelatihan kewirausahaan dilakukan secara sengaja.

Unsur kesengajaan sangat penting dalam proses pelatihan ditandai dengan adanya suatu rencana yang lengkap serta menyeluruh yang disusun secara tepat dan rinci.

c. Pelatihan kewirausahaan diberikan dalam bentuk pemberian bantuan. dalam hal ini dapat berupa pengarahan, bimbingan, fasilitas, penyampaian informasi, dan yang paling penting adalah pelatihan ketrampilan.

d. Sasaran pelatihan kewirausahaan

e. Pelatihan kewirausahaan dilakukan oleh tenaga profesional

f. Pelatihan kewirausahaan meningkatkan dan menumbuhan serta membimbing sasaran pelatihan.


(38)

27

Program pelatihan kewirausahaan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak upaya yang dilakukan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada masyarakat yang dilakukan oleh tenaga ahli yang bertujuan untuk meningkatkan masyarakat dalam bidang kewirausahaan.22

3. Model Sistem Pembinaan Wirausaha

Dalam penjelasan kali ini peneliti menggunakan model Sistem Pembinaan Wirausaha dengan sistem pelatihan wirausaha yang mana kedua pengertian tersebut sama-sama melakukan pengembangan,

Menurut Michael Amstrong menyebutkan agar berhasil, kita perlu mengkombinasikan beberapa sistem pendekatan terhadap pelatihan kewirausahaan. Adapun sistem yang harus dilakukan dalam program pelatihan kewirausahaan yang dikategorikan kepada input-process-output-feed backadalah sebagai berikut:

a. Input, yang termasuk dalam bidang masukan : menetapkan dan menganalisis kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan pada saat program pelatihan kewirausahaan. Menetapkan tujuan pelatihan dalam

22


(39)

28

bentuk peningkatan dan perilaku yang membawa kearah prestasi yang lebih baik, mempersiapkan rencana-rencana pelatihan yang sesuai dengan tujuan yang akan menggambarkan biaya-biaya dan keuntungan-keuntungan dari program latihan yang diususlkan.

b. Process, meliputi pelaksanaan dari rencana-rencana pelatihan kewirausahaan.

c. Output, yaitu memantau, mengevaluasi dan menganalisis hasil dari pelatihan kewirausahaan.

d. Feed back, memberikan umpan balik dari hasil evaluasi latihan sehingga latihan dapat terus ditingkatkan.23

4. Pembinaan dalam Perspektif Islam a. Al-Qur’an

Artinya: Dan diajarkan-Nya kepada Adam nama-nama (benda-benda) kesemuanya, kemudian dikemukakan-Nya kepada para

23


(40)

29

malaikat, lalu Allah berfirman: “beritahukanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.24

Dalam surat Ali-Imran ayat 104, yang berbunyi:

Artinya: “Dan Hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.25

Dari ayat-ayat tersebut dapat dijelaskan bahwa berdakwah adalah wajib, dan dalam menyebarkan kebaikan serta menyuruh untuk tidak berbuat yang munkar. Dalam hal ini adalah pembinaan wirausaha yaitu di Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya, yang berdakwah dalam bidang pengajaran wirausaha islam.

Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al AnshariR.A, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

24

Imam Jalalud-din Al-Mahalliy dan Imam Jalalud-din As-Suyuthi, Terjemah Tafsir Jalalain berikut Asbaabun Nuzul, Sinar Baru, Bandung: 1990. Hal. 18

25


(41)

30

Artinya: “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).26

Kebaikan yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah kebaikan agama maupun kebaikan dunia. Berarti kebaikan yang dimaksudkan bukan hanya termasuk pada kebaikan agama saja.Termasuk dalam memberikan kebaikan di sini adalah pembinaan wirausaha dengan memberikan ilmu bisnis yang bermanfaat.

26


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode berasal dari bahasa Yunani:methodosyang berarti cara atau jalan.1

Jadi, Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.2Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik

dalam penelitian.3 Penelitian yang harus dilaksanakan secara sistematis, teratur,

dan tertib berarti prosesnya harus mengikuti prosedur atau metode dan teknik yang paling sesuai dengan masalahnya.4

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini akan mengkaji dan mendeskripsikan tentang sistem pembinaan komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya. Sesuai dengan fokus penelitian maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Skripsi ini berbentuk penelitian lapangan, maka metode penelitian yang dibuat adalah metode penelitian kualitatif, seperti yang didefinisikan oleh Bogdan dan Taylor (1975 : 5), metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif: ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri.5

1

Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta: 2004. Hal. 1

2

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 1994. Hal. 7

3

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung: 2004, hlm. 146

4

Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta: 2014. Hal. 19

5


(43)

33

Sejalan dengan definisi tersebut, menurut Kirk dan Miller yang dikutip

oleh Lexy J. Moelong dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Penelitian Kualitatif”, mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam peristilahannya.6

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.7

Adapun Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, atau kejadian yang terjadi pada saat sekarang.8 Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat

deskripsi, gambar-gambar atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.9

6

Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung: 2009. Hal. 4

7

Sugiyono, memahamiPenelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung: 2015. Hal. 1

8

Nana Sujana Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: sinar baru, 1989),

9


(44)

34

B. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil beberapa lokasi di komunitas Wirausaha Muslim (WM) di daerah Surabaya yaitu Ruko Jambangan Kebon Agung 31, Gedung Baitul Haq Jl. Ketintang, dan Gedung KPI Jl. Gayungsari IV Surabaya sebagai tempat penelitian. Peneliti memilih tempat ini agar dapat mengamati secara langsung kegiatan komunikasi kelompok yang terjadi pada penyandang disabilitas dan melihat aktifitas yang dilakukan mereka dalam bertukar pikiran membuat karya kreatif.

