Strategi pengembangan Masjid Cheng Hoo berbasis kemandirian.

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN MASJID CHENG HOO

BERBASIS KEMANDIRIAN

DEPAN TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Dirasah Islamiyah

Oleh Dian Marjayanti NIM. F12915287

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

ii


(3)

(4)

(5)

(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ix

ABSTRACT

Funds are one of important element to Mosque development efforts. Meanwhile, during this time mosque board only rely on ZIS funds, which are limited and sufficient to operational costs only. Thus, mosques need to promote the mosque independence program to find other sources of income. Cheng Hoo Mosque Surabaya as one example of a mosque that is realizing the independence of the mosque.

This study discusses the concept of the independence of Cheng Hoo mosque, a strategy is being executed or to be executed and its implications for stakeholders. Its purpose are understand the concept of Cheng Hoo mosque independence, strategies and its implications.

This research using a concept of independence, mosque development and formulation of strategy as a data analysis. The approach of this research is descriptive qualitative. For data collection techniques using semistruktural interviews, documents and observations.

At the end of the study can be concluded that: (1) the concept of independence of the Cheng Hoo mosque is to be a synergy between donors with the society, its form economic and social valued business. (2) The Cheng Hoo mosque board has several strategies: Build committee commitments, create business plans, build partnerships with donors, UKMs and pesantren, build human resources and monitor business development. (3) The implications of the strategy have a positive impact for donors, pesantren, UKMs and Cheng Hoo mosque board. Hoped this research will be useful for other research. And for the Cheng Hoo Mosque board can learn the experience of other mosque which applied successfully.


(7)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

x

ABSTRAK

Upaya pengembangan masjid salah satunya dipengaruhi aspek ketersediaan dana. Sementara, selama ini mayoritas pengurus Masjid hanya mengandalkan dana ZIS donatur yang jumlahnya terbatas dan cukup untuk memenuhi biaya operasional saja. Maka, Masjid perlu menggalakan progam kemandirian masjid untuk mencari sumber pendapatan lain. Masjid Cheng Hoo Surabaya sebagai salah satu contoh masjid yang sedang mewujudkan kemandirian Masjid.

Penelitian ini membahas tentang konsep kemandirian masjid Cheng Hoo, Strategi baik yang sedang dijalankan atau yang akan dijalankan dan implikasi strategi tersebut bagistakeholder. Tujuannya untuk memahami konsep kemandirian Masjid Cheng Hoo, strategi dan implikasi strategi tersebut bagistakeholder.

Tinjauan konsep kemandirian dan pengembangan masjid serta perumusan strategi sebagai pisau analisis data dalam penelitian ini. Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Untuk teknik pengumpulan data menggunakan wawancara semistruktural, dokumen dan observasi.

Pada akhir penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) konsep kemandirian masjid Cheng Hoo adalah menjadi pesinergi antara donatur dengan masyarakat melalui usaha yang bernilai ekonomi dan sosial. (2) Pengurus Masjid Cheng Hoo memiliki beberapa strategi yakni: membangun komitmen pengurus, membuat rencana usaha bisnis, membangun kerja sama dengan donatur, UKM dan pesantren, menyiapkan sumber daya manusia dan memantau perkembangan Usaha. (3) Implikasi startegi tersebut memiliki dampak positif baik bagi donatur, pesantren, UKM dan pengurus Masjid Cheng Hoo sendiri. Diharapkan penelitian ini berguna bagi pengembangan penelitian selanjutnya. Dan bagi para pengurus Masjid Cheng Hoo, dapat melakukan kunjungan ke Masjid lain yang telah menerapkan konsep kemandirian masjid sehingga dapat mengambil pelajaran dari pengalaman mereka. Kata kunci : Kemandirian Masjid, pengembangan Masjid, Masjid Cheng Hoo.


(8)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………...i

PERNYATAAN KEASLIAN………...ii

PERSETUJUAN……….………...…..….iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI……….………...iv

PEDOMAN TRANSLERASI……….……..….v

MOTTO………...viii

ABSTRACT………...ix

UCAPAN TERIMA KASIH………...xi

DAFTAR ISI………...xii

BAB I PENDAHULUAN……..………...1

A. Latar belakang masalah..………...1

B. Identifikasi masalah dan batasan masalah………...………….……....10

C. Rumusanmasalah………...………..……….12

D. Tujuanpenelitian………..……….12

E. Penelitian terdahulu……….………..13

F. Manfaatpenelitian…..………..……….15

BAB II PENGEMBANGAN MASJID DAN KEMANDIRIAN………...17

A. Manajemen Pengembangan Masjid....………17

B. Kemandirian………..…26


(9)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xiii

D. Perumusan strategi ………..………..45

E. Langkah dalam perumusan strategi………..48

F. Kerangka Teoretik………...……….60

BAB III METODE PENELITIAN……….61

A. Jenis penelitian……….……....….61

B. Sumber DataPenelitian………...……….61

C. Lokasi penelitian………...………..63

D. Metode Pengumpulan data………...…65

E. Metode Analisa data………...………...68

F. Teknik keabsahan data………...………...70

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN MASJID CHENG HOO BERBASIS KEMANDIRIAN………...……..…71

A. Profil Masjid Cheng Hoo.……….………...71

1. Sejarah berdirinya Masjid Cheng Hoo……….….71

2. Visi dan Misi Masjid Cheng Hoo………..74

3. FungsiMasjid Cheng Hoo……….77

4. Progam Masjid Cheng Hoo………...79

5. Fasilitas Masjid Cheng Hoo………...84

B. Dasar Kemandirian Masjid Cheng Hoo………..……..85

C. Strategi pengembangan Masjid Cheng Hoo…….……….………89

1. Membangun komitmen anggota dalam membangun kemandirian Masjid………89


(10)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xiv

3. Membangun dan mempertahankan dukungan dari pihak donatur….93 4. Membangun dan menjaga hubungan silaturahmi dengan pondok

pesantren………...……..98

5. Membangun kesiapansumberdaya manusia………...103

6. Memantau perkembangan jalannya kemandirian Masjid di pesantren……….108

D. Wujud kemandirian Masjid……….………109

E. Implikasi Strategi Kemandirian Masjid bagi pihak Stakeholder.…...116

BAB V PEMBAHASAN………...……….126

A. Analisis ditinjau dari konsep kemandirian Masjid…….….…………126

B. Analisis ditinjau darikonsep pengembangan Masjid……..………...136

C. Analisis ditinjaudari perumusan strategi……….…….………..146

BAB VI PENUTUP……….……...…………....168

A. Kesimpulan………...………..…………..168

B. Implikasi Teoritik………...………..………….170

C. Keterbatasan Study………...170

D.Saran………..………...…...…….171

DAFTAR PUSTAKA………....……….172 LAMPIRAN


(11)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Masjid merupakan tempat ibadah, dilain pihak Masjid merupakan salah satu lembaga dakwah yang berfungsi menyiarkan nilai-nilai ajaran Islam. Sebagaimana pendapat Quraish Shihab, dalam pengertian sehari-hari, Masjid merupakan bangunan tempat sholat kaum Muslim. Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh. Hakekat Masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah.2 Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Jinn : 183

Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah untuk Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya selain (menyembah) Allah 4

Sebagai salah satu lembaga dakwah, jumlah Masjid di Indonesia senantiasa mengalami peningkatan. Menurut data dari Direktorat jendral Bimbingan Masyarakat (Ditjen Bimas) Islam Kementrian Agama (Kemenag), Jumlah Masjid pertahun 2013 sebanyak 731.096 bangunan. Dari tahun ketahun, jumlah pertumbuhannya diperkirakan 20%. Jika dikalkulasikan, jumlah Masjid di Indonesia hingga 2016 ini mencapai 1.169.753 Masjid5. Sebagaimana

2Eman Suherman,Manajemen masjid,(ALFABETA: Bandung,2012), 61 3Al-Qur an Surat Al-Jinn : 18

4Terjemahan Departermen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur an dan Terjemahannya , Bandung:

Diponegoro,2014),573

5Ridwan Aji Pitoko, Masjid-masjid Terbesar, Termegah, dan Termahal di Indonesia (I) ,dalam

http://properti.kompas.com/read/2016/06/07/140554221/masjidmasjid.terbesar.termegah.dan.term ahal.di.indonesia.i. (selasa,7 juni 2016), asp. 21 Desember 2016


(12)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

pernyataan Jusuf Kalla bahwa jika dibandingkan dengan jumlah populasi, setidaknya ada satu tempat ibadah untuk setiap 300 Warga Negara Indonesia (WNI)6. Hal menunjukkan bahwa pembangunan Masjid adalah manifestasi keadaan Islam dan masyarakat Muslim dalam tiap ruang dan waktu. Apabila banyak yang dibangunkan, bermakna banyak Muslim berada di sekitas Masjid-Masjid yang dibangun itu, atau banyak muslim yang memakai Masjid-Masjid dalam kehidupannya7.

Sementara itu, umat Islam saat ini dihadapkan oleh era globalisasi atau yang juga dikenal dengan era pasar bebas. Era pasar bebas (free trade) yang tidak lagi dibatasi oleh sekat-sekat geografi, budaya, dan ideologi politik sebuah negara, seolah sudah menjadi suatu kepastian yang harus terjadi.8 Negara-negara yang ada di dunia bukan saja semakin terbuka antara satu dengan yang lainnya, tetapi juga saling ketergantungan satu sama lain. Karena saling ketergantungan dan saling keterbukaan ini, semua negara semakin terbuka terhadap pengaruh globalisasi9. DimanaSexbebas, pornografi, konsumerisme, materialism dan hedonism menjadi budaya baru yang dianggap wajar dimasyarakat. Tanpa sadar nilai tersebut semakin lama menggerus nilai-nilai agama yang dimiliki oleh seseorang. Terutama bagi pemeluk agama Islam.

