PENGARUH POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP KECAKAPAN EMOSIONAL SISWA SMP BUDI MULIA PADON SLEMAN - YOGYAKARTA

  PENGARUH POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP KECAKAPAN EMOSIONAL SISWA SMP BUDI MULIA PADON SLEMAN - YOGYAKARTA S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

  Oleh: Slamet Susanto NIM: 031124004 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

  KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

  

PENGARUH POLA NARATIF EKSPERIENSIAL

DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

TERHADAP KECAKAPAN EMOSIONAL

SISWA SMP BUDI MULIA PADON

SLEMAN - YOGYAKARTA

  

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan

  

Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Slamet Susanto

  

NIM: 031124004

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

  

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Para Bruder Budi Mulia

  

MOTTO

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, ….

  

(Pkh 3: 11)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah PENGARUH POLA NARATIF

  

EKSPERIENSIAL DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP

KECAKAPAN EMOSIONAL SISWA SMP BUDI MULIA PADON, SLEMAN-

YOGYAKARTA.

  Skripsi ini berbentuk penelitian yang bertujuan untuk mengetahui (1)

pengertian pola naratif eksperiensial dalam PAK, (2) pengertian kecakapan

emosional, (3) apakah ada pengaruh positif pola naratif eksperiensial dalam PAK

terhadap kecakapan emosional, jika ada seberapa besarkah pengaruh tersebut.

  Pola naratif eksperiensial dalam PAK adalah suatu pendekatan yang

mengutamakan ceritera (naratif) sebagai bahan untuk mengajak peserta

didik/pendengar dalam memahami/menghayati hidup – iman mereka (eksperien).

  Kecakapan emosional adalah suatu kemampuan individu untuk menyadari

perasaan diri pada saat ini, memotivasi diri, berempati, mampu mengatur emosinya

dan mampu menjalani hubungan baik dengan orang lain. Kecakapan emosional

didasarkan pada kecerdasan emosional dalam perkembangannya dipengaruhi oleh

faktor interen (motivasi diri, kesadaran diri, pengaturan diri, empati dsb) dan faktor

eksteren yaitu faktor lingkungan (keluarga, sekolah dan masyarakat).

  Jenis penelitian adalah kuantitatif berbentuk regresi. Jumlah populasi dalam

penelitian ini sebanyak 118 siswa-siswi SLTP. Teknik pengumpulan data

menggunakan metode kuesioner. Dari jumlah populasi yang memenuhi syarat untuk

dianalisis lebih lanjut sebanyak 106 responden. Hasil uji validitas r hitung > r table =

0,193 dan uji reliabilitas r > r = 0,364. Hipotesis penelitian adalah H : ada

hitung table

  1

pengaruh positif pola naratif eksperiensial dalam PAK terhadap kecakapan

emosional. H : tidak ada pengaruh positif pola naratif eksperiensial dalam PAK

terhadap kecakapan emosional. Teknik analisis data menggunakan regresi linier

sederhana, dengan rumus y = a + b x.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif pola naratif

eksperiensial terhadap kecakapan emosional ( = 0,003 < = 0,05) dengan demikian

ρ α

  H

1 diterima sedangkan H ditolak dan sumbangan sebesar 7,9%. Artinya bahwa pola

naratif eksperiensial dalam PAK mempunyai korelasi yang positif terhadap

perkembangkan kecakapan emosional siswa SMP, meskipun sumbangan tersebut

relatife kecil.

  Penelitian ini dapat dipergunakan lebih lanjut, meskipun sumbangan yang

diberikan pola naratif eksperiensial dalam PAK terhadap kecakapan emosional masih

relative kecil. Oleh karena itu penulis menawarkan program pendampingan dan

pelatihan terhadap guru-guru PAK, khususnya guru PAK di bawah Yayasan Budi

Mulia, agar mampu memahami dan menguasai pola naratif eksperiensial secara

benar dalam rangka untuk meningkatkan kecakapan emosional siswa. Usulan

program ini meliputi pemahaman pola naratif eksperiensial, kecakapan emosional

dan pengaruh pola naratif eksperiensial dalam PAK terhadap kecakapan emosional

  

ABSTRACT

The title of thesis is THE INFLUENCE OF EXPERIENTIAL

  

NARRATIVE PATTERN IN CATHOLIC EDUCATION TOWARD

STUDENT” EMOTIONAL SKILL IN BUDI MULIA JUNIOR HIGH

SCHOOL PADON, SLEMAN-YOGYAKARTA.

