TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENERAPAN TAKLIK TALAK DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA (Studi Kasus Di Kota Mataram) - Repository UNRAM

  

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENERAPAN TAKLIK TALAK DALAM

HUKUM POSITIF DI INDONESIA

(Studi Kasus Di Kota Mataram)

  

JURNAL ILMIAH

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

untuk mencapai derajat S-1 pada

Program Studi Ilmu Hukum

  

SULTON SABRUN

D1A013372

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2017

  

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENERAPAN TAKLIK TALAK DALAM

HUKUM POSITIF DI INDONESIA

  (Studi Kasus Di Kota Mataram)

  

Menyetujui

Pembimbing Pertama,

Muhammad Umar, SH,MH.

  

NIP. 19521231 198403 1 104

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENERAPAN TAKLIK TALAK

  

DALAM HUKUM POSIF DI INDONESIA (Studi Kasus Di Kota Mataram)

  SULTON SABRUN D1A013372 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

  

Abstrak

  Banyak kita temukan usia perkawinan pada saat ini tidak berlangsung lama dikarenakan banyak pasangan suami istri yang hanya karena emosi sesaat memutuskan ikatan perkawinan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menekan terjadinya angka perceraiaan yang terjadi dan mengetahui tinjauan yuridis tentang taklik talak serta penerapan taklik talak dalam melaksanakan perkawinan.Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian empiris dengan menggunakan yuridis sosiologis.Data diperoleh melalui data lapangan dan data kepustakaan.Analisa data menggunakan metode kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, tinjauan yuridis tentang taklik talak ini merupakan suatu perjanjian yang sah berdasarkan hukum islam dan kompilasi hukum islam. Sedangkan alasan-alasan masyarakat tidak melakukan taklik talak ini adalah, tidak mengetahui/mengerti, sosial, dan cinta.

  Kata kunci : Penerapan taklik talak

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENERAPAN TAKLIK TALAK

DALAM HUKUM POSIF DI INDONESIA (Studi Kasus Di Kota Mataram)

  SULTON SABRUN D1A013372 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

  

Abstract

  This research related to the status of “Taklik Talak” in marriage, its application in the process of marriage, and the judges consideration in accepting the divorce litigation based on “taklik talak” in Mataram Islamic Court as well as its legal effects. It purposes are to know the legal status of “taklik talak”, its application in marriage process, and the legal consideration of the judges in accepting the divorce litigation based on “taklik talak” in Mataram Islamic Court as well as its legal effects. As an empirical research, this research uses literature and field research. Collected data analyze with qualitative method. Its results the “taklik talak” are authorized based on the Islamic Law and the Islamic Law Compilation. However, the unknown an social factors as well as for love are the causes of society to absent from “taklik talak”.

I. PENDAHULUAN

  Sejak dilahirkan ke dunia manusia sudah mepunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya dalam suatu pergaulan hidup.Di dalam bentuknya yang terkecil, hidup bersama itu dimulai dari sebuah keluarga. Dimana dalam keluarga gejala kehidupan umat manusia akan terbentuk paling tidak oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan. Hidup bersama yang diakui oleh hukum antara seorang laki-laki dan perempuan yang telah memenuhi persyaratan inilah yang disebut dengan perkawinan.Perkawinan pada prinsipnya bertujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal untuk selamanya.Setiap orang yang melakukan perkawinan mendambakan suatu rumah tangga yang kekal, bahagia, dan sejahtera lahir dan batin. Sikap seorang suami dan istri yang saling kasih mengasihi,dan saling mengerti satu dengan lainnya diharapkan dapat menciptakan keluarga yang kekal serta bahagia. Namun, terkadangkenyataan berbicara lain, perkawinan yang diharapkan ternyata kandas di tengah jalan. Kondisi rumah tangga yang mengalami perselisihan, pertengkaran, serta suami-istri tidak dapat lagi didamaikan, maka Islam memberi solusi dengan perceraian.Perceraian merupakan obat terakhir untuk mengakhiri pertentangan dan pergolakan antara suami-istri menjadi jalan keluar yang layak untuk keduanya.

  Pada umumnya pernikahan yang dilaksanakan berdasarkan agama Islam diikuti dengan pengucapan shigat taklik talak.Talak pada dasarnya merupakan putusnya perkawinan dari pihak suami. Dengan adanya taklik talak istri dapat mengajukan permohonan cerai ke pengadilan dengan alasan sang suami melanggar taklik talak, sehingga melalui keputusan pengadilan maka jatuhlah talak suami kepada istri.

  Hal ini dilatar belakangi dengan kenyataan yang terlihat di lapangan bahwa pembacaan shigat taklik talak sesaat setelah ijab kabul adalah sesuatu yang selalu dilaksanakan dalam proses pernikahan. Pada dasarnya, hal tersebut dilakukan apabila kedua mempelai menghendaki dan suami bersedia untuk membacakan.Dalam pernyataan diatas kita dapat simpulkan bahwa taklik talak selalu dibacakan.Namun dalam kenyataannya meskipun taklik talak ini dilakukan banyak sekali masyarakat yang melanggar taklik talak ini. Penyusun tertarik mengangkat kasus ini untuk mengetahui apakah taklik talak itu terlaksana akan putusan pengadilan ataukah dapat terlaksana dengan syariat atau sendirinya. Inilah sebabnya penyusun ingin melakukan penelitian terhadap penerapan taklik talak dalam hukum positif Indonesia.

  Berdasarkan alasan diatas di atas, maka terdapat beberapa permasalahan, yaitu: 1. Bagaimanakah pandangan hukum di Indonesia tentang taklik talak ? 2.

  Bagaimanakah pendapat tokoh agama tentang taklik talak dan penerapannya dalam masyarakat Kota Mataram ? Dalam metode penelitian, penulis menggunakan jenis penelitian empiris, dan menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis.

  Adapun sumber dan jenis bahan hukum dan data, terdiri dari: 1. kepustakaan yakni bahan hukum primer, bahan hukum skunder, dan bahan hukum tersier. 2. Data

  

  Berkaitan dengan teknik pengumpulan bahan hukum dan data, yakni dengan menggunakan studi pustaka dan wawancara, yakni melakukan wawancara dengan informan (penghulu KUA) dan responden (masyarakat).

  Analisis bahan hukum dan data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu data yang disusun dan disajikan berupa rangkaian kalimat- kalimat yang menggambarkan hasil penelitian yang didasarkan pada masalah yang diteliti.

II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pandangan Hukum Di Indonesia Tentang Taklik Talak

  1. Hukum Perceraian Atau Talak Menurut Islam Perceraian atau talak yang dikenal dengan istilah gugat cerai adalah pemutusan hubungan suami dan istri dari hubungan pernikahan yang sah menurut syariat islam dan sah menurut negara. Perceraian adalah hal menyedihkandan memiliki impikasi sosial yang tidak kecil terutama bagi pasangan yang sudah memiliki keturunan, oleh karena itu sebisa mungking kita harus menghindari. Dalam islam hukum perceraian ada 5 yaitu wajib, sunnah, makruh, haram, mubah.

  2. Macam-Macam Taklik Talak Putusnya perkawinan karena perceraian, di Indonesia pada umumnya menggunakan lembaga taklik talak.Tetapi kebanyakan masyarakat yang putus hubungan perkawinannya karena putusan pengadilan, diantaranya adalah gugat cerai dengan alasan pelanggaran taklik talak.Lembaga taklik talak ini sudah ada di Indonesia sejak zaman dahulu.Kenyataan yang ada sampai saat ini menunjukkan bahwa, hampir setiap perkawinan di Indonesia yang dilaksanakan menurut agama Islam selalu diikuti pengucapan sighat taklik talak oleh suami setelah pengucapan ijab qabul.Sekalipun sifatnya suka rela berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak, namun di negara ini, membaca taklik talak seolah-olah menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suami. Adapun yang dapat dijadikan alasan seorang istri dapat mengajukan gugatan perceraian di dalam hukum yang ada di Indonesia adalah : a. Suami telah melanggar taklik talak atau perjanjian lain yang diucapkannya ketika akad nikah.

  b. Khuluk, istri meminta cerai dengan membayar uang iwadl ( talak ini sering disebut talak tebus ).

  c. Fasakh, istri mengajukan permintaan cerai karena alasan suami berpenyakit ( gila, kusta, impoten, dll ), suami miskin atau suami hilang.

  d. Syikak ( pertengkaran ), istri mengajukan perceraian karena antara suami

  

  Seperti yang tercantum dalam point a alasan istri dapat mengajukan gugatan perceraian adalah suami melanggar taklik talak. Adapun macam- macam taklik talak yaitu taklik qasami dan taklik syarthi.

  3. Fungsi Taklik Talak Funsi taklik talak adalah sebagai perjanjian yang menggantungkan kepada syarat untuk melindungi istri dari kemudharatan atas kesewenangan suami. Dengan demikian suami bisa lebih bertanggung jawab atas kelangsungan rumah tangganya dan istri juga akan lebih terlindungi.

  Dapartemen Agama merumuskan bahwa shigat taklik talak yang dibacakan sesaat setelah ijab kabul dilaksanakan adalah untuk melindungi wanita dari kesewenang-wenangan kaum laki-laki (suami) dalam kehidupan berumah tangga.

  Berdasarkan pemaparan di atas, penulis dapat menjabarkan bahwa keberadaan taklik talak sangatlah penting.Eksistensi taklik talak yang sudah ditopang oleh

2 Hilman Hadikusuma. Hukum Perkawinan IndonesiaMenurut :

  kekuatan hukum yang jelas dalam Kompilasi Hukum Islam serta pengaruhnya terhadap keberadaan wanita menambah pentingnya arti taklik talak dalam kehidupan rumah tangga.

  4. Dasar Hukum Taklik Talak Perjanjian perkawinan atau taklik talak dalam Undang- undang No 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) merupakan suatu kesepakatan bersama bagi calon suami dan calon istri yang harus dipenuhi apabila mereka sudah menikah, tetapi jika salah satu dari mereka tidak memenuhi ataupun melanggar isi perjanjian perkawinan tersebut maka salah satunya bisa menuntut atau meminta untuk membatalkan atau membubarkan perkawinan tersebut. Adapun bentuk-bentuk perjanjian dalam hukum positif di Indonesia adalah taklik talak, perjanjian lain yang tidak bertentangan dengan hukum islam dan hukum perjanjian perkawinan

  Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 yang berkaitan dengan persoalan taklik talak ini terdapat dalam pasal 29 Bab V tentang perjanjian perkawinan, yang berbunyi :

  a. Pada waktu sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua belah pihak atas persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan, setelah mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga sepanjang pihak tersangkut.

  b. Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar batas-batas hukum, agama dan kesusilaan.

  c. Perjanjian tersebut berlaku sejak perkawinan dilangsungkan.

  d. Selama perkawinan berlangsung perjanjian tersebut tidak dapat dirubah, kecuali bila kedua belah pihak ada persetujuan untuk merubah dan perubahan tidak merugikan pihak ketiga

  Dalam uraian undang-undang No 1 tahun 1974 tentang perjanjian perkawinan di atas, meskipun tidak ada menjelaskan mengenai taklik talak tetepi maksud dari perjanjian tersebut sama halnya dengan taklik talak karena sama-sama mengandung unsur perjanjian. Selain di dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 yang mengatur tentang taklik talak ini terdapat juga di dalam Peraturan Menteri Agama No. 11 Tahun 1975 menyebutkan bahwa :

  1. Calon suami istri dapat mengadakan suatu perjanjian selama tidak bertentangan dengan hukum islam.

  2. Perjanjian yang berupa taklik talak dianggap sah kalau perjanjian tersebut diucapkan dan ditandatangani suami setelah akad nikah dilangsungkan.

  3. Shigat taklik talak ditentukan oleh Mentri Agama.

  Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa perjanjian perkawianan yang dijelaskan dalam pasal 29 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tersebut telah diubah atau setidaknya diterapkan bahwa taklik talak termasuk salah satu macam perjanjian perkawinan. Lebih lanjut lagi dalam Kompilasi Hukum Islam yang tercantum dalam Bab VII tentang Perjanjian Perkawinan dan Bab XVI tentang Putusnya Perkawinan yang tercantum dalam pasal 45, 46, dan pasal 116.

  e. Akibat Hukum Taklik Talak Akibat hukum dari taklik talak yang di sepakati oleh kedua belah pihak yaitu suami dan istri pada saat akad nikah dilaksanakan adalah apabila si suami malanggar isi taklik tersebut dan sang istri keberatan lalu mengadukan hal tersebut ke pengadilan agama dan istri membayar ‘iwadh serta pengaduannya diterima oleh pengadilan

B. Pendapat Tokoh Agama Tentang Taklik Talak Dan Bagaimanakah Penerapan Taklik Talak Dalam Masyarakat Kota Mataram.

  Dalam proses perkawinan yang terjadi di kota Mataram masalah taklik talak nyaris tidak pernah disuarakan, meskipun di dalam buku nikah taklik talak disebut secara jelas dan tegas, taklik talak hanya akan dilakukan apabila salah satu atau kedua mempelai mempunyai kepentingan dan keinginan untuk menjaga dan mempertahankan ikatan perkawinan yang mereka lakukan. berkaitan dengan masalah yang kami angkat dalam skripsi ini lebih menitik beratkan pada praktik yang terjadi di tengah-tengah sebagian kecil masyarakat kota Mataram dari hasil penelitian yang kami lakukan diperoleh kenyataan bahwa disamping masalah perkawinan diusia dini, kurangnya pengetahuan tentang taklik talak dengan akibat-akibat hukumnya juga masyarakat Kota Mataram menganggap taklik talak sebagai hal yang merepotkan dan atau akan mempersulit keadaan pasangan suami istri yang akan melaksanakan taklik talak tersebut.

  Berkaitan dengan uraian di atas kami akan mengungkapkan dan menyinkap tentang studi kasus penerapan taklik talak dalam masyarakat kota Mataram yang dalam hal ini kami mengambil sempel dari beberapa kecamatan di kota Mataram. Dari hasil wawancara kami dengan M. Tamhid Fauzi salah satu Tokoh Agama yang berada di kecamatan sekarbela menurut beliau :

  Taklik talak yaitu mengantungkan jatuhnya talak bukannya menggantungkan talak. Menggantungkan jatuhnya talak kepada syarat atau sifat, itu salah satunya.Misalnya “kamu pergi kerumah si A” itu yang menjadi talak. Talaknya itu jatuh ketika istri pergi kesana (kerumah suami), ya ini namanya syarat, syaratnya jatuhnya itu pergi kerumah si A atau pergi kerumah kamu (tertuju kepada anda). Menggantungkan dengan syarat ini di sebut dengan taklik bi’syarat, mengantungkan berdasarkan syarat, makaknya dia menunggu, oleh sebab itu taklik ini lebih berat dari pada talak. Kalau talak selesai kalau rujuk ya rujuk (kata narasumber ). Kalau ini dia tetap mengancam mencari penggantungannya yakni ke rumah orang tuanya itu, kalau itu penggantungannya tidak bisa disitip, misalnya proses penggantungannya ini terjadi perceraian dengan sebab lain bukan sebab ini, terjadi perceraian, habis masa iddahnya, perempuan nikah dengan orang lain dan laki ini juga nikah dengan orang lain, kemudian besok nikah lagi dengan istrinya ini, begitu dia nikah,nikahnya sah takliknya ini datang lagi. Itu segi beratnya tidak bisa di hapus, taklik Ini tetap ada selama pernikahannya ini sah. Yang menjadi taklik ini selau ada, selama pernikahan si A dan B lestari atau sah. Begitu si A dan B bercerai taklik ini hilang sementara

  

  Adapun pendapat lain yang kami temukan mengenai taklik talak ini dari salah satu tokoh agama di kecamatan Ampenan yang menuturkan bahwa : “Taklik talak adalah suatu perjanjian yang di gantungkan yang bersifat atau berlaku serta merta, jadi manakala taklik talak (perjanjian) ini dilanggar maka jatuhlah talak. Taklik talak

  

  Penulis dapat menyimpulkan dari perbedaan kedua tokoh agama tersebut bahwa taklik talak adalah suatu perjanjian yang digantungkan kepada kedua belah pihak yang melakuan perkawinan yang dimana perjanjian tersebut berlaku secara mengikat, dan apabila kedua belah pihak tersebut melanggar perjanjian tersebut maka jatuhlah talak. Sehingga taklik talak ini belum ditemukan dasar hukum yang dapat menggugurkan, mengapuskan dan membatalkan isi dari taklik tersebut. Adapun data yang diperoleh penulis mengenai taklik talak ini dapat di lihat dalam table sebagai berikut:

  Dari data yang diperoleh penulis jumlah yang melakukan perjanjian taklik talak sebanyak 0 % dari pada yang tidak melakukan perjanjian taklik talak sebanyak 100 %. Data tersebut diperoleh dari kantor urusan agama (KUA) di masing-masing kecamatan Di Kota Mataram berdasarkan jumlah yang melakukan perkawinan.

  Adapun hal- hal yang menyebabkan perjanjian taklik talak ini tidak dilakukan oleh masyarakat di Kota Mataram dapat kita lihat dalam tabel hasil penelitian sebagai berikut:

  Tabel II, Hal- hal yang menyebabkan masyarakat tidak melakukan perjanjian taklik talak di Kota Mataram : No Kecamatan

  Keterangan Jumlah

  Selaparang Sekarbela Ampenan responden % 806 782 704 2292 A Tidak mengetahui Orang Orang orang orang

  Pertimbangan dari

  28

  7

  20

  55 B kedua belah pihak Orang Orang orang orang Suami merasa tidak

  52

  8

  10

  70 C nyaman Orang Orang orang orang 986 797 734 2517 Jumlah Orang Orang orang orang 100 Sumber data: data primer diolah

  Berdaarkan tabel diatas, maka terlihat jelas bahwa masyarakat yang tidak mengetahui tentang perjanjian taklik talak ini adalah alasan yang terbesar penyebab tidak dilakukannya perjajian taklik talak ini

  Dengan demikian alasan masyarakat yang tidak mengetahui perjanjian taklik talak ini merupakan penyebab tidak dilakukannya perjanjian taklik talak.

  Sebagaimana penuturan dari Than Thawi Jauhari S.HI mengenai perjanjian taklik talak ini selaku penghulu di kecamatan Selaparang alasan masyarakat tidak melakukan perjanjian taklik talak ini disebabkan karena kebanyakan dari masyarakat

  

  tidak mengetahui tentang adanya taklik talak iniSelanjutnya menurut penuturan dari L. Ahmau Sukri S.ag selaku penghulu di kecamatan Ampenan alasan masyarakat tidak melakukan perjanjian taklik talak ini karena masyarakat tidak mengetahui dan

  

  5 Wawancara dengan Than Tawi Jauhari S.HI Penghulu Kecamatan Selaparang, (Tanggal 5 juni 2017)

6 Wawancara dengan L. Ahmau Sukri S.ag Penghulu Kecamatan Ampenan, (Tanggal 7 juni

  Adapun alasan lain yang penulis proleh dari hasil wawancara dengan M. Taisir S.HI selaku penghulu di kecamatan Sekarbela menurut beliau alasan masyarakat tidak melakukan perjanjian taklik talak karena masyarakat tidak mengetahui dan tidak di sosialisasikan oleh kantor urusan agama (KUA) dikarenakan surat yang di edarkan oleh Dapartemen Agama yang tidak mengharuskan masyarakat yang melakukan pekawinan melakukan perjanjian taklik talak karna dianggap suami tidak nyaman di

  

  dalam berumah tanggadapun alasan-alasan lain seseorang tidak melakukan perjanjian taklik talak ini adalah karna latar belakang sosial dan cinta.

III. PENUTUP

  a. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut, penyusun dapat mengambil beberapa kesimpulan antara lain:

  1. Pandangan hukum di Indonesia tantang taklik talak sebagai salah satu bentuk perjanjian perkawinan untuk melindungi tindakan kesewenang-wenangan suami kepada istri dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Taklik talak ini mempunyai dasar hukum di dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, Peraturan Menteri Agama No. 11 Tahun 1975, dan Kompilasi Hukum Islam yang tercantum dalm pasal 29 Undang-undang No.

  1 tahun 1974, dan pasal 45, 46 Kompilasi Hukum Islam.

  2. Pendapat Tokoh Agama Tentang Taklik Talak Dan Penerapannya Dalam Masyarakat Kota Mataram.

  Penyusun dapat menyimpulkan dari kedua tokoh agama tersebut bahwa taklik talak adalah suatu perjanjian yang digantungkan kepada kedua belah pihak yang melakuan perkawinan yang dimana perjanjian tersebut berlaku secara mengikat, dan apabila kedua belah pihak tersebut melanggar perjanjian tersebut maka jatuhlah talak. Alasan- alasan penerapan taklik talak ini jarang di temukan bahkan tidak ada dalam masyarakat dikarenakan beberapa faktor yaitu :

  a. Tidak mengetahui/ tidak mengerti c. cinta

  b. Saran Agar pemerintah lebih memperhatikan masalah taklik talak dan pemerintah lebih mensosialisasikan mengenai taklik talak ini agar masyarakat bisa memanfaatkan fungsi dari taklik talak . Karna di zaman sekarang banyak suami yang bertindak sewenang-wenang terhadap istiri karna tidak adanya perjanjian yang mengikatnya dan penulis menyarankan taklik talak ini sebagai salah satu cara mencegah/menekan terjadinya perceraian yaitu semua pihak tidak terkecuali pemuka agama dan pemuka masyarakat untuk mensosialisasi dan merealisasi terlaksananya taklik talak. Sehingga taklik talak ini bisa terlaksana di dalam masyarakat.

  BUKU Asikin, Zainal dan Amiruddin.Pengantar Dan Metode Penelitian Hukum, PT.

  Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004. HadikusumaHilman. Hukum Perkawinan Indonesia Menurut : Perundangan, Hukuk Adat, Hukum Agama, Mandar Maju, Bandung , 1990.

  Peraturan perundang undangan

  Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) Indonesia, Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI) Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Indonesia, Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan

  Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan