Manajemen Masjid: studi perencanaan program public relations Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya dalam membangun hubungan dengan berbagai elemen masyarakat.

(1)

MANAJEMEN MASJID

(Studi Perencanaan Program Public Relations Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya dalam Membangun Hubungan dengan Berbagai Elemen

Masyarakat)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Dirasah Islamiyah

Oleh

Yuntarti Istiqomalia NIM. F120915315

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Public Relations merupakan fungsi manajemen untuk membangun image

positif dan membina hubungan antara organisasi dan publik. Organisasi dakwah

perlu membina hubungan dengan publiknya. Untuk melaksanakan misi tersebut, organisasi memerlukan dukungan aktif dan toleransi dari berbagai publik. Upaya tersistematis organisasi dakwah untuk memperoleh dukungan dan toleransi dari

publik ini disebut dengan strategi public relations pada organisasi dakwah. Namun

tidak semua organisasi dakwah memiliki public relations yang terencana dengan

baik. Seringkali dijumpai justru kurang peka dalam menjalin hubungan baik dengan publik. Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya merupakan salah satu organisasi

dakwah yang menerapkan perencanaan strategi public relations. Hal ini bisa

diketahui dari capaiannya yang dinilai mempunyai peran sentral atas terciptanya pembauran etnis Tionghoa dengan masyarakat lokal.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perencanaan program Masjid

Muhammad Cheng Hoo Surabaya dalam membangun public relations dengan

berbagai elemen masyarakat. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif. Data dikumpulkan dengan wawancara pengurus yang melakukan proses perencanaan program Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya. Analisa data dengan proses perencanaan strategi hubungan masyarakat organisasi nirlaba Philip Kotler dan Alan Adrearsen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan program public relations

Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya melalui tahapan menetapkan semua kalangan masyarakat sebagai publik organisasi; menggali informasi seputar kebutuhan dan keinginan publik secara kualitatif; menetapkan tujuan citra yang didasarkan atas pemahaman ajaran Islam para pengurus dan kepentingan publik

umum; membuat strategi public relations yang didasarkan pada nilai-nilai Islam

yang dipahami pengurus, kondisi capaian organisasi, kondisi pengurus, dan kebutuhan masyarakat; menggunakan beberapa sarana untuk menerapkan strategi public relations, menetapkan tindakan dengan seleksi pengurus, memantau pelaksanaan strategi serta melakukan rapat evaluasi.

Kata kunci: perencanaan program, public relations, Masjid Muhammad Cheng


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTTO ... vi

ABSTRAK ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan masalah ... 9

D. Tujuan ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10


(8)

G. Metode Penelitian ... 13

H. Sistematika Pembahasan ... 23

BAB II KERANGKA TEORITIK ... 26

A. Manajemen ... 26

B. Manajemen Dakwah ... 27

C. Manajemen Masjid ... 28

D. Perencanaan ... 30

E. Public relations ... 37

F. Perencanaan Program Public relations ... 50

BAB III PROFIL MASJID CHENG HOO SURABAYA ... 60

A. Sejarah Singkat Pembangunan Masjid Cheng Hoo ... 60

B. Profil Narasumber ... 64

BAB IV PERENCANAAN PROGRAM MASJID MUHAMMAD CHENG HOO SURABAYA DALAM MEMBANGUN PUBLIC RELATIONS KE BERBAGAI ELEMEN MASYARAKAT ... 67

A. Perencanaan program Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya dalam membangun public relations ke berbagai elemen masyarakat ... 67

1. Rencana Program Public Relations Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya ... 67

2. Pertimbangan Perencanaan Program Public Relations Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya ... 73


(9)

B. Tahapan perencanaan program Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya

dalam membangun public relations ke berbagai elemen masyarakat ... 81

1. Identifikasi publik organisasi yang relevan ... 81

2. Pengukuran citra dan sikap publik terhadap organisasi ... 88

3. Menetapkan tujuan citra dan sikap publik pokok ... 92

4. Membuat program hubungan masyarakat yang efektif biaya ... 94

5. Memilih sarana yang spesifik public relations Masjid Cheng Hoo .... 100

6. Penetapan tindakan dan evaluasi ... 103

BAB V PENUTUP ... 109

A. Simpulan ... 109

B. Saran ... 111


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Secara umum, Public Relations atau hubungan masyarakat (humas) pada

dasarnya adalah suatu seni untuk menciptakan saling pengertian antara kedua belah pihak yang lebih baik sehingga memperbesar kepercayaan terhadap sesuatu organisasi, perusahaan atau seseorang dan kegiatan timbal balik antara lembaga dan

publiknya.1

Public Relations merupakan fungsi manajemen yang bertujuan untuk

membangun image positifdan membina hubungan harmonis antara organisasi dan

publik. Dengan membina nama baik organisasi, mendidik klien dan menciptakan

citra positif, akan berdampak pada keputusan pembelian. Dalam dunia marketing,

citra organisasi dan produk yang baik, merupakan kunci pertama memenangkan

konsumen. Untuk mencapai tujuan tersebut, public relations merancang berbagai

program untuk menyampaikan kebijakan manajemen kepada publik dan penyampai opini publik ke manajemen dalam rangka mempromosikan atau melindungi citra

organisasi atau produknya.2

Humas juga merupakan salah satu sarana promosi massa, melalui pembangunan hubungan baik dengan berbagai masyarakat perusahaan dengan

1 Erman Anom, “Public Relations Dalam Kegiatan Marketing”

http://www.esaunggul.ac.id/article/public-relations-dalam-kegiatan-marketing/

2 Philip Kotler dan Gary Amstrong, Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi-12 Jilid-2 (Jakarta:


(11)

2

memperoleh publisitas yang diinginkan, membangun citra perusahaan yang baik,

dan menangani atau menghadapi rumor, cerita, dan kejadian tak menyenangkan.3

Untuk segala manfaat di atas bagi organisasi atau lembaga, public relations

pastinya memerlukan perencanaan yang matang untuk mengantisipasi masalah potensial, menangani masalah lebih baik, dan membuat kebijakan berorientasi

publik secara konsisten. Bukan sekedar mengeluarkan press release sesuai

kebutuhan untuk memadamkan “api” ketika muncul opini negatif tentang

organisasi dan menangani keluhan klien.4

Berkenaan dengan manfaat fungsi public relations, organisasi dakwah yang

seringkali berbentuk organisasi nirlaba memiliki misi utama untuk mempengaruhi

perilaku kelompok sasaran dakwah (mad’u) sesuai tujuannya. Dalam hal ini,

tujuannya adalah memunculkan simpati masyarakat terhadap organisasi atau kegiatan dakwah Islam dan hasil terbaik adalah menjadikan mereka sebagai jamaah (konsumen) kegiatan dakwah tersebut dan mengamalkan ajaran Islam sebagai

landasan hidupnya. Hal ini analog dengan kegiatan marketing pada suatu

perusahaan berorientasi laba yang membina nama baik organisasi, mendidik klien dan menciptakan citra positif, yang berikutnya akan berdampak pada keputusan pembelian. Pada konteks organisasi dakwah atau nirlaba, keputusan pembelian layaknya keputusan jamaah dalam menjalankan atau tidak menjalankan ajaran Islam yang disampaikan organisasi tersebut.

3 Philip Kotler dan Gary Amstrong, Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi-12 Jilid-2, 168-169. 4 Philip Kotlers dan Alan Adrearsen, Strategi Pemasaran Untuk Organisasi Nirlaba, (Yogyakarta:


(12)

3

Untuk melaksanakan misi tersebut, organisasi memerlukan dukungan aktif dari

berbagai publik dan toleransi minimal dari beberapa publik yang lain.5 Upaya

organisasi dakwah untuk memperoleh dukungan dan toleransi dari publik ini

disebut dengan program public relations pada organisasi dakwah.

Penerapan public relations pada organisasi dakwah sangat relevan terutama

jika dihubungkan dengan konteks keberagaman masyarakat Indonesia. Indonesia adalah negeri dengan ribuan suku, berbagai agama dan aliran kepercayaan, serta aneka warna budaya. Tingginya keragaman tersebut selain menjadi keunikan juga berpotensi menimbulkan konflik dan perpecahan, baik yang dilatari oleh perbedaan suku maupun agama. Beberapa komunitas sanggup hidup harmonis di atas perbedaan. Namun juga tidak jarang dirusuhi konflik. Untuk menyikapi perbedaan tersebut, maka dari masing-masing pihak perlu upaya saling mengenal dan

bekerjasama dalam memelihara kehidupannya.6

Memang Islam merupakan agama yang paling dominan dianut oleh masyarakat Indonesia. Namun perlu disadari juga adanya agama-agama selain Islam. Bahkan, di internal umat Islam sendiri juga berkembang berbagai macam pemahaman yang memunculkan kelompok atau aliran-aliran Islam. Sehingga pada kenyataannya, umat Islam juga menghadapi keberagaman sesama pemeluk Islam sendiri, disamping dengan umat agama lain.

Setiap agama (termasuk Islam) mempunyai landasan doktriner untuk menyebarkan ajarannya, penyebaran tersebut tetap harus dilakukan dalam suasana

5 Philip Kotlers dan Alan Adrearsen, Strategi Pemasaran Untuk Organisasi Nirlaba, 720.

6 Deddy Mulyana dalam Nawawi, “Dakwah Dalam Masyarakat Multikultural”, Jurnal Komunika,


(13)

4

saling menghormati kepercayaan agama orang lain. Agar tidak menyinggung atau mengganggu kebiasaan dan adat-istiadat dalam kelangsungan hidup masyarakat

setempat.7

Apalagi Islam disebut sebagai ajaran yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Seharusnya Islam tampil sebagai pembawa kebaikan, kedamaian, dan solusi bagi semua manusia. Ini akan mengantarkan keluhuran Islam di mata kelompok lain serta menjadikan orang lain merasa aman dan tidak terancam dengan keberadaan

umat Islam.8 Jika demikian, maka Islam akan diterima keberadaannya oleh semua

manusia. Bahkan tidak jarang, keluhuran ajaran Islam yang ditampilkan pemuka maupun umatnya membuat orang non muslim tertarik masuk Islam. Hal ini juga

tidak terlepas dari peran public relations lembaga dakwah yang membantu

menyuarakan Islam dengan cara-cara yang membuat orang terkesan dan simpati.

Melalui tangan dingin fungsi public relations, Islam bisa ditampilkan dengan wajah

yang ramah bagi siapapun.

Namun penerapan dakwah Islam saat ini justru lebih banyak dikuasai oleh juru dakwah yang kurang peka terhadap publik yang homogen. Semangat berdakwah seringkali dibarengi dengan menjelek-jelekkan agama lain, memprovokasi massa

ke arah radikalisme, dan sikap eksklusif.9 Salah satunya, seringkali ulama atau

organisasi Islam malah mengarahkan umatnya untuk memusuhi atau menolak bekerjasama dengan umat beragama di luar Islam dan di luar golongannya. Ini menampilkan citra Islam yang marah kepada masyarakat, bukan Islam yang ramah.

7 Nurcholish Majid dalam Nawawi, “Dakwah Dalam Masyarakat Multikultural”, 4. 8 Dalmeri, “Revitalisasi Fungsi Masjid sebagai Pusat Ekonomi dan Dakwah Multikultural”,

Jurnal Walisongo, Vol. 22, No. 2 (November, 2014), 9.


(14)

5

Ada organisasi dakwah yang mengajarkan pemikiran radikalisme dan tidak menghormati keberagaman di masyarakat, sehingga performanya terlihat fundamental dan eksklusif baik pemuka maupun jamaahnya. Namun, ada pula organisasi dakwah yang mengarahkan jamaahnya agar membuka diri dan menampilkan citra positif umat Islam kepada berbagai kalangan yang beragam. Di

sinilah letak peranan public relations dalam organisasi dakwah, yang bertanggung

jawab menampilkan citra positif umat Islam di hadapan publik, memperoleh

simpati khalayak, serta menjalin relasi dengan berbagai kalangan. Jika fungsi public

relations dalam lembaga dakwah bekerja dengan baik, maka lembaga tersebut akan memperoleh citra positif dan diterima oleh semua kalangan baik umat Islam

maupun non Islam positif. Maka, fungsi public relations pada lembaga dakwah

perlu mendapat perhatian serius dari manager. Salah satunya lembaga dakwah di Kota Surabaya, yakni di Masjid Cheng Hoo Surabaya.

Nama Cheng Hoo ini memang tidak lazim bagi sebuah masjid karena namanya menggambarkan etnis Tionghoa, yang di Indonesia kebanyakan tidak beragama Islam. Tapi sebenarnya Cheng Hoo adalah nama dari seorang Tionghoa yang beragama Islam utusan Dinasti Ming untuk menjalin kerjasama dengan berbagai negara, termasuk di Nusantara pada masa lampau. Meski beragama Islam,

Laksamana Cheng Hoo juga dihormati oleh umat Budha dan Konghucu.10

Semangat perdamaian dan menghormati keragaman yang pernah dicontohkan oleh Laksamana Cheng Hoo itu terlihat pada berbagai aktivitas dakwah di masjid yang mengabadikan namanya tersebut. Seperti yang disampaikan oleh Hasan Basri,


(15)

6

Ketua Harian Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya. Beliau mengatakan bahwa pembangunan masjid ini didukung oleh Yayasan Haji Mohammad Cheng Hoo Indonesia (YHMCHI) dan PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia), sebagai organisasi yang mewadahi Islam Tionghoa di Indonesia. Masyarakat di sekitar perumahan ini juga mendukung berdirinya Masjid Cheng Hoo, meski banyak yang

berbeda keyakinan dengan Islam.11 Bahkan, peresmian Masjid Cheng Hoo juga

dihadiri berbagai kalangan. Antara lain dari Yayasan Haji Mohammad Cheng Hoo Indonesia, PITI, Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya, puluhan pengusaha dan tokoh-tokoh masyarakat Tionghoa, serta sejumlah tokoh masyarakat Jawa Timur.

Dalam pertemuan sekilas dengan penulis, Hasan Basri juga menyampaikan bahwa dalam konteks masa kini, sangat sulit melakukan dakwah kita diterima jika

tidak bersikap terbuka dan bekerja sama dengan berbagai pihak.12 Untuk itu, perlu

ada upaya menjalin relasi yang harmonis dengan berbagai publik.

Tidak berhenti disitu, Masjid Cheng Hoo juga pengajian rutin yang diadakan setiap minggu pagi (pengajian M-7) di Masjid Cheng Hoo dan bersifat terbuka

untuk umum. Tema dakwahnya beragam dan da’i nya berasal dari berbagai

kalangan. Tidak hanya dari internal pengurus masjid dan PITI saja, seringkali pengisinya didatangkan dari berbagai ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah,

MUI, dan kalangan non ormas seperti akademisi dan dosen.13

11 http://masjidCheng Hooo.org/index.php/tentang-masjid-cheng-hoo/sejarah/ diakses 15

November 2016 pukul 09.22

12 Hasan Basri, Wawancara, Surabaya, 2 Desember 2016.

13 Bagus Wira Prasetya, “Komunikasi Multikultural Pada Pengajian M7 Masjid Cheng Hoo


(16)

7

Kegiatan dakwah di Masjid Cheng Hoo juga dibarengi dengan aksi-aksi sosial

(dakwah bil hal) seperti bakti sosial, khitanan massal, dan pengobatan katarak gratis

yang dilakukan setiap tahun. Kegiatan tersebut terbuka bagi semua kalangan yang membutuhkan. Dalam pelaksanaannya, Masjid Cheng Hoo juga bekerjasama dengan instansi lain, seperti RS Al-Irsyad dan RS Adi Husada. Selain itu, Masjid Cheng Hoo juga sering dibantu oleh Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) dalam melaksanakan aksi sosial. Namun, anggota PSMTI tidak semuanya beragama Islam, hanya saja mereka tetap rukun dan mampu hidup berdampingan saling menghargai keyakinan karena memiliki kesamaan marga.

Fakta lain yang penulis temukan adalah adanya penelitian tim dari Universitas Indonesia dengan tema “Etnis Tionghoa SetelahReformasi” yang dilakukan selama tiga tahun dan Masjid Cheng Ho menjadi salah satu obyek penelitiannya. Hasilnya menunjukkan bahwa Masjid Cheng Hoo Surabaya mempunyai peran sentral atas terciptanya pembauran etnis Tionghoa dengan masyarakat lokal. Kuncinya terletak pada ajaran Islam yang disyiarkan melalui Masjid Cheng Hoo yang merekatkan

muslim tionghoa Surabaya dan masyarakat pribumi sekitarnya.14

Hingga puncaknya, pada tanggal 9 Desember 2016 lalu, Masjid Cheng Hoo dipercaya oleh Ikatan Alumni Pesantren Tebu Ireng (Ikapete) sebagai tuan rumah pembukaan acara pada rangkaian acara Orasi Pluralisme Gus Dur untuk memperingati Haul Gus Dur yang ke-7. Pembicara acara ini adalah KH. DR. Sholahuddin Wahid (Gus Solah) dan Inayah Wahid (Putri Gus Dur). Acara ini juga dihadiri oleh berbagai elemen etnis Tionghoa di Surabaya dengan beragam agama

14 Erfandi Putra, “Masjid Cheng Hoo Motor Penggerak Pembauran”, Majalah Dwi Bulanan


(17)

8

serta perwakilan konsulat jenderal (konjen) RRC, Amerika, dan Jepang. Dalam sambutannya, H. Roisuddin Bakri, S.Ag, M.Si selaku ketua panitia menyampaikan bahwa alasan memilih Masjid Cheng Hoo sebagai tempat pembukaan rangkaian acara Orasi Pluralisme Gus Dur karena di masjid ini sering diadakan kegiatan yang mampu merangkul berbagai golongan.

Demikian besar kepercayaan public, dalam hal ini adalah tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi massa terbesar di Indonesia, terhadap Masjid Cheng Hoo. Sehingga, kegiatan religi untuk menyatukan bangsa ini juga diselenggarakan di Masjid Cheng Hoo.

Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Masjid Cheng Hoo mempertimbangkan citra positif lembaga, simpati publik, dan relasi dengan berbagai pihak. Hal ini tidak mungkin terjadi seara alamiah tanpa adanya proses pengaturan dan perencanaan pada berbagai elemen di organisasi untuk mencapai tujuannya. Oleh sebab itu, penulis tertarik meneliti perencanaan

program public relations yang dilakukan oleh Masjid Cheng Hoo Surabaya kepada

berbagai kalangan masyarakat tersebut. Dengan merujuk ke beberapa realitas di atas, terlihat bahwa Masjid Cheng Hoo Surabaya melakukan upaya menjalin hubungan yang harmonis tidak hanya ke satu pihak saja. Beberapa kalangan yang diantaranya adalah ormas Islam, masyarakat sekitar yang beragam etnis dan agama, serta pejabat pemerintahan.

B.Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang diidentifikasi penulis adalah sebagai berikut :


(18)

9

1. Lembaga dakwah tidak memasukkan pertimbangan citra positif di benak

masyarakat, tidak memasukkan pertimbangan simpati publik saat

menjalankan syi’ar dakwah, dan bersikap eksklusif terhadap pihak

eksternal.

2. Ketika fungsi public relations diabaikan atau tidak dijalankan dengan

perencanaan yang matang maka berakibat pada tujuan membangun hubungan baik akan mengalami kesulitan.

Yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah proses perencanaan

program public relations yang dilakukan Masjid Cheng Hoo Surabaya dalam

menjalin hubungan harmonis ke berbagai elemen masyarakat. Yang dimaksud berbagai elemen masyarakat di sini adalah ormas Islam, masyarakat sekitar yang beragam etnis dan agama, serta pejabat pemerintahan.

C.Rumusan masalah

Berdasarkan paparan studi pendahuluan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan penulis adalah :

1. Bagaimana perencanaan program Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya

dalam membangun public relations ke berbagai elemen masyarakat ?

2. Bagaimana tahapan perencanaan program Masjid Muhammad Cheng Hoo

Surabaya dalam membangun public relations ke berbagai elemen

masyarakat ?

D.Tujuan


(19)

10

1. Untuk mengetahui perencanaan program Masjid Muhammad Cheng Hoo

Surabaya dalam membangun public relations ke berbagai elemen

masyarakat.

2. Untuk mengetahui tahapan perencanaan program Masjid Muhammad Cheng

Hoo Surabaya dalam membangun public relations ke berbagai elemen

masyarakat.

E.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memperkaya wawasan teori program public relations.

b. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam hal perencanaan program

public relations khususnya bagi organisasi dakwah.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat dijadikan referensi cara dalam membuat perencanaan

program public relations bagi organisasi nirlaba khususnya organisasi

dakwah.

F.Penelitian Terdahulu

Tema seputar public relations sebenarnya bukan hal baru dalam penelitian

sosial. Begitu juga dengan Masjid Cheng Hoo Surabaya sebagai lembaga yang diteliti. Berikut ini penulis menyajikan beberapa penelitian terdahulu yang relevan, berkaitan, atau memiliki kesamaan tema atau kesamaan pada lembaga yang diteliti. Penulis juga membandingkan persamaan dan perbedaannya dengan penelitian yang dibuat oleh penulis.


(20)

11

1. Tesis yang ditulis oleh Nurul Khotimah dengan judul “Komodifikasi Masjid

: Upaya Membangun Brand Equity (Studi Kasus Pada Masjid Cheng Hoo

Surabaya)”.15 Persamaan dengan penelitian ini adalah dalam hal Masjid

Cheng Hoo sebagai subyek penelitiannya. Perbedaannya, penelitian yang ditulis Nurul melihat perspektif Masjid Cheng Hoo dan kegiatan-kegiatannya yang unik sebagai komoditas wisata religi dan menggunakan tinjauan Integrated Marketing Communication (IMC). Sedangkan penelitian ini

melihat aktivitas di Masjid Cheng Hoo melalui tinjauan program public

relation.

2. Tesis yang ditulis Bagus Wira Prasetya dengan judul “Komunikasi

Multikultural Pada Pengajian M7 Masjid Cheng Hoo Surabaya”.16 Persamaan

dengan penelitian ini adalah dalam hal kegiatan dakwah di Masjid Cheng Hoo sebagai obyek penelitiannya. Perbedaannya, penelitian yang ditulis Bagus dibatasi pada program pengajian M7 saja dan menggunakan perspektif komunikasi multikultural untuk menganalisis pesan dakwah yang

disampaikan da’i pada pengajian tersebut. Sedangkan penelitian ini tidak

hendak melihat program pengajian M7 saja, melainkan juga pada program-program yang lain sebagai upaya membangun hubungan yang harmonis dengan public Masjid Cheng Hoo Surabaya dan aktivitas-aktivitas tersebut

dikaji melalui sudut pandang perencanaan program public relations.

15 Nurul Khotimah, “Komodifikasi Masjid : Upaya Membangun Brand Equity (Studi Kasus Pada

Masjid Cheng Hoo Surabaya” (Tesis-Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2016)

16 Bagus Wira Prasetya, “Komunikasi Multikultural Pada Pengajian M7 Masjid Cheng Hoo


(21)

12

3. Penelitian yang ditulis oleh Nur Kholisoh dan Yenita dengan judul “Strategi

Komunikasi Public Relations dan Citra Positif Organisasi (Kasus Public

Relations Rumah Sakit “X” di Jakarta)”.17 Persamaan dengan penelitian ini

adalah membahas tentang program public relations untuk membangun

hubungan baik dengan publik dalam rangka meningkatkan citra lembaga yang diterapkan melalui serangkaian kegiatan internal dan eksternal. Perbedaanya adalah pada subyek yang diteliti. Penelitian yang ditulis oleh

Nur Kholisoh dan Yenita ini meneliti Rumah Sakit, yakni lembaga yang

bergerak di bidang bisnis dan kesehatan, sedangkan penulis meneliti masjid sebagai salah satu bentuk lembaga dakwah.

4. Penelitian yang ditulis oleh Teguh Hidayatul Rachmad dengan judul “Strategi

Public Relations Dalam Meningkatkan Citra Perguruan Tinggi Swasta Di Jawa Timur (Studi Kasus Perguruan Tinggi Swasta di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur)”.18 Persamaan dengan

penelitian ini adalah membahas tentang program public relations untuk

meningkatkan citra lembaga. Perbedaanya adalah pada subyek yang diteliti.

Penelitian yang ditulis oleh Teguh meneliti universitas sebagai lembaga

pendidikan, sedangkan penulis meneliti masjid sebagai salah satu bentuk lembaga dakwah.

17 Nur Kholisoh dan Yenita, “Strategi Komunikasi Public Relations dan Citra Positif Organisasi

(Kasus Public Relations Rumah Sakit “X” di Jakarta)”, Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 13, No. 3 (September – Desember, 2015), 125.

18Teguh Hidayatul Rachmad, “Strategi Public Relations Dalam Meningkatkan Citra Perguruan

Tinggi Swasta Di Jawa Timur (Studi Kasus Perguruan Tinggi Swasta di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur)”, Komunikasi, Vol. IX, No. 01 (Maret, 2015), 21-40.


(22)

13

5. Penelitian yang ditulis oleh Siti Khadijah dengan judul Strategi Public

Relations Dalam Membangun Citra Perusahaan (Studi Deskriptif Membangun Hubungan Baik Dengan Media Dalam Upaya Meningkatkan

Citra Perusahaan)”.19 Persamaan dengan penelitian ini adalah

mendeskripsikan program public relations untuk meningkatkan citra

lembaga. Perbedaanya adalah pada subyek yang diteliti dan fokus publicnya.

Penelitian yang ditulis oleh Siti Khadijah meneliti perusahaan secara umum,

sedangkan penulis hanya meneliti Masjid Cheng Hoo sebagai salah satu bentuk lembaga dakwah. Selain itu, penelitian yang ditulis oleh Siti Khadijah ini fokus membahas media massa sebagai publik perusahaan dan upaya yang bisa dilakukan perusahaan untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan media massa. Sedangkan penulis tidak hendak mendalami hubungan lembaga dengan media massa. Melainkan mengurai upaya-upaya yang dilakukan oleh

Masjid Cheng Hoo Surabaya dalam menjalin hubungan harmonis dengan berbagai elemen masyarakat. Yang dimaksud berbagai elemen masyarakat di sini adalah ormas Islam, masyarakat sekitar yang beragam etnis dan agama, serta pejabat pemerintahan.

G.Metode Penelitian

1) Jenis penelitian

19 Siti Khadijah, “Strategi Public Relations Dalam Membangun Citra Perusahaan (Studi Deskriptif

Membangun Hubungan Baik Dengan Media Dalam Upaya Meningkatkan Citra Perusahaan)”, Universitas Islam “45”, Bekasi.


(23)

14

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif studi kasus. Menurut Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang memahami suatu fenomena yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara menyeluruh dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah20. Yang

dimaksud dengan obyek alamiah adalah obyek apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki obyek, setelah berada

di obyek, dan setelah keluar dari obyek relatif tidak berubah.21

Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor22, penelitian kualitatif adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif cenderung dihubungkan dengan paradigma interpretif. Menurut Deacon, interpretif memusatkan penyelidikan terhadap cara manusia memaknai kehidupan sosial mereka, serta bagaimana manusia mengekspresikan pemahaman mereka melalui bahasa, suara, perumpamaan, gaya pribadi, maupun ritual sosial.23

Itu sebabnya, penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut :24

1. Berfokus pada kata, bukan pada angka.

2. Instrumen utama adalah peneliti yang terlibat dekat dengan orang-orang

yang diteliti

20 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 11. 21 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2008), 2.

22 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 36.

23 Christine Daymon dan Immy Holloway, Metode-Metode Riset Kualitatif Dalam Public

Relations dan Marketing Communications, terj Cahya Wiratama. (Yogyakarta: Bentang, 2008), 5.


(24)

15

3. Sudut pandang subyektif dari partisipan

4. Riset skala kecil guna menghasilkan penjelasan yang kaya dan terperinci

5. Fokus yang holistik (menyeluruh)

6. Fleksibel dalam menyelidiki hal-hal baru dan sering mengejutkan saat

informan mengungkapkan pemahaman mereka.

7. Proses penelitian kualitatif jarang menyediakan gambaran statis dari

suatu fenomena

8. Dilaksanakan di lingkungan alami tempat orang-orang berada

9. Cenderung diawali dengan pemikiran induktif, kemudian diproses

sampai menghasilkan pemikiran deduktif.

Senada dengan pendapat para ahli di atas, alasan menggunakan metode kualitatif pada penelitian ini karena tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perencanaan program Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya dalam

membangun public relations ke berbagai elemen masyarakat dan untuk

mengetahui apa saja tahapan subyek dalam membuat perencanaan program tersebut. Maka, data-data yang diperlukan berupa penguraian atau penjelasan kalimat dan dilakukan oleh subyek dalam situasi alamiah sesuai perspektif subyektif pembuat program tersebut. Sedangkan penulis tidak berhak untuk mempengaruhi atau mengintervensi subyek dalam pembuatan program.

Metode penelitian kualitatif memiliki beberapa varian. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif study kasus. Penelitian studi kasus adalah pendekatan dalam penelitian kualitatif yang penelitinya mengeksplorasi


(25)

16

kehidupan nyata, sistem terbatas kontemporer (kasus) atau beragam sistem

terbatas (berbagai kasus), dan melaporkannya berupa deskripsi kasus.25

Ciri utama penelitian studi kasus adalah memperlihatkan pemahaman

mendalam tentang kasus tertentu.26 Penelitian studi kasus dimulai dengan

mengidentifikasi satu kasus spesifik, berupa entitas yang konkret, misalnya individu, kelompok kecil, organisasi, atau kemitraan. Bisa juga pada level kurang konkret, misalnya komunitas, relasi, proses keputusan, atau proyek

spesifik.27 Selain itu, penelitian studi kasus biasanya dihubungkan dengan

penyelidikan intensif terhadap sebuah lokasi, organisasi, atau kampanye.28

Penelitian ini hendak mendeskripsikan suatu fenomena yang spesifik pada suatu konteks atau subyek tertentu, yakni realitas perencanaan program public

relations pada konteks Masjid Cheng Hoo Surabaya berikut

pertimbangan-pertimbangan yang menyertainya, maka penulis memilih jenis penelitian kualitatif studi kasus.

2) Metode Pengumpulan Data

Beragam bentuk data yang biasanya digunakan pada penelitian studi kasus berupa dokumen, rekaman, wawancara, pengamatan, dan artefak fisik. Data-data tersebut diperoleh melalui proses wawancara catatan lapangan, dan protokol

pengamatan.29 Sebagian besar metode pengumpulan data yang dilakukan pada

penelitian ini menggunakan teknik wawancara. Sekalipun demikian, sebagian

25 John W. Creswell, Penelitian Kualitatif & Desain Riset, terj Ahmad Lintang Lazuardi.

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), 135.

26 Ibid., 137.

27 R.K. Yin dalam ibid.

28 Christine Daymon dan Immy Holloway., Metode-Metode Riset Kualitatif Dalam Public

Relations dan Marketing Communications, terj Cahya Wiratama, 28.


(26)

17

kecil data diperoleh juga melalui dokumen tertulis dan pengamatan. Wawancara yang dilakukan penulis, dokumen tertulis, serta pengamatan bertujuan untuk menggali data seputar program dan kegiatan di Masjid Cheng Hoo Surabaya yang memiliki pertimbangan kondisi public dan proses-proses dakwah selainnya yang juga berorientasi pembangunan citra positif.

Esterberg mendefinisikan wawancara atau interview sebagai pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.30

Teknik wawancara memiliki tiga jenis : 31

1. Wawancara tidak terstruktur

Merupakan wawancara dengan tidak membuat instrument yang terarah sebelumnya, melainkan hanya satu pertanyaan awal sebagai stimulus percakapan. Sehingga peneliti hanya menggunakan daftar topik sebagai acuan wawancara, tidak sampai mempersiapkan instrument pertanyaan pada masing-masing topiknya.

2. Wawancara semi terstruktur

Merupakan wawancara yang melakukan penggalian data dengan berpaku pada instrumen pertanyaan yang sudah dibuat sebelumnnya berdasarkan acuan topik penelitian. Namun masih memungkinkan menambah atau mengubah susunan instrument pertanyaan dalam rangka eksplorasi data saat proses wawancara, sehingga wawancara

30 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2008), 72.

31 Christine Daymon dan Immy Holloway, Metode-Metode Riset Kualitatif Dalam Public


(27)

18

jenis ini lebih terarah namun tetap mempertahankan fleksibililas peneliti dalam melaksanakan wawancara.

3. Wawancara terstruktur

Merupakan wawancara yang disertai daftar pertanyaan yang tertulis, yang telah direncanakan sebelumnya, dan secara urutan harus sama pada tiap informannya.Wawancara jenis ini cenderung mengarahkan tanggapan partisipan. sehingga mencegah peneliti maupun informan bereksplorasi makna dari objek penelitian.

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara semi terstruktur. Hal ini memungkinkan penggalian data lebih fleksibel namun tetap berpijak pada logika konsep yang digunakan penulis. Karena pada penerapannya masih terdapat peluang narasumber mengeksplorasi pengalaman dan aspek kognitifnya lebih dalam untuk menemukan tahapan apa saja yang dilalui subyek penelitian dalam membuat perencanaan program.

Dalam menerapkan teknik wawancara, penulis harus memperhatikan beberapa kaidah yang bisa membantu kesuksesan penggalian data dengan tidak menimbulkan ekses negatif pada penulis maupun kepada narasumber.Kaidah

wawancara sebagaimana diungkapkan S.L. Payne sebagai berikut :32

1. Peneliti sebaiknya menghindari kata atau kalimat yang memiliki dua

atau arti jamak.

2. Peneliti sebaiknya menghindari pertanyaan-pertanyan panjang, yang

sebenarnya mengandung banyak pertanyaan khusus. Pertanyaan yang


(28)

19

panjang sebaiknya di pecah ke dalam beberapa bagian dan ditanya secara bertahap.

3. Peneliti sebaiknya membuat pertanyaan yang konkrit dengan petunjuk

waktu dan lokasi yang jelas.

4. Peneliti sebaiknya mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan

pengalaman konkrit dari narasumber.

5. Peneliti sebaiknya menyebut semua alternatif yang dapat diberikan oleh

narasumber atau sebaliknya jangan menyebut suatu alternatif sama sekali.

6. Berkaitan dengan tema-tema yang dapat membuat narasumber malu

atau canggung, maka peneliti sebaiknya menggunakan istilah yang dapat menghaluskan konsep atau membuatnya netral.

7. Dalam kaidah wawancara seperti no.6, gaya pertanyaan sebaiknya

dinetralkan dengan kata atau kalimat yang seolah-olah mengalihkan kesalahan pada keadaan.

8. Dalam kaidah wawancara seperti no.6, peneliti sebaiknya juga

menggunakan gaya bertanya yang tidak menyangkutkan narasumber dengan masalahnya.

9. Dalam kaidah wawancara seperti no.6 dan 7, peneliti sebaiknya

mengajukan pertanyaan yang terpaksa dijawab secara positif atau kalau diingkar pun juga menghasilkan jawaban yang tegas.

10.Dalam instrumen pertanyaan di mana narasumber harus menilai orang

lain, sebaiknya peneliti menanyakan sifat yang positif maupun negatif dari orang lain tersebut.


(29)

20

3) Sumber data

Sumber data yang relevan pada penelitian ini adalah pengurus Yayasan Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia (YHMCHI), terutama yang berkaitan dengan pembuatan kebijakan program kehumasan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan sebelumnya, diketahui sumber data yang relevan adalah sebagai berikut :

1. Bapak Ahmad Hariyono Ong

Bapak Ahmad Hariyono Ong merupakan Ketua Takmir Masjid Cheng Hoo Surabaya

2. Bapak Hasan Basri, S. Sos. I

Bapak Hasan Basri merupakan ketua harian yang menjadi pelaksana program-program Masjid Cheng Hoo Surabaya di tataran lapangan.

3. Bapak H. Abd Nurawi

Bapak H. Abd Nurawi merupakan Ketua Yayasan Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia (YHMCHI).

4. Bapak Soebiantoro

Bapak Soebiantoro merupakan sukarelawan atau tenaga pengabdian yang banyak membantu pembuatan strategi dan program YHMCHI bersama dengan Bapak Nurawi.

4) Teknik Pengujian Data

Pengujian data atau triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dan berbagai sumber dengan berbagai cara, dan


(30)

21

triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu sebagaimana

penjalasan berikut ini : 33

Triangulasi Sumber

Menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapasumber. Data dari berbagai sumber tersebut, dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda,dan mana spesifik dari berbagai sumber data tersebut.

TriangulasiTeknik

Menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek denganobservasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-bcda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.

Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang diperoleh dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data

yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka

pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan


(31)

22

pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam situasi yang berbeda.

Penelitian ini menggunakan teknik pengujian triangulasi sumber data dan waktu. Alasan penulis menggunakan teknik triangulasi sumber data karena keterbatasan waktu yang dimiliki para narasumber dalam meluangkan waktunya bertemu penulis. Masing-masing narasumber memiliki kesibukan sendiri-sendiri yang tidak memungkinkan untuk bertemu pada saat yang sama dan belum tentu bisa memberikan waktu yang panjang untuk wawancara. Sehingga, wawancara dilakukan terpisah dan bertahap.

Selain itu, obyek yang diteliti adalah perencanaan program yang merupakan hasil kognisi dari narasumber terkait, bersifat abstrak, dan telah terjadi di masa lampau sebelum penelitian ini dilakukan. Sehingga tidak mungkin banyak melakukan observasi. Data tertulis pun sepanjang memang dilakukan oleh narasumber. Maka teknik yang paling memungkinkan adalah menggali kognisi narasumber terkait mengenai proses membuat perencanaan program tersebut.

5) Metode Analisa dan Penyajian Data

Menurut Creswell, metode analisa data dilakukan dengan mengklasifikasi data temuan ke dalam klasifikasi yang dibuat peneliti. Data-data tersebut akan dijelaskan menurut konsep-konsep di dalam teori yang digunakan. Berikut ini adalah langkah-langkah penyajian dan analisa data pada penelitian kualitatif

studi kasus : 34


(32)

23

a. Mengorganisasikan data, yakni menciptakan dan mengorganisasikan file

untuk data.

b. Pembacaan atau memoing, yakni membaca seluruh teks, membuat

catatan pinggir, membentuk kode awal.

c. Mendeskripsikan kasus dan konteksnya.

d. Mengklasifikasikan data menjadi kode dan tema, yakni menggunakan

agregasi kategorikal untuk membentuk tema dan pola. Proses pengkodean menurut Creswell dimulai dengan mengelompokkan data teks atau visual menjadi kategori informasi yang lebih kecil, disertai

bukti untuk kode tersebut dari berbagai database yang digunakan dalam

studi, kemudian memberikan label pada kode tersebut. Tidak semua informasi digunakan dalam studi kualitatif, sebagian mungkin akan

disingkirkan.35

e. Menafsirkan data, yakni menafsirkan secara langsung dan

mengembangkan generalisasi naturalistik tentang “pelajaran yang dapat diambil”

f. Menyajikan atau memvisualisasikan data, yakni menyajikan gambaran

mendalam tentang kasus dalam bentuk narasi, tabel dan gambar.

H.Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah proses penelitian, maka penulis menyusun sistematika pembahasan sebagaimana berikut ini :


(33)

24

1. Bab I Pendahuluan

a. Latar belakang untuk menjelaskan tema penelitian dan persoalan yang

hendak dibahas dalam penelitian.

b. Identifikasi dan batasan masalah untuk membatasi dan memfokuskan

masalah yang hendak diteliti.

c. Rumusan masalah untuk menyatakan dengan jelas apa yang hendak

diteliti.

d. Tujuan untuk menggambarkan hasil akhir yang hendak dicapai dengan

penelitian ini.

e. Manfaat penelitian untuk menjelaskan nilai dan manfaat dari penelitian

yang dilakukan.

f. Penelitian terdahulu untuk menunjukkan persamaan dan perbedaan

penelitian ini dengan penelitian selainnya yang lebih dulu ditulis orang lain, serta orisinalitas penelitian ini.

g. Metode Penelitian bertujuan untuk menggambarkan langkah-langkah

yang harus dilakukan oleh penulis dalam menjawab rumusan masalah penelitian ini.

2. Bab II Kerangka Teoritik

Berisi berbagai konsep kunci yang berkaitan dengan penelitian dan landasan teori yang digunakan sebagai pisau analisa terhadap realitas yang diteliti.


(34)

25

Berisi sejarah singkat berdirinya Masjid Cheng Hoo Surabaya sebagai subyek yang diteliti dan profil narasumber pengurus Masjid Cheng Hoo Surabaya.

4. Bab IV Perencanaan Program Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya

dalam Membangun Public Relations ke Berbagai Elemen Masyarakat

a. Perencanaan program public relations Masjid Muhammad Cheng Hoo

Surabaya berbagai elemen masyarakat.

b. Tahapan Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya dalam membuat

perencanaan program membangun public relations ke berbagai elemen

masyarakat.

5. Bab V


(35)

BAB II

KERANGKA TEORETIK

A. Manajemen

Menurut Griffin sebagaimana ditulis oleh Irham Fahmi, manajemen merupakan suatu rangkaian aktivitas termasuk perencanaan dan pengambilan

keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian. yang diarahkan

pada sumber-sumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi)

untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien.1

Manajemen disebutkan juga merupakan suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Sedangkan menurut Stoner, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan semua sumber daya

organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.2

Manfaat ilmu manajemen yang diterapkan pada suatu organisasi baik profit

maupun non profit adalah :3

1. Memberikan arah pencapaian kinerja secara terukur dan sistematis

2. Menempatkan organisasi pada kerangka kerja yang efektif dan efisien.

Efisiensi terletak pada segi biaya yang dianggarkan. Sedangkan konsep efektifitas melihat pada sisi penghematan waktu yang bisa dilakukan.

1 Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi (Bandung: Alfabeta, 2012), 2. 2 Ibid.


(36)

27

3. Membuat perusahaan telah menerapkan konsep manajemen yang memenuhi

standar standar aturan yang lelah disepakati. Sehingga para klien dan mitra bisnis menaruh simpati serta kepercayaan pada perusahaan.

Dalam Encyclopedia of the Social Science sebagaimana dikutip oleh Manullang,

dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi. Pernyataan Haiman menegaskan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan George R. Terry mengatakan bahwa manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain.4

B. Manajemen Dakwah

Dalam proses pencapaian tujuan pada setiap organisasi dakwah

diperlukan sebuah manajemen yang baik. Lebih jauh lagi hampir dalam setiap

sendi kehidupan peranan manajemen sangatlah vital. Demikian halnya juga yang

terjadi pada sebuah lembagadakwah.5 Sehingga bisa dikatakan mutlak dibutuhkan

ilmu manajemen dalam sebuah lembaga dakwah.

Rosyad Shaleh mengartikan manajemen dakwah sebagai proses perencanaan

tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun, menempatkan tenaga-tenaga

pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas dan kemudian menggerakkan ke arah

4 M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), 5. 5 M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2006),


(37)

28

pencapaian tujuan dakwah. Pada prinsipnya, manajemen dakwah, merupakan sebuah pengaturan secara sistematis dan koordinatif dalam kegiatan atau aktivitas dakwah yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai akhir kegiatan dakwah. Aktivitas dakwah yang dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen, akan mengakibatkan "citra profesional" dalam dakwah tersebut akan terwujud,

sebagaimana kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan profesional lainnya.6

Perubahan sosial akan semakin signifikan apabila dakwah dilakukan secara profesional, sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan semua lapisan masyarakat serta menyentuh aspek akal dan rohaninya. Di sisi lain, kemampuan profesional dalam berdakwah semakin dituntut karena persoalan dan problematika masyarakat

semakin kompleks dan masyarakat semakin kritis dalam merespons segala sesuatu.7

Maka tantangan tersebut diantisipasi dengan penyelenggaraan dakwah yang profesional berbasis ilmu manajemen. Amat sulit berkembang eksistensinya jika suatu lembaga dakwah atau kegiatan dakwah pada era saat ini tidak mendasarkan kerjanya pada proses-proses manajerial.

C. Manajemen Masjid

Salah satu kegiatan yang mencerminkan manajemen dakwah adalah manajemen pengelolaan masjid. Manajemen masjid merupakan bagian dari manajemen pada umumnya. Secara prinsip tidak terlepas dari ilmu manajemen pada umumnya, hanya pada aspek sasarannya yang lebih khusus, yakni urusan masjid.

6 M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, 36. 7 Ibid., 2.


(38)

29

Arti manajemen yang mendasar adalah menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai suatu sasaran yang telah ditentukan. Bila menganalogikan dengan bussiness management artinya “pemimpin mengarahkan perusahaan untuk

mendapatkan keuntungan”. Maka dalam konteks lembaga seperti masjid, menjadi

pengurus masjid mengarahkan kegiatan masjid untuk mendapatkan manfaat.8

Seperti halnya manajemen lain, manajemen masjid dalam melakukan aktivitasnya, juga mengikuti proses manajemen dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Sebagai basis dari proses itu harus tersedia atau adanya orang-orang sebagai pelaksana, dana untuk memperlancar proses manajemen, bahan-bahan atau material yang diperlukan dalam program itu, mesin untuk membantu jalannya program dan pemasaran, atau sosialisasi program untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. Manajemen masjid yang dilaksanakan dengan baik, akan berdampak pada pelaksanaan ibadah ritual, ibadah sosial, pendidikan di masjid, pengajian, keuangan dan

kegiatan-kegiatan pokok dapat berjalan dengan baik.9

Cara pengelolaan masjid yang sangat rapi, diurus oleh tangan-tangan terampil, dengan manajemen yang baik. Di Amerika Serikat, di beberapa Negara Bagian seperti di Massachussets, Washington, New York, dan lain-lain, juga telah mengurus masjid dengan baik, bahkan dapat mengembangkan bisnis untuk

membiayai kehidupan pengurus Masjid dan biaya operasional masjid.10

8 Ahmad Sutarmadi, Manajemen Masjid Kontemporer, (Jakarta : Media Bangsa, 2012), 12. 9 Ibid., 17-19.


(39)

30

Dengan demikian, masjid pada dasarnya merupakan suatu organisasi atau layaknya perusahaan, yang mana perusahaan mengelola dan menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai keuntungan yang telah ditentukan. Dalam konteks masjid, sumber daya dikelola sedemikian rupa secara efektif untuk bisa membawa kemaslahatan bagi umat. Sehinga, apapun bentuk organisasi tersebut, mutlak harus melakukan pengelolaan sumber dayanya demi tujuan yang telah ditetapkan. Tak terkecuali lembaga milik umat seperti masjid. Dalam penulisan ini, masjid merupakan salah satu lembaga dakwah yang harus dikelola sedemikian rupa sumber dayanya agar mampu menyelenggarakan kegiatan yang bermanfaat bagi umat. Masjid juga merupakan subyek yang diteliti penulis kaitannya dengan kegiatan manajerial di dalamnya.

D. Perencanaan

Jika manajemen dimaknai sebagai rangkaian proses kerja organisasi, salah satu bagian krusial dalam manajemen adalah perencanaan. Manullang merangkum beberapa pengertian para ahli mengenai perencanaan. Newman mengatakan, “Planning is deciding in advance what IS to be done”. Jadi, perencanaan adalah penentuan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan. Sedangkan Louis A. Allen

merumuskan, “Planning is the determination of a course of action to achieve a desired

result atau dengan kata lain perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Mendekati rumusan tersebut, Charles


(40)

31

in order to carry out a project”. Menurutnya setiap rencana terdapat dua elemen,

yaitu tujuan dan alat untuk mencapai tujuan tersebut.11

Koontz dan O'Donnel berkata, “Planning is the funelion of a manager which

involves the selection from among alternatives of objectives, policies, proceduret and programs". Atau perencanaan adalah fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan pemilihan dari berbagai alternatif dari tujuan, kebijaksanaan, prosedur, dan program. Dengan objektif dimaksudkan terhadap apa perusahaan yang diorganisasi ditujukan. Kebijaksanaan merupakan pernyataan (keterangan) umum yang membimbing atau menyalurkan pikiran dalam pengambilan keputusan terhadap bawahan dari berbagai bagian dalam perusahaan. Dengan prosedur sebagaimana yang dimaksudkan adalah rangkaian tindakan, bimbingan yang diterapkan pada

kegiatan-kegiatan yang akan datang. Sedangkan program adalah perpaduan dari

kebijaksanaan dan prosedur, biasanya dilengkapi dengan modal yang dimaksudkan

untuk mengerjakan serangkaian tindakan.12

Manullang juga menjelaskan bahwa perencanaan harus memuat hal-hal

sebagai berikut :13

1. Penjelasan dari perincian kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan dan faktor-faktor

produksi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegialan tersebut.

2. Penjelasan atas nilai penting dan tujuan dari kegiatan itu.

3. Penjelasan tentang lokasi fisik setiap kegiatan yang harus dikerjakan untuk

memastikan ketersediaan segala fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan.

11 M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, 39. 12 Ibid., 40.


(41)

32

4. Penjelasan mengenai waktu dimulainya pekerjaan dan diselesaikan. Harus

ditetapkan pula standar waktu untuk mengerjakan, baik bagian-bagian pekerjaan maupun untuk seluruh pekerjaan.

5. Penjelasan tentang para petugas yang akan mengerjakan pekerjaan tersebut, baik

mengenai kuantitas maupun mengenai kualitas, yaitu kualifikasi-kualifikasi pegawai, seperti keahlian, pengalaman, dan sebagainya.

6. Penjelasan tentang teknik pengerjaannya.

Joel G. Seigel dan Jae K. Shimmendefinisikan perencanaan adalah pemilihan

tujuan jangka pendek dan jangka panjang serta merencanakan taktik dan strategi

untuk mencapai tujuan tersebut. Adapun menurut George R Terry, “Planning is the

selecting and relating of facts and the making and using of assumptions regarding the future in the visualization and formulations of proposed activation believed necessary to achieve desired result”.14

Dalam suatu organisasi perencanaan memiliki posisi penting dari langkah-langkah berikutnya. Kematangan dan kesalahan dalam perencanaan mampu

memberi pengaruhpositif dan negatif pada masa yang akan datang, sehingga suatu

perencanaan yang dibuat adalah selalu memikirkan dampak jangka panjang yang

mungkin akan dialami.15

Penjeasan lain mengenai perencanaan, perencanaan adalah proses penetapan sasaran dan memilih cara untuk mencapai sasaran tadi. Tanpa perencanaan manajer tidak dapat mengetahui bagaimana mengorganisir faktor-faktor produksi seperti

14 Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi, 19 15 Ibid.


(42)

33

(man, money, material, machine, and method) secara efektif. Manajer juga kemungkinan tidak mempunyai ide yang jelas mengenai apa yang perlu mereka, organisasikan, memimpin, dan kendalikan. Tanpa perencanaan, manajer dan bawahannya hanya mempunyai peluang kecil untuk mencapai sasaran atau

mengetahui apakah mereka sudah menyimpang keluar dari jalur sebenarnya.16

Perencanaan mengandung unsur-unsur sebagai berikut : 17

1. Tujuan perusahaan

Tujuan setiap rencana harus jelas. Tujuan dapat bersifat materiil, dapat pula bersifat moral. Bersifat materiil misalnya mencari keuntungan sebesar-besarnya. Sedangkan bersifat moral, misalnya perusahaan bertujuan mensukseskan program pemerintah di bidang sandang pangan atau bertujuan memberi kesempatan kerja kepada anggota masyarakat yang menganggur, dan sebagainya.

2. Politik

Merupakan salah satu unsur yang ada dalam suatu rencana. Politik merupakan peraturan atau pedoman yang digariskan bagi tindakan organisasi, untuk mencapai tujuan dengan hasil yang baik.

3. Prosedur

Suatu rencana harus juga memuat prosedur, yakni urutan pelaksanaan yang harus dituruti oleh seseorang dalam melakukan sesuatu tindakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

16 Henki I. Issakh dan Zahrida Wiryawan, Pengantar Manajemen Edisi 2 (Jakarta: In Media,

2014), 144.


(43)

34

4. Anggaran

Merupakan ikhtisar dan hasil-hasil yang diharapkan untuk dicapai,dan pengeluaran yang diperlukan untuk mencapai hasil tersebut, yang dinyatakan dalam angka. Ada bermacam-macam anggaran, tetapi yang penting adalah anggaran produksi.

5. Program

Program adalah campuran dari politik, dan anggaran yang dimaksudkan untuk menetapkan suatu rangkaian tindakan untuk waktu yang akan.

Proses Perencanaan : 18

1. Menetapkan tugas dan tujuan

Merupakan pijakan awal dalam membuat perencanaan. Karena setiap pasti memiliki tujuan. Sedangkan tujuan itu sendiri memiliki langka-langkah atau tugas untuk dkerjakan untuk mencapainya.

2. Mengobservasi dan menganalisis

Mencapai atau mengobservasi faktor yang mempermudah untuk mencapai tujuan. Bila faktor-faktor itu sudah terkumpul, dianalisis, untuk dapat menetapkan, mana yang masih efektif digunakan pada masa yang akan datang.

3. Mengadakan kemungkinan-kemungkinan

Tersedianya bahan bahan yang diperoleh pada langkah terdahulu,

memberikan perencana dapat membuat beberapa kemungkinan


(44)

35

untuk mencapai tujuan perusahaan. Biasanya terdapat beberapa kemungkinan untuk mendapat suatu tujuan. Kemungkinan-kemungkinan tersebut dapat diurutkan atas dasar misalnya atas dasar lamanya diselesaikan, besarnya biaya yang diperlukan.

4. Membuat sintesis

Terdapat beberapa kemungkinan untuk mencapai suatu tujuan yang memaksa pembuat rencana harus memilih berbagai alternatif. Pemilihan salah satu kemungkinan sering kali tidak tepat sebab masing-masing kemungkinan selalu mengandung unsur yang baik selain

di samping ada sela-sela negatifnya. Oleh karenanya, pada fase ini

pembuat rencana harus mmadukan atau membuat berbagai

kemungkinan itu. Sisi negatif dari masing-masing kemungkinan

dibuang, dan unsur-unsur yang positif diambil sehingga diperoleh

sintesis dari beberapa kemungkinan itu.

5. Membuat rencana

Langkah terakhir adalah membuat keputusan rencana yang diambil setelah membuang berbagai alternatif lainnya.

Salah satu proses atau kegiatan di dalam manajemen dan berkaitan dengan perencanaan adalah merencanakan strategi atau perencanaan strategi. Perencanaan strategi adalah proses sistemik yang disepakati organisasi dan membangun


(45)

36

keterlibatan diantara stakeholder utama tentang prioritas yang hakiki bagi misinya

dan tanggap (responsif) terhadap lingkungan operasi.19

Tipe-tipe strategi menurut Koteen :20

1) Strategi organisasi

Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan inisiatif-inisiatif stratejik baru. Pembatasan-pembatasan yang diperlukan, yaitu apa yang dilakukan dan untuk apa.

2) Strategi program

Strategi ini lebih memberi perhatian pada implikasi-implikasi stratejik dari suatu program tertentu. Apa kira-kira dampaknya apabila suatu program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi.

3) Strategi pendukung sumber daya

Strategi sumber daya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi, dan sebagainya.

4) Strategi kelembagaan

Fokus dari strategi ini adalah mengembangkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif stratejik.

19 Michael Allison dan Jade Kaye, Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Nirlaba, terj. Yayasan

Pustaka Obor Indonesia (Jakarta : Yayasan Pustaka Obor, 2013), 9.

20 J.Salusu, Pengambilan Keputusan Stratejik Untuk Organisasi Publik dan Oragnisasi Non Profit,


(46)

37

Dalam penelitian ini, fokus pembahasannya pada perencanaan strategi program. Hal ini disebabkan karena perencanaan strategi yang dikaji di sini spesifik

pada public relations atau hubungan masyarakat, yang mana public relations

merupakan salah satu fungsi di dalam organisasi. Sehingga, hasil dari perencanaan

strategi public relations merupakan beberapa wujud program organisasi yang fokus

pada aspek hubungan masyarakatnya saja. Untuk selanjutnya, penulis menggunakan istilah perencanaan program.

E. Public relations

Public relations merupakan seni dan gabungan dari disiplin ilmu manajemen,

komunikasi, psikologi, sosial dan marketing, untuk membentuk agar perusahaan

atau lembaga, gagasan atau ide yang ditawarkan, nama dan produknya menjadi

disukai dan dapat dipercaya oleh publiknya.21

Frank Jefkins menyatakan pengertian public relations, yaitu “Sesuatu yang

merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai

tujuan yang spesifik berlandaskan dengan saling pengertian.” Public relations pada

intinya senantiasa berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan, dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan muncul suatu

dampak yakni perubahan yang positif.22

21 Rosady Ruslan, Kampanye Public relations (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), 40. 22 Frank Jefkins, Public relations (Jakarta :Erlangga, 2004), 246.


(47)

38

Secara umum, Public relations atau seringkali disebut hubungan masyarakat

dalam Bahasa Indonesia (humas) pada dasarnya adalah suatu seni untuk menciptakan saling pengertian antara kedua belah pihak yang lebih baik sehingga memperbesar kepercayaan terhadap sesuatu organisasi, perusahaan atau seseorang

dan kegiatan timbal balik antara lembaga dan publiknya.23

Public relations merupakan fungsi manajemen yang bertujuan untuk

membangun image positifdan membina hubungan harmonis antara organisasi dan

publik. Dengan membina nama baik organisasi, mendidik klien dan menciptakan

citra positif, akan berdampak pada keputusan pembelian. Dalam dunia marketing,

citra organisasi dan produk yang baik, merupakan kunci pertama memenangkan

konsumen. Untuk mencapai tujuan tersebut, public relations merancang berbagai

program untuk menyampaikan kebijakan manajemen kepada publik dan penyampai opini publik ke manajemen dalam rangka mempromosikan atau melindungi citra

organisasi atau produknya.24

Public relations merupakan salah satu sarana promosi massa, melalui pembangunan hubungan baik dengan berbagai masyarakat perusahaan dengan memperoleh publisitas yang diinginkan, membangun citra perusahaan yang baik,

dan menangani atau menghadapi rumor, cerita, dan kejadian tak menyenangkan25.

Menurut Kotler dan Adrearsen, hubungan masyarakat adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik yang penting, mengidentifikasi

23 Erman Anom, “Public relations Dalam Kegiatan Marketing”

http://www.esaunggul.ac.id/article/public-relations-dalam-kegiatan-marketing/

24 Philip Kotler dan Gary Amstrong, Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi-12 Jilid-2, (Jakarta:

Erlangga, 2006), 276.


(48)

39

kebijakan dan prosedur individual ataupun organisasi dan kepentingan publik, dan melakukan tindakan yang terprogram untuk mendapatkan pemahaman dan

penerimaan publik.26

Cutlip, Center, dan Broom menghimpun beberapa pengertian lain mengenai

public relations. Public relations adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasi kebijakan prosedur individual dan organisasi yang punya kepentingan publik, serta merencanakan dan melaksanakan program aksi

dalam rangka mendapatkan pemahaman dan penerimaan publik. Public relations

juga bisa diartikan fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang

mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut.27

Ringkasnya menurut Cutlip, Center, dan Broom, Public relations yang efektif

memberi kontribusi kepada upaya marketing dengan cara menjaga lingkungan

politik dan sosial agar tetap ramah kepada perusahaan/organisasi. Misalnya, rumah sakit yang mempertahankan hubungan baik dengan relawan, perawat, dokter, karyawan lokal, pemerintah daerah, dan kelompok masyarakat kemungkinan besar akan mendapatkan kesuksesan dalam menarik pasien, dokter, dan sebagainya.

Demikian pula, marketing yang sukses dan konsumen yang puas akan membantu

menjaga hubungan baik dengan publik lain, seperti karyawan, investor, agen

pembuat peraturan pemerintah, dan tokoh masyarakat.28

26 Philip Kotler dan Alan Adrearsen, Strategi Pemasaran Untuk Organisasi Nirlaba, 718. 27 Scott M. Cutlip, Allen H. Center, Glen M. Broom, Effective Public relations Edisi Kesembilan,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group), 5.


(49)

40

Sedangkan dalam perspektif Islam, Public relation merupakan falsafah sosial

yang harus diikuti oleh setiap individu dan berbagai status sosial yang tergabung dalam sebuah masyarakat. Hubungan publik dalam Islam mengandung kaidah perilaku yang mewajibkan setiap individu untuk melakukan interaksi sosial dengan baik, dibangun dengan nilai-nilai kejujuran dan keikhlasan ketika bermuamalah dengan orang lain. Dengan harapan, akan menciptakan rasa saling percaya, terdapat kesepahaman, dan kerja sama di antara mereka. Secara prinsip ini tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang dibawa Islam dan telah diterapkan oleh Rasul dan para sahabat yakni, nilai atau akhlak mulia interaksi sosial yang baik dan

kejujuran.29

Dari berbagai pendapat tersebut, bisa disimpulkan mengenai public relations

adalah salah satu bagian di dalam organisasi yang bertugas membangun hubungan baik antara organisasi dengan publik, agar publik percaya dan bersedia mendukung, membantu, atau toleransi terhadap eksistensi dan kegiatan organisasi. Kepercayaan publik terhadap organisasi distimulus dengan citra positif lembaga di mata publik.

Maka tugas dari bagian public relations adalah membuat kegiatan atau program

yang bisa membuat citra organisasi menjadi positif di mata publik atau mempertahankan citra positif jika sudah terbentuk. Program yang menghasilkan citra positif hanya bisa dibuat jika organisasi memiliki pengetahuan tentang aspirasi

dan masukan dari publik. Ini juga menjadi tanggung jawab dari departemen public

relations untuk menggali informasi dan mengevaluasi respon atau pandangan

29 Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah : Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer,


(50)

41

publik terhadap organisasi. Informasi ini disampaikan kepada organisasi untuk membuat kebijakan yang memunculkan citra positif di benak publik.

Salah satu sebab yang membuat peran public relations di Indonesia menonjol

adalah masa krisis. Baik itu krisis konteks mikro pada tiap perusahaan maupun

krisis ekonomi. Public relations berkembang tidak lagi sebatas pada pengertian

media relations. Kemampuan public relations mengelola citra perusahaan dengan

memanfaatkan orang ketiga (yang diistilahkan third party endorser) berkembang

pesat. Tidak hanya berkutat pada media, public relations juga mulai

mengembangkan pola persebaran isu langsung menuju audiensi target.30

Seiring dengan “klusterisasi” (clustering) audiensi target ke dalam pola

perilaku komunitas, public relations pun mengembangkan strategi komunikasi

komunitas, di mana media komunikasinya adalah orang-orang yang kompeten dalam komunitas itu sendiri. Perubahan pola baca media massa, di mana media

cetak semakin ditinggalkan pembaca, menuntut public relations untuk menciptakan

strategi-strategi baru yang mampu langsung ke audiensi target. Public relations pun

memiliki alat komunikasi baru : Anatomy of Buzz, peta pergerakan isu atau bahan

perbincangan dari sebuah kelompok ke kelompok lain, maupun pergerakan isu di

kelompok itu sendiri.31

Fungsi public relations sejalan dengan spirit Islam sebagai agama rahmatan lil

‘alamin, yakni agama yang dapat menciptakan sebuah kehidupan yang damai

30 Silih Agung Wasesa dan Jim Macnamara, Strategi Public Relations, (Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama, 2010), 1-2.


(51)

42

sejahtera dan harmonis. Islam senantiasa berupaya menjalin hubungan harmonis

dengan semua makhluk dan Sang Pencipta. Karenaitu banyak ayat-ayat Al-Qur'an

yang mengisyaratkan kepada hambanya untuk senantiasa menggerakkan aktivitas

dakwah dengan cara yang baik.32

Sebagaimana tertulis di dalam QS. An-Nahl ayat 125, “Serulah (manusia)

kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.33

Fungsi public relations ketika menjalankan kegiatan operasionalnya :34

1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.

2. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik internal dan

publik eksternal.

3. Menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan informasi dari

organisasi kepada publiknya dan menyalurkan opini publik kepada organisasi.

4. Melayani publik dan menasehati pimpinan organisasi demi kepentingan

umum.

32 M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, 91. 33 Al-Quran, 16: 25


(52)

43

5. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publiknya, untuk

mencegah terjadinya rintangan psikologis, baik yang ditimbulkan dari pihak

organisasimaupun dari pihak publiknya.

Sedangkan dalam dunia pemasaran, public relations mengembangkan banyak

kisah yang menarik yang bercerita sekitar produk, mengambil berbagai hal positif mengenai produk atau organisasi, terkadang dramatisasi, juga dapat ditunjang dengan banyak ide yang orisinil untuk mengembangkan acara-acara yang berbeda.

Bagi kebanyakan perusahaan public relations pemasaran ini benar-benar efektif,

dari dalam beberapa kasus biayanya lebih efisien dibandingkan iklan namun demikian seluruh konsep, strategi serta tekniknya di rencanakan bersama dengan

bagian pemasaran. Konsep, strategi serta teknik digunakan bauran 6 P (price,

product, place, promotions, public relations, power).35

Secara teoritis, organisasi seharusnya memiliki departemen hubungan masyarakat yang memantau sikap masyarakat-masyarakat organisasi tersebut dan membagikan informasi dan komunikasi untuk membangun kehendak yang baik. Departemen humas menghabiskan waktu untuk memberi saran kepada manajemen puncak untuk menggunakan program-program yang positif dan untuk menghilangkan praktik-praktik yang meragukan sehingga pemberitaan negatif itu tidak muncul sejak awal. Departemen humas tersebut melaksanakan kelima fungsi

berikut :36

1. Hubungan Pers

35 Erman Anom, http://www.esaunggul.ac.id/article/public-relations-dalam-kegiatan-marketing/ 36 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran Edisi-12 Jilid-2, 278.


(53)

44

Menyajikan berita dan informasi tentang organisasi tersebut dari sudut yang paling positif.

2. Pemberitaan produk

Mensponsori upaya untuk memberitakan produk-produk tertentu.

3. Komunikasi Korporat

Meningkatkan pemahaman tentang organisasi tersebut melalui komunikasi internal dan eksternal.

4. Lobi

Berhadapan dengan lembaga pembuat undang-undang dan pejabat pemerintah guna mendukung atau menggagalkan peraturan dan perundang-undangan.

5. Pemberian Saran

Memberikan nasihat kepada manajemen mengenai masalah-masalah publik dan posisi dan citra perusahaan pada media massa, baik yang menyenangkan dan maupun yang negatif.

Peran Public relations pada intinya adalah sebagai berikut :37

1. Sebagai komunikator atau penghubung antara organisasi atau lembaga yang

diawali dengan publiknya.

2. Membina relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang positif dan

saling menguntungkan dengan pihak publiknya.

37 Wahidin Saputra dan Ruli Nasrullah, Public relations 2.0 ; Teori dan Praktik Public relations di


(54)

45

3. Peranan back up management, yakni sebagai pendukung dalam fungsi

manajemen organisasi atau perusahaan.

4. Membentuk corporate image, artinya peranan public relations berupaya

menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya.

Kesimpulan fungsi public relations sebagai penasehat manajemen agar

membuat kebijakan dan program yang berorientasi menimbulkan citra positif organisasi dan membina hubungan baik dengan publik. Bagi sudut pandang publik,

kehadiran public relations merupakan sarana untuk menyalurkan aspirasinya dan

menghubungkan mereka dengan organisasi.

Salah satu jenis lapangan Publik Relations di dunia Sosial :38

1. Public relations penegak hukum

Penegak hukum perlu mendengarkan dan tanggap terhadap kepentingan umum supaya mereka dapat membantu masyarakat dengan baik. Termasuk

dalam hal ini public relations dalam kepolisian.

2. Public relations organisasi keagamaan

Organisasi-organisasi keagamaan sekarang banyak memiliki staf yang mengurusi publikasi, publisitas, penerangan, pengumpulan dana dan

penyelenggaraan special event.

3. Public relations profesi

38 Frida Kusumastuti, Dasar-Dasar Humas,Cet.Ke -2 (Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia, 2004),


(55)

46

Tujuan utama dari penerapan profesi adalah untuk mendapat pengakuan akan keprofesionalan dan publikasi tentang apa yang dilakukan bagi kepentingan masyarakat banyak.

4. Publik relations organisasi sukarela

Organisasi suka rela memerlukan nasihat ahli public relations dan

menggunakan pendekatan kehumasan.

Sebagai salah satu elemen yang cukup penting dalam pemasaran, perusahaan atau organisasi tidak hanya berinteraksi dengan pelanggan, penyalur, pemasok, tetapi juga mensyaratkan hubungan dengan kepentingan publik yang lebih besar.

Untuk itu, maka program public relations, antara lain :39

1. Publikasi.

2. Acara-acara penting.

3. Hubungan dengan investor.

4. Pameran.

Praktek public relations yang sering dijumpai pada erakontemporer mencakup

aktivitas-aktivitas berikut ini :40

1) Hubungan Internal

Bagian khusus dari Public relations yang membangun dan

mempertahankan hubungan yang baik dan saling bermanfaat antara manajer dan karyawan tempat organisasi menggantungkan kesuksesannya.

39 Rambat Lupiyoadi, Manajemen pemasaran Jasa Edisi-2 (Jakarta : Salemba Empat, 2006), 110. 40 Scott M. Cutlip, Allen H. Center, Glen M. Broom, Effective Public relations Edisi Kesembilan,


(56)

47

Mereka merancang dan mengimplementasikan program komunikasi internal dengan tujuan agar karyawan tetap mendapat informasi baru dan tetap termotivasi, serta menciptakan kultur organisasi.

2) Publisitas

Informasi yang disediakan oleh sumber luar yang digunakan oleh media karena informasi itu memiliki nilai berita. Metode penempatan pesan di media ini adalah metode yang tak bisa dikontrol.

3) Advertising

Informasi yang ditempatkan di media oleh sponsor tertentu yang jelas identitasnya yang membayar untuk ruang dan waktu penempatan informasi tersebut. Ini adalah metode terkontrol dalam menempatkan pesan di media. 4) Press Agentry

Penciptaan berita dan peristiwa yang bernilai berita untuk menarik perhatian media massa dan mendapatkan perhatian publik. Agen pers berusaha menarik perhatian publik lebih dari sekedar membangun publik. 5) Public Affairs

Merupakan bagian khusus dari Public relations yang membangun dan

mempertahankan dan komunitas lokal dalam rangka mempengaruhi kebijakan publik.

6) Lobbying

Bagian khusus dari Public relations yang berfungsi untuk menjalin dan

memelihara hubungan dengan tujuan mempengaruhi penyusunan undang-undang dan regulasi.


(1)

110

2. Tahapan perencanaan program Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya

dalam membangun public relations ke berbagai elemen masyarakat

a. Menetapkan semua kalangan masyarakat sebagai publik organisasi

b. Berangkat dari kondisi masjid yang sepi pada awal berdiri

c. Menggali informasi seputar kebutuhan dan keinginan masyarakat

(publik organisasi) terhadap Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya

secara kualitatif. Seperti donatur, masyarakat sekitar Tionghoa non

muslim, komunitas di pondok pesantren, pengguna fasilitas dan jasa

pendidikan di Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya, masyarakat

lintas agama, dan sebagainya.

d. Menetapkan tujuan citra yang berdasarkan atas pemahaman ajaran

Islam para pengurus Masjid Cheng Hoo, yakni konsep Islam rahmatan

lil ‘alamin, harus bermanfaat bagi umat, semangat syi’ar yang damai, dan menjalin silaturahmi kepada siapapun, serta mengakomodasi

kepentingan publik umum yang ditarget oleh Masjid Cheng Hoo.

1) Membuat program public relations yang didasarkan pada kefektifan

biaya, nilai-nilai Islam yang dianut para pengurus, kondisi capaian

organisasi, kondisi pengurus, dan kebutuhan masyarakat.

e. Menggunakan beberapa sarana untuk menerapkan program

1) Media identitas organisasi

Masjid Cheng Hoo mencetak Buku Sekilas Tentang Masjid

Muhammad Cheng Hoo Surabaya


(2)

111

Masjid Cheng Hoo menerbitkan majalah dwi bulanan untuk

kalangan terbatas, tidak dijual bebas, dan mendistribusikannya ke

pihak-pihak tertentu.

3) Berita

Mengundang media massa baik TV maupun media sosial untuk

mempublikasikan kegiatan-kegiatan di Masjid Cheng Hoo.

4) Acara-acara

Misalnya bakti sosial, periksa kesehatan gratis, milad, dll.

f. Menetapkan tindakan dengan melakukan seleksi pengurus

g. Memantau pelaksanaan program serta melakukan rapat evaluasi

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian perencanaan program Masjid Muhammad

Cheng Hoo Surabaya dalam membangun public Relations ke berbagai elemen

masyarakat, penulis memiliki saran sebagai berikut :

1. Masjid Cheng Hoo perlu mengukur citra dan sikap publik terhadap Masjid

Cheng Hoo selain dengan pendekatan kualitatif juga perlu dilakukan

dengan pendekatan kuantitatif atau survey dengan menggunakan angket.

Sasarannya bisa ke publik jamaah pengajian, donatur, pengunjung, dan

warga sekitar. Pengukuran kuantitatif bisa membantu akurasi citra dan

sikap publik terhadap Masjid Cheng Hoo. Dengan mengetahui citra dan

sikap publik terhadap Masjid Cheng Hoo secara akurat, maka hal ini bisa


(3)

112

dicapai. Pengukuran citra dan sikap publik terhadap Masjid Cheng Hoo

secara kuantitatif juga bisa berfungsi sebagai evaluasi dari program yang

telah diterapkan. Sehingga bisa menjadi masukan pada proses perencanaan

berikutnya. Hal ini bisa menjadi rekomendasi penelitian selanjutnya untuk

mengukur citra dan sikap publik terhadap Masjid Cheng Hoo secara

kuantitatif.

2. Masjid Cheng Hoo juga perlu memiliki saluran yang khusus dalam

menjaring aspirasi publik atau mendapat masukan mengenai kebutuhan

publik terhadap Masjid Cheng Hoo. Agar aspirasi publik bisa terserap

secara menyeluruh oleh pengurus terhadap Masjid Cheng Hoo. Tidak satu

persatu orang yang menyampaikan ke pengurus atau harus selalu ditemui

langsung oleh pengurus, misalnya seperti silaturahmi yang dilakukan oleh

pengurus ke para donatur. Selain memakan waktu yang lama, masih ada

kemungkinan aspirasi publik belum terserap semuanya oleh pengurus


(4)

113

DAFTAR PUSTAKA

2015. http://masjidCheng Hooo.org/index.php/tentang-masjid-cheng-hoo/sejarah/ (diakses November 15, 2016).

Adrearsen, Philip Kotlers dan Alan. Strategi Pemasaran Untuk Organisasi

Nirlaba. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995.

Allison, Michael dan Jade Kaye. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Nirlaba,

terj. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor, 2013.

Basri, Hasan, wawancara oleh Yuntarti Istiqomalia. (2 Desember 2016). Basri, Hasan, wawancara oleh Yuntarti Istiqomalia. (4 April 2017).

Buku Sekilas Tentang Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya-Cetakan Ke 8. Surabaya: Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia, t.thn.

Creswell, John W. Penelitian Kualitatif & Desain Riset, terj Ahmad Lintang

Lazuardi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Dalmeri. “Revitalisasi Fungsi Masjid sebagai Pusat Ekonomi dan Dakwah

Multikultural .” Jurnal Walisongo, Volume 22, Nomor 2, November 2014.

Daymon, Christine dan Immy Holloway. Metode-Metode Riset Kualitatif Dalam

Public Relations dan Marketing Communications, terj Cahya Wiratama. Yogyakarta: Bentang, 2008.

Fahmi, Irham. Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung: Alfabeta, 2012.

Issakh, Henki I dan Zahrida Wiryawan. Pengantar Manajemen Edisi 2. Jakarta: In

Media, 2014.

J.Salusu. Pengambilan Keputusan Stratejik Untuk Organisasi Publik dan

Organisasi Non Profit. Jakarta: PT Grasindo, , 1996.

Jefkins, Frank. Public relations . Jakarta: Erlangga, 2004.

Jepkins, Frank. Public relations Untuk Bisnis. Jakarta: Pustaka Binaman

Pressindo, 1994.

Khadijah, Siti. Strategi Public Relations Dalam Membangun Citra Perusahaan

(Studi Deskriptif Membangun Hubungan Baik Dengan Media Dalam Upaya Meningkatkan Citra Perusahaan). Bekasi: Universitas Islam “45” , t.thn.

Kholisoh, Nur dan Yenita. “Strategi Komunikasi Public Relations dan Citra Positif Organisasi (Kasus Public Relations Rumah Sakit “X” di Jakarta).”


(5)

114

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 13, Nomor 3, September - Desember 2015: 195-209.

Khotimah, Nurul. Komodifikasi Masjid : Upaya Membangun Brand Equity (Studi

Kasus Pada Masjid Cheng Hoo Surabaya. Tesis, Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2016.

Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia,

1981.

Kotler, Philip dan Gary Amstrong. Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi-12 Jilid-2.

Jakarta: Erlangga, 2006.

Kusumastuti, Frida. Dasar-Dasar Humas,Cet.Ke -2. Bogor : Penerbit Ghalia

Indonesia, 2004.

Lupiyoadi, Rambat. Manajemen pemasaran Jasa Edisi-2 . Jakarta : Salemba

Empat, 2006.

Manullang, M. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 2012.

Margono, S. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2005.

Munir, M. dan Wahyu Ilaihi. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada

Media Grup, 2006.

Nawawi, Deddy Mulyana dalam. “Dakwah Dalam Masyarakat Multikultural.” Jurnal Komunika Vol.6, No.1, Januari-Juni 2012.

Nurawi, Abdul, wawancara oleh Yuntarti Istiqomalia. (10 Mei 2017).

Ong, Ahmad Hariyono, wawancara oleh Yuntarti Istiqomalia. (15 Mei 2017).

Prasetya, Bagus Wira. Komunikasi Multikultural Pada Pengajian M7 Masjid

Cheng Hoo Surabaya. Tesis, Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2016.

Putra, Erfandi. “Masjid Cheng Hoo Motor Penggerak Pembauran.” Majalah Dwi

Bulanan Komunitas Muslim Tionghoa Cheng Hoo, 15 Oktober-Desember 2016: 8-9.

Rachmad, Teguh Hidayatul. “Strategi Public Relations Dalam Meningkatkan Citra Perguruan Tinggi Swasta Di Jawa Timur (Studi Kasus Perguruan Tinggi Swasta di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur).” Komunikasi, Vol. IX No. 01, Maret 2015: 21-40.

Rahmadi. Public relations dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Gramedia Pustaka


(6)

115

Ruslan, Rosady. Kampanye Public relations . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2002.

—. Manajemen Public relations & Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi . Jakarta : Rajawali Pers, 2008.

Saputra, Wahidin dan Ruli Nasrullah. Public relations 2.0 ; Teori dan Praktik

Public relations di Era Cyber. Jakarta: Gramata Publishing, 2011.

Scott M. Cutlip, Allen H. Center, Glen M. Broom. Effective Public relations Edisi

Kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, t.thn.

Sinn, Ahmad Ibrahim Abu. Manajemen Syariah : Sebuah Kajian Historis dan

Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Smith, Ronald D. Strategic Planning for Public Relations. New Jersey: Lawrence

Erlbaum Associates, Inc, 2004.

Soebiantoro, wawancara oleh Yuntarti Istiqomalia. (7 April 2017).

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta, 2008.

Sutarmadi, Ahmad. Manajemen Masjid Kontemporer,. Jakarta: Media Bangsa,

2012.

Wasesa, Silih Agung dan Jim Macnamara. Strategi Public Relations. Jakarta:


Dokumen yang terkait

PERENCANAAN KAMPANYE PUBLIC RELATIONSUNTUK MEMBANGUN CITRA PERENCANAAN KAMPANYE PUBLIC RELATIONS UNTUK MEMBANGUN CITRA (Studi Kasus pada Kampanye Public Relations Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2009 dan 2010).

0 3 14

(Strategi Public Relations PT. Dirgantara Indonesia Dalam Membangun Identitas Perusahaan ) Public Relations dan Identitas Perusahaan (Strategi Public Relations PT. Dirgantara Indonesia Dalam Membangun Identitas Perusahaan).

0 1 14

KEGIATAN PUBLIC RELATIONS DALAM MEMBANGUN CITRA PERPUSTKAAN.

0 0 1

STRATEGI PUBLIC RELATIONS TV9 DALAM MEMBANGUN CITRA SEBAGAI TELEVISI LOKAL RELIGI DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Public Relations TV9 dalam Membangun Citra Sebagai Televisi Lokal Religi di Surabaya).

11 28 93

Strategi pengembangan Masjid Cheng Hoo berbasis kemandirian.

0 0 195

KOMODIFIKASI MASJID UPAYA MEMBANGUN BRAND EQUITY: STUDI KASUS PADA MASJID CHENG HOO SURABAYA.

1 6 55

Kajian Ikonografi Ornamen pada Interior Masjid Cheng Hoo Surabaya | Tanaja | Intra 5763 11390 1 PB

0 0 8

TAP.COM - STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MEMBANGUN HUBUNGAN DENGAN MEDIA 80 289 1 PB

0 0 11

STRATEGI PUBLIC RELATIONS TV9 DALAM MEMBANGUN CITRA SEBAGAI TELEVISI LOKAL RELIGI DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Public Relations TV9 dalam Membangun Citra Sebagai Televisi Lokal Religi di Surabaya)

0 0 23

STRATEGI PUBLIC RELATIONS PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) SURABAYA DALAM MEMBANGUN BRAND AWARENESS KEPADA MASYARAKAT (Studi Kasus Program Surabaya North Quay) SKRIPSI

1 2 20