C. Jenis dan Sumber Data

Data adalah pernyataan atau keterangan atau bahan dasar yang dipergunakan untuk menyusun hipotesa atau segala sesuatu yang diteliti.10

Sedangkan yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data diperoleh.11

Berdasarkan jenisnya sumber data dibagi menjadi dua yaitu data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati, dicatat, untuk pertama kalinya. Sedangkan data sekunder merupakan data yang akan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari publikasi lainnya.12

1. Data Primer

10

Lexy J. Moelong, 2008, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung. Hal. 8

11

Suharsini Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian, PT. Rineka Cipta, Jakarta, Hal. 129

12

Marsuki, 1995, Metodologi Riset, PT. Haninda Offset, Yogyakarta, hal. 55-56(cari data “dibagi dua”)


(45)

35

Data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.13 Atau data yang diperoleh langsung dari sumbernya,

diamati dan dicatat untuk pertama kalinya.14 Atau berupa teks hasil

wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan informan yang sedang dijadikan sampel dalam penelitiannya. Data dapat direkam atau dicatat oleh peneliti.15 Dalam penelitian ini dimaksudkan data yang

dihimpun mengenai sistem pembinaan kewirausahaan pada Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya. Adapun sumber dari teknik wawancara tersebut adalah ketua komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu yang berasal dari sumber bahan bacaan. Sumber-sumber sekunder terdiri atas berbagai macam, dari surat-surat pribadi, kitab harian, notula rapat perkumpulan sampai dari dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah.16

. Harus selalu diperhatikan bahwa data sekunder yang hendak dipergunakan haruslah data yang valid dan benar.17 Dalam penelitian ini dimaksudkan data yang dihimpun

adalah dokumen yang meliputi profil dan program pembinaan yang menunjang perencanaan dan pelaksanaan program pada Komunitas Wirausaha Muslim (WM).

13

Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, hal. 86

14

Cholib Narbuko dan Abu Ahmadi, 1997, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 70

15

Jonathan Sarwono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. 209

16

S. Nasution, 1996, Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 143

17

Restu Kartiko Widi, 2010, Asas Metodologi Penelitian (sebuah pengenalan dan penuntun langkah demi langkah pelaksanaan penelitian), Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. 250


(46)

36

D. Tahap-tahap Penelitian 1. Tahap Pra Lapangan

Tahap pra lapangan adalah tahap ditetapkan apa saja yang harus dilakukan sebelum seorang peneliti masuk ke lapangan obyek studi.18

Dalam hal ini terdapat 7 hal yang harus dilakukan dan dimiliki oleh seorang peneliti diantaranya.

a. Menyusun Rancangan Penelitian

Adapun rancangan dalam penelitian kualitatif ini berisi antara lain:\ 1. Konteks penelitian dan alasan pelaksanaan penelitian

2. Kajian kepustakaan yang terdiri dari:; a). Kesesuaian paradigma dengan fokus b). Penelitian lapangan

c). Penentuan judul penelitian d). Pemilihan alat penelitian e). Rancangan pengumpulan data f). Rancangan prosedur analisis data b. Memilih Lapangan Penelitian

Dalam hal ini peneliti memilih lapangan penelitian pada Sistem Pembinaan Wirausaha di Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya yang bertempat di Ruko Jambangan Kebon Agung 31 Kota Surabaya, Gedung Baitul Haq Ketintang Surabaya, dan Gedung KPI Gayungsari IV Surabaya.

18

Moh. Kasiram, 2010, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, UIN-Maliki Press, Malang, hal. 281-288


(47)

37

c. Mengurus Perijinan

Dalam penelitian ini peneliti mengurus perizinan pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, dan kemudian ditembuskan kepada yayasan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan oleh peneliti.

d. Menjajaki dan Menilai Keadaan Lapangan

Pada tahap ini peneliti langsung meninjau keadaan lapangan, dengan datang langsung ke pengurus komunitas dan berbincang-bincang dengan pengurus serta mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di lapangan penelitian.

e. Memilih dan Memanfaatkan Informan

Untuk mengetahui informasi tentang komunitas tersebut, maka dibutuhkan beberapa informan yang mengerti dan paham tentang komunitas tersebut. Dalam hal ini yang menjadi informan adalah ketua komunitas, pengurus komunitas, serta anggota komunitas. f. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Dalam hal ini penelitian menyiapkan peralatan penelitian antara lain seperti alat tulis, alat perekam, handycam, notebook, buku, dan handphone

g. Persoalan Etika Penelitian

Pada tahap yang berakhir ini, peneliti sangat menjaganya. Sebab hal ini menyangkut dengan hubungan orang lain yang berkenaan dengan data-data yang diperoleh peneliti. Dan dengan


(48)

38

terjaganya etika yang baik maka nantinya bisa tercipta suatu kerjasama yang menyenangkan antara kedua belah pihak.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap lapangan ini, peneliti mencari informasi dan data-data yang menjadi pendukung utama dalam penelitian ini.Pada tahap ini, peneliti lebih focus pada pencarian data di lapangan dalam menggali data.Ketika peneliti memasuki lapangan, peneliti selalu menjaga keakraban kepada subjek penelitian.Keakraban diperlukan, agar antara peneliti dan subjek penelitian melebur menjadi satu dan tidak ada lagi dinding pemisah keduanya.Dengan demikian, subjek dengan suka rela menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti dan memberikan informasi yang terkait dengan penelitian.