6Nurmulia Rekso Purnomo, “Keberadaan Masjid Harus Bisa Memakmurkan Umat”, dalam

http://www.tribunnews.com/regional/2015/03/29/keberadaan-masjid-harus-bisa-memakmurkan-umat. 29 maret 2015. Asp. 21 Desember 2016

7Sidi Gazalba,Mesjd Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam.(Pustaka Al-Husna : Jakarta, 1989), 267 8 Khusnul Khotimah, Islam dan Globalisasi: Sebuah Pandangan tentang Universalitas Islam ,

Komunika, Vol.3,No.1 (Januari-Juni, 2009), 114

9Abdul Khobir, Pendidikan AgamaIslamdi Era Globalisasi , Forum TarbiyahVol.7, No.1, (Juni

2009), 2 yang dikutip dari Shindunata, menggagas paradigm baru Pendidikan Demokratisasi,


(13)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Ditengah tantangan dakwah di era globalisasi yang semakin lama semakin kompleks dan seiring dengan bertambahnya jumlah Masjid, diharapkan Masjid juga mampu untuk mengembangkan fungsinya bukan hanya sebagai tempat ibadah, melainkan pusat kajian Islam, pendidikan, budaya, pemersatu bangsa dan bahkan pusat ekonomi yang mampu mengembangkan kesejahteraan bagi jamaah dan masyarakat disekitar Masjid. Disamping sebagai tempat beribadah bagi umat Islam, Masjid juga berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial dan kebudayaan dalam arti yang luas. Sejak zaman Nabi Muhammad SAW Masjid Nabawi yang menjadi jantung kota Madinah yang digunakan untuk kegiatan politik, perencanaan kota, menentukan strategi militer dan untuk mengadakan perjanjian. Bahkan, di area sekitar Masjid digunakan sebagai tempat tinggal sementara oleh orang-orang fakir miskin.10

Upaya untuk membangun fungsi Masjid senantiasa dilakukan baik Masjid-Masjid di desa maupun diperkotaan dan tentu saja ini menjadi kewajiban bagi umat Muslim. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW

10 Dalmeri, Revitalisasi fungsi masjid sebagai pusat ekonomi dan dakwah multi kultural ,


(14)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Barang siapa membangun Masjid karena Allah, Allah Ta ala akan membangunkan Istana di Surga. (Al Hadis riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa iy, Ibnu Majah, Ad-Darimy, Ahmad dari Usman bin Affan11)

Namun, upaya tersebut tidak terlepas dari berbagai problematika yakni : pengurus yang tertutup, jamaah yang pasif hanya menggantungkan pada pengurus, berpihak pada satu golongan atau paham, kegiatan yang kurang, fasilitas ibadah yang kotor. 12Maka perlu upaya pengelolaan Masjid secara termanajemen mulai dari menetapkan visi dan misi Masjid, rencana progam kegiatan Masjid yang sesuai kebutuhan pasar, menempatkan dan mengembangkan pengurus Masjid yang memiliki kapabilitas dan demokratis, mengelola asset Masjid serta melakukan control dan pengendalian dalam menjalankan progam Masjid. Sebagaimana fiman Allah S.W.T yang menggambarkan bagaimana seharusnya karakter seorang pengurus Masjid di dalam Q.S At-Taubah : 18

13

Sesungguhnya yang memakmurkan Masjid-Masjid Allah hanyala orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apapun) selain kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk 14

11Ahmad Sutarmadi,Manajemen Masjid Kontemporer,(Media Bangsa : Jakarta Timur, 2012), 26 12Moh. E. Ayub,Manajemen Masjid, (Gema Insani : Jakarta,1996), 21-23

13Al-Qur an Surat At-Taubah : 18

14

Terjemahan Departermen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur an danTerjemahannya , Bandung: Diponegoro,2014),189


(15)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Kesuksesan dalam menjalankan proses manajemen sangat dipengaruhi beberapa unsur meliputi : sumber daya manusia(man), cara yang dibutuhkan(method),bahan yang diperlukan(materials),peralatan yang dibutuhkan (machines), pasar (market), kerja sama (mechanism) dan salah satunya adalah dana.15Dalam pengelolaan Masjid yang professional mulai dari pengkayaan progam di Masjid, mengembangkan kualitas dan kompensasi bagi pengurus Masjid, memperbaiki sarana dan infrastruktur Masjid serta membayar pengisi kajian tentu saja membutuhkan biaya. Kekurangan dana akan menyebabkan terhambatnya salah satu progam. Terutama yang menyangkut progam pengembangan fungsi Masjid bukan hanya sebagai sarana untuk pelaksanaan ibadah sholat dan kajian saja melainkan fungsi pendidikan, budaya dan mensejahterahkan masyarakat sekitar Masjid. Dan pada akhirnya kegiatan dakwah melalui Masjid akan kalah bersaing dengan berbagai tempat hiburan seperti mall, bioskop atau tempat karaoke, yang banyak menawarkan nilai-nilai hedonism, materialism dan konsumerism.

Dalam membiayai segala operasional Masjid, mayoritas sumber dana berasal dari infak jamaah, penggalian dana di pinggir jalan, kotak amal yang biasa diberikan setiap sholat jumat secara berkeliling dan bantuan dana social dari pemerintah. Dengan mengandalkan income tersebut, tentu tidak mencukupi untuk menutupi biaya operasional yang besar. Mengingat jumlah dana yang diberikan donator tidak menentu, sementara tuntutan untuk pelaksanaan kegiatan dakwah bersifat wajib untuk sepanjang masa. Jika


(16)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

mengandalkan dana bantuan dari pemerintah daerah tentu saja tidak mencukupi, lantaran dana bantuan tersebut harus dibagi sejumlah Masjid yang semakin lama jumlahnya juga semakin banyak. Akibatnya mereka tidak mampu melakukan pengembangan Masjid bahkan hingga memberdayakan masyarakat disekitar Masjid. Sebagaimana yang disampaikan oleh sekretaris Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag), Muhammadiyah Amin mengatakan, tidak banyak Masjid yang bisa menyisihkan uang hasil infak untuk pemberdayaan umat.

Rata-rata untuk operasional saja tidak cukup, katanya kepada ROL, Rabu (17/9). Sebagai perbandingan saja, lanjut dia, Masjid sebesar Istiqlal saja biaya operasionalnya tak mampu terpenuhi dari hasil infaqnya. Hasil infaq Masjid Istiqlal Jakarta berkisar antara Rp 100-120 juta per pekan atau sekitar Rp 400-500 juta per bulan. Padahal, kata dia, untuk operasional Masjid Istiqlal bisa sampai Rp 1,2 miliar per bulan16

Dalam memenuhi kebutuhan Masjid saat ini dan demi pengembangan dimasa yang akan datang, maka pengurus Masjid dituntut untuk memiliki kemandirian dalam hal dana atau yang disebut dengan pengembangan Masjid berbasis kemandirian. Artinya Masjid dituntut untuk memiliki kemampuan untuk membiayai kebutuhannya sendiri. Ada berbagai strategi untuk memenuhi kebutuhan operasional Masjid secara mandiri selain dengan infak dan zakat, misalkan saja dengan membuka usaha seperti koperasi, mengembangkan asset yang dimiliki Masjid dengan menyewakannya,

16Agung Sasongko, Dana Infak Belum Tutupi Biaya Operasional Masjid ,

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-Islam/Islam-nusantara/14/09/17/nc0qs5-dana-infak-belum-tutupi-biaya-operasional-masjid. Asp (13 desember 2016)


(17)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

memanfaatkan bantuan dari pemerintah untuk membeli tanah yang akan dijual kembali pada tahun depan atau disewakan dsb.

Kemandirian Masjid dalam mengembangkan fungsinya bukan hanya memberikan kepastian pemasukan jangka panjang bagi Masjid sendiri. Melainkan juga meningkatkan kepercayaan para donatur Masjid yang selama ini memberikan infak dan zakatnya baik secara rutin atau isidentil. Lantaran selama ini dana yang mereka berikan habis untuk konsumsi ternyata mampu dikelola oleh pengurus Masjid menjadi usaha yang mampu memberikan pemasukan tambahan bagi Masjid sendiri. Dengan pemasukan yang bertambah, Masjid mampu meningkatkan kualitas infrastruktur dan mengembangkan progamnya. Sehingga jama ah Masjid menjadi nyaman dan jumlahnya bertambah. Dilain pihak dengan dana tersebut Masjid mampu mengembangkan progam pemberdayaan bagi jama ahnya seperti koperasi simpan pinjam atau pengobatan gratis.

Bagi donatur, tentu hal ini memberikan amal jariyah yang berlebih. Sehingga, mendorong mereka untuk lebih berlomba-lomba memberikan sebagian rejekinya demi pengembangan dakwah. Bagi pengurus Masjid sendiri, usaha tersebut dapat mendukung percepatan tujuan dakwah. Dan juga akan me-rebrandingpandangan Masjid dari yang senantiasa meminta menjadi senantiasa memberi. Sementara bagi para jama ah dan masyarakat sekitar Masjid akan merasakan manfaat fungsi Masjid, bukan hanya sebagai tempat ibadah, melainkan sebagai sarana edukasi, kesehatan ekonomi, pemersatu umat sebagaimana fungsi Masjid pada masa Rasulallah.


(18)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Masjid Sunda Kelapa di Jakarta merupakan salah satu contoh Masjid yang sukses mengembangkan Masjid berbasis pada kemandirian. Masjid ini telah berhasil mengalokasikan dananya sebanyak 7 miliar untuk progam pemberdayaan masyarakat berupa santunan yatim dan dhuafa, rumah sehat bagi yang tidak mampu, pembinaan muallaf, kajian rutin dan wirid pengajian. Sumber pendapatan Masjid selama ini bersumber dari kotak amal sebanyak 2 miliyar dan pendapat unit bisnis berupa ATM, sewa gedung.17

Hal serupa juga dilakukan oleh Masjid Cheng hoo Surabaya yang dikelola oleh Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia (YHMCHI). Sebagai salah satu Masjid bergaya arsitektur Tionghoa pertama di Indonesia. Masjid Cheng Hoo bukan hanya dikenal sebagai tempat ibadah, melainkan juga tempat wisata religi. YHMCHI dengan membangun Masjid Cheng Hoo, memiliki visi sebagai tempat yang mampu mewadahi berbagai kepentingan atau ras sehingga terjalin komunikasi yang baik ketika terjadi selisih paham. Disamping juga untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Allah salah satunya para Muallaf untuk mengolah dan membentuk karakter seorang muslim yang sejatinya.18

Untuk membiayai operasional kegiatannya berupa pengajian rutin dan perbaikan infrastruktur Masjid, YHMCHI cabang Surabaya tidak hanya mengandalkan dana dari infak para jamaah pengajian dan para wisatawan.

17Hafidz Muftisany, Buka Unit Usaha ,

http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/15/08/21/ntfd0l3-buka-unit-usaha. Asp (13 Desember 2016)


(19)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Melainkan usaha berupa sekolah TK bernama Istana Balita, pelayanan klinik kesehatan, Kantin, persewaan lapangan basket, gedung serbaguna dan koperasi yang menjual segala pernak pernik Masjid Cheng Hoo19. Dan tahun depan YHMCHI cabang Surabaya telah membuka sekolah SD yang mengajarkan 4 bahasa sekaligus yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab dan Mandarin20dan memiliki rencana untuk membangun Cheng hoomart,gerai batik dan sewa tempat untuk akad nikah.21

Upaya tersebut dilakukan Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Surabaya, demi mewujudkan harapan membangun yayasan yang memiliki kemandirian terutama diaspek ekonominya.22 Bentuk kesungguhan upaya

mewujudkan harapan tersebut, Ketua Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo, membentuk tim khusus yang akan menangani pengembangan Masjid bidang ekonomi demi mewujudkan kemandirian yayasan. 23Dengan kemandirian tersebut, diharapkan progam Masjid dapat berkembang secara professional sehingga visi menjadi yayasan dan Masjid yang mampu mewadahi berbagai kepentingan golongan dan meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah dapat terealisasi. Maka, metode dakwah yang selama ini yang dikenal hanya sekedar

19 Nurul Khotimah, Komodifikasi masjid : Upaya membangun Brand Equity(thesis-UIN Sunan

Ampel Surabaya, 2016), 50-57

20Pidato ketua YHMCH pada perayaan haul Gusdur ke -7 pada tgl 9 Desember 2016 di lapangan

olah raga Masjid Cheng Hoo Surabaya.

21Bapak Soebiantoro, wawancara, kantor kesekretariatan YHMCHI , 17 november 2016. 22Ibid.,

23Pidato ketua YHMCH pada perayaan haul Gusdur ke -7 pada tgl 9 Desember 2016 di lapangan


(20)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

menyampaikan nilai-nilai agama Islam secara lisan, dapat berkembang menjadi dakwah dengan pemberdayaan.

B. Identifikasi masalah dan batasan masalah

Dari deskripsi masalah yang telah dipaparkan, peneliti menemukan beberapa fakta masalah yang dapat dijadikan sebagai rumusan masalah, yakni : Masalah masih minimnya optimalisasi fungsi Masjid. Sementara tuntutan untuk pengembangan fungsi Masjid ditengah era globalisasi cukup tinggi. Dari realitas masalah ini pula dapat ditarik rumusan masalah strategi mengoptimalkan fungsi Masjid, analisa kendala pengurus Masjid dalam mengembangkan fungsi Masjid.

Dan masalah mayoritas hanya mengandalkan infak dan zakat donator yang sifatnya tidak menentu untuk memenuhi biaya operasional kegiatannya. Sementara bantuan dana dari pemerintahpun sifatnya terbatas karena harus dibagi dengan banyaknya Masjid yang jumlahnya senantiasa meningkat. Sehingga butuh usaha pengembangan Masjid dengan berbasis pada kemandirian. Yang artinya pengurus Masjid dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan operasional dan pengembangan progam Masjid secara mandiri. Peneliti tertarik dengan realitas pengembangan Masjid berbasis kemandirian yang sedang dilakukan oleh YHMCHI cabang melalui tim khusus yang mereka bentuk. Yang bukan hanya mengandalkan infak dan zakat untuk memenuhi kebutuhan operasional Masjid melainkan juga terdapat beberapa usaha untuk mendukung progam tersebut.


(21)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Untuk mewujudkan hal tersebut, tentu bukanlah hal yang mudah, pengurus YHMCHI akan berhadapan dengan hambatan internal seperti keterbatasan modal, sumber daya manusia yang berkualitas, dsb. Dan juga hambatan eksternal seperti lemahnya dukungan masyarakat dalam mengembangkan Masjid berbasis kemandirian baik berupa dana dan tenaga dsb. Maka, perlu adanya sebuah strategi yang tepat dengan mempertimbangkan segala aspek yang mendukung dan menghambat baik dari internal dan eksternal YHMCHI cabang Surabaya yang semuanya terarah pada tujuan kemandirian YHMCHI Surabaya. Karena itulah peneliti memfokuskan penelitian ini pada proses perumusan strategi pengembangan Masjid berbasis kemandirian yang dilakukan oleh YHMCHI cabang Surabaya.

Secara structural YHMCHI cabang Surabaya merupakan salah satu anak cabang dari YHMCHI. Maka, perumusan strategi yang hendak difokusi pada penelitian ini adalah perumusan strategi unit bisnisnya.

Secara teoritis tahap perumusan strategi dimulai dari menetapkan visi dan misi organisasi, pemetaan dan analisis kondisi internal serta eksternal, menetapkan tujuan jangka panjang dan penetapan strategi. Karena yang hendak difokusi peneliti adalah perumusan strategi untuk mencapai kemandirian Masjid, yang merupakan salah satu tujuan demi mencapai visi membangun yayasan dan Masjid yang mampu menjadi wadah pemersatu antar golongan (khususnya Tionghoa dengan masyarakat non Tionghoa) serta meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Allah. Maka, proses penetapan visi,misi dan tujuan jangka panjang organisasi ditiadakan. Kedudukannya hanya sebagai asumsi


(22)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

dalam perumusan strategi. Sementara tujuan kemandirian Masjid menjadi salah satu aspek yang harus dipahami untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal serta analisis penetapan strategi.

C. Rumusan masalah

1. Bagaimana Konsep Kemandirian yang hendak dibangun Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo cabang Surabaya dalam pengembangan Masjid ? 2. Bagaimana strategi Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Surabaya dalam

pengembangan Masjid berbasis kemandirian?

3. Bagaimana Implikasi strategi pengembangan Masjid berbasis kemandirian bagi Stakeholder Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Surabaya ?

D. Tujuan penelitian

1. Memahami wujud kemandirian yang hendak dibangun oleh Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo cabang Surabaya dalam mengembangkan Masjid. 2. Memahami strategi Yayasan haji Muhammad Cheng Hoo Surabaya dalam

mewujudkan pengembangan Masjid berbasis kemandirian.

3. Memahami implikasi Strategi pengembangan Masjid Berbasis kemandirian bagi Stakeholder Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Surabaya.

E. Penelitian terdahulu

Peneliti melakukan penelusuran terhadap berbagai karya ilmiah berupa skripsi, jurnal ataupun tesis yang memiliki kesamaan teori atau obyek penelitian dengan penelitian ini, meliputi :

Pertama, skripsi berjudul Manajemen Pengembangan Ekonomi dan Pengaruhnya terhadap Kemandirian Masjid (study kasus : Masjid Agung Sunda


(23)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Kelapa Jakarta ) yang tulis oleh Tinah Afriani mahasiswa Perbankan Syariah Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatuallah Jakarta. Penelitian ini mengangkat rumusan masalah pola manajemen operasional Masjid Agung Sunda kelapa Jakarta, upaya dalam mengoptimalkan fungsi Masjid serta menganalisa faktor pendukung dan penghambat dalam melakukan upaya optimalisasi. Yang menjadi subyek penelitian adalah manajemen dan pengaruhnya bagi kemandirian Masjid. Sementara obyeknya aktivitas pengembangan ekonomi yang dilakukan pengurus Masjid Agung Sunda kelapa. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini memiliki kesimpulan bahwa pengelolaan manajemen Masjid dengan professional dan optimalisasi potensi yang dimiliki Masjid adalah bagian terpenting yang dapat menjadikan Masjid mandiri dari segi pendanaan semua aktifitas Masjid.24

Kedua, tesis yang berjudul Komodifikasi Masjid : Upaya membangun Brand Equity(Study kasus pada Masjid Cheng Hoo Surabaya), yang ditulis oleh Nurul Khotimah mahasiwa pasca sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya. Penelitian ini mengangkat rumusan masalah proses komidifikasi yang dilakukan Masjid Cheng Hoo Surabaya dan upaya dalam membangun brand equity. Subyek yang diteliti adalah komodifikasi Masjid. Dan subyeknya adalah pengurus Masjid Cheng Hoo. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Di akhir penelitian menunjukkan bahwa ada praktek komodifikasi

24 Tinah Afriani, Manajemen Pengembangan ekonomi dan Pengaruhnya Terhadap Kemandirian

Masjid (Study kasus masjid Agung Sunda kelapa Jakarta), (Skripsi--UIN Syarifhidayatuallah , Jakarta, 2005), 74.


(24)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

yang dilakukan oleh Masjid Cheng Hoo dan Masjid ini juga menerapkan integrated Marketing Communication untuk membangun brand equitynya sebagai obyek wisata religi yang unik dengan Masjid berarsitektur kecinaan.25 Ketiga, hasil penelitian dari Ibnu Banyu Ardi, mahasiswa UIN Syarif Hidayatuallah berjudul Peranan Bidang Usaha dalam Kemandirian Masjid Ittihadul Muhajirin, pamulang. Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini gambaran peranan bidang usaha dalam membangun kemandirian Masjid, faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengelolaan dan kendala yang dialami dalam membangun kemandirian Masjid. Subyek penelitianya adalah peranan bidang usaha Masjid. Obyek yang diteliti adalah bidang usaha Masjid Ittihadul Muhajirin (MIM). Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah : pertama kegiatan usaha yang dilakukan MIM sudah mampu memberikan kontribusi baik kegiatan usyiar maupun kegiatan operasional. Kedua, posisi Masjid yang strategis dan memilik manajemen yang dikelola secara profesional26

Berdasarkan ketiga penelitian terdahulu, peneliti menemukan kesamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Yakni :

Pada penelitian milik Tinah Afriani dan Ibnu Bayu Ardi dengan penelitian ini sama-sama menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan mengangkat tema kemandirian Masjid. Namun, secara obyek penelitiannya

25Nurul Khotimah, Komodifikasi masjid : Upaya membangun Brand Equity (thesis-UIN Sunan

Ampel Surabaya, 2016)

26 Ibnu Abnyu Ardi, Peranan Bidangn Susaha dalam Kemandirian Masjid Ittihadul Muhajirin


(25)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

berbeda. Dimana obyek penelitian ini adalah perumusan strategi dalam pengembangan Masjid berbasis kemandirian.

Peneliti juga menemukan kesamaan metode penelitian dengan thesis milik Nurul Khotimah yakni sama-sama mengunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Selain itu, juga memiliki kesamaan obyek penelitian yakni Masjid Cheng Hoo Surabaya. Namun, secara subyek penelitiannya berbeda. Dimana subyek penelitian ini adalah proses perumusan strategi pengembangan Masjid berbasis kemandirian di Masjid Cheng Hoo Surabaya. Sehingga secara teori yang digunakan yakni perumusan strategi.

F. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengembangan disiplin ilmu manajemen dakwah, khususnya keilmuan perumusan rencana strategi pengembangan Masjid berbasis kemandirian Masjid yang dirasa masih jarang. Selama ini yang peneliti banyak temui adalah pengembangan pesantren berbasis kemandirian. Sehingga dengan penelitian ini diharapkan semakin memperkaya realitasnya.

2. Manfaat praktis

Peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian lanjutan, seperti implementasi strategi pengembangan Masjid berbasis kemandirian.

Bagi pengurus Masjid atau yayasan lainnya, hasil penelitian ini diharapkan mampu menginspirasi perumusan strategi dalam


(26)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

mengembangkan Masjid atau yayasannya dengan basis kemandirian. Sementara bagi Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo, diharapkan hasil penelitian ini akan menjadi masukan bagi rencana strategi pengembangan Masjid berbasis kemandirian yang saat ini sedang dijalankan.


(27)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17 BAB II

PENGEMBANGAN MASJID DAN KEMANDIRIAN

A. Manajemen Pengembangan Masjid

Masjid sebagai salah satu lembaga dakwah, tentu tidak luput dari kajian manajemen dakwah itu sendiri. Karena diharapkan dengan manajemen dakwah tersebut fungsi Masjid dapat berjalan secara optimal dalam menjalankan misi dakwah.

1. Pengertian manajemen Masjid

Manajemen Masjid adalah memanfaatkan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia dan sumber daya fisik material Masjid, untuk mencapai sasarannya, yaitu pelayanan ibadah bagi anggota jamaah dan pemberdayaan umat.27

Seperti manajemen umumnya, manajemen Masjid melakukan aktivitasnya meliputi proses perencanaan, pengorgananisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.28Agar semua proses mampu berjalan secara optimal maka butuh

sumber daya manusia sebagai pelaksana, infrastruktur, dana dan sumber daya lainnya.

2. Fungsi Masjid

Dilihat dari segi harafiah Masjid berarti "tempat sembahyang", yaitu berasal dari bahasa Arab yang berarti "sujudan", fiil madinya sajada (ia

27Ahmad Sutarmadi,Manajemen Masjid Kontemporer. (Jakarta Timur :Media Bangsa : 2012),19 28Ibid.,


(28)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

sudah sujud). Fiil sajada diberi awalan ma, sehingga terjadilah isim makan. Isim makan ini menyebabkan perubahan bentuk sajada menjadi Masjidu, Masjid29. Dalam ejaan aslinya adalah Masjid (dengan a). Pengambil alih perubahan bunyi a menjadi e, sehingga terjadi bunyi Masjid. Hal ini disebabkan perubahan bunyi ma menjadi me, disebabkan tanggapan awalan me dalam bahasa Indonesia.30

Fungsi Masjid Nabawi pada masa Rasulullah SAW, dapat diuraikan antara lain, sebagai berikut:31

a. Untuk melaksanakan ibadah mahdhah seperti shalat wajib, shalat sunnah, sujud, i'tikaf, dan shalat-shalat sunnah yang bersifat insidental seperti shalat Id, shalat gerhana dan sebagainya

b. Sebagai pusat pendidikan dan pengajaran Islam. Nabi Muhammad sering mengajarkan kepada umatnya tentang ajaran Islam meliputi masalah hukum, kemasyarakatan, ibadah dan lainnya. Nabi Muhammad dan para sahabatpun juga sering melakukan diskusi ilmiah mengenai masalah umat dan ajaran Islam di Masjid.

c. Fungsi berikutnya sebagai pusat informasi Islam.

d. Tempat menyelesaikan perkara dan pertikaian yang ada dimasyarakat. Serta saat proses peradilan dalam memecahkan masalah hukum

29 Ruspita Rani Pertiwi, Manajemen Dakwah Berbasis Masjid” Jurnal MD Vol I No. 1 (Juli

-Desember 2008),59

30Sidi Gazalba,Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam.(Pustaka Al-Husna : Jakarta, 1989),118 31Aziz Muslim, “Manajemen Pengelolaan Masjid “Aplikasia,Jumal Aplikasi llmu-ilmu Agama,


(29)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

e. Fungsi Masjid sebagai pusat kegiatan ekonomi. Yang dimaksud kegiatan ekonomi, tidak berarti sebagai pusat perdagangan atau industri, tetapi sebagai pusat untuk melahirkan ide-ide dan system ekonomi yang Islami, yang melahirkan kemakmuran dan pemerataan pendapatan bagi umat manusia secara adil dan berimbang.

f. Fungsi sebagai pusat kegiatan sosial dan politik. Kegiatan sosial, tidak bisa dipisahkan dengan Masjid sebagai tempat berkumpulnya para jama'ah dalam berbagai lapisan masyarakat.

3. Pengembangan Masjid

Pengembangan berasal dari kata kerja mengembangkan yang artinya menjadikan besar (luas, merata, dsb) atau menjadikan maju (baik, sempurna dsb). Sehingga “mengembangkan” merupakan aktivitas untuk menjadikan sesuatu menjadi besar, luas, baik dsb. Makna tersebut ternyata memiliki kesamaan dengan “pengembangan” yang artinya juga proses, cara, perbuatan mengembangkan seperti “kalimat pemerintah selalu berusaha melakukan pengembangan” yang artinya melakukan pembangunan secara bertahap dan teratur yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki. Maka pengembangan disini identik dengan sebuah proses untuk menjadikan sesuatu lebih besar/ baik secara bertahap. Sesuatu itu sendiri bisa beragam, peneliti sering menemukan penggunaan kata pengembangan yakni pengembangan bahan ajar, karir, kelas, system, usaha, anak, obyek wisata dan salah satunya sebuah lembaga. Setelah kata pengembangan senantiasa ditemukan kata benda. Yang artinya kata benda tersebut merujuk pada


(30)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

obyek yang hendak buat untuk menjadi lebih besar/ baik. Dan dalam obyek kajian penelitian ini Masjid adalah sebagai obyek yang dikembangkan. Namun, yang menjadi rumusan masalah selanjutnya apa saja aspek yang ada dalam Masjid yang akan dikembangkan.

Dalam perkembangannya terakhir, Masjid mulai memperhatikan kiprah operasional menuju keberagaman dan kesempurnaan kegiatan. Pada garis besarnya operasionalisasi Masjid menyangkut bangunan, tujuan dan kegiatan.32 Maka, upaya pengembangan Masjid tidak terlepas dari ketiga aspek dalam internal Masjid yakni pengembangan Masjid dari segi bangunan atau fisik, tujuan, maupun dari segi kegiatannya yakni sebagai berikut :

a. AspekHissyiyah(bangunan) secara kelembagaan,

Lembaga sendiri artinya badan (organisasi) yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha . Organisasi yang telah mendapatkan kedudukan khusus dan legitimasi dari masyarakat karena keberhasilannya memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat dalam waktu yang panjang dapat dikatakan bahwa organisasi tersebut telah “melembaga”. Sehingga lembaga merupakan sebuah badan/ organisasi yang melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.

32Mohammad E. Ayub,Manajemen Masjid: petunjuk praktis bagi para pengurus,( Jakarta: Gema


(31)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Dari pendekatan memahami pengembangan dan kata lembaga sendiri, maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan lembaga adalah proses / cara untuk mengembangkan segala hal yang ada dalam lembaga tersebut sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat secara optimal. Maka, dalam proses pengembangan tersebut tentu saja ada tujuan yang hendak dicapai, potensi lembaga yang hendak digunakan serta sumber daya lembaga yang akan didaya gunakan untuk mengembangkan segala hal yang ada dalam lembaga tersebut. Pengembangan yang ada dalam lembaga tersebut salah satunya dalam arti fisik yakni perluasan bangunan badan / organisasi tersebut seperti kesekretariatan untuk melakukan aktifitas kelembagaan.