  This thesis is a research study which has purpose to know (1) the definition of

experiential narrative pattern in catho lic education, (2) the definition of emotional

skill, (3) is there any positive influences of experiential narrative pattern in catholic

education toward emotional skill, if any how much the influence of it.

  Experiential narrative pattern in catholic education is an approach which

gives priority to the narrative story as material to persuade students in

understanding/experiencing their life-faith. Emotional skill is ability to be aware of

personal feeling at this time, self motivated by internal factor (self motivated, self

awareness, self management, empathy, etc) and the external factor is the

environment (family, school, and society).

  This is a quantitative research in the form of regression. Total population in

this research is 118 respondents. The method in collecting data uses questionnaire

method. From the total population, there are 106 respondents which fill the

requirements to be analyzed further. The result of accuracy test r account > r table =

0,193, and reliability test r account > r table = 0,364. research hypothesis is H 1 : there is

positive influence of experiential narrative pattern in catholic education toward

emotional skill. H : there isn’t positive influence of experiential narrative pattern in

catholic education toward emotional skill. The method in collecting data uses simple

linear regression, with formula y = a + b x .

  The result shows that is positive influence of experiential narrative pattern in

catholic education toward emotional skill ( = 0,003 < = 0,05) thus we acceptable

ρ α

  H

1 at the time we refuse H and the contribution is 7,9%. It means that experiential

narrative pattern in catholic education has positive correlation toward the emotional

skill development of Junior High School students, although the contribution is only

small.

  From result, we may use this quantitative research continuity even it is too

relative small gift to be influence of experiential narrative pattern in our catholic

education system toward emotional skill. The writer suggests assistance and training

program which might be useful for teachers of catholic education in practicing

experiential narrative pattern in school. The suggested programs include experiential

narrative understanding, emotional skill, and the influence of experiential narrative

pattern in catholic education toward emotional skill and teaching techniques by

experiential narrative pattern.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Baik atas segala rahmat dan kasih-

Nya yang besar serta berkat perhatian dan dukungan dari pelbagai pihak, sehingga

akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Meskipun tidak sedikit tantangan

yang penulis hadapi dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis merasakan

sungguh segala sesuatu indah pada waktunya.

  Skripsi ini merupakan sebuah karya ilmiah yang disusun untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu

Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma –

Yogyakarta.

  Atas bantuan, dukungan, bimbingan dan kerjasama yang baik, penulis

mengucapkan limpah terima kasih kepada semua pihak yang terkait dan berperan

serta dalam proses penyelesaian skripsi ini. Secara khusus terima kasih kami

haturkan kepada;

  

1. Bp. Drs. T. Sarkim, M, Ed., Ph. D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

  

2. P. Drs. H.J. Suhardiyanto, S.J, selaku kaprodi Ilmu Pendidikan Kekhususan

Pendidikan Agama Katolik.

  

3. Bp. F. X. Dapiyanta, SFK., M. Pd., selaku dosen pembimbing utama penulisan

skripsi I yang dengan sabar, tekun, dan setia membantu dan membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi ini.

  

4. Bp. Drs. Y. a. C. H. Mardiraharjo., selaku dosen pembimbing skripsi II dan

akademik yang setia dan sabar membantu dan membimbing selama proses penyusunan skrip si ini.

  

5. P. Drs. Y. I. Iswarahadi, S. J., M. A., selaku dosen pembimbing III yang telah

rela sebagai penguji.

  

6. Bp. F. X. Drs. Indaryanto, selaku kepala sekolah SMP Budi Mulia Padon,

Sleman-Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada pernulis unt uk mengadakan penelitian di sekolah yang dipimpinnya.

  

7. Segenap rekan yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh sebab itu dengan keterbukaan hati penulis mengharapkan saran dan

kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca.

