BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN a. Kondisi Eksisting Bandara Ahmad Yani. - ANALISIS PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN APRON BANDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG DENGAN METODE FEDERATION AVIATION ADMINISTRATION (FAA) DAN LOAD CLASSIFICATION NUMBER (LCN) - U

  Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN a. Kondisi Eksisting Bandara Ahmad Yani. Bandara Ahmad Yani ditetapkan untuk melayani rute penerbangan dari luar negeri maupun dalam negeri dengan fasilitas atau prasarana yang ada. Kondisi eksisting prasarana yang secara langsung melayani penerbangan

  tersebut adalah sisi udara pada Bandara Internasional Ahmad Yani yang meliputi, landasan pacu (Runway), Landasan Hubung (Taxiway), dan Apron.

1. Kondisi eksisting sisi udara Ahmad Yani 1. Runway

  Runway yang terdapat pada Bandara Internasional Ahmad Yani

  Semarang memiliki dimensi dengan panjang 2.620 meter dan lebar 45 meter. Dalam proyek pengembangan Bandara Internasional Ahmad Yani, masih menggunakan runway yang lama.

2. Taxiway

  yang terdapat pada Bandara Internasional Ahmad Yani

  Taxiway

  Semarang berjumlah dua, Taxiway A dan Taxiway B dengan dimensi yang berbeda. Taxiway A dengan panjang 140 meter dan lebar 45 meter. Taxiway B dengan panjang 75 meter dan lebar 23 meter. Perkerasan pada taxiway bandara Internasional Ahmad Yani Semarang menggunakan perkerasan lentur. Berikut susunan perkerasan taxiway pada bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dalam tabel 4.1:

Tabel 4.1 Lapisan Perkerasan Taxiway Ahmad Yani

  

Lapisan Perkerasan Bahan Tebal (cm)

Surface Course Aspalt cement

  8 Base Course Tanah + pasir + semen 5%

  15 Subbase Course Tanah + pasir + semen 8%

  25 Tebal Total

  48 Sumber: PT. Adhiyasa Desicon, 2015 Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN 3.

   Apron Apron lama yang tedapat pada Bandara Internasional Ahmad Yani

  2 Semarang dengan luas 29.008 m untuk menampung 6 pesawat nerrow body atau pesawat berbadan sedang. Dalam konstruksi Apron baru

  Pengembangan bandara Internasional Ahmad Yani dengan luas

  2

  72.525 m untuk menampung 12 pesawat yang merupakan 10 pesawat

  nerrow body (pesawat berbadan sedang) dan 2 wide body (pesawat

  berbadan lebar). Perkerasan pada apron bandara Internasional Ahmad Yani Semarang menggunakan perkerasan kaku. Berikut susunan perkerasan apron pada bandara Internasional Ahmad Yani Semarang

Tabel 4.2 Lapisan Perkerasan Apron Ahmad Yani

  Lapisan Perkerasan Bahan Tebal (cm) Slab beton Beton K400

  46 Lantai kerja Beton K100

  10 Subbase Course Kerikil + pasir + semen 5%

  23 Tebal Total

  79 Sumber: PT. Adhiyasa Desicon, 2015

  Dari tabel 4.1 dan tabel 4.2 diatas digambarkan susunan struktur perkerasan taxiway dan apron berikut:

Gambar 4.1 Susunan struktur Perkerasan taxiway dan apron

  Sumber: PT. Adhiyasa Desicon, 2015 Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN

2. Kondisi penerbangan Bandara Ahmad Yani

   Berdasarkan data pergerakan pesawat yang di ambil di lapangan pada

  Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang menunjukan perkembangan volume pergerakan pesawat dan jumlah penumpang pada Bandar Udara Ahmad Yani Semarang yang sangat signifikan. Data yang diambil beberapa tahun terakhir dari tahun 2007 hingga 2015, terjadi peningkatan pertahun. Berikut ini tabel perkembangan jumlah pesawat tabel 4.3 dan perkembangan jumlah penumpang di bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang tabel 4.4. Gambar 4.2 menunjukan grafik perkembangan jumlah pesawat dan gambar 4.3 menunjukan grafik perkembangan jumlah penumpang. Berikut tabel:

Tabel 4.3 Perkembangan Jumlah Pesawat di Bandara Internasional Ahmad

  Yani Semarang Tahun 2007

  • – 2015

  No Tahun PESAWAT Datang Berangkat 1 2007 11.296 11.278

  2 2008 9.565 9.555 3 2009 10.279 10.274 4 2010 11.145 11.141 5 2011 12.940 12.918 6 2012 16.476 16.442 7 2013 16.948 16.948 8 2014 26.184 26.209 9 2015 28.515 28.574

  Sumber : PT. Persero Angkasa Pura I Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, 2015

Tabel 4.4. Perkembangan Jumlah penumpang di Bandara Internasional

  Ahmad Yani Semarang Tahun 2007

  • – 2015

  No Tahun PENUMAPANG Datang Berangkat 1 2007 824.738 807.442

  2 2008 719.280 691.226 3 2009 840.114 812.569 4 2010 1.022.612 996.357 5 2011 1.227.307 1.206.011 6 2012 1.523.714 1.482.202 7 2013 1.656.371 1.637.810 8 2014 1.748.649 1.720.707 9 2015 1.850.568 1.822.501

  Sumber: PT. Persero Angkasa Pura I Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, 2015 Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN

  30,000 ) it

  25,000 n (U t

  20,000 a w sa

  15,000 Pe h

  10,000 la m u

  5,000 J

  2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun (2007-2015)