Tidak hanya keakraban yang dibangun, tetapi peneliti juga melihat keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang dimiliki.Agar tidak sampai terpancing untuk kegiatan yang ada di lapangan dan melewati keterbatasan yang dimiliki peneliti.Catatan lapangan juga menjadi alat terpenting saat berada di lapangan.Catatan lapangan ini didapatkan saat peneliti mendapatkan berbagai data dan informasi saat di lapangan.Catatan lapangan ini digunakan, ketika peneliti lupa atau membutuhkan data-data saat menyusun laporan penelitian.


(49)

39

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode, diantaranya sebagai berikut:

a. Observasi

Data dalam penelitian kualitatif dapat dikumpulkan melalui metode observasi. Menurut Nawawi dan Martini yang dikutip oleh Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani dalam buku metodelogi penelitian kualitatif, observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematika terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.19

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipatif, yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.20 Dalam skripsi ini, penulis meneliti pada waktu setiap

sekali dalam dua minggu yang sesuai dengan jadwal kegiatan di lokasi. Maka dari itu data yang akan digali adalah Sistem Pembinaan Kewirausahaan Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya.

19

Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani,2012,Metodologi Penelitian Kualitatif Cat II,Pustaka Setia, Bandung,hlm:134.

20


(50)

40

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau responden. Caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Wawancara dapat dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancaraatau dengan tanya jawab secara langsung.21 Data yang

akan digali mengenai “Sistem pembinaan kewirausahaan yang

dilaksanakan di komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya.”

Adapun sumber dari teknik wawancara tersebut adalah: 1) Ketua komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya

2) Sekretaris Jenderal komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya

3) Ketua divisi keorganisasian komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya

4) Anggota komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan, menyangkut persoalan pribadi dan memerlukan interpretasi yang berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa tersebut.22 Dokumen bisa berbentuk arsip, jurnal,

gambar-21

Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, 2012,Metodologi Penelitian Kualitatif Cat II,Pustaka Setia, Bandung,hlm:131.

22

Burhan Bungin, 2006,metodologi penelitian kualitatif,PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 130


(51)

41

gambar. Adapun dokumentasi yang diperoleh yaitu Profil dan Program Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya

Selain bersumber pada tiga hal diatas, peneliti juga menggunakan cara Triangulasi, yatu dengan menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data sumber data. Ini dilakukan untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang apa yang telah ditemukan.

Hal ini dilakukan setelah peneliti benar-benar menemukan fokus permasalahan secara jelas. Dari fokus permasalahan tersebut, kemudian dikembangkan dengan menggunakan instrumen penelitian sederhana yang lain melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam menganalisa permasalahan.

F. Teknik Validitas Data

Pengujian keabsahan data penelitian akan dilakukan dengan cara Triangulasi Data. Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat penggabungan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.23 Triangulasi

teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber

23

Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D,Alfabeta, Bandung: 2012, hlm. 241


(52)

42

data yang sama secara serempak. Triangulasi Teknik berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif ialah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satu kesatuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Dalam penelitian ini data di analisa menggunakan teknik analisis data deskriptif. Teknik analisis data deskriptif merupakan tekhnik analisis yang dipakai untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data-data yang sudah dikumpulkan seadanya tanpa ada maksud membuat generalisasi dari hasil penelitian. Yang termasuk dalam teknik analisis data statistik deskriptif diantaranya seperti penyajian data kedalam bentuk grafik, tabel, presentase, frekwensi, diagram, grafik, mean, modus dll. Itulah penjelasan mengenai tekhnik analisis data deskriptif.24

24

Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif, Kencana prenada media group, Jakarta: 2008, hlm. 156– 159.


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya

Komunitas Wirausaha Muslim tercetus pada kisaran bulan Februari-Maret tahun 2014. Saat itu Gaza membara, hampir 1 bulan zionis Israel menyerang wilayah Gaza yang mengakibatkan ribuan jiwa umat Islam melayang, ribuan yang lain luka-luka dan jutaan penduduk Palestina terancam kelaparan, sementara Israel mempersulit bantuan yang akan masuk ke Palestina. Kegeraman dan keprihatinan atas kondisi Palestina saat itulah yang menginspirasi IrwitonoSuwito dari SHAM FM dan DaruDewayanto dari Hijrah Coach membentuk sebuah komunitas yang bercita-cita menyatukan umat Islam dalam sebuah ukhuwah yang sesungguhnya. Bahwa Islam harus KUAT dari sisi ekonomi dan KUAT dari sisi ukhuwah.

Pertemuan pertama yang akhirnya menjadi embrio pembentukan komunitas ini sekitar bulan Juni 2014 di masjid Ar Rahmah Teluk Buli Surabaya. Pertemuan tersebut dihadiri oleh beberapa founder yaitu Faris Aziz (Wafa TV), Yasir Salim (Lawang Agung), Pujiati (Koloni Kreatif), Muhammad Bammahfud (Risqi Mobile), dan Edi Nur Khamim (Bawang Goreng Miji-Miji) yang kemudian menjadi tokoh-tokoh penting dalam


(54)

45

pembentukan komunitas Wirausaha Muslim. Dan keinginan dari para founder ini adalah membuat suatu komunitas yang mereka menyebutnya tuntas dalam menolong membernya, dalam mengembangkan member-membernya dalam bisnis.

Komunitas Wirausaha Muslim dilaunching pada 11 Oktober 2014 di Imperial Palace Hotel Surabaya dan dihadiri lebih dari 250 orang mulai dari pebisnis, praktisi keilmuan bisnis hingga masyarakat umum. Pada launching tersebut, para pendiri memperkenalkan Komunitas Wirausaha Muslim pada khalayak umum dan mengundang para pebisnis muslim untuk bergabung dalam komunitas tersebut.1

Gambar 1: Logo Wirausaha Muslim

1


(55)

46

2. Letak Geografis

Lokasi pembinaan Komunitas Wirausaha Muslim ini terletak di berbagai tempat di area Surabaya. Dalam hal ini, lokasi pembinaan Wirausaha Muslim (WM) tidak memiliki kantor umum / sekretariat dan tidak hanya satu tempat pembinaan karena tergantung kapasitas jumlah member yang hadir di acara tersebut. Lokasi yang di sewa oleh Wirausaha Muslim yakni tempat yang memiliki fasilitas buat rapat kerja yang tidak digunakan seperti di Gedung KPI yang terletak di jalan Kebonsari Surabaya, Gedung IKADI Ahmad Yani Surabaya, Gedung Baitul Haq di sebelah Masjid Baitul Haq Ketintang, dan lain sebagainya.


(56)

47

3. Tujuan Didirikannya Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya

Komunitas Wirausaha Muslim di bentuk atas desakan suatu kesadaran yang didasarkan atas pengalaman bisnis sehari-hari yang sangat sulit untuk berkembang bagi para pebisnis muslim dengan berbagai alasan, diantaranya:

1) Terbatasnya jaringan jika dibanding para pebisnis non muslim;

2) Realitas bahwa para pebisnis muslim masih lebih memilih bertransaksi

dengan pebisnis non muslim dengan pertimbangan “security” jangka

panjang. Hal ini karena mindset image pebisnis non muslim yang dianggap lebih baik dalam memberi layanan dan seringkali hal tersebut terjadi di praktek bisnis;

3) Belum adanya suatu semangat tujuan ideologis yang menjadikan bisnis adalah ibadah dan dakwah.

Ketika komunitas kecil ini bertumbuh menjadi besar bukan sekedar komunitas, namun juga pada pengembangan pada bisnis Islam yang lebih riil, tidak hanya sekedar bentuk bisnis namun juga templates lengkap mulai dari bagaimana memulai bisnis, mengembangkan bisnis hingga membooster bisnis dengan landasan syariah Islam. Wirausaha Muslim akanmenjadi komunitas yang menjadi pendorong proses transformasi suatu perubahan mindset hingga praktek bisnis yang berjalan sesuai


(57)

48

syariah Islam, hingga sistem bisnis Islam bukan hanya mimpi namun benar-banar ada dan dilakukan.2

4. Visi dan Misi Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya

Komunitas Wirausaha Muslim merupakan komunitas wirausaha yang dibangun atas dasar firman Allah SWT dalam Surat At Taubah : 71.

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

2


(58)

49

VISI

• Meningkatkan keimanan dan motivasi dengan cara silaturahmi, sinergi, dan berbagi, sebagai solusi mewujudkan ketaqwaan dan kesejahteraan umat.

MISI

• Mencetak konglomerat muslim yang berkontribusi terhadap dakwah Islam

• Menjadikan wirausaha muslim berkarakter bisnis sebagaimana yang diteladankan nabi Muhammad SAW dan para sahabat

• Tumbuh, berkembang, dan sukses bersama; dunia dan akhirat

Komunitas Wirausaha Muslim meyakini bahwa wirausaha harus didasari oleh faktor saling silaturahmi, berbagi, saling mendukung untuk menemukan solusi bersama dan bekerjasama untuk meraih hasil yang diharapkan secara berjamaah yang menjadi moto Wirausaha Muslim yaitu

“Silaturahim, Sharing, Synergy, Solving”.3

Motto-motto tersebut dijadikan sebagai nafas dari Wirausaha Muslimdan diharapkan setiap membermempunyai visi yang sama dalam mewujudkan tujuan organisasi yakni antar member terjadinya sinerji berupa bisnis, antar member terjadinya silaturahmi, dan antar member sharing dan solving.Penerapan 4S (Silaturahmi, Sharing, Synergy, Solving) ini

3


(59)

50

dijabarkan menjadi program dan selalu menjadi ciri khas dari kegiatan-kegiatan wirausaha muslim sendiri.4

5. Struktur Organisasi Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya

Struktur organisasi komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

Bagan Struktur Organisasi WM

4

Hasil Wawancara Bapak Edi Nur Chamim selaku ketua WM padaHari Jum’at, tanggal 4

November 2016 Anggota: 1. Udik Haryanto 2. Tri Endro

Prasetyo

Divisi Keorganisasian Pujiati

Divisi Humas Adhiguna Pradana D.

Bendahara Khoirul Anam

Divisi Program Ahmad Guntar

Ketua Edi Nur Chamim

Sekjend Muh. Hanif Ansori

Anggota: 1. Aldi Wahyu 2. Abdul Munif

Anggota: 1. Suseno Budi P. 2. Miftahul Amin


(60)

51

6. Kerangka Besar Kegiatan di Wirausaha Muslim (WM)

Pertemuan rutin merupakan pertemuan regular per 2 minggu yang dilaksanakan setiap hari jumat dan wajib dihadiri oleh anggota WM (members WM). Pertemuan ini merupakan bagian dari program pendampingan yang disusun oleh Hijrah Coach selama satu tahun. Pada Program pendampingan terdapat 4 tahap penting yaitu:.

1. Tiga bulan pertama adalah masa pembauran dan dipasangkan dengan buddy, dimana landasan ukhuwah dibangun bukan sekedar menjadi jargon yang didengungkan namun tidak terejawantahkan dalam praktek. Ukhuwah ini diwujudkan dalam sebuah project group.