  Yogyakarta; 27 Juli 2008 Penulis Slamet Susanto

  DAFTAR ISI

JUDUL................................................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii

PENGESAHAN ................................................................................................... iii

PERSEMBAHAN ................................................................................................ iv

MOTTO ............................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

ABSTRACT......................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix

DAFTAR ISI........................................................................................................ xi

  BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 7

C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 7

D. Perumusan Masalah ....................................................................................... 7

E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8

F. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8

G. Metode Penulisan .......................................................................................... 8

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Pola Naratif Eksperiensial Dalam Pendidikan Agama katolik ...................... 9

  1. PAK di Sekolah......................................................................................... 9

  2. PAK di SLTP ............................................................................................ 19

  a. Latar Belakang PAK di SLTP ............................................................. 19

  b. Arah dan Tujuan PAK di SLTP .......................................................... 21

  c. Ruang Lingkup PAK di SLTP ............................................................ 22

  d. Pola PAK di SLTP .............................................................................. 24

  3. Pola Naratif Eksperiensial ........................................................................ 24

  c. Manfaat Pola Naratif Eksperiensial..................................................... 28

  d. Proses Belajar Mengajar Dengan Pola Naratif Eksperiensial............. 30

  e. Ciri-Ciri Pola Naratif Eksperiensial.................................................... 33

  f. Langkah-Langkah Pengajaran Pola Naratif Eksperiensial .................. 35

  

B. Kecakapan Emosional.................................................................................... 36

  

1. Latar Belakang Kecerdasan Emosional .................................................... 36

  

2. Pengertian Kecerdasan Emosional............................................................ 39

  

3. Peranan Kecerdasan Emosional................................................................ 40

  

4. Pengertian Kecakapan Emosional............................................................. 41

  

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecakapan Emosional ..................... 42

  6. Hubunga n antara Kecakapan Emosional dengan Kecerdasan Emosional ................................................................ 43

C. Kerangka Pikir................................................................................................ 44

  

D. Hipotesis......................................................................................................... 47

  BAB III: METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian............................................................................................... 48

B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 49

C. Populasi .......................................................................................................... 49

D. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 50

  

1. Identifikasi Variabel.................................................................................. 50

  

2. Definisi Operasional Variabel................................................................... 50

  

3. Jenis Data dan Instrumen Pengumpulan Data .......................................... 50

  a. Jenis Data ........................................................................................... 50

  b. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................ 50

  4. Kisi-Kisi Penelitian .................................................................................. 51

  

E. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 55

  

1. Analisis Instrumen .................................................................................... 55

  

2. Teknik Ana lisis Data dan Uji Hipotesis.................................................... 60

  BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data .................................................................................................. 63

  3. Analisis Diskriptif .................................................................................... 65

  a. Pola naratif eksperiensial .................................................................... 65

  b. Kecerdasan emosional......................................................................... 67

  

B. Uji Hipotesis................................................................................................... 68

  1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ............................................................ 68

  a. Pengujian normalitas........................................................................... 69

  b. Uji linieritas......................................................................................... 70

  c. Uji homogenitas .................................................................................. 71

  2. Pengujian Hipotesis .................................................................................. 72

  

C. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................................... 75

  

D. Usulan Program Pendampingan..................................................................... 79

  1. Latar Belakang .......................................................................................... 79

  2. Tujuan Pendampingan............................................................................... 81

  3. Sasaran Pendampingan ............................................................................. 81

  4. Cara Pendampingan .................................................................................. 82

  5. Matrik Program......................................................................................... 85

  6. Salah Satu Contoh Acara Pendampingan ................................................. 88

  7. Salah Satu Contoh Bentuk Persiapan Kegiatan Pendampingan ............... 89

  

E. Keterbatasan...................................................................................................101

  BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ....................................................................................................103

B. Saran...............................................................................................................104

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................107

LAMPIRAN Lampiran 1: Kuesioner Penelitian................................................................. (1) Lampiran 2: Validitas.................................................................................... (6) Lampiran 3: Reliabilitas................................................................................(14) Lampiran 4: Distribusi Frekuensi .................................................................(22) Lampiran 5: Uji Normalitas, Linieritas, dan Homogenitas...........................(24) Lampiran 6: Regresi......................................................................................(25)

  DAFTAR TABEL

  3.1 Jumlah Siswa Siswi SMP Bud i Mulia Th. Ajaran 2007-2008

  3.2 Operasional Variabel Pola Naratif Eksperiensial

  3.3 Skor Pola Naratif Eksperiensial

  3.4 Operasional Variabel Kecerdasan Emosional

  3.5 Skor Kecerdasan Emosional

  3.6 Hasil Pengujian Validitas Variabel Pola Naratif Eksperiensial

  

3.7 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kecerdasan Emosional

  3.8 Hasil Pengujian Reliabilitas

  4.1 Jenis Kelamin Responden

  4.2 Usia Responden

  4.3 Interval Pola Naratif Eksperiensial

  4.4 Interval Kecerdasan Emosional

  4.5 Hasil Pengujian Normalitas

  4.6 Hasil Pengujian Linieritas

  4.7 Hasil Pengujian Homogenitas

  4.8 Hasil Regresi

  4.9 ANOVA untuk Regresi Linear

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional adalah usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui

  

kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan

datang. Dengan demikian, jelas kiranya bahwa sistem pendidikan yang dilaksanakan

pada saat ini berimplikasi pada persiapan dan kesiapan peserta didik menghadapi

masa depan. Keberhasilan pendidikan saat ini akan membawa pengaruh pada masa

yang akan datang. Selanjutnya, dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

  

pasal 4 rumusan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang

mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan

(Depdikbud, 1989: 5).

  Keseimbangan dalam proses pendidikan itu sangat penting bagi

perkembangan peserta didik, karena peserta did ik adalah manusia yang unik dan

memiliki kemampuan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Kemampuan-

kemampuan yang ada pada setiap peserta didik perlu dibantu dalam

perkembangannya secara optimal, agar menjadi manusia yang utuh. Hal ini sesuai

  

Budi Mulia, 2006: 5). Upaya untuk me ngembangkan seluruh aspek yang terdapat

dalam diri peserta didik perlu adanya sistem pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

  

Pembelajaran kreatif yaitu pembelajaran yang tidak hanya terpaku pada satu pola

saja, namun dapat memadukan beberapa pola pembelajaran sesuai dengan

konteksnya, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih hidup dan

menggembirakan. Pembelajaran inovatif yaitu mampu menciptakan terobosan-

terobosan baru dalam pengembangan proses pembelajaran tersebut, sehingga

terciptanya suasana yang baru dan segar. Gagasan di atas sesuai dengan misi

pendidikan Budi Mulia, “mengupayakan dan mencari pola-pola inovatif agar para

insan pendidikan Budi Mulia dapat menjadi manusia utuh yang berkembang secara

optimal” (Kongregasi Bruder Budi Mulia, 2006: 5).

  Pendidikan Agama di sekolah dimaksudkan untuk membentuk peserta didik

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

berakhlak mulia serta peningkatan potensi spiritual. Akhlak mulia termasuk budi

pekerti, etika, dan moral sebagai perwujudan pendidikan agama. Sedangkan potensi

spiritual meliputi pengenalan, pemahaman dan penanaman nilai- nilai keagamaan

dalam peri kehidupannya (Depdiknas, 2005: 77).

  Maksud pendidikan agama tersebut di atas selaras dengan tujuan PAK itu

sendiri yaitu memperkembangkan aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap dengan

menggumuli/menginterpretasikan hidup dalam terang ajaran iman katolik. PAK

bertujuan demi terwujudnya Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup manusia, demi

kedewasaan iman, dan demi kebebasan manusia (Heryatno, 2003: 21). Dewasa

  

setiap orang diundang untuk hidup dalam kedamaian, keadilan, kebenaran dan cinta

kasih sehingga terwujudnya Kerajaan Allah.

  Penyelenggaraan pendidikan nasional dewasa ini semakin jauh dari cita-cita

luhur yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

Indonesia seutuhnya. Manusia Indonesia lebih dipersiapkan untuk menjadi manusia-

manusia yang pandai menghafal materi ilmu pengetahuan, dari pada menerapkan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan itu sendiri. Pandai secara akademis, namun tidak

memiliki daya juang yang tangguh dalam mengahadapi suatu permasalahan, lebih

diperlakukan sebagai obyek dari pada suyek pendidikan.

  Situasi sekolah pada saat ini pun, lebih memfokuskan diri pada Ujian Akhir

Nasional (UAN). Sekolah masih menjadi ajang perlombaan antara pendidik dan

peserta didik dalam mencapai titik akhir yaitu UAN. Pelaksanaan proses pendidikan

lebih menyiapkan peserta didik dalam upaya nya untuk menghadapi UAN. Akibatnya

pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar hanya sebatas pada upaya bagaimana

pendidik memberikan seperangkat pengetahuan (kognitif) yang ada hubungannya

dengan UAN, sehingga UAN berubah menjadi sosok yang menakutkan, oleh karena

itu perlu adanya persiapan yang sangat serius dan tidak boleh ada satu kesalahanpun

dalam persiapan tersebut.

  Pendidikan Agama Katolik di sekolah sebetulnya memiliki posisi yang

strategis dalam mengembangkan spiritualitas, pengetahuan, ketrampilan dan nilai-

nilai kepribadian siswa. Namun dalam aplikasinya Pendidikan Agama Katolik tidak

jauh berbeda dengan pendidikan ilmu pengetahuan lainnya yang lebih

  

dalam buku pegangan tersebut itulah yang disampaikan kepada siswa, tanpa ada

pengembangan apa pun, sehingga proses kegiatan belajar mengajar menjadi kering

dan membosankan.

  Situai pembelajaran PAK di SMP Budi Mulia Padon, sejauh pengamatan

penulis, guru belum mampu membebaskan diri dari situasi sistem pendidikan yang

berlaku selama ini. Dimana guru masih terbebani oleh target materi pelajaran yang

harus diselesaikan dalam kurun waktu tertentu, sedangkan alokasi waktu untuk

pelajaran PAK hanya dua jam dalam satu minggu. Pencapaian target ini berkaitan

erat dengan materi yang akan diujikan, sehingga proses kegiatan belajar mengajar

lebih terpokus pada penguasaan materi sebanyak-banyaknya (aspek kognitif)

sehinggga aspek lainnya terabaikan.

  Target materi menjadikan kreativitas dan pengeksplorasian diri seorang guru

menjadi mandul. Guru akhirnya hanya menjadi seorang informan, yaitu hanya

menyampaikan informasi yang terdapat di dalam buku ajar, tanpa ada pengolahan

bahan terlebih dahulu, sehingga proses kegiatan belajar mengajar menjadi tidak

menarik dan hanya menjadi kegiatan yang bersifat rutinitas belaka.

  Pola pengajaran yang dipergunakan pun tidak mengalami perkembangan,

karena seluruhnya sudah terpola pada buku pegangan yang sudah ada. Oleh karena

itu pola pengajaran yang dipergunakan pun tidak pernah maksimal. Sebab pendidik

tidak berani keluar dari koridor yang telah ditetapkan pada buku pegangan tersebut.

  

Padahal buku pegangan hanyalah sebagai buku acuan yang sekiranya dapat

membantu pendidik dalam memperkembangkan potensi peserta didiknya. Akhirnya

  

dipelajarinya. Kesiapan pendidik dalam mengajar juga masih lemah hal ini tampak

dari penyampaian materi (metode) dan sarana (alat peraga) yang dipergunakannya.

  Dalam suatu proses pendidikan, bila hanya menekankan penguasaan aspek

pengetahuan (kognitif) saja dan mengabaikan aspek-aspek lainnya, proses kegiatan

belajar mengajar akan mengalami gangguan; suasana menjadi kaku, tegang dan

membosankan. Proses pendidikan semacam ini menimbulkan dampak sangat serius

bagi siswa, dimana siswa kurang memiliki pertimbangan rasa (peka), menunjukkan

perilaku yang agresif, cenderung pada tindak kekerasan dan kriminal, serta sebagian

besar adanya rasa “hampa” pada harga diri peserta didik. Dalam hal ini, jika tanpa

adanya pengintegrasian nilai-nilai dalam proses pendidikan, dunia pendidikan hanya

akan menghasilkan manusia yang mungkin pandai dalam ilmu pengetahuan

(kognitif), namun miskin dalam budi pekerti dan kehalusan perilaku.

  Penguasaan ilmu pengetahuan (cerdas intelektual) tidak menjamin

keberhasilan hidup seseorang, karena masih ada aspek-aspek lain yang jauh lebih

berperanan dari pada kecerdasan intelektual (IQ). Seperti yang dikatakan oleh Daniel

Goleman dalam bukunya yang berjudul Emotional Intelligence bahwa setinggi-

tingginya kecerdasan intelektual (IQ) menyumbang kira-kira 20% bagi faktor-faktor

yang menentukan sukses dalam hidup, maka 80% nya diisi oleh kekuatan-kekuatan

lain (Goleman, 2005: 44).

  Di dalam kehidupan sehari- hari tidak semua masalah dapat diatasi dengan

kemampuan intelektual. Ada kecenderungan, semakin tinggi intelektualitas jika

tanpa disertai kepekaan rasa, semakin kering jiwa seseorang. Oleh sebab itu perlu

  

intelektual, peserta didik juga dibekali kemampuan untuk bertenggang rasa, peka

terhadap situasi, saling menghormati dan dapat mengambil keputusan yang tepat. Hal

inilah yang berhubungan dengan kecakapan emosional.

  Upaya untuk membentuk manusia seutuhnya yang berkembang secara

optimal baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik terutama untuk meningkatkan

kecakapan emosional salah satunya melalui pendekatan Pola Naratif Eksperiensial.

Dengan pendekatan pola naratif eksperiensial guru dapat memberikan kegembiraan

hidup dan mampu memberi keseimbangan bagi pikiran, perasaan dan imajinasi

peserta didik. Dalam hal ini Daniel Goleman menjelaskan bahwa, pada dasarnya

kecakapan emosional dapat dipelajari dan dikembangkan pada anak-anak apabila kita

berusaha untuk mengajarkannya dan melatihnya (Goleman, 2005: 45).

  Pengenalan dan pemahaman terhadap nilai- nilai yang terkandung di dalam

sebuah ceritera (naratif), dapat memberikan rangsangan terhadap kecakapan

emosional anak. Ceritera juga dapat menjadikan peserta didik ingin selalu

berinteraksi dengan dunia sesamanya. Dalam arti inilah, cerita (naratif) bisa menjadi

sumber nilai/makna tentang kebajikan (virtue) dan kebijaksanaan (wisdom). Nilai

atau makna dari sebuah cerita bila sudah menjadi bagian dalam hidupnya (proses

internalisasi), sehingga memberikan dorongan (motivasi) untuk selalu bersikap,

bertindak dalam mewujudkan kebenaran nilai yang mereka yakini. Oleh karena itu

pengajaran dengan pola naratif ekspiriensial dalam Pendidikan Agama Katolik,

kepribadian siswa semakin menjadi berkembang, tertib dalam hidup, cerdas, lembut

hati, peka serta mampu bekerja sama dengan yang lain. Maka penulis mengambil

B. Identifikasi Masalah

  

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada latar belakang, maka permasalahan-

permasalahan tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

  1. Apa sumbangan PAK terhadap pendidikan nasional?

  

2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pelajaran PAK di SMP Budi Mulia Padon?

  3. Apa yang dimaksud dengan pola naratif eksperiensial dalam PAK?

  

4. Apakah pola naratif eksperiensial sudah menjadi model pembelajaran PAK di

SMP Budi Mulia Padon?

  5. Apakah pengertian kecakapan emosional?

  6. Bagaimanakah kecakapan emosional dapat diukur?

  7. Adakah pengaruh pola naratif eksperiensial terhadap kecakapan emosional?

  

8. Seberapa besar pengaruh pola naratif ekspeiensial dalam PAK terhadap

pembentukan kecakapan emosional siswa SMP Budi Mulia Padon? C. Pembatasan Masalah

  Berdasarkan atas permasalahan-permasalahan yang telah teridentifikasi

tersebut di atas, dan oleh karena keterbatasan serta luasnya pembahasan, maka secara

khusus penulis dalam penelitian ini bermaksud untuk membatasi masalah-masalah

pada pola naratif eksperiensial dalam Pendidikan Agama Katolik dalam

hubungannya dengan pembentukan kecakapan emosional.

  D. Perumusan Masalah

  

3. Seberapa besar pengaruh pola naratif eksperiensial dalam PAK terhadap

pembentukan kecakapan emosional siswa SMP Budi Mulia Padon, Sleman- Yogyakarta?

E. Tujuan Penulisan 1. Memaparkan pengertian pola naratif eksperiensial dalam PAK.

  2. Memaparkan pengertian kecakapan emosional.

  

3. Menjelaskan seberapa jauh pengaruh pola naratif eksperiensial dalam PAK

SMP terhadap kecakapan emosional.

F. Manfaat Penulisan

1. Untuk mengetahui secara mendalam pola naratif eksperiensial, sebagai pola pengajaran PAK di SMP Budi Mulia Padon, Sleman, Yogyakarta.

  

2. Memberikan pemahaman baru bagaimana PAK model naratif eksperiensial

juga memberikan sumbangan terhadap perkembangan kecakapan emosional siswa SMP Budi Mulia Padon, Sleman - Yogyakarta.

G. Metode Penulisan

  Dalam penulisan ini, penulis akan menggunakan metode deskriptif analitis,

yaitu memaparkan sebuah data akurat yang diperoleh dari tinjauan studi pustaka

untuk menarik sebuah kesimpulan.

  

BAB II

KAJIAN PUSTAKA Pada bab II ini penulis bermaksud untuk memaparkan hasil- hasil kajian

pustaka yang sehubungan dengan variabel-variabel dalam penelitian yaitu pola

naratif eksperiensial dalam Pendidikan Agama Katolik di SMP (A), kecakapan

emosional (B), Selanjutnya penulis juga memaparkan kerangka pikir (C), dan

hipotesis (D).

A. Pola Naratif Eksperiensial dalam Pendidikan Agama Katolik di SMP

1. PAK di Sekolah

  a. Pengertian Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Pendidikan Agama Katolik di sekolah dipahami sebagai proses pendidikan

iman atau proses pendidikan untuk membantu para peserta didik agar semakin

beriman (Heryatno, 2003: 21). Pendidikan Agama Katolik sebagai proses pendidikan

iman berlangsung secara berkesinambungan dan terus menerus, dan dengan

demikian iman peserta didik diharapkan semakin dewasa.

  Dewasa dalam iman berarti peserta didik dapat mempertanggungjawabkan

imannya melalui pengetahuan, sikap dan tindakannya. Dalam hal ini dipertegas lagi

dengan pernyataan Purwatma bahwa “PAK merupakan suatu pelajaran agama yang

mengutamakan pengetahuan dan ketrampilan dengan menggumuli/

mengintepretasikan hidup dalam terang ajaran iman katolik ” (Komkat KWI, 2001:

  

dipahami sebagai pengetahuan pada diri sendiri, melainkan pengetahuan iman yang

membuat seseorang semakin dimampukan di dalam mempertanggungjawabkan

imannya. Dengan kata lain pengetahuan iman tidak hanya sekedar mengetahui

ajaran-ajaran, doktrin-doktrin Gereja, akan tetapi pengetahuan yang memampukan

dia untuk mempertanggungjawabkan imannya.

  b. Tempat dan Peranan PAK 1) PAK dalam Pastoral Gereja Pendidikan Agama Katolik berkaitan erat dengan karya pewartaan Gereja.

PAK merupakan salah satu bentuk karya pewartaan yang dilaksanakan oleh Gereja

dalam lingkup sekolah. Gereja melanjutkan dan mengambil bagian dalam tri tugas

Yesus Kristus, yakni tugas sebagai nabi, tugas imami, dan tugas rajawi (KWI, 1996:

382). Dalam hal ini PAK turut ambil bagian dalam salah satu tugas gerejawi yaitu

tugas pewartaan yang dilaksanakan di sekolah. Tugas pewartaan di sekolah tidak

terhenti hanya pada penge nalan siapa itu Yesus Kristus?, namun membantu peserta

didik sampai pada kesadaran dalam mengimani-Nya, dan dapat mengungkapkan

imannya itu di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga nilai- nilai kerajaan Allah

benar-benar hadir di tenga h-tengah kehidupan mereka. Dengan kata lain tugas

pewartaan itu juga terkandung tugas pendidikan iman.

  Pelaksanaan PAK di sekolah merupakan salah satu bentuk komunikasi dan

interaksi iman (Tom Jacob, 1992: 9). Kegiatan komunikasi dan interaksi iman ini

terjadi di sekolah antara pendidik dan dengan peserta didik, maupun antara peserta

  

Komunikasi iman yang dimaksudkan adalah komunikasi pengalaman hidup yang

direfleksikan dalam terang iman kristiani. Komunikasi dan interaksi iman ini

diharapkan dapat membantu perkembangan iman bagi peserta didik secara integral

(menyeluruh).

  2) PAK dalam Kurikulum SMP Sebagaimana tujuan PAK di sekolah yaitu membantu memperkembangkan

iman peserta didik secara integral (menyeluruh) baik menyangkut aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Dalam hal ini, PAK di sekolah mempunyai peranan sangat

penting yaitu memberi sumbangan terhadap pembentukan dan pembangunan hidup

beriman kristiani bagi para peserta didiknya. Dengan demikian PAK di sekolah

berperan juga dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu turut

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,

yaitu manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti

luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, berkepribadian yang mantap dan

mandiri, serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan

(Depdiknas, 2006: 57).

  PAK di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diberi waktu 2 (dua) jam pelajaran

dalam satu minggu (Depdikbud, 1994: 3). Akan tetapi PAK tetap memberikan

kebebasan terhadap sekolah di dalam pengalokasian waktu dapat disesuaikan dengan

kebutuhan dari masing- masing lembaga sekolah yang bersangkutan, namun pada

umumnya PAK di sekolah memiliki target materi yang harus diselesaikan dalam c. Arah Dasar PAK Arah dasar PAK adalah suatu gambaran umum mengenai pendidikan Agama

Katolik dan sebagai acuan bagi perencanaan serta pelaksanaan PAK di sekolah. Arah

dasar PAK seringkali dituangkan ke dalam kurikulum, sehingga menjadi pedoman

arah dan akhirnya menjadi kreteria dalam pencapaian tujuan pendidikan sebagaimana

telah ditentukan (Komkat KWI, 2001: 6). Dalam rangka penyusunan kurikulum PAK

memperhatikan kondisi konkrit peserta didik, sehingga PAK dapat menjawab

kebutuhan dan kepentingan peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif dan

psikomotorik secara seimbang. Dengan kata lain kurikulum PAK mengacu pada

pendidikan secara holistik (menyeluruh). Ke tiga aspek tersebut merupakan satu

kesatuan yang utuh dan menjadi unsur pokok dalam pembentukkan manusia yang

beriman dewasa.

  Menurut Setyakarjana dalam bukunya yang berjudul Bagaimana Membuat

Satuan-Satuan Pelajaran Pendididkan Agama Katolik di Sekolah Dasar Dalam

  , ada lima segi arah dasar, yaitu: Rangka pendidikan Iman

§ PAK di sekolah ingin mengembangkan kehidupan yang berpola Kristiani melalui

bermacam- macam jalan yang saling melengkapi.

  PAK di sekolah merupakan suatu proses pendidikan iman yang tentunya dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, pendekatan itu bisa yang bersifat umum maupun mempribadi, bagaimana orang menghayati kehidupan berimannya, sesuai yang dikehendaki Yesus Kristus dalam Injilnya. Dalam hal ini keterbukaan tetap dimungkinkan artinya orang perlu memilih sendiri dengan kebebasan dan