Masjid sebagai sebuah lembaga maka melakukan berbagai upaya untuk memperluas dan memperindah arsitektur bangunan tiap Masjid sangat beragam. Semua diarahkan bangunan dapat memberikan suasana nyaman dan mampu menampung bertambahnya jumlah jama’ah yang ada

b. AspekMaknawiyah(tujuan),

Sebuah Masjid dibangun tentu tidak terlepas dari latar belakang mengapa Masjid itu diadakan. Sehingga melahirkan tujuan dan fungsi dari keberadaan Masjid tersebut. Maka, pengembangan sebuah Masjid tentu tidak akan terlepas dari fungsi dan tujuan Masjid tersebut dibangunnya Masjid tersebut. Sebagaimana tujuan dan fungsi


(32)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

pembangunan Masjid pada masa Rasulallah S.A.W yakni yang meliputi 2 hal yakni :

- Masjid dibangun atas dasar taqwa dengan melibatkan Masjid sebagai pusat ibadah dan pusat pembinaan jama’ah/ umat Islam - Masjid dibangun atas dasar permusuhan dan perpecahan kalangan

umat dan sengaja untuk menghancurkan umat.

c. Aspekijtimaiyah(kegiatan), kegiatan Masjid dapat dilihat berdasarkan ruang lingkup kelembagaan Masjid itu sendiri. Diantara lembaga Masjid yang mengejawantahkan aspek kegiatan Masjid itu adalah lembaga dakwah dan bakti sosial, lembaga manajemen dan dana. Serta lembaga pengelolaan jamaah.

Suherman, menyebutkan paling tidak ada 3 hal yang cukup penting dalam mengembangkan fungsi, peran dan arti penting Masjid yakni : 1)Derivasikegiatan

Yang dimaksud dari derivasi (turunan) kegiatan yaitu proses melakukan rincian kegiatan dari “hulu” sampai ke “hilir” sehingga diperoleh kegiatan yang inovatif dan memiliki manfaat bagi umat.33Sebagaimana perintah Allah dalam Q.S Al-Jaatsiyah : 13

١ ٣

“Dan Dia menundukkan apa yang di langit dan apa yang di bumi untukmu semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya.


(33)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda(kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”34

Pada ayat tersebut secara jelas menyebutkan bahwa umat manusia diperintahkan untuk mendayagunakan apa-apa yang ada dibumi dan dilangit secara optimal sehingga manusia bisa berinovasi degan sumber daya yang ada tersebut

Maka, Masjid harus menurunkan bidang kegiatannya misalkan dalam hal pendidikan, maka pendidikan ini bisa didetilkan kembali dalam bentuk kegiatan yang lebih detil misalkan kegiatan diklat, diklat pun bisa didetilkan bentuknya diklat untuk siapa dan diklat apa, sehingga melahirkan berbagai bentuk diklat yang konten diklatnya dan sasaran diklat yang beragam pula, seperti diklat manajemen Masjid bagi pengurus Masjid, diklat retorika dakwah bagi para da’i, dan diklat bimbingan belajar Al-Qur’an bagi para mad’u dsb.

Gambar 2.135

Derivasi kegiatan Masjid

34Terjemahan Departermen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahannya , Bandung:

Diponegoro,2014),499


(34)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

2) Spiritual Enterpreneur

Quraish Shihab pernah berkata bahwa keberadaan Masjid haruslah mampu memberikan ketenangan dan ketentraman bagi pengunjungnya. Agar hal tersebut bisa terwujud, perlu adanya spiritual enterpreneur yang dimiliki oleh pengurus Masjid. Yang dimaksd Spiritual Enterpreneur adalah pengelola kegiatan keagamaan dengan gaya Enterpreneur yang memiliki landasan agama yang kuat, keimanan yang kokoh dan ketaqwaan yang tinggi. Sehingga diharapkan mampu memakmurkan Masjid. 36

Maka, pengurus Masjid dalam menciptakan sebuah kegiatan, bukan hanya sekedar memikirkan asal ada kegiatan, melainkan kegiatan tersebut haruslah kegiatan yang menarik dan bermanfaat bagi mad’u. Misalkan saja ada salah satu sebuah Masjid bernama Baiturrahman yang berada di PT. Sier Surabaya. Masjid tersebut dikenal dengan Masjid Cinta. Salah satu progam yang cukup menarik dan inovatif adalah progam akademi pranikah. Progam tersebut sangat menarik karena berangkat dari masalah banyaknya fenomena nikah lantas bercerai. Padahal perceraian menurut Islam sangat dibenci oleh Allah kecuali ada sebab tertentu KDRT misalkan. Maka, muncul kebutuhan bagaimana menurunkan angka perceraian dikalangan pasangan muslim sehingga lahirlah progam tersebut. Nampak bahwa lahirnya progam tersebut bukan asal-asalan


(35)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

melainkan hasil dari pembacaan kebutuhan Mad’u tanpa pula menghilangkan nilai-nilai ajaran Islam yang harus senantiasa terjaga. Untuk memiliki jiwa Spiritual Enterpreneur paling tidak pengurus Masjid memiliki berbagai karakter yakni :

 Memiliki Ilmu Pengetahuan Agama yang mumpuni

 Beriman dan bertaqwa

 Mandiri dan Jujur

 Disiplin, Aktif, kreatif, inovatif, produktif37

3) Merencanakan kegiatan yang berorientasi pada kesejahteraan umat. Kesejahteraan merupakan suatu keadaan seseorang atau sekelompok orang yang mampu terpenuhi segala kebutuhannya oleh segala sumber yang ada disekitarnya. Maka, dikatakan kegiatan yang berorientasi pada kesejahteraan umat adalah kegiatan yang diadakan oleh pihak tertentu untuk memenuhi kebutuhan sekelompok orang / umat tertentu.

Pada dasarnya kebutuhan umat dapat dikelompokan menjadi : kategori utama dan global, yaitu : kebutuhan fisik-material, kebutuhan mental- spiritual, dan kebutuhan social-environmental. Untuk menghasilkan kegiatan yang memenuhi tiap-tiap kebutuhan tersebut, tentu perlu dilakukan langkah derivasi kegiatan yang berangkat dari ketika kebutuhan dasar tersebut.


(36)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Dengan mengacu pada ketiga kebutuhan dasar tersebut, dapat ditemukan berbagai derivasi kegiatan sebagai berikut :

a) Kegiatan fisik-material meliputi : pengadaan sarana dan prasarana peribadatan, kegiatan kesehatan berupa olah raga, penyediaan sandang murah

b) Kegiatan mental spiritual, meliputi kajian rutin, pendidikan dan pelatihan pengembangan diri dan bina profesi, BTAQ dsb c) Kegiatan social-enviromental, meliputi : halal bihalal,

baktisosial. Dsb

Jika ditinjau dari aspek operasionalisasi Masjid, yang terdiri atas aspek bangunan, tujuan dan kegiatan. Maka pengembangan Masjid yang dituju dalam penelitian ini lebih mengacu pada proses memperluas / mengoptimalkan ketiga aspek tersebut yakni bangunan, tujuan Masjid dan kegiatannya. Dimana ketiga aspek tersebut bukanlah hal yang berdiri sendiri melainkan saling berkaitan satu sama lain. Untuk mengoptimalkan tujuan Masjid, maka butuh adanya sebuah kegiatan Masjid yang senantiasa harus dihidupkan. Dan untuk menghidupkan kegiatan tersebut, maka perlu adanya bangunan dan sarana pendukung didalamnya yang memadai bagi pelaksanaan kegiatan Masjid. Sehingga ketika bangunan dan kegiatan berjalan maka tujuan Masjid akan mampu teroptimalisasi.

B. Kemandirian


(37)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Ditinjau dari kamus besar bahasa Indonesia kemandirian berasal dari kata “mandiri” yang artinya dalam keadaaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain. Sementara kemandirian adalah hal atau suatu keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. 38Kemandirian (independent) atau perilaku mandiri (independent behavior) sering disamakan dengan Autonomy. Menurut kamus The Little Oxford (1997) kemandirian atau independent dimaknai sebagai self governing, not depending on something else or other person.39Pengertian tersebut dapat dimaknai bahwa kemandirian adalah sikap tidak bergantung pada orang lain.

Burnadib, mendefinisikan kemandirian sebagai suatu keadaan ketika seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah, memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugasnya dan bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.40Mandiri atau kemandirian sering kali diterjemahkan sebagai kemampuan diri sendiri, artinya menggunakan sumber daya sendiri, kerja sendiri, dan dalam lingkungan yang diciptakan sendiri(tertutup).41

Jika ditinjau dalam konteks kebutuhan dasar psikologis manusia, menurut pendapat Sheldon, Elliot, Keem, dan Kassier kemandirian disamakan dengan

38http://kbbi.web.id/mandiri

39Suharman, “Pengembangan Skala Kemandirian”, Persona, Jurnal Psikologi Indonesia,

(September 2012), vol.1, No.2, 67

40Rizal Muttaqin, “Kemandirian dan Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Pesantren” jurnal ekonomi

syariah Indonesia, Vol. I, no. 2 (Desember 2011), 68

41Fahruzzaman, “Pembelajaran Kemandirian Berbasis Kearifan Local di MTS. Daarul Ishlah Desa

Tombo, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang”,(Skripsi- Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pekalongan,2015), 36


(38)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

istilah otonomi (Autonomy) dan secara konseptual didefinisikan sebagai : feeling like you are the cause of your own actions rather than felling that external forces or pressures are the cause of your action.Lebih lanjut mereka merinci bahwa kemandirian tersebut mencakup 3 komponen perilaku yakni (1) pilihan-pilihan yang dilakukan seseorang sesuai minar dan nilai yang dimiliki, (2) kebebasan melakukan sesutau atau menurut cara-caranya sendiri (3) pilihan-pilihannya mengeskpresikan siapa dia sebenarnya42

Ditinjau dari makna mandiri dan kemandirian baik secara kebahasaan serta ahli, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa kemandirian adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa mampu mengambil insiatif, menjalankan semua tugasnya dan mengambil tanggung jawab atasnya tanpa bantuan orang lain, dengan menggunakan sumber daya yang mereka miliki.