2. Tiga bulan berikutnya adalah mulai masuk pada bisnis masing-masing, namun didahului dengan Program Pay it Forward, yaitu melakukan segala tindakan kebaikan atau suatu hal di awal dengan tujuan membantu bisnis Buddy nya (rekan yang telah dipasangkan). Sebagaimana hadist sebagai berikut:

1

Ukhuwah

2

Pay it Forward

3

Hijrah Tools


(61)

52

Setiap gerakan pertolongan merupakan

nilaipahala”Siapayangmenolong saudaranya yang lain maka Allah akan menuliskan baginya tujuhkebaikan bagi setiap langkah yang dilakukannya (Hadits riwayat Thabrani).

”Siapa yang berjalan menolong orang yang susah maka Allah akan menurunkan baginya tujuh puluh lima ribu malaikat yang selalu mendoakannya dan dia akan tetap berada dalam rahmat Allah selama dia menolong orang tersebut dan jika telah selesai melakukan pertolongan tersebut, maka Allah akan tuliskan baginya pahala haji dan umrah (Hadits riwayat Thabrani).

Hadits diriwayatkan oleh al-lmam Muslim, daripada Abu Hurairahr.a.daripada Nabi SAW, Baginda telah bersabda:

•Barangsiapa yang melepaskan seorang mukmin daripada satu kesusahan daripada kesusahan-kesusahan dunia, nescaya Allah akan“melepaskannya daripada satu kesusahan daripada kesusahan-kesusahan Qiamat”.

•Barangsiapa yang mempermudahkan bagi orang susah, niscaya Allah akan“mempermudahkan baginya di dunia dan di akhirat”.

•Barangsiapa yang menutup ke’aiban seorang muslim, niscaya Allah


(62)

53

•Allah senantiasa bersedia menolong hambaNya“selagi mana dia suka menolong saudaranya”.

3. Tiga bulan terakhir adalah setiap pebisnis mempersiapkan dan harus menyelesaikan Show Case yaitu event yang diadakan dengan tujuan setiap pebisnis anggota WM mempresentasikan dan menunjukkan bisnis nya pada khalayak di luar WM, khalayak umum bahkan calon investor. Show Case memiliki tujuan yang meliputi:

a. Sharing Vision, yaitu setiap bisnis dipresentasikan mengenai visi dan misi terkait dengan bagaimana dan akan menjadi apa bisnis bersangkutan dalam 5-10 tahun mendatang.

b. Invite investor, yaitu mengundang dan meyakinkan para calon investor mengenai prospek bisnis yang bersangkutan , dan tujuan akhirnya adalah ada calon investor yang tertarik terkait dengan permodalan padacompany (perusahaan secara umum) atau pada proyek-proyek (projects) yang sedang atau akan dikerjakan oleh bisnis yang bersangkutan.

c. Invite partner, dalam konteks ini adalah menarik perhatian, mengundang, meyakinkan serta mendapatkan kepercayaan dari calon partner untuk bergabung atau melakukan kerjasama partnership dalam bisnis bersangkutan.

d. Distribution, dalam hal ini adalah perencanaan strategis berkaitan dengan perencanaan pada sebaran jalur distribusi (medium dan


(63)

54

metode) dan sebaran jangkauan pemasaran (jangkauan geografis dan demografis).

e. New Branch, dalam hal ini adalah terkait dengan ekspansi pasar, yang ditunjukkan dengan pembukaan cabang baru atau cabang distribusi baru.

Sudah seharusnya umat Islam dalam berbisnis memiliki tujuan ideologis ibadah dan dakwah, bukan sekedar tujuan keuntungan semata. Oleh karena itu komunitas Wirausaha Muslim bukan hanya sekedar kumpulan pebisnis muslim yang berkumpul untuk membuat jaringan yang bertujuan bisnis semata. Namun suatu kesadaran penuh untuk memajukan Islam dalam sektor ekonomi.

Komunitas Wirausaha Muslim (WM) mengatakan jika kita sudah berani mengatakan diri sebagai member dari wirausaha muslim maka yang berkumpul hanya pebisnis Islam, yang mengetahui cita-cita Islam, yang mengetahui dan mengerti tujuan kejayaan Islam. Apa yang dimiliki oleh Islam adalahukhuwahyangmerupakan landasan utama. Ukhuwah apabila digabungkan dengan bisnis maka wujudnya adalah satu, yaitu memperhatikan kepentingan saudaranya.5

5


(64)

55

7. Prinsip dan Aturan dalam Berkomunitas

Komunitas WM memiliki prinsip dan aturan demi kenyamanan dan keamanan para member dalam berkomunitas di WM, berikut aturan yang harus dijalankan dalam komunitas ini:

1) Prinsip berkontribusi dan bertumbuh:

a. Member WM menyadari bahwa komunitas WM merupakan komunitas yang masih dalam tahap awal bertumbuh. Untuk itu, setiap member berkomitmen untuk turut serta membangun WM secara organisasi seiring dengan upaya membangun bisnis dan kualitas diri masing-masing.

b. Mengingat Program WM berjalan berdasarkan partisipasi aktif member sebagai petugas/pengampu (dari, oleh, dan untuk member), maka setiap member WM menunjukkan kesediaan dan partisipasi dalam program-program yang dijalankan di WM, sebagai panitia/pengampu program atau sebagai peserta program yang aktif dan kooperatif.

c. Member WM dapat mengusulkan program melalui jalur pengurus serta bersedia menjadi anggota tim perancang dan/atau pelaksana program.

d. Member WM tidak diperkenankan membuat dan menjalankan program sejenis dengan yang sudah dijalankan, melainkan menguatkan apa-apa yang sudah berjalan berdasarkan mekanisme yang ada. Member WM memberikan masukan penyempurnaan


(65)

56

program dengan cara yang baik melalui jalur pengurus pengampu program.

e. Member WM menunjukkan sikap Itqan/Efisien,sungguh-sungguh dan profesional, dalam berpartisipasi dan berkontribusi dalam program WM, baik yang sudah berjalan maupun yang baru saja dijalankan atas inisiasi dari member. Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang apabila ia bekerja, ia menyempurnakan pekerjaannya. (HR. Tabrani)

f. Demi tercapainya keselarasan dan sinergi dari sisi ide, konsep, dan alokasi sumberdaya, serta demi memaksimalkan manfaat dan cakupan audiens, maka program yang diinisiasi oleh member dibawa ke forum kepengurusan semenjak program tersebut masih berbentuk ide.

g. Member WM diperkenankan membuat dan menjalankan program secara mandiri senyampang tidak bertentangan dengan kerangka besar program inkubasi yang telah tersusun. Pelaksanaan program dengan pelibatan sesama member WM, di mana program tersebut bertentangan dengan desain dan value komunitas WM, atau dijalankan tanpa melalui mekanisme koordinasi dengan kepengurusan, terhitung sebagai pelanggaran organisasi.


(66)

57

2) Etika umum berkomunitas:

a. Member WM berusaha memaafkan kekeliruan sesama member dan tidak mencari-cari kesalahan-kesalahan satu sama lain, dan menahan rasa benci terhadap satu sama lain.

b. Setiap member WM bersikap tawadhu’lah kepada orang lain khususnya sesama member dan menjauhi perasaan merasa lebih tinggi atau takabbur dan bersikap angkuh terhadap satu sama lain.

c. Sesama member memperhatikan satu sama lain, mengenali keadaan dan kondisi satu sama lain minimal buddy masing-masing, dan menjaga komunikasi dan menjalin sillaturahim dengan sesama member.

d. Setiap member WM memiliki kewajiban untuk menjaga keutuhan komunitas, yang dirupakan dalam bentuk semisal aktivitas sillaturahim, berkomunikasi dengan akhlak, serta memastikan value dan aturan berorganisasi serta etika berkomunitas senantiasa terjaga. e. Segala aktivitas provokatif yang mengarah pada perpecahan internal

member dan bentuk aktivitas provokatif apapun yang menyelewengkan gerak dan cara pandang member dari kerangka inkubasi dan value WM, terhitung sebagai pelanggaran organisasi. f. Member WM tidak melakukan publisitas dan/atau hubungan

kerjasama dengan pihak eksternal WM dengan mengatasnamakan WM tanpa melalui koordinasi dan persetujuan pengurus. Bila dilakukan, hal ini terhitung sebagai pelanggaran berorganisasi.


(67)

58

3) Sharing dan Solving

a. Member wajib memberikan informasi dan update terkait usaha nya dalam format dan kelengkapan isian sebagaimana yang disediakan oleh pengurus. Hal ini demi mendorong optimalnya upaya mengenal satu sama lain dan juga pemetaan oleh pengurus demi kepentingan program.

b. Bila member WM mengalami kendala dalam usahanya, baiknya diinformasikan minimal ke buddy dan juga kepada grup yang bersangkutan, sekedar untuk curhat atau betul-betul dimaksudkan untuk mencari solusi.

c. Segala curhatan, rahasia bisnis yang diungkapkan, serta segala informasi terkait kelemahan dan kekurangan dari bisnis sesama member bersifat rahasia bagi sesama member WM dan tidak untuk diekspos keluar. Upaya membocorkan informasi yang diakadkan untuk konsumsi internal terhitung sebagai pelanggaran etika berkomunitas.

d. Setiap member berupaya membangun kualitas diri masing-masing sedemikian rupa terbentuk spesialisasi dan bahkan kepakaran di bidang tertentu, yang memungkinkan yang bersangkutan untuk melakukan sharing. Dengan kata lain, setiap member dilarang memposisikan diri hanya sebagai pihak yang menerima, melainkan juga turut memberi/berbagi.


(68)

59

4) Etika kerjasama antar member WM dan member dengan eksternal komunitas:

a. Sesama member WM menjaga agar selalu memenuhi akad dan janji serta kesepakatan-kesepakatan di antara dua belah pihak (pembeli dan penjual). AllahSubhanahuwaTa’ala berfirman yang artinya: “Wahai

orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu.” (Al-Ma’idah : 1)

b. Terlebih antar sesama member WM, menjaga sikap ramah dan memberikan kemudahan di dalam proses transaksi dan kerjasama.

RasulullohShallallaahualaihiwaSallam bersabda: “Alloh akan belas

kasih kepada seorang hamba yang ramah apabila menjual, ramah apabila membeli dan ramah apabila memberikankeputusan”. (HR. Al -Bukhari).

c. Member WM bersikap mengedepankan sikap jujur, terbuka dan tidak

menyembunyikan cacat barang/jasa jualan.

RasulullohShallallaahualaihiwaSallam bersabda: “Seorang muslim itu

adalah saudara muslim lainnya, maka tidak halal bagi seorang muslim membeli dari saudaranya suatu pembelian yang ada cacatnya kecuali

telah dijelaskannya terlebih dahulu”. (HR. Ahmad dan dishahihkan

oleh Al-Albani).

d. Member WM menjauhi mengobral sumpah di dalam berjual beli. RasulullohShallallaahualaihiwaSallam bersabda: “Hindarilah banyak


(69)

60

menghabiskan (barang) kemudian membatalkan (barakahnya)”. (HR.