  Kedatangan Pesawat Keberangkatan pesawat

Gambar 4.2. Perkembangan Jumlah Pesawat di Bandara Internasional

  Ahmad Yani Semarang Tahun 2007

  • – 2015

  Sumber: PT. Persero Angkasa Pura I Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, 2015 ) g

  2,000,000 n Ora ( 1,500,000 g n n a p

  1,000,000 m u en p 500,000 h la m u J

  

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Tahun ( 2007-2015)

  Kedatangan Penumpang Keberangkatan Penumpang

Gambar 4.3. Perkembangan Jumlah Penumpang di Bandara Internasional

  Ahmad Yani Semarang Tahun 2007

  • – 2015

  Sumber : PT. Persero Angkasa Pura I Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, 2015

  Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN

  26

  7 23 164 367 108

  16 C212 228 126 112 141

  56

  82 61 283 290

  17 C402 66 102 112 163

  5 11 211

  18 CJR1000 - - - - 7 403 669 693

  19 DHC5 6 - - - - - - -

  20 F100 78 - 5 - - - - -

  14 C172 145 159 338 411 520 1590 1327 23 2285

  14

  21 F27 130 - - - - - - - -

  22 F28 106 - - - - - - - -

  23 F50 11 - 58 - - 99 - - -

  24 MD82 293 - - 167 41 - - - -

  25 MD80 - - - 41 - - - - -

  26 MD90 - - -

  20 69 - - - -

  15 C208 495 - -

  78 40 - - - -

   Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang mulai beroperasi pada jam

  4 A320 42 529 661 200 1026 1407 1554 1319

  enam pagi hingga sekitar jam 10 malam dalam 7 hari. Dalam bandara Internasional Ahmad Yani terdapat kurang lebih 27 pesawat yang beroperasi, antara itu pesawat komersil maupun pesawat milik militer Angkatan Udara. Berikut tabel 4.5 adalah daftar pergerakan pesawat campuran di Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dari tahun 2007 hingga 2015, antara lain pesawat militer dan pesawat komersil.

Tabel 4.5 Pergerakan pesawat campuran tahunan pada Bandara

  Internasional Ahmad

  Yani Semarang ( 2007-2015) No Jenis Pesawat Tahun Pergerakan Pesawat

  2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

  1 ATR42 267 - - 33 - - - - -

  2 ATR72 - - - 512 1313 1558 1759 2407 -

  3 A319 50 750 752 1009 214 45 -

  5 B732 1929 1484 1588 1518 2146 1966 368

  13 BAe146 - 436

  19

  11

  

6 B733 2578 2424 2129 1235 432 235 118 211 231

  

7 B734 1054 1053 1779 1517 431 229 159 401 391

  

8 B735 553 617 476 176 353 432 1677 1511 1327

  9 B737 197 - - - - - - - -

  10 B737-400 611 - - - - - - - -

  

11 B738 - - 1300 2696 3239 3291 3730 4836

  

12 B739 - - - 255 1657 2827 3372 3236 2715

  27 RJ100 - - 106 - - - - - -

Sumber : PT. Persero Angkasa Pura I Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang,

2015

  Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN

  Dari tabel 4.3 dan 4.4 terjadi peningkatan jumlah penumpang serta peningkatan pesawat yang beroperasi membuat Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang tidak dapat melayani dengan baik karena kondisi eksisting pada bandara tidak bisa menampung peningkatan jumlah pesawat yang terjadi. Peningkatan yang terjadi menjadi permasalahan yang mendesak Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang agar mendesain apron yang baru dengan kapasitas yang lebih besar agar bisa beroperasi dengan baik. Berikut ini adalah analisa pada konstruksi

  Apron baru.

4.2 Analisa desain struktur perkerasan

  Penentuan tebal perkerasan Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang menggunakan dua metode yaitu FAA dan LCN dengan tahap yang berbeda beda. Dalam hasil analisa perbandingan tebal perkerasan apron menggunakan dua metode yaitu FAA dan LCN. Berikut analisa dengan masing masing dari kedua metode tersebut yaitu :

4.2.1 Perencanaan lapisan perkerasan dengan metode FAA (Federation Aviation Administration).

  Perencanaan lapisan perkerasan pada apron dengan metode FAA

  

(Federation Aviation Administration) dilakukan dengan beberapa langkah

  sebagai berikut: 1.

   Menentukan pesawat rencana.

  Dalam menentukan pesawat rencana berdasarkan pesawat yang angka operasi paling besar pada Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang. Berdasarkan tabel 4.5 pergerakan pesawat tahun 2015 yang dirangkum menjadi tabel 4.6 hanya diambil pesawat komersil. Tabel 4.6 menunjukan pesawat boeing 738 yang merupakan pesawat yang angka operasi paling besar pada Bandara Internasional Ahmad Yani

  Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN

  Setiap jenis pesawat yang beroperasi di bandara Internasional Ahmad Yani Semarang memiliki tipe roda pendaratan yang berbeda beda. Setiap tipe roda pendaratan harus dikonversikan mengikuti tipe roda pendaratan pesawat rencana atau pesawat boeing B738. Pesawat rencana boeing B738 memiliki tipe roda pendaratan dual wheel. Dalam

  9 C208 8.752 Single Wheel

  8 C172 2.454 Single Wheel

  7 B739 187.679 Dual Wheel

  6 B738 172.500 Dual Wheel

  5 B735 116.000 Dual Wheel

  4 B734 150.000 Dual Wheel

  3 B733 139.500 Dual Wheel

  2 B732 115.500 Dual Wheel

  1 A320 172.500 Dual Wheel

  Tipe roda

  No Jenis Pesawat

Maximum Take

Off Weight ( lbs )

Tabel 4.7 Karakteristik Pesawat

  Bandara Internasional Ahmad Yani ke pesawat rencana.

Tabel 4.7 karakteristik pesawat dan tabel 4.8 adalah hasil analisa konversi tipe roda pendaratan utama semua pesawat yang beroperasi di

   Konversi tiap tipe roda pendaratan ( R2 )

  Semarang. Boeing B738 sebagai pesawat rencana. Berikut tabel 4.6 menunjukan Boeing B738 sebagai pesawat rencana.

  4 B734 391

Tabel 4.6 Jumlah seluruh pergerakan pesawat Tahunan (2015)

  No Jenis Pesawat Jumlah pergerakan pesawat (2015)

  1 A320 1.319

  2 B732

  11

  3 B733 231

  5 B735 1.327

  12 CJR1000 693 Sumber : PT. Persero Angkasa Pura I Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, 2015 2.

  6 B738 4.836

  7 B739 2.715

  8 C172 2.285

  9 C208 108

  10 C212 290

  11 C402 211

  10 C212 17.637 Single Wheel Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN

  No Jenis Pesawat Maximum Take Off Weight ( lbs )

11 C402 6.305 Single Wheel

  7 B739 Dual Wheel Dual Wheel 2.715 1 2.715

  W2= x 0.95 x 172.500 W2= 40.969 lb

  W1= x 0.95 x MTOW pesawat rencana. W1= x 0.95 x 172.500 W1= 40.969 lb b. Beban roda Pesawat campuran A320 W2= x 0.95 x MTOW pesawat campuran.

  Beban roda Pesawat rencana yang dipilih adalah B738.

  Beban roda pesawat rencana (W1) dan beban roda pesawat campuran (W2) dapat dihitung dengan persamaan (2.1). Beban roda yang dihitung sebagai berikut : a.

  12 CRJ1000 Dual Wheel Dual Wheel 693 1 693 Sumber : PT. Persero Angkasa Pura I Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, 2015

  11 C402 Single Wheel Dual Wheel 211 0,8 169

  10 C212 Single Wheel Dual Wheel 290 0,8 232

  86

  9 C208 Single Wheel Dual Wheel 108 0,8

  8 C172 Single Wheel Dual Wheel 2.285 0,8 1.828

  6 B738 Dual Wheel Dual Wheel 4.836 1 4.836

  Tipe roda

  5 B735 Dual Wheel Dual Wheel 1.327 1 1.327

  4 B734 Dual Wheel Dual Wheel 391 1 391

  3 B733 Dual Wheel Dual Wheel 231 1 231

  11

  1

  11

  2 B732 Dual Wheel Dual Wheel

  1 A320 Dual Wheel Dual Wheel 1.319 1 1.319

  No Jenis Pesawat Tipe Roda Tipe Roda Konversi Pergerakan tahunan 2015 Faktor Konversi Pergerakan Konversi ( R2 )

Tabel 4.8 Konversi tipe roda pendaratan

  

12 CRJ1000 86.468 Single Wheel

(Sumber: PT. Persero Angkasa Pura I Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, 2015)

3. Menentukan beban roda pesawat W1 dan W2.

  Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN c.

  Log R1= Log R2 ( ) ½ LogR1 = (Log 1.319) x ( ) ½ = 3,120 R1 = 10

  departure diatas diambil hanya tiga contoh, semua perhitungan beban

  = 7 Dalam perhitungan beban pesawat udara dan equivalent annual

  0,852

  Log R1= Log R2 ( ) ½ LogR1 = (Log 11) x ( ) ½ = 0,852 R1 = 10

   Equivalent Annual Departure pesawat campuran B732

  = 1.319 c.

  3,120

   Equivalent Annual Departure pesawat campuran A320

  Beban roda Pesawat campuran B733 W2= x 0.95 x MTOW pesawat campura.

  = 4.835 b.

  3,684

  B738 Log R1= Log R2 ( ) ½ LogR1 = (Log 4.836) x ( ) ½ = 3,684 R1 = 10

   Equivalent Annual Departure pesawat terhadap pesawat rencana

  a.

  Nilai Equivalent Annual Departure terhadap pesawat rencana dengan persamaan 2.2 Berikut perhitungan Equivalent Annual Departure :

   Mencari Equivalent Annual Departure

  W2= x 0.95 x 115.500 W2= 27.431 lb 4.

  pesawat udara dan equivalent annual departure dirangkum ke dalam tabel 4.9 sehingga menghasilkan R1. k = 94,96 pci Dari semua hasil yang ada, selanjutnya akan diplotkan ke grafik perencanaan perkerasan kaku metode FAA. Berikut grafik perencanaan perkerasan kaku dual wheel gear metode FAA dalam gambar 4.4.

  

0,7788

  = 290,5 kg/cm

  12 CRJ1000 693 41.072 40.969 699 TOTAL R1 13.861 Sumber: Perhitungan sendiri, 2016 5.

   Menentukan tebal desain perkerasan dengan kurva.

  Dalam menentukan tebal desain perkerasan didapatkan dari korelasi beberapa hasil, dalam konstruksi apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang menggunakan pelat beton dengan mutu K.350 dan nilai CBR 6%. berikut perhitungan dari Concrete flexural strength dan Modulus of subgrade reaction dalam persamaan 2.3 dan 2.4.

  a.

  Menghitung Concrete Flexural Strength :

  2

  2

  11 C402 168,8 2.995 40.969

  x 14,22334 = 4131,8 psi

   =

  9 √4131,8 psi = 579 psi.

  b.

  Menghitung Modulus of Subgrade Reaction : k = [ ]

  0,7788

  , k dalam pci k = [ ]

  4

  10 C212 232 83.775 40.969 2.413

  Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN

  7

Tabel 4.9 Seluruh perhitungan hasil R1

  No Jenis pesawat Dual Gear departure

  ( R2 ) Wheel load pesawat campuran ( W2 )

  Wheel load pesawat rencana ( W1 )

  Equivalent Annual Departure ( R1 )

  1 A320 1.319 40.969 40.969 1.319

  2 B732 11 27.431 40.969

  3 B733 231 33.131 40.969 134

  4

  4 B734 391 35.625 40.969 261

  5 B735 1.327 27.550 40.969 364

  6 B738 4.836 40.969 40.969 4.836

  7 B739 2.715 44.574 40.969 3.816

  8 C172 1.828 1.166 40.969

  4

  9 C208 86,4 4.157 40.969

  • Kuat tekan fc’ = 0,83 x 350 = 290,5 kg/cm
  • Flexural Strength = 9√fc’

  Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN

Gambar 4.4. Grafik perencanaan perkerasan Kaku dual wheel gear metode

  FAA

  Sumber : Basuki, 1986

  Pada gambar 4.4 grafik perencanaan perkerasan kaku dual wheel gear metode FAA dengan jenis pesawat B738 sebagai pesawat rencana dapat dilihat bahwa flexural strength adalah sebesar 579 psi ditarik garis horizontal sehingga menyinggung nilai modulus of subgrade reaction sebesar 94,96 pci, kemudian ditarik garis vertikal sehingga menyinggung nilai MTOW dari pesawat rencana sebesar 172.500 lbs, lalu ditarik lagi garis horizontal sehingga menyinggung garis jumlah

  Annual Departure sehingga menghasilkan tebal slab beton sebesar 19 in atau 48,26 cm.

  Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN

4.2.2 Pembesian pada Apron untuk Metode FAA

1. Perhitungan tulangan wiremesh

a. Desain rencana tulangan batangan

  3

  11 3 0,44 0,78 1,23 1,77 2,40 3,14 4,00 5,06 6,25 3,5 0,38 0,67 1,05 1,51 2,06 2,69 3,43 4,34 5,36 4 0,33 0,59 0,92 1,32 1,80 2,36 3,00 3,80 4,68 4,5 0,29 0,52 0,82 1,18 1,60 2,09 2,67 3,37 4,17 5 0,26 0,47 0,74 1,06 1,44 1,88 2,40 3,04 3,75 5,5 0,24 0,43 0,67 0,96 1,31 1,71 2,18 2,76 3,41

  10

  9

  8

  7

  6

  5

  4

  JARAK ( in ) NOMOR TULANGAN

  Pembesian pada apron ada macam macam antara lain adalah wiremesh,

  )

  2

Tabel 4.10 Luas tulangan dalam pelat ( in

  Dari perhitungan diatas As yang didapatkan akan mengetahui jarak dan nomor tulangan yang akan digunakan. Berikut tabel 4.10 untuk mengetahui jarak dan nomor tulangan.

  2 .

  ) = 0,374 in

  As = 0,05% x luas penampang lintang beton = 0,0005 x 100 cm x 48,26 cm = 0,0005 x ( x

  Dalam mendesain luas tulangan yang diperlukan dalam besi batangan maupun wiremesh diambil lebar penampang beton 1 meter dikalikan tebal beton dalam satuan inchi. Berikut perhitungan penulangan besi batangan:

  Sebelum mengetahui tipe tulangan wiremesh yang akan digunakan pada Bandara Ahmad Yani metode FAA, terlebih dahulu mendesain luas besi tulangan batangan, setelah mengetahui lalu dikonversikan menjadi besi wiremesh.

  sebagai pengganti besi polos. Berikut tahap perhitungan tulangan wiremesh serta penulangan yang lain.

  tie bar, dowel yang terdapat dalam suatu luas perkerasan beton. Tulangan wiremesh awalnya adalah hasil dari besi polos yang dikonversikan atau

JARAK NOMOR TULANGAN

  Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN

  ( in )

  3

  4

  5

  6

  

7

  8

  9

  10

  11 6 0,22 0,39 0,61 0,88 1,20 1,57 2,00 2,53 3,12 6,5 0,20 0,36 0,57 0,82 1,11 1,45 1,85 2,34 2,89 7 0,19 0,34 0,53 0,76 1,03 1,35 1,71 2,17 2,68 7,5 0,18 0,31 0,49 0,71 0,96 1,26 1,60 2,02 2,50 8 0,17 0,29 0,46 0,66 0,90 1,18 1,50 1,98 2,34 9 0,15 0,26 0,41 0,59 0,80 1,05 1,33 1,69 2,08

  10 0,13 0,24 0,37 0,53 0,72 0,94 1,20 1,52 1,87 12 0,11 0,20 0,31 0,44 0,60 0,78 1,00 1,27 1,56 Sumber: Jack C. Mc Cormac, 2003

  2 As hasil perhitungan adalah 0,374 in dibulatkan ke atas hingga As

  yang diambil dari tabel adalah 0,39. Dari tabel diatas menunjukan tulangan nomor 4 dengan jarak 6 inchi atau 15 cm. Tulangan nomor 4 dengan diameter 0,5 inchi.

b. Menghitung luas tulangan batangan

  Sebelum konversi ke wiremesh terlebih dahulu menghitung luas tulangan batangan nomor 4. Diameter dari tulangan nomor 4 adalah 0,5 inchi dikonversikan ke satuan milimeter dengan faktor perkalian 25,4 . Diameter tulangan 0,5 inchi dikali 25,4 agar dapat satuan milimeter . Berikut perhitungan luas tulangan batangan atau As batangan:

  2 As batangan = ( x 3,14 x D ) x

  2

  2

  = 0,25 x 3,14 x ((0,5 x 25,4) ) x 6,6 mm

  

2

  = 835,64 mm c.

   Cari luas besi wiremesh yang dibutuhkan

  Berikut perhitungan luas tulangan wiremesh yang dibutuhkan atau As butuh dengan hasil As batangan dikali perbandingan antara mutu besi polos dengan mutu besi wiremesh yaitu fyd dengan fyw sebagai beikut:

  As butuh = As batangan x ( ) = 835,64 mm x ( )

  2

  = 668,5 mm Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN d.

   Cari luas besi wiremesh.

  Tahap ini mencari luas besi wiremesh agar dibandingkan dengan As besi wiremesh yang dibutuhkan. Berikut perhitungan dengan mencoba coba:

  2 Luas wiremesh M12 = ( x 3,14 x D ) x

  2

  = ( 0,25 x 3,14 x 12 ) x 6,6 mm

  

2

  = 746 mm Dari hasil diatas menunjukan luas wiremesh M12 lebih besar dari luas wiremesh yang dibutuhkan. Jadi dalam penulangan pada apron bandara Internasional Ahmad Yani menggunakan besi wiremesh M12 dengan spesfikasi pada tabel 4.11 dan gambar wiremesh M12 pada gambar 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.11 Spesifikasi wiremesh M12

  Wiremesh Diameter (cm) Spasi (cm) Ukuran (m) Tipe

M12 1,2 15 x 15 2,1 x 5,4 Lembar

Sumber: PT. Union, 2015

Gambar 4.5 Wiremesh M12

  Sumber: PT. Union, 2015 Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN 2.

   Pembesian tie bar

  Dalam mendapatkan jarak tie bar, luas tulangan tie bar serta panjang dengan korelasi antara tebal perkerasan (inchi), lebar jalur

  tie bar

  menggunakan dengan satuan feet diplotkan ke grafik pembesian tie

  bar berikut dalam gambar 4.6:

Gambar 4.6 Grafik rencana pembesian tie bar

  (Sumber: Basuki, 1986)

  Dari hasil grafik diatas menunjukan korelasi antara tebal perkerasan 19 inchi (48,26 cm) dengan tebal plat 18,8 feet (575 cm) menghasil kan: tie bar dengan diameter 7/8 inchi (2,2 cm), panjang 34 inchi (86 cm) dan jarak antara tie bar 33 inchi (83 cm).

3. Pembesian dowel

  Dalam menentukan jarak dan ukuran dowel dari tebal slab beton pada

  apron dalam satuan inchi atau centimeter. Berikut tabel 4.12

  menunjukan diameter, panjang serta jarak pemasangan dowel:

  Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN

Tabel 4.12 Dimensi dan Jarak dowel

  Tebal Slab beton Diameter Panjang Jarak 6-7 in (15-18 cm) ¾ in (20 mm) 18 in (46 cm) 12 in (31 cm) 8-12 in ( 21-31 cm) 1 in (25 mm) 19 in (46 cm) 12 in (31 cm)

  13-16 in (33-41 cm) 1 ¼ in (30mm) 19 in (51 cm) 15 in (38 cm) 17-20 in (43-51 cm) 1 ½ in(40 mm) 20 in (51 cm) 18 in (46 cm) 21-24 n (54-61 cm)

  2 in (50 mm) 24 in (61 cm) 18 in (46 cm) Sumber: Basuki, 1986

  Hasil dari tabel 4.12, dengan tebal perkerasan slab beton 48,26 menghasilkan dowel dengan diameter 1 ½ in (40 mm), panjang dowel 20 in (51 cm) dan jarak dowel 18 in (46 cm). Dari hasil tabel 4.12 menunjukan diameter dowel untuk metode FAA adalah 40 mm atau D40 diganti dengan tulangan D36, dikarenakan diameter tulangan paling besar di pasaran adalah D36. Berikut perhitungan untuk kebutuhan dowel dalam slab dan perubahan tulangan dari D40 ke D36:

  Kebutuhan dowel dalam slab beton

  Untuk mengetahui kebutuhan dowel dalam slab adalah lebar pelat dibagi jarak pemasangan dowel. Dalam apron terdapat dua slab yaitu, slab A dengan luas 5,75m x 5,75m dan slab B dengan luas 7,5m x 7,5m. Berikut perhitungan kebutuhan dowel dalam slab beton:

  Slab A = Lebar pelat / jarak pasang dowel = 575 cm / 46 cm = 12 dowel.

   Slab B = Lebar pelat / jarak pasang dowel

  = 750 cm / 46 = 16 dowel. Berikut perhitungan perubahan diameter dowel: Pelat A = ((D40

  • – D36) * 12 dowel ) / D36 = (( 40 mm – 36 mm ) * 12 ) / 36 mm

  = 48 mm / 36 mm Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN = 1.33 buah besi dibulatkan ke atas adalah 2 besi.

  Pelat B = (D40

  • – D36) * 16 dowel ) / D36 = (( 40 mm
  • – 36 mm ) * 16 ) / 36 mm = 64 mm / 36 mm = 1,77 buah besi dibulatkan ke atas menjadi 2 besi

  Dari hasil diatas kebutuhan dowel dalam slab A menjadi 14 dowel dan slab B menjadi 18 dowel dikarenakan perubahan diameter

  dowel dari D40 ke D36. Dari perubahan diameter dowel, jarak pemasangan menjadi 41 cm.

4. Joint Sealant

  Untuk menentukan lebar dan dalam joint untuk pengisian bahan

  

sealant pada joint. Untuk menentukan lebar dan dalam joint, dalam

slab beton apron atau jarak antar joint adalah 7,5 meter dan 5,75

  meter. Diambil jarak antar joint yang paling besar yaitu 7,5 meter. Berikut tabel 4.13 untuk menentukan lebar dan dalam lubang joint: Tabel 4.13 Lebar dan dalam joint.

  Jarak Joint Lebar joint Dalam Joint 20 feet ¼ inchi ½ inchi 25 feet 3/8 inchi ½ inchi 30 feet 3/8 inchi ½ inchi 40 feet ½ inchi ½ inchi 50 feet 5/8 inchi 5/8 inchi 60 feet ¾ inchi ¾ inchi

Sumber: Basuki, 1986

  Hasil diatas menunjukan lebar joint 3/8 (9 mm) inchi dan dalam joint ½ inchi (12,7 mm) dari jarak antara joint 7,5 meter dikonversikan ke feet jadi 24,606 feet dibulatkan menjadi 25 feet.

4.2.3 Volume pekerjaan konstruksi apron untuk metode FAA

  Sebelum mengetahui anggaran biaya slab beton dari apron untuk metode FAA terlebih dahulu perlu mengetahui volume perkerjaan dari apron. Dalam menghitung volume pekerjaan mulai dari tebal slab beton, jumlah

  wiremesh, dowel dan tie bar dalam slab. Berikut tabel 4.14 volume

  pekerjaan slab apron metdode FAA:

  Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN

Tabel 4.14 Volume pekerjaan slab apron metode FAA NO JENIS PEKERJAAN

  VOLUME PEKERJAAN SLAB APRON Volume slab beton FAA = h x l x p = 0,482 x 551,5 m x 131,5m 3 = 34.955 m

  Wiremesh M12 = Luas Apron / Luas Wiremesh = (551,5m x 131,5m) x (2,1m x 5,4m)

  Pekerjaan Slab Beton k-350 2 2 = 72.522 m / 11,34m = 6.396 lembar wiremesh

  Tie bar D22-86 cm = n tie bar x p tie bar = 11.534 buah x 0,86 m = 9.919 m x berat besi D22 = 9.919 m x 2,98 kg/m = 29.558 kg + 3% = 30.444 kg Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN

  Dowel D36-51 cm = n dowel x p dowel = 22.508 buah x 0,51 m = 11.479 m x berat besi D36 = 11.479 m x 7,99 kg/m = 91.717 kg + 3% = 94.468 kg

  Keterangan :

  h = kedalaman, m

  • -

    p = panjang, m

    -

    -

    l = lebar, m
  • -

    n = jumlah

  Rencana Anggaran Biaya untuk metode FAA Rencana anggaran biaya adalah rancangan biaya dari suatu konstruksi.

  Untuk mendapaktkan anggaran rencana atau anggaran kira kira dari suatu konstruksi dengan hasil dari volume pekerjaan dikalikan harga satuan pekerjaan atau disingkat HSP. Harga bahan di pasaran yang dikumpulkan dalam suatu daftar yang dinamakan Hsp atau harga satuan pekerjaan. Berikut tabel dan tabel untuk menunjukan harga pekerjaan konstruksi

  apron untuk metode FAA

Tabel 4.15 Anggaran biaya metode FAA

  Vol. Sat. Harga satuan NO Jenis Pekerjaan Harga Pekerjaan Pekerjaan pekerjaan pekerjaan PEKERJAAN BETON 3

  1. Membuat beton mutu K-350 34.995 m Rp. 993.000,00 Rp. 34.750.035.000,00

  2. Pekerjaan pemasangan wiremesh M12 6.396 lembar Rp. 1.247.000,00 Rp. 7.975.812.000,00

  3. Pekerjaan pemasangan Tie bar 30.444 kg Rp. 10,700 Rp. 325.750.900,00

  4. Pekerjaan pemasangan Dowel 94.468 kg Rp. 13,000 Rp. 1.228.084.000,00 TOTAL Rp. 44.279.681.900,00

  Hasil anggaran biaya untuk konstruksi apron metode FAA sebesar Rp 44.279.681.900,00 ( Empat puluh empat miliar, dua ratus tujuh puluh sembilan juta, enam ratus delapan puluh satu ribu, sembilan ratus rupiah).

  Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN

4.2.4 Perencanaan lapisan perkerasan dengan metode LCN (Load

  Classification Number)

  Perencanaan lapisan tebal perkerasan kaku menggunakan metode LCN (Load classification number), dengan beberapa langkah berikut: 1.

   Menentukan Gear Load pesawat.

  

Gear load pesawat dihitung 95% beban diberikan kepada main gear

  atau roda pendaratan utama sedangkan 5% pada nose gear atau roda depan. Berdasarkan data pergerakan menunjukan pesawat rencana dengan MTOW 172.500 dengan konfigurasi roda dual wheel. Sehingga nilai yang didapat sebagai berikut:

  

Gear loads = 95% x MTOW pesawat rencana.

  = 0,95 x 172.500 = 163.875 lbs 2.

   Menentukan kontak area ban.

  Nilai kontak area ban didapatkan dari cara membagi gear loads dengan besarnya tire pressure pesawat B-738. Dari perhitungan sebelumnya didapat gear load sebesar 163.875 lbs. Tire pressure pesawat B-738 adalah 213. Sehingga didapat:

  2 A = = 769,367 inchi 3.

   Menentukan nilai RF ( Reduction factor ).

  Untuk mendapatkan nilai reduction factor diperoleh dari langkah

  2

  perhitungan sebelumnya yaitu kontak area ban dengan nilai 769,367 in dan jarak antara roda pesawat B738 adalah 31 in dengan hasil gambar 4.7 menunjukan reduction factor adalah 1,38.

  Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN

Gambar 4.7 Grafik reduction factor

  

Sumber : Basuki, 1986

4.

   Menentukan nilai ESWL

  Nilai ESWL didapatkan dari beban total pada main gear dibagi

  reduction factor . Nilai reduction factor adalah 1,38. ESWL dihitung

  menggunakan persamaan berikut :

   ESWL = =

   = 118.750 lbs 5. Menentukan Nilai LCN dan LCG.

  Dengan menghubungkan nilai ESWL dengan tekanan roda pesawat ke dalam grafik LCN ( Load classification number ) akan mendapatkan nilai LCN dan nilai LCG ( Load classification group ). Grafik berikut menunjukan nilai LCN dan nilai LCG dengan hasil sebelumnya meggunakan pesawat tipe B738 dengan tire pressure 120 dan nilai

  Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN

  ESWL adalah 118.750. Hasil dari grafik dibawah menunjukan nilai LCN pada pesawat B738 adalah 115 dan LCG I.

  Gambar. 4.8 Grafik Nilai LCN dan LCG.

  Sumber: Basuki,1986 6.

   Menentukan tebal perkerasan dengan grafik LCN.

  Dalam menentukan tebal perkerasan dengan LCN menggunakan hasil yang sudah ada antara lain : Pesawat B738 dikategorikan sebagai LCG I dan pada bandara Internasional Ahmad Yani memiliki flexural strength sebesar 579 psi. Flexural strength yang akan diplotkan dalam grafik

  2 LCN harus dikonversikan dalam satuan kg/cm dengan nilai konversi

  2 0,0703. Jadi flexural strength hasil konversi adalah 40,70 kg/cm .

  Tebal perkerasan dengan grafik LCN pada gambar 4.9 menunjukan tebal perkerasan dengan metode LCN adalah 400 mm atau 40 cm.

  Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN

Gambar 4.9 Grafik perencanaan tebal perkerasan metode LCN

  Sumber: Basuki, 1986 Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN

4.2.5 Pembesian pada apron untuk metode LCN

  Berikut tahap perhitungan tulangan wiremesh serta penulangan yang lain untuk metode LCN:

1. Perhitungan tulangan wiremesh untuk metode LCN: a. Desain rencana tulangan batangan

  7

  . Dari tabel diatas menunjukan tulangan nomor 4 dengan jarak 7,5 inci atau 190 mm.

  2

  As hasil perhitungan adalah 0,31 in

  

10 0,13 0,24 0,37 0,53 0,72 0,94 1,20 1,52 1,87

12 0,11 0,20 0,31 0,44 0,60 0,78 1,00 1,27 1,56

Sumber: Jack C. Mc Cormac, 2003

  11

3 0,44 0,78 1,23 1,77 2,40 3,14 4,00 5,06 6,25

3,5 0,38 0,67 1,05 1,51 2,06 2,69 3,43 4,34 5,36

4 0,33 0,59 0,92 1,32 1,80 2,36 3,00 3,80 4,68

4,5 0,29 0,52 0,82 1,18 1,60 2,09 2,67 3,37 4,17

5 0,26 0,47 0,74 1,06 1,44 1,88 2,40 3,04 3,75

5,5 0,24 0,43 0,67 0,96 1,31 1,71 2,18 2,76 3,41

6 0,22 0,39 0,61 0,88 1,20 1,57 2,00 2,53 3,12

6,5 0,20 0,36 0,57 0,82 1,11 1,45 1,85 2,34 2,89

7 0,19 0,34 0,53 0,76 1,03 1,35 1,71 2,17 2,68

7,5 0,18 0,31 0,49 0,71 0,96 1,26 1,60 2,02 2,50

8 0,17 0,29 0,46 0,66 0,90 1,18 1,50 1,98 2,34

9 0,15 0,26 0,41 0,59 0,80 1,05 1,33 1,69 2,08

  10

  9

  8

  6

  Dalam mendesain luas tulangan yang diperlukan dalam besi batangan maupun wiremesh diambil lebar penampang beton 1 meter dikalikan tebal beton dalam satuan inchi. Berikut perhitungan penulangan besi batangan:

  5

  4

  3

  JARAK ( in ) NOMOR TULANGAN

  )

  2

Tabel 4.16 Luas tulangan dalam pelat ( in

  Dari perhitungan diatas As yang didapatkan akan mengetahui jarak dan nomor tulangan yang akan digunakan. Berikut tabel 4.16 untuk mengetahui jarak dan nomor tulangan.

  2 .

  ) = 0,31 in

  As = 0,05% x luas penampang lintang beton = 0,0005 x 100 cm x 40 cm = 0,0005 x ( x

b. Menghitung luas tulangan batangan

  Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN

  Sebelum konversi ke wiremesh terlebih dahulu menghitung luas tulangan batangan nomor 4. Diameter dari tulangan nomor 4 adalah 0,5 inchi dikonversikan ke satuan milimeter dengan faktor perkalian 25,4 . Diameter tulangan 0,5 inci dikali 25,4 agar dapat satuan milimeter . Berikut perhitungan luas tulangan batangan atau As batangan:

  2 As batangan = ( x 3,14 x D ) x

  2

  2

  = 0,25 x 3,14 x ((0,5 x 25,4) ) x 5,26 mm

  2

  = 666 mm c.

   Cari luas besi wiremesh yang dibutuhkan

  Berikut perhitungan luas tulangan wiremesh yang dibutuhkan atau As butuh dengan hasil As batangan dikali perbandingan antara mutu besi polos dengan mutu besi wiremesh yaitu fyd dengan fyw sebagai beikut:

  As butuh = As batangan x ( ) = 666 mm x ( )

  2

  = 532,8 mm d.

   Cari luas besi wiremesh

  Tahap ini mencari luas besi wiremesh agar dibandingkan dengan As besi wiremesh yang dibutuhkan. Berikut perhitungan dengan mencoba coba:

  2 Luas wiremesh M11 = ( x 3,14 x D ) x

  2

  = ( 0,25 x 3,14 x 11 ) x 6,6 mm

  2

  = 627 mm Dari hasil diatas menunjukan luas wiremesh M11 lebih besar dari luas wiremesh yang dibutuhkan. Jadi dalam penulangan pada apron Bandara Internasional Ahmad Yani metode LCN menggunakan Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN besi wiremesh M11 dalam tabel 4.17 dan spesfikasi dalam gambar

  4.10 sebagai berikut:

Tabel 4.17 Spesifikasi wiremesh M11

  Wire mesh Diameter (cm) Spasi (cm) Ukuran (m) Tipe M11 1,1 15 x 15 2,1 x 5,4 Lembar (Sumber: PT. Union, 2015)

Gambar 4.10 Wiremesh M11

  Sumber: PT. Union, 2015 2.

   Pembesian tie bar

  Dalam mendapatkan jarak tie bar, luas tulangan tie bar serta panjang

  tie bar dengan korelasi antara tebal perkerasan (inchi), lebar jalur

  menggunakan satuan feet diplotkan ke grafik berikut dalam gambar 4.11:

  Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN

Gambar 4.11 Grafik pembesian tie bar

  Sumber: Basuki, 1986

  Dari hasil grafik diatas menunjukan Korelasi antara tebal perkerasan 15,7 inchi (40 cm) dengan tebal plat 18,8 feet (575 cm) menghasil kan: tie bar dengan diameter 3/4 inchi (1,9 cm), panjang 30 inchi (76,2 cm) dan jarak antara tie bar 25 inchi (63,3 cm).

3. Pembesian dowel

  Dalam menentukan jarak dan ukuran dowel dari tebal slab beton metode LCN pada apron dalam satuan inchi atau centimeter. Berikut

tabel 4.18 menunjukan diameter, panjang serta jarak pemasangan

  dowel :

Tabel 4.18 Dimensi dan Jarak dowel

  Tebal Slab beton Diameter Panjang Jarak 6-7 in (15-18 cm) ¾ in (20 mm) 18 in (46 cm) 12 in (31 cm) 8-12 in ( 21-31 cm) 1 in (25 mm) 19 in (46 cm) 12 in (31 cm)

  13-16 in (33-41 cm) 1 ¼ in (30mm) 19 in (51 cm) 15 in (38 cm) 17-20 in (43-51 cm) 1 ½ in(40 mm) 20 in (51 cm) 18 in (46 cm) 21-24 in (54-61 cm) 2 in (50 mm) 24 in (61 cm) 18 in (46 cm) Sumber: Basuki, 1986 Tugas Akhir Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN

  Dari tabel diatas dengan tebal slab pada apron 15,7 inchi atau 40 cm mendapatkan hasil besi dowel yang digunakan dalam slab beton dengan diameter 1 ¼ in (30 mm), Panjang dowel 20 in (51 cm) dan jarak antara dowel 15 in (38 cm). Diameter dowel untuk metode LCN adalah 30 mm atau D30 diganti dengan dowel D32, dikarenakan diameter tulangan D30 tidak ada. Berikut perhitungan untuk kebutuhan dowel dalam slab beton dan perubahan tulangan dari D30 ke D32:

  Kebutuhan dowel dalam slab beton.

  Berikut perhitungan kebutuhan dowel dalam plat:

   Slab A = Lebar pelat / jarak pasang dowel = 575 cm / 38 cm.

  = 15 dowel.

   Slab B = Lebar pelat / jarak pasang dowel = 750 cm / 38 cm.

  = 19 dowel. Berikut perhitungan perubahan diameter dowel:

   Slab A = ((D32

Dokumen yang terkait

KOMPARASI TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE BINA MARGA

1 24 11

ANALISIS EVALUASI KINERJA VENDOR BAGIAN PEMELIHARAAN AIR CONDITIONER (AC) DI BANDARA INTERNASIONAL JUANDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN SCORING MODEL Repository - UNAIR REPOSITORY

1 0 16

BAB IV PEMBAHASAN - ANALISIS KESTABILAN DAN KONTROL OPTIMAL PENYEBARAN POLIO DENGAN VAKSINASI Repository - UNAIR REPOSITORY

0 3 30

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN - 14 BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

0 0 54

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Objek Penelitan 1. Kondisi Tentang Obyek Penelitian - 9 BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

0 1 44

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PADA BANDAR UDARA AHMAD YANI DI KOTA SEMARANG - UNS Institutional Repository

0 2 142

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - 4. BAB IV Analisis Data dan PembahasanOKE

0 0 58

BAB IV PEMBAHASAN DAN EVALUASI - LAPORAN PELAKSANAAN KULIAH KERJA NYATA ALTERNATIFUNIVERSITAS AHMAD DAHLAN PERIODE 59 TAHUN AKADEMIK 2017/2018 - Repository Universitas Ahmad Dahlan

0 0 8

BAB IV PEMBAHASAN DAN EVALUASI - Yusuf (2018), LAPORAN KKN REGULER UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN PERIODE 65 TAHUN AKADEMIK 2017/2018 - Repository Universitas Ahmad Dahlan

0 0 9

BAB IV PEMBAHASAN DAN EVALUASI A. PEMBAHASAN - KKN ALTEERNATIF UNIVERSITAS AHMAD DAHLAMN PERIODE LIII TAHUN AJARAN 2016/2017 MASJID DARUL HUSNA RW07 BACIRO GONDOKUSUMAN. DIY. - Repository Universitas Ahmad Dahlan

0 0 8