2. Ciri-ciri kemandirian

Menurut Hetherington kemandirian ditunjukan dengan adanya kemampuan mengambil inisiatif, kemampuan mengatasi masalah, penuh ketekunan, memperoleh kepuasan dari usahanya serta berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Sementara menurut Beller menyebutkan beberapa tanda kemandirian yaitu : pengambilan insiatif, mencoba mengatasi rintangan rintangan dalam lingkungan, mencoba mengarahkan tingkah lakunya menuju kesempurnaan, memperoleh kepuasan dari bekerja dan mencoba mengerjakan tugas rutinnya.43

42Suharman, “Pengembangan Skala Kemandirian”, Persona, Jurnal Psikologi Indonesia,

(September 2012), vol.1, No.2,68

43Tina Afiantin, “Persepsi pria dan wanita terhadap kemandirian”, jurnal psikologi.( 1993) No. 1,


(39)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

Suharman, menegaskan ada beberapa karakteristik dalam menilai perilaku mandiri seseorang, yakni :

a. Mampu mengambil insiatif bertindak atas kemauan dan kesadaran dari diri sendiri

b. Mengendalikan aktivitas yang dilakukan dengan menggunakan segala sumber daya yang dimiliki

c. Memberdayakan kemampuan yang dimiliki, dalam artinya secara pribadi mereka memiliki kepercayaan akan sumber daya yang dia miliki serta berupaya mengoptimalkan sumber daya tersebut demi mencapai tujuannya

d. Menghargai hasil kerja diri sendiri44

Dari berbagai tinjauan ciri-ciri / karakter kemandirian, dan pendapat para ahli mengenai makna kemandirian, penulis menemukan beberapa karakteristik seseorang memiliki kemandirian bilamana : (1) dia memiliki insiatif sendiri,(2) mampu bertindak sendiri dan memecahkan masalah sendiri, (3) menggunakan segala sumber daya yang dia miliki tanpa bantuan orang lain, (4) mampu mengambil resiko apa yang akan dia hadapi dengan kesadaran diri tanpa paksaan, dan (5) tentunya dia adalah orang yang paham tentang tugas dan tanggung jawab apa yang harus dia lakukan sehingga dia enggan untuk memberikannya pada orang lain.

3. Macam bentuk kemandirian

44Suharman, “Pengembangan Skala Kemandirian”, Persona, Jurnal Psikologi Indonesia,


(40)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

Banyak ilmuan yang membedakan bentuk dari kemandirian, salah satunya Robert havighutst. Beliau menyebutkan ada 3 bentuk kemandirian yakni :

a. Kemandirian emosi, yaitu kemampuan mengontrol emosi sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi pada orang lain

b. Kemandirian ekonomi, yaitu kemampuan mengatur ekonomi sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang lain.

c. Kemandirian intelektual, yaitu kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.45

Peneliti sendiri, sering menemukan realitas kemandirian melekat bukan hanya pada sisi seseorang melainkan sebuah lembaga baik pendidikan, social dan lembaga dakwah sendiri. Masjid merupakan sebagai salah satu lembaga dakwah yang diharapkan mampu memiliki kemandirian. Spesifiknya dalam penelitian ini adalah kemandirian pada aspek ekonomi. Sehingga bisa didefisinikan makna kemandirian Masjid adalah keadaan sebuah Masjid mampu membiayai segala kebutuhan dalam menjalankan fungsinya dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dimilikinya.

Maka, ciri-ciri dikatakan Masjid yang memiliki kemandirian dalam ekonomi meliputi :

- Pengurus didalam Masjid tersebut senatiasa memiliki berbagai inovasi dan inisiatif sendiri untuk menemukan berbagai macam strategi yang bahkan belum pernah terfikirkan oleh lembaga lain dalam upaya mengembangkan Masjid baik diaspek kegiatannya, infrastruktur, dan


(41)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

tujuannya dengan mengoptimalkan segala sumberdaya yang dimiliki secara mandiri tanpa mengandalkan pihak lain.

- Pengurus Masjid mampu mengambil keputusan dalam menetapkan strategi atau memecahkan masalah baik yang bersumber dari internal maupun eksternal. Ataupun yang sifatnya mendukung usaha pengembangan Masjid ataukah tidak dengan mengoptimalkan segala sumber daya yang dimiliki secara mandiri tanpa mengandalkan pihak lain - Pengurus Masjid mengoptimalkan segala sumber daya yang dimiliki baik dari sisi sdm, dana, bangunan, dsb dalam mendukung usaha pengembangan Masjid

- Pengurus Masjid secara sadar, berani dan siap dalam menghadapi segala resiko dalam mengembangkan Masjid dengan sumber daya yang dimiliki - Pengurus Masjid tentu memahami apa yang menjadi visi dan misi dalam pengembangan Masjid dan apa yang harus dilakukan sebagai pengembangan visi dan misi tersebut. Sehingga muncul rasa tanggung jawab untuk menjalankan visi dan misi tersebut sendiri.

4. Konsep kemandirian dalam Islam

Kemandirian berasal dari kata dasar “ mandiri” jika ditinjau dari bahasa arab Berasal dari participle aktifﻞ ﻘﺘــــــﺳ ا( istaqalla , " menjadi independen " ) , dari akarق ل ل ( qll ). Kata ini merupakan kata sifat ﻞ ﻘﺘـــــﺴ ﻣ • ( mustaqill ) ( femininﺔ ﻠﻘﺘــــــﺴ ﻣ ( mustaqilla ) , maskulin pluralن ﻮ ﻠﻘﺘـــــــﺴ ﻣ ( mustaqillūn ) yang artinya independen, otonom, terpisah berbeda dan khusus46. Kata “mustaqill”


(42)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

bersinonim dengan kata sifatnya داز آ • ( azad ) yang artinya Mandiri , tanpa hambatan, liberal, bebas .47 Jika ditinjau dari kebahasaan dalam bahasa arab

dan dikaitkan dengan konteks kemandirian dalam aspek ekonomi, maka dapat disimpulkan kemandirian ekonomi adalah kebebasan manusia dalam melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan ekonominya sesuai dengan sumber daya yang dimiliki tanpa dipengaruhi oleh orang lain.

Banyak sekali ayat dalam al-Qur’an yang menyebutkan bahwa Allah memerintahkan manusia untuk melakukan usaha demi memenuhi kebutuhan mereka,bukan hanya memikirkan akhirat semata melainkan juga keduniawiannya sebagaimana Q.S Al-Mulk : 15

١ ٥

48

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala

penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah

kamu (kembali setelah) dibangkitkan”49

Namun, dalam melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhannya, meskipun manusia diberikan diperintahkan untuk mencari kehidupan yang layak didunia ini dan diberi kebebasan untuk menikmati segala sumber daya yang telah disediakan. Bukan berarti manusia bisa bebas semena-mena dalam menjalankan usahanya. Dalam firmannya Allah menetapkan berbagai petunjuk yang harus dilakukan dan ditinggalkan dalam menjalankan usaha demi mencapai memenuhi kebutuhannya yakni :Q.S Al-Qashash : 77

47https://en.wiktionary.org/wiki/داز آyang diakses tgl. 7 mei 2017 48Q.S. Al-Mulk : 15

49

Terjemahan Departermen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahannya ,(Bandung: Diponegoro,2014),563


(43)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

٧ ٧

50

“Dan carilah pada apayang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”51

Ayat tersebut mengandung beberapa hal yakni52:

- Masalah keduniawian merupakasna salah satu bagian yang penting untuk diperhatikan dalam agama Islam selain masalah akhirat

- Dalam memperoleh harta harus dengan cara yang benar (halal) tidak merampas hak-hak orang lain, serakah, dan zalim

- larangan untuk berbuat kerusakan dimuka bumi

- dalam memperoleh harta tidak boleh merugikan orang lain dan merusak alam

- segala perbuatan memiliki konsekuensi di akhirat nanti

- kewajiban mengingat segala urusan ibadah disamping urusan dunia - perintah untuk berbuat baik

Ditinjau dari pendekatan lain dalam tafsir Jalalyn mengenai ayat tersebut, “perolehan [untuk] kepentingan akhirat[harta kekayaan] yang telah Allah berikan kepadamu, dengan cara menginfak [sebagian] harta tersebut untuk ketaatan kepada Allah. Dan jangan kamu lupakan bagian kamu yang berkaitan dengan keduniawian untuk menjadi amal akhirat..” ayat tersebut mendorong

50Al-Qur’an surat Al-Qashash : 77

51Terjemahan Departermen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahannya , Bandung:

Diponegoro,2014),396


(44)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

mansuaia untuk kerja keras mengumpulkan harta kekayaan, namun tujuannya untuk menjadi amal akhirat.53

Islam juga menekankan, bahwa umat Islam harus memiliki etos kerja yang kerja keras dalam menjalankan usahanya memenuhi kebutuhannya sendiri. Didalam al-Qur’an terdapat 360 ayat yang berbicara tentang “al-amal”, 109 ayat tentang “al-fil’il”,, belum lagi “ al-kasb” sebanyak 67 ayat dan “al-sa-yu”sebanyak30 ayat. Semua ayat tersebut mengandung hukum –hukum yang berkaitan dengan kerja, menetapkan sikap-sikap terhadap pekerjaan, memberi arahan dan motivasi dan bahkan contoh-contoh konkret tanggung jawab kerja.54

Dan tentu saja kerja keras tersebut juga perlu dibekali dengan kemampuan yang mumpuni karena kemampuan dan kerja keras tersebut akan mempengaruhi kualitas hasil kinerjanya. Dan setiap pekerjaan yang dilakukan tentu akan dimintai pertanggung jawabannya Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Ar- Rad : 11

55

١ ١

“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, dari depan dan belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki

53Ibid., 27

54Muhammad Tholhah Hasan,Islam dan Masalah Sumber daya Manusia, (Jakarta : Lantabora

Press , 2003), 240


(45)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (Q.S. Ar-Rad : 11)56

Dalam ayat tersebut terkandung beberapa makna yakni :57

 Ayat tersebut berbicara tentang perubahan moral yang dimulai dari

perubahan individu sehingga mempengaruhi bagaimana perubahan yang ada di masyarakat

 Penggunaan kata “qaum” menunjukkan bahwa adanya sebuah hukum

sunatuallah yang berlaku disebuah kaum berkaitan dengan keduniawian namun. Dan lantas apakah manusia mengikuti sunatuallah itu atau tidak tentu akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat

 Pelaku perubahan moral tersebut ada 2 yakni Allah dan manusia.

 Perubahan sebuah masyarakat yang dilakukan oleh Allah perlu didahului

perubahan yang harus dilakukan individu dalam masyarakat itu sendiri. Karena manusialah yang melahirkan aktivitas itu sendiri, terlepas apakah aktivitas tersebut positif ataukah negative. Hal ini bisa terjadi karena pada sisi dalam manusia memiliki nafs. Nafs ini adalah wadah yang didalamnya ada kotak/ wadah berisikan segala sesuatu yang disadari (Qalbu) atau yang dilupakan manusia namun, dapat kemungkinan muncul yakni bawah sadar. Banyak hal yang ditampung oleh nafs yakni :

- Nilai-nilai dimasyarakat

56Terjemahan Departermen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahannya(,Bandung:

Diponegoro 2014),250

57M. Quraish Shihab,Tafsir Al-misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, (Jakarta : Lentera


(46)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

- Kemauan yaitu iradah yakni tekad dan kemauan keras. Ibnu Taimiyah menjelaskan hakekat azam iradah yakni tekad yang kuat itulah yang menghasilkan aktivitas bila disertai kemampuan. Karena dengan kemampyan tersebut aktivitas yang dikenendaki akan berjalan lancar. - Kemampuan baik kemampuan fisik atau non fisik. Dengan kemampuan

inilah seseorang / masyarakat akan mampu mengelola dengan baik dan sebaliknya tanpa kemampuan ini pula seseorang akan gagal menjalankan aktvitasnya yang akan mempengaruhi kualitas tekad seseorang.

Nabi Muhammad, sebagai uswatun hasanahpun senantiasa memberikan suritauladan bagi umatnya untuk berusaha sendiri memenuhi kebutuhan ekonominya tanpa meminta-minta belas kasih dari orang lain. Sebagaimana salah satu hadist berikut


(47)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin 'Abdullah berkata, telah menceritakan kepada saya Ibnu Wahab dari Yunus dari Ibnu Syihab berkata, telah menceritakan kepada saya 'Urwah bin Az Zubair bahwa 'Aisyah Radliallahu 'anha berkata: Ketika Abu Bakar Sh-Shiddiq diangkat menjadi khalifah ia berkata: "Kaumku telah mengetahui bahwa pekerjaanku mencari nafkah tidak akan melemahkan urusanku terhadap keluargaku, sementara aku juga disibukkan dengan urusan kaum muslimin. Maka keluarga Abu Bakar akan makan dari harta yang aku usahakan ini sedangkan dia juga bersungguh bekerja untuk urusan Kaum Muslimin.(H.R. Bukhari. No. 1928)58

Dari penelusuran berbagai ayat Al-qur’an dan hadist, tersebut penulis menemukan karakteristik seseorang atau kelompok orang yang memiliki kemandirian yakni :

a. Memiliki motivasi dalam usaha memperoleh penghasilan bukan hanya untuk kepentingan duniawi saja melainkan juga akhirat. Hal ini ditunjukkan dengan ketika bekerja mereka tidak melupakan kewajiban bersyukur kepada Allah dan berbuat baik sesama umat manusia

b. Senantiasa berinovasi untuk melakukan usaha yang mampu menghasilkan pendapatan dengan cara yang benar. Yakni tidak berbuat kerusakan bagi alam dan masyarakat

c. Memiliki tekad yang kuat


(48)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

d. Bekerja keras, mengoptimalkan segala sumber daya yang dimilikinya dan bertanggung jawab terhadap setiap usahanya (mampu mengambil resiko dan amanah)

e. Berusaha memiliki kemampuan dan senantiasa meningkatkan kemampuannya sehingga muncul kreatifitas dan mampu memecahkan masalah dalam tiap usaha

f. Bekerja butuh sebuah tekad, dan tekad tersebut akan terbentuk bila manusia memiliki kemampuan. Maka, manusia harus berusaha keras memperoleh kemampuan dan menjalankan aktivitasnya dengan segala kemampuan yang ada.

g. Berambisi untuk menjadi yang terbaik dalam menjalankan usahanya

Konsep kemandirian menurut Islam, bukanlah hanya konsep kemandirian yang berlaku pada individu saja melainkan sekelompok orang dalam masyarakat tersebut. Maka, jika lembaga dimaknai sebuah badan / wadah bagi kumpulan beberapa orang yang menjalankan aktivitas bersama demi mencapai tujuan bersama. Maka tentu konsep kemandirian menurut Islam tersebut, tidak berbeda dengan konsep kemandirian lembaga menurut Islam. Yang meliputi :

- Lembaga yang terdiri atas kumpulan manusia dengan segala potensi yang dimilikinya diperintahkan Allah, untuk mampu melakukan usaha memperoleh pemasukan secara mendiri sehingga mampu mengoptimalkan fungsi dari lembaga tersebut berada sehingga tujuan akan tercapai.

- Lembaga dalam melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan pemasukannya, haruslah dengan cara yang halal. Senantiasa mengingat bahwa


(49)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

kesuksesan usaha mereka berkat Allah, berbuat baik pada sesama dan tidak membuat kerusakan.

- Motivasi yang haru dimiliki lembaga dalam memenuhi kebutuhannya bukan hanya memperkaya diri melainkan juga mengingat bahwa mereka memiliki kewajiban akhirat yang harus dipenuhi. Yakni dengan menjaga amanah sesuai visi dan misi lembaga, mencari usaha dengan cara yang halal, berbagi sesama dan tdiak merugikan siapapun

- Setiap individu dalam lembaga tersebut harus memiliki tekad yang kuat disertai dengan ketrampilan dan pengetahuan yang memadai dalam menjalankan setiap usahanya. Sehingga hasilnya optimal

- Setiap lembaga harus memiliki cara berfikir fastabiqul khoirot yang artinya berlomba-lomba dengan lembaga lainnya untuk menjadi yang terbaik. Maka jika sebuah lembaga dakwah maka lembaga tersebut harus berlomba-lomba dalam mengembangkan progam dakwahnya dan jumlah jama’ahnya

- Setiap individu dalam lembaga tersebut memegang tanggung jawab besar akan kemajuan dan kemunduran lembaga tersebut dalam mencapai visi dan misinya. Maka, semua sdm harus memiliki tekad yang kuat, ukhwah, rasa tanggung jawab dan ketrampilan dalam menjalankan kewajibannya.

Setelah melakukan analisis makna kemandirian lembaga baik ditinjau dari pendekatan ilmuan barat dengan pendekatan Islam, penulis menemukan kesamaan antara kedua konsep tersebut dalam menjabarkan makna kemandirian lembaga itu sendiri. Keduanya sama-sama menyampaikan bahwa lembaga yang mandiri dalam ekonomi merupakan lembaga yang mampu memenuhi kebutuhan


(50)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

operasional didalamnya dengan menjalankan berbagai usaha memanfaatkan segala potensi yang dimilikinya demi tercapainya tujuan dari lembaga tersebut. Didalamnya tentu ada unsur semua komponen sdm didalamnya bekerja keras, bahu membahu, memiliki inisiatif dan tanggung jawab untuk mengoptimalkan segala sumber dayanya menghasilkan dan menjalankan progam-progam lembaga supaya lembaga tersebut mampu berdiri sendiri.

Namun, yang menarik disini selain penulis menemukan kesamaan, penulis juga menemukan adanya perbedaan yakni dari segi memaknai kebebasan dalam melakukan usaha sendiri. Didalam pendekatan kelimuan murni kemandirian lembaga tidak ada memiliki asumsi batasan kebebasan yang bisa lembaga lakukan dalam menjalankan progam-progam kemandirian tersebut. Sementara dalam pendekatan Islam, mengatur secara eksplisit bagaimana seseorang atau kumpulan orang dalam sebuah lembaga dalam menjalankan progam kemandirian itu sendiri. Bagaimana seharusnya mereka bertindak dan apa yang tidak seharusnya mereka lakukan.

Sehingga dari kedua pendekatan tersebut penulis mencoba beberapa poin penting karakteristik kemandirian Masjid sebagai sebuah lembaga yakni :

- Pengurus Masjid wajib senantiasa berinisiatif dan berinovasi menciptakan progam untuk memperoleh pemasukan secara mendiri sehingga mampu mengoptimalkan kegiatan, fungsi dan tujuan dibangunnya Masjid sendiri. - Pengurus Masjid dalam melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan


(1)

179

memiliki komitmen usaha yang dilakukan untuk pengembangan masjid bukan pribadi, senantiasa meningkatkan kualitas diri, memiliki rasa tanggung jawab untuk menjalankan visi dan misi tersebut sendiri.

Perumusan strategi

Manajemen strategi adalah bukanlah hanya sebuah konsep melainkan sebuah alat yang harus dimiliki organisasi dalam mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dengan melalui berbagai langkah yang sistematis dan komperhensif karena manajer beserta SDMnya dituntut untuk menganalisa kondisi internal dan eksternal yang senantiasa bersifat dinamis, demi menghasilkan sebuah strategi yang tepat hingga mengoperasionalkan strategi tersebut sesuai rencana. Langkahnya meliputi : perumusan startegi, menerapkan strategi dan penilaian strategi.

Menurut Fred R. david strategi adalah sebuah sarana dalam mencapai tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Sementara menurut Griffin strategi bukanlah sekedar sarana melainkan sebagai sebuah rencana komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi. dapat disimpulkan bahwa strategi adalah sebuah sebuah sarana untuk mencapai tujuan organisasi baik yang sifatnya jangka pendek dan jangka panjang.

Tahapan perumusan strategi meliputi : (1) memahami visi,misi dan tujuan, (2) audit eksternal yakni memeta faktor eksternal yang memiliki pengaruh terhadap pencapaian visi,misi dan tujuan, (3) audit internal yakni memeta faktor internal yang memiliki pengaruh terhadap pencapaian visi, misi dan tujuan, (4) menciptakan, mengevaluasi dan memilih strategi, (5) keputusan strategi.

III

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif, karena hasil penelitian ini hendak memaparkan konsep kemandirian masjid, strategi proses pengembangan Masjid berbasis kemandirian yang dimiliki Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Surabaya baik yang telah terlaksana maupun yang akan dijalankan pada tahun 2017 dan implikasinya bagi stakeholder.


(2)

180

Sumber data dalam penelitian ini yakni : Ketua YHMCHI yakni Bapak Abd. Nurawi dan Bapak Soebiantoro selaku penggagas konsep, Ketua harian YHMCHI yakni Ust. Hasan Basri selaku pelaksana konsep dan Bapak Haryono Ong selaku takmir masjid yang banyak bersinggungan dengan para jama’ah.

Metode penelitian dalam mengumpulkan data yakni : wawancara semisturktural, dokumentasi majalah dan foto kegiatan pelaksanaan strategi pengembangan masjid berbasis kemandirian yang dilakukan YHMCHI dan observasi.

Untuk menganalisa data melalui 2 tahap yakni (1) analisis data sebelum dilapangan meliputi studi pendahuluan (2) analisis data lapangan hingga akhir kesimpulan, meliputi proses memilah data yang diperlukan dan mana yang tidak sesuai dengan instrumen, menyajikan data sesuai dengan klasifikasi rumusan masalah dan penarikan kesimpulan. Untuk menguji kredibilitas data yang didapat peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber dan metode.

IV

Masjid Cheng Hoo merupakan masjid pertama di Indonesia yang menggunakan nama Tionghoa dan memiliki arsitektur unik. Hal ini menunjukkan bahwa masjid Cheng Hoo terbuka bagi siapa saja, dari ras manapun, agama manapun, dan tidak memihak pada aliran manapun. Visi dan misi masjid Cheng Hoo adalah meningkatkan ketaqwaan umat muslim terhadap Tuhan dan wadah penyatu atau media komunikasi antara berbagai etnis, terutama Tionghoa dan pribumi.

Fungsi masjid Cheng Hoo ada;ah sebagai tempat peribadatan, media silaturahmi berbagai etnis, tempat belajar agama Islam, wisata religi dan meningkatkan ekonomi untuk menunjuang operasional masjid dan karyawannya. Progam yang dimilikinya meliputi : pembinaan muallaf, kajian rutin, fasilitas kesehatan (rumah sehat Cheng Hoo), Sekolah Play group dan Sekolah dasar terpadu, progam social, ekonomi masjid (koperasi, kantin), fasilitas masjid lainnya.


(3)

181

Konsep kemandirian di Masjid Cheng Hoo dipengaruhi oleh beberapa hal : Munculnya kesadaran dari para pengurus, agar tidak terlalu bergantung pada sumbangan donatur , Keinginan dari para pendiri sebagai generasi muda untuk giat bekerja, kreatif dan inovatif dalam mengembangkan Masjid melebihi prestasi para pendiri terdahulu dan Membangun citra positif ajaran Islam bahwa Islam merupakan agama yang memberikan rahmat bagi umat manusia, bukan agama yang mengajarkan umatnya untuk meminta-minta dan senantiasa menerima pemberian saja.

Hal pertama yang dilakukan masjid Cheng Hoo untuk membangun kemandirian masjid adalah menanamkan komitmen para pengurus mendirikan usaha yang tidak

berorintasi mencari keuntungan semata melainkan mampu memberdayakan

masyarakat. Komitmen tersebut senantiasa dibangun disetiap forum silaturahmi yang diadakan pada hari jumat.

Kedua, merencanakan progam usaha kemandirian masjid. Ide awalnya berasal dari Bapak. Abd. Nurawi dan Bapak Soebiantoro untuk selanjutnya didiskusikan dengan pengurus lainnya melalui forum silaturahmi.

Ketiga, membangun kerjasama dengan pihak donatur baik muslim ataupun non muslim. Semua dilakukan melalui proses silaturahmi rutin yang diadakan tiap 3 bulan sekali. Disana pengurus menyampaikan progam kemandirian yang akan dijalankan dan manfaat apa yang akan didapatkan oleh donatur jika terlibat dalam progam tersebut.

Keempat, membangun kerjasama dengan pihak pesantren dan UKM yang akan diberdayakan. Diawali dengan kunjungan Ketua YHMCHI menemui pengurus pesantren dan menyampaikan progam kerjasama yang akan dijalankan serta manfaat progam tersebut bagi pengembangan pesantren.

Kelima, membangun kesiapan SDM dengan memberikan pelatihan yang melibatkan para ahli dibidangnya, merekrut dan menempatkan SDM sesuai kemampuan dan membangun pemikiran untuk menjadi usahawan yang tetap berpegang teguh pada nilai ajaran Islam.


(4)

182

Keenam, memantau perkembangan usaha ditiap pesantren untuk mengetahui kemajuan dan kemunduran, masalah yang dihadapi sehigga dapat diambil pemecahan masalah.

Dengan adanya progam tersebut memiliki beberapa implikasi yakni : (1) bagi pondok pesantren mampu memberikan sumber pendapatan tambahan bagi pesantren dan meningkatkan kesejahteraan bagi pesantren, santri serta keluarganya, (2) bagi UKM kue mampu mengembangkan usahanya secara professional, senantiasa eksis dan bersaing dengan perusahaan kue lainnya, (3) bagi donatur (pengusaha) terbangun silaturahmi, terbangun kepercayaan dan citra positif terhadap masjid Cheng Hoo (4) bagi pengurus Masjid sendiri terbangun citra positif dan meningkatkan pendapatan.

V

Jika ditinjau dalam konsep kemandirian masjid, upaya yang dilakukan YHMCHI memenuhi semua kriteria lembaga yang mandiri, yakni senantiasa berinisiatif dan berinovatif salah satunya membangun peternakan sapi, memiliki semangat untuk

melakukan usaha lebih baik dari sebelumnya melalui ide membangun konsepholding

company, memiliki usaha bukan hanya mencari keuntungan namun juga memberdayakan masyarakat seperti rumah sehat Cheng Hoo dan syiar Islam melalui pembangunan masjid Cheng Hoo di berbagai wilayah di Indonesia, senantiasa meningkatkan kualitas SDM dengan melibatkan para pakar, adanya komitmen baik pimpinan hingga bawahan yang senantiasa dibangun melalui forum silaturahmi jumat. Selain itu, progam yang dimiliki masjid Cheng Hoo jika ditinjau dari konsep pengembangan masjid meliputi : (1) pengembangan aspek fisik berupa pembangun masjid Cheng Hoo di berbagai wilayah Indonesia dan memperbaiki fasilitas masjid (2) pengembangan tujuan atau fungsi sebagai sarana ibadah, pendidikan, wisata religious, kesehatan, wadah pemersatu, (3) pengembangan kegiatan yang sinergis dengan tujuan dan fungsi masjid Cheng Hoo, berpijak pada pemenuhan kebutuhan jama’ah tanpa


(5)

183

mengesampingkan aspek kemenarikan dari kegiatan yang diadakan (spiritual entrepreneur).

Lahirnya strategi kemandirian masjid tentu berpijak dari berbagai pertimbangan. Jika ditinjau dari teori perumusan strategi dapat ditemukan beberapa langkah dalam menetapkan strategi yakni : (1) pengurus memahami visi, misi dan tujuan kemandirian dimana masjid mampu mengoptimalkan sumber dayanya untuk memperoleh pendapatan tambahan dan memberikan manfaat bagi masyarakat, (2) pengurus Cheng Hoo memetakan kondisi eksternal meliputi kebutuhan jama’ah baik remaja, orang tua, donatur dan UKM, kondisi lingkungan makro, (3) pengurus juga melakukan pemetaan kondisi internal meliputi kepemimpinan dan sumber daya yang dimiliki ketua yayasan, pengurus, dana dan infrastuktur, (4) pengurus melakukan pembacaan kondisi internal

dan eksternal manakah yang menjadi kekuatan—kelemahan, peluang atau ancaman

sehingga melahirkan strategi (5) strategi tersebut lantas dibahas dengan pengurus lainnya sehingga terbangun keputusan strategi yang disepakati.

IV

Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan : (1) konsep kemandirian masjid Cheng Hoo adalah menjadi pesinergi antara donatur dengan masyarakat melalui usaha yang bernilai ekonomi dan sosial. (2) Pengurus Masjid Cheng Hoo memiliki beberapa strategi yakni: membangun komitmen pengurus, membuat rencana usaha bisnis, membangun kerja sama dengan donatur, UKM dan pesantren, menyiapkan sumber daya manusia dan memantau perkembangan Usaha. (3) Implikasi startegi tersebut memiliki dampak positif baik bagi donatur, pesantren, UKM dan pengurus Masjid Cheng Hoo sendiri.

Diharapkan penelitian ini berguna bagi pengembangan penelitian selanjutnya. Dan bagi para pengurus Masjid Cheng Hoo, dapat melakukan kunjungan ke Masjid lain yang telah menerapkan konsep kemandirian masjid sehingga dapat mengambil


(6)