Muslim).

e. Member WM menghindari penipuan, kecurangan dan pengkaburan serta berlebih-lebihan di dalam menarik keuntungan.

f. Member WM menghindari perbuatan curang di dalam menakar atau menimbang barang dan tidak menguranginya, yang dapat diartikan juga berbuat curang dalam spesifikasi produk/layanan.Alloh berfirman

yang artinya: “Celakalah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang-orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang

lain, mereka mengurangi”. (Al-Muthaffifin : 1-3).

g. Member WM menghindari promosi-promosi palsu yang bertujuan menarik perhatian pembeli dan mendorongnya untuk membeli, karena RasulullohShallallaahualaihiwaSallam telah melarang najasy.

(Muttafaq’alaih). Najasy adalah semacam promosi palsu.

h. Member WM mengukuhkan kerjasama antar satu sama lain dengan persaksian atau catatan (dokumentasi), karena

AllohSubhanahuwaTa’ala telah berfirman yang artinya: “Dan

persaksikanlah apabila kamu berjual beli”. (Al-Baqarah: 282). Oleh karenanya, surat Perjanjian Kerjasama yang terjadi antar member wajib WM hukumnya, walau nilai transaksi sekecil apapun.

i. Cap Notaris baiknya di bicarakan sebijaksana mungkin antara kedua belah pihak, mengingat biaya notaris tidak murah. Bila transaksi kecil


(70)

61

cukup tandatangan kedua belah pihak diatasmaterai, atau transaksi besar harus bertemu depan notary, dan sebagainya, intinya komunikasi dan kebijakan dikeluarkan oleh masing-masing pihak terkait, bukan urusan komite ukhuwah atau pihak ke-3.

j. Ada baiknya di dalam SPK dibuat poin, apabila terjadi gagal bayar oleh pengelola dalam jangka waktu yang sudah tidak bisa di toleransi, pihak investor dapat mendelegasikan Pihak 3 untuk menagih atau menyita asset dengan cara apapun dengan membawa surat kuasa yang ditandatangani oleh pihak investor. Hal ini hanya sebagai bentuk saling membantu saja dalam komunitas, bukan kewajiban pasti dari Pihak 3. Dan semoga tidak ada hal seperti itu terjadi dalam komunitas ini.

k. Ketidakjujuran, perbuatan curang, sikap tidak menepati janji atau berkhianat atas akad transaksi, kelalaian dalam mengukuhkan kerjasama secara formal dalam bertransaksi sesama member, semua terhitung sebagai pelanggaran atas etika berkomunitas.

5) Etika berinteraksi dan berkomunikasi

a. Member WM tidak membicarakan sesuatu yang tidak berguna. Hadits

RasulullohShallallaahu ‘alaihiwasallam menyatakan: “Termasuk

kebaikan islamnya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak


(71)

62

b. Member WM sedapat mungkin menghindari permasalahan-permasalahan khilafiyah dan fitnah, termasuk obrolan politik yang mengarah pada perpecahan member.

c. Setiap member menghindari sikap mengejek, menyerang, memperolok-olok,menjauhi perkataan kasar, keras dan ucapan yang menyakitkan perasaan, dan tidak memandang rendah orang yang berbicara, baik sesama member WM maupun dengan orang di luar komunitas WM.Ketidakpatuhan atas hal ini terhitung sebagai pelanggaran atas etika berkomunitas.

d. Setiap member WM menjaga ucapan baik yang disampaikan secara tatap muka maupun melalui media online (email, SMS, whatsApp/Telegram, dsb). Komentar yang berisi sumpah serapah, julukan buruk, atau bahasa lain yang kasar tidak dapat diterima dan terhitung sebagai pelanggaran atas etika berkomunitas.

e. Kita menghargai adanya perbedaan pendapat dan perdebatan yang kuat. Namun tiap member WM tetap menjalankan diskusi dan mengkomunikasikan perbedaan pendapat dalam cara-cara yang santun dan berakhlak.

i. Member WM tidak menyaringkan suara (atau menggunakan omongan yang buruk)dalam perdebatan, serta menjauhi pertengkaran. Di antara sifat kepribadian Nabi ShallallaahualaihiwaSallam adalah bahwasanya beliau bukanlah seorang yang keras kepala atau keras hati dan bukan pula orang


(72)

63

yang suka teriak-teriak di pasar dan juga bukan orang yang membalas keburukan dengan keburukan, akan tetapi ia memaafkan dan mengampuni. (HR. Al-Bukhari).

ii. Secara prinsip, setiap member WM mengupayakan ikhlas dan mencari yang haq serta melepaskan diri dari nafsu di saat berbeda pendapat. Juga menghindari sikap show off (ingin tampil) dan membela diri dan nafsu.

iii. Setiap member WM berusaha sebisa mungkin untuk tidak memperuncing perselisihan, yaitu dengan cara menafsirkan pendapat yang keluar dari lawan atau yang dinisbatkankepadanya dengan tafsiran yang baik.

f. Setiap member WM berusaha sebisa mungkin untuk tidak mudah menyalahkan orang lain, kecuali sesudah penelitian yang dalam, upaya klarifikasi (tabayyun), dan difikirkan secara matang. Kesengajaan dalam menyebarkan berita bohong atau fitnah untuk mendorong sesama member mengambil pilihan sikap tertentu tidak dapat ditoleransi dan terhitung sebagai pelanggaran atas etika berkomunitas.

6) Setiap bentuk ketidakpatuhan dan pelanggaran dalam aturan akan dikenakan teguran atau peringatan, baik informal maupun formal, dan tingkat teguran peringatan akan ditandai di database member dengan


(1)

101

B. Saran dan Rekomendasi

Dari hasil penelitian diatas, peneliti memberikan beberapa saran dan

masukan kepada lembaga-lembaga sosial, khususnya kepada lembaga yang

terkait yaitu komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya.

1.Saran

Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya sebagai lembaga sosial

yang memiliki misi Menjadikan wirausaha muslim berkarakter bisnis

sebagaimana yang diteladankan nabi Muhammad SAW dan para sahabat,

diharapkan pihak lembaga tidak hanyamemiliki tempat di daerah

Surabaya,melainkan bisa memiliki cabang di berbagai daerah yang

lainnya.

2.Rekomendasi

a.Program pembinaanwirausaha sangat baik jika diterapkan di

lembaga-lembaga sosial lainnya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat

indonesia.

b.Programpembinaan wirausaha tidak hanya diterapkan pada

lembaga-lembaga sosial saja, tetapi harus diterapkan juga di lembaga-lembaga-lembaga-lembaga


(2)

102

C. Keterbatasan peneliti

Peneliti menyadari adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian ini,

terutama keterbatasan waktu, sehingga peneliti masih kurang maksimal dalam

melakukan penelitian.Masih banyak aspek yang belum di jelaskan dalam

penelitian ini, peneliti hanya terfokus pada program pembinaan kewirausahaan

saja. Pada penelitian ini, dijelaskan beberapa program pembinaan

kewirausahaan yang ada di Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya.

Analisis dari segi penyebab terjadinya permasalahan dan solusi yang ada

pada saat program pelatihan juga masih kurang mendalam. Pada intinya,

penelitian ini hanya membandingkan dan mencari tahu apakah faktadilapangan


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Husni, M. Mubarok, Desember 2013, “Strategi Pemasaran Bisnis Global dan Sumber Daya Manusia”. Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam, Vol. 1, No. 2, Desember 2013.

Ernani, Herdiyati, Maret 2013. Kreativitas dan Inovasi Berpengaruh Terhadap Kewirausahaan Usaha Kecil. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan,Vol.13, No. 1, Maret 2011. Universitas Gajayana Malang: Malang.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surabaya

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005, Jakarta: Balai Pustaka.

Agus Martono, Subando, dan Wahyudi Kumorotomo, 1996, Sistem Informasi Manajemen,

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Cahyono, Aris D & Daryanto, 2013, Kewirausahaan (Penanaman Jiwa Kewirausahaan), Yogyakarta: Gava Media.

Azwar Anas, Mohammad, 2007. “Pembinaan Kurikulum Pendidikan Kewirausahaan di SMKN 1 Surabaya (Aplikasi Pendidikan Kewirausahaan Dalam Penguasaan Life Skill

Siswa Kelas II Jurusan Penjualan)”, Skripsi, Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Syahputri, Arvica Agustina, 2015. “Efektivitas Pembinaan Kemandirian Santri Melalui Program Kewirausahaan dan Implikasinya Terhadap Karakter Kerja Keras di Pondok

Pesantren Aswaja Lintang SongoPiyungan Bantul”, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiah dan Keguruan, Universitas Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.


(4)

Nuraini, Siti, 2016, “Program Pelatihan Kewirausahaan di Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU)”, skripsi, Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Koentjaraningrat, 1994, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Faisal, M, 2008, Sistem Informasi Manajemen Jaringan, Malang: UIN-MALANG PRESS.

Amirin, Tatang M, 1996, Pokok-pokok Teori Sistem, Jakarta: Rajawali Pers.

Ristono, Agus, 2011, Pemodelan Sistem, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996, Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka:.

Sunarti, dkk, 2009, Pola Pengasuhan Anak Secara Tradisional di Kelurahan Kebagusan

Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Jakarta: Depdiknas.

Soetopo, Hendyat dan Wasty Soemanto, 1993, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum,

Jakarta: Bumi Aksara.

Hendriani, Susi & Sony A. Nulhaqim, 2008, “Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan Dalam

Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Mitra Binaan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I

Cabang Dumai”. JurnalKependudukan Padjadjaran, Vol. 10, No. 2, Jakarta.

Mumford, Alan, 1996, Mencetak Manajer Andal, Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Thoha, Miftah, 1997, Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi), Jakarta: Raja

Grafindo Persada.


(5)

Hamlik, Oemar, 2005, Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan, Jakarta: Bumi Aksara.

Amstrong, Michael, 1997, manajemen sumber daya manusia, Jakarta: Gramedia.

Imam Jalalud-din Al-Mahalliy dan Imam Jalalud-din As-Suyuthi, 1990, Terjemah Tafsir Jalalain berikut Asbaabun Nuzul, Bandung: Sinar Baru.

Al-Qur’an, Surat Ali-Imran, ayat:104

Hadist, HR. Muslim no. 1893

Subagyo, Joko, 2004, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyana, Deddy, 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya

Prastowo, Andi, 2014, Memahami Metode-metode Penelitian, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Ahmadi, Rulam, 2016, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Moelong, Lexy J, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono, 2015, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Ibrahim, Nana Sujana, 1989, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: sinar baru.

Nazir, Moh, 1998, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Arikunto, Suharsini, 2006, Prosedur Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Marsuki, 1995, Metodologi Riset, Yogyakarta: PT. Haninda Offset.

Narbuko, Cholib dan Abu Ahmadi, 1997, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara.

Sarwono, Jonathan, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta: Graha

Ilmu.


(6)

Widi, Restu Kartiko, 2010, Asas Metodologi Penelitian (sebuah pengenalan dan penuntun

langkah demi langkah pelaksanaan penelitian), Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kasiram, Moh, 2010, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, Malang: UIN-Maliki

Press.

Saebani, Beni Ahmad dan Afifuddin, 2012, Metodologi Penelitian Kualitatif Cat II, Bandung:

Pustaka Setia

Bungin, Burhan, 2006, metodologi penelitian kualitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta.